Top Banner

of 12

TUGAS KIMIA ADSOPSI

Jul 07, 2018

Download

Documents

Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
  • 8/19/2019 TUGAS KIMIA ADSOPSI

    1/28

    [Type text]

    542

    PENENTUAN MEKANISME ADSORPSI Cr(III)

    OLEH BIOMASSA  S. cerevisiae 

    Oleh : Amaria, Suyono, dan Toeti Koestiari

    Jurusan Kimia FMIPA Unesa 

    Dalam penelitian ini telah dikaji   S. cerevisiae   dari limbah proses fermentasi

    industri bir yang masih berpotensi sebagai adsorben untuk menurunkan kadar kation

    logam berat Cr(III) di perairan. Tujuan penelitian ini adalah menentukan : 1) gugusfungsional adsorben yang berperan dalam adsorpsi, 2) daya adsorpsi biomassa   S.

    cerevisiae terhadap kation Cr(III) pada: (a) berbagai pH medium, (b) berbagai konsentrasi

    awal Cr(III), 3) mekanisme adsorpsi

    Penelitian ini mengikuti rancangan penelitian eksperimen, dengan tahap-tahap

    sebagai berikut : 1) pembuatan biomassa S. cerevisiae,   2) identifikasi gugus fungsional biomassa S. cerevisiae, 3) pengujian adsorben terhadap daya adsorpsi dengan pengaruh

     pH medium, variasi konsentrasi awal kation Cr(III) (kapasitas adsorpsi), 4) mekanismeadsorpsi, yang dikaji melalui penentuan jenis interaksi yang terjadi antara biomassa   S.

    cerevisiae   dengan kation logam. Jenis interaksi ditentukan dengan cara mendesorpsi

    kation logam Cr (III) yang telah jenuh dalam adsorben, dengan berbagai eluen yangmemiliki kekuatan mendesorpsi berbeda. Eluen yang digunakan meliputi aquademineral,

    untuk mengetahui kation logam yang terperangkap, kalium nitrat untuk mengetahui

     jumlah yang mengalami pertukaran ion, asam nitrat untuk mengetahui jenis ikatan

    hidrogen, dan Na2EDTA untuk mengevaluasi kation logam yang membentuk kompleks.

    Pada penelitian ini, eksperimen dilakukan dalam skala laboratorium menggunakan sistembatch. Kadar kation logam Cr(III) di dalam air diukur menggunakan teknik 

    Spektrofotometri Serapan Atom.

    Hasil-hasil penelitian yang diperoleh adalah: 1) Gugus fungsional biomassa

    S.cerevisiae   yang berperan dalam adsorpsi adalah –OH, -COO-

    dan N-H. 2) Adsorpsi

    dengan pengaruh pH medium terjadi maksimum pada pH 3, sebesar 3.9873 mg/g,3) Pengaruh konsentrasi awal Cr(III) dengan penerapan model isoterm adsorpsi Langmuir 

    diperoleh kapasitas adsorpsi sebesar 2.10-4 mol/g, 4) Mekanisme adsorpsi Cr(III) pada

     biomassa   S. cerevisiae   didominasi oleh mekanisme pertukaran ion dengan urutan

     persentase desorpsi oleh KNO3   sebesar 26,73 %, H2O 7,94 %, HNO3   7,03 %, dan

     Na2 EDTA 6,74 % . 5) Energi adsorpsi yang terlibat termasuk energi fisika, yaitu sebesar 13,38 kJ/mol.

    Kata kunci : Adsorpsi, Cr(III), S. cerevisiae

    PENDAHULUAN

    S. cerevisiae   merupakan mikrobia bersel tunggal, berukuran 5-15 mikron, yang

    mengandung protein, karbohidrat, lemak, vitamin, mineral, dan zat-zat nutrien yang lain

    (Young, 1985).  Dinding sel  S. cerevisiae   tersusun atas glukan 30-35%, mannan 30%,

     protein 13 % , khitin 1-2% serta lemak 8,5-13,5% (Fardiaz, 1992). Menurut Volesky

    (1990, dalam Schiever and Volesky 2000) dinding sel fungi yang merupakan situs utama

    untuk deposisi logam mengandung polisakarida sampai 90 %.

  • 8/19/2019 TUGAS KIMIA ADSOPSI

    2/28

    [Type text]

    543

    Menurut Gadd (1990) adsorpsi ion logam dengan   S. cerevisiae   terjadi pada

     permukaan sel. Meskipun beberapa peneliti (Patzak, et al., 1997; Suh, et al., 1998;

    Amaria,dkk, 2000,2003, 2005) telah menunjukkan kemampuan adsorpsi biomassa

    S.cerevisiae   terhadap kation-kation logam berat, namun mekanisme adsorpsi kation

    logam dengan biosorben belum dipahami dan dijelaskan dengan baik, karena belum jelas

    senyawa kimianya. Biosorben-biosorben yang jenis selnya berbeda, struktur kompleks

    molekul yang membangunnya berbeda pula, sehingga situs ikatannya berbeda. Situs

    ikatan yang dapat berpartisipasi dalam ikatan adalah gugus karboksil, dapat membentuk 

    kompleks maupun tarikan elektrostatik dengan kation logam (Schiewer dan Volesky,

    2000). Akibatnya beberapa mekanisme adsorpsi menjadi beraksi ganda baik membentuk 

    kompleks maupun elektrostatik. Kim, et al. (2005) menyatakan bahwa interaksi antara

    ligan-ligan pada adsorben dengan adsorbat dapat terjadi melalui pertukaran ion,

    kompleksasi, koordinasi dan mikropresipitasi.

    Dalam penelitian ini dipilih kation logam Cr(III) untuk dipelajari mekanisme

    adsorpsinya dengan biomassa  S. cerevisiae.   Berdasarkan klasifikasi Pearson, asam basa

    keras lunak (Douglas, et al. 1994) kation Cr(III) termasuk asam keras, sehingga akan

    membentuk ikatan yang kuat dengan basa keras, seperti –OH, -COO-, -NH2-, dengan sifat

    ikatannya cenderung ionik. Menurut Sehol (2004), bahwa adsorpsi Cr(III) pada asam

    humat yang diimobilisasi kitin didominasi oleh adsorpsi kimia.

    Tujuan penelitian ini ingin menentukan mekanisme adsorpsi yang terjadi antara

    kation logam Cr (III) dengan situs aktif yang terdapat pada biomassa   S. cerevisiae   dan

    menentukan gugus fungsional yang berperan dalam pengikatan kation (karena afinitas

    atom donor adsorben terhadap ion-ion logam berbeda-beda). Pada penelitian Amaria, dkk 

    (2005) telah diprediksi gugus-gugus fungsional yang terdapat pada biomassa  S. cerevisiae

    yaitu –OH, COO- dan NH2-. Untuk mencapai tujuan penelitian ini perlu dikaji pH

    adsorpsi, kapasitas adsorpsi   S. cerevisiae  terhadap kation Cr(III), serta energi adsorpsi.

    Dalam penelitian ini untuk mengetahui mekanisme adsorpsi yang terjadi secara fisika

    dilakukan desorpsi dengan eluen H2O (mekanisme pemerangkapan) dan desorpsi dengan

    HNO3   (pembentukan ikatan hidrogen),untuk mengetahui mekanisme adsorpsi kimia

    didesorpsi dengan KNO3   (pertukaran ion) dan dilakukan desorpsi dengan Na2EDTA

    (pembentukan kompleks). Untuk memperkuat hasil penelitian, data desorpsi fraksinasi

    sekuensial dikonfirmasikan dengan energi adsorpsinya dan juga dikonfirmasikan dengan

    hasil studi spektroskopi infra merah biomassa   S. cerevisiae   antara sebelum dan setelah

    diinteraksikan dengan kation logam.

  • 8/19/2019 TUGAS KIMIA ADSOPSI

    3/28

    [Type text]

    544

    METODE PENELITIAN

    Bahan

    Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah:  S.cerevisiae dari limbah

    hasil fermentasi industri bir PT Multi Bintang Pacet Mojosari Jawa Timur, larutan CrCl3,

    HNO3 , KNO3 , Na2 EDTA, larutan buffer sitrat, aquades, aquademineral.

    Alat

    Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain: sentrifus,  shaker , neraca

    analitik, oven, pH meter merek Jenway, Spektrofotometer Serapan Atom Perkin Elmer 

    100, ayakan ukuran 100-200 mesh,   freeze dryer , pengaduk magnetik, tabung sentrifus,

    corong, reaktor (wadah untuk mereaksikan adsorbat dengan adsorben terbuat dari bahan

     polipropilen), alat-alat gelas (gelas ukur, tabung reaksi, gelas kimia, labu Erlenmeyer,

    kaca pengaduk).

    Prosedur Kerja

    Penyiapan Adsorben Biomassa S. cerevisiae 

    Biomassa S. cerevisiae  diperoleh dari limbah hasil proses fermentasi industri bir.

    Limbah diendapkan, disaring, kemudian dicuci dengan aquades dan aqudemineral hingga

     pH netral. Kemudian dikeringkan dengan freeze dryer  selama 2 hari. Selanjutnya diayak 

    dengan ukuran 100-200 mesh dan disimpan dalam wadah kering, bersih dan tertutup

    rapat.

    Identifikasi Gugus Fungsional   S. cerevisiae  dengan Spektroskopi Infra Merah

    Seribu mg biomassa   S. cerevisiae diinteraksikan dengan Cr(III) 500 mg/L pH 3,

    dikocok 350 rpm 2 jam, endapan dan filtrat dipisahkan dengan cara disentrifus 2500 rpm

    10 menit. Endapan dioven 80oC sampai kering, kemudian endapan yang telah jenuh

    dengan Cr(III) dicampur dengan KBr kering dan dibuat pelet. Selanjutnya dianalisis

    dengan spektrofotometer   Infra Red . Pengukuran juga dilakukan pada biomassa   S.cerevisiae tanpa berinteraksi dengan Cr(III).

