Top Banner
TUGAS PBL SKENARIO 4 Disusun oleh : KELOMPOK 21 Semester 2 No. Nama NPM 1. EVELINE KUMALASARI 09700100 2. VERAWATI 09700102 3. FERDINA HARJOTO 09700104 4. NI WAYAN KARTIKA C. 09700106 5. META ANDHARASTA 09700108 6. IVA JAYA M. 09700110 7. BAYU TRI PRATAMA PUTRA 09700112 8. FLORENSIA ORISA P A 09700114 9. PUTU NGURAH PRADNYA WIBAWA 09700118 10. DEBORA SINGGIH 09700120 11. LUCKY FITVITA EKA BRILLYANTI 09700124 PEMBIMBING TUTOR : dr. Laksomono Pratiknyo FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA TAHUN AKADEMIK 2009/2010 DAFTAR ISI
44

Tugas Skenario 4 Kelompok 21 Bronkitis Kronis

Jun 20, 2015

Download

Documents

Iva Maria
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Tugas Skenario 4 Kelompok 21 Bronkitis Kronis

TUGAS PBL

SKENARIO 4

Disusun oleh : KELOMPOK 21

Semester 2

No. Nama NPM

1. EVELINE KUMALASARI 097001002. VERAWATI 097001023. FERDINA HARJOTO 097001044. NI WAYAN KARTIKA C. 097001065. META ANDHARASTA 097001086. IVA JAYA M. 097001107. BAYU TRI PRATAMA PUTRA 097001128. FLORENSIA ORISA P A 097001149. PUTU NGURAH PRADNYA WIBAWA 0970011810. DEBORA SINGGIH 0970012011. LUCKY FITVITA EKA BRILLYANTI 09700124

PEMBIMBING TUTOR : dr. Laksomono Pratiknyo

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA

TAHUN AKADEMIK 2009/2010

Page 2: Tugas Skenario 4 Kelompok 21 Bronkitis Kronis

DAFTAR ISI

COVER JUDUL.............................................................................................................................. i

.

DAFTAR ISI....................................................................................................................................1

BAB I SKENARIO....................................................................................................................2

BAB II KATA KUNCI..................................................................................................................3

BAB III PROBLEM.......................................................................................................................8

BAB IV PEMBAHASAN..............................................................................................................9

A. Batasan.......................................................................................................................9

B. Anatomi /Histologi /Fisiologi /Patofisiologi /Patomekanisme..................................9

C. Jenis – jenis Penyakit yang Berhubungan................................................................11

D. Gejala Klinis............................................................................................................13

E. Pemerikasaan Fisik Penyakit....................................................................................13

F. Pemeriksaan Penunjang Penyakit.............................................................................14

BAB V HIPOTESIS AWAL ( Differential Diagnosis )..............................................................15

BAB VI ANALISIS DARI DIFFFERENTIAL DIAGNOSIS....................................................16

A. Gejala Klinis

B. Pemeriksaan Fisik

C. Pemeriksaan Penunjang

BAB VII HIPOTESIS AKHIR (Diagnosis).................................................................................25

BAB VIII MEKANISME DIAGNOSIS......................................................................................26

A. Mekanisme Berupa Bagan Sampai Tercapainya Diagnosis

BAB IX STRATEGI MENYELESAIKAN MASALAH...........................................................28

A. Penatalaksanaan.......................................................................................................28

B. Prinsip Tindakan Medis...........................................................................................28

BAB X PROGNOSIS DAN KOMPLIKASI..............................................................................29

A. Cara Penyampain Prognosis Kepada Pasien / Keluarga Pasien...............................29

B. Tanda Untuk Merujuk Pasien...................................................................................29

C. Peran Pasien / Keluarga Untuk Penyembuhan.........................................................29

D. Pencegahan Penyakit................................................................................................30

Page 3: Tugas Skenario 4 Kelompok 21 Bronkitis Kronis

BAB I

Skenario 4

Seorang Pasien datang ke dokter dengan keluhan susah tidur malam hari karena sesak napas

yang sering membuatnya terbangun di malam hari disertai dengan batuk-batuk.

Page 4: Tugas Skenario 4 Kelompok 21 Bronkitis Kronis

BAB II

Kata Kunci

1. Susah tidur

Insomnia adalah gejala kelainan dalam tidur berupa kesulitan berulang untuk tidur atau

mempertahankan tidur walaupun ada kesempatan untuk itu. Gejala tersebut biasanya diikuti

gangguan fungsional saat bangun. Insomnia sering disebabkan oleh adanya suatu penyakit atau

akibat adanya permasalahan psikologis. Dalam hal ini, bantuan medis atau psikologis akan

diperlukan. Salah satu terapi psikologis yang efektif menangani insomnia adalah terapi kognitif.

Dalam terapi tersebut, seorang pasien diajari untuk memperbaiki kebiasaan tidur dan

menghilangkan asumsi yang kontra-produktif mengenai tidur. Banyak penderita insomnia

tergantung pada obat tidur dan zat penenang lainnya untuk bisa beristirahat. Semua obat

sedatif memiliki potensi untuk menyebabkan ketergantungan psikologis berupa anggapan

bahwa mereka tidak dapat tidur tanpa obat tersebut.

Diagnosa

Spesialis tidur kedokteran memenuhi syarat untuk mendiagnosis berbagai gangguan tidur.

Pasien dengan berbagai penyakit termasuk sindrom fase tidur tertunda sering salah

didiagnosis sebagai Insomnia.

Untuk mendiagnosis insomnia, dilakukan penilaian terhadap:

Pola tidur penderita.

Pemakaian obat-obatan, alkohol, atau obat terlarang.

Tingkatan stres psikis.

Riwayat medis.

Aktivitas fisik.

Diagnosis berdasarkan kepada kebutuhan tidur secara individual.

Penyebab

Insomnia bukan suatu penyakit, tetapi merupakan suatu gejala yang memiliki

berbagai penyebab, seperti kelainan emosional,kelainan fisik dan pemakaian obat-obatan.

Sulit tidur sering terjadi, baik pada usia muda maupun usia lanjut; dan seringkali timbul

Page 5: Tugas Skenario 4 Kelompok 21 Bronkitis Kronis

bersamaan dengan gangguan emosional, seperti kecemasan, kegelisahan, depresi atau

ketakutan. Kadang seseorang sulit tidur hanya karena badan dan otaknya tidak lelah.

Dengan bertambahnya usia, waktu tidur cenderung berkurang. Stadium tidur juga

berubah, dimana stadium 4 menjadi lebih pendek dan pada akhirnya menghilang, dan

pada semua stadium lebih banyak terjaga. Perubahan ini, walaupun normal, sering

membuat orang tua berfikir bahwa mereka tidak cukup tidur. Pola terbangun pada dini

hari lebih sering ditemukan pada usia lanjut. Beberapa orang tertidur secara normal tetapi

terbangun beberapa jam kemudian dan sulit untuk tertidur kembali. Kadang mereka tidur

dalam keadaan gelisah dan merasa belum puas tidur. Terbangun pada dini hari, pada usia

berapapun, merupakan pertanda dari depresi. Orang yang pola tidurnya terganggu dapat

mengalami irama tidur yang terbalik, mereka tertidur bukan pada waktunya tidur dan

bangun pada saatnya tidur.

