Hubungan DM dengan stress, patofisiologi depresi, patofisiologi pengaruh Gastritis tehadap depresi. Mix Campuran lengkap yuhuuu....
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
KUMPULAN TUGAS-TUGAS PSIKIATRIK
Dosen pengampu :
Dr. Tumpak Saragi, Sp. KJ
DISUSUN OLEH :
Adika Perdana G1A108071
Ria Nastitia G1A108064
Devi Arisanti G1A108058
Anita Mubarokah G1A108046
Mufti Muttaqin G1A108056
Tri Narwati G1A109095
Sulistya Ningsih G1A109054
FerdianMei Sandra G1A109079
Monice Syafrizal G1A109085
Feggy Maidandy G1A109023
Gabriella Mariza. A G1A109083
Tri Wibowo G1A109033
Nana Kartina G1A109080
Akbar Kurniawan G1A109026
M. Padri Jaka K G1A109035
KEPANITERAAN KLINIK SENIOR BAGIAN IKJ
RUMAH SAKIT JIWA DAERAH PROVINSI JAMBI
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS JAMBI
2014
1. Apa saja kelainan afektif ? (Adika Perdana G1A 108071)
Jawab :
Istilah kelainan afektif mencakup penyakit-penyakit dengan gangguan afek
(mood) sebagai gejala primer, sedangkan semua gejala lain bersifat sekunder. Afek bisa
terus menerus depresi atau gembira (dalam mania) dan kedua episode ini bisa timbul pada
orang yang sama, karena itu dinamai “psikosis manik-depresif”. Penyakit dengan hanya
satu jenis serangan disebut unipolar, dan jika episode manik dan depresif keduanya ada
disebut bipolar.
Mood merupakan subjektivitas peresapan emosi yang dialami dan dapat
diutarakan oleh pasien dan terpantau oleh orang lain; termasuk sebagai contoh adalah
depresi, elasi dan marah. Kepustakaan lain, mengemukakan mood, merupakan perasaan,
atau nada “perasaan hati” seseorang, khususnya yang dihayati secara batiniah.
Pasien dalam keadaan mood terdepresi memperlihatkan kehilangan energi dan
minat, merasa bersalah, sulit berkonsentrasi, hilangnya nafsu makan, berpikir mati atau
bunuh diri. Tanda dan gejala lain termasuk perubahan dalam tingkat aktivitas,
kemampuan kognitif, bicara dan fungsi vegetative (termasuk tidur, aktivitas seksual dan
ritme biologik yang lain). Gangguan ini hampir selalu menghasilkan hendaya (handicap)
interpersonal, sosial dan fungsi pekerjaan.
Klasifikasi gangguan suasana perasaan (mood/afektif) menurut PPDGJ-III :
F30 Episode Manik
F30.0 Hipomania
F30.1 Mania tanpa gejala psikotik
F30.8 Mania dengan gejala psikotik
F30.9 Episode Manik YTT
F31 Gangguan Afektif Bipolar
F31.0 Gangguan afektif bipolar, episode hipomanik
F31.1 Gangguan afektif bipolar, episode kini manik tanpa gejala psikotik
F31.2 Gangguan afektif bipolar, episode kini manik dengan gejala psikotik
F31.3 Gangguan afektif bipolar, episode kini depresif ringan atau sedang
Tanpa gejala somatik
Dengan gejala somatik
F31.4 Gangguan afektif bipolar, episode kini depresif berat tanpa gejala psikotik
F31.5 Gangguan afektif bipolar, episode kini depresif berat dengan gejala psikotik
F31.6 Gangguan afektif bipolar, episode kini campuran
2
F31.7 Gangguan afektif bipolar, episode kini dalam remisi
F31.8 Gangguan afektif bipolar lainnya
F31.9 Gangguan afektif bipolar ytt
F32 Episode Depresif
F32.0 Episode depresif ringan
.00 Tanpa gejala somatik
.01 Dengan gejala somatik
F32.1 Episode depresif sedang
.10 Tanpa gejala somatik
.11 Dengan gejala somatik
F32.2 Episode depresif berat tanpa gejala psikotik
F32.3 Episode depresif berat dengan gejala psikotik
F32.8 Episode depresif lainnya
F32.9 Episode depresif YTT
F33 Gangguan Depresif Berulang
F33.0 Gangguan depresif berulang, episode kini ringan
.00 Tanpa gejala somatik
.01 Dengan gejala somatik
F33.1 Gangguan depresif berulang, episode kini sedang
10 Tanpa gejala somatik
.11 Dengan gejala somatik
F33.2 Gangguan depresif berulang, episode kini berat tanpa gejala psikotik
F33.3 Gangguan depresif berulang, episode kini berat dengan gejala psikotik
F33.4 Gangguan depresif berulang, kini dalam remisi
- Meniru kata-kata atau nyanyian tanpa tahu artinya
- Bila ingin sesuatu, menarik tangan terdekat untuk melakukannya (komunikasi
non verbal)
2. Gangguan interaksi sosial
- Menolak atau menghindar bertatap mata
28
- Tidak menoleh bila dipanggil
- Sering menolak dipeluk
- Tidak ada usaha melakukan interaksi dengan orang lain, asyik bermain sendiri
- Bila didekati malah menjauh
3. Gangguan perilaku
- Hiperaktivitas motorik yaitu tidak bisa diam, berlari tanpa terarah, melompat
berputar, memukul benda-benda, mengulang gerakan tersebut yang
membahayakan diri sendiri
- Hipoaktivitas motorik yaitu duduk diam bingung, bermain monoton, diulang-
ulang terpaku oleh sesuatu hal (bayangan, benda berputar), kelekatan pada
benda tertentu (tali, kertas, gambar, gelang karet)
Pengobatan
1. Terapi untuk meningkatkan perilaku prososial dan perilaku yang secara sosial dapat
diterima , untuk mengurangi gejala perilaku yang aneh , dan untuk memperbaiki
komunikasi verbal dan non verbal.