    Percobaan adsorpsi Cr(III) oleh Biomassa S. cer evi si ae 

    1. Pengaruh pH medium

    Dua puluh lima ml larutan Cr(III) 100 mg/L yang telah dibuat dari larutan induk 

    dengan kondisi pH 2, 3, 4, 5, 6 dan 7 (dengan larutan buffer sitrat). Masing-masing

    larutan diinteraksikan dengan 100 mg biomassa dan dikocok selama 120 menit 350 rpm,

    kemudian disentrifus 10 menit 2500 rpm. Filtrat dipisahkan dari endapannya dan diukur 

  • 8/19/2019 TUGAS KIMIA ADSOPSI

    4/28

    [Type text]

    545

    dengan alat SSA pada panjang gelombang 357,9 nm.

    2) Penentuan Kapasitas dan Energi Adsorpsi

    Dua puluh lima ml larutan Cr(III) pada konsentrasi 0; 5; 10; 25; 50; 75;100; 200;

    300; 500 mg/L dibuat dengan mengencerkan larutan induk, kemudian masing-masing

    diinteraksikan dengan 100 mg adsorben biomassa S. cereviceae pada suhu 26 ± 1   oC dan

    dikocok 350 rpm selama 120 menit. Adsorpsi ini dilakukan pada pH optimum (hasil

     percobaan pengaruh pH). Filtrat dan endapan dipisahkan dengan cara disentrifus selama

    10 menit 2500 rpm. Pengerjaan dilakukan 5 kali pengulangan. Kadar Cr(III) yang masih

    terdapat pada filtrat diukur dengan alat SSA (Spektrofotometer Serapan Atom) pada

    357,9 nm. Kapasitas adsorpsi ditentukan dengan mengolah data ini dengan menggunakan

    isoterm adsorpsi Langmuir. Berdasaran data yang diperoleh kapasitas adsorpsi (n) dan

    konstanta kesetimbangan adsorpsi (K) dihitung berdasarkan model isoterm adsorpsi

    Langmuir, dan Energi (E) adsorpsi dihitung dengan persamaan E =   RT  Ln K 

    3) Penentuan Jenis Interaksi

    Sebanyak masing-masing 250 mg biomassa S. cerevisiae diinteraksikan dengan 50

    ml larutan Cr(III) 500 mg/L pada pH 3 (sesuai hasil percobaan adsorpsi pengaruh pH).

    Kemudian dikocok selama 2 jam dan didiamkan selama 20 jam (semalam). Setelah

    interaksi, filtrat dan endapan dipisahkan dengan cara sentrifugasi. Pengerjaan ini

    dilakukan dengan 5 kali pengulangan. Filtrat yang diperoleh dianalisis dengan alat SSA.

    Endapan dicuci 1 kali dengan akuades untuk menghilangkan sisa filtrat yang menempel

     pada endapan. Kemudian endapan dikeringkan pada suhu 80oC selama 3 jam dan

    disimpan dalam eksikator semalam. Selanjutnya dilakukan desorpsi sekuensial untuk 

    mengetahui jenis interaksinya (mekanisme adsorpsinya).

    Penentuan jenis interaksi yang terjadi antara biomassa  S. cerevisiae  dengan kation

    logam, dikaji dengan cara mendesorpsi kation logam Cr (III) yang telah jenuh di dalam

    adsorben, dengan berbagai eluen yang memiliki kekuatan mendesorpsi berbeda.

    Pola Pemerangkapan. Endapan dari hasil adsorpsi (S. cerevisiae – Cr) ditambah

    50 ml akuademineral, dikocok 350 rpm selama 30 menit. Kemudian campuran

    disentrifus. Filtrat yang didapat dianalisis dengan alat SSA.

    Pola Pertukaran Ion dengan K +.   Endapan dari hasil desorpsi dengan air,

    ditambah dengan 50 ml KNO3   1 M, dikocok 350 rpm selama 2 jam dan disentrifus.

    Filtrat dianalisis dengan alat SSA.

  • 8/19/2019 TUGAS KIMIA ADSOPSI

    5/28

    [Type text]

    546

    Pembentukan Ikatan Hidrogen.  Endapan hasil desorpsi dengan KNO3 ditambah

    50 ml HNO3  0,5 M, dikocok 350 rpm selama 30 menit. Filtratnya dianalisis dengan Alat

    SSA.

    Pembentukan Kompleks.  Endapan dari hasil desorpsi dengan HNO3   ditambah

    50 ml Na2EDTA 0,1 M, dikocok 350 rpm selama 18 jam, kemudian disentrifus.

    Filtratnya dianalisis dengan spektrofotometer serapan atom.

    5. Penghitungan Cr(III) yang teradsorpsi , terdesorpsi, kapasitas adsorpsi dan

    energi adsorpsi

    Kadar Cr(III) yang teradsorpsi oleh biomassa dihitung dari perbedaan kadar 

    Cr(III) awal yang diinteraksikan dengan biomassa dan kadar Cr(III) pada filtrat setelah

     berinteraksi, selanjutnya digunakan perrsamaan 1 (Vijayaraghavan, et al, 2004) :

    V C C q

      f  o   )(   ................................................................................................ (1)

    q adalah  Cr(III)  yang teradsorpsi (mg/g);  C0  and   Cf   are konsentrasi awal dan akhir  Cr

    (mg/L), V adalah volume larutan (L) dan   W   adalah berat adsorben yang digunakan (g).

    Kadar  Cr(III)  yang didesorpsi dianalisis dan dihitung dengan persamaan 2 (Choi

    and Yun, 2004):

    % Desorpsi = 100)()(

    )()( x

    mg radsorpsiawalyangte III Cr 

    mg leheluen yanglepaso III Cr (2)

    Model adsorpsi Langmuir dipilih untuk menentukan adsorpsi Cr(III), yang dirumuskan

    sebagai berikut (Oscik, 1982):

    1

    m m

    C C 

    n K n   (3)

    n adalah kadar Cr(III) yang teradsorpsi adsorben dalam satuan mg/g atau mol/g, C is

    konsentrasi Cr(III) pada keadaan setimbang (mg/L). Dengan mem- plot -kan harga C/n

    terhadap C (kosentrasi Cr(III) pada saat setimbang) dapat ditarik garis lurus, sehingga

    dapat diperoleh harga tetapan kesetimbangan Langmuir K (mol.L-1

    )-1

    , dan kapasitas

    adsorpsi, nm  (mol/g) yang ditentukan dari intersep dan slope.

    Proses adsorpsi larutan juga melibatkan interaksi ion-ion yang terdapat pada

    adsorbat dan adsorben. Oleh karena itu proses adsorpsi dapat dijelaskan dengan teori

    listrik lapisan ganda (electric double layer ). Oleh Stern (Shaw, 1983) diusulkan bahwa

    model lapisan ganda ini dibagi dalam 2 bagian yang dipisahkan oleh suatu bidang (bidang

  • 8/19/2019 TUGAS KIMIA ADSOPSI

    6/28

    [Type text]

    547

    Stern) yang ditempatkan pada sekitar jari-jari ion terhidrat dari permukaan padatan.

    Persamaan ini mengikuti persamaan Stern (Adamson, 1990):

     

     1  C .exp[ Ze  +]/kT (1)

    dengan   C   adalah konsentrasi ion logam pada keadaan setimbang, Ze   adalah energi

    interaksi elektrostatik dan     adalah energi ikatan kimia. Secara eksperimen energi

    interaksi elektrostatik dan energi ikatan kimia sulit dan tidak mungkin ditentukan (Stum

    dan Morgan, 1989), maka Stern mengasumsikan bahwa seluruh energi bebas standar 

    adsorpsi sama dengan jumlah energi elektrostatik dan energi adsorpsi kimia yang terlibat

    dalam adsorpsi, dengan persamaan :

    Go

    = Ze +    (2)

    Melalui beberapa langkah dan subtitusi persamaan adsorpsi, diperoleh persamaan:

    Energi = RT lnK 

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    Identifikasi Gugus Fungsional   S. cerevisiae  dengan Spektroskopi Infra Merah

    Untuk mengidentifikasi gugus fungsional yang terdapat pada biomassa   S.

    cerevisiae   dilakukan dengan menggunakan spektrofotometer FTIR. Hasil identifikasi

    gugus fungsional   S. cerevisiae   sebelum berinteraksi dan setelah berinteraksi dengan

    Cr(III) disajikan pada Gambar 1 dan 2. Spektra biomassa  S. cerevisiae   yang disajikan

     pada Gambar 1, tampak vibrasi ulur gugus OH karboksilat pada 3425,3 cm-1

    , yang

    didukung oleh absorpsi pada 1033,8 cm-1, yang menunjukkan C-O karboksilat. Pita Pita

    3425,3 cm-1

     juga dapat menunjukkan vibrasi ulur N-H. Pada 1639,4 cm-1

    menunjukkan

    vibrasi ulur gugus –COO-

    asimetri yang didukung absorpsi simetrinya pada 1380,9 nm-1

    .

    Bilangan gelombang 1639,4 cm-1  juga menunjukkan adanya gugus C=O peptida yang

    didukung oleh gugus N-H sebagai vibrasi tekuk pada 1523,7 cm-1

    . Pita 1380,9 cm-1

     jugadiidentifikasi sebagai vibrasi tekuk -OH asam karboksilat (Silverstein dkk,1991). Di

    samping itu pita 1033,8 cm-1 dapat ditunjukkan sebagai vibrasi ulur gugus C-O (asam

    karboksilat) dan C-N (amina) (Sastrohamidjojo,1992). Pita 910 cm-1 menunjukkan vibrasi

    ulur C-H.

    Spektra biomassa   S. cerevisiae   yang berinteraksi dengan Cr(III) pada pH 3

    disajikan pada Gambar 2, menunjukkan adanya pergeseran relatif kecil, yaitu pada

     bilangan gelombang 1523,7 cm-1

    menjadi 1527,5 cm-1

    ; 1033,8 cm-1

    menjadi 1037,6 cm-1

    dan 910 cm-1

    menjadi 894,9 cm-1

    . Hal ini menunjukkan bahwa Cr(III) yang teradsorpsi

  • 8/19/2019 TUGAS KIMIA ADSOPSI

    7/28

    [Type text]

    548

     pada permukaan   S. cerevisiae   terjadi melalui pori atau dengan mekanisme

     pemerangkapan.

