BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mayoritas karsinoma kulit nonmelanoma adalah karsinoma sel basal (BCC) dan karsinoma sel skuamosa (SCC) (90%). Selanjutnya, sesuai dengan nonmenklatur dalam literature, istilah BCC dan SCC akan dipergunakan pada buku ini. Di USA, Australia, dan Eropa Barat BCC lebih banyak dijumpai, sedangkan di negara Asia termasuk Indonesia, Afrika, SCC lebih banyak dijumpai dibandingkan BCC. Insiden pada laki- laki lebih banyak dibandingkan wanita dengan rasio 3 : 1, yang menunjukkan adanya eksopur pada sinar matahari atau UV yang lebih pada laki-laki. Peran UV terlihat dari adanya mutasi p53 gen pada 90% SCC meskipun hanya 50% pada BCC. Insiden kedua kanker kulit ini juga meningkat pada pasien dengan immunosupression sebagai akibat transplantasi organ atau karena infeksi HIV. Terdapat skin cancer family syndrome seperti xeroderma pigmentosum, di mana pasien dilahirkan dengan defek pada DNA repair gene sehingga sangat sensitive terhadap eksopur sinar matahari/UV. Dari segi biologi molekuler dari NMSC, mutasi oncogenes dan tumor suppressor genes yang sering
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Mayoritas karsinoma kulit nonmelanoma adalah karsinoma sel basal
(BCC) dan karsinoma sel skuamosa (SCC) (90%). Selanjutnya, sesuai dengan
nonmenklatur dalam literature, istilah BCC dan SCC akan dipergunakan pada
buku ini. Di USA, Australia, dan Eropa Barat BCC lebih banyak dijumpai,
sedangkan di negara Asia termasuk Indonesia, Afrika, SCC lebih banyak
dijumpai dibandingkan BCC. Insiden pada laki-laki lebih banyak
dibandingkan wanita dengan rasio 3 : 1, yang menunjukkan adanya eksopur
pada sinar matahari atau UV yang lebih pada laki-laki.
Peran UV terlihat dari adanya mutasi p53 gen pada 90% SCC meskipun
hanya 50% pada BCC. Insiden kedua kanker kulit ini juga meningkat pada
pasien dengan immunosupression sebagai akibat transplantasi organ atau
karena infeksi HIV.
Terdapat skin cancer family syndrome seperti xeroderma pigmentosum,
di mana pasien dilahirkan dengan defek pada DNA repair gene sehingga
sangat sensitive terhadap eksopur sinar matahari/UV.
Dari segi biologi molekuler dari NMSC, mutasi oncogenes dan tumor
suppressor genes yang sering didapatkan. Mutasi ras oncogene juga
dihubungkan dengan terjadinya BCC, SCC, dan melanoma. Sonic Hedgehog
pathway merupakan jalur khusus yang didapatkan pada karsinomagenesis dari
BCC, baik yang bersifat herediter maupun sporadic.
Beberapa lesi kulit merupakan diferensial diagnosis dan sering
dihubungkan dengan terjadinya kanker kulit nonmelanoma (NMSC), antara
lain : Seborrheic keratosis, Actinic keratosis, Kerato acanthoma, Cataneus
horn, dan Nevus sebaceous
Maka sari itu peran perawat dalam memberikan asuhan keperawatan
sangat penting karena pada pasien dengan tumor kulit sering timbul berbagai
masalah yang berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan manusia. Perawat
diharapkan memiliki pengetahuan dan ketrampilan yang memadai. Fokus
asuhan keperawatan adalah mengidentifikasi masalah yang timbul,
merumuskan diagnosa keperawatan, membuat rencana keperawatan,
melaksanakan dan mengevaluasi tindakan yang telah diberikan apakah sudah
diatasi atau belum atau perlu modifikasi.
1.2 Tujuan
1. Tujuan Umum.
Semua mahasiswa diharapkan mampu mengetahui dan mampu melakukan
asuhan keperawatan pada pasien pada tumor kulit.
