8/18/2019 Tugas Gilut ERNA I
1/16
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Enukleasi
a. Definisi
Enukleasi merupakan suatu proses dimana dilakukan pembuangan total dari lesi kista. Sebuah
kista dapat dilakukan prosedur enukleasi dikarenakan lapisan dari fibrous connective tissue diantara
komponen epitelial (yang membatasi aspek interior kista) dan dinding tulang dari kavitas kista.
Lapisan ini memperkenankan cleavage plane untuk melepaskan kista dari kavitas tulang.
Enukleasi kista harus dilakukan dengan hati-hati, sebuah usaha untuk mengangkat kista dalam
satu potongan tanpa fragmentasi, yang akan mengurangi kesempatan rekurensi. Namun pada
praktiknya, pemeliharaan keutuhan kista tidak selalu dapat ter aga, hancurnya potongan kista dapat
ter adi.
b. Indikasi
Enukleasi merupakan pera!atan pilihan untuk pengangkatan kista pada rahang dan
seharusnya digunakan pada kista yang dapat diangkat dengan aman tanpa terlalu membahayakan
aringan sekitar, biasanya pada ukuran lesi kecil. Letaknya auh dari aringan vital ( sinus ma"illaries
atau kanalis mandibularis).
c. Keuntungan
#euntungan utamanya adalah pemeriksaan patologis dari keseluruhan kista dapat dilakukan.
#euntungan lainnya adalah initial e"cisional biopsy (enukleasi) uga telah mera!at lesi. $asien tidak
harus mera!at marsupial cavity dengan irigasi konstan. Setelah akses flap mukoperiosteal sembuh,
pasien tidak lagi terganggu dengan kavitas kista.
d. Kerugian
%ika terdapat indikasi-indikasi untuk melakukan marsupialisasi, maka akan terdapat banyak
kerugian untuk prosedur enukleasi. Sebagai contoh, dapat membahayakan aringan normal, fraktur
tulang rahang dapat ter adi, atau gigi dapat men adi non-vital.
e. Teknik enukleasi
•
$emberian antibiotik profilaksis tidak diperlukan,kecuali ika pasien menderita penyakit sistemik
8/18/2019 Tugas Gilut ERNA I
2/16
• &ntuk kista yang besar, dapat dilakukan mucoperiosteal flap dan akses ke kista didapatkan
melalui labial plate of bone , yang meninggalkan alveolar crest tetap utuh untuk memastikan
tinggi tulang adekuat setelah penyembuhan.
• Saat akses ke kista sudah didapatkan melalui pengunaan osseus window , dokter gigi mulai
mengenukleasi kista
• A thin-bladed curettage merupakan instrumen yang paling tepat untuk memotong conective tissue
layer dinding kista dari kavitas tulang. $ermukaan yang cekung harus selalu menghadap ke
kavitas tulang, sedangkan bagian yang cembung melakukan pemotongan'pelepasan kista. ahap
ini haus dilakukan dengan sangat hati-hati untuk menghindari hancurnya kista. erlebih lagi, kista
akan lebih mudah terlepas dari kavitas tulang saat intracystic pressure di aga.
• Saat kista telah berhasil diangkat, kavitas tulang harus diperiksa, adaah aringan kista yang
tertinggal. engirigasi dan mengeringkan kavitas dengan gau*e akan mempermudah
pemeriksaan. %aringan kista yang tersisa diangkat dengan kuret.
• +aerah-daerah tepi kavitas tulang dihaluskan dengan bone file sebelum ditutup.
• Setelah itu, !atertight primary closure seharusnya didapatkan dengan appropriately positioned
sutures.
• #avitas tulang akan berisi blood clots, yang akan menghilang seiring ber alannya !aktu.
ambaran radiografis akan pertumbuhan tulang akan tampak dalam !aktu hingga / bulan.• %ika primary closure rusak dan luka bekas operasi terbuka, luka diirigasi dengan salin steril, dan
an appropriate length of strip gau*e sedikit dipenuhi dengan antibiotic ointment seharusnya
dimasukkakan kedalam kavitas dengan lembut. $rosedur ini dilakukan setiap /-0 hari sekali,
secara bertahap dikurangi seiring dengan pemulihan luka.
