TUGAS UJIAN
Pembimbingdr. H. Oscar Djauhari, Sp. THT-KL
Penyusun
Fitriah Rospary2007730056
Kepaniteraan KlinikIlmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok
Kepala LeherFakultas Kedokteran dan KesehatanUniversitas
Muhammadiyah JakartaRSUD R.Syamsudin, S.H., SukabumiPeriode 10
September 13 Oktober 2012
1. Kenapa kuman tuberculosis pada pemeriksaan rongen kumannya
berada di apeks ?Karena kuman tuberculosis bersifat aerob, kuman
yang aerob kerap senang dengan udara, dan udara banyak berada di
apeks paru maka pada gambaran rongennya terlihat infiltrasi pada
apeks paru.2. Tes Mantoux dilakukan dengan cara menyuntikkan
protein dari kumanMycobacterium tuberculosispada lengan bawah anak.
Agar hasilnya akurat, penyuntikannya harus benar-benar teliti.
Bahan yang dimasukkan harus dengan dosis tepat dan masuk sepenuhnya
ke dalam kulit, bukan di bawah kulit. Kemudian, reaksi yang
dihasilkan harus dibaca tepat waktu. Untuk memastikan anak
terinfeksi kuman TBC atau tidak, akan dilihat indurasinya setelah
48-72 jam. Indurasi ini ditandai dengan bentuk kemerahan dan
benjolan yang muncul di area sekitar suntikan. Bila nilai
indurasinya 0-4 mm, maka dinyatakan negatif. Bila 5-9 mm dinilai
meragukan, sedangkan di atas 10 mm dinyatakan positif.3. Terapi
tuberkulosis paruPengobatan tuberkulosis paru menggunakan obat
antituberkulosis (OAT) dengan metode directly observed treatment
shortcourse (DOTS).1. Kategori I (2 HRZE/4 H3R3) untuk pasien TB
baru2. Kategori II (2 HREZS/HRZE/5 H3R3E3) untuk pasien ulangan
yaitu pasien yang pengobatan kategori I gagal atau pasien
kambuh).3. Kategori III (2 HRZ/4 H3R3) untuk pasien baru dengan BTA
(-), Ro (+).4. Sisipan (HRZE) digunakan sebagai tambahan bila pada
pemeriksaan akhir tahap intensif dari pengobatan dengan kategori I
atau kategori II ditemukan BTA (+).Obat diminum sekaligus 1 jam
sebelum makan pagi.Kategori I, Tahap permulaan diberikan setiap
hari elama 2 bulan (2 HRZE) : INH (H): 300 mg 1 tablet Rifampisin
(R): 450 mg 1 kaplet Pirazinamid (R): 1500 mg 3 kaplet @ 500 mg
Etambutol (E): 750 mg 3 kaplet @ 250 mgObat tersebut diminum setiap
hari secara intensif sebanyak 60 kali. Regimen ini disebut KOMBIPAK
II. Tahap lanjutan diberikan 3 kali dalam seminggu selama 4 bulan
(4 H3R3) : INH (H): 600 mg 2 tablet @ 300 mg Rifampisin (R): 450 mg
1 kapletObat tersebut diminum 3 kali dalam seminggu (intermiten)
ssebanyak 54 kali. Regimen ini disebut KOMBIPAK III.Kegagalan
Pengobatan Sebab sebab kegagalan pengobatan antara lain ; dari segi
obat ( panduan obat yang tidak adekuat, dosis tidak cukup, minum
obat tidak teratur, jangka waktu pengobatan kurang, dan terjadi
resistensi obat ), dan drop out ( kekurangan biaya pengobatan,
merasa sudah sembuh, dan malas berobat ).Untuk mencegah kegagalan
pengobatan ini perlu kerjasama yang baik dari dokter dan paramedis
lainnya serta motivasi pengobatan tersebut pasien. Penanggulangan
terhadap kasus-kasus yang gagal ini adalah :Terhadap pasien yang
sudah berobat secara teratur : Menilai kembali apakah panduat obat
sudah adekuat mengenai dosis dan cara pemberian. Lakukan
pemeriksaan uji kepekaan/tes resistensi kuman terhadap obat Bila
sudah dicoba dengan obat-obat yang masih peka, tetapi ternyata
gagal juga maka pertimbangan terapi dengan pembedahan terutama pada
pasien dengan kavitas atau destroyed lung.Terhadap pasien dengan
riwayat pengobatan teratur : Teruskan pengobatan lama selama +3
bulan dengan evaluasi bakteriologis tiap-tiap bulan. Nilai kembali
tes resistensi terhadap obat Bila ternyata terdapat resistensi
terhadap obat, ganti dengan paduan obat yang masih sensitif.Pasien
kambuh Yaitu pasien yang telah mennjalani pengobatan secara teratur
dan aadekuat sesuai dengan rencana, tetapi dalam kontrol ulangan
ternyata sputum BTA kembali positif baik secara mikroskopik
langsung maupun secara biakan. Frekuensi kekambuhan ini adalah
anatara lain 2-10% tergantung jenis obat yang dipakai.Umumnya
kekambuhan terjadi pada tahun pertama setelah pengobatan selesei
dan sebagian besar kumannya masih sensitif terhadap obat-obat yang
dipergunakan semula. Penanggulangan terhadap pasien kambuh ini
adalah : Berikan pengobatan yang sama dengan pengobatan pertama
Lakukan pemeriksaan bakteriologis optimal yakni periksa sputum BTA
mikroskopis langsung 3 kali, biakan, dan resistensi. Evaluasi
secara radiologis luasnya kelainan paru. Identifikasi apakah ada
penyakit lain yang memperberat tuberklosis seperti diabetes
melitus, alkoholisme atau pemberian kortikosteroid yang lama.