2. Tujuan Khusus.
a. Dapat menguraikan definisi dari masing-masing gangguan.
b. Dapat menyusun WOC
c. Dapat menjelaskan penyebab, tanda dan gejala, pemeriksaan diagnostic,
dan penatalaksanaan.
d. Dapat melakukan pengkajian melalui pemeriksaan fisik dan wawancara.
e. Dapat merumuskan diagnosa keperawatan.
f. Dapat menyusun rencana asuhan keperawatan
g. Dapat merumuskan aspek penelitian, pengmas, dan kewirausahaan yang
dapat dikembangkan pada topik tumor kulit.
1.3 Manfaat
1. Diharapkan dapat membantu mahasiswa dalam proses pembelajaran pada
khususnya dan pembaca tentang asuhan keperawatan pada pasien dengan
tumor kulit.
2. Dapat menjadi referensi ilmu bagi fakultas keperawatan dalam rangka
pengembangan sumber daya manusia dalam menangani kasus tumor kulit.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian
Tumor kulit adalah suatu keganasan pada kulit yang sering ditemukan di
Amerika Serikat (Smeltzer, 2002). Menurut Sylivia (2006), Tumor kulit
adalah keganasan yang berasal dari sel kulit seperti sel epidermis dan sel
melanosit. Tumor-tumor ini dapat merupakan tumor jinak atau ganas dan
dapat terlokalisir dalam epidermis atau menembus kedalam dermis dan
jaringan subkutan.
Gambar 2.1 Tumor Kulit
2.2 Patofisiologi / WOC
Sylivia (2006), menjelaskan bahwa tumor sering terjadi pada daerah
terbuka yang biasanya terpapar oleh sinar matahari seperti wajah, leher dan
kepala. Spektrum sinar matahari yang bersifat karsinogrnik adalah sinar yang
panjang gelombangnya antara 280-320 nm. Spektrum inilah yang membakar
kulit dari sinar matahari. Orang-orang yang berkulit peka sehingga mudah
sekali menderita luka bakar karena sinar matahari. Riwayat pengobatan
radiologi sebelumnya untuk menyembuhkan penyakit kulit lain, kontak
dengan arsen, sinar UV A yang dipancarkan membuat kulit kecoklatan seperti
terbakar sinar matahari juga merusak epidermis. Tumor diatandai dengan
nodul eritematosa, halus, seperti mutiara. Bagian tengah tumor sering
mengalami ulserasi dan perdarahan, menginvasi dermis yang lebih dalam dan
jaringan subkutan dan merusak jaringan normal.
Pancaran sinar matahari
Spectrum sinar matahari yang bersifat karsinogenik
Membakar kulit dari sinar matahari
Merusak lapisan epidermis
Nodul eritematosa, halus seperti mutiara
Tumor Kulit
Bagian tengah tumor mengalami ulserasi dan
perdarahan
Menginvasi dermis yang lebih dalam dan jaringan
subkutan & merusak jaringan normal
Tumor jinak Tumor prakanker Tumor ganas
Tanda-tanda keratosis, ulserasi, papul, nodul, dan morvea serta variasinya
bermacam-macam
Ca. sel basal Ca. sel skuamosa
Melanoma maligna
Pembedahan
Pengobatan jangka panjang
Risiko penatalaksanaan regimen terapi
Radioterapi
PK : Inflamasi
Rangsangan saraf sekunder terhadap manipulasi medis
Nyeri akut
Peningkatan proses metabolic sekunder
terhadap kanker
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
Hilangnya barrier proteksi kulit dan membrane
mukosa
Resti infeksi
Penampakan kulit yang tidak baik
Gangguan citra tubuh
Lesi dan massa pada kulit
Gangguan integritas kulit
2.3 Penyebab
Menurut Smeltzer (2002), bahwa pancaran sinar matahari merupakan
penyebab utama. Kerusakan akibat sinar matahari bersifat kumulatif dan efek
berbahaya dapat mencapai taraf usia 20 tahun. Peningkatan insiden tumor
disebabkan oleh perubahan gaya hidup dan kebiasaan orang berjemur
dibawah sinar matahari. Orang yang tidak memproduksi pigmen melanin
sangat rentan terhadap kerusakan kulit akibat paparan sinar matahari. Orang
yang beresiko adalah orang yang berkulit cerah, bermata biru, berambut
merah, atau warna kulit yang merah muda. Populasi lain yang berisiko adalah
pekerja diluar rumah seperti petani, pelaut dan nelayan. Para pekerja yang
kontak dengan zat-zat kimia (arsen, nitrat, batubara, aspal dan parafin). Ulkus
yang lama pada ektremitas bawah juga dapat menjadi lokasi asal tumor kulit.