2. Intervensi perilaku dan edukasi kepada orang tua yang membutuhkan dukungan dan
konseling
3. Medikamentosa untuk mengurangi gejala perilaku
- Diberikan agonis serotonin dopamin atau antipsikosis atipikal
Seperti : risperidon, olanzapine, quentiapine, clozapine, dan ziprasidon
12. Jelaskan gangguan prilaku menentang (oposisional) yang terjadi pada anak ! (Tri
Narwati G1A109095)
Jawab :
Gangguan perilaku menentag adalah suatu pola negatvistik, permusuhan, dan
perilaku menentang yang menetap tanpa adanya pelanggaran serius terhadap norma
sosial atau hak orang lain. Mulai khas terlihat pada usia 8 tahun dan biasanya sebelum
dewasa.
Gejala :
Perilaku khas pada anak dengan gangguan menentang :
1. Sering bertentangan dengan orang dewasa
2. Tidak dapat menahan amarah, benci, marah
29
3. Mudah terusik oleh orang lain
4. Aktif menolak permintaan atau peraturan orang dewasa
5. dengan sengaja menganggu orang lain
6. cenderung menyalahkan orang lain untuk kesalahan perilaku mereka sendiri
Terapi :
1. Intervensi keluarga dengan mengunakan pelatihan orang tua dalam keterampilan
menangani anak, serta pengkajian interaksi keluarga dengan cermat
2. terapi perilaku memfokuskan untuk mengajari orang tua cara mengubah perilakunya
dan untuk mendorong perilaku yang sesuai, memuji perilaku yang sesuai secara
selektif serta mengabaikan atau tidak mendorong perilaku yang tidak diinginkan.
Prognosis
Prognosis gangguan perilaku menentang tergantung dari keparahan gejala, derajat
fungsi didalam keluarga serta timbulnya psikopatologi komorbid.
13. Jelaskan gangguan tingkah laku (conduct disorder) pada anak ! (Tri Narwati
G1A109095)
Jawab :
Gangguan tingkah laku adalah serangkain perilaku yang bertahan lama dan sering
berubah seiring waktu, gangguan ini paling sering ditandai dengan agresi dan pelanggaran
hak orang lain. Biasanya pada orang berusia lebih dari 18 tahun.
Etiologi :
1. faktor orang tua dimana pola pengasuhan orang tua yang kasar dan bersifat
menghukum ditandai agresi fisik dan verbal berat sehingga menimbulkan perilaku
agresif maladaptif anak.
2. Faktor sosiokultural dimana terjadi pada anak yang mengalami kekurangan
sosioekonomi.
3. Faktor sosiologis pada anak yang tumbuh di dalam keadaan sembrono yang kacau
sering menunjukkan pengaturan emosional yang buruk termasuk kemarahan, frustasi,
dan kesedihan.
4. Faktor neurobiologis biasanya gangguan tingkah laku disertai dengan ADHD, depresi,
dan gangguan belajar.
Gejala :
- Menunjukkan perilaku agresif mereka terang-terangan dalam berbagai bentuk
- Perilaku kejam dengan teman sebaya
30
- Bersifat bermusuhan, menyiksa secara verbal, lancang dan negativistik
terhadap orang dewasa
- Berbohong terus-menerus, bolos,
- Merusak, pencuri dan kekerasan fisik
- Menutupi perilaku antisosial serta memiliki perilaku seksual dan penggunaan
tembakau secra regular, minuman keras, atau zat psikoaktif.