Tamba an!
Enukleasi meliputi pembuangan menyeluruh pelapis kista dan isinya. #uretase menun uk kepada pembuangan bertahap dinding kista menggunakan kuret.
$endekatan intraoral biasanya merupakan metode pilihan untuk enukleasi meskipun kadang
diindikasikan pendekatan melalui kulit submandibula. &ntuk memperoleh keuntungan maksimum
dari metode ini, umumnya dilengkapi dengan penutupan primer, meskipun pada kenyataannya dapat
dikombinasikan dengan open packing.
Indikasi
1dontogenik keratocyst yang memiliki tingkat rekurensi yang tinggi.
8/18/2019 Tugas Gilut ERNA I
3/16
Pr"sedur
Enukleasi dengan Penutupan Primer
2 $endekatan 3ntaroral
3nsisi dan elevasi flap
− $rinsip desain flap biasa dapat diapliksitkan di sini uga, tetapi dengan modifikasi tertentu pada
masing-masing kista dan lokasinya
− #etika gigi terlibat, insisi sebainya diletakkan di sekitar gigi dengan mengabaikan apakah gigi
tersebu harus dipertahankan at diekstraksi. 3nsisi ini dapat menyediakan akses yang lengkap dan
membantu dalam perbaikan yang mudah. #edua, hal ini mengi inkan pentupan defek yang
memuaskan ika ekstraksi yang tidak diharapkan pada gigi atau geligi men adi penting selama
operasi.
− #etika gigi terpengaruh secara periodontal atau ketika terdapat tmahkota artificial, bi aksana
untuk menghindari leher crevice gingiva dan menempatkan insisi auh dari leher gigi.
− &ntuk mengurangi perbaikan area tidak bergigi pada rahang, sebuah insisi ditempatkan di
sepan ang crest
− The ascending or descending limbs of the incision divergen ke arah sulkus bukal, dan
ditempatkan cukup auh dari pembengakan. 4al ini mengi inkan garis ahitan akhir berada di atas
tulang penyangga yang utuh.
$embuangan tulang
− ulang tipis yang melapisi sebaiknya dipertahankan. $ada beberapa lesi yang besar setelah
elevasi periferal flap mukoperiosteal, tulang dapat dipenetrasi dan dipatahkan dengan
menggunakan elevator periosteal yang dimmasukkan antara kantung kista dan tulang, sehingga
menghasilkan flap tulang mukoeriosteal yang sehat.− +imana tulang pelapis yang berharga ini tidak dapat diselamatkan, mukoperiosteum dielevasi dan
tulang yang melapisi dihilangkan dengan menggunakan bur akrilik, gouges atau rogeurs, cukup
untuk menciptakan akses yang baik untuk enukleasi kantong.
Enukleasi kista
#ista harus dihilangkan seluruhnya tanpa menyobek atau menusuk. #etika memisahkan
lapisan kista dari inferior alveolar neurovascular bundle, lantai antral, dan apikal gigi, harus diberikan
8/18/2019 Tugas Gilut ERNA I
4/16
dan dimasukkan di antara kavitas dan pelapis kista. Sebaliknya, kista dapat diaspirasi sehingga
kantung menyusut dan akses serta arak penglihatan meningkat.
Setelah enukleasi, peker aan yang dian urkan pada gigi seperti pengisian akar, apicectomy,
pengisian akar retrogade, atau ekstraksi dilakukan. Sekali irigasi menyeluruh dan inspeksi kavitasdan marginnya dilakukan, penutupan dengan ahitan sebaiknya dilakukan.
5 $endekatan Ekstraoral
3ndikasi
#eratocyst besar dan kista dentigerous yang meliputi ramus, korpus (badan), atau angulus mandibula.