Pasien yang kekebalan tubuhnya menurun juga memperlihatkan kejadian
tumor kulit. Faktor genetik juga terlibat.
2.4 Klasifikasi dan Manifestasi Klinis
Menurut I Gusti Agung K. Rata (2007), didalam buku Ilmu Penyakit
Kulit dan Kelamin menjelaskan bahwa tumor kulit dapat dibagi menjadi 3
jenis, yaitu : Tumor Jinak, Tumor Prakanker, dan Tumor Ganas. Ketiga jenis
tumor trsebut akan diuraikan lebih lanjut :
Gambar 2.4 Ciri-Ciri Kanker Kulit
1. Tumor Jinak
Tumor jinak adalah tumor yang berdiferensiasi normal (matang).
Pertumbuhannya lambat dan ekspansif serta kadang-kadang berkapsul.
Tumor jinak umumnya tidak menimbulkan persoalan, akan tetapi perlu
diketahui beberapa jenis yang sering ditemukan agar tidak terjadi
kekeliruan dalam tata cara diagnosis, maupun penatalaksanaannya.
Diantara tumor-tumor jinak tersebut yang paling sering ditemukan
ialah keratosis seboroik. Prognosisnya baik, terutama dengan
penatalaksanaannya yang tepat.
2. Tumor Prakanker
Prakanker berarti mempunyai kecenderungan berkembang menjadi
kanker. Mengenali penyakit ini penting karena apabila dapat ditemukan
dalam bentuk prakanker serta di obati adekuat akan memberikan
penyembuhan yang memuaskan. Secara histopatologik ditemukan
perubahan yang menyimpang dari polarisasi sel normal.
Istilah ca in situ berarti bahwa kelainan tersebut telah memenuhi
syarat sebagai kanker secara histopatologik saja, misalnya penyakit
bowmen, eritroplasia (Queyrat). Kanker kulit dapat tumbuh di atas kulit
normal (de novo) akan tetapi kebanyakan terjadi diatas kulit yang
didahului oleh faktor predisposisi. Berbagai jenis tumor prakanker
mengenai etiologi, faktor predisposisi dan kemungkinan jenis kanker
dikemukakan dibawah ini.
Gambaran klinis tumor prakanker tersebut telah banyak diuraikan
dalam kepustakaan. Umumnya ditemukan tanda-tanda keratosis, ulserasi,
papul, nodus, dan morfea, variasinya bermacam-macam. Dalam praktek
hendaknya kita waspada, bila menemukan kelainan kulit yang sulit
disembuhkan dengan cara biasa.