    Gambar.1. Spektra inframerah biomassa S. cerevisiae

    sebelum berinteraksi berinteraksi dengan Cr (III)

    Gambar 2. Spektra inframerah biomassa Saccharomyces cerevisiaesetelah berinteraksi dengan Cr (III)

  • 8/19/2019 TUGAS KIMIA ADSOPSI

    8/28

    [Type text]

    549

    Pengaruh pH medium

    Adsorpsi Cr (III) oleh biomassa   S. cerevisiae   pada pH 2, 3, 4, 5, 6, dan 7

    disajikan pada Tabel 1. Visualisasikan adsorpsi Cr(III) dengan pengaruh pH medium

    disajikan pada Gambar 3.

    Tabel 1. Adsorpsi 100 mg Cr(III) oleh biomassa S. cerevisiae

    dengan berbagai harga pH medium

    pH [Cr]eq

    (mg/L)

    [Cr(III)] teradsorpsi

    (mg/L)

    % [Cr(III)]

    teradsorp

    [Cr(III)]

    teradsorpsi (mg/g)

    2 93.9587 6.0413 6.0413 1.5103

    3 84.0507 15.9493 15.9493 3.9873

    4 91.1125 8.8875 8.8875 2.2219

    5 92.8531 7.1469 7.1469 1.7867

    6 91.7892 8.2108 8.2108 2.0527

    7 95.4143 4.5857 4.5857 1.1464

    Gambar 3 tampak bahwa adsorpsi Cr (III) dengan berbagai pH medium oleh

     biomassa S. cerevisiae  maksimum pada pH 3 adalah sebesar 15.9493 %, atau dalam satu

    gram adsorben dapat teradsorpsi Cr (III) sebesar 3.9873 mg. Pada pH 2 adsorpsi Cr (III)

    adalah kecil dan pada pH 4-7 adsorpsi Cr (III) juga menurun.

    0.00

    1.00

    2.00

    3.00

    4.00

    5.00

    0 1 2 3 4 5 6 7 8

    pH

       n ,   a    d   s   o   r   p   s    i     C   r     (   m   g     /   g     )

    Gambar 3 . Pengaruh pH medium terhadap adsorpsi

    Cr(III) oleh biomassa S. cerevisiae

    Adsorpsi kation logam pada adsorben sangat dipengaruhi oleh sifat permukaan

    adsorben dan larutan ion logamnya. Dengan kenaikan pH medium, ion logam yang

    terhidrat di dalam medium akan mengalami hidrolisis menurut persamaan umum berikut

    ini :

    [OH-] [OH

    -] [OH

    -] [OH

    -]

    M2+ --------> MOH + --------> M(OH)2 ------->M(OH)3- -------> M(OH)4

    2-

  • 8/19/2019 TUGAS KIMIA ADSOPSI

    9/28

    [Type text]

    550

    Di dalam medium air Cr (III) umumnya sebagai kompleks [Cr(H2O)6]3+. Kompleks

    ini dengan kenaikan pH medium akan terhidrolisis seperti persamaan di atas, membentuk 

    [CrOH]2+

    , kemudian [Cr(OH)2]+

    dan selanjutnya membentuk [Cr(OH)3] dan [Cr(OH)4]-

    (Minear and Keith, 1982). Cr (III) pada pH mendekati 6 mengendap sebagai [Cr(OH)3

    ].

    Sementara itu pada pH tinggi permukaan adsorben menjadi bermuatan negatif. Oleh

    karena itu akan terjadi tolak menolak dengan spesies logam yang bermuatan negatif,

    akibatnya adsorpsinya menurun.

    Adsorpsi Cr(III) terjadi maksimum pada pH 3, dikarenakan di dalam larutan lebih

     banyak terbentuk kompleks hidrokso logam (MOH+

    ), sementara permukaan biomassa

    mengalami deprotonasi menjadi lebih bermuatan negatif sehingga terjadi gaya tarik 

    menarik yang mengakibatkan adsorpsi meningkat.

    Penentuan Kapasitas Adsorpsi

    Visualisasi data adsorpsi Cr(III) oleh biomassa   S. cerevisiae   pada berbagai

    konsentrasi awal disajikan pada Gambar 4. Untuk mengetahui jumlah adsorbat (zat

    terlarut) yang terserap oleh adsorben dan hubungan antara jumlah zat terlarut yang

    terserap dengan jumlah zat terlarut pada saat setimbang dapat digunakan model isoterm

    adsorpsi Langmuir C 

    n n K 

    nm m

    1

    n adalah jumlah zat terlarut yang terserap oleh adsorben dalam mol per gram adsorben

    sedangkan C adalah jumlah zat terlarut (konsentrasi) pada saat setimbang (mol/L).

    0.00E+00

    2.00E-05

    4.00E-05

    6.00E-05

    8.00E-05

    1.00E-04

    1.20E-04

    0.0E+00 2.0E-03 4.0E-03 6.0E-03 8.0E-03 1.0E-02

    [Cr]eq (mol/L)

        n ,    a     d    s    o    r    p    s     i     C    r     (    m    g     /    g     )

    Gambar 4. Kurva isoterm adsorpsi Langmuir  S. cerevisiae

    terhadap Cr (III) pada pH 3

  • 8/19/2019 TUGAS KIMIA ADSOPSI

    10/28

    [Type text]

    551

    y = 6053.1x + 28.335

    R2 = 0.9169

    0.00E+00

    2.00E+01

    4.00E+01

    6.00E+01

    8.00E+01

    1.00E+02

    0.00E+00 2.00E-03 4.00E-03 6.00E-03 8.00E-03 1.00E-02

    [Cr]eq (m ol/L)

         [     C    r     ]    e    q     /    n

    Gambar 5. Linieritas persamaan Isoterm Langmuir adsorpsi Cr (III) oleh biomassa S. cerevisiae

    Pada Gambar 4, terlihat bahwa secara keseluruhan isoterm adsorpsi memberikan

     bentuk isoterm Langmuir, yakni adsorpsi menunjukkan bahwa kenaikan konsentrasi awal

    diikuti dengan meningkatnya jumlah zat yang teradsorpsi sehingga tercapai keadaan

    setimbang. Dari kurva isoterm adsorpsi Langmuir, penerapan data-data pada Gambar 4

    diperoleh persamaan linier seperti pada Gambar 5, dengan Y = 6053,1x + 28,335,

    kapasitas adsorpsi (nm), konstanta kesetimbangan adsorpsi, K dan penerapan harga K 

     pada energi adsorpsi E =   RT  Ln K seperti disajikan pada Tabel 2.

    Tabel 2. Parameter Langmuir adsorpsi Cr (III) oleh biomassa S. cerevisiae

    pH

    medium

    nm(mol/g )

    (mol L-1

    )-1

    E = - ΔG

    kJ/ mol-1

    3 2.10 213.6263 13,3790

    Mekanisme Adsorpsi.

    Untuk mengetahui mekanisme adsorpsi atau jenis interaksi yang terjadi antara

    kation Cr(III) dengan biomassa  S .   cerevisiae  dilakukan dengan cara menjenuhkan lebih

    dulu adsorben dengan kation Cr(III), kemudian mendesorpsinya dengan eluen-eluen yang

    memiliki kekuatan mendesorpsi berbeda, yaitu H2O untuk mengetahui interaksi secara

     pemerangkapan, KNO3   untuk mengetahui mekanisme pertukaran ion, HNO3   untuk 

    mengetahui mekanisme jenis ikatan hidrogen dan dengan eluen Na2 EDTA untuk 

    mengetahui kation logam yang membentuk kompleks. Hasil desorpsi kation logam

    Cr(III) disajikan pada Tabel 3.

    Pada Tabel 3. tampak bahwa persentase desorpsi Cr(III) yang terbesar adalahdengan eluen KNO3 yang dapat digunakan menunjukkan mekanisme adsorpsi Cr(III)

  • 8/19/2019 TUGAS KIMIA ADSOPSI

    11/28

    [Type text]

    552

    Tabel 3. Desorpsi kation Cr(III) pada biomassa S. cerevisiae

    Pelarut Persentase Cr (III) yang terdesorpsi (%)

    H O 7,94

    KNO 26,73HNO 7,03

     Na2EDTA 6,74

    Jumlah 48,44

    dengan situs aktif biomassa   S. cerevisiae   adalah mekanisme pertukaran ion, kemudian

    mekanisme adsorpsi berikutnya adalah melalui pemerangkapan, pembentukan ikatan

    hidrogen dan melalui pembentukan kompleks. Apabila dikonfirmasikan pada harga

    energi adsorpsinya, adsorpsi Cr(III) dengan biomassa S. cerevisiae menunjukkan adsorpsi

    fisika dan demikian pula jika dikaji bilangan gelombang data spektra FTIR   S. cerevisiae

    yang belum dan telah berinteraksi dengan Cr(III) tampak ada pergeseran yang relatif 

    kecil. Hal ini menunjukkan bahwa mekanisme adsorpsi Cr(III) dengan situs-situs aktif  S.

    cerevisiae   menjadi beraksi ganda, seperti yang dikemukakan Schiewer dan Volesky

    (2000) dan Kim, et al. (2005). Berdasarkan klasifikasi Pearson, kation Cr(III) termasuk 

    asam keras, sehingga akan membentuk ikatan yang kuat dengan basa keras, seperti –OH,

    -COO -, -NH2-, dan gugus gugus fungsional ini yang telah teridentifikasi ada pada situs

     biomassa S. cerevisiae.

    SIMPULAN

    1. Gugus fungsional biomassa S. cerevisiae  yang berperan dalam adsorpsi adalah gugus

    hidroksil –OH (basa keras), -COO- (basa keras), dan N-H (basa keras).