Sesuaikan obat-obat dengan hasil tes kepekaan/resistensi. Nilai
kembali secara ketat hasil pengobatan secara klinis, radiologis,
dan bakteriologis tiap bulan.5. Stadium tumor laringKanker laring
dibagi menjadi berbagai stadium berdasarkan sistem TNM (tumor,
nodus, metastasis) dari American Joint Committee on Cancer. Untuk
keperluan staging ini, penjalaran ke kelenjar getah bening leher
dianggap metastasis lokoregional; metastasis ke bagian tubuh lain
(paru-paru, mediastinum, hepar, dan tulang) dianggap jauh. Untuk
pertama kali, tumor T4 dibagi menjadi dapat direseksi (T4a) dan
tidak dapat direseksi (T4b). Stadium IV sekarang dibagi menjadi
IVA, IVB, dan IVC (ada metastasis jauh).Staging Tumor Laring
Maligna menurut American Joint Committee on Cancer 2002, T (Tumor),
N (Nodus), M (Metastasis)
Supraglotis
T1Tumor terbatas pada satu bagian supraglotis
T2Tumor mengenai lebih dari satu tempat supragoltis, glotis,
atau area diluar supraglotis (valekula, basis lingua, dinding
medial sinus piriformis)
T3Tumor menyebabkan fiksasi plika vokalis dan atau menginvasi
area pre-epiglotis, area postkrikoid
T4aTumor menginvasi kartilago tiroid, dna atau menyebar ke
jaringan lunak leher nonlaring
T4bTumor menginvasi area prevertebra atau mediastinum, atau ke
arteri karotis
Glotis
T1Tumor terbatas pada plika vokalis, dapat mengenai komisura
anteroir maupun posterior
T2Tumor menyebar ke supraglotis, glotis, dan atau mengganggu
mobilitias plika vokalis
T3Fiksasi plika vokalis
T4aTumor menginvasi kartilago tiroid, dan atau menyebar ke
jaringan lunak leher non laring
T4bTumor menginvasi area prevertebra atau mediastinum, atau ke
arteri karotis
Subglotis
T1Tumorterbatas di subglotis
T2
Tumor menyebar ke plika vokalis dengan mobilitas normal atau
terganggu
T3Fiksasi plika vokalis
T4aTumor menginvasi kartilago krikoid dan tiroid, dan atau
menyebar ke jaringan lunak leher non laring
T4bTumor menginvasi area prevertebra atau mediastinum, atau ke
arteri karotis
N0Tidak ada penyebaran ke nodus limfa
N1Kelenjar limfe ipsilateral tunggal 3 cm
N2aKelenjar limfe ipsilateral tunggal > 3 cm , < 6 cm
N2bKelenjar limfe ipsilateral multipel, masing-masing ukuran 6
cm
N2cKelenjar limfe bilateral atau kontralateral, masing-masing 6
cm
N3Kelenjar limfe tunggal atau multipel > 6 cm
M0Tidak ada metastasis jauh
M1Ada metastasis jauh
StadiumTNM
IT1N0M0
IIT2N0M0
IIIT3N0M0
T13N1M0
IVAT4aN02M0
T14aN0M0
IVBT4bany NM0
any TN3M0
IVCany Tany NM1
Prognosis kanker laring ditentukan stadium kanker laring menurut
TNM, karakteristik histologi tumor, berbagai marker kromosom dma
molekural serta adanya komorbiditas dari pasien sendiri.6. Glow
coma scaleGCS(Glasgow Coma Scale)yaitu skala yang digunakan untuk
menilaitingkat kesadaranpasien, (apakah pasien dalam kondisi koma
atau tidak) dengan menilai respon pasien terhadap rangsangan yang
diberikan.Respon pasien yang perlu diperhatikan mencakup 3 hal
yaitu reaksi membuka mata , bicara dan motorik. Hasil pemeriksaan
