Top Banner
Tugas Ujian Mata Disusun Oleh : Toni Periyanto S.Ked 406137001 Pembimbing: Dr. Syukri Mustafa, SpM, M.Kes. KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT MATA RUMAH SAKIT HUSADA
28

Tugas Ujian Mata

Nov 06, 2015

Download

Documents

ToniPeriyanto

tugas mata
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript

Tugas Ujian Mata

Disusun Oleh :Toni Periyanto S.Ked406137001

Pembimbing:Dr. Syukri Mustafa, SpM, M.Kes.

KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT MATARUMAH SAKIT HUSADAFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TARUMANAGARA 2015

KATA PENGANTARDengan memanjatkan puji syukur kepada yang maha kuasa, yang telah melimpahkan Rahmat dan Karunia Nya, sehingga pada akhirnya penulis dapat menyelesaikan tugas ujian mata ini.Tugas ini merupakan salah satu tugas ujian dalam mengikuti Kepaniteraan Klinik di RS Husada. Penyelesaian tugas ini tidak lepas dari bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Maka dengan segala kerendahan hati penulis haturkan ucapan terima kasih terutama kepada pembimbing dr Syukri Mustafa, SpM, M.Kes.Penulis sangat menyadari keterbatasan pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki. Oleh karena itu penulis berharap kritik dan saran yang membangun demi penyempurnaan tugas ini dan sebagai bekal penulis untuk menyusun tugas lainnya di kemudian hari. Semoga tugas ujian ini banyak memberi manfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.

Jakarta, Juni 2015

Penulis

KATARAK

DefinisiKatarak merupakan abnormalitas pada lensa mata berupa kekeruhan lensa yang menyebabkan tajam penglihatan penderita berkurang. Katarak lebih sering dijumpai pada orang tua, dan merupakan penyebab kebutaan nomor 1 di seluruh dunia. Kata katarak berasal dari Yunani katarraktes yang berarti air terjun. Katarak sendiri sebenarnya merupakan kekeruhan pada lensa akibat hidrasi atau denaturasi protein sehingga memberikan gambaran area berawan atau putih.

EpidimiologiLebih dari 90% kejadian katarak merupakan katarak senilis. 20-40% orang usia 60 tahun ke atas mengalami penurunan ketajaman penglihatan akibat kekeruhan lensa. Sedangkan pada usia 80 tahun ketas insidensinya mencapai 60-80%. Prevalensi katarak congenital pada negara maju berkisar 2-4 setiap 10000 kelahiran. Frekuensi katarak laki-laki dan perempuan sama besar. Di seluruh dunia, 20 juta orang mengalami kebutaan akibat katarak.

Etiologi dan Faktor RisikoPenyebab tersering dari katarak adalah proses degenerasi, yang menyebabkan lensa mata menjadi keras dan keruh. Pengeruhan lensa dapat dipercepat oleh faktor risiko seperti merokok, paparan sinar UV yang tinggi, alkohol, defisiensi vit E, radang menahun dalam bola mata, dan polusi asap motor/pabrik yang mengandung timbal. Cedera pada mata seperti pukulan keras, tusukan benda, panas yang tinggi, dan trauma kimia dapat merusak lensa sehingga menimbulkan gejala seperti katarak.Katarak juga dapat terjadi pada bayi dan anak-anak, disebut sebagai katarak congenital. Katarak congenital terjadi akibat adanya peradangan/infeksi ketika hamil, atau penyebab lainnya. Katarak juga dapat terjadi sebagai komplikasi penyakit infeksi dan metabolic lainnya seperti diabetes mellitus.

PatofisiologiPerubahan fisik dan kimia dalam lensa mengakibatkan hilangnya transparansi.Perubahan dalam serabut halus multipel (zonula) yang memanjang dari badan silier ke sekitar daerah di luar lensa. Perubahan kimia dalam protein lensa dapat menyebabkan koagulasi, sehingga mengabutkan pandangan dengan menghambat jalannya cahaya ke retina. Salah satu teori menyebutkan terputusnya protein lensa normal disertai influks air ke dalam lensa. Proses ini mematahkan serabut lensa yang tegang dan mengganggu transmisi sinar. Teori lain mengatakan bahwa suatu enzim mempunyai peran dalam melindungi lensa dari degenerasi. Jumlah enzim akan menurun dengan bertambahnya usia dan tidak ada pada kebanyakan pasien yang menderita katarak.

