8/19/2019 TUGAS KIMIA ADSOPSI
1/28
[Type text]
542
PENENTUAN MEKANISME ADSORPSI Cr(III)
OLEH BIOMASSA S. cerevisiae
Oleh : Amaria, Suyono, dan Toeti Koestiari
Jurusan Kimia FMIPA Unesa
Dalam penelitian ini telah dikaji S. cerevisiae dari limbah proses fermentasi
industri bir yang masih berpotensi sebagai adsorben untuk menurunkan kadar kation
logam berat Cr(III) di perairan. Tujuan penelitian ini adalah menentukan : 1) gugusfungsional adsorben yang berperan dalam adsorpsi, 2) daya adsorpsi biomassa S.
cerevisiae terhadap kation Cr(III) pada: (a) berbagai pH medium, (b) berbagai konsentrasi
awal Cr(III), 3) mekanisme adsorpsi
Penelitian ini mengikuti rancangan penelitian eksperimen, dengan tahap-tahap
sebagai berikut : 1) pembuatan biomassa S. cerevisiae, 2) identifikasi gugus fungsional biomassa S. cerevisiae, 3) pengujian adsorben terhadap daya adsorpsi dengan pengaruh
pH medium, variasi konsentrasi awal kation Cr(III) (kapasitas adsorpsi), 4) mekanismeadsorpsi, yang dikaji melalui penentuan jenis interaksi yang terjadi antara biomassa S.
cerevisiae dengan kation logam. Jenis interaksi ditentukan dengan cara mendesorpsi
kation logam Cr (III) yang telah jenuh dalam adsorben, dengan berbagai eluen yangmemiliki kekuatan mendesorpsi berbeda. Eluen yang digunakan meliputi aquademineral,
untuk mengetahui kation logam yang terperangkap, kalium nitrat untuk mengetahui
jumlah yang mengalami pertukaran ion, asam nitrat untuk mengetahui jenis ikatan
hidrogen, dan Na2EDTA untuk mengevaluasi kation logam yang membentuk kompleks.
Pada penelitian ini, eksperimen dilakukan dalam skala laboratorium menggunakan sistembatch. Kadar kation logam Cr(III) di dalam air diukur menggunakan teknik
Spektrofotometri Serapan Atom.
Hasil-hasil penelitian yang diperoleh adalah: 1) Gugus fungsional biomassa
S.cerevisiae yang berperan dalam adsorpsi adalah –OH, -COO-
dan N-H. 2) Adsorpsi
dengan pengaruh pH medium terjadi maksimum pada pH 3, sebesar 3.9873 mg/g,3) Pengaruh konsentrasi awal Cr(III) dengan penerapan model isoterm adsorpsi Langmuir
diperoleh kapasitas adsorpsi sebesar 2.10-4 mol/g, 4) Mekanisme adsorpsi Cr(III) pada
biomassa S. cerevisiae didominasi oleh mekanisme pertukaran ion dengan urutan
persentase desorpsi oleh KNO3 sebesar 26,73 %, H2O 7,94 %, HNO3 7,03 %, dan
Na2 EDTA 6,74 % . 5) Energi adsorpsi yang terlibat termasuk energi fisika, yaitu sebesar 13,38 kJ/mol.
Kata kunci : Adsorpsi, Cr(III), S. cerevisiae
PENDAHULUAN
S. cerevisiae merupakan mikrobia bersel tunggal, berukuran 5-15 mikron, yang
mengandung protein, karbohidrat, lemak, vitamin, mineral, dan zat-zat nutrien yang lain
(Young, 1985). Dinding sel S. cerevisiae tersusun atas glukan 30-35%, mannan 30%,
protein 13 % , khitin 1-2% serta lemak 8,5-13,5% (Fardiaz, 1992). Menurut Volesky
(1990, dalam Schiever and Volesky 2000) dinding sel fungi yang merupakan situs utama
untuk deposisi logam mengandung polisakarida sampai 90 %.
8/19/2019 TUGAS KIMIA ADSOPSI
2/28
[Type text]
543
Menurut Gadd (1990) adsorpsi ion logam dengan S. cerevisiae terjadi pada
permukaan sel. Meskipun beberapa peneliti (Patzak, et al., 1997; Suh, et al., 1998;
Amaria,dkk, 2000,2003, 2005) telah menunjukkan kemampuan adsorpsi biomassa
S.cerevisiae terhadap kation-kation logam berat, namun mekanisme adsorpsi kation
logam dengan biosorben belum dipahami dan dijelaskan dengan baik, karena belum jelas
senyawa kimianya. Biosorben-biosorben yang jenis selnya berbeda, struktur kompleks
molekul yang membangunnya berbeda pula, sehingga situs ikatannya berbeda. Situs
ikatan yang dapat berpartisipasi dalam ikatan adalah gugus karboksil, dapat membentuk
kompleks maupun tarikan elektrostatik dengan kation logam (Schiewer dan Volesky,
2000). Akibatnya beberapa mekanisme adsorpsi menjadi beraksi ganda baik membentuk
kompleks maupun elektrostatik. Kim, et al. (2005) menyatakan bahwa interaksi antara
ligan-ligan pada adsorben dengan adsorbat dapat terjadi melalui pertukaran ion,
kompleksasi, koordinasi dan mikropresipitasi.
Dalam penelitian ini dipilih kation logam Cr(III) untuk dipelajari mekanisme
adsorpsinya dengan biomassa S. cerevisiae. Berdasarkan klasifikasi Pearson, asam basa
keras lunak (Douglas, et al. 1994) kation Cr(III) termasuk asam keras, sehingga akan
membentuk ikatan yang kuat dengan basa keras, seperti –OH, -COO-, -NH2-, dengan sifat
ikatannya cenderung ionik. Menurut Sehol (2004), bahwa adsorpsi Cr(III) pada asam
humat yang diimobilisasi kitin didominasi oleh adsorpsi kimia.
Tujuan penelitian ini ingin menentukan mekanisme adsorpsi yang terjadi antara
kation logam Cr (III) dengan situs aktif yang terdapat pada biomassa S. cerevisiae dan
menentukan gugus fungsional yang berperan dalam pengikatan kation (karena afinitas
atom donor adsorben terhadap ion-ion logam berbeda-beda). Pada penelitian Amaria, dkk
(2005) telah diprediksi gugus-gugus fungsional yang terdapat pada biomassa S. cerevisiae
yaitu –OH, COO- dan NH2-. Untuk mencapai tujuan penelitian ini perlu dikaji pH
adsorpsi, kapasitas adsorpsi S. cerevisiae terhadap kation Cr(III), serta energi adsorpsi.
Dalam penelitian ini untuk mengetahui mekanisme adsorpsi yang terjadi secara fisika
dilakukan desorpsi dengan eluen H2O (mekanisme pemerangkapan) dan desorpsi dengan
HNO3 (pembentukan ikatan hidrogen),untuk mengetahui mekanisme adsorpsi kimia
didesorpsi dengan KNO3 (pertukaran ion) dan dilakukan desorpsi dengan Na2EDTA
(pembentukan kompleks). Untuk memperkuat hasil penelitian, data desorpsi fraksinasi
sekuensial dikonfirmasikan dengan energi adsorpsinya dan juga dikonfirmasikan dengan
hasil studi spektroskopi infra merah biomassa S. cerevisiae antara sebelum dan setelah
diinteraksikan dengan kation logam.
8/19/2019 TUGAS KIMIA ADSOPSI
3/28
[Type text]
544
METODE PENELITIAN
Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah: S.cerevisiae dari limbah
hasil fermentasi industri bir PT Multi Bintang Pacet Mojosari Jawa Timur, larutan CrCl3,
HNO3 , KNO3 , Na2 EDTA, larutan buffer sitrat, aquades, aquademineral.
Alat
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain: sentrifus, shaker , neraca
analitik, oven, pH meter merek Jenway, Spektrofotometer Serapan Atom Perkin Elmer
100, ayakan ukuran 100-200 mesh, freeze dryer , pengaduk magnetik, tabung sentrifus,
corong, reaktor (wadah untuk mereaksikan adsorbat dengan adsorben terbuat dari bahan
polipropilen), alat-alat gelas (gelas ukur, tabung reaksi, gelas kimia, labu Erlenmeyer,
kaca pengaduk).
Prosedur Kerja
Penyiapan Adsorben Biomassa S. cerevisiae
Biomassa S. cerevisiae diperoleh dari limbah hasil proses fermentasi industri bir.
Limbah diendapkan, disaring, kemudian dicuci dengan aquades dan aqudemineral hingga
pH netral. Kemudian dikeringkan dengan freeze dryer selama 2 hari. Selanjutnya diayak
dengan ukuran 100-200 mesh dan disimpan dalam wadah kering, bersih dan tertutup
rapat.
Identifikasi Gugus Fungsional S. cerevisiae dengan Spektroskopi Infra Merah
Seribu mg biomassa S. cerevisiae diinteraksikan dengan Cr(III) 500 mg/L pH 3,
dikocok 350 rpm 2 jam, endapan dan filtrat dipisahkan dengan cara disentrifus 2500 rpm
10 menit. Endapan dioven 80oC sampai kering, kemudian endapan yang telah jenuh
dengan Cr(III) dicampur dengan KBr kering dan dibuat pelet. Selanjutnya dianalisis
dengan spektrofotometer Infra Red . Pengukuran juga dilakukan pada biomassa S.cerevisiae tanpa berinteraksi dengan Cr(III).