    2. Adsorpsi Cr (III) dengan berbagai pH medium oleh biomassa S. cerevisiae maksimum

     pada pH 3 adalah sebesar 15.9493 %, atau dalam satu gram adsorben Cr (III)

    teradsorpsi sebesar 3.9873 mg.

    3. Kapasitas adsorpsi (nm)   S. cerevisiae   terhadap Cr(III) sebesar 2.10

    -4

    mol/g konstantakesetimbangan adsorpsi, K sebesar 213.6263 (mol L

    -1)

    -1dan energi adsorpsi sebesar 

    13,3790 kJ/ mol-1, termasuk energi adsorpsi fisika.

    UCAPAN TERIMA KASIH

    Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada Direktorat Jenderal

    Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan Nasional melalui Program Penelitian

    Fundamental yang telah mendanai penelitian ini dan kepada Jundi, Friska, Istiqomah

    yang membantu dalam pengumpulan data.

  • 8/19/2019 TUGAS KIMIA ADSOPSI

    12/28

    [Type text]

    553

    DAFTAR PUSTAKA

    Adamson, A.W.,1990, Physical Chemistry of Surface, 4nd ed. John Wiley, New York.Amaria, S.E. Cahyaningrum, R. Agustini, 2005. Imobilisasi Saccharomyces cerevisiae

    Limbah Fermentasi Industri Bir melalui Pembentukan Sol Gel Silika dan

    Aplikasinya Untuk Adsorpsi Kation-kation Logam Berat, Lembaga Penelitian,Universitas Negeri Surabaya

    Amaria, Suyono, Cahyaningrum, S.E., 2003, Pemanfaatan Saccharomyces cereviceae

    dari Limbah Industri Bir  Sebagai Bahan Penyerap Kation Timbal Dalam Medium

    air, Lembaga Penelitian, Universitas Negeri Surabaya.

    Amaria, Suyono, Isnawati, 2000, Penghilangan Timbal Menggunakan BiomassaSaccharomyces cereviceae dari Limbah Industri Bir , Lembaga Penelitian

    Universitas

    Choi S.B. and Yun, Y.S.,. Lead Biosorption by Waste Biomass of Corynebacterium

    glutamicum Generated from Lysine Fermentation Process, Biotechnology Letter 

    26: 331-336.Douglas, B. , McDaniel D., and Alexander, J.1994.   Conceps And Models Of Inorganic

    Chemistry, Third Edition, John Wiley & Sons, Inc. Canada.Fardiaz, S. 1992. Mikrobiologi Pangan. Jakarta, Gramedia Pustaka Utama.

    Gadd,G.M., 1990, In Biotechnology. Biosorption , Chemistry and Industry : 421 –426 

    Kim, Tae Young, Sun-Kyu Park, Sung-Yong Cho, Hwan-Beom Kim, Yong Kang, Sang-

    Done Kim, dan Seung-Jai Kim, 2005. Adsorption of Heavy Metal by Brewery

    Biomass, Korean J. Chem. Eng.,  22 (1) , 91-98.Oscik, J., 1982,   Adsorption,  Ellis Horwood Limited, England.

    Patzak M., Dostalek P., Fogarty R.V. Safarik I. and Tobin J.M, 1997, Develepment of 

    Magnetic Biosorbents For Metal Uptake,   Biotechnology Techniques, Vol.11,

     No. 7: 483 – 487.

    Ramelow, U.S., Guidry N.C.Fisk, S.D., 1996 A Kinetic study of Metal ion binding byBiomass Immobilized in polymer, Journal Hazardous Materials, 46. 37-55Sastrohamidjojo,H., 1992, Spektroskopi Inframerah, Liberty, Yogyakarta.Schiewer, S. dan Volesky B.2000. Biosorption Processes for Heavy Metal Removal,

    Chapman and Hall, London. UK.

    Sehol, M. 2004. Immobilisasi Asam Humat Pada Kitin dan Alikasinya Sebagai Adsorben

    Cr(III), Tesis S2, Program Pasca Sarjana, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.Shaw,D.J., 1983, Introduction to Colloid and Surface Chemistry, New York.: Butterworth

    & Co.Ltd.

    Silverstein, R.M.; Bassler,G.C. and Morrill T.C., 1991,  Spectrosmetric Identification of  

    Organic Compounds fifth Edition , John Wiley & Sons, Inc, New York.

    Stevenson, F.J., 1994, Humus Chemistry , John Wiley & Sons, Inc., New York.Stum,W. and Morgan,J.J., 1981, Aquatic Chemistry, New York : John Wiley and Sons.Suh J.H., Yun J.W. and Kim D.S.,1998., Comparison of Pb2+ Accumulation

    Characteristics Between Live and Dead Cells of   Saccharomyces cerevisiae  and

     Aureobasidium pullulans, Biotechnology Letters, Vol. 20, No.3 : 247-251.

    Vijayaraghavan, K.; Jegan, J.R.; and Velan, M. 2004. Copper removal from aqueous

    solution by marine green algae   ulva Reticulata.   Electronic Journal of    Biotechnology. Vol. 7(1).

    Volesky, B and Holan, Z.R., 1995, Biosorption of Heavy Metal,  Biotechnol. Prog. Vol 

    11, no.3.

    Young, M.M. 1985. Comprehensive Biotechnology. Oxford, Pergamon Press

  • 8/19/2019 TUGAS KIMIA ADSOPSI

    13/28

    526

    ABSTRAK 

    PENERAPAN PENILAIAN PSIKOMOTOR PADA MATERI HUKUM

    KEKEKALAN MASSA SISWA KELAS X-l SMA NEGERI 4 SURABAYAMELALUI LESSON STUDY 

    Oleh:

    Dra. Sri Umiyati, Agus Widiyono, S.Pd., Lilik Sudariati, S.Pd.,

    Dra. Dewi Farkhanah, Prapmiwati, S.Pd.

    Peserta Diklat Lesson Study Untuk Sekolah Kawasan di Surabaya

    Kenyataan yang dihadapi guru saat ini adalah sulit melakukan penilaian

    aktivitas belajar siswa. Hal ini disebabkan oleh adanya jumlah siswa yang besar dalam satu kelas yaitu rata-rata 40 siswa. Untuk melakukan penilaian psikomotor 

    sering kali dilakukan dengan mengamati aktivitas siswa secara global atau tidak 

    rinci.

    Lesson Study merupakan model pembinaan profesi guru yang diharapkan dapat

    meningkatkan kualitas guru dan hasil belajar siswa, kegiatannya antara lainmelibatkan beberapa observer (pengamat) ketika penerapan pembelajaran (do)

    selain seorang guru model.

    Pada tanggal 27 November 2007 diadakan kegiatan Open Lesson di kelas X-l

    SMA Negeri 4 Surabaya dengan Materi Hukum Kekekalan Massa dengan

    melibatkan observer yang cukup banyak (10-12 orang). Hasil observasi kegiatantersebut dapat membantu guru untuk menilai siswa selama kegiatan pembelajaran

     berlangsung, bahkan penilaian dapat dilakukan lebih rinci pada aspek psikomotor.

    Key word:Lesson Study, penilaian psikomotor 

  • 8/19/2019 TUGAS KIMIA ADSOPSI

    14/28

    527

    Pendahuluan

    Latar BelakangProses pembelajaran di sekolah dewasa ini lebih dituntut kepada   student 

    centered , di mana siswa memegang peranan penting dalam mengembangkan dan

    memperbaiki konsepsinya, sedangkan tugas guru dalam proses ini menjadi fasilisator,

    merangsang pemikiran, menciptakan permasalahan, membiarkan siswamengungkapkan gagasan dan konsepnya, serta kritis menguji konsep siswa. Yang

    terpenting untuk guru adalah mendengarkan dan menghargai gagasan pemikiran siswa

    apapun adanya, apakah pemikiran itu benar atau salah. Selain itu guru juga harus

    menguasai bahan secara luas dan mendalam sehingga dapat lebih fleksibel menerima

    gagasan, siswa yang berbeda dan juga harus dapat memberi penilaian yang tepat atashasil belajar siswa.

    Ada dua hal yang berkaitan Kimia di SMA/MA, yaitu kimia sebagai produk (pengetahuan kimia yang berupa fakta, konsep, prinsip, hukum dan teori) temuan

    ilmuwan dan kimia sebagai proses (kerja ilmiah). Oleh sebab itu pembelajaran kimia

    dan penilaian hasil belajar kimia harus memperhatikan karakteristik ilmu kimia sebagai produk dan proses. Jadi penilaian terhadap siswa dalam belajar kimia tidak hanya

    meliputi aspek kognitif saja juga perlu aspek psikomotor yang selama ini sulit

    dilakukan oleh guru.

    Berdasarkan uraian di atas maka sangatlah diperlukan suatu pembenahan di

    dalam proses belajar mengajar untuk dapat meningkatkan kualitas pembelajaran siswa,salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas pembelajaran., dan bagaimana penilaian

     psikomotor bisa dilakukan dengan tepat oleh guru, salah satu alternatifnya melalui

    kegiatan  Lesson Study

    Sistem PenilaianPenilaian adalah istilah umum yang mencakup semua metode yang bisa digunakan

    untuk menilai unjuk kerja siswa baik secara individu maupun kelompok, sedangkan

     proses penilaian mencakup pengumpulan bukti untuk menunjukkan pencapaian belajar 

    siswa, adapun aspek penilaian bisa berupa kognitif, psikomotor dan afektif.

