RESUME K3 DAN APD DI INDUSTRI DISUSUN OLEH : ALFIYAN DHARMA YUDA P27833110043 SEMESTER VI KEMENTRIAN KESEHATAN RI POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN RI JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN PROGRAM STUDI DIPLOMA III KESEHATAN LINGKUNGAN KAMPUS SURABAYA
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
RESUME K3 DAN APD DI INDUSTRI
DISUSUN OLEH :
ALFIYAN DHARMA YUDA P27833110043
SEMESTER VI
KEMENTRIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN RI
JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN
PROGRAM STUDI DIPLOMA III KESEHATAN LINGKUNGAN
KAMPUS SURABAYA
2012 - 2013
A. Latar Belakang
Undang-Undang No 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja pada
Pasal 1 menyatakan bahwa tempat kerja ialah tiap ruangan atau lapangan,
tertutup atau terbuka, bergerak atau tetap, dimana tenaga kerja, atau yang
sering dimasuki tenaga kerja untuk keperluan suatu usaha dan dimana
terdapat sumber-sumber bahaya. Termasuk tempat kerja ialah semua ruangan,
lapangan, halaman dan sekelilingnya yang merupakan bagian-bagian atau
yang berhubungan dengan tempat kerja tersebut.
Setiap tempat kerja selalu mengandung berbagai potensi bahaya yang
dapat mempengaruhi kesehatan tenaga kerja atau dapat menyebabkan
timbulnya penyakit akibat kerja. Potensi bahaya adalah segala sesuatu yang
berpotensi menyebabkan terjadinya kerugian, kerusakan, cidera, sakit,
kecelakaan atau bahkan dapat mengakibatkan kematian yang berhubungan
dengan proses dan sistem kerja. Potensi bahaya mempunyai potensi untuk
mengakibatkan kerusakan dan kerugian kepada : 1) manusia yang bersifat
langsung maupun tidak langsung terhadap pekerjaan, 2) properti termasuk
peratan kerja dan mesin-mesin, 3) lingkungan, baik lingkungan di dalam
perusahaan maupun di luar perusahaan, 4) kualitas produk barang dan jasa, 5)
nama baik perusahaan.
Pengenalan potensi bahaya di tempat kerja merupakan dasar untuk
mengetahui pengaruhnya terhadap tenaga kerja, serta dapat dipergunakan
untuk mengadakan upaya-upaya pengendalian dalam rangka pencegahan
penyakit akibat kerja yagmungkin terjadi. Secara umum, potensi bahaya
lingkungan kerja dapat berasal atau bersumber dari berbagai faktor, antara
lain : 1) faktor teknis, yaitu potensi bahaya yang berasal atau terdapat pada
peralatan kerja yang digunakan atau dari pekerjaan itu sendiri; 2)faktor
lingkungan, yaitu potensi bahaya yang berasal dari atau berada di dalam
lingkungan, yang bisa bersumber dari proses produksi termasuk bahan baku,
baik produk antara maupun hasil akhir; 3) faktor manusia, merupakan potensi
bahaya yang cukup besar terutama apabila manusia yang melakukan
pekerjaan tersebut tidak berada dalam kondisi kesehatan yang prima baik
fisik maupun psikis.
Potensi bahaya di tempat kerja yang dapat menyebabkan gangguan
kesehatan dapat dikelompokkan antara lain sebagai berikut :
Potensi bahaya fisik, yaitu potensi bahaya yang dapat menyebabkan
gangguan-gangguan kesehatan terhadap tenaga kerja yang terpapar, misalnya:
terpapar kebisingan intensitas tinggi, suhu ekstrim (panas & dingin),
intensitas penerangan kurang memadai, getaran, radiasi.
Potensi bahaya kimia, yaitu potesni bahaya yang berasal dari bahan-
bahan kimia yang digunakan dalam proses produksi. Potensi bahaya ini dapat
memasuki atau mempengaruhi tubuh tenga kerja melalui : inhalation (melalui
pernafasan),ingestion (melalui mulut ke saluran pencernaan), skin
contact (melalui kulit). Terjadinya pengaruh potensi kimia terhadap tubuh
tenaga kerja sangat tergantung dari jenis bahan kimia atau kontaminan,
bentuk potensi bahaya debu, gas, uap. asap; daya acun bahan (toksisitas); cara
masuk ke dalam tubuh.