Terapi :
1. Program terapi multimodalitas yang menggunakan sumber daya keluarga dan
komunitas yang tersedia besar kemungkinan memberikan hasil yang paling baik
dalam mengendalikan perilaku gangguan tingkah laku.
- Struktur ingkungan memberikan dukungan, bersama dengan peraturan yang
konsisten serta akibat yang diperkirakan, dapat membantu mengendalikan
berbagai perilaku masalah. Yang diterapkan di dalam keluarga sehingga orang
tua mengetahui teknik perilaku untuk meningkatkan perilaku yang dapat
diterima sosial
- Lingkungan sekolah yang menggunakan teknik perilaku untuk meciptakan
perilaku yang dapat diterima secara sosial oleh teman sebaya.
2. Obat-obat terapi tambahan seperti obat antipsikosis tipikal haloperidol (haldol) yang
membantu anak mengendalikan perilaku agresif dan menyerang yan dapat ada pada
berbagai gangguan.
14. Bagaimana perkembangan otak pada anak yang normal ? (Tri Narwati
G1A109095)
Jawab :
Tahap Perkembangan Otak
Proses tumbuh kembang otak sangat kompleks dan melalui beberapa tahapan, yaitu
penambahan sel-sel saraf (poliferasi), perpindahan sel saraf (migrasi), perubahan sel
saraf(diferensiasi), pembentukan jalinan saraf satu dengan yang lainnya (si- naps), dan
pembentukan selubung saraf (mielinasi).
1. Poliferasi
Pada awalnya, bentuk sel saraf (neuron) masih sederhana. Kemudian,
mengalami pembelahan sehingga menjadi banyak. Inilah yang disebut proses
penambahan (poliferasi) sel saraf. Proses proliferasi ini berlangsung pada usia
31
kehamilan sekitar 4-24 minggu. Proses poliferasi sel saraf selesai/berhenti pada
waktu bayi lahir.
2. Migrasi
Setelah proses poliferasi, sel saraf akan mengalami migrasi atau berpindah ke
tempatnya masing-masing. Ada yang menempati wilayah depan, belakang,
samping, dan bagian atas otak. Waktu terjadi perpindahannya berbeda-beda
sesuai program yang sudah dibentuk secara genetik dan alamiah.
Setelah sampai di “rumahnya” masing-masing, sel-sel saraf lalu berkembang.
Setiap “rumah” memiliki kurva pertumbuhan sendiri-sendiri. Percepatan
pertumbuhannya juga berbeda-beda. Tak heran kalau kemampuan otak setiap
anak juga berbeda. Proses migrasi sebenarnya berlangsung sejak kehamilan 16
minggu sampai akhir bulan ke-6. Proses migrasi ini terjadi secara
bergelombang. Artinya, sel saraf yang bermigrasi lebih awal akan menempati
lapisan dalam dan yang bermigrasi berikutnya menempati lapisan luar (korteks
serebri).
3. Diferensiasi
Pada akhir bulan ke-6 kehamilan, lempeng korteks sudah memiliki komponen
sel saraf yang lengkap. Seiring dengan itu juga sudah tampak adanya
diferensiasi. Yaitu perubahan bentuk, komposisi dan fungsi sel saraf menjadi
enam lapis seperti pada orang dewasa. Sel saraf kemudian berubah menjadi sel
neuron yang bercabang-cabang dan juga berubah menjadi sel penunjang (sel
glia). Sel penunjang ini tumbuh banyak setelah sel saraf menjadi matang dan
besar. Fungsi sel glia juga mengatur kehidupan individu sehari-hari.
4. Sinaps
Selanjutnya terjadi pembentukan jalinan saraf satu dengan yang lainnya
(sinaps). Setelah menjalani mielinisasi (proses pematangan selubung saraf),
sinaps makin bertambah banyak.
5. Mielinisasi
Proses pematangan selubung saraf (myelin) yang disebut mielinisasi masih
terus berkembang. Proses ini terjadi terutama beberapa saat sebelum terjadi
kehamilan. Pematangan selubung saraf mencapai puncaknya ketika bayi
berumur satu tahun. Setelah bayi lahir terjadi pertumbuhan serabut saraf. Lalu,
terjadi peningkatan jumlah sel glia yang luar biasa serta proses mielinisasi.