Pengobatan kelainan prakanker ini umumnya dengan alat / bahan yang
dapat menghilangkan kelainan tersebut secara total, misalnya :
Penatalaksanaan Kanker Kulit menjelaskan stadium klinis dari kanker kulit, yakni
:
Tumor Primer (T)
Tx Tumor primer tidak dapat diperiksa (karena shave biopsi atau melanoma yang mengalami regresi)
T0 Tidak ditemukan tumor primerTis Melanoma in situT1 Melanoma tebalnya <1,0mm dengan atau tanpa ulserasiT1a Melanoma tebalnya <1,0mm dan level II atau III tanpa
ulserasiT1b Melanoma tebalnya <1,0mm dan level IV atau V atau ada
ulserasiT2 Melanoma tebalnya 1,01-2,0mm dengan atau tanpa ulserasiT2a Melanoma tebalnya 1,01-2,0mm tanpa ulserasiT2b Melanoma tebalnya 1,01-2,0mm dengan ulserasiT3 Melanoma tebalnya 2,01-4,0mm dengan atau tanpa ulserasiT3a Melanoma tebalnya 2,01-4,0mm tanpa ulserasiT3b Melanoma tebalnya 2,01-4,0mm dengan ulserasiT4 Melanoma tebalnya >4,0mm dengan atau tanpa ulserasiT4a Melanoma tebalnya >4,0mm tanpa ulserasiT4b Melanoma tebalnya >4,0mm dengan ulserasi
Kelenjar Getah Bening Regional
(N)Nx Kelenjar getah bening regional tidak dapat diperiksa
N0 Tidak ada metastasis kelenjar getah bening regional
N1 Metastasis ke 1 kelenjar getah bening
N1a Metastasis mikroskopik, occult secara klinis
N1b Metastasis makroskopik, tampak secara klinis
N2 Metastasis ke dua atau tiga kelenjar getah bening regional
atau metastasis intra limfatik regional tanpa metastasis
kelenjar getah bening
N2a Metastasis mikroskopik, occult secara klinis
N2b Metastasis makroskopik, tampak secara klinis
N2c Lesi satelit atau metastasis in-transit tanpa metastasis
kelenjar getah benin
N3 Metastasis pada >4 kelenjar getah bening regional, atau
metastasis kgb yang bersatu, atau metastasis in-transit atau
lesi satelit dengan metastasis kelenjar getah bening regional
Kelenjar Getah Bening Regional
(N)Mx Metastasis jauh tidak dapat diperiksa
M1 Metastasis jauh tidak dapat diperiksa
M1a Metastasis ke kulit, jaringan subkutan atau kelenjar getah
bening yang jauh
M1b Metastasis ke paru
M1c Metastasis ke tempat visceral lainnya atau metastasis jauh
ke tempat manapun yang disertai peningkatan kadar LDH
(lactic dehydrogenase) serum
STADIUM KLINIK STADIUM HISTOPATOLOGIK
Stadium 0
Stadium IA
Stadium IB
Stadium IIA
Stadium IIB
Stadium IIC
Stadium III
Tis N0 M0
T1a N0 M0
T1b N0 M0
T2a N0 M0
T2b N0 M0
T3a N0 M0
T3b N0 M0
T4a N0 M0
T4b N0 M0
TiapT N1 M0
TiapT N2 M0
Stadium 0
Stadium IA
Stadium IB
Stadium IIA
Stadium IIB
Stadium IIC
Stadium IIIA
pTis N0 M0
pT1a N0 M0
pT1b N0 M0
pT2a N0 M0
pT2b N0 M0
pT3a N0 M0
pT3b N0 M0
pT4a N0 M0
pT4b N0 M0
pT1-4a N1a M0
pT1-4a N2a M0
Stadium IV
TiapT N3 M0
TiapT TiapN M1
Stadium IIIB
Stadium IIIC
Stadium IV
pT1-4b N1a M0
pT1-4b N2a M0
pT1-4a N1b M0
pT1-4a N2b M0
pT1-4a/b N2c M0
pT1-4b N1b M0
pT1-4b N2b M0
Tiap pT N3 M0
Tiap pT TiapN M1
Klasifikasi Clark
Tingkat I : Sel melanoma terletak di atas membrana basalis epidermis (insitu)
Tingkat II : Invasi sel melanoma sampai lapisan papilaris dermis
Tingkat III : Invasi sel melanoma sampai dengan perbatasan antara lapisan
papilaris dan retikularis dermis.
Tingkat IV : Invasi sel melanoma sampai lapisan retikularis dermis
Tingkat V : Invasi sel melanoma sampai jaringan subkutan.