Potensi bahaya biologis, yaitu potensi bahaya yang berasal atau
ditimbulkan oleh kuman-kuman penyakit yang terdapat di udara yang berasal
dari atau bersumber pada tenaga kerja yang menderita penyakit-penyakit
tertentu, misalnya : TBC, Hepatitis A/B, Aids,dll maupun yang berasal dari
bahan-bahan yang digunakan dalam proses produksi.
Potensi bahaya fisiologis, yaitu potensi bahaya yang berasal atau yang
disebabkan oleh penerapan ergonomi yang tidak baik atau tidak sesuai
dengan norma-norma ergonomi yang berlaku, dalam melakukan pekerjaan
serta peralatan kerja, termasuk : sikap dan cara kerja yang tidak sesuai,
pengaturan kerja yang tidak tepat, beban kerja yang tidak sesuai dengan
kemampuan pekerja ataupun ketidakserasian antara manusia dan mesin.
Potensi bahaya Psiko-sosial, yaitu potensi bahaya yang berasal atau
ditimbulkan oleh kondisi aspek-aspek psikologis keenagakerjaan yang kurang
baik atau kurang mendapatkan perhatian seperti : penempatan tenaga kerja
yang tidak sesuai dengan bakat, minat, kepribadian, motivasi, temperamen
atau pendidikannya, sistem seleksi dan klasifikasi tenaga kerja yang tidak
sesuai, kurangnya keterampilan tenaga kerja dalam melakukan pekerjaannya
sebagai akibat kurangnya latihan kerja yang diperoleh, serta hubungan antara
individu yang tidak harmoni dan tidak serasi dalam organisasi kerja.
Kesemuanya tersebut akan menyebabkan terjadinya stress akibat kerja.
Potensi bahaya dari proses produksi, yaitu potensi bahaya yang
berasal atau ditimbulkan oleh bebarapa kegiatan yang dilakukan dalam proses
produksi, yang sangat bergantung dari: bahan dan peralatan yang dipakai,
kegiatan serta jenis kegiatan yang dilakukan.
Perusahaan dalam menjalankan aktivitasnya selalu menginginkan
keberhasilan baik berupa hasil produksinya maupun hasil layanannya. Untuk
menunjang keberhasilan tersebut maka diperlukan tempat kerja yang sehat
dan selamat sehingga tidak terjadi kecelakaan ataupun penyakit akibat kerja.
Untuk itu kita harus mengetahui risiko-risikoyang dapat menimbulkan
kecelakaan dan penyakit akibat kerja dan berusaha mengatasinya sehingga
tercapai kondisi perusahaan tanpa kecelakaan atau Zero Accident dan terbebas
dari penyakit akibat kerja.
B. Batasan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Keselamatan ialah suatu kondisi yang bebas dari risiko yang
relative sangat kecil dibawah tingkatan tertentu. Sedangkan risiko adalah
tingkat kemungkinan terjadinya suatu bahaya yang menyebabkan kecelakaan
dan derajat intensitas bahaya tersebut (HIPSMI, 1994). The Joint ILOA /
VHO committee on Occupational Health tahun 1990 menetapkan batasan dan
tujuan kesehatan kerja sebagai berikut :
a. Memberikan pemeliharaan dan peningkatan derajat kesehatan ke tingkat
yang setinggi-tingginya, baik fisik, mental, maupun kesejahteraan social
masyarakat pekerja di semua lapangan pekerjaan.
b. Mencegah timbulnya gangguan kesehatan masyarakat pekerja yang
diakibatkan oleh kegiatan atau kondisi lingkungan kerja.
c. Memberikan perlindungan bagi pekerja dalam pekerjaannya dari faktor-
faktor yang membahayakan kesehatan.
d. Menempatkan dan memelihara pekerja di suatu lingkungan pekerja yang
sesuai dengan kemampuan fisik dan psikis.