dinyatakan dalam derajat (score) dengan rentang angka 1 6
tergantung responnya.Eye (respon membuka mata):(4) : spontan(3) :
dengan rangsang suara (suruh pasien membuka mata).(2) : dengan
rangsang nyeri (berikan rangsangan nyeri, misalnya menekan kuku
jari)(1) : tidak ada responVerbal (respon verbal):(5) : orientasi
baik(4) : bingung, berbicara mengacau ( sering bertanya
berulang-ulang ) disorientasi tempat dan waktu.(3) : kata-kata saja
(berbicara tidak jelas, tapi kata-kata masih jelas, namun tidak
dalam satu kalimat. Misalnya aduh, bapak)(2) : suara tanpa arti
(mengerang)(1) : tidak ada responMotor (respon motorik):(6) :
mengikuti perintah(5) : melokalisir nyeri (menjangkau &
menjauhkan stimulus saat diberi rangsang nyeri)(4) : withdraws
(menghindar / menarik extremitas atau tubuh menjauhi stimulus saat
diberi rangsang nyeri)(3) : flexi abnormal (tangan satu atau
keduanya posisi kaku diatas dada & kaki extensi saat diberi
rangsang nyeri).(2) : extensi abnormal (tangan satu atau keduanya
extensi di sisi tubuh, dengan jari mengepal & kaki extensi saat
diberi rangsang nyeri).(1) : tidak ada responHasil
pemeriksaantingkat kesadaranberdasarkan GCS disajikan dalam simbol
EVMSelanutnya nilai-nilai dijumlahkan. Nilai GCS yang tertinggi
adalah 15 yaituE4V5M6dan terendah adalah 3 yaituE1V1M1.Jika
dihubungkan dengan kasus trauma kapitis maka didapatkan hasil :GCS
: 14 15 =CKR(cidera kepala ringan)GCS : 9 13 =CKS(cidera kepala
sedang)GCS : 3 8 =CKB(cidera kepala berat)7. Jackson membagi
sumbatan laring yang progressif dalam 4 stadium dengan tanda dan
gejala.a.Stadium 1. Cekungan tampak pada waktu inspirasi di
suprasternal Stridor pada waktu inspirasi Pasien masih tampak
tenangb.Stadium 2 Cekungan pada waktu inspirasi didaerah
suprasternal maikn dalam Cekungan di daerah epigastrium Stridor
terdengar pada waktu inspirasi Pasien mulai tampak
gelisah.c.Stadium 3 Cekungan selain di suprasternal, epigastrium
juga terdapat di infraklvikula dan disela-sela iga. Stridor
terdengar pada waktu inspirasi dan ekspirasi Pasien sangat gelisah
dan dispnea.d.Stadium 4 Cekungan cekungan diatas bertambah
jelas,pasien sangat gelisah, tampak sangat ketakutan dan sianosis.
Pasien dapat kehabisan tenaga,pusat perafasan paralitik karena
hiperkapnea. Pasien lemah dan tertidur,akhirnya mninggal karena
asfiksia.8. Penanganan sumbatan jalan nafasPengertian :tindakan
yang dilakukan untuk membebaskan jalan napas dengan tetap
memperhatikan kontrol servikalTujuan :membebaskan jalan napas untuk
menjamin jalan masuknya udara ke paru secara normal sehingga
menjamin kecukupan oksigenase tubuhPemeriksaan Jalan Napas :L
=Look/Lihat gerakan nafas atau pengembangan dada, adanya retraksi
sela iga, warna mukosa/kulit dan kesadaranL =Listen/Dengar aliran
udara pernafasanF =Feel/Rasakan adanya aliran udara pernafasan
dengan menggunakan pipi penolong
Cara pemeriksaanLook-Listen-Feel (LLF)dilakukan secara simultan.
Cara ini dilakukan untuk memeriksa jalan nafas dan pernafasan.