32
15. Apa saja jalur-jalur dopamin ? (Sulistya Ningsih G1A109054)
Jawab :
1. Jalur Tuberoinfendibular
- Dopamin dalam jumlah normal
- Dari hipotalamus ke kelenjar pituitary
- Pelepasan prolaktin
- Adapun gangguan yang dapat terjadi, Hiperprolaktinemia
2. Jalur Nigro striatal
- Dopamin dalam jumlah normal
- Dari substansia nigra ke ganglia basalis
- Berfungsi mengatur aktivitas motorik
- Adapun gangguan yang dapat terjadi: Parkinson disease, chorea
3. Jalur mesolimbik
- Jumlah dopamin meningkat gejala positif (waham, halusinasi, bicara kacau,
perilaku tak terkendali)
- Dari tegmental area menuju ke sistem limbik
- Mengatur memori, sikap, kesadaran, proses stimulus
- Adapun gangguan yang dapat terjadi: Skizofrenia
4. Jalur mesokortikal
- Jumlah dopamin menurun gejala negatif (afek tumpul, penarikan
diri/anhedonia, hipobulia, isi pikiran miskin)
- Dari tegmental area menuju ke frontal cortex
- Mengatur kognisi, fungsi sosial, komunikasi, respon terhadap sress
- Adapun gangguan yang dapat terjadi: Skizofrenia
16. Apa perbedaan Chorea dan Tic ? (Sulistya Ningsih G1A109054)
Jawab :
Perbedaan Gejala Chorea dan Tic
Chorea Tic
33
Gerakan tak terkendali berupa sentakan berskala besar dan berulang-ulang, seperti berdansa, yang dimulai pada salah satu bagian tubuh dan menjalar kebagian tubuh yang lainnya secara tiba-tiba dan tak terduga.
Etiologi : Penyakit yang sering kali menyebabkan korea adalah penyakit huntington dan berbagai penyebab chorea.
Pemeriksaan fisik : ditandai adanya kedutan pada jari-jari dan pada wajah, amplitudo meningkat, pergerakan seperti menari, mengganggu pergerakan voluntar dari ekstremitas dan berlawanan dengan gaya berjalan, berbicara tidak teratur, hipotonus, perubahan kepribadian, apatis, penarikan sosial, impulsif, depresi, mania, paranoid, delusi, halusinasi, atau psikosis.
Gejala : Gerak chorea dapat dibuat nyata bila pasien disuruh melakukan dua macam gerakan sekaligus, gerakan chorea didapatkan dalam keadaan istirahat dan menjadi lebih hebat bila ada aktivitas dan ketegangan, korea menghilang bila penderitanya tidur, gerak korea melibatkan jari-jari dan tangan, diikuti secara gradual oleh lengan dan menyebar ke muka dan lidah, cadel, Bila otot faring terlibat dapat terjadi disfagia dan kemungkinan pneumonia oleh aspirasi, sensibilitas normal.
Komplikasi : Beberapa pasien dapat berkembang menjadi rhabdomyolysis atau trauma local, aspirasi pneumonia dapat mengakibatkan terjadinya kematian.
Terapi : Yang biasa digunakan haloperidol dan fluphenazine. Sedangkan yang jarang digunakan yaitu risperidone, olanzapine, clozapine, dan quetiapine. Dopamin depleting agen diantaranya reserpine dan tetrabenazine dapat diberikan sebagai pengganti. Obat GABAergik, seperti clonazepam dan gabapentin dapat digunakan sebagai terapi
Kontraksi otot berulang dan cepat yang menghasilkan gerakan atau vokalisasi yang dirasakan sebagai sesuatu yang involunter.
Gangguan tic merupakan kelompok gangguan neuropsikiatrik yang terjadi pada masa anak atau remaja.
Etiologi : pada gangguan tic dipengaruhi faktor genetik dan faktor neurokimia dan neuroanatomis, serta faktor imunologis dan pascainfeksi.
Gangguan tic terdiri dari :- Gangguan tic motoric multipel dan
satu atau lebih tic vokal- Gangguan tic vokal atau motorik
kronis- Gangguan tic sementara- Gangguan tic yang tidak
tergolongkan Gejala : tic dapat mengenai leher dan
kepala, lengan dan tangan, tubuh dan ekstremitas bawah, serta sistem pernapasan dan pencernaan.
Terapi : pemberian terapi pada tic bisa diberikan Anti psikotik konvensional (Tipikal) seperti haloperidol, namun pemberian halloperidol tidak efektif dalam mengurangi gejala tic,selain itu trifluoperazine (stelazin), dan pimozid (orap). Terapi antipsikotik Atipikal termasuk risperidon dan olanzapin yang sering digunakan karena memiliki efek samping yang lebih ringan dibandingkan dengan antipsikotik konvensional. Golongan antagonis nor adrenergik tidak disetujui untuk digunakan pada penderita tic dengan gangguan Tourrate. Golongan agonis α-adrenergik aeperti guanfacine juga dapat digunakan dalam terapi gangguan tic.