$rosedur
+ibuat insisi submandibula, diseksi ta am dan tumpul dilakukan melalui bidang aringan
dengan pterygomasseteric sling terbagi6 kemudian periosteum diinsisi dan flap diangkat untuk
menyingkap tulang di ba!ahnya. 5iasanya sudah terdapat perforasi dan ika tidak, endela'bukaan
dibuat dengan menggunakan pahat atau bur. &kuran endela bergantung pada perluasan kista.
Sekarang kista dihilangkan bersama dengan pelapis dan dikirim untuk biopsi. %ika terdapat
kecurigaan adanya sisa-sisa pelapis kista, kavitas dikuret. 3nsisi ditutup berlapis. #adang disarankan
untuk menempatkan drain melalui insisi dan mengamankannya dengan tu uan mencegah
pembentukan hematoma.
#ana$emen P"st"%eratif
%ahitan dibuka paling baik 7 hari setelah operasi, dimana oedema pada tepi luka telah
selesai, membuat hal ini men adi mudah. %ika hal ini dicoba lebih a!al, terdapat risiko membuka
perbaikan (penyembuhan) selagi mencoba untuk mengidentifikasi dan memotong ahitan yang ketat.
Selain dari pentingnya tindak lan ut radiologis semua kista hingga ter adi penyembuhan tulang
menyeluruh, tidak perlu terapi lebih lan ut.
Keuntungan Enukleasi
• Semua pelapis kista dihilangkan, oleh karena itu, tidak ada kekha!atiran akan adanya perubahan
neoplastik pada sisa sisa pelapis
8/18/2019 Tugas Gilut ERNA I
5/16
Kerugian Enukleasi
• $ada orang muda, benih gigi atau gigi yang tidak erupsi yang terlibat dengan kista dikestraksi
atau dihilangkan dengan pelapis kista.
• 8raktur patologis rahang dapat ter adi pada enukleasi kista besar • $rosedur membahayakan struktur vital yang berdekatan
• 1bservasi langsung penyembuhan luka ika marsupialisasi tidak mungkin.
Enukleasi dengan &%en Packing
eknik ini lebih disukai pada kasus kista besar yang terinfeksi dimana penutupan primer kista
dapat memba!a kepada pecahnya luka dan mengganggu peneymbuhan. 8lap mukoperiosteal
diangkat dan kista dienukleasi seperti telah di elaskan, tetapi sebagai ganti penutupan primer, flap
dikembalikan ke dalam kavitas tulang, difiksasi dengan kasa pembalut medikasi 9 inch selama 7
hari. $ergantian pembalur diikuti dengan pembuatan sumbat akrilik seperti yang digunakan dalam
marsupialisasi.
$ada kasus defek besar yang ekstrim dimana dicurigai adanya fraktur patologis, penggunaan bone
graft dapat mengubah kavitas. 2utogenous bone graft adalah metode yang disukai.
'. #arsu%ialisasi
a. Definisi
#arsu%ialisasi adalah membuat suatu : endela; pada dinding kista dalam pembedahan,
mengambil isi kistanya dan memelihara kontinuitas antara kista dengan rongga mulut, sinus
maksilaris atau rongga hidung. 5agian kista yang diambil hanyalah isi dari kista, batas dari dinding
kista dengan oral mukkosa dibiarkan pada tempatnya. $roses ini dapat mengurangi tekanan intrakistadan membantu penyusutan dari kista serta pengisian tulang. arsupialisasi dapat digunakan sebagai
suatu pera!atan tunggal atau sebagai suatu pera!atan a!al dan selan utnya dilakukan tahap
enukleasi.
b . Indikasi
8aktor-faktor ini harus diperhatikan sebelum memutuskan pera!atan marsupialisasi <
a) %umlah kerusakan aringan ika letak kista berdekatan dengan struktur anatomis yang vital,
pera!atan dengan enukleasi akan mengakibatkan kerusakan aringan yang tidak perlu Sebagai
8/18/2019 Tugas Gilut ERNA I
6/16
menyebabkan kerusakan aringan saraf (saraf alveolar inferior), serta dpat menyebabkan
devitalisasi dari gigi yang vital.6 maka marsupialisasi diperlukan.