Percobaan adsorpsi Cr(III) oleh Biomassa S. cer evi si ae
1. Pengaruh pH medium
Dua puluh lima ml larutan Cr(III) 100 mg/L yang telah dibuat dari larutan induk
dengan kondisi pH 2, 3, 4, 5, 6 dan 7 (dengan larutan buffer sitrat). Masing-masing
larutan diinteraksikan dengan 100 mg biomassa dan dikocok selama 120 menit 350 rpm,
kemudian disentrifus 10 menit 2500 rpm. Filtrat dipisahkan dari endapannya dan diukur
8/19/2019 TUGAS KIMIA ADSOPSI
4/28
[Type text]
545
dengan alat SSA pada panjang gelombang 357,9 nm.
2) Penentuan Kapasitas dan Energi Adsorpsi
Dua puluh lima ml larutan Cr(III) pada konsentrasi 0; 5; 10; 25; 50; 75;100; 200;
300; 500 mg/L dibuat dengan mengencerkan larutan induk, kemudian masing-masing
diinteraksikan dengan 100 mg adsorben biomassa S. cereviceae pada suhu 26 ± 1 oC dan
dikocok 350 rpm selama 120 menit. Adsorpsi ini dilakukan pada pH optimum (hasil
percobaan pengaruh pH). Filtrat dan endapan dipisahkan dengan cara disentrifus selama
10 menit 2500 rpm. Pengerjaan dilakukan 5 kali pengulangan. Kadar Cr(III) yang masih
terdapat pada filtrat diukur dengan alat SSA (Spektrofotometer Serapan Atom) pada
357,9 nm. Kapasitas adsorpsi ditentukan dengan mengolah data ini dengan menggunakan
isoterm adsorpsi Langmuir. Berdasaran data yang diperoleh kapasitas adsorpsi (n) dan
konstanta kesetimbangan adsorpsi (K) dihitung berdasarkan model isoterm adsorpsi
Langmuir, dan Energi (E) adsorpsi dihitung dengan persamaan E = RT Ln K
3) Penentuan Jenis Interaksi
Sebanyak masing-masing 250 mg biomassa S. cerevisiae diinteraksikan dengan 50
ml larutan Cr(III) 500 mg/L pada pH 3 (sesuai hasil percobaan adsorpsi pengaruh pH).
Kemudian dikocok selama 2 jam dan didiamkan selama 20 jam (semalam). Setelah
interaksi, filtrat dan endapan dipisahkan dengan cara sentrifugasi. Pengerjaan ini
dilakukan dengan 5 kali pengulangan. Filtrat yang diperoleh dianalisis dengan alat SSA.
Endapan dicuci 1 kali dengan akuades untuk menghilangkan sisa filtrat yang menempel
pada endapan. Kemudian endapan dikeringkan pada suhu 80oC selama 3 jam dan
disimpan dalam eksikator semalam. Selanjutnya dilakukan desorpsi sekuensial untuk
mengetahui jenis interaksinya (mekanisme adsorpsinya).
Penentuan jenis interaksi yang terjadi antara biomassa S. cerevisiae dengan kation
logam, dikaji dengan cara mendesorpsi kation logam Cr (III) yang telah jenuh di dalam
adsorben, dengan berbagai eluen yang memiliki kekuatan mendesorpsi berbeda.
Pola Pemerangkapan. Endapan dari hasil adsorpsi (S. cerevisiae – Cr) ditambah
50 ml akuademineral, dikocok 350 rpm selama 30 menit. Kemudian campuran
disentrifus. Filtrat yang didapat dianalisis dengan alat SSA.
Pola Pertukaran Ion dengan K +. Endapan dari hasil desorpsi dengan air,
ditambah dengan 50 ml KNO3 1 M, dikocok 350 rpm selama 2 jam dan disentrifus.
Filtrat dianalisis dengan alat SSA.
8/19/2019 TUGAS KIMIA ADSOPSI
5/28
[Type text]
546
Pembentukan Ikatan Hidrogen. Endapan hasil desorpsi dengan KNO3 ditambah
50 ml HNO3 0,5 M, dikocok 350 rpm selama 30 menit. Filtratnya dianalisis dengan Alat
SSA.
Pembentukan Kompleks. Endapan dari hasil desorpsi dengan HNO3 ditambah
50 ml Na2EDTA 0,1 M, dikocok 350 rpm selama 18 jam, kemudian disentrifus.
Filtratnya dianalisis dengan spektrofotometer serapan atom.
5. Penghitungan Cr(III) yang teradsorpsi , terdesorpsi, kapasitas adsorpsi dan
energi adsorpsi
Kadar Cr(III) yang teradsorpsi oleh biomassa dihitung dari perbedaan kadar
Cr(III) awal yang diinteraksikan dengan biomassa dan kadar Cr(III) pada filtrat setelah
berinteraksi, selanjutnya digunakan perrsamaan 1 (Vijayaraghavan, et al, 2004) :
W
V C C q
f o )( ................................................................................................ (1)
q adalah Cr(III) yang teradsorpsi (mg/g); C0 and Cf are konsentrasi awal dan akhir Cr
(mg/L), V adalah volume larutan (L) dan W adalah berat adsorben yang digunakan (g).
Kadar Cr(III) yang didesorpsi dianalisis dan dihitung dengan persamaan 2 (Choi
and Yun, 2004):
% Desorpsi = 100)()(
)()( x
mg radsorpsiawalyangte III Cr
mg leheluen yanglepaso III Cr (2)
Model adsorpsi Langmuir dipilih untuk menentukan adsorpsi Cr(III), yang dirumuskan
sebagai berikut (Oscik, 1982):
1
m m
C C
n K n (3)
n adalah kadar Cr(III) yang teradsorpsi adsorben dalam satuan mg/g atau mol/g, C is
konsentrasi Cr(III) pada keadaan setimbang (mg/L). Dengan mem- plot -kan harga C/n
terhadap C (kosentrasi Cr(III) pada saat setimbang) dapat ditarik garis lurus, sehingga
dapat diperoleh harga tetapan kesetimbangan Langmuir K (mol.L-1
)-1
, dan kapasitas
adsorpsi, nm (mol/g) yang ditentukan dari intersep dan slope.
Proses adsorpsi larutan juga melibatkan interaksi ion-ion yang terdapat pada
adsorbat dan adsorben. Oleh karena itu proses adsorpsi dapat dijelaskan dengan teori
listrik lapisan ganda (electric double layer ). Oleh Stern (Shaw, 1983) diusulkan bahwa
model lapisan ganda ini dibagi dalam 2 bagian yang dipisahkan oleh suatu bidang (bidang
8/19/2019 TUGAS KIMIA ADSOPSI
6/28
[Type text]
547
Stern) yang ditempatkan pada sekitar jari-jari ion terhidrat dari permukaan padatan.
Persamaan ini mengikuti persamaan Stern (Adamson, 1990):
1 C .exp[ Ze +]/kT (1)
dengan C adalah konsentrasi ion logam pada keadaan setimbang, Ze adalah energi
interaksi elektrostatik dan adalah energi ikatan kimia. Secara eksperimen energi
interaksi elektrostatik dan energi ikatan kimia sulit dan tidak mungkin ditentukan (Stum
dan Morgan, 1989), maka Stern mengasumsikan bahwa seluruh energi bebas standar
adsorpsi sama dengan jumlah energi elektrostatik dan energi adsorpsi kimia yang terlibat
dalam adsorpsi, dengan persamaan :
Go
= Ze + (2)
Melalui beberapa langkah dan subtitusi persamaan adsorpsi, diperoleh persamaan:
Energi = RT lnK
HASIL DAN PEMBAHASAN
Identifikasi Gugus Fungsional S. cerevisiae dengan Spektroskopi Infra Merah
Untuk mengidentifikasi gugus fungsional yang terdapat pada biomassa S.
cerevisiae dilakukan dengan menggunakan spektrofotometer FTIR. Hasil identifikasi
gugus fungsional S. cerevisiae sebelum berinteraksi dan setelah berinteraksi dengan
Cr(III) disajikan pada Gambar 1 dan 2. Spektra biomassa S. cerevisiae yang disajikan
pada Gambar 1, tampak vibrasi ulur gugus OH karboksilat pada 3425,3 cm-1
, yang
didukung oleh absorpsi pada 1033,8 cm-1, yang menunjukkan C-O karboksilat. Pita Pita
3425,3 cm-1
juga dapat menunjukkan vibrasi ulur N-H. Pada 1639,4 cm-1
menunjukkan
vibrasi ulur gugus –COO-
asimetri yang didukung absorpsi simetrinya pada 1380,9 nm-1
.
Bilangan gelombang 1639,4 cm-1 juga menunjukkan adanya gugus C=O peptida yang
didukung oleh gugus N-H sebagai vibrasi tekuk pada 1523,7 cm-1
. Pita 1380,9 cm-1
jugadiidentifikasi sebagai vibrasi tekuk -OH asam karboksilat (Silverstein dkk,1991). Di
samping itu pita 1033,8 cm-1 dapat ditunjukkan sebagai vibrasi ulur gugus C-O (asam
karboksilat) dan C-N (amina) (Sastrohamidjojo,1992). Pita 910 cm-1 menunjukkan vibrasi
ulur C-H.
Spektra biomassa S. cerevisiae yang berinteraksi dengan Cr(III) pada pH 3
disajikan pada Gambar 2, menunjukkan adanya pergeseran relatif kecil, yaitu pada
bilangan gelombang 1523,7 cm-1
menjadi 1527,5 cm-1
; 1033,8 cm-1
menjadi 1037,6 cm-1
dan 910 cm-1
menjadi 894,9 cm-1
. Hal ini menunjukkan bahwa Cr(III) yang teradsorpsi
8/19/2019 TUGAS KIMIA ADSOPSI
7/28
[Type text]
548
pada permukaan S. cerevisiae terjadi melalui pori atau dengan mekanisme
pemerangkapan.