PenatalaksanaanPenatalaksanaan definitif untuk katarak senilis adalah ekstraksi lensa. Bergantung pada integritas kapsul lensa posterior, ada 2 tipe bedah lensa yaitu Ekstraksi Katarak Intra Kapsular (EKIK) dan Ekstraksi Katarak Ekstra Kapsular (EKEK). Berikut ini akan dideskripsikan secara umum tentang empat prosedur operasi pada ekstraksi katarak yang sering digunakan yaitu EKIK, EKEK, phakoemulsifikasi dan small incision cataract surgery (SICS).

1. Ekstraksi Katarak Intra Kapsular (EKIK) Tindakan pembedahan dengan mengeluarkan seluruh lensa bersama kapsul. Seluruh lensa dibekukan di dalam kapsulnya dengan cryophake dan depindahkan dari mata melalui incisi korneal superior yang lebar. Sekarang metode ini hanya dilakukan hanya pada keadaan lensa subluksatio dan dislokasi. Pada EKIK tidak akan terjadi katarak sekunder dan merupakan tindakan pembedahan yang sangat lama populer. EKIK tidak boleh dilakukan atau kontraindikasi pada pasien berusia kurang dari 40 tahun yang masih mempunyai ligamen hialoidea kapsular. Penyulit yang dapat terjadi pada pembedahan ini astigmatisme, glukoma, uveitis, endoftalmitis, dan perdarahan.Prosedur ini memiliki tingkat komplikasi yang sangat tinggi sebab membutuhkan insisi yang luas dan tekanan pada vitreous. Tindakan ini sudah jarang digunakan terutama pada negara-negara yang telah memiliki peralatan operasi mikroskop dan alat dengan teknologi tinggi lainnya. 2. Ekstraksi Katarak Ekstra Kapsular (EKEK)Insisi luas pada perifer kornea atau sklera anterior (biasanya 10-12 mm), bagian anterior kapsul dipotong dan diangkat, nukleus diekstraksi, dan korteks lensa dibuang dari mata dengan irigasi dengan atau tanpa aspirasi, sehingga menyisakan kapsul posterior. Insisi harus dijahit. Metode ini diindikasikan pada pasien dengan katarak yang sangat keras atau pada keadaan dimana ada masalah dengan fakoemulsifikasi. Penyulit yang dapat timbul adalah terdapat korteks lensa yang dapat menyebabkan katarak sekunder.

3. PhakoemulsifikasiPhakoemulsifikasi (phaco) adalah teknik untuk membongkar dan memindahkan kristal lensa. Pada teknik ini diperlukan irisan yang sangat kecil (sekitar 2-3mm) di kornea. Getaran ultrasonic akan digunakan untuk menghancurkan katarak, selanjutnya mesin PHACO akan menyedot massa katarak yang telah hancur sampai bersih. Sebuah lensa Intra Okular yang dapat dilipat dimasukkan melalui irisan tersebut. Karena incisi yang kecil maka tidak diperlukan jahitan, akan pulih dengan sendirinya, yang memungkinkan pasien dapat dengan cepat kembali melakukan aktivitas sehari-hari. Tehnik ini bermanfaat pada katarak kongenital, traumatik, dan kebanyakan katarak senilis. Metode ini merupakan metode pilihan di Negara barat.

4. Small Incision Cataract Surgery (SICS)

Insisi dilakukan pada sklera dengan ukuran insisi bervariasi dari 5-8 mm. Namun tetap dikatakan SICS sejak design arsiteknya tanpa jahitan, Penutupan luka insisi terjadi dengan sendirinya (self-sealing). Teknik operasi ini dapat dilakukan pada stadium katarak immature, mature, dan hypermature. Teknik ini juga telah dilakukan pada kasus glaukoma fakolitik dan dapat dikombinasikan dengan operasi trabekulektomi

Lensa Intraokular (IOL)Setelah pengangkatan katarak, lensa intraokular biasanya diimplantasikan ke dalam mata. Kekuatan implan IOL yang akan digunakan dalam operasi dihitung sebelumnya dengan mengukur panjang mata secara ultrasonik dan dengan kelengkungan kornea (maka juga kekuatan optik) secara optik. Kekuatan lensa umumnya dihitung sehingga pasien tidak akan membutuhkan kacamata untuk penglihatan jauh. Pilihan lensa juga dipengaruhi oleh refraksi mata kontrolateral dan apakah terdapat katarak pada mata tersebut yang membutuhkan operasi.