b) 2kses pembedahan ika akses pembedahan sulit dicapai, maka biasanya bagian dari dinding
kista akan tertinggal, menyebabkan rekurensi. #arena hal itu, marsupialisasi dapat
dipertimbangkan
c) embantu erupsi gigi ika gigi yang belum bererupsi terlibat dengan kista (dentigerous cyst)
dan gigi tersebut dibutuhkan untuk kestabilan lengkung dental, maka marsupialisasi dapat
membanu akses erusi gigi tersebut
d) 5esar'tidaknya tindakan bedah ika pasien kista memiliki penyakit sistemik atau tingkat stress
yang tinggi, dapat dipilih marsupialisasi, karena caranya mudah dan tidak menimbulkan stress
yang besar
e) &kuran kista pada ukuran kista yang sangat besar, enukleasi dapat menyebabkan resiko
patahnya tulang rahang. aka itu dapat dipilihkan marsupialisasi dan dilakukan enukleasi setelah
adanya pengisian kembali oleh tulang gigi
f) #erugian dari marsupialisasi adalah kemungkinan tertinggalnya aringan yang patologis, tanpa
adanya pemeriksaan histopatologi. =alaupun setelah pengeluaran isi kista dapat dilakukan
pemeriksaan histopatologi, tetapi lesi yang lebih agresif dapat tertinggal pada aringan kista yang
tersisa. Selain itu pasie n uga harus memperhatikan kebersihan rongga kista, karena biasanya
debri makanan terperangkap disana. &ntuk itu, pasien harus rutin mengirigasi kavitas kista
bebrapa kali dalam sehari, sampai bebrapa bulan selan utnya, tergantung pada besarnya ukuran
kista dan la u pengisian tulang.
c. Teknik
o 2ntibiotik profilaksis sistemik tidak diindikasikan untuk pasien yang sehat.
8/18/2019 Tugas Gilut ERNA I
7/16
o 2nastesi, kemudian dilakukan aspirasi. 5ila aspirasi membantu diagnosis sementara kista,
prosedur marsupialisasi dapat dilakukan.
o 3nsisi inisial biasanya sirkular atau eliptik dan menciptakan !indo! yang besar ( cm atau lebih)
pada kavitas kista.
o 5ila tulang telah terekspansi dan men adi tipis karena kista, insisi pertama kali dilakukan dari
tulang menu u kavitas kista. $ada kasus ini, isi aringan !indo! dilakukan pemeriksaan
patologis.
o 5ila sisa tulang masih tebal, osseous !indo! dihilangkan dengan burs atau rongeur.
o 3nsisi kista dilakukan untuk membuang lapisan !indo! lalu dilakukan pemeriksaan patologis.
o 3si kista dibuang dan bila mungkin dilakukan pemeriksaan visual pada lapisan aringan kista yang
tersisa.
o 3rigasi kista dilakukan untuk membuang sisa fragmen dari debris.
o 2rea ulserasi atau ketebalan dinding kista harus diperhatikan drg untuk mencegah kemungkinan
adanya perubahan displasia atau neoplasma pada dinding kista.
o 5ila ada ketebalan yang cukup dari dinding kista dan ika ada akses, perimeter dinding kista
sekitar !indo! dapat disuture pada mukosa mulut.
o #avitas harus dipacked dengan gau*e yang telah dioleskan ben*oin atau salep antibiotik.
o Setelah ter adi initial healing (biasanya minggu), lakukan pencetakan pada rongga mulut untuk
membuat obturator dari akrilik. u uan penggunaan obturator ini ialah untuk mencegah
masuknya makanan ke dalam kavitas. 1bturator ini dilepas saat tidur untuk mencegah agar tidak
tertelan. 1bturator ini harus dikurangi ukurannya seiring dengan terisinya kavitas oleh tulang.
o #etika dilakukan marsupialisasi kista pada maksila, drg memiliki / pilihan.