Gambar.1. Spektra inframerah biomassa S. cerevisiae
sebelum berinteraksi berinteraksi dengan Cr (III)
Gambar 2. Spektra inframerah biomassa Saccharomyces cerevisiaesetelah berinteraksi dengan Cr (III)
8/19/2019 TUGAS KIMIA ADSOPSI
8/28
[Type text]
549
Pengaruh pH medium
Adsorpsi Cr (III) oleh biomassa S. cerevisiae pada pH 2, 3, 4, 5, 6, dan 7
disajikan pada Tabel 1. Visualisasikan adsorpsi Cr(III) dengan pengaruh pH medium
disajikan pada Gambar 3.
Tabel 1. Adsorpsi 100 mg Cr(III) oleh biomassa S. cerevisiae
dengan berbagai harga pH medium
pH [Cr]eq
(mg/L)
[Cr(III)] teradsorpsi
(mg/L)
% [Cr(III)]
teradsorp
[Cr(III)]
teradsorpsi (mg/g)
2 93.9587 6.0413 6.0413 1.5103
3 84.0507 15.9493 15.9493 3.9873
4 91.1125 8.8875 8.8875 2.2219
5 92.8531 7.1469 7.1469 1.7867
6 91.7892 8.2108 8.2108 2.0527
7 95.4143 4.5857 4.5857 1.1464
Gambar 3 tampak bahwa adsorpsi Cr (III) dengan berbagai pH medium oleh
biomassa S. cerevisiae maksimum pada pH 3 adalah sebesar 15.9493 %, atau dalam satu
gram adsorben dapat teradsorpsi Cr (III) sebesar 3.9873 mg. Pada pH 2 adsorpsi Cr (III)
adalah kecil dan pada pH 4-7 adsorpsi Cr (III) juga menurun.
0.00
1.00
2.00
3.00
4.00
5.00
0 1 2 3 4 5 6 7 8
pH
n , a d s o r p s i C r ( m g / g )
Gambar 3 . Pengaruh pH medium terhadap adsorpsi
Cr(III) oleh biomassa S. cerevisiae
Adsorpsi kation logam pada adsorben sangat dipengaruhi oleh sifat permukaan
adsorben dan larutan ion logamnya. Dengan kenaikan pH medium, ion logam yang
terhidrat di dalam medium akan mengalami hidrolisis menurut persamaan umum berikut
ini :
[OH-] [OH
-] [OH
-] [OH
-]
M2+ --------> MOH + --------> M(OH)2 ------->M(OH)3- -------> M(OH)4
2-
8/19/2019 TUGAS KIMIA ADSOPSI
9/28
[Type text]
550
Di dalam medium air Cr (III) umumnya sebagai kompleks [Cr(H2O)6]3+. Kompleks
ini dengan kenaikan pH medium akan terhidrolisis seperti persamaan di atas, membentuk
[CrOH]2+
, kemudian [Cr(OH)2]+
dan selanjutnya membentuk [Cr(OH)3] dan [Cr(OH)4]-
(Minear and Keith, 1982). Cr (III) pada pH mendekati 6 mengendap sebagai [Cr(OH)3
].
Sementara itu pada pH tinggi permukaan adsorben menjadi bermuatan negatif. Oleh
karena itu akan terjadi tolak menolak dengan spesies logam yang bermuatan negatif,
akibatnya adsorpsinya menurun.
Adsorpsi Cr(III) terjadi maksimum pada pH 3, dikarenakan di dalam larutan lebih
banyak terbentuk kompleks hidrokso logam (MOH+
), sementara permukaan biomassa
mengalami deprotonasi menjadi lebih bermuatan negatif sehingga terjadi gaya tarik
menarik yang mengakibatkan adsorpsi meningkat.
Penentuan Kapasitas Adsorpsi
Visualisasi data adsorpsi Cr(III) oleh biomassa S. cerevisiae pada berbagai
konsentrasi awal disajikan pada Gambar 4. Untuk mengetahui jumlah adsorbat (zat
terlarut) yang terserap oleh adsorben dan hubungan antara jumlah zat terlarut yang
terserap dengan jumlah zat terlarut pada saat setimbang dapat digunakan model isoterm
adsorpsi Langmuir C
n n K
C
nm m
1
n adalah jumlah zat terlarut yang terserap oleh adsorben dalam mol per gram adsorben
sedangkan C adalah jumlah zat terlarut (konsentrasi) pada saat setimbang (mol/L).
0.00E+00
2.00E-05
4.00E-05
6.00E-05
8.00E-05
1.00E-04
1.20E-04
0.0E+00 2.0E-03 4.0E-03 6.0E-03 8.0E-03 1.0E-02
[Cr]eq (mol/L)
n , a d s o r p s i C r ( m g / g )
Gambar 4. Kurva isoterm adsorpsi Langmuir S. cerevisiae
terhadap Cr (III) pada pH 3
8/19/2019 TUGAS KIMIA ADSOPSI
10/28
[Type text]
551
y = 6053.1x + 28.335
R2 = 0.9169
0.00E+00
2.00E+01
4.00E+01
6.00E+01
8.00E+01
1.00E+02
0.00E+00 2.00E-03 4.00E-03 6.00E-03 8.00E-03 1.00E-02
[Cr]eq (m ol/L)
[ C r ] e q / n
Gambar 5. Linieritas persamaan Isoterm Langmuir adsorpsi Cr (III) oleh biomassa S. cerevisiae
Pada Gambar 4, terlihat bahwa secara keseluruhan isoterm adsorpsi memberikan
bentuk isoterm Langmuir, yakni adsorpsi menunjukkan bahwa kenaikan konsentrasi awal
diikuti dengan meningkatnya jumlah zat yang teradsorpsi sehingga tercapai keadaan
setimbang. Dari kurva isoterm adsorpsi Langmuir, penerapan data-data pada Gambar 4
diperoleh persamaan linier seperti pada Gambar 5, dengan Y = 6053,1x + 28,335,
kapasitas adsorpsi (nm), konstanta kesetimbangan adsorpsi, K dan penerapan harga K
pada energi adsorpsi E = RT Ln K seperti disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2. Parameter Langmuir adsorpsi Cr (III) oleh biomassa S. cerevisiae
pH
medium
nm(mol/g )
K
(mol L-1
)-1
E = - ΔG
kJ/ mol-1
3 2.10 213.6263 13,3790
Mekanisme Adsorpsi.
Untuk mengetahui mekanisme adsorpsi atau jenis interaksi yang terjadi antara
kation Cr(III) dengan biomassa S . cerevisiae dilakukan dengan cara menjenuhkan lebih
dulu adsorben dengan kation Cr(III), kemudian mendesorpsinya dengan eluen-eluen yang
memiliki kekuatan mendesorpsi berbeda, yaitu H2O untuk mengetahui interaksi secara
pemerangkapan, KNO3 untuk mengetahui mekanisme pertukaran ion, HNO3 untuk
mengetahui mekanisme jenis ikatan hidrogen dan dengan eluen Na2 EDTA untuk
mengetahui kation logam yang membentuk kompleks. Hasil desorpsi kation logam
Cr(III) disajikan pada Tabel 3.
Pada Tabel 3. tampak bahwa persentase desorpsi Cr(III) yang terbesar adalahdengan eluen KNO3 yang dapat digunakan menunjukkan mekanisme adsorpsi Cr(III)
8/19/2019 TUGAS KIMIA ADSOPSI
11/28
[Type text]
552
Tabel 3. Desorpsi kation Cr(III) pada biomassa S. cerevisiae
Pelarut Persentase Cr (III) yang terdesorpsi (%)
H O 7,94
KNO 26,73HNO 7,03
Na2EDTA 6,74
Jumlah 48,44
dengan situs aktif biomassa S. cerevisiae adalah mekanisme pertukaran ion, kemudian
mekanisme adsorpsi berikutnya adalah melalui pemerangkapan, pembentukan ikatan
hidrogen dan melalui pembentukan kompleks. Apabila dikonfirmasikan pada harga
energi adsorpsinya, adsorpsi Cr(III) dengan biomassa S. cerevisiae menunjukkan adsorpsi
fisika dan demikian pula jika dikaji bilangan gelombang data spektra FTIR S. cerevisiae
yang belum dan telah berinteraksi dengan Cr(III) tampak ada pergeseran yang relatif
kecil. Hal ini menunjukkan bahwa mekanisme adsorpsi Cr(III) dengan situs-situs aktif S.
cerevisiae menjadi beraksi ganda, seperti yang dikemukakan Schiewer dan Volesky
(2000) dan Kim, et al. (2005). Berdasarkan klasifikasi Pearson, kation Cr(III) termasuk
asam keras, sehingga akan membentuk ikatan yang kuat dengan basa keras, seperti –OH,
-COO -, -NH2-, dan gugus gugus fungsional ini yang telah teridentifikasi ada pada situs
biomassa S. cerevisiae.
SIMPULAN
1. Gugus fungsional biomassa S. cerevisiae yang berperan dalam adsorpsi adalah gugus
hidroksil –OH (basa keras), -COO- (basa keras), dan N-H (basa keras).
2. Adsorpsi Cr (III) dengan berbagai pH medium oleh biomassa S. cerevisiae maksimum
pada pH 3 adalah sebesar 15.9493 %, atau dalam satu gram adsorben Cr (III)
teradsorpsi sebesar 3.9873 mg.