Klasifikasi Breslow
Golongan I : Kedalaman (ketebalan) tumor < 0,76 mm
Golongan II : Kedalaman (ketebalan) tumor 0,76 mm – 1,5 mm
Golongan III : Kedalaman (ketebalan) tumor > 1,5 mm
2.6 Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang untuk membantu menegakkan diagnosis
(Suyatno, 2010) adalah:
1. Laboratorium : Darah rutin, bledding time, cloting time, SGOT, SGPT,
ureum/kreatinin, dan kadar gula darah sewaktu.
2. Radiologi : Rutin: X-foto paru dan USG abdomen (hati dan kelenjar getah
bening). CT-Scan dan MRI untuk mengevaluasi infiltrasi dan kedalaman
tumor primer.
3. Sitologi : Fine needle aspiration biopsy dan inprint sitologi.
4. Pemeriksaan hispatologi dengan biosi untuk menentukan apa jenis
histologi dan bagaimana derajat diferensiasinya.
Pemeriksaan spesimen operasi harus melihat ukuran tumor primer, jenis
histologi, derajat diferensiasi sel, luas dan dalamnya infiltrasi, radikalitas
operasi. Dilihat kelenjar getah bening regional, jumlah kelenjar yang positif,
invasi tumor ke kapsul atau ekstranodal dan tinggi level metastasis.
Biopsi : Prinsip harus komplet, jenis tergantung pada ukuran dan lokasi
anatominya. Bila diameter lebih dari 2 cm dan secara anatomi sulit (terutama
di daerah wajah) dilakukan biopsi insisi. Bila kurang dari 2 cm dilakukan
eksisi tumor dengan batas bebabs tumor 1 cm (diagnosi dan terapi). Spesimen
dikirimkan dengan diberi tanda batas-batas sayatan.
Gambar 2.5 Biopsi Kanker Kulit
2.7 Penatalaksanaan Medis
Menurut Suyatno (2010), bahwa terapi untuk kanker kulit non-melanoma
tergantung pada ukuran tumor, karakteristik hisoatologi, lokasi anatomis,
usia dan performans, biaya dan kosmetik. Modalitas terapi dibagi menjadi 2
kelompok yakni pembedahan dan non-pembedahan. Modalitas pembedahan
adalah eksisis, Mohs micrographic surgery (MMS), curettage, cryosurgery
dan laser ablation. Modalitas non-pembedahan adalah radiasi eksterna dan
terapi topikal (cream 5% 5-fluorouracil dan cream imiquimod). MMS
dianjurkan pada lesi di cantus, periorbita. Curratage, cryosurgery dan laser
ablation dilakukan pada tumor yang kecil dan superfisial. Pembedahan eksisi
merupakan terapi utama untuk penatalaksanaan kanker non melanoma.
Karsinoma sel basal. Eksisi merupakan terapi utama dianjurkan batas
sayatan adalah 0,5-1 cm. Radiasi dapat diberikan pada daerah sulit dicapai
dengan operasi atau pasca yang tidak bebas tumor.
Karsinoma sel skuamosa. Penatalaksanaan menurut stadium. Stadium I,
II, III (dengan T4 N0 M0) dilakukan eksisi luar dengan sayatan batas 1-2 cm.
Stadium III T N1 M0) dilakukan eksisi luas dan diseksi kelenjar getah bening
regional. Stadium IV diberikan terapi paliatif. Radiasi primer diindikasikan
pada kasus metastasis jauh, inoperabel atau penderita yang gagal diterapi
dengan pembedahan dan radioterapi.
Melanoma maligna. Terapi primer yang dilakukan dengan tindakan eksisi
luas, batas sayatan 2-3 cm. Namun penelitian telah dilakukan membuktikan
bahwa batas lebih kecil ternyata memiliki rerata rekurrensi yang sama. Batas
sayatan disesuaikan menurut kekebalan tumor:
1. Sampai dengan ketebalan 0,76 mm, batas insisi dari tepi tumor 1 cm.
2. Antara 0,76 mm-1,5 mm batas insisi dari tepi tumor 1,5 cm.
3. Ketebalan > 1,5 mm batas insisi dari tepi tumor 2 cm.
4. Bila hasil biopsi batas insisi dari tepi tumor tidak sesuai dengan ketebalan
Breslow, harus dilakukan reeksisi secepatnya sampai dasar (fasia).