Hal ini sering terjadi sebagai akibat dari:

Jet lag (terutama jika bepergian dari timur ke barat).

Bekerja pada malam hari.

Sering berubah-ubah jam kerja.

Penggunaan alkohol yang berlebihan.

Efek samping obat (kadang-kadang).

Kerusakan pada otak (karena ensefalitis, stroke, penyakit Alzheimer).

Cara Mengatasi & Menyembuhkan Insomnia / Penyakit Sulit Tidur :

1. Menjalani pola hidup sehat misalnya tidak merokok, tidak begadang, tidak memakai

narkoba, tidak minum alkohol, dll.

2. Memiliki jadwal tidur yang cukup dan normal.

3. Memilih lingkungan yang tenang, sehat dan nyaman untuk tidur.

4. Berolah raga secara rutin dan teratur.

5. Makan secara teratur, sehat dan cukup agar selama tidur tidak lapar.

6. Hindari minum terlalu banyak minuman yang mengandung kafein seperti kopi,

coklat, teh, dsb.

2. Sesak napas

Sesak nafas adalah perasaan yang dirasakan oleh seseorang mengenai ketidaknyamanan

atau kesulitan dalam bernapas. Sesak napas dapat disebabkan oleh gangguan dalam

Page 6: Tugas Skenario 4 Kelompok 21 Bronkitis Kronis

sistem pernapasan (hidung, tenggorokan paru-paru) atau gangguan yang berasal dari luar

paru-paru (jantung).

Tanda-tanda dari sesak napas dapat berupa :

Peningkatan jumlah frekuensi napas (dewasa >20x/menit; anak >30x/menit;

bayi>40x/menit)

Kebiruan pada sekitar bibir, ujung-ujung jari (sianosis)

Adanya suara napas tambahan seperti ngorok, serak, grok-grok, atau mengi.

Penyebab kegawatdaruratan karena sesak napas dapat berupa :

Asma : batuk, mengi

Infeksi paru (pneumonia) : batuk, panas, sesak napas

Alergi (pembengkakan pada tenggorok yang menyebabkan terjadinya sumbatan) :

riwayat makan makanan yang menyebabkan alergi (seafood, kacang, telur, dll)

Sakit jantung (disertai nyeri dada)

Trauma dada (kecelakaan yang mengenai dada) : riwayat benturan keras di daerah

dada, sesak napas, nyeri dada, ada kerusakan pada dada (patah tulang), perdarahan

3. Terbangun di malam hari

Jantung adalah organ yang berfungsi memompa darah ke seluruh bagian tubuh

Anda. Jantung bagian kanan akan memompa darah ke paru-paru. Di paru-paru, darah

menerima oksigen (O2). Kemudian, darah yang mengandung banyak oksigen ini

mengalir kembali ke jantung bagian kiri. Dari sini darah dialirkan ke seluruh organ tubuh.

Setelah tubuh menggunakan oksigen yang terkandung dalam darah, darah dialirkan

kembali ke jantung sebelah kanan dan proses sirkulasi darah dimulai kembali. Jika proses

ini terganggu, maka akibat lebih lanjut dari keadaan ini dinamakan gagal jantung.

Gagal jantung adalah suatu keadaan kelainan fungsi jantung yang berakibat

jantung gagal memompakan darah untuk memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan.

Karena jantung sudah lemah, hanya sedikit darah yang dapat dialirkan pada setiap kali

memompa. Dengan berkurangnya darah yang mengalir dalam tubuh, berarti oksigen yang

dapat dialirkan ke seluruh tubuh pun akan berkurang. Dengan demikian gagal jantung

dapat mengakibatkan kerusakan berbagai organ tubuh. Misalnya, jika kerja ginjal

(berfungsi membantu pengeluaran cairan yang berlebihan) terganggu, maka cairan akan

Page 7: Tugas Skenario 4 Kelompok 21 Bronkitis Kronis

tertimbun di berbagai bagian tubuh seperti hati, tungkai bawah, saluran pencemaran dan

pagu-paru.

Banyak kondisi yang dapat melemahkan dan mengganggu kerja jantung.

Beberapa kondisi dapat merusak otot jantung, jantung bekerja lebih keras sehingga

jantung akan melemah akibat digunakan secara berlebihan. Faktor predisposisi gagal

jantung adalah penyakit yang menimbulkan penurunan fungsi ventrikel (bilik jantung)

seperti penyakit jantung koroner, tekanan darah tinggi, kelainan katup jantung (kelainan

jantung bawaan), dan serangan jantung. Sedangkan meningkatnya asupan garam,

ketidakpatuhan menjalani pengobatan anti gagal jantung, infark miokard akut (mungkin

yang tersembunyi), hipertensi, aritmia akut (gangguan irama jantung), infeksi atau

demam, anemia, kehamilan, gangguan kelenjar gondok (tiroroksikosis), dan diabetes

(kencing manis) juga berperan menyebabkan terjadinya gagal jantung.

GejalaPenyakit

Berdasarkan bagian jantung yang mengalami kegagalan pemompaan, gagal jantung

terbagi atas gagal jantung kiri, gagal jantung kanan, dan gagal jantung kongestif (bagian

jantung kanan dan kiri mengalami gangguan). Gejala dan tanda yang timbul pun berbeda.

Pada gagal jantung kiri terjadi sesak nafas, tersengal-sengal saat beraktivitas yang berat,

lemah dan cepat lelah, terbangun pada malam hari karena batuk dan sesak nafas.

Kadang sesak nafas terjadi pada malam hari ketika penderita sedang berbaring, karena

cairan bergerak ke dalam paru-paru. Penderita sering terbangun dan bangkit untuk

menarik nafas atau mengeluarkan bunyi mengi. Duduk menyebabkan cairan mengalir

dari paru-paru sehingga penderita lebih mudah bernafas. Kebanyakan dari penderita

gagal jantung tidur dengan posisi setengah duduk untuk menghindari dari sesak.

4. Batuk

Batuk bukanlah suatu penyakit. Batuk merupakan mekanisme pertahanan tubuh

di saluran pernapasan dan merupakan gejala suatu penyakitatau reaksi tubuh

terhadap iritasi di tenggorokan karena adanya lender, makanan, debu, asap, dan

sebagainya.

Batuk terjadi karena rangsangan tertentu, misalnya debu di reseptor batuk

(hidung, saluran pernapasan, bahkan telinga). Kemudian reseptor akan mengalirkan

Page 8: Tugas Skenario 4 Kelompok 21 Bronkitis Kronis

lewat saraf ke pusat batuk yang berada di otak. Di sini akan memberi sinyal kepada otot-

otot tubuh untuk mengeluarkan benda asing tadi, hingga terjadilah batuk.