3. Kapasitas adsorpsi (nm) S. cerevisiae terhadap Cr(III) sebesar 2.10
-4
mol/g konstantakesetimbangan adsorpsi, K sebesar 213.6263 (mol L
-1)
-1dan energi adsorpsi sebesar
13,3790 kJ/ mol-1, termasuk energi adsorpsi fisika.
UCAPAN TERIMA KASIH
Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada Direktorat Jenderal
Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan Nasional melalui Program Penelitian
Fundamental yang telah mendanai penelitian ini dan kepada Jundi, Friska, Istiqomah
yang membantu dalam pengumpulan data.
8/19/2019 TUGAS KIMIA ADSOPSI
12/28
[Type text]
553
DAFTAR PUSTAKA
Adamson, A.W.,1990, Physical Chemistry of Surface, 4nd ed. John Wiley, New York.Amaria, S.E. Cahyaningrum, R. Agustini, 2005. Imobilisasi Saccharomyces cerevisiae
Limbah Fermentasi Industri Bir melalui Pembentukan Sol Gel Silika dan
Aplikasinya Untuk Adsorpsi Kation-kation Logam Berat, Lembaga Penelitian,Universitas Negeri Surabaya
Amaria, Suyono, Cahyaningrum, S.E., 2003, Pemanfaatan Saccharomyces cereviceae
dari Limbah Industri Bir Sebagai Bahan Penyerap Kation Timbal Dalam Medium
air, Lembaga Penelitian, Universitas Negeri Surabaya.
Amaria, Suyono, Isnawati, 2000, Penghilangan Timbal Menggunakan BiomassaSaccharomyces cereviceae dari Limbah Industri Bir , Lembaga Penelitian
Universitas
Choi S.B. and Yun, Y.S.,. Lead Biosorption by Waste Biomass of Corynebacterium
glutamicum Generated from Lysine Fermentation Process, Biotechnology Letter
26: 331-336.Douglas, B. , McDaniel D., and Alexander, J.1994. Conceps And Models Of Inorganic
Chemistry, Third Edition, John Wiley & Sons, Inc. Canada.Fardiaz, S. 1992. Mikrobiologi Pangan. Jakarta, Gramedia Pustaka Utama.
Gadd,G.M., 1990, In Biotechnology. Biosorption , Chemistry and Industry : 421 –426
Kim, Tae Young, Sun-Kyu Park, Sung-Yong Cho, Hwan-Beom Kim, Yong Kang, Sang-
Done Kim, dan Seung-Jai Kim, 2005. Adsorption of Heavy Metal by Brewery
Biomass, Korean J. Chem. Eng., 22 (1) , 91-98.Oscik, J., 1982, Adsorption, Ellis Horwood Limited, England.
Patzak M., Dostalek P., Fogarty R.V. Safarik I. and Tobin J.M, 1997, Develepment of
Magnetic Biosorbents For Metal Uptake, Biotechnology Techniques, Vol.11,
No. 7: 483 – 487.
Ramelow, U.S., Guidry N.C.Fisk, S.D., 1996 A Kinetic study of Metal ion binding byBiomass Immobilized in polymer, Journal Hazardous Materials, 46. 37-55Sastrohamidjojo,H., 1992, Spektroskopi Inframerah, Liberty, Yogyakarta.Schiewer, S. dan Volesky B.2000. Biosorption Processes for Heavy Metal Removal,
Chapman and Hall, London. UK.
Sehol, M. 2004. Immobilisasi Asam Humat Pada Kitin dan Alikasinya Sebagai Adsorben
Cr(III), Tesis S2, Program Pasca Sarjana, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.Shaw,D.J., 1983, Introduction to Colloid and Surface Chemistry, New York.: Butterworth
& Co.Ltd.
Silverstein, R.M.; Bassler,G.C. and Morrill T.C., 1991, Spectrosmetric Identification of
Organic Compounds fifth Edition , John Wiley & Sons, Inc, New York.
Stevenson, F.J., 1994, Humus Chemistry , John Wiley & Sons, Inc., New York.Stum,W. and Morgan,J.J., 1981, Aquatic Chemistry, New York : John Wiley and Sons.Suh J.H., Yun J.W. and Kim D.S.,1998., Comparison of Pb2+ Accumulation
Characteristics Between Live and Dead Cells of Saccharomyces cerevisiae and
Aureobasidium pullulans, Biotechnology Letters, Vol. 20, No.3 : 247-251.
Vijayaraghavan, K.; Jegan, J.R.; and Velan, M. 2004. Copper removal from aqueous
solution by marine green algae ulva Reticulata. Electronic Journal of Biotechnology. Vol. 7(1).
Volesky, B and Holan, Z.R., 1995, Biosorption of Heavy Metal, Biotechnol. Prog. Vol
11, no.3.
Young, M.M. 1985. Comprehensive Biotechnology. Oxford, Pergamon Press
8/19/2019 TUGAS KIMIA ADSOPSI
13/28
526
ABSTRAK
PENERAPAN PENILAIAN PSIKOMOTOR PADA MATERI HUKUM
KEKEKALAN MASSA SISWA KELAS X-l SMA NEGERI 4 SURABAYAMELALUI LESSON STUDY
Oleh:
Dra. Sri Umiyati, Agus Widiyono, S.Pd., Lilik Sudariati, S.Pd.,
Dra. Dewi Farkhanah, Prapmiwati, S.Pd.
Peserta Diklat Lesson Study Untuk Sekolah Kawasan di Surabaya
Kenyataan yang dihadapi guru saat ini adalah sulit melakukan penilaian
aktivitas belajar siswa. Hal ini disebabkan oleh adanya jumlah siswa yang besar dalam satu kelas yaitu rata-rata 40 siswa. Untuk melakukan penilaian psikomotor
sering kali dilakukan dengan mengamati aktivitas siswa secara global atau tidak
rinci.
Lesson Study merupakan model pembinaan profesi guru yang diharapkan dapat
meningkatkan kualitas guru dan hasil belajar siswa, kegiatannya antara lainmelibatkan beberapa observer (pengamat) ketika penerapan pembelajaran (do)
selain seorang guru model.
Pada tanggal 27 November 2007 diadakan kegiatan Open Lesson di kelas X-l
SMA Negeri 4 Surabaya dengan Materi Hukum Kekekalan Massa dengan
melibatkan observer yang cukup banyak (10-12 orang). Hasil observasi kegiatantersebut dapat membantu guru untuk menilai siswa selama kegiatan pembelajaran
berlangsung, bahkan penilaian dapat dilakukan lebih rinci pada aspek psikomotor.
Key word:Lesson Study, penilaian psikomotor
8/19/2019 TUGAS KIMIA ADSOPSI
14/28
527
Pendahuluan
Latar BelakangProses pembelajaran di sekolah dewasa ini lebih dituntut kepada student
centered , di mana siswa memegang peranan penting dalam mengembangkan dan
memperbaiki konsepsinya, sedangkan tugas guru dalam proses ini menjadi fasilisator,
merangsang pemikiran, menciptakan permasalahan, membiarkan siswamengungkapkan gagasan dan konsepnya, serta kritis menguji konsep siswa. Yang
terpenting untuk guru adalah mendengarkan dan menghargai gagasan pemikiran siswa
apapun adanya, apakah pemikiran itu benar atau salah. Selain itu guru juga harus
menguasai bahan secara luas dan mendalam sehingga dapat lebih fleksibel menerima
gagasan, siswa yang berbeda dan juga harus dapat memberi penilaian yang tepat atashasil belajar siswa.
Ada dua hal yang berkaitan Kimia di SMA/MA, yaitu kimia sebagai produk (pengetahuan kimia yang berupa fakta, konsep, prinsip, hukum dan teori) temuan
ilmuwan dan kimia sebagai proses (kerja ilmiah). Oleh sebab itu pembelajaran kimia
dan penilaian hasil belajar kimia harus memperhatikan karakteristik ilmu kimia sebagai produk dan proses. Jadi penilaian terhadap siswa dalam belajar kimia tidak hanya
meliputi aspek kognitif saja juga perlu aspek psikomotor yang selama ini sulit
dilakukan oleh guru.
Berdasarkan uraian di atas maka sangatlah diperlukan suatu pembenahan di
dalam proses belajar mengajar untuk dapat meningkatkan kualitas pembelajaran siswa,salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas pembelajaran., dan bagaimana penilaian
psikomotor bisa dilakukan dengan tepat oleh guru, salah satu alternatifnya melalui
kegiatan Lesson Study
Sistem PenilaianPenilaian adalah istilah umum yang mencakup semua metode yang bisa digunakan
untuk menilai unjuk kerja siswa baik secara individu maupun kelompok, sedangkan
proses penilaian mencakup pengumpulan bukti untuk menunjukkan pencapaian belajar
siswa, adapun aspek penilaian bisa berupa kognitif, psikomotor dan afektif.
Dalam pembahasan ini menekankan pada penilaian psikomotor di mana penilaian psikomotor di SMA meliputi tiga jenis kegiatan :
a. Presentasi
b. Diskusi kelompok c. Praktikum
Banyak aspek yang dapat dinilai pada kegiatan praktikum di antaranya : Menentukan alat dan bahan
Menggunakan alat
Membaca data
Menarik kesimpulan
Membuat diagram Membaca diagram
Membedakan diagram
Menyelesaikan soal
Tampilan presentase Tampilan kemampuan menjawab pertanyaan
8/19/2019 TUGAS KIMIA ADSOPSI
15/28
528
Ketepatan menggunakan alat
Ketrampilan menggunakan bahan dsb
Dari sekian banyak aspek yang dinilai, walaupun guru hanya mengambil beberapaaspek saja, kenyataan yang dihadapi oleh guru sulit untuk melakukan kegiatan
aktifitas siswa berupa penilaian psikomotor tadi, hal ini disebabkan oleh adanya
jumlah siswa yang besar dalam 1 kelas terdapat 40 siswa, sehingga untuk
melakukan penilaian psikomotor sering kali dilakukan dengan mengamati aktifitassiswa secara global atau tidak rinci yang akhirnya menghasilkan nilai yang tidak
tepat. Dengan keadaan demikian perlu adanya upaya guru untuk meningkatkan
kinerjanya secara kolaboratif untuk mencapai profesionalisme guru.