Pasca OperasiPasca operasi pasien diberikan tetes mata steroid dan antibiotik jangka pendek. Kacamata baru dapat diresepkan setelah beberapa minggu, ketika bekas insisi telah sembuh. Rehabilitasi visual dan peresepan kacamata baru dapat dilakukan lebih cepat dengan metode fakoemulsifikasi. Karena pasien tidak dapat berakomodasi maka pasien membutuhkan kacamata untuk pekerjaan jarak dekat meski tidak dibutuhkan kacamata untuk jarak jauh. Saat ini digunakan lensa intraokular multifokal, lensa intraokular yang dapat berakomodasi sedang dalam tahap pengembangan.

Perawatan pasien pasca operasi katarak1. Pasien pasca operasi katarak tidak boleh batuk, mengedan, merokok, mengangkat beban berat lebih dari 5 kg, membungkuk, ketika melakukan sholat disarankan dilakukan dengan cara tidur2. Mata pasien yang pasca operasi bedah mata katarak tidak boleh sampai terkena air, di kucek-.kucek dan ketika tidur disarankan untuk menggunakan pembungkus rambut ketika hendaktidur agar rambut anda tidak mengganggu mata. Adapun untuk pelindung mata setelah 2-3 hari pasca operasi dapat mengenakan kacamata hitam untuk sehari-hari.3. Pasien disarankan untuk menggunakan obat tetes mata dengan 2 jenis seperti yang telah disebutkan diatas, yakni Cendo Xitrol ( antibiotik dan steroid ) dan Floxa ( antibiotik steril) gunakan pada jam-jam berikut : 15.00, 18.00, 21.00. Hari-hari selanjutnya diteteskan 6 kali sehari yaitu pada jam : 06.00, 09.00, 12.00, 15.00, 18.00, dan terakhir pada jam 21.00

II.3 KOMPLIKASI KATARAK

A. Komplikasi Pre Operasi KatarakKomplikasi katarak yang tersering adalah glaukoma. Dhawan (2005) dalam tulisanya mengemukakan timbulnya glaukoma sekunder akibat katarak dapat melalui tiga cara, yaitu:

1. Glaukoma fakomorfikLensa dapat membengkak (intumesen) dengan menyerap cukup banyak cairan dari kamera anterior yang menimbulkan sumbatan pupil dan pendesakan sudut sehingga jalan trabekular terblok serta menyebabkan glaukoma sudut tertutup.

2. Glaukoma fakolitikPada katarak stadium hipermatur terjadi kebocoran protein lensa dan masuk ke dalam kamera anterior terutama pada bagian kapsul lensa. Dengan keluarnya protein lensa maka pada kamera okuli anteriorakan bertumpuk pula serbukan fagosit atau makrofag yangberfungsi merabsorbsi substansi lensa tersebut. Tumpukan akan menutup sudut kamera okuli anterior sehingga terjadi penyumbatan trabecular yang memicu terjadi peningkatan TIO. Glaukoma yang terjadi adalah glaukoma sudut terbuka.

3. Glaukoma fakotopik Lensa hipermatur dapat mengalami dislokasi, iris terdorong ke depan sudut kamera okuli anterior menjadi sempit sehingga aliran humoraqueaous tidak lancar sedangkan produksi berjalan terus, akibatnya tekanan intraokuler akan meningkat dan timbul glaukoma.