Adjuvant radioterapi. Terapi ini bertujuan untuk meningkatkan
lokoregional kontrol. Adjuvant ini direkomendasikasn pada kondisi :
1. Reseksi komplet yang sulit dicapai.
2. Kontaminasi lapangan operasi oleh sel kanker.
3. Rekurensi setelah reseksi bedah.
4. Melanoma stadium III.
5. Risiko tinggi untuk kambuh
2.8 Pengkajian
1. Identitas Pasien
Benigna Pre Maligna Maligna
Usia Sejak lahir/ masa Dewasa muda: Kanker sel basal
anak-anak:
Hemangiom.
Dermatofibroma:
pada orang
dewasa.
Lipoma: anak-
anak dan dewasa.
keratoakantoma.
Usia pertengahan-
usia tua: keratosis
aktiknik.
Penyakit Bowe
lebih sering
mengenai orang
tua, 60% pada usia
30-60 tahu.
terbanyak pada
usia 40 tahun.
Kanker sel
skuamosa
terbanyak usia 0-
70 tahun.
Jenis Kelamin Laki:Wanita=1:1
(pada
hemangioma)
Pada pria (lipoma
dan
Neurofibroma)
Pada Wanita
(Dermatofibroma)
Keratokantoma
lebih sering pada
pria.
Kertosis aktinik:
pria lebih sering
dari pada wanita
Kanker sel basal
pada pria.
Kanker sel
skuamosa pada
pria:wanita=2:1
Ras Insiden pada bayi
kulit putih 8-12 %
(hemangioma)
Keratosis aktinik
sering dijumpai
pada individu kulit
terang.
Kanker sel basal
dan kanker sel
skumosa sering
pada kulit putih.
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama : Ada benjolan berupa papula, nodul atau kista pada
wajah atau bagian tubuh lain.
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
Benjolan muncul pada daerah yang terpapar sinar matahari
(keratosis aktinik, penyakit Bowel, karsinoma sel basal, karsinoma sel
skuamosa) atau daerah berambut (keratoacantoma), tumbuh dengan
lambat (tumor jinak) atau cepat (tumor premaligna dan maligna)
biasanya tanpa nyeri kecuali massa yang besar menekan saraf. Perlu
dikaji:
1) Warna yang bervariasi
a) Warna yang dapat menunjukkan keganasan pada lesi yang coklat
atau hitam adalah bayangan warna merah, putih, dan biru.
Bayangan warna biru dianggap lebih mengkhawatirkan.
b) Daerah-daerah putih dalam lesi yang berpigmen perlu dicurigai.
c) Sebagian melanoma maligna tidak memiliki warna yang
bervariasi tetapi sebaliknya mempunyai warna yang seragam
(hitam kebiruan, kelabu kebiruan, merah kebiruan).
2) Tepi yang iregular
Indentasi atau lekukan yang menyudut pada bagian tepi nevus
harus dicatat.
3) Permukaan yang ireguler
a) Tonjolan permukaan yang tidak merata (topografi ireguler) dapat
teraba atau terlihat. Perubahan pada permukaan bisa licin hingga
seperti sisik.
b) Sebagian melanoma noduler memiliki permukaan yang licin
c. Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat pemakaian kosmetik yang mengandung bahan kimiawi
seperti mercuri, riwayat terpapar sinar matahari, riwayat penyakit
keganasan, perubahan gaya hidup dan kebiasaan orang berjemur
dibawah sinar matahari. Orang yang tidak memproduksi pigmen
melanin sangat rentan terhadap kerusakan kulit akibat paparan sinar
matahari. Orang yang beresiko adalah orang yang berkulit cerah,
bermata biru, berambut merah, atau warna kulit yang merah muda.