Lesson StudyApa Lesson Study?
Lesson study adalah model pembinaan profesi pendidik melalui pengkajian pembelajaran secara kolaboratif dan berkelanjutan berlandaskan prinsip-prinsip
kolegalitas dan mutual_learning untuk membangun komunitas belajar. Gambar I
memperlihatkan tahapan pelaksanaan pengkajian pembelajaran melalui kegiatan lessonstudy.
Pelaksanaan pengkajian pembelajaran melalui kegiatan lesson study dilakukan
dalam siklus-siklus kegiatan yang tiap siklusnya terdiri dari 3 tahapan ( Plan, Do, See).
Tahap pertama, Plan, membuat perencanaan pembelajaran yang berpusat pada siswa
secara kolaboratif. Tahap kedua, DO, menerapkan rencana pembelajaran di kelas olehseorang guru sementara guru lain mengamati aktifitas siswa dalam pembelajaran.
Tahapan ketiga, SEE, diskusi pasca pembelajaran untuk merefleksikan efektifitas
pembelajaran yang dilaksanakan langsung setelah pembelajaran selesai. Hasil refleksi
merupakan masukan untuk perencanaan pada siklus berikutnya agar pembelajaran lebih
baik dari siklus sebelumnya. Setiap tahapan pengkajian pembelajaran harusdilaksanakan secara kolaboratif dan tidak pernah berakhir melakukan perbaikan
pembelajaran.
Gambar 1. Siklus Kegiatan Lesson Study
PLAN
(merencanakan
pembelajaran
yang berpusat
pada siswa)
DO
(melaksanakan
pembelajaran
dan observasi)
SEE
(merefleksikan efektifitas
pembelajaran untuk
perbaikan)
8/19/2019 TUGAS KIMIA ADSOPSI
16/28
529
Pengetahuan materi ajar maupun keterampilan guru membelajarkan siswa
dibangun dalam komunitas belajar melalui sharing pendapat diantara anggota
komunitas dengan lebih menekankan prinsip-prinsip kolegalitas dan mutual learning.Dosen bisa saja berada dalam komunitas belajar diantara guru-guru, akan tetapi dosen
tidak perlu merasa superior dan tidak perlu menceramahi guru-guru. Dosen sebagai
nara sumber memang perlu mengkoreksi kesalahan konsep-konsep melalui sharing
pendapat yang didukung fakta yang benar secara santun dan bijak sehingga semuaanggota komunitas belajar merasa nyaman.
Mengapa Lesson Study?
Ilmu penget ahuan dan teknol ogi cepat sekali berkembang oleh karena itu
penget ahuan dan keterampila n guru pun harus selalu dimutahirkan secara periodik,sebulan sekali, setahun sekali, atau lima tahun sekali. Walau seorang guru lulus dari
suatu lembaga pendidi kan guru terkemuka, apabila yang bersangkutan tidak pemahdiikut sertakan dalam pelatihan maka guru tersebut akan ketinggalan informasi
perkembangan pengetahuan dan teknologi. Selanjutnya guru tersebut akan menyendiri
melakukan persiapan dan tertutup terhadap inovasi serta saran untuk perbaikan.Kemungkinan besar guru seperti itu mendominasi kelas dengan ceramahnya, tidak
memberi kesempatan kepada siswa untuk berkreatifitas.
Sementara Peraturan Pemerint ah RI Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidika n, pasal 19, ayat 1 mengatakan bahwa "Proses pembelajaran pada
satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan,menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif serta memberi kan
ruang yang cukup bagi prakarsa, kreatifitas, dan kemandirian sesuai bakat, minat,
dan perkembangan ftsik dan psikologis peserta didik.
Selain itu Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen
mengisyaratkan bahwa guru profesional harus memiliki 4 kompete nsi secara
terpadu. Keempat kompetensi terseb ut melipu ti kompetensi pedagogi, kompetensi
profesional, kompetensi kepribadian, dan kompetensi sosial. Kompetensi pedagogi dankompetensi profesional dapat diindikasikan oleh kemampuan guru membuat
perencanaan pembelajaran yang berpusat pada siswa dan keterampilan guru
membelajarkan siswa, membuat siswa kreatif. Kompetensi kepribadian dapat
ditunjukan guru melalui etos kerja, selalu bersemangat dan kerja ke ras melakukan
inovasi pembelajaran. Kemudian, kompetensi sosial tercermin dari kemampuan
berkomunikasi secara efektif dan efisien.Pemutahiran pengetahuan dan keterampilan guru serta implementasi PP No 19
Tahun 2005 dan UU Nomor 14 Tahun 2005 merupakan tantangan bagi kita untuk
melakukan pembinaan guru secara sistematik dan berkelanjutan bagi seluruh guru.
Lesson study menawarkan solusi bagi pembinaan guru di Indonesia karena lesson
study adalah model pembinaan profesi pendidik melalui pengkajian pembelajaransecara kolaboratif dan berkelanjutan berland askan prinsip-prinsip kolegali tas dan
mutual learning untuk membangun komunitas belajar.
I mplementasi L esson Study
Melakukan persiapan Lesson Study
Sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya bahwa lesson study pada dasarnyameliputi tiga tahapan kegiatan yakni perencanaan, implementasi, dan .refleksi. Untuk
8/19/2019 TUGAS KIMIA ADSOPSI
17/28
530
mempersiap kan sebuah lesson study hal pertama yang sahgat penting adalah
melakukan persiapan. Tahap awal persiapan dapat dimulai dengan melakukan
identifikasi masalah pembelaj aran yang melipu ti materi ajar, teachin g material s,
strategi pembelajaran, dan siapa yang akan berperan menjadi guru. Materi ajar yangdipilih tentu harus disesuaikan dengan kurikulum yang berlaku serta program yang
sedang berjalan di sekolah. Analisis mendalam tentang materi ajar yang dipilih perlu
dilakukan secara bersama-sama untuk memperoleh alternatif terbaik yang dapat
mendorong proses belajar siswa secara optimal. Pada tahapan analisis tersebut perludiperti mbangkan kedalaman materi yang akan disajikan ditinjau antara lain dari
tuntutan kurikulum, latar belakang pengetahuan dan kema mpuan siswa, komp etensi
yang akan dike mbangkan, serta kemungkinan -kemu ngki nan pengemba ngan
dalam kaitannya dengan materi terkait. Dalam kaitannya dengan materi ajar yang
dikembangkan, juga perlu dikaji kemungkinan-kemungkinan respon siswa pada saat proses pembelajaran berlangsung. Hal ini sangat penting dilakukan terutama untuk
mengantisipasi respon siswa yang tidak terduga. Jika materi ajar yang dirancangternyata terlalu sulit bagi siswa, maka kemungkinan alternatif intervensi guru untuk
menyesuaikan dengan tingkat kemampuan siswa perlu dipersiapkan secara matang.
Sebaliknya, jika temyata materi ajar yang dirancang tcrlalu mudah bagi siswa makakemungkinan intervensi yang bersifat pengembangan perlu juga dipersiapkan. Dengan
demikian, sebelum implementasi pembelajaran berlangsung guru telah memiliki
kesiapan yang mantap sehingga proses pembelajaran yang terjadi pada saat lesson
study dilaksanakan mampu mengoptimalkan proses dan hasil belajar siswa sesuai
dengan yang diharapkan.
Selain aspek materi ajar, guru secara berkelompok perlu mendiskusikan strategi
pembelajaran yang akan digunakan yakni meliputi pendahuluan, kegiatan inti, dankegiatan akhir. Analisis kegiatan tersebut dapat dimulai dengan mengungkapkan
pengalaman masing-masing dalam mengajarkan materi yang sama. Berdasarkan
analisis pengalaman tersebut selanjutnya dapat dikembangkan strategi baru yang
diperkirakan dapat menghasilkan proses belajar siswa yang optimal. Strategi
pembelajaran yang dipilih antara lain dapat meliputi bagaimana melakukan pendahuluan agar siswa termotivasi untuk melakukan proses belajar secara aktif;
aktivitas-aktivitas belajar bagaimana yang diharapkan dilakukan siswa pada kegiatan
inti pembelajaran; bagaimana rancangan interaksi antara siswa dengan materi ajar,
interaksi antar siswa, serta interaksi antara siswa dengan guru; bagaimana proses
pertukaran hasil belajar (sharing) antar siswa atau antar kelompok harus dilakukan;
bagaimana strategi intervensi guru pada level kelas, kelompok, dan individu; serta bagaimana aktivitas yang dilakukan siswa pada bagian akhir pembelajaran. Agar proses
pembelajaran dapat berjalan secara mulus, maka rangkaian aktivitas dari awal sampai
akhir pembelajaran perlu diperhitungkan secara cermat termasuk alokasi waktu yang
tersedia. Juga telah tersusun format penilaian aspek psikomotor yang meliputi:Menentukan alat dan bahan, Menggunakan alat dan bahan, Membaca data, dan Menarik
kesimpulan
Pelaksanaan pembelajaran dalam Lesson Study
Open Lesson dilakukan di SMA Negeri 4 Surabaya oleh guru pesertaPendidikan dan Latihan (Penlat) Lesson Study pada tanggal 27 November 2007, Mata
pelajaran Kimia Materi ajar Hukum Kekekalan Massa di kelas X-1 diikuti oleh 12 gurudan salah satu guru sebagai guru model serta tiga orang dosen pendamping.