B. Komplikasi Intra Operasi Katarak

1. HifemaPerdarahan dapat terjadi dari insisi korneo-skeral, korpus siliaris, atau vaskularisasi iris abnormal. Bila perdarahan berasal dari insisi, harus dilakukan kauterisasi. Irigasi dengan BSS dilakukan sebelum ekstraksi lensa. Perdarahan dari iris yang normal jarang terjadi, biasanya timbul bila terdapat rubeosis iridis, uveitis heterokromik dan iridosiklitis.2. IridodialisisKomplikasi ini dapat disebabkan oleh instrumen. Biasanya pada bagian proksimal dari insisi. Clayman mengemukakan bahwa iridodialisis yang kecil tidak menimbulkan gangguan visus dan bisa berfungsi sebagai iridektomi perifer, tetapi iridodialisis yang parah dapat menimbulkan gangguan pada visus. Keadaan ini dapat terjadi pada waktu memperlebar luka operasi, iridektomi atau ekstraksi lensa. Perbaikan harus dilakukan segera dengan menjahit iris perifer pada luka.

3. Prolaps korpus vitreumProlaps korpus vitreus merupakan komplikasi yang serius pada operasi katarak, dapat menyebabkan keratopati bulosa, epithelial dan stromal downgrowth, prolaps iris, uveitis, glaukoma, ablasi retina, edema macular kistoid, kekeruhan korpus vitreum, endoftalmitis dan neuritis optik. Untuk menghindari hal tersebut, harus dilakukan vitrektomi anterior sampai segmen anterior bebas dan korpus vitreum.

4. Perdarahan ekspulsifKomplikasi ini jarang terjadi, tetapi merupakan masalah serius yang dapat menimbulkan ekspulsi dari lensa, vitreus, uvea. Keadaan ini biasanya ditandai dengan peningkatan tekanan intra okuler yang mendadak diikuti dengan refleks fundus merah tua, luka insisi terbuka, prolaps iris serta diikuti keluarnya lensa , vitreus dan darah.Penanganannya segera dilakukan temponade dengan jalan penekanan pada bola mata dan luka ditutup dengan rapat. Bila perdarahan sudah berhenti, luka dibuka kembali dan dilakukan vitrektomi. Beberapa penulis menganjurkan dilakukan sklerotomi posterior (4-6mm posterior dari limbus) untuk drainase.

C. Komplikasi Post Operasi Katarak Awal

1. HifemaBisa terjadi 1 3 hari setelah operasi, biasanya berasal dari luka insisi atau iris, pada umumnya hilang spontan dalam waktu 7- 10 hari. Perdarahan berasal dari pembuluh darah kecil pada luka. Bila perdarahan cukup banyak dapat menyebabkan glaukoma sekunder dan corneal staining, dan TIO harus diturunkan dengan pemberian asetazolamid 250 mg 4 kali sehari, serta parasintesis hifema dengan aspirasi-irigasi.

2. Prolaps irisKomplikasi ini paling sering terjadi satu sampai lima hari setelah operasi dan penyebab tersering adalah jahitan yang longgar, dapat juga terjadi karena komplikasi prolapse vitreus selama operasi. Keadaan ini merupakan penanganan (jahitan ulang) untuk menghindari timbulnya komplikasi seperti penyembuhan luka yang lama, epithelial downgrowth, konjungtivitis kronis, endoftalmitis, edema macular kistoid dan kadang kadang ophtalmia simpatika.

3. Endoftalmitis AkutSecara umum endoftalmitis ditandai dengan rasa nyeri, penurunan visus, injeksi siliar, kemosis dan hipopion. Endoftalmitis akut biasanya timbul 2-5 hari pasca operasi. Penyebab endoftalmitis akut terbanyak adalah Staphylococcus epidermidis (gram positif) dan Staphylococcus coagulase negatif yang lain. Kuman gram positif merupakan penyebab terbanyak endoftalmitis akut bila dibandingkan dengan gram negatif. Untuk gram negatif, kuman penyebab terbanyak adalah Pseudomonas aeroginosa. Umumnya organisme dapat menyebabkan endoftalmitis bila jumlahnya cukup untuk inokulasi, atau sistem pertahanan mata terganggu oleh obat-obat imunosupresan, penyakit, trauma, atau bedah, dimana COA lebih resisten terhadap infeksi dibandingkan dengan kavum vitreus..