Pekerja diluar rumah seperti petani, pelaut dan nelayan. Para pekerja
yang kontak dengan zat-zat kimia (arsen, nitrat, batubara, aspal dan
parafin). Ulkus yang lama pada ektremitas bawah juga dapat menjadi
lokasi asal tumor kulit. Pasien yang kekebalan tubuhnya menurun juga
memperlihatkan kejadian tumor kulit. Faktor genetik juga terlibat.
d. Riwayat Penyakit Keluarga
Apa anggota keluarga pernah menderita tumor kulit benigna, pre
maligna dan maligna.
3. Pemeriksaan Fisik
a. B1 : Tumor ganas yang bermetastase di paru mengakibatkan penurunan
maksimal fungsi paru yang menyebabkan sesak napas, dan auskultasi
adanya penurunan suara paru.
b. B2 : Anemia pada tumor ganas, nadi dan tekanan darah meningkat
(nyeri).
c. B3 : Nyeri kepala, muntah dan penurunan kesadaran (metastase pada
otak).
d. B4 : Produksi urin 1-2cc/kgbb/jam, warna kuning jernih.
e. B5 : Adanya tumor yang metastase ke saluran cerna menyebabkan
disfungsi organ (gangguan motilitas usus), mual dan muntah
(kemoterapi).
f. B6 : Terjadi perubahan warna kulit (hitam kebiruan, kelabu kebiruan,
merah kebiruan), terdapat lesi primer: papula, pustula macula, vesikula
dan pustula, terdapat lesi sekunder (krusta, skuama, erosi dan ulkus),
ditemukan tanda radang (tumor, color, dolor, rubor dan fungsio laesa).
2.9 Diagnosa Keperawatan
1. Diagnosa pra penatalaksanaan
a. Ganguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan metastase tumor di
daerah sekitar.
b. Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan hilangnya barier proteksi
kulit dan membran mukosa.
c. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan lesi dan massa pada
kulit.
d. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan penampakan kulit yang
tidak baik.
e. Cemas berhubungan dengan kemungkinan keganasan.
f. PK: metastasis ke organ vital.
2. Diagnosa keperawatan post penatalaksanaan
a. Nyeri akut berhubungan dengan rangsangan saraf sekunder terhadap
manipulasi medis.
b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan peningkatan proses metabolik sekunder terhadap kanker.
c. Risiko penatalaksanaan regimen terapi inefektif berhubungan dengan
pengobatan jangka panjang.
d. PK: inflamasi berhubungan dengan radioterapi.
2.10Intervensi Keperawatan
Gangguan rasa nyama nyeri berhubungan dengan metastase didaerah
sekitar
Tujuan : Nyeri dapat terkontrol
Kriteria Evaluasi :
1. Klien mengatakan rasa nyaman terpenuhi.
2. Menunjukkan wajah lebih rileks
3. Skala nyeri berkurang.
Intervensi Rasional
Mandiri :
1. Periksa daerah yang terkena dan
terlibat.
2. Kendalikan faktor iritan (kelembaban
dan suhu).
3. Kaji skala nyeri.
4. Berikan tindakan kenyamanan dasar
seperti pijatan daerah atau area yang
tidak sakit dan perubahan posisi
sesering mungkin.
Pemahaman tentang luas dan
karakteristik kulit untuk memudahkan
menyusun intervensi.
Rasa nyeri diperburuk oleh panas,
bahan kimia dan fisik.
Mengetahui perkembangan penyakit.
Meningkatkan relaksasi, menurunkan
ketegangan otot dan kelelahan umum.
Kolaborasi :
Kolaborasi pemberian kemoterapi /
pembedahan.
Menekan metastase dari sel tumor.
Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan hilangnya barier proteksi kulit
dan membran mukosa
Tujuan : Tidak terjadi infeksi
Kriteria Evaluasi :
1. Tidak ada tanda-tanda infeksi
2. Tanda-tanda vital dalam batas normal
3. Laboratorium terutama leukosit dalam batas normal (5000-10000)
Intervensi Rasional
Mandiri :
1. Periksa luka setiap hari, perhatikan
atau catat perubahan penampakan bau
atau kuntitas.
