Harvien Bhayangkara 1102013124 1. Memahami dan Menjelaskan Anatomi Sistem Pernapasan Atas 1.1. Makroskopik Pembagian makro anatomi system pernafasan dibagi atas saluran pernafasa atas dan bawah. Saluran pernafasan atas dimulai dari nasal, cavum nasal, sinus paranasal sampai ke Faring (tenggorok). Lorong-lorong tersebut menyaring, menghangatkan, melembabkan udara yang masuk serta melindungi permukaan halus saluran pernafasan bawah.
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Harvien Bhayangkara 1102013124
1. Memahami dan Menjelaskan Anatomi Sistem Pernapasan Atas
1.1. Makroskopik
Pembagian makro anatomi system pernafasan dibagi atas saluran pernafasa atas dan bawah.
Saluran pernafasan atas dimulai dari nasal, cavum nasal, sinus paranasal sampai ke Faring
(tenggorok). Lorong-lorong tersebut menyaring, menghangatkan, melembabkan udara yang
masuk serta melindungi permukaan halus saluran pernafasan bawah.
A. Hidung
Organ pertama yang berfungsi dalam saluran napas. Terdapat vestibulum nasi yang
terdapat cilia kasar yang berfungsi sebagai saringan udara. Bagian dalam rongga
hidung ada terbentuk terowongan yang disebut cavum nasi mulai dari nares anterior
sampai ke nares posterior lalu ke nasofaring.
Sekat antara kedua rongga hidung dibatasi dinding yang berasal dari tulang dan
mucusa yaitu septum nasi yang dibentuk oleh :
a. Cartilago septi naso
b. Os vomer
c. Lamina perpendicularis os ethmoidalis
Harvien Bhayangkara 1102013124
Merupakan organ
berongga yang terdiri
atas tulang, tulang
rawan hyalin otot
bercorak dan jaringan
ikat. Fungsi :
- Menyalurkan
udara
- Menyaring udara dari benda asing
- Menghangatkan udara pernafasan
- Melembabkan udara pernafasan
- Alat pembau
Cavum nasi dipisahkan oleh septum nasi, yang berhubungan dengan nasofaring
melalui choana (nares posterior)
Fossa Nasalis
Harvien Bhayangkara 1102013124
Dinding superior rongga hidung sempit, dibentuk lamina cribroformis ethmoidalis yang
memisahkan rongga tengkorak dengan rongga hidung. Dinding inferior dibentuk os
maxilla dan os palatinum.
Ada 2 cara pemeriksaan hidung yaitu rhinoscopy anterior dan posterior. Kalau yang
anterior, di cavum nasi di sisi lateral ada concha nasalis yang terbentuk dari tulang tipis
dan ditutupi mukusa yang mengeluarkan lendir dan di medial terlihat dinding septum
nasi. Kalau pada posterior, dapat terlihat nasofaring, choanae, bagian ujung belakang
conchae nasalis media dan inferior, juga terlihat OPTA yang berhubungan dengan
telinga.
Ada 3 buah concha nasalis, yaitu :
a. Concha nasalis superior
b. Concha nasalis inferior
c. Concha nasalis media
Di antara concha nasalis superior dan media terdapat meatus nasalis superior. Antara
concha media dan inferior terdapat meatus nasalis media. Antara concha nasalis
inferior dan dinding atas maxilla terdapat meatus nasalis inferior.
Fungsi chonca :
- Meningkatkan luas permukaan epitel respirasi
- Turbulensi udara dimana udara lebih banyak kontak dengan permukaan
mukosa
Sinus-sinus yang berhubungan dengan
cavum nasi disebut sinus paranasalis :
- Sinus sphenoidalis mengeluarkan
sekresinya melalui meatus
superior
- Sinus frontalis ke meatus media
- Sinus maxillaris ke meatus media
- Sinus ethmoidalis ke meatus
superior dan media.
Harvien Bhayangkara 1102013124
Di sudut mata terdapat hubungan antara hidung dan mata melalui ductus
nasolacrimalis tempat keluarnya air mata ke hidung melalui meatus inferior. Di
nasofaring terdapat hubungan antara hidung dan rongga telinga melalui OPTA
(Osteum Pharyngeum Tuba Auditiva) eustachii. Alurnya bernama torus tobarius.