TindakanMembuka jalan nafas dengan proteksi cervikal Chin Lift
maneuver(tindakan mengangkat dagu) Jaw thrust maneuver(tindakan
mengangkat sudut rahang bawah) Head Tilt maneuver(tindakan menekan
dahi)Gambar dan penjelasan lihat dibawah.Ingat! Pada pasien dengan
dugaan cedera leher dan kepala, hanya dilakukanmaneuver jaw
thrustdengan hati-hati danmencegah gerakanleher. Untuk memeriksa
jalan nafas terutama di daerah mulut, dapat dilakukan teknikCross
Fingeryaitu dengan menggunakan ibu jari dan jari telunjuk yang
disilangkan dan menekan gigi atas dan bawah. Bila jalan nafas
tersumbat karena adanya benda asing dalam rongga mulut dilakukan
pembersihan manual dengan sapuan jari. Kegagalan membuka nafas
dengan cara ini perlu dipikirkan hal lain yaitu adanya sumbatan
jalan nafas di daerah faring atau adanya henti nafas (apnea) Bila
hal ini terjadi pada penderita tidak sadar, lakukan peniupan udara
melalui mulut, bila dada tidak mengembang, maka kemungkinan ada
sumbatan pada jalan nafas dan dilakukanmaneuver
Heimlich.Pemeriksaan sumbatan jalan nafas di daerah mulut dengan
menggunakan teknikcross finger
Tanda-tanda adanya sumbatan (ditandai adanya suara nafas
tambahan) : Mendengkur(snoring), berasal dari sumbatan pangkal
lidah. Cara mengatasi :chin lift, jawthrust, pemasangan pipa
orofaring/nasofaring, pemasangan pipa endotrakeal. Berkumur
(gargling), penyebab : ada cairan di daerah hipofaring. Cara
mengatasi : finger sweep, pengisapan/suction. Stridor (crowing),
sumbatan di plika vokalis. Cara mengatasi :cricotirotomi,
trakeostomi.2. Membersihkan jalan nafasSapuan jari (finger
sweep)Dilakukan bila jalan nafas tersumbat karena adanya benda
asing pada rongga mulut belakang atau hipofaring seperti gumpalan
darah, muntahan, benda asing lainnya sehingga hembusan nafas
hilang.Cara melakukannya : Miringkan kepala pasien (kecuali pada
dugaan fraktur tulang leher) kemudian buka mulut dengan jaw thrust
dan tekan dagu ke bawah bila otot rahang lemas (maneuver emaresi)
Gunakan 2 jari (jari telunjuk dan jari tengah) yang bersih atau
dibungkus dengan sarung tangan/kassa/kain untuk membersihkan rongga
mulut dengan gerakan menyapu.Tehnikfinger sweep
3. Mengatasi sumbatan nafas parsialDapat digunakan teknik manual
thrust Abdominal thrust Chest thrust Back blowGambar dan penjelasan
lihat di bawah!Jika sumbatan tidak teratasi, maka penderita akan :
Gelisah oleh karena hipoksia Gerak otot nafas tambahan (retraksi
sela iga, tracheal tug) Gerak dada dan perut paradoksal Sianosis
Kelelahan dan meninggalPrioritas utama dalam manajemen jalan nafas
adalah JALAN NAFAS BEBAS! Pasien sadar, ajak bicara. Bicara jelas
dan lancar berarti jalan nafas bebas Beri oksigen bila ada 6
liter/menit Jaga tulang leher : baringkan penderita di tempat
datar, wajah ke depan, posisi leher netral Nilai apakah ada suara
nafas tambahan.Pasien tidak sadar dengan posisi terlentang,
perhatikan jalan nafasnya! Pangkal lidah tampak menutupi jalan
nafas
Lakukan teknik chin lift atau jawthrust untuk membuka jalan
nafas. Ingat tempatkan korban pada tempat yang datar! Kepala dan
leher korban jangan terganjal!
Chin LiftDilakukan dengan maksud mengangkat otot pangkal lidah
ke depanCaranya : gunakan jari tengah dan telunjuk untuk memegang
tulang dagu pasien kemudian angkat.
Head TiltDlilakukan bila jalan nafas tertutup oleh lidah
pasien,Ingat! Tidak boleh dilakukan pada pasien dugaan fraktur
servikal.Caranya : letakkan satu telapak tangan di dahi pasien dan
tekan ke bawah sehingga kepala menjadi tengadah dan penyangga leher
tegang dan lidahpun terangkat ke depan.
Gambar 5.tangan kanan melakukanChin lift( dagu diangkat). dan
tangan kiri melakukanhead tilt. Pangkal lidah tidak lagi menutupi
jalan nafas.
Jaw thrustCaranya : dorong sudut rahang kiri dan kanan ke arah
depan sehingga barisan gigi bawah berada di depan barisan gigi
atas
Gambar 6dan7. manuverJaw thrustdikerjakan oleh orang yang
terlatihMengatasi sumbatan parsial/sebagian. Digunakan untuk
membebaskan sumbatan dari benda padat.
Gambar 8. Tampak ada orang yang tersedak atau tersumbat jalan
nafasnya
Abdominal Thrust (Manuver Heimlich)Dapat dilakukan dalam posisi
berdiri dan terlentang.Caranya berikan hentakan mendadak pada ulu
hati (daerah subdiafragma abdomen).
Abdominal Thrust(Manuver Heimlich)pada posisi berdiri atau
dudukCaranya : penolong harus berdiri di belakang korban, lingkari
pinggang korban dengan kedua lengan penolong, kemudian kepalkan
satu tangan dan letakkan sisi jempol tangan kepalan pada perut
korban, sedikit di atas pusar dan di bawah ujung tulang sternum.