Batuk dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu batuk akut dan batuk kronis,

keduanya dikelompokkan berdasarkan waktu. Batuk akut adalah batuk yang berlangsung

kurang dari 14 hari, serta dalam 1 episode. Bila batuk sudah lebih dari 14 hari atau terjadi

dalam 3 episode selama 3 bulan berturut-turut, disebut batuk kronis atau batuk kronis

berulang. Batuk kronis berulang yang sering menyerang anak-anak adalah

karena asma, tuberkolosis (TB), dan pertusis (batuk rejan/batuk 100 hari). Pertusis adalah

batuk kronis yang disebabkan oleh kuman Bordetella pertussis. Pertussis dapat dicegah

dengan imunisasi DPT. Ada beberapa macam penyebab batuk :

1. Umumnya disebabkan oleh infeksi di saluran pernapasan bagian atas yang

merupakan gejala flu.

2. Infeksi saluran pernapasan bagian atas (ISPA).

3. Alergi

4. Asma atau tuberculosis

5. Benda asing yang masuk kedalam saluran napas

6. Tersedak akibat minum susu

7. Menghirup asap rokok dari orang sekitar

8. Batuk Psikogenik. Batuk ini banyak diakibatkan karena

masalah emosi dan psikologis.

Page 9: Tugas Skenario 4 Kelompok 21 Bronkitis Kronis

BAB III

Problem

Penyakit apa yang mempunyai keluhan insomnia karena sesak napas yang sering

membuat pasien terbangun di malam hari, disertai dengan batuk-batuk?

Page 10: Tugas Skenario 4 Kelompok 21 Bronkitis Kronis

BAB IV

PEMBAHASAN

Batasan

Bronkitis Akut

ANATOMI

Bronkitis ( bronchitis ) adalah peradangan ( inflamasi ) pada selaput lendir ( mukosa ) bronchus ( saluran pernafasan dari trachea hingga saluran napas di dalam paru-paru). Peradangan ini mengakibatkan permukaan bronchus membengkak (menebal) sehingga saluran pernapasan relatif menyempit.

Penyebab Bronkitis infeksiosa adalah virus, bakteri dan (terutama) organisme yang

menyerupai bakteri (Mycoplasma pneumoniae dan Chlamydia). Serangan bronkitis berulang bisa

terjadi pada perokok dan penderita penyakit paru-paru dan saluran pernafasan menahun. 

Infeksi berulang bisa merupakan akibat dari:

Sinusitis kronis Bronkiektasis Alergi Pembesaran amandel dan adenoid pada anak-anak. 

Bronkitis iritatif bisa disebabkan oleh berbagai jenis debu  Asap dari asam kuat, amonia, beberapa pelarut organik, klorin, hidrogen sulfida, sulfur

dioksida dan bromin  Polusi udara yang menyebabkan iritasi ozon dan nitrogen dioksida  Tembakau dan rokok lainnya. 

HISTOLOGI

Bronkitis terbagi atas 2 jenis, yakni: bronkitis akut dan bronkitis kronis. Perlu diingat

bahwa istilah akut dan kronis adalah terminologi (istilah) berdasarkan durasi berlangsungnya

penyakit, bukan berat ringannya penyakit.

Bronkitis Kronik yaitu penyakit dengan gangguan batuk kronik dengan dahak yang

banyak terjadi hampir tiap hari minimal tiga bulan dalam setahun selama dua tahun berturut-

turut. Produksi dahak yang berlebihan ini tidak disebabkan oleh penyakit tuberkulosis atau

Page 11: Tugas Skenario 4 Kelompok 21 Bronkitis Kronis

bronkiektasis. Dasar kelainannya ialah Hipersekresi mucus bronkus dan penyumbatan jalan

napas.

Bronkitis akut pada umumnya ringan. Berlangsung singkat (beberapa hari hingga

beberapa minggu), rata-rata 10-14 hari. Meski ringan, namun adakalanya sangat mengganggu,

terutama jika disertai sesak, dada terasa berat, dan batuk berkepanjangan.

FISIOLOGI

Sistem pernapasan atau sistem respirasi adalah sistem organ yang digunakan untuk

pertukaran gas. Sistem pernapasan umumnya termasuk saluran yang digunakan untuk membawa

udara ke dalam paru-paru di mana terjadi pertukaran gas. Diafragma menarik udara masuk dan

juga mengeluarkannya.

Bernapas terutama digerakkan oleh otot diafragma di bawah. Jika otot ini mengerut,

ruang yang menampung paru-paru akan meluas, dan begitu pula sebaliknya. Tulang rusuk juga

dapat meluas dan mengerut sedikit. Akibatnya, udara terhirup masuk dan terdorong keluar paru-

paru melalui trakea dan tube bronkial atau bronchi, yang bercabang-cabang dan ujungnya

merupakan alveoli, yakni kantung-kantung kecil yang dikelilingi kapiler yang berisi darah. Di

sinioksigen dari udara berdifusi ke dalam darah, dan kemudian dibawa oleh hemoglobin.

Darah terdeoksigenisasi dari jantung mencapai paru-paru melalui arteri paru-paru dan,

setelah dioksigenisasi, beredar kembali melalui vena paru-paru.

Bronchus adalah kaliber jalan udara pada sistem pernapasan yang membawa udara ke

paru-paru. Tidak terdapat pertukaran udara yang terjadi pada bagian paru-paru

ini. Bronkitis merupakan peradangan pada bronkus. Terdapat dua tipe utama, yaitu akut dan

kronik.

PATOFISIOLOGI

Bronkitis kronis dapat dialami oleh semua ras tanpa ada perbedaan. Frekuensi angka

kesakitan Bronkitis kronis lebih kerap terjadi pada pria dibanding wanita. Hanya saja hingga kini

belum ada angka perbandingan yang pasti. Usia penderita Bronkitis kronis lebih sering dijumpai

di atas 50 tahun.

Bronkitis kronis dapat dipicu oleh paparan berbagai macam polusi industri dan tambang,

diantaranya: batubara, fiber, gas, asap las, semen, dan lain-lain. Faktor-fakor penyebab tersering

pada Bronkitis kronis adalah: asap rokok (tembakau), debu dan asap industri, polusi udara.

Page 12: Tugas Skenario 4 Kelompok 21 Bronkitis Kronis

Berdasarkan waktu berlangsungnya penyakit, Bronkitis kronis berlangsung lebih dari 6

minggu. keluhan pada Bronkitis kronis cenderung lebih berat dan lebih lama. Hal ini

dikarenakan pada Bronkitis kronis terjadi penebalan (hipertrofi) otot-otot polos dan kelenjar serta

berbagai perubahan pada saluran pernapasan.