4. Descemet FoldKeadaan ini paling sering disebabkan oleh operasi pada endotel kornea. Pencegahannya adalah penggunaan cairan viskoelastik untuk melindungi kornea. Pada umumnya akan hilang spontan beberapa hari setelah operasi.

D. Komplikasi Post Operasi Katarak Lanjut

1. Edema korneaEdema kornea merupakan komplikasi katarak yang serius, bisa terjadi pada epitel atau stroma yang diakibatkan trauma mekananik, inflamasi dan peningkatan TIO, insidennya meningkat pada disfungsi endotel. Biasanya akan teresobsi sempurna 4-6 minggu setelah operasi, tetapi edema menetap bila disebabkan perlekatan vitreus pada endotel kornea.

2. Kekeruhan kapsul posteriorKomplikasi ini merupakan penyebab tersering penurunan visus setelah EKEK, dimana kapsul posterior masih utuh, berasal dari sel-sel epitel lensa yang masih hidup yang tertinggal pada kapsul anterior dan posterior setelah pengeluaran nukleus dan korteks. Penyebabnya adalah plak subkapsular posterior residual dimana insidennya bisa diturunkan dengan polishing kapsul posterior, juga disebabkan fibrosis kapsular karena perlekatan sisa kortek pada kapusl posterior, atau dapat diakibatkan proliferasi epitel lensa pada kapsul posterior di tempat aposisi kapsul anterior dengan kapsul posterior. Faktor-faktor yang diketahui mempengaruhi antara lain umur pasien, riwayat inflamasi intraokuler, model LIO, bahan optik LIO, capsular fixation dari implan Kekeruhan pada kapsul posterior setelah EKEK dapat diatasi dengan disisio atau kapsulotomi posterior. Kapsulotomi dapat menggunakan pisau Zingler, jarum kecil dan dapat menggunakan Nd: YAG laser.

3. Residual Lens MaterialPada umumnya disebabkan EKEK yang tidak adekuat, dimana terjadi kegagalan pengeluaran seluruh material lensa bagian perifer yang berada di bawah iris. Bila material yang tertinggal sedikit akan diresorbsi secara spontan, sedangkan bila jumlahnya banyak, perlu dilakukan aspirasi karena bisa menimbulkan uveitis anterior kronik dan glaukoma sekunder. Apabila yang tertinggal potongan nuklear yang besar dan keras, dapat merusak endotel kornea, penanganannya dengan ekspresi atau irigasi nukleus.

4. Dekompensasi korneaEdema kornea yang disebabkan karena gangguan fungsi pompa endotel merupakan salah satu komplikasi katarak yang paling sering dijumpai. Penyebab terjadinya gangguan fungsi pompa endotel ini dapat disebabkan oleh trauma mekanis yang terjadi selama operasi, antara lain manipulasi berlebihan dalam bilik mata depan, instrument yang menyentuh endotel, penekanan pada kornea atau perlekatan implant pada endotel. Penyebab lain edema kornea menetap yang diakibatkan perlekatan vitreus atau hialoid yang intak pada endotel kornea. Pemberian agent hiperosmotik sistemik akan menimbulkan dehidrasi vitreus, sehingga dapat melepaskan perlekatan.

5. Glaukoma sekunderPeningkatan TIO yang ringan bisa timbul 24 48 jam setelah operasi, mungkin berkaitan dengan penggunaan zonulolyzis dan tidak memerlukan terapi spesifik. Peningkatan TIO yang berlangsung lama, dapat disebabkan oleh hifema, blok pupil, sinekia anterior perifer karena pendangkalan COA, epithelial ingrowth. Glaukoma maligna atau blok siliar adalah komplikasi pasca operasi yang jarang terjadi, disebabkan humor akuos mengalir ke posterior dan mendorong vitreus anterior ke depan. Penanganannya secara medikamentosa dengan pemberian agent hiperosmotik sistemik, dilatasi pupil maksimum dengan atropin 4% dan fenilefrin 10% atau dengan melakukan aspirasi akuos humor/vitreus posterior.