Pegang erat kepalan tangan dengan tangan lainnya. Tekan kepalan
tangan ke perut dengan hentakan yang cepat ke atas. Setiap hentakan
harus terpisah dan gerakan yang jelas.Abdominal Thrust(Manuver
Heimlich) pada posisi tergeletak (tidak sadar)Caranya : korban
harus diletakkan pada posisi terlentang dengan muka ke atas.
Penolong berlutut di sisi paha korban. Letakkan salah satu tangan
pada perut korban di garis tengah sedikit di atas pusar dan jauh di
bawah ujung tulang sternum, tangan kedua diletakkan di atas tangan
pertama. Penolong menekan ke arah perut dengan hentakan yang cepat
ke arah atas.Berdasarkan ILCOR yang terbaru, cara abdominal thrust
pada posisi terbaring tidak dianjurkan, yang dianjurkan adalah
langsung melakukan Resusitasi Jantung Paru (RJP).Abdominal Thrust
(Manuver Heimlich)pada yang dilakukan sendiriPertolongan terhadap
diri sendiri jika mengalami obstruksi jalan napas.Caranya :
kepalkan sebuah tangan, letakkan sisi ibu jari pada perut di atas
pusar dan di bawah ujung tulang sternum, genggam kepala itu dengan
kuat, beri tekanan ke atas kea rah diafragma dengan gerakan yang
cepat, jika tidk berhasil dapat dilakukan tindakan dengan menekan
perut pada tepi meja atau belakang kursi
Gambar 9.Abdominal Thrustdalam posisi berdiriBack Blow(untuk
bayi)Bila penderita sadar dapat batuk keras, observasi ketat. Bila
nafas tidak efektif atau berhenti, lakukan back blow 5 kali
(hentakan keras pada punggung korban di titik silang garis antar
belikat dengan tulang punggung/vertebrae)
Gambar 10.Back blowpada bayiChest Thrust(untuk bayi, anak yang
gemuk dan wanita hamil)Bila penderita sadar, lakukanchest thrust5
kali (tekan tulang dada dengan jari telunjuk atau jari tengah
kira-kira satu jari di bawah garis imajinasi antara kedua putting
susu pasien). Bila penderita sadar, tidurkan terlentang,
lakukanchest thrust, tarik lidah apakah ada benda asing, beri nafas
buatan9. Farmakologi obat dengan kuman aerob dan anaerob Golongan
PenisilinDihasilkan oleh fungiPenicillinum chrysognum. Aktif
terutama pada bakteri gram (+) dan beberapa gram (-). Obat golongan
ini digunakan untuk mengobati infeksi pada saluran napas bagian
atas (hidung dan tenggorokan) seperti sakit tenggorokan, untuk
infeksi telinga, bronchitis kronik, pneumonia, saluran kemih
(kandung kemih dan ginjal).Contoh obat yang termasuk dalam golongan
ini antara lain : Ampisilin dan Amoksisilin. Untuk meningkatkan
ketahanan thp b-laktamase : penambahan senyawa untuk memblokir
& menginaktivasi b-laktamase. Misalnya Amoksisilin + asam
klavulanat, Ampisilin + sulbaktam, Piperasilin + tazobaktam.Efek
samping : reaksi alergi, syok anafilaksis, kematian,Gangguan
lambung & usus. Pada dosis amat tinggi dapat menimbulkan reaksi
nefrotoksik dan neurotoksik. Aman bagi wanita hamil & menyusui
Golongan SefalosporinDihasilkan oleh jamurCephalosporium
acremonium. Spektrum kerjanya luas meliputi bakteri gram positif
dan negatif. Obat golongan ini barkaitan dengan penisilin dan
digunakan untuk mengobati infeksi saluran pernafasan bagian atas
(hidung dan tenggorokan) seperti sakit tenggorokan, pneumonia,
infeksi telinga, kulit dan jaringan lunak, tulang, dan saluran
kemih (kandung kemih dan ginjal).contoh obat yang termasuk dalam
golongan ini antara lain : Sefradin, Sefaklor, Sefadroksil,
Sefaleksin, E.coli, Klebsiella dan Proteus.Penggolongan
sefalosporin berdasarkan aktivitas & resistensinya terhadap
b-laktamase: Generasi I: aktif pada bakteri gram positif. Pada
umumnya tidak tahan pada b laktamase. Misalnya sefalotin,
sefazolin, sefradin, sefaleksin, sefadroksil. Digunakan secara oral
pada infeksi saluran kemih ringan, infeksi saluran pernafasan yang
tidak serius Generasi II : lebih aktif terhadap kuman gram negatif.
Lebih kuat terhadap blaktamase. Misalnya sefaklor, sefamandol,
sefmetazol,sefuroksim Generasi III : lebih aktif terhadap bakteri
gram negatif , meliputi Pseudomonas aeruginosa dan bacteroides.