34
adjuvantif. Imunoglobulin intra vena dan plasmapharesis dapat digunakan untuk mengurangi gejala sydenham korea. Chorea yang disebabkan oleh kelainan jantung dapat diobati dengan pemberian steroid.
Prognosis : Prognosis tergantung pada penyebab, pada huntington disease mempunyai prognosa yang buruk, dimana pasien akan meninggal diakibatkan oleh adanya komplikasi. Hal yang sama juga ditemukan pada pasien dengan neuroacanthocytosis yang mengalami pneumonia.
17. Apa saja penyakit yang menimbulkan gejala pada chorea dan tic ? (Sulistya Ningsih
G1A109054)
Jawab :
Penyakit yang menimbulkan gejala chorea Penyakit yang menimbulkan gejala tic1. Gangguan neurodegeneratif
Autosomal dominan- Penyakit huntington- Neuroacanthocytosis- Ataksia spinoserebelar- Penyakit fahr
Autosomal resesif- Neuroacanthocytosis- Penyakit Wilson- Degenerasi neuronal dengan besi
diotak- Akumulasi tipe I- Ataxia-telengiectasia- Ataksia Friedreich- Tuberous sclerosis
X-linked recessive Mc Leod syndrome
2. Sporadis atau penurunan yang tidak diketahui Atrofi olivopontocerebellar korea familial benigna korea fisiologis infancy korea senilis infeksi primer infeksi oportunistik
3. Gangguan neurometabolik1. Sindrom Lesch-Nyhan
1. Gangguan Tourette2. Demam reumatik hal ini
terjadi akibat infeksi streptotokokus yang memicu timbulnya gejala tic
35
2. Gangguan lysosomal storage3. Gangguan aminoacid4. Penyakit Leight’s5. Porphyria
4. Korea benigna5. Infeksi
penyakit creutzfeldt-jakob sindrom defisiensi imunitas yang
Pada semua terapi OAT rata-rata memiliki efek samping yang menimbulkan
gejala psikotik, yang mana OAT mudah berdifusi ke dalam sel dan semua cairan tubuh.
Kadar obat kebih tinggi dalam plasma dan otot dariapda dalam jaringan yang terinfeksi,
tetapi kemudian obat tertinggal di jaringan yang terinfeksi dalam jumlah yang lebih dari
cukup sebagai bakteriostatik. Setelah diserap dari saluran cerna, obat ini cepat diekskresi
melalui empedu dan kemudian mengalami sirkulasi enterohepatik obat ini juga berdifusi
baik ke jaringan termasuk cairan otak dan di distribusi ke seluruh tubuh. Akibat terjadinya
hal tersebut menimbulkan keluhan yang berhubungan dengan sistem saraf.
19. Bagaimana hubungan terjadinya MDR pada penderita TB dengan gejala gangguan
jiwa ? (Sulistya Ningsih G1A109054)
Jawab :
Terjadinya MDR pada penderita TB dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti
ketidak patuhan pasien dalam minum obat dan selama pemberian OAT sehingga memicu
MDR, dengan adanya gejala gangguan jiwa juga semakin memperberat kondisi pasien
dan memungkinkan tingkat ketidakpatuhan obat menjadi menurun. Selain itu ada
beberapa faktor lain seperti sosial ekonomi dan pengetahuan pasien yang rendah
menimbulkan kerentanan pasien sulit untuk memperolah terapi dan tidak mengetahui
mengenai pemberian terapi dan penyakit TB paru yang dialami. Dengan adanya gejala
gangguan jiwa juga memicu pasien menjadi tidak nafsu makan sehingga faktor gizi tidak
tercukupi pada pasien yang mengalami TB paru dan semakin memperburuk kondisi
pasien dengan TB paru. Pengobatan pasien TB MDR dengan gangguan jiwa
1. Pasien dengan riwayat gangguan jiwa harus dievaluasi kondisi kesehatan jiwanya
sebelum memulai pengobatan.
2. Keadaan yang memacu timbulnya depresi dan kecemasan pada pengobatan TB MDR
sering berkaitan dengan penyakit kronis yang diderita pasien dan keadaan sosio-
ekonomi pasien yang kurang baik.
3. Pada pasien dengan gangguan psikiatris, diperlukan pemantauan ketat jika diberi
sikloserin.