    Dalam pembahasan ini menekankan pada penilaian psikomotor di mana penilaian psikomotor di SMA meliputi tiga jenis kegiatan :

    a. Presentasi

     b. Diskusi kelompok c. Praktikum

    Banyak aspek yang dapat dinilai pada kegiatan praktikum di antaranya :   Menentukan alat dan bahan

      Menggunakan alat

      Membaca data

      Menarik kesimpulan

      Membuat diagram   Membaca diagram

      Membedakan diagram

      Menyelesaikan soal

      Tampilan presentase   Tampilan kemampuan menjawab pertanyaan

  • 8/19/2019 TUGAS KIMIA ADSOPSI

    15/28

    528

      Ketepatan menggunakan alat

      Ketrampilan menggunakan bahan dsb

    Dari sekian banyak aspek yang dinilai, walaupun guru hanya mengambil beberapaaspek saja, kenyataan yang dihadapi oleh guru sulit untuk melakukan kegiatan

    aktifitas siswa berupa penilaian psikomotor tadi, hal ini disebabkan oleh adanya

     jumlah siswa yang besar dalam 1 kelas terdapat 40 siswa, sehingga untuk 

    melakukan penilaian psikomotor sering kali dilakukan dengan mengamati aktifitassiswa secara global atau tidak rinci yang akhirnya menghasilkan nilai yang tidak 

    tepat. Dengan keadaan demikian perlu adanya upaya guru untuk meningkatkan

    kinerjanya secara kolaboratif untuk mencapai profesionalisme guru.

    Lesson StudyApa Lesson Study?

    Lesson study adalah model pembinaan profesi pendidik melalui pengkajian pembelajaran secara kolaboratif dan berkelanjutan berlandaskan prinsip-prinsip

    kolegalitas dan   mutual_learning    untuk membangun komunitas belajar. Gambar I

    memperlihatkan tahapan pelaksanaan pengkajian pembelajaran melalui kegiatan lessonstudy.

    Pelaksanaan pengkajian pembelajaran melalui kegiatan lesson study dilakukan

    dalam siklus-siklus kegiatan yang tiap siklusnya terdiri dari 3 tahapan ( Plan, Do, See).

    Tahap pertama, Plan, membuat perencanaan pembelajaran yang berpusat pada siswa

    secara kolaboratif. Tahap kedua, DO, menerapkan rencana pembelajaran di kelas olehseorang guru sementara guru lain mengamati aktifitas siswa dalam pembelajaran.

    Tahapan ketiga, SEE, diskusi pasca pembelajaran untuk merefleksikan efektifitas

     pembelajaran yang dilaksanakan langsung setelah pembelajaran selesai. Hasil refleksi

    merupakan masukan untuk perencanaan pada siklus berikutnya agar pembelajaran lebih

     baik dari siklus sebelumnya. Setiap tahapan pengkajian pembelajaran harusdilaksanakan secara kolaboratif dan tidak pernah berakhir melakukan perbaikan

     pembelajaran.

    Gambar 1. Siklus Kegiatan Lesson Study

    PLAN

    (merencanakan

    pembelajaran

     yang berpusat

    pada siswa)

    DO

    (melaksanakan

    pembelajaran

    dan observasi)

    SEE

    (merefleksikan efektifitas

    pembelajaran untuk

    perbaikan)

  • 8/19/2019 TUGAS KIMIA ADSOPSI

    16/28

    529

    Pengetahuan materi ajar maupun keterampilan guru membelajarkan siswa

    dibangun dalam komunitas belajar melalui sharing pendapat diantara anggota

    komunitas dengan lebih menekankan prinsip-prinsip kolegalitas dan mutual learning.Dosen bisa saja berada dalam komunitas belajar diantara guru-guru, akan tetapi dosen

    tidak perlu merasa superior dan tidak perlu menceramahi guru-guru. Dosen sebagai

    nara sumber memang perlu mengkoreksi kesalahan konsep-konsep melalui sharing

     pendapat yang didukung fakta yang benar secara santun dan bijak sehingga semuaanggota komunitas belajar merasa nyaman.

    Mengapa Lesson Study?

    Ilmu penget ahuan dan teknol ogi cepat sekali berkembang oleh karena itu

     penget ahuan dan keterampila n guru pun harus selalu dimutahirkan secara periodik,sebulan sekali, setahun sekali, atau lima tahun sekali. Walau seorang guru lulus dari

    suatu lembaga pendidi kan guru terkemuka, apabila yang bersangkutan tidak pemahdiikut sertakan dalam pelatihan maka guru tersebut akan ketinggalan informasi

     perkembangan pengetahuan dan teknologi. Selanjutnya guru tersebut akan menyendiri

    melakukan persiapan dan tertutup terhadap inovasi serta saran untuk perbaikan.Kemungkinan besar guru seperti itu mendominasi kelas dengan ceramahnya, tidak 

    memberi kesempatan kepada siswa untuk berkreatifitas.

    Sementara Peraturan Pemerint ah RI Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar 

     Nasional Pendidika n, pasal 19, ayat 1 mengatakan bahwa "Proses pembelajaran pada

     satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan,menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif serta memberi kan

    ruang yang cukup bagi prakarsa, kreatifitas, dan kemandirian sesuai bakat, minat,

    dan perkembangan ftsik dan psikologis peserta didik.

    Selain itu Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen

    mengisyaratkan bahwa guru profesional harus memiliki 4 kompete nsi secara

    terpadu. Keempat kompetensi terseb ut melipu ti kompetensi pedagogi, kompetensi

     profesional, kompetensi kepribadian, dan kompetensi sosial. Kompetensi pedagogi dankompetensi profesional dapat diindikasikan oleh kemampuan guru membuat

     perencanaan pembelajaran yang berpusat pada siswa dan keterampilan guru

    membelajarkan siswa, membuat siswa kreatif. Kompetensi kepribadian dapat

    ditunjukan guru melalui etos kerja, selalu bersemangat dan kerja ke ras melakukan

    inovasi pembelajaran. Kemudian, kompetensi sosial tercermin dari kemampuan

     berkomunikasi secara efektif dan efisien.Pemutahiran pengetahuan dan keterampilan guru serta implementasi PP No 19

    Tahun 2005 dan UU Nomor 14 Tahun 2005 merupakan tantangan bagi kita untuk 

    melakukan pembinaan guru secara sistematik dan berkelanjutan bagi seluruh guru.

     Lesson study   menawarkan solusi bagi pembinaan guru di Indonesia karena   lesson

     study   adalah model pembinaan profesi pendidik melalui pengkajian pembelajaransecara kolaboratif dan berkelanjutan berland askan prinsip-prinsip kolegali tas dan

    mutual learning  untuk membangun komunitas belajar.

    I mplementasi L esson Study 

    Melakukan persiapan Lesson Study

    Sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya bahwa   lesson study pada dasarnyameliputi tiga tahapan kegiatan yakni perencanaan, implementasi, dan .refleksi. Untuk 

  • 8/19/2019 TUGAS KIMIA ADSOPSI

    17/28

    530

    mempersiap kan sebuah   lesson study   hal pertama yang sahgat penting adalah

    melakukan persiapan. Tahap awal persiapan dapat dimulai dengan melakukan

    identifikasi masalah pembelaj aran yang melipu ti materi ajar,   teachin g material s,

    strategi pembelajaran, dan siapa yang akan berperan menjadi guru. Materi ajar yangdipilih tentu harus disesuaikan dengan kurikulum yang berlaku serta program yang

    sedang berjalan di sekolah. Analisis mendalam tentang materi ajar yang dipilih perlu

    dilakukan secara bersama-sama untuk memperoleh alternatif terbaik yang dapat

    mendorong proses belajar siswa secara optimal. Pada tahapan analisis tersebut perludiperti mbangkan kedalaman materi yang akan disajikan ditinjau antara lain dari

    tuntutan kurikulum, latar belakang pengetahuan dan kema mpuan siswa, komp etensi

    yang akan dike mbangkan, serta kemungkinan -kemu ngki nan pengemba ngan

    dalam kaitannya dengan materi terkait. Dalam kaitannya dengan materi ajar yang

    dikembangkan, juga perlu dikaji kemungkinan-kemungkinan respon siswa pada saat proses pembelajaran berlangsung. Hal ini sangat penting dilakukan terutama untuk 

    mengantisipasi respon siswa yang tidak terduga. Jika materi ajar yang dirancangternyata terlalu sulit bagi siswa, maka kemungkinan alternatif intervensi guru untuk 

    menyesuaikan dengan tingkat kemampuan siswa perlu dipersiapkan secara matang.

    Sebaliknya, jika temyata materi ajar yang dirancang tcrlalu mudah bagi siswa makakemungkinan intervensi yang bersifat pengembangan perlu juga dipersiapkan. Dengan

    demikian, sebelum implementasi pembelajaran berlangsung guru telah memiliki

    kesiapan yang mantap sehingga proses pembelajaran yang terjadi pada saat  lesson

     study   dilaksanakan mampu mengoptimalkan proses dan hasil belajar siswa sesuai

    dengan yang diharapkan.

    Selain aspek materi ajar, guru secara berkelompok perlu mendiskusikan strategi

     pembelajaran yang akan digunakan yakni meliputi pendahuluan, kegiatan inti, dankegiatan akhir. Analisis kegiatan tersebut dapat dimulai dengan mengungkapkan

     pengalaman masing-masing dalam mengajarkan materi yang sama. Berdasarkan

    analisis pengalaman tersebut selanjutnya dapat dikembangkan strategi baru yang

    diperkirakan dapat menghasilkan proses belajar siswa yang optimal. Strategi

     pembelajaran yang dipilih antara lain dapat meliputi bagaimana melakukan pendahuluan agar siswa termotivasi untuk melakukan proses belajar secara aktif;

    aktivitas-aktivitas belajar bagaimana yang diharapkan dilakukan siswa pada kegiatan

    inti pembelajaran; bagaimana rancangan interaksi antara siswa dengan materi ajar,

    interaksi antar siswa, serta interaksi antara siswa dengan guru; bagaimana proses

     pertukaran hasil belajar (sharing) antar siswa atau antar kelompok harus dilakukan;

     bagaimana strategi intervensi guru pada level kelas, kelompok, dan individu; serta bagaimana aktivitas yang dilakukan siswa pada bagian akhir pembelajaran. Agar proses

     pembelajaran dapat berjalan secara mulus, maka rangkaian aktivitas dari awal sampai

    akhir pembelajaran perlu diperhitungkan secara cermat termasuk alokasi waktu yang

    tersedia. Juga telah tersusun format penilaian aspek psikomotor yang meliputi:Menentukan alat dan bahan, Menggunakan alat dan bahan, Membaca data, dan Menarik 

    kesimpulan

    Pelaksanaan pembelajaran dalam  Lesson Study

    Open Lesson   dilakukan di SMA Negeri 4 Surabaya oleh guru pesertaPendidikan dan Latihan (Penlat)  Lesson Study  pada tanggal 27 November 2007, Mata

     pelajaran Kimia Materi ajar Hukum Kekekalan Massa di kelas X-1 diikuti oleh 12 gurudan salah satu guru sebagai guru model serta tiga orang dosen pendamping.