Persarafan hidung
Persarafan sensorik dan sekremotorik hidung :
- Depan dan atas cavum nasi mendapat persarafan sensoris dari cabang nervus
opthalmicus
- Bagian lainnya termasuk mucusa hidung cavum nasi dipersarafi ganglion
sfenopalatinum.
- Nasofaring dan concha nasalis mendapat persarafan sensorik dari cabang
ganglion pterygopalatinum.
Nervus olfactorius memberikan sel-sel reseptor untuk penciuman.
Proses penciuman : pusat penciuman pada gyrus frontalis, menembus lamina cribrosa
ethmoidalis ke traktus olfactorius, bulbus olfactorius, serabut n. olfactorius pda
mucusa atas depan cavum nasi.
Vaskularisasi hidung
Berasal dari cabang a. Opthalmica dan a. Maxillaris interna
- Arteri ethmoidalis dengan cabang-cabang : arteri nasalis externa dan lateralis,
arteri septalis anterior
- Arteri ethmoidalis posterior dengan cabang-cabang : arteri nasalis posterior,
lateralis dan septal, arteri palatinus majus
- Arteri sphenopalatinum cabang arteri maxillaris interna. Ketiga pembuluh
tersebut membentuk anyaman kapiler pembuluh darah yang dinamakan
Plexus Kisselbach. Plexus ini mudah pecah oleh trauma/infeksi sehingga sering
menjadi sumber epistaxis pada anak.
B. Faring
Harvien Bhayangkara 1102013124
Faring merupakan suatu saluran yang bermula dari dasar tenggorokan dan berakhir
dibelakang laring di ruas vertebra servikal keenam. Saluran ini merupakan milik
bersama dari saluran pernapasan dan saluran pencernaan. Faring berbentuk seperti
corong, bagian atas lebih besar daripada bagian bawah. Panjang faring sekitar 13cm
pada orang dewasa. Dinding faring tersusun oleh otot lurik yang bertindak secara
otomatis. Otot yang penting dibagian faring adalah otot sfingter yang bertanggung
jawab dalam proses menelan. Sfingter akan menutup kerongkongan ketika kita
inspirasi dan akan menutup tenggorokan ketika kita menelan makanan.
Faring dapat terbagi menjadi tiga bagian :
a. Nasofaring
Nasofaring merupakan faring yang terletak dibelakang hidung mulai dari dasar
tenggorokan hingga dasar anak tekak atau uvula. Bagian depan menyambung
terus dengan dengan lubang hidung belakang. Dibagian belakang terdapat suat
kumpulan jaringan limfa yang dikenal dengan jaringan adenoid. Pada dinding
samping faring terdapat dua lubang untuk saluran eustachius yang
menghubungkan nasofaring dengan telinga bagian tengah.
b. Orofaring
Orofaring merupakan faring yang terletak dibelakang rongga mulut, yaitu dari
uvula hingga epiglotis. Meskipun orofaring memungkinkan udara beredar di
dalamnya, struktur ini sebenarnya merupakan bagian dari sistem pencernaan.
Pada dinding sampingnya terdapat tonsil; setiap tonsil terletak diantara
selaput mulut depan dan belakang.
c. Laringo faring
Laringo faring terletak dibagian belakang orofaring diruas vertebra servikal
keenam. Laringo faring merupakan saluran terakhir dari saluran pernapasan
atas.
C. Laring
Daerah yang dimulai dari aditus laryngis sampai batas bawah cartilago cricoid. Rangka
laring terbentuk dari tulang rawan dan tulang.
1. Berbentuk tulang adalah os hyoid
Harvien Bhayangkara 1102013124
2. Berbentuk tulang rawan adalah : tyroid 1 buah, arytenoid 2 buah, cricoid 1 buah.
Pada arytenoid bagian ujung ada tulang rawan kecil cartilago cornuculata dan
cuneiforme.
Laring adalah bagian terbawah dari saluran napas atas.