6. Endoftalmitis KronikEndoftalmitis kronis dapat timbul dalam beberapa bulan sampai 1 tahun atau lebih setelah operasi. Endoftalmitis kronis ditandai dengan reaksi inflamasi kronik atau uveitis (granulomatosus) dan penurunan visus. Umumnya organisme dapat menyebabkan endoftalmitis bila jumlahnya cukup untuk inokulasi, atau sistem pertahanan mata terganggu oleh obat-obat imunosupresan, penyakit, trauma, atau bedah, dimana COA lebih resisten terhadap infeksi dibandingkan dengan kavum vitreus. Organisme penyebab endoftalmitis kronik mempunyai virulensi yang rendah, penyebab tersering adalah Propionibacterium acnes organisme tersebut menstimulasi reaksi imunologik yang manifestasinya adalah inflamasi yang menetap.

7. Epithelial IngrowthKomplikasi ini jarang terjadi, tetapi sangat mengganggu, disebabkan masuknya epitel konjungtiva melalui defek luka. Sel sel epitel masuk segmen anterior dan trabekular meshwork sehingga menimbulkan glaukoma. Faktor predisposisi adalah tiap konjungtiva fornix-base, penyembuhan luka yang tidak baik dan prolaps iris. Tanda tanda yang menyertai meliputi uveitis anterior pasca operasi menetap, fistula (50% dari kasus), membran transparan dengan tepi berlipat pada bagian superior endotel kornea, pupil distorsi dan membran pupilar. Penanganannya adalah cryodestruction sel epitel dan eksisi epitel yang terlihat pada iris dan vitreus anterior.

8. Ablasi retinaMekanisme pasti timbulnya ablasi retina masih belum diketahui. Faktor predisposisinya meliputi prolaps vitreus, myopia tinggi perlekatan vitreo-retinal dan degenarasi latis. Ablasi retina pada mata afakia khas ditandai adanya tear kecil berbentuk U yang pertama kali mengenai makula. Apabila ablasi retina terjadi pada mata afakia, resiko terjadinya ablasi retina pada satunya bila belum dioperasi adalah 7%, sedangkan insiden pada mata satunya yang sudah afakia adalah 25%.

9. Edema makula kistoidKeadaan ini sering merupakan penyebab penurunan visus setelah operasi katarak, baik yang terjadi komplikasi maupun yang tanpa komplikasi. Patogenesisnya tidak diketahui, kemungkinan karena permeabilitas perifoveal yang meningkat, inflamasi, vitreomacular traction, dan hipotoni yang lama atau yang sementara waktu.

Pada pemeriksaan fluorescein angiography, tampak gambaran flower petal. Mata bisa tetap tampak normal atau mudah iritasi dan fotofobia, tampak ciliary flush dengan iritis ringan, ruptur hyaloid anterior dengan adhesi vitreus pada bagian dalam luka. Penurunan visus biasanya terjadi 2-6 bulan setelah operasi dan bertahan beberapa minggu sampai beberapa bulan. Sebagian besar kasus pulih spontan dalam 6 bulan dan tidak memerlukan terapi spesifik. Pada kasus kasus yang kronis (berlangsung lebih dari 9 bulan), penurunan visus permanen karena pembentukan lamelar mucular hole. Kortikosteroid dan anti inflamasi non steroid topical dapat bermanfaat pada beberapa kasus. Ada beberapa laporan mengenai keberhasilan pengobatan dengan anti inflamasi non steroid dan carbonic anhydrase inhibitor oral.

Aliran aqueous : Pembentukan filtrat plasma dalam stroma corpus ciliaris dan dimodifikasi blood-aqueous barrier Aqueous mengalir dari camera oculi posterior menuju pupil dan ke camera oculi anterior. Kemudian lanjut ke trabecula yang terdiri atas berkas-berkas jaringan kolagen dan elastik yang dibungkus oleh sel-sel trabekular. Kontraksi otot siliaris memperbesar ukuran pori-pori. 90% melalui rute trabekular : Ke canalis Schlemm melalui saluran transseluler siklik di lapisan endotel. Kemudian masuk ke vena episclera melalui saluran eferen dari canalis Schlemm. Aliran ini sensitif tekanan sehingga peningkatan tekanan akan meningkatkan outflow. Uveoscleral route : aqueous melewati corpus ciliaris menuju rongga suprachoroid dan didrainase sirkulasi vena corpus ciliarie, choroid dan sclera Cairan aqueous juga dapat masuk ke rongga vitreous, dan ke retinal pigment epithelium (posterior flow) Aqueous dapat mengalami pertukaran dengan lensa, cornea maupun sistem vaskuler iris