  • 8/19/2019 TUGAS KIMIA ADSOPSI

    18/28

    531

    Sebelum melaksanakan proses pembelajaran, perlu dilakukan pertemuan singkat

    (briefing) yang dipimpin oleh Kepala Sekolah. Pada pertemuan ini, setelah Kepala

    Sekolah menjelaskan secara umum kegiatan   lesson study   yang akan dilakukan,

    selanjutnya guru yang bertugas untuk melaksanakan pembelajaran hari itu diberikesempatan mengemukakan rencananya secara singkat. Informasi ini sangat penting

     bagi para observer terutama untuk merancang rencana observasi yang akan dilakukan

    di kelas. Selesai guru menyampaikan penjelasan, selanjutnya Kepala Sekolah

    mengingatkan kepada para observer untuk tidak mengganggu jalannya proses pembelajaran. Observer dipersilahkan untuk memilih tempat strategis sesuai rencana

     pengamatannya masing-masing.

    Setelah acara briefing singkat dilakukan, selanjutnya guru yang bertugas

    sebagai pengajar (guru model) melakukan proses pembelajaran sesuai dengan rencana.

    Walaupun pada saat pembelajaran hadir sejumlah observer, guru hendaknya dapatmelaksanakan proses pembelajaran sealamiah mungkin. Berdasarkan pengalaman

    lesson study yang sudah dilakukan, proses pembelajaran dapat berjalan secara alamiah.Hal ini dapat terjadi karena observer tidak melakukan intervensi apapun terhadap siswa.

    Pelaksanaan kegiatan Refleksi

    Setelah kegiatan pembelajaran berakhir dilakukan refleksi ( see), selain dihadiri seluruh

    guru yang terlibat, hadir pula kepala sekolah.Langkah-langkah kegiatan yang dilakukan dalam refleksi adalah sebagai

     berikut:

    ■   Pemandu memperkenal kan peserta refleksi yang ada di ruangan sambi l

    menyebutkan masing-masing bidang keahliannya.

      Pemandu menyampaikan agenda kegiatan refleksi yang akan dilakukan(sekitar 2 menit).

    ■   Pemandu menjela skan aturan main tentang cara memberikan komentar 

    atau mengajukan umpan balik. Aturan tersebut meliputi tiga hal berikut: (1)

    Selama diskusi berlangsung, hanya satu orang yang berbicara (tidak ada yang

     berbicara secara bersamaan), (2) Setiap peserta diskusi memilikikesempatan yang sama untuk berbica ra, dan (3) Pada saat mengaju kan

     pendap at, observe r harus mengaju kan bukti -bukti hasil pengamatan sebagai

    dasar dari pendapat yang diajukannya (tidak berbicara berdasarkan opini).

    ■   Guru yang melakukan pembelajaran diberi kesempatan untuk berbicara

     paling awal, yakni mengomentari tent ang pro ses pemb elaj aran yang tela h

    dila kuka nnya . Pad a kese mpat an itu, guru ters ebut haru smengemukakan apa yang telah terjadi di kelas yakni kejadian apa yang

    sesuai harapan, kejadian apa yang tidak sesuai harapan, dan apa yang

     berubah dari rencana semula. (15 sampai 20 menit).

    ■   Beriku tnya perwakilan gur u yang menjadi anggot a kelompok padasaa t pen gem bangan ren can a pembelajaran diberi kesempatan untuk 

    memberikan komentar tambahan.

    ■   Pemandu memberi kesempatan kepada setiap observer untuk mengajukan

     pendapatnya. Pada kesempatan ini tiap observer memiliki peluang yang sama

    untuk mengajukan pendapatnya,

    ■   Pemandu berterimakasih kepada seluruh partisipan dan mengumumkan

    kegiatan lesson study berikutnya.

  • 8/19/2019 TUGAS KIMIA ADSOPSI

    19/28

    532

    Kegiatan refleksi harus dilaksanakan segera setelah selesai pembelajaran. Hal

    ini dimaksudkan agar setiap kejadian yang diamati dan dijadikan bukti pada saat

    mengajukan pendapat atau saran terjaga akurasinya karena setiap orang dipastikan

    masih bisa mengingat dengan baik rangkaian aktivitas yang dilakukan di kelas. Dalamkegiatan ini paling tidak ada tiga orang yang harus duduk di depan yaitu Kepala

    Sekolah, Guru yang melakukan pembelajaran, dan tenaga ahli yang biasanya datang

    dari Perguruan Tinggi. Dalam acara ini, Kepala Sekolah bertindak sebagai pemandu

    diskusi.

    Hasil dan Pembahasan

    Berdasar hasil observasi terhadap aspek psikomotor siswa selama pembelajaran

    diperoleh data secara keseluruhan sebagai berikut :

    Tabel 1. Penilaian Psikomotor 

     No Aspek Yang Dinilai Nilai

    1

    2

    3

    4

    Menentukan alat dan bahan

    Menggunakan alat dan bahan

    Membaca data

    Menarik kesimpulan

    91,66

    80,83

    75,00

    74,16

    Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa observer menilai siswa dalam

    menentukan alat dan bahan dengan nilai sebesar 91,66 dan dapat menggunakan alatdan bahan dengan nilai 80,83 ini berarti siswa dapat menjalani tugas praktek kelompok 

    dengan baik, sedangkan pada membaca data dengan menarik kesimpulan berarti siswa

    masih dalam kategori cukup baik, ini diperoleh dengan nilia sebesar dan 74,16. Dengan

    data tabel tersebut diatas maka diperoleh rerata nilia sebesar 80,425 ini menunjukkan bahwa rerata skor tersebut masuk kategori baik, bila melihat rata rentang nilai sebagai

     berikut di bawah ini :

      0 – 40 : Kurang

      40 – 80 : Cukup

      80 – 120 : Baik  

    Berikut penyajian hasil Angket Siswa setelah melakukan kegiatan praktek (perhatikan tabel 2).

    Tabel 2 Respon Siswa

     No  Respon, Tanggapan Siswa Terhadap

    KBM Berupa Praktek   Persentase

    1 Apa pembelajaran hari ini menarik ?

    Jawaban :

    Menarik 

    80 %

  • 8/19/2019 TUGAS KIMIA ADSOPSI

    20/28

    533

    2

    3

    4

    Apa yang didapat dari pembelajaran hari ini ?

    Jawaban :

    Menambah Pengetahuan / Pengalaman baru dalam

    melakukan praktek 

    Apa yang sebaiknya ditingkatkan pada pembelajaran ?

    Jawaban :

      Penguasaan Materi

      Peningkatan Disiplin

      Pengadaan fasilitas yang memadai

    Apa yang seharusnya tidak dilakukan pada pembelajaran ?

    Jawaban :   Ramai / Gaduh

      Mengabaikan aturan

      Tidak perhatian

    97,5 %

    100 %

    100 %

    Jadi aspek penilaian psikomotor yang dilakukan melalui kegiatan   lesson study   yang

    melibatkan 12 orang observer menghasilkan suatu penilaian psikomotor yang bisa

    dipercaya dan rinci.

    Berdasarkan tabel 2 yang diperoleh dari respon siswa, dalam hal inimenunjukkan bahwa siswa sangat menyenangi pembelajaran ini bila dilihat pada

     prosentase yang mencapai 80 %, sedangkan pada pembelajarannya siswa merasa

    adanya pembelajaran dengan   lesson study  pengetahuan menjadi bertambah, ditambah

     pengalaman baru yang selama ini belum pernah didapat, ini ditunjukkan dengan hasil

     prosentase sebesar 97,5 %. Selanjutnya untuk peningkatan pada pembelajaran yangdilakukan pada  lesson study  mendapat tanggapan positif oleh siswa dengan prosentase

    sebesar 100 %, hal ini ditunjukkan pada penguasaan materi lebih ditingkatkan,

     peningkatan disiplin baik oleh guru, siswa dan observer, serta pengadaan fasilitas

    kebutuhan yang memadai, di samping ketiga unsur yang menjadi penilaian di atas,

    tidak kalah pentingnya pada unsur keempat atau terakhir ini 100 % siswa menghendakidalam melakukan pembelajaran dengan praktek, siswa tidak ramai/gaduh, mentaati

    aturan-aturan dan perhatian yang serius.

    Kesimpulan dan SaranKesimpulan

    Berdasarkan hasil dan pembahasan di atas tentang penilaian psikomotor yang

    dilakukan oleh observer, dan ditunjang respon siswa setelah mengikuti KBM, ternyata

    diperoleh hasil yang sinergis antara tim observer dengan respon siswa, maka dapat

    disimpulkan:

    1. Penerapan   Lesson Study   dengan melibatkan banyak observer dapat

    mempermudah guru dalam melakukan penilaian psikomotor lebih rinci.

    2. Siswa merasa senang dan tidak mersa terganggung belajar walaupun hadir sejumlah observer di kelas.

    Saran :

  • 8/19/2019 TUGAS KIMIA ADSOPSI

    21/28

    534

      Sebaiknya kegiatan   lesson study   diadakan sebulan sekali karena disamping siswa

    menyenangi, maka akan berdampak peningkatan profesionalisme guru, selain

     peningkatan prestasi siswa.

      Sebagai sekolah kawasan nantinya maka sangatlah perlu adanya pioner-pioner lesson study  dari tim yang dibina oleh lembaga-lembaga Dinas Pendidikan yang

    lebih profesional lagi, agar sekolah kawasan tidak menjadi impian semata

    melainkan kenyataan.

    Daftar Pustaka

    Depdiknas, Direktorat Jendral Manajemen Pendidikan Dasar Dan Menengah Direktorat

    Pembinaan SMA, 2006. Silabus Mata Pelajaran Kimia.