Sedangkan kecelakaan adalah suatu kejadian yang tidak
diinginkan, dating tiba-tiba dan tidak terduga, yang dapat menyebabkan
kerugian pada manusia, perusahaan, masyarakat, dan lingkungan. Kecelakaan
akibat kerja adalah kecelakaan berhubungan dengan hubungan kerja di
perusahaan (Suma’mur, 1986). Hubungan kerja di sini berarti bahwa
kecelakaan terjadi karena pekerja atau pada waktu melaksanakan pekerjaan.
C. Pengertian Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
1. Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan upaya preventive yang
kegiatannya terutama adalah identifikasi, substitusi, eliminasi, evaluasi,
dan pengendalian risiko dan bahaya.
2. Kesehatan dan keselamatan kerja secara fisiologi adalah suatu pemikiran
dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmani
maupun rohani.
3. Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan salah satu aspek
perlindungan tenaga kerja dg cara penerapan teknologi pengendalian
segala aspek yang berpontensi membahayakan para perkerja.
4. Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan instrumen yang
memproteksi pekerja, perusahaan, lingkungan hidup, dan ma-syarakat
sekitar dari bahaya akibat kecelakaan kerja. Perlindungan tersebut
merupakan hak asasi yang wajib dipenuhi oleh perusahaan. K3 bertujuan
mencegah, mengurangi, bahkan menihilkan risiko kecelakaan kerja (zero
accident).
5. Keselamatan kerja dapat diartikan sebagai suatu kondisi yang bebas dari
resiko kecelakaan atau kerusakan atau dengan resiko yang relatif sangat
kecil dibawah nilai tertentu (Simanjuntak, 1994).
6. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah suatu kondisi kerja yang
terbebas dari ancaman bahaya yang mengganggu proses aktivitas dan
mengakibatkan terjadinya cedera, penyakit, kerusakan harta benda, serta
gangguan lingkungan.
D. Sebab Terjadinya Kecelakaan
Penyebab kecelakaan dapat dibagi 2 :
1. Kondisi berbahaya (Unsafe Cindition), yaitu suatu kondisi tidak aman
dari mesin lingkungan, sifat pekerja, dan cara kerja. Kondisi berbahaya ini
terjadi antara lain karena :
a. Alat pelindung tidak efektif
b. Pakaian kerja yang kurang cocok
c. Bahan-bahan yang berbahaya
d. Penerangan, ventilasi yang tidak baik
e. Alat yang tidak aman walau dibutuhkan
f. Alat atau mesin yang tidak efektif
2. Perbuatan berbahaya (Unsafe Act), yaitu perbuatan berbahaya dari
manusia atau pekerja yang dilator belakangi oleh faktor-faktor seperti
sikap dan tingkah laku yang tidak aman, kurang pengetahuan dan
keterampilan (Lack of Knowledge and Skill), cacat tubuh yang tidak
terlihat, keletihan dan kelesuan.
E. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Sistem manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja atau K3
merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan manajemen
lainnya, di suatu institusi tempat kerja atau perusahaan, seperti manjemen
produksi, manajemen sumber daya manusia, manajemen keuangan, dan
lainnya. Manajemen adalah kemampuan atau keterampilan untuk
memperoleh suatu hasil dalam rangka pencapaian tujuan secara efisien dan
efektif, melalui pengarahan, penggerakan, dan pengendalian kegiatan-
kegiatan yang dilakukan oleh orang-orang yang tergabung dalam suatu unit
kerja sama. Sedangkan system manajemen adalah rangkaian manjaemen yang
teratur dan saling berhubungan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Sistem manajemen K3 menurut Permenaker No. 05 tahun 1996 adalah
bagian dari system manajemen secara keseluruhan yang meliputi struktur
organisasi, perencanaan, tanggung jawab, pelaksanaan, prosedur, proses, dan
sumber daya yang dibutuhkan bagi pengembangan, penerapan, pencapaian,
pengkajian dan pemeliharaan kebijakan K3 dalam rangka pengendalian risiko
yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang
aman, efisien, dan produktif.