Penyebab glaucoma dari uveitis anterior : Obstruksi mekanis atau disfungsi trabecular meshwork akibat blokade oleh sel radang, protein, debris atau fibrin yang masuk dari blood-aqueous barrier yang bocor Sitokin yang dilepas sel radang memperburuk inflamasi dan menstimulasi neovaskularisasi Pada kasus kronik, obstruksi aliran aqueous dapat disebabkan sikatriks dan obliterasi trabecular meshwork beams atau canalis Schlemm atau akibat pertumbuhan membran fibrovaskuler pada sudut iridocorneal Inflamasi COA yang menyebabkan synechiae posterior 360 derajat yang mengakibatkan iris bombe dan dan acute angle-closure glaucoma. Synechiae anterior perifer akibat inflamasi COA Synechiae anterior perifer memiliki dasar yang lebar dan dapat menutup sudut secara total Non-pupillary block angle closure glaucoma dapat terjadi akibat inflamasi dan edema corpus ciliaris yang menyebabkan corpus ciliaris berrotasi ke anterior sehingga menutup sudut camera oculi anterior Tatalaksana uveitis berupa pemberian corticosteroid yang menyebabkan peningkatan TIO (bergantung dosis, jenis, frekuensi dan rute pemberian, durasi pengobatan dan kerentanan individu) Kortikosteroid diteliti sebagai penyebab perubahan biokimiawi dan morfologis pada trabecular meshwork sehingga menurunkan aliran keluar aqueous.

Katarak SekunderKatarak sekunder (Posterior Capsule Opacification atau "After Cataract") hasil post-operatif fisiologis yang terjadi setelah ekstraksi katarak ekstrakapsuler. Berkembang dalam beberapa bulan hingga beberapa tahun setelah operasi katarak. PCO disebabkan proliferasi dan pertumbuhan abnormal dari sel spitel lensa pada kapsul saat operasi, yang bermigrasi ke kapsul posterior dan menutupi axis visual.Katarak komplikata atau complicated cataract terjadi sebagai akibat dari penyakit ocular primer lainnya.

Keuntungan dan kerugian dari kacamata afakia, lensa kontak dan IOLJenisKeuntunganKerugian

IOLLapang pandang seperti semula, tidak terjadi pembesaran bayangan di retina, hanya 1x pemasangan seumur hidupMahal, dapat terjadi alergi, bila pemasangan tidak steril infeksi

Kacamata afakiaMurah, mudah, aman, dapat dipakai seumur hidupDistorsi bayangan cukup berat, lapang pandang terbatas (fenomena jack in the box), kosmetik jelek (lensa terlalu tebal), anisometrop

Lensa KontakLapang pandang normal, tidak ada distorsi bayangan, kosmetik lebih baikBongkar pasang setiap hari, mudah infeksi bila pemasangan tidak steril, tidak dapat untuk semua umur

Macam-macam kebutaan dan contohnya

Curable blindness : kerusakan reversible dengan tatalaksana yang dini.Preventable blindness : kebutaan yang dapat dihindari seluruhnya dengan tindakan preventif atau profilaktikAvoidable blindness : jumlah total dari curable blindness dan preventable blindness