    Ibrahim, M. Fida Rahmadiarti, Muhamad Nur dan Ismono. 200.   Pembelajaran

     Kooperatif  . Surabaya : UNESA University Press.

    Kurikulum 2004, Pola Induk Pengembangan Sistem Penilaian. Depdiknas.

    Lutfi, Achmad. 2007.   Apa, Mengapa, dan Bagaimana Lesson Study. Makalah

    disampaikan dalam Pelatihan  Lesson Study  Guru SMP dan SMA Negeri Se-Kota

    Surabaya tanggal 19 s/d 28 Nopember 2007. Kerjasama antara Dinas PendidikanKota Surabaya dengan FMIPA Unesa.

    Mulyasa, E. 2002.   Kurikulum Berbasis Kompetensi.   Konsep, Karakteristik, danImplementasi : Bandung : PT. Remaja Rosda Karya.

    Manuharawati. 2007.  Iplementasi Lesson Study.  Makalah disampaikan dalam Pelatihan

     Lesson Study   Guru SMP dan SMA Negeri Se-Kota Surabaya tanggal 19 s/d 28

     Nopember 2007. Kerjasama antara Dinas Pendidikan Kota Surabaya dengan

    FMIPA Unesa.

  • 8/19/2019 TUGAS KIMIA ADSOPSI

    22/28

    535

    Pengembangan Media Pembelajaran Ekstraksi

    untuk Menunjang Perkuliahan Kimia Analitik II

    Drs. Sukarmin

    Jurusan Kimia FMIPA [email protected]

    Abstrak Salah satu kendala yang dihadapi mahasiswa dalam menempuh matakuliah Kimia

    Analitik II adalah keterampilan menggunakan alat-alat pemisahan ekstraksi. Kurang

    terampilnya mahasiswa dalam menggunakan alat-alat ekstraksi akan mengakibatkan

    data percobaan yang tidak valit serta terjadinya kecelakaan kerja. Selama ini untuk 

    mentgatasi kendala tersebut, dilakukan demonstrasi pengunaan alat-alat ekstraksisebelum mahasiswa melakukan eksperimen. Cara tersebut dirasa kurang efektif karena

    terlalu banyak waktu, tenaga, dan biaya yang dikeluarkan.Untuk mengatasi permasalahan tersebut, telah dikembangkan media pembelajaran

    ekstraksi. Media tersebut berisi ringkasan materi ekstraksi dan video ekstraksi yang

    menekankan langkah-langkah ekstraksi yang benar yang dikemas secara interaktigdengan software macromedia.

    Setelah mengikuti pembelajaran dengan menggunakan media ekstraksi diperoleh hasil:

    1) mahasiswa mampu membuat instrumen penilaian kinerja ekstraksi. 2) mahasiswa

    dapat melaksanakan praktikum ekstraksi dengan benar.

    Kata kunci: Media pembelajaran, ekstraksi.

    PENDAHULUAN

    Matakuliah Dasar-dasar Pemisahan Kimia (DDPK) merupakan salah satu

    matakuliah rumpun kimia analisis. Materi yang diajarkan pada matakuliah DDPK 

    terdiri dari: 1) destilasi, 2) ekstraksi, 3) kromatografi, 4) elektrografimetri. Pada setiap jenis pemisahan tersebut mahasiswa harus melakukan prak tikum.

    Salah satu kendala yang dihadapi mahasiswa dalam menempuh matakuliah

    DDPK adalah keterampilan menggunakan alat-alat pemisahan ekstraksi. Kurang

    terampilnya mahasiswa dalam menggunakan alat-alat ekstraksi akan mengakibatkan

    data percobaan yang tidak valit serta terjadinya kecelakaan kerja. Selama ini untuk mengatasi kendala tersebut, dilakukan demonstrasi pengunaan alat-alat ekstraksi

    sebelum mahasiswa melakukan eksperimen. Cara tersebut dirasa kurang efektif karena

    terlalu banyak waktu, tenaga, dan biaya yang dikeluarkan. Setiap angkatan jurusankimia menerima empat kelas, sehingga dosen harus mendemonstrasikan empat kali.

    Untuk mengatasi kendala di atas perlu dibuat media berbasis computer yang bersifat interaktif dan komunikatif dalam menggambarkan tata cara menggunakan alat-

    alat ekstraksi. Dengan media tersebut dosen/mahasiswa dapat menjalankan/memutar 

    media tersebut berulang kali. Jika waktu terbatas, mahasiswa dapat mempelajari di

    rumah masing-masing.

    Tujuan umum penelitian ini adalah pengembangan media ekstraksi berbasiskomputer sebagai upaya meningkatkan kualitas pembelajaran Tujuan khususnya

    adalah menghasilkan media ekstraksi yang dapat menunjang pelaksanaan praktikum

    ekstraksi. Selain itu untuk mengetahui respon mahasiswa terhadap media yang

    dikembangkan.

  • 8/19/2019 TUGAS KIMIA ADSOPSI

    23/28

    536

    PENGEMBANGAN MEDIA

    Pengembangan media dilakukan dengan menggunakan model 4D, yaitu   define

    (pendefinisian),   design   (desain),   Develop   (pengembangan) dan   Disseminate

    (diseminasi) oleh Thiagarajan, Semmel dan Semmel (1974).

    1. Define (pendefinisian)

    Dari diagnostik awal ditemukan bahwa mahasiswa banyak mengalami kesulitan

    dalam melakukan percobaan ekstraksi. Mula-mula peneliti melakukan analisis awaluntuk memilih metode yang tepat. Dari analisis tersebut terpilih metode pemodelan.

    Model yang digunakan adalah media interaktif yang didalamnya terdapat ringkasan

    materi, vodeo tentang langkah-langkah pemisahan ekstraksi dan cara mengolah data

    ekstraksi.

    2. Design (desain)Pada tahap ini dilakukan disain media pembelajaran yang bersifat interaktif,

    artinya pemakai dapat melakukan interaksi secara langsung dengan media. Bagian-

     bagian yang dimunculkan di layar komputer meliputi:.

    a. Halaman pembukaHalaman pembuka berisi judul media dan identitas peneliti

    b. Bagian menu

    Pada bagian ini berisi menu program. Pemakai dapat memilih program yang

    dikehendaki dengan cara “mengklik” tombol.

    c.Pendahuuan

    Berisi penjelasan tentang pengertian ekstraksi dan hukum distribusi nerntz

    d. Koefisien distribusi dan perbandingan distribusiBerisi penjelasan tentang cara menentukan koefisien distribusi pada disosiasi,

    asosiasi, dan pengompleksan

    Gambar 1. Tampilan halaman koefisien distribusi untuk dissosiasi

  • 8/19/2019 TUGAS KIMIA ADSOPSI

    24/28

    537

    e.Hasil ekstraksi

    Berisi penurunan rumus untuk menentukan hasil suatu ekstraksi dan contoh

     perhitungan.

    Gambar 2. Contoh soal untuk perhitungan hasil ekstraksif. Bagian percoban

    Berisi 1) prosedur percobaan, 2) alat dan bahan, 3) pengenceran, 4) ekstraksi, 5)

    titrasi, 6) Hitungan.

    Gambar 3. Video interaktif pelaksanaan percobaan ekstraksi

    3. Develop  (pengembangan)Pada tahap ini dilakukan pemrograman, penyusunan instrumen, validasi dan

    ujicoba terbatas. Pemrogram dilakukan dengan program (software) utama Maromedia

    Flash. Program pendukung terdiri dari Macromedia FreeHand, Adobe Photoshop, dan

    Swis. Setelah pemrograman dan penyusunan instrumen selesai, dilakukan validasimedia dan instrumen. Validasi dilakukan oleh dosen analitik. Dari hasil validasi

    dilakukan analisis dan revisi I. Setelah revisi I, dilakukan ujicoba terbatas kepada 10

    mahasiswa. Dari hasil ujicoba terbatas, dilakukan analisis dan revisi II.

  • 8/19/2019 TUGAS KIMIA ADSOPSI

    25/28

    538

    4 Disseminate  (diseminasi)

    Pada tahap ini media interaktif yang telah dikembangkan diaplikasikan untuk 

    mendukung proses perkuliahan Kimia Analitik II: Dasar-dasar pemisahan kimia . Pada

    tahap ini, aplikasi program dilakukan dalam tiga tahap, yaituTahap I: penjelasan materi dan Pemodelan pelaksanaan pemisahan ekstraksi.

    Tahap II. Mahasiswa melakukan simulasi pemisahan ekstraksi.

    Tahap III. Pelaksanaan praktikum dan pengolahan data dengan media interaktif.

    HASIL PENELITIAN

    1. Prototipe media pembelajaran ekstraksiMedia pembelajaran ekstraksi yang telah dikembangkan berisi menu pilihan,

    ringkasan materi ekstraksi, vodeo pelaksanaan praktikum, dan pengolahan hasil

     percobaan. Ringkasan materi terdiri dari pengertian ekstraksi, koefisien distribusi, perbandingan distribusi, hasil ekstraksi, dan conroh soal. Video pelaksanaan praktikum

     berisi prosedur praktikum, alat dan bahan, video pengenceran, video ekstraksi, videotitrasi, dan perhitungan data hasil percobaan. Komponen-komponen tersebut disatukan

    dengan software macromedia flash untuk menghasilkan media pembelajaran yang

    interaktif.Media interaktif tersebut dikemas dalam satu CD. Untuk menjalankan program

    tersebut diperlukan seperangkat komputer dengan kualifikasi minimal pentium I yang

    dilengkapi dengan CD ROOM. Media tersebut dilengkapi dengan file autorun,

    sehingga begitu dimasukkan dalam CD ROOM program akan otomatis berjalan.