Secara klinis, Bronkitis kronis merupakan penyakit saluran pernapasan yang ditandai

dengan batuk berdahak sedikitnya 3 bulan dalam setahun selama 2 tahun berturut-turut.

Keluhan dan gejala-gejala klinis Bronkitis kronis, yaitu

Batuk dengan dahak atau batuk produktif dalam jumlah yang banyak. Dahak makin banyak

dan berwarna kekuningan (purulen) pada serangan akut (eksaserbasi). Kadang dapat

dijumpai batuk darah.

Sesak napas. Sesak bersifat progresif (makin berat) saat beraktifitas.

Adakalanya terdengar suara mengi (ngik-ngik).

pada pemeriksaan dengan stetoskop (auskultasi) terdengar suara krok-krok terutama saat

inspirasi (menarik napas) yang menggambarkan adanya dahak di saluran napas.

Secara klinis, Bronkitis kronis terbagi menjadi 3 jenis, yakni:

1. Bronkitis kronis ringan ( simple chronic bronchitis), ditandai dengan batuk berdahak dan

keluhan lain yang ringan.

2. Bronkitis kronis mukopurulen ( chronic mucupurulent bronchitis), ditandai dengan batuk

berdahak kental, purulen (berwarna kekuningan).

3. Bronkitis kronis dengan penyempitan saluran napas ( chronic bronchitis with obstruction ),

ditandai dengan batuk berdahak yang disertai dengan sesak napas berat dan suara mengi.

Untuk membedakan ketiganya didasarkan pada riwayat penyakit dan pemeriksaan klinis oleh

dokter disertai pemeriksaan penunjang (jika diperlukan), yakni radiologi (rontgen), faal paru,

EKG, analisa gas darah.

JENIS-JENIS PENYAKIT YANG BERHUBUNGAN

1. Polisitemia

Polisitemia adalah suatu keadaan dimana terjadi peningkatan jumlah sel darah

merah akibat pembentukan sel darah merah yang berlebihan oleh sumsum tulang. 

Polisitemia menyebabkan darah menjadi kental dan menyebabkan berkurangnya

kecepatan aliran darah ketika darah melalui pembuluh yang kecil. Jika penyakitnya berat,

bisa menyebabkan pembentukan bekuan darah di dalam pembuluh darah. Kulit tampak

Page 13: Tugas Skenario 4 Kelompok 21 Bronkitis Kronis

kemerahan atau kebiruan.Serta tampak lemas, pernafasannya cepat, refleks

menghisapnya lemah dan denyut jantungnya cepat. 

Resiko terjadinya polisitemia ditemukan pada seseorang yang menderita tekanan

darah tinggi (hipertensi), merokok, penderita diabetes, tinggal di daerah pegunungan.

Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala, hasil pemeriksaan fisik dan hasil hitung jenis

darah.

Polisitemia dapat diatasi dengan Membuang darah bisa membantu mengurangi

kelebihan sel darah merah,tetapi juga menyebabkan berkurangnya volume darah dan

memperburuk gejala polisitemia. Karena itu dilakukan transfusi ganti parsial untuk

membuang sebagian darah dan menggantinya dengan plasma dalam jumlah yang sama. 

2. Emfisema

Emfisema adalah penyakit yang gejala utamanya adalah penyempitan (obstruksi)

saluran napas, karena kantung udara di paru menggelembung secara berlebihan dan

mengalami kerusakan yang luas.

Gejala :

Pada awal gejalanya serupa dengan bronkhitis Kronis

Napas terengah-engah disertai dengan suara seperti peluit

Dada berbentuk seperti tong, otot leher tampak menonjol, penderita sampai

membungkuk

Bibir tampak kebiruan

Berat badan menurun akibat nafsu makan menurun

Batuk menahun.

Penyebab :

Bronkhitis Kronis yang berkaitan dengan merokok

Mengisap asap rokok/debu

Pengaruh usia.

 Komplikasi :

Sering mengalami infeksi ulang pada saluran pernapasan

Daya tahan tubuh kurang sempurna

Proses peradangan yang kronis di saluran napas

Tingkat kerusakan paru makin parah.

Pencegahan :

Page 14: Tugas Skenario 4 Kelompok 21 Bronkitis Kronis

Berhenti merokok

Patuhi perturan keamanan di tempat kerja seperti  memakai masker.  

GEJALA KLINIS

Identitas

Nama : Tn. Jono

Umur : 50 tahun

Alamat : Jln. Kenjeran gg.II/17, Surabaya

Pekerjaan : pedagang kerupuk ikan

Keluhan utama

Sesak napas

Riwayat penyakit sekarang

Pasien sering mengeluh napasnya sering sesak sejak 6 bulan yang lalu. Saat tidur

malam hari sering terbangun karena napasnya sesak disertai dengan batuk-batuk dan

keringat dingin. Sesak napas tidak hanya terasa malam hari, dan saat istirahat pun

terasa sesak.

Pasien mengeluh batuk-batuk yang seringkali kambuh disertai dahak putih kental.

Tidak pernah batuk ada darahnya.

Pasien mudah capek dan terasa lemah.

Pasien merokok 1-2 pak per hari.

Riwayat penyakit dahulu

Sering batuk lama. Tidak pernah batuk darah.

Pemeriksaan Fisik Penyakit

Berat badan : 70 kg

Tinggi badan : 165 cm

Keadaan Umum : baik

Kesadaran : composmentis

Vital sign :

Tekanan Darah : 120/80

Nadi : 94 x/ menit

Suhu : 37oC

Respiratory rate: 28 x/menit

Page 15: Tugas Skenario 4 Kelompok 21 Bronkitis Kronis

Inspeksi :

1. Kepala/Leher

Anemia : -

Icterus : -

Sianosis : -

Dispnea : +

Pembesaran kgb. : -

2. Abdomen

Supel : negatif

Meteorismus : negatif

Bising usus : positif normal

3. Hepar : tak teraba

4. Lien : tak teraba

5. Ekstremitas : akral hangat

Pemeriksaan Penunjang Penyakit

a. Lab.Darah

Leukosit meningkat sedikit

Hitung jenis : monosit meningkat

b. Foto Thorax

Corakan bronkovaskuler meningkat

Page 16: Tugas Skenario 4 Kelompok 21 Bronkitis Kronis

BAB V

Hipotesis Awal (Differential Diagnosis)

Diagnosa Fungsional

Bronkitis Kronis

Diagnosa Komplikasi

-

Diagnosa Kausa

Merokok

Page 17: Tugas Skenario 4 Kelompok 21 Bronkitis Kronis

BAB VI

Analisis dari Differential Diagnosis

Gejala Klinis, Pemeriksaan Fisik, dan Pemeriksaan Penunjang

Penyakit yang diggunakan sebagai Differential Diagnosis, antara lain :

1. Asma

Penyakit asma (Bronchial asthma; Exercise-induced asthma)adalah suatu

keadaan dimana saluran nafas mengalami penyempitan karena hiperaktivitas terhadap

rangsangan tertentu, yang menyebabkan peradangan; penyempitan ini bersifat sementara.