8/19/2019 TUGAS KIMIA ADSOPSI
18/28
531
Sebelum melaksanakan proses pembelajaran, perlu dilakukan pertemuan singkat
(briefing) yang dipimpin oleh Kepala Sekolah. Pada pertemuan ini, setelah Kepala
Sekolah menjelaskan secara umum kegiatan lesson study yang akan dilakukan,
selanjutnya guru yang bertugas untuk melaksanakan pembelajaran hari itu diberikesempatan mengemukakan rencananya secara singkat. Informasi ini sangat penting
bagi para observer terutama untuk merancang rencana observasi yang akan dilakukan
di kelas. Selesai guru menyampaikan penjelasan, selanjutnya Kepala Sekolah
mengingatkan kepada para observer untuk tidak mengganggu jalannya proses pembelajaran. Observer dipersilahkan untuk memilih tempat strategis sesuai rencana
pengamatannya masing-masing.
Setelah acara briefing singkat dilakukan, selanjutnya guru yang bertugas
sebagai pengajar (guru model) melakukan proses pembelajaran sesuai dengan rencana.
Walaupun pada saat pembelajaran hadir sejumlah observer, guru hendaknya dapatmelaksanakan proses pembelajaran sealamiah mungkin. Berdasarkan pengalaman
lesson study yang sudah dilakukan, proses pembelajaran dapat berjalan secara alamiah.Hal ini dapat terjadi karena observer tidak melakukan intervensi apapun terhadap siswa.
Pelaksanaan kegiatan Refleksi
Setelah kegiatan pembelajaran berakhir dilakukan refleksi ( see), selain dihadiri seluruh
guru yang terlibat, hadir pula kepala sekolah.Langkah-langkah kegiatan yang dilakukan dalam refleksi adalah sebagai
berikut:
■ Pemandu memperkenal kan peserta refleksi yang ada di ruangan sambi l
menyebutkan masing-masing bidang keahliannya.
■
Pemandu menyampaikan agenda kegiatan refleksi yang akan dilakukan(sekitar 2 menit).
■ Pemandu menjela skan aturan main tentang cara memberikan komentar
atau mengajukan umpan balik. Aturan tersebut meliputi tiga hal berikut: (1)
Selama diskusi berlangsung, hanya satu orang yang berbicara (tidak ada yang
berbicara secara bersamaan), (2) Setiap peserta diskusi memilikikesempatan yang sama untuk berbica ra, dan (3) Pada saat mengaju kan
pendap at, observe r harus mengaju kan bukti -bukti hasil pengamatan sebagai
dasar dari pendapat yang diajukannya (tidak berbicara berdasarkan opini).
■ Guru yang melakukan pembelajaran diberi kesempatan untuk berbicara
paling awal, yakni mengomentari tent ang pro ses pemb elaj aran yang tela h
dila kuka nnya . Pad a kese mpat an itu, guru ters ebut haru smengemukakan apa yang telah terjadi di kelas yakni kejadian apa yang
sesuai harapan, kejadian apa yang tidak sesuai harapan, dan apa yang
berubah dari rencana semula. (15 sampai 20 menit).
■ Beriku tnya perwakilan gur u yang menjadi anggot a kelompok padasaa t pen gem bangan ren can a pembelajaran diberi kesempatan untuk
memberikan komentar tambahan.
■ Pemandu memberi kesempatan kepada setiap observer untuk mengajukan
pendapatnya. Pada kesempatan ini tiap observer memiliki peluang yang sama
untuk mengajukan pendapatnya,
■ Pemandu berterimakasih kepada seluruh partisipan dan mengumumkan
kegiatan lesson study berikutnya.
8/19/2019 TUGAS KIMIA ADSOPSI
19/28
532
Kegiatan refleksi harus dilaksanakan segera setelah selesai pembelajaran. Hal
ini dimaksudkan agar setiap kejadian yang diamati dan dijadikan bukti pada saat
mengajukan pendapat atau saran terjaga akurasinya karena setiap orang dipastikan
masih bisa mengingat dengan baik rangkaian aktivitas yang dilakukan di kelas. Dalamkegiatan ini paling tidak ada tiga orang yang harus duduk di depan yaitu Kepala
Sekolah, Guru yang melakukan pembelajaran, dan tenaga ahli yang biasanya datang
dari Perguruan Tinggi. Dalam acara ini, Kepala Sekolah bertindak sebagai pemandu
diskusi.
Hasil dan Pembahasan
Berdasar hasil observasi terhadap aspek psikomotor siswa selama pembelajaran
diperoleh data secara keseluruhan sebagai berikut :
Tabel 1. Penilaian Psikomotor
No Aspek Yang Dinilai Nilai
1
2
3
4
Menentukan alat dan bahan
Menggunakan alat dan bahan
Membaca data
Menarik kesimpulan
91,66
80,83
75,00
74,16
Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa observer menilai siswa dalam
menentukan alat dan bahan dengan nilai sebesar 91,66 dan dapat menggunakan alatdan bahan dengan nilai 80,83 ini berarti siswa dapat menjalani tugas praktek kelompok
dengan baik, sedangkan pada membaca data dengan menarik kesimpulan berarti siswa
masih dalam kategori cukup baik, ini diperoleh dengan nilia sebesar dan 74,16. Dengan
data tabel tersebut diatas maka diperoleh rerata nilia sebesar 80,425 ini menunjukkan bahwa rerata skor tersebut masuk kategori baik, bila melihat rata rentang nilai sebagai
berikut di bawah ini :
0 – 40 : Kurang
40 – 80 : Cukup
80 – 120 : Baik
Berikut penyajian hasil Angket Siswa setelah melakukan kegiatan praktek (perhatikan tabel 2).
Tabel 2 Respon Siswa
No Respon, Tanggapan Siswa Terhadap
KBM Berupa Praktek Persentase
1 Apa pembelajaran hari ini menarik ?
Jawaban :
Menarik
80 %
8/19/2019 TUGAS KIMIA ADSOPSI
20/28
533
2
3
4
Apa yang didapat dari pembelajaran hari ini ?
Jawaban :
Menambah Pengetahuan / Pengalaman baru dalam
melakukan praktek
Apa yang sebaiknya ditingkatkan pada pembelajaran ?
Jawaban :
Penguasaan Materi
Peningkatan Disiplin
Pengadaan fasilitas yang memadai
Apa yang seharusnya tidak dilakukan pada pembelajaran ?
Jawaban : Ramai / Gaduh
Mengabaikan aturan
Tidak perhatian
97,5 %
100 %
100 %
Jadi aspek penilaian psikomotor yang dilakukan melalui kegiatan lesson study yang
melibatkan 12 orang observer menghasilkan suatu penilaian psikomotor yang bisa
dipercaya dan rinci.
Berdasarkan tabel 2 yang diperoleh dari respon siswa, dalam hal inimenunjukkan bahwa siswa sangat menyenangi pembelajaran ini bila dilihat pada
prosentase yang mencapai 80 %, sedangkan pada pembelajarannya siswa merasa
adanya pembelajaran dengan lesson study pengetahuan menjadi bertambah, ditambah
pengalaman baru yang selama ini belum pernah didapat, ini ditunjukkan dengan hasil
prosentase sebesar 97,5 %. Selanjutnya untuk peningkatan pada pembelajaran yangdilakukan pada lesson study mendapat tanggapan positif oleh siswa dengan prosentase
sebesar 100 %, hal ini ditunjukkan pada penguasaan materi lebih ditingkatkan,
peningkatan disiplin baik oleh guru, siswa dan observer, serta pengadaan fasilitas
kebutuhan yang memadai, di samping ketiga unsur yang menjadi penilaian di atas,
tidak kalah pentingnya pada unsur keempat atau terakhir ini 100 % siswa menghendakidalam melakukan pembelajaran dengan praktek, siswa tidak ramai/gaduh, mentaati
aturan-aturan dan perhatian yang serius.
Kesimpulan dan SaranKesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan di atas tentang penilaian psikomotor yang
dilakukan oleh observer, dan ditunjang respon siswa setelah mengikuti KBM, ternyata
diperoleh hasil yang sinergis antara tim observer dengan respon siswa, maka dapat
disimpulkan:
1. Penerapan Lesson Study dengan melibatkan banyak observer dapat
mempermudah guru dalam melakukan penilaian psikomotor lebih rinci.
2. Siswa merasa senang dan tidak mersa terganggung belajar walaupun hadir sejumlah observer di kelas.
Saran :
8/19/2019 TUGAS KIMIA ADSOPSI
21/28
534
Sebaiknya kegiatan lesson study diadakan sebulan sekali karena disamping siswa
menyenangi, maka akan berdampak peningkatan profesionalisme guru, selain
peningkatan prestasi siswa.
Sebagai sekolah kawasan nantinya maka sangatlah perlu adanya pioner-pioner lesson study dari tim yang dibina oleh lembaga-lembaga Dinas Pendidikan yang
lebih profesional lagi, agar sekolah kawasan tidak menjadi impian semata
melainkan kenyataan.
Daftar Pustaka
Depdiknas, Direktorat Jendral Manajemen Pendidikan Dasar Dan Menengah Direktorat
Pembinaan SMA, 2006. Silabus Mata Pelajaran Kimia.