o $ertama, kista dapat dibedah (akses dari) rongga mulut atau melalui sinus maksila atau sinus
nasalis. 5ila sebagian besar maksila telah terserang kista dan telah terkena antrum rongga nasalis,
kista dapat menyerang aspek fasial alveolus.
o #etika !indo! pada dinding kista telah dibuat, pembukaan kedua dapat dilakukan pada antrum
maksila atau rongga hidung yang berdekatan. $embukaan mulut kemudian ditutup untuk
penyembuhan. Lapisan kista harus kontinu dengan lapisan antrum atau rongga hidung.
o arsupialisasi arang digunakan sebagai bentuk tunggal pera!atan kista.
o 5iasanya diikuti dengan enukleasi. $ada kasus kista dentigerous, mungkin tidak terdapat sisa
kista yang dibuang ketika gigi bererupsi ke lengkung rahang.
o 5ila bedah lan ut kontraindikasi karena masalah medis lainnya, marsupialisasi dapat dilakukan
tanpa enukleasi selan utnya. #avitas harus di aga kebersihannya.
8/18/2019 Tugas Gilut ERNA I
8/16
− #ontur aringan oral dapat dipelihara secara utuh.
− igi yang terlihat pada radiograf kelihatannya terlibat dalam kista bisanya vital > gigi ini
tidak dicabut (dapat dipertahankan.
−
2nesthesia yang disebabkan karena surgical trauma terhadap nerve yang besar dapatdieliminasi.
− %arang ter adi perdarahan karena pembuluh darah yang besar arang mengalami gangguan
yang disebabkan oleh metode manipulatif.
− 5ahaya fraktur surgical pada mandibula pada kista yang besar dapat dihindari.
− #emungkinan ter adinya oral fistula pada sinus maksilaris ' kavitas nasal karena enukleasi
dapat dihindari.
(. Enukleasi setela marsu%ialisasi
Enukleasi sering dilakukan setelah prosedur marsupialisasi (dengan eda !aktu). $roses
healing cepat ter adinya setelah marsupialisasi, tetapi besar kavitas mungkin tidak berkurang secara
nyata. u uan utama dilakukannya marsupialisasi telah dicapai, selan utnya enukleasi dapat
dilakukan tanpa in uri pada struktur sekitarnya.
a. Indikasi
3ndikasi teknik kombinasi ini berdasarkan evaluasi dari besarnya aringan yang akan terluka ika
enukleasi dilakukan, besar akses untuk enukleasi, apakah gigi impaksi yang berhubungan dengan
kista akan diuntungkan dengan adanya eruptional guidance dari marsupialisasi, kondisi medis pasien,
dan besar dari lesi. Namun, apabila lesi tidak hilang sepenuhnya setelah marsupialisasi, enukleasi
perlu dipertimbangkan. 3ndikasi lainnya adalah kavitas kista pasien sulit untuk dibersihkan. +okter
gigi uga mungkin berkeingina untuk memeriksa seluruh lesi secara histologis.
b. Keuntungan
i. $ade fase marsupialisasi, keuntungannya berupa teknik yang sederhana dan aman bagi struktur
vitas sekitarnya.
• $ada fase enukleasi, seluruh lesi dapat tersedia untuk pemeriksaan histologis.
• $erkembangan dari tepi kista yang menebal, sehingga enukleasi sekunder men adi lebih mudah.
c. Kerugian
• $ada fase marsupialisasi, kista tidak dapat sepenuhnya diangkat untuk pemeriksaan histologi.
8/18/2019 Tugas Gilut ERNA I
9/16
d. Teknik
• #ista dilakukan tindakan marsupialisasi terlebih dahulu. Lalu kita menunggu proses healing dari
osseous.
• 5ila ukuran kista telah mengecil, sehingga dapat dilakukan pengangkatan total, enukleasi
dilakukan sebagai pera!atan definitif.
• =aktu tepat dilakukannya enukleasi adalah saat tulang menutupi struktur vital sekitarnya
sehingga mencegah in uri saat enukleasi dan uga ia menyediakan kekuatan yang cukup bagi
rahang untuk mencegah fraktur saat tindakan bedah.