2. Rawat luka dengan teknik aseptic
3. Implementasi teknik isolasi yang
tepat (dengan membatasi
pengunjung) sesuai indikasi.
4. Tekankan pentingnya teknik mencuci
tangan yang baik untuk semua
individu yang kontak dengan pasien.
5. Awasi atau batasi pengunjung bila
perlu dan jelaskan prosedur isolasi
terhadap pengunjung bila perlu.
Mengidentifikasi adanya
penyembuhan dan memberikan deteksi
dini adanya infeksi.
Menurunkan risiko infeksi.
Menurunkan risiko terkontaminasi
silang atau semua individu yang
kontak dengan pasien.
Mencegah kontaminasi silang,
menurunkan risiko infeksi.
Mencegah kontaminasi silang dari
pengunjung.
Kolaborasi :
Kolaborasi pemberian diet TKTP. Diet yang baik menyediakan energy
untuk meningkatkan kekebalan tubuh.
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan peningkatan proses metabolic sekunder terhadap kanker.
Tujuan : Pemenuhan nutrisi adekuat dan seimbang
Kriteria Evaluasi :
1. Menyatakan pemahaman kebutuhan nutrisi
2. Menunjukkan status gizi : Asupan makanan, cairan, dan zat gizi adekuat
3. Toleransi terhadap diet yang dianjurkan
4. Nilai laboratorium (transferrin, albumin, dan elektrolit) dalam batas normal
Intervensi Rasional
Mandiri :
1. Ajarkan teknik relaksasi (teknik nafas
dalam).
2. Minimalkan faktor yang dapat
menimbulkan mual dan muntah.
3. Berikan nutrisi parenteral.
4. Berikan informasi yang tepat tentang
kebutuhan nutrisi dan bagaimana
memenuhinya.
Pasien dapat merasa lebih rileks.
Menambahkan rasa kenyamanan
pasien.
Menjaga dan mempertahankan asupan
nutrisi pasien.
Pasien mendapatkan pengetahuan yang
cukup tentang asupan nutrisi yang
sesuai dengan kebutuhannya.
Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian antimetik.
2. Kolaborasi bersama ahli gizi, secara
tepat jumlah kalori dan jenis zat gizi
yang dibutuhkan.
Mecegah mual muntah yang dirasakan
pasien.
Meningkatan asupan nutrisi pasien
sesuai dengan kebutuhannya.
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1 Kesimpulan
Tumor kulit adalah suatu keganasan pada kulit yang sering ditemukan di
Amerika Serikat. Tumor kulit adalah keganasan yang berasal dari sel kulit
seperti sel epidermis dan sel melanosit. Tumor-tumor ini dapat merupakan
tumor jinak atau ganas dan dapat terlokalisir dalam epidermis atau menembus
kedalam dermis dan jaringan subkutan.
Tumor kulit merupakan salah satu dari beberapa jenis tumor pada
manusia yang dapat diikuti secara dini karena dapat dilihat dan diraba sejak
permulaan. Pengawasan dan penemuan tumor kulit dapat dilakukan lebih
teliti dan dini, apabila masyarakat juga ikut ditingkatkan pengetahuannya.
Yang menjadi penyebab utamanya terjadinya tumor kulit, yaitu sering
terpaparnya pancaran sinar matahari. Dengan spectrum sinar matahri yang
bersifat karsinogenik sehingga membakar kulit. Dan dapat merusak lapisan
epidermis sehingga muncul nodul eritematosa yang halus seperti mutiara.
Seiring waktu dapat berubah manjadi tumor kulit.
3.2 Saran
1. Bagi mahasiswa semoga makalah ini dapat membantu kita semua dalam
berbagai ilmu pada proses pembelajaran.
2. Diharapkan mahasiswa dapat menjelaskan asuhan keperawatan pada
pasien dengan tumor kulit.
3. Bagi pembaca semua, diharapkan mampu menambah wawasan kita semua
tentang penerapan asuhan keperawatan pada pasien dengan tumor kulit.