Contoh kebutaan : Katarak Kekeruhan lensa yang paling sering disebabkan proses penuaan. Selain itu dapat kongenital, pasca trauma, inflamasi dan penyakit mata lainnya. 51% kebutaan di dunia, diprediksi meningkat seiring meningkatnya angka harapan hidup. Penghentian rokok dan perlindungan paparan sinar UV dapat menghindari atau mencegah katarak. DM, IMT tinggi juga merupakan faktor resiko. Tatalaksana berupa operatif dan memiliki tingkat sukses yang tinggi. Kebutaan yang terjadi akibat katarak akibat tidak tersedianya operasi pada katarak. Glaucoma Sekelompok penyakit yang memiliki end-point yang sala yaitu neuropati optik (struktural maupun fungsional). Jenis glaukoma yang paling sering adalah primary open angle glaucoma (POAG) dan acute angle closure glaucoma (ACG) Pengetahuan mengenai pencegahan glaucoma sangat minim. Tatalaksana farmakologis dan operatif glaucoma dapat diberikan pada penyakit sedini mungkin. Age-related Macular Degeneration AMD adalah penyakit yang mengenai usia lanjut dan menyebabkan hilangnya penglihatan sentral. Terjadi akibat macula retina mengalami lesi degeneratif. Penyebab diduga akibat insuffisiensi sirkulatorik, dengan penurunan aliran darah ke area macula. Pencegahan belum diketahui, tetapi diduga dihambat dengan penghentian rokok. Tatalaksana sebagai penyembuhan tidak tersedia, dan hanya bersifat paliatif. Tatalaksana berupa pengobatan intravittreous, laser, fototerapi dinamik dan terkadang tindakan operatif, disertai dukungan psikologis, adaptasi kehidupan sehari-hari dan tempat kerja, dan penggunaan alat bantu untuk membaca dan komputer. Opasitas cornea Dapat disebabkan trachoma, trauma mata, ulkus cornea, pengobatan mata tradisional yang mengakibatkan ulkus cornea, onchocerciasis, lepra. Pencegahan dari masing-masing penyakit. Tatalaksana satu-satunya adalah tindakan operasi transplantasi cornea.

Diabetic retinopathy Terdiri dari sekelompok lesi yang ditemukan pada retina individu dengan diabetes mellitus, yang merupakan akibat dari perubahan vaskuler pada sirkulasi retina. Pada stadium awal ditemukan oklusi pembuluh darah dan dilatasi, dan akan berkembang menjadi proliferasi vaskuler. Edema macula yang terjadi dapat menurunkan visus. Faktor resiko (durasi diabetes, kadar glukosa darah, comorbiditas tekanan darah yang tinggi, keperluan menggunakan insulin, kehamilan, kadar lipid serum, faktor genetik dan nutrisional) dapat dikurangi. Jika sudah terjadi retinopati, fotokoagulasi laser retina menurunkan resiko lesi visual yang lebih lanjut. Kelainan refraksi yang tidak dikoreksi Tatalaksana berupa koreksi optik jika memungkinkan. Low vision dapat dibantu dengan alat bantu (low-vision aid). Childhood blindness Sekelompok penyakit dan kondisi yang terjadi pada masa kanak-kanak atau remaja awal yang jika tidak ditatalaksana segera akan menyebabkan kebutaan atau gangguan penglihatan yang irreversible. Pada negara maju, lesi dari nervus opticus dan jaras optik yang lebih tinggi lebih sering ditemukan. Pada negara berkembang sering ditemukan opasitas cornea akibat campak, defisiensi vitamin A, ophthalmia neonatorum, katarak akibat rubella. Retinopathy of prematurity, katarak kongenital, glaukoma kongenital, hereditary retinal dystrophies juga menyebabkan kebutaan masa kanak-kanak. Pencegahan dan tatalaksana bersifat spesifik untuk masing-masing penyakit. Onchocerciasis Penyakit akibat Onchocerca volvulus yang ditularkan serangga yaitu Simulium damnosum. Sering disebut "river blindness" karena lalat yang menular sering ditemukan di daerah sungai. Cacing betina menghasilkan microfilariae yang bermigrasi dari nodul menuju lapisan subepidermal, dan dapat tinggal di seluruh jaringan dalam tubuh, termasuk mata (kecuali lensa). Infeksi ini menyebabkan inflamasi, perdarahan dan berujung pada kebutaan. Pencegahan berupa pengendalian lalat Simulium, maupun pemberian Ivermectine tiap tahunnya. Penyakit mata genetik Patologi ocular yang diakibatkan penurunan gen dari orang tua ke anak. Pencegahan tidak tersedia. Tatalaksana tidak tersedia, dan dengan harapan berkembangnya terapi genetik, terapi growth promotion dan mungkin grafting dari sel retina.

18