Penyebab

Pada penderita asma, penyempitan saluran pernafasan merupakan respon terhadap

rangsangan yang pada paru-paru normal tidak akan mempengaruhi saluran pernafasan.

Penyempitan ini menjadi penyabab asma dapat dipicu oleh berbagai rangsangan, seperti

serbuk sari, debu, bulu binatang, asap, udara dingin dan olahraga. 

Pada suatu serangan asma, otot polos dari bronkimengalami kejang dan jaringan

yang melapisi saluran udara mengalami pembengkakan karena adanya peradangan dan

pelepasan lendir ke dalam saluran udara. Hal ini akan memperkecil diameter dari saluran

udara (disebut bronkokonstriksi) dan penyempitan ini menyebabkan penderita harus

berusaha sekuat tenaga supaya dapat bernafas. 

Sel-sel tertentu di dalam saluran udara (terutama sel mast) diduga

bertanggungjawab terhadap awal mula terjadinya penyempitan ini. Sel mast di sepanjang

bronki melepaskan bahan seperti histamin dan leukotrien yang menyebabkan terjadinya: 

- kontraksi otot polos 

- peningkatan pembentukan lendir 

- perpindahan sel darah putih tertentu ke bronki. 

Sel mast mengeluarkan bahan tersebut sebagai respon terhadap sesuatu yang mereka

kenal sebagai benda asing (alergen), seperti serbuk sari, debu halus yang terdapat di

dalam rumah atau bulu binatang. 

Page 18: Tugas Skenario 4 Kelompok 21 Bronkitis Kronis

Tetapi asma juga bisa terjadi pada beberapa orang tanpa alergi tertentu. Reaksi

yang sama terjadi jika orang tersebut melakukan olah raga atau berada dalam cuaca

dingin. Stres dan kecemasan juga bisa memicu dilepaskannya histamin dan

leukotrien. Sel lainnya (eosnofil) yang ditemukan di dalam saluran udara penderita asma

melepaskan bahan lainnya (juga leukotrien), yang juga menyebabkan penyempitan

saluran udara.

Gejala

Frekuensi dan beratnya serangan asma bervariasi. Beberapa penderita lebih sering

terbebas dari gejala asma dan hanya mengalami serangan serangan sesak nafas yang

singkat dan ringan, yang terjadi sewaktu-waktu. Penderita lainnya hampir selalu

mengalami batuk dan mengi (bengek) serta mengalami serangan hebat setelah menderita

suatu infeksi virus, olah raga atau setelah terpapar oleh alergen maupun iritan. Menangis

atau tertawa keras juga bisa menyebabkan timbulnya gejala. 

Suatu serangan asma dapat terjadi secara tiba-tiba ditandai dengan nafas yang

berbunyi (wheezing, mengi, bengek), batuk dan sesak nafas. Bunyi mengi terutama

terdengar ketika penderita menghembuskan nafasnya. Di lain waktu, suatu serangan asma

terjadi secara perlahan dengan gejala yang secara bertahap semakin memburuk. 

Pada kedua keadaan tersebut, yang pertama kali dirasakan oleh seorang penderita asma

adalah sesak nafas, batuk atau rasa sesak di dada. Serangan bisa berlangsung dalam

beberapa menit atau bisa berlangsung sampai beberapa jam, bahkan selama beberapa

hari. 

Gejala awal pada anak-anak bisa berupa rasa gatal di dada atau di leher. Batuk

kering di malam hari atau ketika melakukan olah raga juga bisa merupakan satu-satunya

gejala. Selama serangan asma, sesak nafas bisa menjadi semakin berat, sehingga timbul

rasa cemas. Sebagai reaksi terhadap kecemasan, penderita juga akan mengeluarkan

banyak keringat. Pada serangan yang sangat berat, penderita menjadi sulit untuk

berbicara karena sesaknya sangat hebat. 

Kebingungan, letargi (keadaan kesadaran yang menurun, dimana penderita seperti

tidur lelap, tetapi dapat dibangunkan sebentar kemudian segera tertidur kembali)

dan sianosis(kulit tampak kebiruan) merupakan pertanda bahwa persediaan oksigen

penderita sangat terbatas dan perlu segera dilakukan pengobatan. Meskipin telah

mengalami serangan yang berat, biasanya penderita akan sembuh sempurna, 

Page 19: Tugas Skenario 4 Kelompok 21 Bronkitis Kronis

Kadang beberapa alveoli (kantong udara di paru-paru) bisa pecah dan menyebabkan

udara terkumpul di dalam rongga pleura atau menyebabkan udara terkumpul di sekitar

organ dada. Hal ini akan memperburuk sesak yang dirasakan oleh penderita.

Diagnosa

Diagnosa asma ditegakkan berdasarkan gejala asma yang khas. Untuk

memperkuat diagnosa asma bisa dilakukan pemeriksaan spirometri berulang. Spirometri

juga digunakan untuk menilai beratnya penyumbatan saluran udara dan untuk memantau

pengobatan. Menentukan faktor pemicu asma seringkali tidak mudah. Tes kulit

alergi bisa membantu menentukan alergen yang memicu timbulnya gejala asma. 

Jika diagnosisnya masih meragukan atau jika dirasa sangat penting untuk mengetahui

faktor pemicu terjadinya asma, maka bisa dilakukan bronchial challenge test.

Pengobatan

Obat-obatan bisa membuat penderita asma menjalani kehidupan normal. 

Pengobatan segera untuk mengendalikan serangan asma berbeda dengan pengobatan

rutin untuk mencegah serangan. 

Agonis reseptor beta-adrenergik merupakan obat asma terbaik untuk mengurangi

serangan asma yang terjadi secara tiba-tiba dan untuk mencegah serangan yang mungkin

dipicu oleh olahraga. 

Bronkodilator ini merangsang pelebaran saluran udara oleh reseptor beta-

adrenergik. Bronkodilator yang yang bekerja pada semua reseptor beta-adrenergik

(misalnya adrenalin), menyebabkan efek samping berupa denyut jantung yang cepat,

gelisah, sakit kepala dan tremor (gemetar) otot. Bronkodilator yang hanya bekerja pada

reseptor beta2-adrenergik (yang terutama ditemukan di dalam sel-sel di paru-paru), hanya

memiliki sedikit efek samping terhadap organ lainnya. Bronkodilator ini (misalnya

albuterol), menyebabkan lebih sedikit efek samping dibandingkan dengan bronkodilator

yang bekerja pada semua reseptor beta-adrenergik. 

Sebagian besar bronkodilator bekerja dalam beberapa menit, tetapi efeknya hanya

berlangsung selama 4-6 jam. Bronkodilator yang lebih baru memiliki efek yang lebih

panjang, tetapi karena mula kerjanya lebih lambat, maka obat ini lebih banyak digunakan

untuk mencegah serangan. 