    2. Penerapan Media Interaktif Setelah melalui tahap pendefinisian, desain dan pengembangan, selanjutkan

    dilakukan diseminasi. Diseminasi dilakukan dengan menerapkan media dalam

     perkuliahan. Diseminasi dilakuka pada mahasiswa prodi kimia angkatan 2003 yang

    memprogram matakuliah Kimia Analitik II. Diseminasi dilakukan dalam 3 tahap,dengan hasil sebagai berikut.

    a. Tahap I

    Tahap pertama diisi dengan menjelaskan teori pendukung pemisahan ekstraksi.

    Penjelasan dilakukan dengan menggunakan media pembelajaran ekstraksi. Setelah penjelasan teori pendukung selesai dilanjutkan latihan soal. Pada tahap ini memerlukan

    waktu satu kali pertemuan (4 sks). Pengerjaan soal-soal dilakukan secara berkelompok,

    sesuai kelompok praktikum.

    b. Tahap IIPada tahap ini, dilakukan pemodelan pelaksanaan ekstraksi. Pemodelan dipandu

    oleh media pembelajaran ekstraksi. Pemodelan diulang 3 kali, pada pemodelan

     pertamana penayangan dipandu oleh dosen. Pada penayangan kedua dan ketiga

    mahasiswa mengoperasikan sendiri. Mahasiswa diminta mengamati langkah-langkah

     percobaan dengan cermat dan mahasiswa diminta untuk menyusun instrumen kinerjauntuk kegiatan praktikum pemisahan dengan ekstraksi tersebut. Instrumen kinerja

    tersebut untuk selanjutnya digunakan untuk penilaian mahasiswa pada saat simulasi.

    Langkah berikutnya adalah simulasi oleh masing-masing kelompok. Masing-masing

    kelompok mendemonstrasikan keterampilan menggunakan alat-alat demonstrasi. Untuk mengetahui kualitas kinerja masing-masing kelompok, dilakukan pengamatan dengan

  • 8/19/2019 TUGAS KIMIA ADSOPSI

    26/28

    539

    menggunakan instrumen kinerja ekstraksi. Pengamatan dilakukan oleh kelompok lain.

    Hasil pengamatan didiskusikan untuk melakukan perbaikan kinerja.

    c. Tahap IIIPada tahap ini setiap kelompok melakukan percobaan di laboratorium. Selama

    melakukan percobaan dilakukan pengamatan kinerja untuk mengetahui kualitas kinerja

     pada setiap langkah percobaan. Setelah melakukan percobaan, setiap kelompok 

    mengumpulkan laporan sementara yang berisi data hasil pengamatan dan hasil perhitungan. Setelah semua proses pembelajaran ekstraksi selesai, mahasiswa diberi

    angket respon mahasiswa terhadap media pembelajaran yang telah dikembangkan.

    3. Analisis data

    Pengamatan dilakukan pada 11 kelompok praktikum Prodi Kimia angkatan 2003. Hasil

     pengamatan selama melakukan percobaan adalah sebagai berikut.

    Tabel 1. Hasil kinerja percobaan ekstraksi

    No Komponen yang diamati  Persentase (%)

    Benar Salah

    1 Memasang alatCorong pisah dalam posisi tegak 100 0

    Menutup kran corong pisah 100 0

    2 Mengambil larutan iod

    Mengambil iod dengan pipet gondok hingga tepatminiskus

      100 0

    Memindahkan iod ke dalam corong pisah 91 93 Mengambil klorofrom (dengan pompa ukur)

    Menekan pompa ke bawah 100 0

    Menggeser skrup hingga skala yang ditentukan 100 0

    Menarik pompa hingga ketinggian maksimal 82 18

    Menekan hingga posisi nol. 100 04 Mengocok campuran

    Posisi jari telunjuk melindungi tutup corong pisah 100 0

    Tngan yang lain, posisi jari telunjuk dan ibu jarimengendalikan kran

      100 0

    Mengarahkan corong pisah ke arah yang aman 91 9

    Mengeluarkan gas melalui kran dengan posisi kran

    di atas

      100 0

    5 Memisahkan campuranMembuka tutup corong pisah 100 0

    Mengalirkan lapisan bawah hingga tepat batas lapisan   82 18

    6 Titrasi

    Menambahkan indikator 100 0Titrasi dihentikan pada saat tepat terjadi perubahan

    warna  100 0

    Dari data tersebut menunjukkan bahwa dari 11 kelompok praktikum, 75% dapat

    melakukan langkap-langkah pemisahan ekstraksi dengan benar. Sedangkan 25%

    melakukan kesalahan kecil. Beberapa kelasahan yang dilakukan mahasiswa, langsung

  • 8/19/2019 TUGAS KIMIA ADSOPSI

    27/28

    540

    dikomentari oleh pengamat. Hal ini dilakukan agar data yang diperoleh tidak 

    mempengaruhi langkah berikutnya.

    Setelah melakukan proses pembelajaran tentang pemisahan ekstraksi,

    mahasiswa diminta tanggapannya tentang media pembelajaran ekstraksi yang telahdigunakan dalam pembelajaran. Hasil angket disajikan pada tabel 2.

    Tabel 2. Hasil respon mahasiswa terhadap media pembelajaran ekstransi.

     No Pernyataan  Penilaian

    STS TS S SS

    Teori Ekstraksi

    1 Materi sesuai dengan tujuan instruksional 0.0 0.0 14.3 85.7

    2 Membantu saya dalam memahami konsep ekstraksi 0.0 2.9 34.3 62.9

    3 Mempermudah saya dalam memahami konsep “Koefisien

    Distribusi”  0.0 2.9 17.1 80.0

    4 Mempermudah saya dalam memahami konsep“Perbandingan Distribusi”

      0.0 5.7 37.1 57.1

    5 Mempermudah saya dalam menurunkan rumus‘Perbandingan Distribusi”

      0.0 2.9 14.3 82.9

    6 Mempermudah saya dalam memahami alur perhitungan

    “Hasil ekstraksi”  0.0 5.7 28.6 65.7

    7 Isinya mudah dipahami 0.0 0.0 48.6 51.4

    8 Desain menariK 0.0 5.7 57.1 37.1

    9 Alur program komunikatif (mudah dijalankan) 0.0 8.6 31.4 60.0

    10 Media seperti ini perlu dikembangkan untuk pokok  bahasan lain

      0.0 0.0 48.6 51.4

    Percobaan Ekstraksi

    11 Memberikan gambaran yang jelas tentang langkah-langkah ekstraksi

      0.0 2.9 42.9 54.3

    12 Komentar tertulis dalam media sangat membantu dalam

    memfokuskan hal-hal penting dalam menggunakan alat.  0.0 0.0 48.6 51.4

    13 Tata cara penggunaan corong pisah disajikan dengan jelas 0.0 5.7 74.3 20.0

    14 Banyak keterampilan /pengetahuan baru yang saya peroleh

    dari media ini  0.0 14.3 45.7 40.0

    15 Alur program komunikatif (mudah dijalankan) 0.0 8.6 45.7 45.7

    16 Desain tampilan menarik. 0.0 14.3 57.1 28.6

    17 Kualitas Video baik. 0.0 22.9 48.6 28.6

    18 Media ini dapat mengantikan demonstrasi secara langsung 0.0 20.0 57.1 22.9

    19 Simulasi perhitungan sangat membantu dalam pengolahandata hasil percobaan

      0.0 8.6 57.1 34.3

    Berdasarkan data tersebut, dapat menunjukkan bahwa media ekstraksi dapat

    menunjang perkuliahan kimia analitik II. Hal ini didasarkan pada respon mahasiswa

    yang menyatakan bahwa 33% mahasiswa menyatakan setuju dan 64% mahasiswa

    menyatakan sangat setuju terhadap teori ekstraksi yang disajikan dalam media.Sedangkan respon mahasiswa terhadap percobaan ekstraksi yang dikemas dalam media

     pembelajaran ekstraksi,53% mahasiswa menyatakan setuju dan 36% mahasiswa sangat

    setuju.

  • 8/19/2019 TUGAS KIMIA ADSOPSI

    28/28

    Terdapat beberapa kekurangan yang perlu disempurnakan dalam penampilan

    media ekstraksi tersebut, yaitu desain media dan kualitas video. Peneliti akan terus

     berupaya untuk menyempurnakan peneliti an ini

    SIMPULAN

    Dari uraian di atas dapat diambil kesimpulan

    1. Media pebelajaran ekstraksi dapat memperlancar pelaksanaan percobaan pemisahan dengan ekstraksi.

    2. Mahasiswa memberi respon positif terhadap media pembelajaran ekstraksi.

    DAFTAR PUSTAKA

    Arends, Richrad I. 1997.   Classroom Instruction and Management . New York: McGraw-Hill Book Co.

    Brooks,D.W.1995. ”Retrospective Tutorial”.   Journal of Chemical Education.Sept.Vol.72. No.9 .p233(4)

    Bruning, Roger H., Schraw, Gregory J. Ronning Royce R. 1995.  Cognitive Psychology

    and Instruction. New Jersey: Prentice-Hall.

    Garnett,P., Hackling, Oliver,R. 1996. “Using Interactive Multimedia To Support

    Consept Developimentin Introductory Chemistry Teaching and Learning”.

     Profesional Development Centre, Showcasing Best at ECU , 11 December.

    (http://www.cowan.edu.au/eddev/showcas/garnet.htm )

    Heinich, R. 1999.  Instructional Media and Technologies for Learning . USA: Prentice-

    Hall

    Morrisey,D.J. et al. 1995. “Using Computer –Assisted Personalized Assigment for 

    Freshman Chemistry” .   Journal of Chemical Education.Feb.   Vol 72.No.2 . p14(6)

    Potillo,L.A.Kantarjieff,K.A.1995. “ A self-Pace Computer Tutorial on Concept of Symetry” Journal of Chemical Education.May. Vol 72.No.5 .p399(2)

    Pratomo, Heru dan Widjajanti, Endang. 1995.   Kurikulum 1994 SMU Sebagai

     Perwujudan Pelaksanaan Pendidikan Kimia Untuk Semua.   Majalah Ilmiah

    Cakrawala Pendidikan. Mei 1995 h. 83-89.

    Sudjana,N., & Rivai,A. 1989.  Teknologi Pengajaran. Bandung :Sinar Baru.