Os hyoid
Mempunyai 2 buah cornu, cornu majus dan minus. Berfungsi untuk perlekatan otot
mulut dan cartilago thyroid
Cartilago thyroid
Terletak di bagian depan dan dapat diraba tonjolan yang disebut promines’s laryngis
atau lebih disebut jakun pada laki-laki. Jaringan ikatnya adalah membrana thyrohyoid.
Mempunyai cornu superior dan inferior. Pendarahan dari a. Thyroidea superior dan
inferior.
Cartilago arytenoid
Mempunyai bentuk seperti burung penguin. Ada cartilago corniculata dan cuneiforme.
Kedua arytenoid dihubungkan m.arytenoideus transversus.
Epiglotis
Tulang rawan berbentuk sendok. Melekat di antara cartilago arytenoid. Berfungsi
untuk membuka dan menutup aditus laryngis. Saat menelan epiglotis menutup aditus
laryngis supaya makanan tidak masuk ke laring.
Cartilago cricoid
Batas bawah adalah cincin pertama trakea. Berhubungan dengan thyroid dengan
ligamentum cricothyroid dan m.cricothyroid medial lateral.
Otot-otot laring :
a. Otot extrinsik laring
1. M.cricothyroid
2. M. thyroepigloticus
b. Otot intrinsik laring
Harvien Bhayangkara 1102013124
1. M.cricoarytenoid posterior yang membuka plica vocalis. Jika terdapat
gangguan pada otot ini maka bisa menyebabkan orang tercekik dan
meninggal karena rima glottidis tertutup. Otot ini disebut juga safety muscle
of larynx.
2. M. cricoarytenoid lateralis yang menutup plica vocalis dan menutup rima
glottdis
3. M. arytenoid transversus dan obliq
4. M.vocalis
5. M. aryepiglotica
6. M. thyroarytenoid
Dalam cavum laryngis terdapat :
Plica vocalis, yaitu pita suara asli sedangkan plica vestibularis adalah pita suara palsu.
Antara plica vocalis kiri dan kanan terdapat rima glottidis sedangkan antara plica
vestibularis terdapat rima vestibuli. Persyarafan daerah laring adalah serabut nervus
vagus dengan cabang ke laring sebagai n.laryngis superior dan n. recurrent.
1.2. Mikroskopik
A. Rongga hidung
Rongga hidung terdiri atas vestibulum dan fosa nasalis. Pada vestibulum di sekitar nares
terdapat kelenjar sebasea dan vibrisa (bulu hidung). Epitel di dalam vestibulum
Harvien Bhayangkara 1102013124
merupakan epitel respirasi sebelum memasuki fosa nasalis. Pada fosa nasalis (cavum nasi)
yang dibagi dua oleh septum nasi pada garis medial, terdapat konka (superior, media,
inferior) pada masing-masing dinding lateralnya. Konka media dan inferior ditutupi oleh
epitel respirasi, sedangkan konka superior ditutupi oleh epitel olfaktorius yang khusus
untuk fungsi menghidu/membaui. Epitel olfaktorius tersebut terdiri atas sel
penyokong/sel sustentakuler, sel olfaktorius (neuron bipolar dengan dendrit yang
melebar di permukaan epitel olfaktorius dan bersilia, berfungsi sebagai reseptor dan
memiliki akson yang bersinaps dengan neuron olfaktorius otak), sel basal (berbentuk
piramid) dan kelenjar Bowman pada lamina propria. Kelenjar Bowman menghasilkan
sekret yang membersihkan silia sel olfaktorius sehingga memudahkan akses neuron untuk
membaui zat-zat. Adanya vibrisa, konka dan vaskularisasi yang khas pada rongga hidung
membuat setiap udara yang masuk mengalami pembersihan, pelembapan dan
penghangatan sebelum masuk lebih jauh.
Silia berfungsi untuk mendorong lendir ke arah nasofaring untuk tertelan atau
dikeluarkan (batuk) .Sel goblet dan kelenjar campur di lamina propria menghasilkan
sekret, untuk menjaga kelembaban hidung dan menangkap partikel debu halus . Di
bawah epitel chonca inferior terdapat swell bodies , merupakan fleksus vonosus untuk