Page 20: Tugas Skenario 4 Kelompok 21 Bronkitis Kronis

Bronkodilator tersedia dalam bentuk tablet, suntikan atau inhaler (obat yang

dihirup) dan sangat efektif.

2. TBC

Tuberkulosis atau TB (singkatan yang sekarang ditinggalkan adalah TBC)

adalah suatu penyakityang disebabkan oleh infeksi kompleks Mycobacterium

tuberculosis. Penyakit TBC biasanya menular melalui udara yang tercemar denngan

bakeri Mikrobakterium tuberkulosa yang dilepaskan pada saat penderita TBC batuk, dan

pada anak-anak sumber infeksi umumnya erasal dari penderita TBC dewasa. Bakteri ini

bila sering masuk dan terkumpul di dalam paru-paru akan berkembang biak menjadi

banyak (terutama pada orang dengan daya tubuh yang rendah), dan dapat menyebar

melalui pembuluh darah atau kelenjar getah bening. Oleh sebab itulah infeksi TBC dapat

menginfeksi hamper seluruh organ tubuh seperti : paru-paru, otak, ginjal, saluran

pencernaan, tulang, kelenjar getah bening, dan lain-lain, meskipun demikian organ tubuh

yang paling serng terkena yaitu paru-paru.

Jenis-jenis :

Tuberkulosis paru terkonfirmasi secara bakteriologis dan histologis

Tuberkulosis paru tidak terkonfirmasi secara bakteriologis dan histologis

Tuberkulosis pada sistem saraf

Tuberkulosis pada organ-organ lainnya

Tuberkulosis millier

Gejala Klinis

Gejala sistemik/umum

Demam tidak terlalu tinggi yang berlangsung lama, biasanya dirasakan

malam hari disertai keringat malam. Kadabg-kadang serangan demam seperti

influenza dan bersifat hilang timbul.

Penurunan nafsu makan dan berat badan.

Batuk-batuk selama lebih dari 3 minggu (dapat disertai dengan darah)

Perasaan tidak enak (malaise)dan lemah.

Gejala khusus

Tergantung dari organ tubuh mana yang terkena, bila terjadi sumbatan

sebagian bronkus (saluran yang menuju ke paru-paru) akibat penekanan

Page 21: Tugas Skenario 4 Kelompok 21 Bronkitis Kronis

kelenjar getah bening yang membesar, akan menimbulkan suara “mengi”,

suara napas melemah yang disertai sesak.

Kalau ada cairan dirongga pleura, dapat disertai dengan keluhan sakit dada.

Bila mengenai tulang, maka akan terjadi gejala seperti infeksi tulang yang

pada suatu saat dapat membentuk saluran dan bermuara pada kulit diatasnya,

pada muara ini akan keluar cairan nanah.

Pada anak-anak dapat mengenai otak (lapisan pembungkus otak) dan disebut

sebagai meningitis, gejalanya adalah demam tinggi, adanya penurunan

kesadaran dan kejang-kejang.

Pemeriksaan Fisik

Tergantung dari organ yang terkena

Pada TB paru tergantung luas kelainan biasanya pada apeks lobus atas (S1 dan S2)

dan apeks lobus bawah (S6), dapat ditemukan berbagai bunyi napas pokok pada

auskultasi.

Pada pleurisy TB tergantung dari jumlah cairan di rongga pleura, pada perkusi

pekak, auskultasi suara napas melemah sampai hilang.

Pada limfadenitis TB, pembesaran kegb leher, ketiak dapat menjadi “cold abscess”

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang ini juga bertujuan menentukan klasifikasi TB (jika

terbukti) yang akan berdampak pada jenis pengobatan yang dilakukan. Pemeriksaan

yang cukup penting adalah pemeriksaan radiologi, pemeriksaan bakteriologi,

pemeriksaan darah, dan pemeriksaan uji kulit.

Pemeriksaan radiologi standar ialah foto rontgen dada (paru) dari arah depan

dengan atau tanpa foto (tampak samping) lateral. Pada pemeriksaan foto toraks TB dapat

member gambaran bermacam-macam bentuk (multiform) sehingga sering disebut sebagai

the great mitator.

Gambaran radiologi yang dicurigai sebagai kelainan TB yang masih aktif, bila

didapatkan gambaran bayangan berawan/nodular di bagian atas paru, gambaran kavitas

(lubang pada paru), terutama lebih dari satu yang dikelilingi oleh bayangan opak (putih)

berawan atau nodular, bayangan bercak milier (berbintik-bintik putih seukuran jarum

Page 22: Tugas Skenario 4 Kelompok 21 Bronkitis Kronis

pentul) yang berupa gambaran nodul-nodul (bercak bulat) miliar yang tersebar pada

lapangan paru, dan gammbaran berupa efusi pleura.

3. Efusi Pleura

Efusi Pleura (Fluid in the chest; Pleural fluid) adalah pengumpulan cairan di

dalam rongga pleura. Rongga pleura adalah rongga yang terletak diantara selaput yang

melapisi paru-paru dan rongga dada. 

Dalam keadaan normal, hanya ditemukan selapis cairan tipis yang memisahkan

kedua lapisan pleura. Jenis cairan lainnya yang bisa terkumpul di dalam rongga pleura

adalah darah, nanah, cairan seperti susu dan cairan yang mengandung kolesterol tinggi.

Hemotoraks (darah di dalam rongga pleura) biasanya terjadi karena cedera di

dada. Penyebab lainnya adalah: 

- pecahnya sebuah pembuluh darah yang kemudian mengalirkan darahnya ke dalam

rongga pleura 

- kebocoran aneurisma aorta (daerah yang menonjol di dalam aorta) yang kemudian

mengalirkan darahnya ke dalam rongga pleura 

- gangguan pembekuan darah. 

Darah di dalam rongga pleura tidak membeku secara sempurna, sehingga biasanya

mudah dikeluarkan melelui sebuah jarum atau selang. 

Empiema (nanah di dalam rongga pleura) bisa terjadi jika pneumonia atau abses

parumenyebar ke dalam rongga pleura. Empiema bisa merupakan komplikasi dari: 

- Pneumonia 

- Infeksi pada cedera di dada 

- Pembedahan dada 

- Pecahnya kerongkongan 

- Abses di perut. 

Kilotoraks (cairan seperti susu di dalam rongga dada) disebabkan oleh suatu

cedera pada saluran getah bening utama di dada (duktus torakikus) atau oleh

penyumbatan saluran karena adanya tumor. 

Rongga pleura yang terisi cairan dengan kadar kolesterol yang tinggi terjadi

karena efusi pleura menahun yang disebabkan oleh tuberkulosis atau artritis rematoid.

Page 23: Tugas Skenario 4 Kelompok 21 Bronkitis Kronis

Penyebab

Dalam keadaan normal, cairan pleura dibentuk dalam jumlah kecil untuk melumasi

permukaan pleura (pleura adalah selaput tipis yang melapisi rongga dada dan

membungkus paru-paru). 