Misalnya sefoperazone, sefotaksim, seftizoksim, sefotiam,
sefiksim.Digunakan secara parenteral,pilihan pertama untuk sifilis
Generasi IV : Sangat resisten terhadap laktamase. Misalnya
sefpirome dan sefepim Golongan LincosamidesDihasilkan
olehStreptomyces lincolnensisdan bersifat bakteriostatis. Obat
golongan ini dicadangkan untuk mengobati infeksi berbahaya pada
pasien yang alergi terhadap penisilin atau pada kasus yang tidak
sesuai diobati dengan penisilin. Spektrum kerjanya lebih sempit
dari makrolida, terutama terhadap gram positif dan anaerob.
Penggunaannya aktif terhadap Propionibacter acnes sehingga
digunakan secara topikal pada acne.Contoh obatnya yaitu Clindamycin
(klindamisin) dan Linkomycin (linkomisin). Golongan
TetracyclineDiperoleh dariStreptomyces aureofaciens &
Streptomyces rimosus. Obat golongan ini digunakan untuk mengobati
infeksi jenis yang sama seperti yang diobati penisilin dan juga
untuk infeksi lainnya seperti kolera, demam berbintik Rocky
Mountain, syanker, konjungtivitis mata, dan amubiasis intestinal.
Dokter ahli kulit menggunakannya pula untuk mengobati beberapa
jenis jerawat.Adapun contoh obatnya yaitu : Tetrasiklin,
Klortetrasiklin, Oksitetrasiklin, doksisiklin dan
minosiklin.Khasiatnya bersifat bakteriostatik , pada pemberian iv
dapat dicapai kadar plasma yang bersifat bakterisid lemah.Mekanisme
kerjanya mengganggu sintesis protein kuman Spektrum kerjanya luas
kecuali thp Psudomonas & Proteus. Juga aktif terhadap Chlamydia
trachomatis (penyebab penyakit mata), leptospirae, beberapa
protozoa. Penggunaannya yaitu infeksi saluran nafas, paru-paru,
saluran kemih, kulit dan mata. Namun dibatasi karena resistensinya
dan efek sampingnya selama kehamilan & pada anak kecil.
Golongan KloramfenikolBersifat bakteriostatik terhadap Enterobacter
& S. aureus berdasarkan perintangan sintesis polipeptida kuman.
Bersifat bakterisid terhadap S. pneumoniae, N. meningitidis &
H. influenza. Obat golongan ini digunakan untuk mengobati infeksi
yang berbahaya yang tidak efektif bila diobati dengan antibiotik
yang kurang efektif. Penggunaannya secara oral, sejak thn 1970-an
dilarang di negara barat karena menyebabkan anemia aplastis.
Sehingga hanya dianjurkan pada infeksi tifus (salmonella typhi) dan
meningitis (khusus akibat H. influenzae). Juga digunakan sebagai
salep 3% tetes/salep mata 0,25-1%.Contoh obatnya adalah
Kloramfenikol, Turunannya yaitu tiamfenikol. Golongan
MakrolidaBersifat bakteriostatik. Mekanisme kerjanya yaitu
pengikatan reversibel pada ribosom kuman, sehingga mengganggu
sintesis protein. Penggunaannya merupakan pilihan pertama pada
infeksi paru-paru. Digunakan untuk mengobati infeksi saluran nafas
bagian atas seperti infeksi tenggorokan dan infeksi telinga,
infeksi saluran nafas bagian bawah seperti pneumonia, untuk infeksi
kulit dan jaringan lunak, untuk sifilis, dan efektif untuk penyakit
legionnaire (penyakit yang ditularkan oleh serdadu sewaan). Sering
pula digunakan untuk pasien yang alergi terhadap penisilin.Contoh
obatnya : eritromisin, klaritromisin, roxitromisin, azitromisin,
diritromisin serta spiramisin. Golongan KuinolonBerkhasiat
bakterisid pada fase pertumbuhan kuman, dgn menghambat enzim DNA
gyrase bakteri sehingga menghambat sintesa DNA. Digunakan untuk
mengobati sinusitis akut, infeksi saluran pernafasan bagian bawah
serta pneumonia nosokomial, infeksi kulit dan jaringan kulit,
infeksi tulang sendi, infeksi saluran kencing, Cystitis
uncomplicated akut, prostates bacterial kronik, infeksi intra
abdominal complicated, demam tifoid, penyakit menular seksual,
serta efektif untuk mengobati Anthrax inhalational.Penggolongan :
Generasi I : asam nalidiksat dan pipemidat digunakan pada ISK tanpa
komplikasi Generasi II : senyawa fluorkuinolon misal
siprofloksasin, norfloksasin, pefloksasin,ofloksasin. Spektrum
kerja lebih luas, dan dapat digunakan untuk infeksi sistemik
lain.Zat-zat long acting : misal sparfloksasin, trovafloksasin dan
grepafloksasin.Spektrum kerja sangat luas dan meliputi gram
positif. AminoglikosidaDihasilkan oleh fungiStreptomyces &
micromonospora.Mekanisme kerjanya : bakterisid, berpenetrasi pada
dinding bakteri dan mengikatkan diri pada ribosom dalam sel.Contoh
obatnya : streptomisin, kanamisin, gentamisin, amikasin,
neomisinPenggunaan Aminoglikosida Streptomisin & kanamisin
injeksi pada TBC juga pada endocarditis,Gentamisin, amikasin
bersama dengan penisilin pada infeksi dengan
Pseudomonas,Gentamisin, tobramisin, neomisin juga sering diberikan
secara topikal sebagai salep atau tetes mata/telinga,Efek samping :
kerusakan pada organ pendengar dan keseimbangan serta nefrotoksik.