F. Tujuan Penerapan Sistem Manajemen K3
Sistem manajemen K3 diterapkan untuk menciptakan suatu system
keselamatan dan kesehatan kerja ditempat kerja dengan melibatkan unsur
manajemen, tenaga kerja, kondisi, dan lingkungan kerja dalam rangka :
a. Mencegah dan mengurangi kecelakaan dan penyakit akibat kerja.
b. Menciptakan tempat kerja yang aman terhadap kebakaran, peledakan dan
kerusakan yang pada akhirnya akan melindungi investasi yang ada serta
membuat tempat kerja yang sehat.
c. Menciptakan efisiensi dan produktivitas kerja karena mennurunnya biaya
kompensasi akibat sakit atau kecelakaan kerja.
Alat Pelindung Diri (APD)
A. Usaha Keselamatan Kerja Dengan Alat Pelindung Diri (APD)
Perlindungan tenaga kerja melalui usaha-usaha teknis pengamanan
tempat, peralatan dan lingkungan kerja adalah sangat perlu diutamakan.
Namun kadang-kadang keadaan bahaya masih belum dapat dikendalikan
sepenuhnya, sehingga digunakan alat-alat pelindung diri (Personal Protective
Devices) (Suma’mur, 1994). Namun dalam realisasinya pemakaian Alat
Pelindung Diri (APD) akan sangat sulit mengingat para pekerja akan
menganggap bahwa alat ini akan mengganggu pekerjaan. (Anizar, 2009)
Alat Pelindung Diri (APD) adalah suatu kewajiban dimana biasanya
para pekerja atau buruh bangunan yang bekerja di sebuah proyek atau
pembangunan sebuah gedung, diwajibkan menggunakannya. Kewajiban itu
sudah disepakati oleh pemerintah melalui Departemen Tenaga Kerja
Republik Indonesia. Alat-alat demikian harus memenuhi persyaratan tidak
mengganggu kerja dan memberikan perlindungan efektif terhadap jenis
bahaya. (Anizar, 2009)
Alat Pelindung Diri (APD) bukanlah alat yang nyaman apabila
dikenakan tetapi fungsi dari alat ini sangatlah besar karena dapat mencegah
penyakit akibat kerja ataupun kecelakaan pada waktu bekerja. Pada
kenyataannya banyak para pekerja yang masih belum mengenakan alat ini
karena merasakan ketidaknyamanan dalam bekerja. Penggunaan APD
contohnya seperti masker dirasakan mengganggu kenyamanan pada saat
bekerja demikian juga pada pemakaian pelindung telinga seperti ear plug atau
ear muff. Pemakaian APD masih memerlukan penyesuaian diri yang sesuai
akan mengurangi kemungkinan terjadi kecelakaan atau luka-luka dan juga
mencegah penyakit akibat kerja yang akan diderita beberapa tahun kemudian.
(Anizar, 2009)
APD yang disediakan oleh perusahaan dan dipakai oleh tenaga kerja
harus memenuhi syarat pembuatan, pengujian dan sertifikat. Tenaga kerja
berhak menolak untuk memakainya jika APD yang disediakan tidak
memenuhi syarat. Dari ketiga pemenuhan persyaratan tersebut, harus
diperhatikan faktor-faktor pertimbangan dimana APD harus: (Anizar, 2009)
1. Enak dan nyaman dipakai
2. Tidak mengganggu ketenangan kerja dan tidak membatasi ruang gerak
pekerja.
3. Memberikan perlindungan yang efektif terhadap segala jenis bahaya/
potensi bahaya.
4. Memenuhi syarat estetika
5. Memperhatikan efek samping penggunaan APD
6. Mudah dalam pemeliharaan, tepat ukuran, tepat penyediaan dan harga
terjangkau.
B. LANDASAN HUKUM PEMAKAIAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD)
Penggunaan Alat Pelindung Diri di tempat kerja telah diatur melalui