Bisa terjadi 2 jenis efusi yang berbeda:

1. Efusi pleura transudativa, biasanya disebabkan oleh suatu kelainan pada tekanan

normal di dalam paru-paru. 

Jenis efusi transudativa yang paling sering ditemukan adalah gagal jantung

kongestif.

2. Efusi pleura eksudativa terjadi akibat peradangan pada pleura, yang seringkali

disebabkan oleh penyakit paru-paru. 

Kanker, tuberkulosis dan infeksi paru lainnya, reaksi

obat, asbetosis dan sarkoidosismerupakan beberapa contoh penyakit yang bisa

menyebabkan efusi pleura eksudativa.

Penyebab lain dari efusi pleura adalah: Gagal jantung Kadar protein darah yang rendah Sirosis Pneumonia Blastomikosis Koksidioidomikosis Tuberkulosis Histoplasmosis Kriptokokosis Abses dibawah diafragma Artritis rematoid Pankreatitis Emboli paru Tumor Lupus eritematosus sistemik Pembedahan jantung Cedera di dada Obat-obatan (hidralazin, prokainamid, isoniazid, fenitoin,klorpromazin,

nitrofurantoin, bromokriptin, dantrolen, prokarbazin) Pemasanan selang untuk makanan atau selang intravena yang kurang baik. 

Gejala

Gejala yang paling sering ditemukan (tanpa menghiraukan jenis cairan yang terkumpul

ataupun penyebabnya) adalah sesak nafas dan nyeri dada (biasanya bersifat tajam dan

Page 24: Tugas Skenario 4 Kelompok 21 Bronkitis Kronis

semakin memburuk jika penderita batuk atau bernafas dalam). Kadang beberapa

penderita tidak menunjukkan gejala sama sekali.

Gejala lainnya yang mungkin ditemukan: 

- batuk 

- cegukan 

- pernafasan yang cepat 

- nyeri perut. 

Diagnosa

Pada pemeriksaan fisik, dengan bantuan stetoskop akan terdengar adanya penurunan suara pernafasan. 

Untuk membantu memperkuat diagnosis, dilakukan pemeriksaan berikut:o Rontgen dada 

Rontgen dada biasanya merupakan langkah pertama yang dilakukan untuk mendiagnosis efusi pleura, yang hasilnya menunjukkan adanya cairan.

o CT scan dada CT scan dengan jelas menggambarkan paru-paru dan cairan dan bisa menunjukkan adanyapneumonia, abses paru atau tumor

o USG dada USG bisa membantu menentukan lokasi dari pengumpulan cairan yang jumlahnya sedikit, sehingga bisa dilakukan pengeluaran cairan.

o Torakosentesis Penyebab dan jenis dari efusi pleura biasanya dapat diketahui dengan melakukan pemeriksaan terhadap contoh cairan yang diperoleh melalui torakosentesis (pengambilan cairan melalui sebuah jarum yang dimasukkan diantara sela iga ke dalam rongga dada dibawah pengaruh pembiusan lokal).

o Biopsi Jika dengan torakosentesis tidak dapat ditentukan penyebabnya, maka dilakukan biopsi, dimana contoh lapisan pleura sebelah luar diambil untuk dianalisa. Pada sekitar 20% penderita, meskipun telah dilakukan pemeriksaan menyeluruh, penyebab dari efusi pleura tetap tidak dapat ditentukan.

o Analisa cairan pleura Bronkoskopi 

Bronkoskopi kadang dilakukan untuk membantu menemukan sumber cairan yang

terkumpul.

Pengobatan

Jika jumlah cairannya sedikit, mungkin hanya perlu dilakukan pengobatan

terhadap penyebabnya. Jika jumlah cairannnya banyak, sehingga menyebabkan

Page 25: Tugas Skenario 4 Kelompok 21 Bronkitis Kronis

penekanan maupun sesak nafas, maka perlu dilakukan tindakan drainase (pengeluaran

cairan yang terkumpul). 

Cairan bisa dialirkan melalui prosedur torakosentesis, dimana sebuah jarum (atau

selang) dimasukkan ke dalam rongga pleura. Torakosentesis biasanya dilakukan untuk

menegakkan diagnosis, tetapi pada prosedur ini juga bisa dikeluarkan cairan sebanyak

1,5 liter. Jika jumlah cairan yang harus dikeluarkan lebih banyak, maka dimasukkan

sebuah selang melalui dinding dada. 

Pada empiema diberikan antibiotik dan dilakukan pengeluaran nanah. 

Jika nanahnya sangat kental atau telah terkumpul di dalam bagian fibrosa, maka

pengaliran nanah lebih sulit dilakukan dan sebagian dari tulang rusuk harus diangkat

sehingga bisa dipasang selang yang lebih besar. Kadang perlu dilakukan pembedahan

untuk memotong lapisan terluar dari pleura (dekortikasi). 

Pada tuberkulosis atau koksidioidomikosis diberikan terapi antibiotik jangka

panjang. 

Pengumpulan cairan karena tumor pada pleura sulit untuk diobati karena cairan

cenderung untuk terbentuk kembali dengan cepat. Pengaliran cairan dan pemberian obat

antitumor kadang mencegah terjadinya pengumpulan cairan lebih lanjut. 

Jika pengumpulan cairan terus berlanjut, bisa dilakukan penutupan rongga pleura.

Seluruh cairan dibuang melalui sebuah selang, lalu dimasukkan bahan iritan (misalnya

larutan atau serbuk doxicycline) ke dalam rongga pleura. Bahan iritan ini akan

menyatukan kedua lapisan pleura sehingga tidak lagi terdapat ruang tempat

pengumpulan cairan tambahan. 

Jika darah memasuki rongga pleura biasanya dikeluarkan melalui sebuah selang. 

Melalui selang tersebut bisa juga dimasukkan obat untuk membantu memecahkan

bekuan darah (misalnya streptokinase dan streptodornase). Jika perdarahan terus

berlanjut atau jika darah tidak dapat dikeluarkan melalui selang, maka perlu dilakukan

tindakan pembedahan. 

Pengobatan untuk kilotoraks dilakukan untuk memperbaiki kerusakan saluran

getah bening. Bisa dilakukan pembedahan atau pemberian obat antikanker untuk tumor

yang menyumbat aliran getah bening. 