4. Dalam mengobati pasien TB MDR dengan gangguan jiwa, harus melibatkan ahli jiwa.
20. Apa saja efek samping terapi OAT yang menimbulkan gangguan jiwa ? (Sulistya
Ningsih G1A109054)
37
Jawab :
38
Ket :
Nama obat
Cs : Sikloserin
Lfx : Levoflokasasin
Eto : Ethionamid
21. Apa yang dimaksud dengan ADHD ? ( Ferdian Mei Sandra G1A109079)
Jawab :
ADHD ( Attention deficit hyperactivity disorder) adalah sebuah gangguan pada perkembangan otak yang menyebabkan penderita menjadi hiperaktif, impulsif, serta susah memusatkan perhatian
Trias ADHD :
1. Hiperaktif : tampak seperti kelebihan energi, selalu aktif dan tidak bisa diam, tanda tandanya a. Tidak bisa bermain dengan tenangb. Susah berdiam diri, menggeliat, gelisah, sering berdiri kembali ketika dudukc. Selalu bergerak, tidak bisa duduk tenang
2. In attention : berupa gangguan atau kesulitan untuk memusatkan perhatiana. Tamapak tidak mendengar ketika orang lain berbicara kepadanyab. Perhatian sangat mudah teralihkanc. Sering membuat kesalahan karena kurang hati2 atau kurang memperhatikand. Susah mengikuti arahan atau tugase. Sering melupakan atau menghilangkan sesuatu
3. Impulsif : bertindak tanpa berpikir (spontan)a. Sulit untuk menunggu giliranb. Menjawab pertanyaan sebelum pertanyaan selesaic. Bertindak spontan tanpa memikirkan konsekuensinya
Tata laksana :
39
Tujuannya membantu penderitanya meningkatkan kemampuan dalam belajar, meningkatkan kepercayaan diri anak, dan menjaga penderitanya dari tingkah laku yang dapat membahayakan diri sendiri
Obat obatan yang di berikan berupa stimulan untuk mengontrol sikap hiperaktif dan impulsif pada anak serta mampu meningkatkan fokus dan perhatian
Psikoterapi berupa pelatihan kemampuan sosial, modifikasi tingkah laku, dan juga kognitif
22. Apa yang dimaksud dengan Enuresis pada anak ? ( Ferdian Mei Sandra
G1A109079)
Jawab :
Enuresis
Enuresis nokturnal adalah enuresis yang terjadi pada malam hari, sedang enuresis diurnal adalah enuresis pada siang hari. Menurut beberapa penelitian dikatakan bahwa kejadian enuresis nokturnal lebih sering pada anak laki laki,sedang enuresis diurnal lebih sering pada anak perempuan. Enuresis nokturnal adalah ngompol yang tidak disadari waktu tidur, tanpa adanya kelainan pada sistem asluran kemih, dimana anak tidak mampu bangun dengan meningkatnya tekanan dan volume kandung kemihnya sebelum kandung kemih secara otomatis mengosongkan isinya.
Enuresis lebih sering pada anak anak yang berasal dari :
1. Golongan sosio ekonomi rendah2. Anak anak yang pernah menderita hambatan sosial atau psikologis dalam periode
perkembangan antara umur 2 sampai 4 tahun pertama kehidupan3. Latar belakang pendidikan orang tua yang rendah4. Toilet training yang tidak adekuat5. Anak pertama
Etiologi :
1. Keterlambatan pematangan neurofisiologi2. Keterlambatan perkembangan3. Hormon antidiuretik4. Faktor urodinamik5. Faktor tidur yang dalam6. Faktor psikologi7. Faktor organik
40
Penatalaksanaan
Pengobatan enuresis pada anak harus dilihat secara individu dengan melihat beberapa hal, antara lain : attitude (sikap) anak dan orang tua, kedaan sosial ekonomi dan lingkungan rumah. Begitu juga anggota keluarga harus dapat membantu dalam memberikan motivasi yang sesuai dan pihak orangtua tidak mempertimbangkan pengobatan dengan obat obatan sebagai pilihan pertama dalam program pengobatan enuresis anaknya.
Non farmakolik
1. Latihan menahan miksi2. Memberikan motivasi3. Mengubah kebiasaan
Farmakologik
1. Antidepresan2. Desmopresin 3. Antikolinergik
23. Apa hubungan timbulnya stres dengan gejala gastritis ? (Monice Syafrizal
G1A109085)
Jawab :
Stimulus apapun yang menyebabkan stress akan terjadi peningkatan aktivitas
HPA yang ditandai dengan penglepasan CRH dari hipotalamus yang dirangsang oleh
noradregenik, serotonergik, dan kolinergik. Kemudian CRH akan merangsang kelenjar
hipofisis anterior untuk mensekresikan ACTH dengan segera dan bermakna akibat dari
naiknya aktivitas dalam sistem limbik, khususnya dalam region amigdala dan
hipokampus. Setelah itu ACTH akan merangsang korteks adrenal untuk mengeluarkan
kortisol, peningkatan kortisol akan menyebabkan kontraksi saluran pencernaan
(peristaltik lambung, usus meningkat), sehingga asam lambung dikeluarkan akibat perut
mengira ada makanan di dalam lambung. Padahal makanan tidak ada, maka dari itu
terjadilah peningkatan asam lambung yang dapat menyebabkan penyakit gastritis.