• 3nsisi pertama berbeda dengan enukleasi tanpa marsupialisasi. #ista ini mempunyai lapisan tepi
epitel dengan kavitas oral setelah marsupialisasi.
• 2kses (!indo!) ini merupakan bagian kista yaitu embatan epitel antara kavitas kista dan
rongga mulut.
• Epitel ini harus diangkat total dengan cystic liningnya, dengan teknik eliptic incisions,
melingkari bukaan akses tersebut sampat terasa menyentuh tulang.
• Selan utnya enukleasi dapat mudah dilakukan denga pendekatan ini.
• Setelah kista dienukleasi, aringan lunak oral harus menutupi defek.
• 5ila dibutuhkan, mobilisasi aringan lunak untuk menutupi tulang yang terbuka dengan bantuanflap dan pen ahitan.
• 5ila tidak dapat tertutup seluruhnya, packing kavitas dengan kassa yang dioleskan antibiotik.
anti packing secara berkala dan aga rongga mulut tetap bersih sampai aringan granulasi
hilang dan epitel menutupi telah menutupi luka.
). Enukleasi dengan kuretase
+ilakukan kuretase tulang -/ mm di seluruh tepi kavitas kista setelah prosedur enukleasi.4al ini dilakukan untuk mengangkat seluruh sel epitel yang tersisa di tepi-tepi dinding kavitas atau
tulang untuk mencegah rekurensi kista.
a. Indikasi
• Bila dilakukan enukleasi %ada "d"nt"genic kerat"c*st. #arena tingginya rasio (/7- 7?)
rekurensi kista tersebut. 2lasan rekurensi agresif ini berdasarkan meningkatnya aktivitas mitotic
dan selularitas epitel kista tersebut. 2nak kista dapat ditemukan di tepi lesi utama. epi kista
seringkali sangat tipis dan berfragmen-fragmen sehingga butuh kuretasi agresif dari kavitas
tulang
8/18/2019 Tugas Gilut ERNA I
10/16
• $era!atan pencegahan rekurensi dapat dipilih berdasarkan hal-hal ini< ( ) ika area dapat
diakses, enukleasi kedua dapat dilakukan. (/) ika area tidak ter angkau, reseksi tulang dengan
margin cm dapat dipertimbangkan. $asien harus selalu selalu dimonitor karena rekurensi
odontogenic keratocyst dapat ter adi bertahun-tahun kemudian.
• Kista rekurensi . 2lasannya sama dengan kasus di atas.
b. Keuntungan
engurangi kemungkinan rekurensi.
c. Kerugian
5ersifat lebih destruktif pada aringantulang dan lainnya di sekitar. $ulpa gigi dapat terpotong
akses suplai neurovaskularnya ika kuretasi degan dengan u ung akar. Serabut saraf dan pembuluh
darah uga dapat rusak sehingga kuretasi harus dilakukan dengan sangat hati-hati.
d. Teknik
• Setelah enukleasi, kavitas tulang diperiksa lokasi dan araknya dengan struktur-struktur sekitar.
• #uret yang ta am atau bur tulang dengan irigasi steril digunakan untuk mengangkat -/ mmlapisan tulang di sekeliling kavitas dengan hati-hati.
• #avitas dibersihkan dan ditutup.
Tu$uan Dasar Beda
a. #eng ilangkan k"ndisi %at"l"gis
u uan terapeutik dari semua prosedur bedah ekstirpatif adalah untuk membuangkeseluruhan lesi dan tidak meninggalkan sel yang dapat berproliferasi dan menyebabkan
rekurensi.
b. +e abilitasi fungsi"nal %asien
Setelah prosedur pengangkatan lesi dilakukan, hal yang paling penting adalah
memperhatikan defek residual akibat bedah ekstirpatif tersebut. +efek-defek tersebut dapat
berupa mild obliterationof the labial sulcus atau defek pada alveolus setelah pengangkatan benign odontogenic tumor. 4asil terbaik diperoleh saat prosedur rekonstruksi sudah
8/18/2019 Tugas Gilut ERNA I
11/16
lunak, rehabilitasi dental, dan persiapan pasien harus dievaluasi secara keseluruhan dan dapat
ditangani dengan adekuat.