Page 26: Tugas Skenario 4 Kelompok 21 Bronkitis Kronis

BAB VII

Hipotesis akhir (diagnosis)

Dari beberapa differential diagnosis dapat diketahui beberapa ciri yang tidak sesuai

dengan ciri – ciri penyakit yang diderita pasien pada skenario di atas, antara lain :

1. Asma

Tidak ada sianosis

Sesak napas, batuk berdahak dan suara napas yang berbunyi ngik-ngik dimana seringnya

gejala ini timbul pada pagi hari menjelang waktu subuh, hal ini karena pengaruh

keseimbangan hormon kortisol yang kadarnya rendah ketika pagi. Sedangkan pasien

mengalami sesak pada malam hari maupun ketika istirahat

Orang dewasa pada usia sekitar tigapuluh tahunan sedangkan pasien Usia 50 tahun

2. TBC

Tidak batuk berdarah

3. Efusi Pleura

Tidak ada akumulasi cairan pada paru

Page 27: Tugas Skenario 4 Kelompok 21 Bronkitis Kronis

BAB VIII

Mekanisme Diagnosa

Mekanisme Berupa B agan Sampai Terjadinya Diagnosis

Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan Penunjang

Keadaan Umum : baik

Vital sign :

Tekanan Darah : 120/80

Nadi : 94 x/ menit

Suhu : 37oC

Respiratory rate: 28 x/menit

Inspeksi :

1. Kepala/Leher

Anemia : -

Icterus : -

Sianosis : -

Dispnea : +

Pembesaran kgb. : -

2. Abdomen

Supel : negatif

Meteorismus : negatif

Bising usus : positif normal

3. Hepar : tak teraba

4. Lien : tak teraba

5. Ekstremitas : akral hangat

Lab.darah :

Leukosit meningkat sedikit Hitung jenis : monosit meningkat

Foto thorax :

Corakan bronkovaskuler meningkat

RPD :

Sering batuk lama. Tidak pernah batuk darah.

RPK :

-

RK :

Merokok 1-2 pak per hari

DIAGNOSA Bronkitis Kronis

Page 28: Tugas Skenario 4 Kelompok 21 Bronkitis Kronis

Anamnesa

Nama : Tn.Jono

Umur : 50 tahun

Alamat : Jl.Kenjeran gg.II/17, Surabaya

Pekerjaan : pedagang kerupuk ikan

RPS :

Pasien sering mengeluh napasnya sering sesak sejak 6 bulan yang lalu. Saat tidur malam hari sering terbangun karena napasnya sesak disertai dengan batuk-batuk dan keringat dingin. Sesak napas tidak hanya terasa malam hari, dan saat istirahat pun terasa sesak.

Pasien mengeluh batuk-batuk yang seringkali kambuh disertai dahak putih kental. Tidak pernah batuk ada darahnya.

Pasien mudah capek dan terasa lemah. Pasien merokok 1-2 pak per hari.

Page 29: Tugas Skenario 4 Kelompok 21 Bronkitis Kronis

BAB IX

Strategi Penyelesaian Masalah

Penatalaksanaan

Penatalaksanaan Bronkitis kronis dilakukan secara berkesinambungan, meliputi:

Edukasi, yakni memberikan pemahaman kepada penderita untuk mengenali gejala dan

faktor-faktor pencetus kekambuhan Bronkitis kronis.

Sedapat mungkin menghindari paparan faktor-faktor pencetus.

Rehabilitasi medik untuk mengoptimalkan fungsi pernapasan dan mencegah kekambuhan,

diantaranya dengan olah raga sesyuai usia dan kemampuan, istirahat dalam jumlah yang

cukup, makan makanan bergizi.

Oksigenasi (terapi oksigen)

Ekspektorant adalah obat batuk pengencer dahak agar dahak mudah dikeluarkan sehingga

napas menjadi lega. Ekspektorant yang lazim digunakan diantaranya: GG (glyceryl

guaiacolate), bromhexine, ambroxol, dan lain-lain.

Bronkodilator (melongarkan napas), diantaranya: salbutamol, terbutalin sulfat, teofilin,

aminofilin, dan lain-lain. Obat-obat ini digunakan pada penderita yang disertai sesak napas

atau rasa berat bernapas. Penderita hendaknya memahami bahwa bronkodilator tidak hanya

untuk obat asma, tapi dapat juga digunakan untuk melonggarkan napas pada bronkitis.

Selain itu, penderita hendaknya mengetahui efek samping obat bronkodilator yang mungkin

dialami oleh penderita, yakni: berdebar, lemas, gemetar dan keringat dingin. Andaikata

mengalami efek samping tersebut, maka dosis obat diturunkan menjadi setengahnya. Jika

masih berdebar, hendaknya memberitahu dokter agar diberikan obat bronkodilator jenis lain.

Antibiotika digunakan manakala penderita Bronkitis kronis mengalami eksaserbasi oleh

infeksi kuman ( Hinfluenzae, S.pneumoniae, M.catarrhalis). Pemilihan jenis antibiotika

(pilihan pertama, kedua dan seterusnya) dilakukan oleh dokter berdasarkan hasil

pemeriksaan.

Page 30: Tugas Skenario 4 Kelompok 21 Bronkitis Kronis

Prinsip Tindakan Medis

Pengobatan ditujukan untuk mengatasi hipersekresi bronkus, sumbatan jalan napas, dan infeksi

bronkus, serta gagal napas.

BAB X

Prognosis dan Komplikasi

- Prognosa : baik

karena tidak ada komplikasi pada jaringan lain

- Komplikasi : tidak ada

Cara Penyampaian Prognosis Kepada Pasien / Keluarga Pasien

Berikan penjelasan tentang penyakit, penyebab dan penanganan tentang Bronkitis kronis.

Memberikan penjelasan kepada pasien dan keluarga pasien bahwa penyakit bronchitis

kronis dapat disembuhkan secara total

Pada pasien penyakit bronkitis kronis diberikan obat-obat pengencer dahak, bronkodilator,

dan oksigenasi.

Tanda untuk Merujuk Pasien

Kondisi pasien masih memungkinkan untuk dilakukan pengobatan. Pasien juga masih

dalam keadaan sadar penuh serta belum terlihat adanya komplikasi yang terjadi dari penyakit

bronchitis kronis ini sehingga dokter belum perlu untuk melakukan tanda merujuk untuk pasien.

Peran Pasien / Keluarga untuk Penyembuhan

Peran Pasien :

1. Minum obat secara teratur sesuai anjuran dokter

2. Selalu kontrol secara rutin ke dokter

Peran Keluarga Pasien :

1. Beri semangat pada pasien dalam menghadapi penyakit ini

2. Ingatkan pasien untuk selalu melaksanakan perintah dokter

Page 31: Tugas Skenario 4 Kelompok 21 Bronkitis Kronis

3. Selalu beri perhatian pada pasien

4. Temani pasien selama melakukan pengobatan

5. Lakukan pendekatan dan komunikasi

Pencegahan Penyakit

Hindari merokok dan menjadi perokok pasif. Asap tembakau meningkatkan risiko

bronkitis kronis dan emphysema.

Berolahraga secara rutin dapat membantu memperkuat otot-otot pernafasan sehingga

penderita bronkitis kronis dapat bernafas lebih baik.

Hindari zat pencemar udara yang menyebabkan peradangan saluran nafas tersebut.