24. Apa hubungan terjadinya gangguan depresi dengan penyakit Tuberculosis ?
(Monice Syafrizal G1A109085)
41
Jawab :
Peningkatan aktivitas HPA yang ditandai dengan penglepasan CRH dari
hipotalamus yang dirangsang oleh noradregenik, serotonergik, dan kolinergik. Kemudian
CRH akan merangsang kelenjar hipofisis anterior untuk mensekresikan ACTH dengan
segera dan bermakna akibat dari naiknya aktivitas dalam sistem limbik, khususnya dalam
region amigdala dan hipokampus. Setelah itu ACTH akan merangsang korteks adrenal
untuk mengeluarkan kortisol, peningkatan kortisol. Mengaktifkan Reseptor alpha dan
beta yang mengghambat fungsi kelenjar thymus, shingga produksi sel T berkurang dan
menyebabkan keadaan imun menurun.
Sehingga apa bila penderita depresi yang menderita TB Paru akan mengalami
infeksi yang berulang atau berkepanjangan atau infeksi oportunistik yang tidak
memberikan respon terhadap terapi anti mikroba.
Sementara apabila obat TB diberikan bersamaan obat anti depresan, maka
Interaksi obat yang terjadi adalah isoniazid akan meningkatkan kadar atau efek obat
trisiklik. Karena isoniazid menghambat enzim metabolisme obat trisiklik yang dapat
menghambat proses eliminasi obat. Sehingga, meningkatkan kadar obat trisiklik dalam
darah.
Sementara, trisiklik merupakan obat yang sangat berbahaya jika diminum dalam
jumlah dosis yang berlebihan dan pasien yang depresi tersebut cendrung untuk bunuh
diri. Oleh karena itu, peresepan dibatasi dalam jumlah yang kurang dari 1,25 g atau 50
dosis dari 25 mg dengan resep tidak boleh diulang. Dan hal itu akan di perburuk dengan
timbulnya efek samping isoniazid yang bersifat toksisitas apabila diberikan dengan dosis
yang tinggi dan dalam waktu yang lama yaitu episode psikotik, ini berhubungan dengan
pengaruhnya terhadap neurotransmitter pada sistem saraf pusat.
Oleh karena itu, pemberian trisiklik pada pasien TB kadar dosis terapi trisiklik
harus dikurangkan menimbang meningkatnya kadar trisiklik dalam plasma akibat
interaksi obat dengan isoniazid atau pemberian obat TB (isoniazid). Atau, pemberian obat
isoniazid dapat dianjurkan diminum 1-2 jam setelah pemberian obat antidepresan.
Penderita TB paru yang mengalami depresi juga menyebabkan penderita rentan
untuk tidak patuh dalam pengobatan akibat adanya gangguan mood dan emosi pada
penderita depresi yang tidak stabil, sehingga penderita beresiko untuk mengalami MDR
(Multi drug resistensi). Oleh Karenaitu, penting adanya PMO (pengawas minum obat)
pada penderita TB paru yang memantau penderita TB dalam meminum obat secara
teratur.
42
25. Apa faktor yang berhubungan timbulnya depresi pada penderita TB paru ?
(Monice Syafrizal G1A109085)
Jawab :
1. Stigma negatif masyarakat terhadap penderita TB Paru
- Masyarakat awam masih beranggapan penyakit TB Paru adalah penyakit
kutukan dan guna-guna.
Dikarenakan pada pasien TB sering disertai dengan gejala batuk berdarah dengan
tiba-tiba, di masyarakt dipahami itu adalah karena guna-guna atau kutukan.
Sehingga pasien TB akan dikucilkan karena dianggap melakukan hal-hal yang
salah dan menyimpang.
- Penyakit tb paru adalah penyakit keturunan
Seringkali ditemukan penyakit TB dialami dalam satu keluarga, apabila
orangtuanya sakit maka anaknya juga sakit, apabila suaminya sakit maka istrinya
juga sakit. Sehingga dimasyarakat dipahami bahwa TB adalah penyakit keturunan
dan membahayakan, yang akhirnya membuat masyarakat mengucilkan satu
keluarga pasien TB.