Ibrahim, M. Fida Rahmadiarti, Muhamad Nur dan Ismono. 200. Pembelajaran
Kooperatif . Surabaya : UNESA University Press.
Kurikulum 2004, Pola Induk Pengembangan Sistem Penilaian. Depdiknas.
Lutfi, Achmad. 2007. Apa, Mengapa, dan Bagaimana Lesson Study. Makalah
disampaikan dalam Pelatihan Lesson Study Guru SMP dan SMA Negeri Se-Kota
Surabaya tanggal 19 s/d 28 Nopember 2007. Kerjasama antara Dinas PendidikanKota Surabaya dengan FMIPA Unesa.
Mulyasa, E. 2002. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Konsep, Karakteristik, danImplementasi : Bandung : PT. Remaja Rosda Karya.
Manuharawati. 2007. Iplementasi Lesson Study. Makalah disampaikan dalam Pelatihan
Lesson Study Guru SMP dan SMA Negeri Se-Kota Surabaya tanggal 19 s/d 28
Nopember 2007. Kerjasama antara Dinas Pendidikan Kota Surabaya dengan
FMIPA Unesa.
8/19/2019 TUGAS KIMIA ADSOPSI
22/28
535
Pengembangan Media Pembelajaran Ekstraksi
untuk Menunjang Perkuliahan Kimia Analitik II
Drs. Sukarmin
Jurusan Kimia FMIPA [email protected]
Abstrak Salah satu kendala yang dihadapi mahasiswa dalam menempuh matakuliah Kimia
Analitik II adalah keterampilan menggunakan alat-alat pemisahan ekstraksi. Kurang
terampilnya mahasiswa dalam menggunakan alat-alat ekstraksi akan mengakibatkan
data percobaan yang tidak valit serta terjadinya kecelakaan kerja. Selama ini untuk
mentgatasi kendala tersebut, dilakukan demonstrasi pengunaan alat-alat ekstraksisebelum mahasiswa melakukan eksperimen. Cara tersebut dirasa kurang efektif karena
terlalu banyak waktu, tenaga, dan biaya yang dikeluarkan.Untuk mengatasi permasalahan tersebut, telah dikembangkan media pembelajaran
ekstraksi. Media tersebut berisi ringkasan materi ekstraksi dan video ekstraksi yang
menekankan langkah-langkah ekstraksi yang benar yang dikemas secara interaktigdengan software macromedia.
Setelah mengikuti pembelajaran dengan menggunakan media ekstraksi diperoleh hasil:
1) mahasiswa mampu membuat instrumen penilaian kinerja ekstraksi. 2) mahasiswa
dapat melaksanakan praktikum ekstraksi dengan benar.
Kata kunci: Media pembelajaran, ekstraksi.
PENDAHULUAN
Matakuliah Dasar-dasar Pemisahan Kimia (DDPK) merupakan salah satu
matakuliah rumpun kimia analisis. Materi yang diajarkan pada matakuliah DDPK
terdiri dari: 1) destilasi, 2) ekstraksi, 3) kromatografi, 4) elektrografimetri. Pada setiap jenis pemisahan tersebut mahasiswa harus melakukan prak tikum.
Salah satu kendala yang dihadapi mahasiswa dalam menempuh matakuliah
DDPK adalah keterampilan menggunakan alat-alat pemisahan ekstraksi. Kurang
terampilnya mahasiswa dalam menggunakan alat-alat ekstraksi akan mengakibatkan
data percobaan yang tidak valit serta terjadinya kecelakaan kerja. Selama ini untuk mengatasi kendala tersebut, dilakukan demonstrasi pengunaan alat-alat ekstraksi
sebelum mahasiswa melakukan eksperimen. Cara tersebut dirasa kurang efektif karena
terlalu banyak waktu, tenaga, dan biaya yang dikeluarkan. Setiap angkatan jurusankimia menerima empat kelas, sehingga dosen harus mendemonstrasikan empat kali.
Untuk mengatasi kendala di atas perlu dibuat media berbasis computer yang bersifat interaktif dan komunikatif dalam menggambarkan tata cara menggunakan alat-
alat ekstraksi. Dengan media tersebut dosen/mahasiswa dapat menjalankan/memutar
media tersebut berulang kali. Jika waktu terbatas, mahasiswa dapat mempelajari di
rumah masing-masing.
Tujuan umum penelitian ini adalah pengembangan media ekstraksi berbasiskomputer sebagai upaya meningkatkan kualitas pembelajaran Tujuan khususnya
adalah menghasilkan media ekstraksi yang dapat menunjang pelaksanaan praktikum
ekstraksi. Selain itu untuk mengetahui respon mahasiswa terhadap media yang
dikembangkan.
8/19/2019 TUGAS KIMIA ADSOPSI
23/28
536
PENGEMBANGAN MEDIA
Pengembangan media dilakukan dengan menggunakan model 4D, yaitu define
(pendefinisian), design (desain), Develop (pengembangan) dan Disseminate
(diseminasi) oleh Thiagarajan, Semmel dan Semmel (1974).
1. Define (pendefinisian)
Dari diagnostik awal ditemukan bahwa mahasiswa banyak mengalami kesulitan
dalam melakukan percobaan ekstraksi. Mula-mula peneliti melakukan analisis awaluntuk memilih metode yang tepat. Dari analisis tersebut terpilih metode pemodelan.
Model yang digunakan adalah media interaktif yang didalamnya terdapat ringkasan
materi, vodeo tentang langkah-langkah pemisahan ekstraksi dan cara mengolah data
ekstraksi.
2. Design (desain)Pada tahap ini dilakukan disain media pembelajaran yang bersifat interaktif,
artinya pemakai dapat melakukan interaksi secara langsung dengan media. Bagian-
bagian yang dimunculkan di layar komputer meliputi:.
a. Halaman pembukaHalaman pembuka berisi judul media dan identitas peneliti
b. Bagian menu
Pada bagian ini berisi menu program. Pemakai dapat memilih program yang
dikehendaki dengan cara “mengklik” tombol.
c.Pendahuuan
Berisi penjelasan tentang pengertian ekstraksi dan hukum distribusi nerntz
d. Koefisien distribusi dan perbandingan distribusiBerisi penjelasan tentang cara menentukan koefisien distribusi pada disosiasi,
asosiasi, dan pengompleksan
Gambar 1. Tampilan halaman koefisien distribusi untuk dissosiasi
8/19/2019 TUGAS KIMIA ADSOPSI
24/28
537
e.Hasil ekstraksi
Berisi penurunan rumus untuk menentukan hasil suatu ekstraksi dan contoh
perhitungan.
Gambar 2. Contoh soal untuk perhitungan hasil ekstraksif. Bagian percoban
Berisi 1) prosedur percobaan, 2) alat dan bahan, 3) pengenceran, 4) ekstraksi, 5)
titrasi, 6) Hitungan.
Gambar 3. Video interaktif pelaksanaan percobaan ekstraksi
3. Develop (pengembangan)Pada tahap ini dilakukan pemrograman, penyusunan instrumen, validasi dan
ujicoba terbatas. Pemrogram dilakukan dengan program (software) utama Maromedia
Flash. Program pendukung terdiri dari Macromedia FreeHand, Adobe Photoshop, dan
Swis. Setelah pemrograman dan penyusunan instrumen selesai, dilakukan validasimedia dan instrumen. Validasi dilakukan oleh dosen analitik. Dari hasil validasi
dilakukan analisis dan revisi I. Setelah revisi I, dilakukan ujicoba terbatas kepada 10
mahasiswa. Dari hasil ujicoba terbatas, dilakukan analisis dan revisi II.
8/19/2019 TUGAS KIMIA ADSOPSI
25/28
538
4 Disseminate (diseminasi)
Pada tahap ini media interaktif yang telah dikembangkan diaplikasikan untuk
mendukung proses perkuliahan Kimia Analitik II: Dasar-dasar pemisahan kimia . Pada
tahap ini, aplikasi program dilakukan dalam tiga tahap, yaituTahap I: penjelasan materi dan Pemodelan pelaksanaan pemisahan ekstraksi.
Tahap II. Mahasiswa melakukan simulasi pemisahan ekstraksi.
Tahap III. Pelaksanaan praktikum dan pengolahan data dengan media interaktif.
HASIL PENELITIAN
1. Prototipe media pembelajaran ekstraksiMedia pembelajaran ekstraksi yang telah dikembangkan berisi menu pilihan,
ringkasan materi ekstraksi, vodeo pelaksanaan praktikum, dan pengolahan hasil
percobaan. Ringkasan materi terdiri dari pengertian ekstraksi, koefisien distribusi, perbandingan distribusi, hasil ekstraksi, dan conroh soal. Video pelaksanaan praktikum
berisi prosedur praktikum, alat dan bahan, video pengenceran, video ekstraksi, videotitrasi, dan perhitungan data hasil percobaan. Komponen-komponen tersebut disatukan
dengan software macromedia flash untuk menghasilkan media pembelajaran yang
interaktif.Media interaktif tersebut dikemas dalam satu CD. Untuk menjalankan program
tersebut diperlukan seperangkat komputer dengan kualifikasi minimal pentium I yang
dilengkapi dengan CD ROOM. Media tersebut dilengkapi dengan file autorun,
sehingga begitu dimasukkan dalam CD ROOM program akan otomatis berjalan.
2. Penerapan Media Interaktif Setelah melalui tahap pendefinisian, desain dan pengembangan, selanjutkan
dilakukan diseminasi. Diseminasi dilakukan dengan menerapkan media dalam
perkuliahan. Diseminasi dilakuka pada mahasiswa prodi kimia angkatan 2003 yang
memprogram matakuliah Kimia Analitik II. Diseminasi dilakukan dalam 3 tahap,dengan hasil sebagai berikut.
a. Tahap I
Tahap pertama diisi dengan menjelaskan teori pendukung pemisahan ekstraksi.