MonobaktamDihasilkan olehChromobacterium violaceumBersifat
bakterisid, dengan mekanisme yang sama dengan gol. b-laktam
lainnya.Bekerja khusus pada kuman gram negatif aerob misal
Pseudomonas, H.influenza yang resisten terhadap penisilinase Contoh
: aztreonam SulfonamideMerupakan antibiotika spektrum luas terhadap
bakteri gram positrif dan negatif. Bersifat bakteriostatik.
Mekanisme kerja : mencegah sintesis asam folat dalam bakteri yang
dibutuhkan oleh bakteri untuk membentuk DNA dan RNA
bakteri.Kombinasi sulfonamida : trisulfa (sulfadiazin, sulfamerazin
dan sulfamezatin dengan perbandingan sama),Kotrimoksazol
(sulfametoksazol + trimetoprim dengan perbandingan 5:1),Sulfadoksin
+ pirimetamin.Penggunaan:Infeksi saluran kemih :
kotrimoksazolInfeksi mata : sulfasetamidRadang usus :
sulfasalazinMalaria tropikana : fansidar.Mencegah infeksi pada luka
bakar : silver sulfadiazine.Tifus : kotrimoksazol.Radang paru-paru
pada pasien AIDS : kotrimoxazolSebaiknya tidak digunakan pada
kehamilan teruama trimeseter akhir : icterus, hiperbilirubinemia
VankomisinDihasikan olehStreptomyces orientalis.Bersifat bakterisid
thp kuman gram positif aerob dan anaerob.Merupakan antibiotik
terakhir jika obat-obat lain tidak ampuh lagi10. Macam-macam syok
dan terapinyaSHOCK HIPOVOLEMIK Shock yang disebabkan kehilangan sel
darah merah dan plasma karena perdarahan atau sekuesterisasi cairan
ekstravaskular atau gastrointestinal,urine dan insensible
loss.Tanda dan gejala shock non hemoragik dengan hemoragik sama
berupa peningkatan aktivitas simpatik,hiperventilasi,kolaps
vena,pelepasana hormon stress dan ekspansi volume intravaskular
melalui pengambilan cairan intraseluler dan interstitial serta
takikardi ringan.Hipovolemi ringan ( < 20 % ) ditandai dengan
takikardi ringan.Hipovolemi sedang ( 20-40 % ) ditandai dengan
cemas ,takikardi dan hipotensi postural.Hipovolemi berat ( > 40
% ) tanda klasik shock akan terlihat,penurunan tekanan darah yang
cepat dan tidak stabil,takikardi,oliguri and agitasi ataupun
bingungDiagnosisMudah didiagnosa jika tanda instabilitas
hemodinamika dan sumber hilangnya cairan nyata.,diagnosa menjadi
sulit jika sumbernya tersembunyi Nilai Hb dan Ht belum berubah
sampai kompensasi cairan terjadi atau penambahan cairan
diberikan.Kehilangan plasma menyebabkan hemokonsentrasi dan
kehilangan air menyebabkan hipernatremia.TerapiResusitasi awal
dengan infus garam isotonis atau Ringer Laktat sebanyak 2-3 liter
dalam 10-30 menit.Instabilitas hemodinamikyang berlanjut berarti
shock belum etratasi.Hb < 10 g/dL memerlukan transfusi
darah,inotropik diperlukan pada shock yang berat.Oksigen dan
intubasi endotrakeal diperlukan agar oksigenasi arteri baik.SHOCK
TRAUMATIKShock ini menyebabkan cedera mikrosirkulasi sekunder dan
maldistribusi aliran darah sehingga dapat menyebabkan kegagalan
system organ.Sebagai contoh tamponade pericardium,tension
pneumothorax atau kontusio miokard.Terapi berupa penanganan ABC (
airway,breathing,circulation ) mutlak diperlukan.Stabilisasi
fraktur,debridement dan evakuasi hematom dapat mengurangi respon
inflamasi.SHOCK KARDIOGENIKSHOCK KARDIOGENIK INTRINSIKPaling sering
sebagai komplikasi AMI tetapi dapat juga terjadi pada bradikardi
atau takikardi berat,penyakit katup jantung atau stadium akhir
CHF.Ditandai dengan cardiac output yang rendah,perfusi perifer
berkurang,kongesti paru,elevasi resistensi vascular sistemik dan