- Penyakit tb adalah penyakit yang tidak bisa disembuhkan
Di masyarakat, sering ditemui pasien TB yang tidak berobat menjadi berat
sakitnya dan akhirnya meninggal. Dikarenakan berobat TB harus dalam waktu
yang lama menyebabkan pasien menjadi bosan dan merasa tidak bisa
disembuhkan. Hal ini menimbulkan pemahaman di masyarakat bahwa TB adalah
penyakit yang tidak bisa disembuhkan.
Sehingga kebanyakan penderita TB paru megalami stigma sosial dan ketidak
adilan di dalam maysrakat yng diasingkan dari kehidupan sosial. Sehingga secara
fungsi soasial penderita tb mengalami gangguan fungsi, hal ini menimbulkan stressor
tercetusnya gejala depresi.
2. Lamanya waktu pengobatan TB Paru
Pengobatan TB paru memerlukan waktu yang lama 6-9 bulan dan memerlukan
kedisiplinan dalam mengkonsumsi obat. Jika terjadi putus obat akan menimbulkan
MDR. Sehingga kadang-kadang muncul rasa ketakutan dan rasa terbebankan akan
aturan-aturan yang disarankan dalam masa pengobatan. Hal tersebut menimbulakn
ketegangan psikis yang menjadi stressor munculnya depresi.
3. Gangguan fungsional produktivitas
43
Penyakit TB paru menyebabkan penderita TB paru mengalami penurunan
produktivitas atau tidak bisa melakukan kegiatan seperti orang normal. Dan
kemungkinan di pecat dari tempat kerjanya, sehingga menimbulkan beban pikiran
untuk memenuhi biaya kehidupan yang tinggi.
26. Apa saja obat anastesi yang menyebabkan delirium? (Feggy Maidandy G1A109023)
Jawab :
- Golongan benzodiazepine
- Golongan beta blocker
- Lithium
- Antikonvulsan
- Lidocaine, xylocaine
27. Apa hubungan lama perawatan dengan timbulnya depresi? (Feggy Maidandy
G1A109023)
Jawab :
Dengan perawatan yang lama pada pasien menyebabkan perubahan mood yang
membuat pasien bosan, sehingga terjadi perubahan neurotransmiter.
Neuron yang mengandung norepineprin terlibat dalam beberapa fungsi, misalnya
kewaspadaan, mood, nafsu makan, penghargaan , dan dorongan kehendak.
Neurotransmiter lain yang juga memediasi fungsi ini yaitu dopamin, yang berfungsi untuk
rasa senang, seks, dan aktivitas psikomotor.
Amin biogenik. Norepinephrine dan serotonin adalah dua neurotransmitters yang
paling terlibat dalam patofisiologi gangguan mood.
Norepinefrine. Penurunan regulasi reseptor beta adrenergik dan respon klinik anti
depresan mungkin merupakan peran langsung sistem noradrenergik dalam depresi. Bukti
lain yang juga melibatkan reseptor B2-presipnatik pada depresi, telah mengaktifkan
reseptor yang mengakibatkan pengurangan jumlah pelepasan norepinefrin. Reseptor B2-
presinaptik juga terletak pada neuron serotonergik dan mengatur jumlah pelepasan
serotonin.
Dopamin. Aktivitas dopamin mungkin berkurang pada depresi. Penemuan subtipe
baru reseptor dopamin dan meningkatnya pengertian fungsi regulasi presinaptik dan
pascasinaptik dopamin memperkaya hubungan antara dopamin dan gangguan mood. Dua
teori terbaru tentang dopamin dan depresi adalah jalur dopamin mesolimbik mungkin
44
mengalami disfungsi pada depresi dan reseptor dopamin D1 mungkin hipoaktif pada
depresi.
Serotonin. Aktivitas serotonin berkurang pada depresi. Serotonin bertanggung
jawab untuk kontrol regulasi afek, agresi, idur, dan nafsu makan. Pada beberapa
penelitian ditemukan jumlah serotonin yang berkurang di celah sinap dikatakan
bertanggung jawab untuk terjadinya depresi.
Patofisiologi
Feed back CR
yang membuat
sensitivitas menurun
ACTH
28. Bagaiamana hubungan Ibu hamil dengan depresi menyebabkan anak dengan
gangguan perilaku? (Gabriella Mariza. A G1A109083)
Jawab :
- Depresi pada ibu hamil prosesnya sama seperti depresi pada umumnya → stressor
(tidak siap untuk punya anak, kekhawatiran, ketakutan karena kehamilan, dll) → ↓