Penjelasan dilakukan dengan menggunakan media pembelajaran ekstraksi. Setelah penjelasan teori pendukung selesai dilanjutkan latihan soal. Pada tahap ini memerlukan
waktu satu kali pertemuan (4 sks). Pengerjaan soal-soal dilakukan secara berkelompok,
sesuai kelompok praktikum.
b. Tahap IIPada tahap ini, dilakukan pemodelan pelaksanaan ekstraksi. Pemodelan dipandu
oleh media pembelajaran ekstraksi. Pemodelan diulang 3 kali, pada pemodelan
pertamana penayangan dipandu oleh dosen. Pada penayangan kedua dan ketiga
mahasiswa mengoperasikan sendiri. Mahasiswa diminta mengamati langkah-langkah
percobaan dengan cermat dan mahasiswa diminta untuk menyusun instrumen kinerjauntuk kegiatan praktikum pemisahan dengan ekstraksi tersebut. Instrumen kinerja
tersebut untuk selanjutnya digunakan untuk penilaian mahasiswa pada saat simulasi.
Langkah berikutnya adalah simulasi oleh masing-masing kelompok. Masing-masing
kelompok mendemonstrasikan keterampilan menggunakan alat-alat demonstrasi. Untuk mengetahui kualitas kinerja masing-masing kelompok, dilakukan pengamatan dengan
8/19/2019 TUGAS KIMIA ADSOPSI
26/28
539
menggunakan instrumen kinerja ekstraksi. Pengamatan dilakukan oleh kelompok lain.
Hasil pengamatan didiskusikan untuk melakukan perbaikan kinerja.
c. Tahap IIIPada tahap ini setiap kelompok melakukan percobaan di laboratorium. Selama
melakukan percobaan dilakukan pengamatan kinerja untuk mengetahui kualitas kinerja
pada setiap langkah percobaan. Setelah melakukan percobaan, setiap kelompok
mengumpulkan laporan sementara yang berisi data hasil pengamatan dan hasil perhitungan. Setelah semua proses pembelajaran ekstraksi selesai, mahasiswa diberi
angket respon mahasiswa terhadap media pembelajaran yang telah dikembangkan.
3. Analisis data
Pengamatan dilakukan pada 11 kelompok praktikum Prodi Kimia angkatan 2003. Hasil
pengamatan selama melakukan percobaan adalah sebagai berikut.
Tabel 1. Hasil kinerja percobaan ekstraksi
No Komponen yang diamati Persentase (%)
Benar Salah
1 Memasang alatCorong pisah dalam posisi tegak 100 0
Menutup kran corong pisah 100 0
2 Mengambil larutan iod
Mengambil iod dengan pipet gondok hingga tepatminiskus
100 0
Memindahkan iod ke dalam corong pisah 91 93 Mengambil klorofrom (dengan pompa ukur)
Menekan pompa ke bawah 100 0
Menggeser skrup hingga skala yang ditentukan 100 0
Menarik pompa hingga ketinggian maksimal 82 18
Menekan hingga posisi nol. 100 04 Mengocok campuran
Posisi jari telunjuk melindungi tutup corong pisah 100 0
Tngan yang lain, posisi jari telunjuk dan ibu jarimengendalikan kran
100 0
Mengarahkan corong pisah ke arah yang aman 91 9
Mengeluarkan gas melalui kran dengan posisi kran
di atas
100 0
5 Memisahkan campuranMembuka tutup corong pisah 100 0
Mengalirkan lapisan bawah hingga tepat batas lapisan 82 18
6 Titrasi
Menambahkan indikator 100 0Titrasi dihentikan pada saat tepat terjadi perubahan
warna 100 0
Dari data tersebut menunjukkan bahwa dari 11 kelompok praktikum, 75% dapat
melakukan langkap-langkah pemisahan ekstraksi dengan benar. Sedangkan 25%
melakukan kesalahan kecil. Beberapa kelasahan yang dilakukan mahasiswa, langsung
8/19/2019 TUGAS KIMIA ADSOPSI
27/28
540
dikomentari oleh pengamat. Hal ini dilakukan agar data yang diperoleh tidak
mempengaruhi langkah berikutnya.
Setelah melakukan proses pembelajaran tentang pemisahan ekstraksi,
mahasiswa diminta tanggapannya tentang media pembelajaran ekstraksi yang telahdigunakan dalam pembelajaran. Hasil angket disajikan pada tabel 2.
Tabel 2. Hasil respon mahasiswa terhadap media pembelajaran ekstransi.
No Pernyataan Penilaian
STS TS S SS
Teori Ekstraksi
1 Materi sesuai dengan tujuan instruksional 0.0 0.0 14.3 85.7
2 Membantu saya dalam memahami konsep ekstraksi 0.0 2.9 34.3 62.9
3 Mempermudah saya dalam memahami konsep “Koefisien
Distribusi” 0.0 2.9 17.1 80.0
4 Mempermudah saya dalam memahami konsep“Perbandingan Distribusi”
0.0 5.7 37.1 57.1
5 Mempermudah saya dalam menurunkan rumus‘Perbandingan Distribusi”
0.0 2.9 14.3 82.9
6 Mempermudah saya dalam memahami alur perhitungan
“Hasil ekstraksi” 0.0 5.7 28.6 65.7
7 Isinya mudah dipahami 0.0 0.0 48.6 51.4
8 Desain menariK 0.0 5.7 57.1 37.1
9 Alur program komunikatif (mudah dijalankan) 0.0 8.6 31.4 60.0
10 Media seperti ini perlu dikembangkan untuk pokok bahasan lain
0.0 0.0 48.6 51.4
Percobaan Ekstraksi
11 Memberikan gambaran yang jelas tentang langkah-langkah ekstraksi
0.0 2.9 42.9 54.3
12 Komentar tertulis dalam media sangat membantu dalam
memfokuskan hal-hal penting dalam menggunakan alat. 0.0 0.0 48.6 51.4
13 Tata cara penggunaan corong pisah disajikan dengan jelas 0.0 5.7 74.3 20.0
14 Banyak keterampilan /pengetahuan baru yang saya peroleh
dari media ini 0.0 14.3 45.7 40.0
15 Alur program komunikatif (mudah dijalankan) 0.0 8.6 45.7 45.7
16 Desain tampilan menarik. 0.0 14.3 57.1 28.6
17 Kualitas Video baik. 0.0 22.9 48.6 28.6
18 Media ini dapat mengantikan demonstrasi secara langsung 0.0 20.0 57.1 22.9
19 Simulasi perhitungan sangat membantu dalam pengolahandata hasil percobaan
0.0 8.6 57.1 34.3
Berdasarkan data tersebut, dapat menunjukkan bahwa media ekstraksi dapat
menunjang perkuliahan kimia analitik II. Hal ini didasarkan pada respon mahasiswa
yang menyatakan bahwa 33% mahasiswa menyatakan setuju dan 64% mahasiswa
menyatakan sangat setuju terhadap teori ekstraksi yang disajikan dalam media.Sedangkan respon mahasiswa terhadap percobaan ekstraksi yang dikemas dalam media
pembelajaran ekstraksi,53% mahasiswa menyatakan setuju dan 36% mahasiswa sangat
setuju.
8/19/2019 TUGAS KIMIA ADSOPSI
28/28
Terdapat beberapa kekurangan yang perlu disempurnakan dalam penampilan
media ekstraksi tersebut, yaitu desain media dan kualitas video. Peneliti akan terus
berupaya untuk menyempurnakan peneliti an ini
SIMPULAN
Dari uraian di atas dapat diambil kesimpulan
1. Media pebelajaran ekstraksi dapat memperlancar pelaksanaan percobaan pemisahan dengan ekstraksi.
2. Mahasiswa memberi respon positif terhadap media pembelajaran ekstraksi.
DAFTAR PUSTAKA
Arends, Richrad I. 1997. Classroom Instruction and Management . New York: McGraw-Hill Book Co.
Brooks,D.W.1995. ”Retrospective Tutorial”. Journal of Chemical Education.Sept.Vol.72. No.9 .p233(4)
Bruning, Roger H., Schraw, Gregory J. Ronning Royce R. 1995. Cognitive Psychology
and Instruction. New Jersey: Prentice-Hall.
Garnett,P., Hackling, Oliver,R. 1996. “Using Interactive Multimedia To Support
Consept Developimentin Introductory Chemistry Teaching and Learning”.
Profesional Development Centre, Showcasing Best at ECU , 11 December.
(http://www.cowan.edu.au/eddev/showcas/garnet.htm )
Heinich, R. 1999. Instructional Media and Technologies for Learning . USA: Prentice-
Hall
Morrisey,D.J. et al. 1995. “Using Computer –Assisted Personalized Assigment for
Freshman Chemistry” . Journal of Chemical Education.Feb. Vol 72.No.2 . p14(6)
Potillo,L.A.Kantarjieff,K.A.1995. “ A self-Pace Computer Tutorial on Concept of Symetry” Journal of Chemical Education.May. Vol 72.No.5 .p399(2)
Pratomo, Heru dan Widjajanti, Endang. 1995. Kurikulum 1994 SMU Sebagai
Perwujudan Pelaksanaan Pendidikan Kimia Untuk Semua. Majalah Ilmiah
Cakrawala Pendidikan. Mei 1995 h. 83-89.
Sudjana,N., & Rivai,A. 1989. Teknologi Pengajaran. Bandung :Sinar Baru.