tekanan vascular paru.Shock kardiogenik dengan gagal jantung kiri
menyebabkan akumulasi darah di dalam sirkulasi vena,cairan paru
meningkat yang menyebabkan edema interstitial atau alveolar.Dalam
menegakkan diagnosis adanya penyakit jantung atau AMI,pemeriksaan
fisik dan EKG memegang peranan penting.Foto thorax,ekokardiogram
berguna untuk menegakkan diagnosis abnormalitas structural atau
gangguan kontraktilitas.TerapiDopamin dan norepinephrine digunakan
untuk mengatasi hipotensi.Dobutamin suatu inotropik positif dengan
efek vasodilatasi dapat diberikan bila tekanan darah arteri telah
membaik.Furosemide iv dapat diberikan bila ada kongesti paru.Bila
tidak berhasil dapat digunakan pompa intraaorta untuk memperbaiki
fungsi miokard.SHOCK KOMPRESIF KARDIOGENIKDarah atau cairan dalam
perikard dapat menyebabkan tamponade,peningkatan intra torax
seperti pneumothorax,herniasi intra abdomen dan tekan ventilasi
positif yang berlebih semuanya dapat menyebabkan shock jenis
ini.DiagnosisDidasarkan pada penemuan klinis,foto thorax dan
ekokardiogram.Diagnosis lebih sulit bila hipovolemi dan kompresi
jantung terjadi bersamaan.Tanda klasik berupa trias
hipotensi,distensi vena leher dan bunyi jantung muffled dapat
ditemukan.Pulsus paradoksus juga dapat
terjadi.TerapiPerikardiosentesisSHOCK SEPTIKDisebabkan oleh respon
sistemik terhadap infeksi yang berat yang berasal dari paru,abdomen
dan saluran kencing.Tanda klinisnya adalah hasil gabungan perubahan
metabolic dan sirkulasi serta akibat pelepasan komponen toxic
organisme.Perubahan hemodinamik mengikuti dua pola khas yaitu pola
hiperdinamik pada awalnya dan pola hipodinamik pada akhirnya.Respon
hiperdinamik berupa takikardi,cardiac output normal,tahanan
vascular sistemik menurun sedangkan tahanan vascular paru
meningkat.Kontraktilitas miokard menurun.Respon hipodinamik berupa
vasokonstriksi dan cardiac output menurun.Pasien biasanya
takipnoe,demam,diaforesis,dingin dan sianosis.Oliguria,gagal ginjal
dan hipotermi mungkin mengakibatkan peningkatan serum laktat.SHOCK
NEUROGENIKCedera korda spinalis,anestesi spinal atau cedera kepala
berat dapat menyebabkan shock jenis ini.Dilatasi alveolar dan
vasodilatasi dapat menyebabkan pengumpulan darah dalam vena dengan
akibat penurunan venous return dan cardiac output.Berbeda dengan
shock hipovolemi,pada shock jenis ini extremitas menjadi
hangat.Terapi meliputi koreksi hipovolemi relatif dan hilangnya
tonus vasomotor yang terjadai.Volume dalam jumlah besar serta
norepinephrine mungkin diperlukan.SHOCK HIPOADRENALInsufisiensi
adrenal dapat terjadi akibar stress,pemberian steroid dosis tinggi
atau keadaan lain seperti atrofi idiopatik,TBC dan
lain-lain.Diagnosis ditegakkan dengan test stimulasi ACTH.Terapinya
adalah dexametason 4 mg iv .resusitasi cairan dan dengan bantuan
vasopressor.TERAPI TAMBAHANPosisiPosisi Trendelenburg atau dengan
mengangkat kaki dapat berguna tetapi hati-hati bahaya
aspirasi.Pneumatic Antishock Garment (PASG)Biasanya digunakan untuk
evakuasi sebelum dibawa ke rumah sakit untuk bantuan hemodinamik
sentral.PASG akan meningkatkan tahanan vascular sistemik dan
tekanan darah tanpa merubah cardiac output.PemanasanPemanasan yang
cepat dapat menurunkan kebutuhan akan darah dan memperbaiki fungsi
jantung.Metode yang paling efektif adalah pemanasan ekstrakorporal
arteri femoral dan kanulasi vena.Dapat menaikkan suhu dari 30
derajat sampai 36 derajat dalam waktu kurang dari 30 menit.