BAB III
,AP&+AN KASUS
Kasus 1.
-"m%"und -"m%le/ &d"nt"ma An Im%"rtant -linical Entit* 0A -ase +e%"rt
Seorang pasien laki-laki berusia / tahun datang ke +epartemen 5edah ulut dan
aksilofasial dengan keluhan gigi belakang kanan atas membusuk. $ada pemeriksaan intraoral,
menun ukkan gigi molar atas kanan membusuk ( ) dan kehilangan gigi molar ba!ah (0 dan
@ ). $emeriksaan radiologi menun ukkan gambaran campuran radiopak dan radiolusen pada region
premolar hingga molar kiri atas (gambar dan /) dan dua supplemental teeth pada region
posterior kiri ba!ah.
Aadiografi dengan tube shift technique menun ukkan lesi berada pada regio palatal. es
vitalitas pulpa dilakukan dan semua gigi di kuadran kiri atas yang berdekatan dengan lesi masih
vital. Ai!ayat medis dan ri!ayat keluarga tidak berkaitan.
8/18/2019 Tugas Gilut ERNA I
12/16
ambar . 4asil Aadiografi
+iagnosis sementara adalah odontoma berdasarkan hasil temuan radiologis dan
direncanakan dilakukan biopsi eksisi diba!ah anestesi lokal. #arena pasien menginginkan untuk
mendapatkan giginya se a ar di masa mendatang, maka diputuskan pembedahan berkaitan dengan
impaksi supernumerary teeth rahang ba!ah ditangguhkan sampai pilihan pera!atan ortodontik
diambil.
Pr"sedur Pembeda an
2nestesi lokal menggunakan Xylocaine (/?) dengan adrenalin ( < B7.777). 3nsisicrevicular pada palatal dan mucoperiosteal flap dilakukan mulai dari regio kaninus kanan hingga
molar kedua kiri. $embengkakan pada palatal menun ukkan daerah odontoma tersebut.
$engambilan tulang menggunakan carbide bur dan lesi odontoma terlihat. Setelah pengambilan
tulang, odontoma dipotong dan diambil men adi beberapa bagian. Lesi yang terkalsifikasi padat
dan pengeboran lebih sulit dilakukan daripada tulang disekitarnya. Seluruh odontoma diangkat
beserta aringan fibrosa yang menutupi. $emeriksaan radiografi setelah operasi menun ukkan
seluruh lesi telah terangkat. Setelah hemostasis cukup adekuat, mucoperiosteal flap di suturing
menggunakan 0-7 silk.
Stent akrilik ditempatkan segera setelah operasi. Stent ditempatkan selama satu minggu kedepan.
8/18/2019 Tugas Gilut ERNA I
13/16
ambar /. E"posure of the odontome
ambar 0. Enucleated specimen
8/18/2019 Tugas Gilut ERNA I
14/16
5erdasarkan hasil pemeriksaan klinis, radiologis, dan histologi, maka diagnosanya adalah
odontoma (gambaran gabungan compound dan complex ). ollow up dilakukan berkala dan
penyembuhan luka baik.
PE#BA2ASAN
1dontoma adalah tumor odontogenik campuran di mana kedua komponen epitel dan
mesenkim yang mengalami diferensiasi fungsional dan membentuk enamel dan dentin. Enamel
dan dentin diproduksi dalam pola abnormal karena sel odontogenik gagal untuk mencapai keadaan
normal pada fase morfodiferensiasi. erupakan lesi hamartomatous bukan neoplasma se ati.
5erdasarkan klasifikasi terbaru dari =41 tahun /77C, odontoma dibagi men adi enis yaitu
compound odontoma dan complex odontoma . !ompound odontoma mengandung struktur seperti
gigi yang kecil dan banyak, mempunyai struktur yang mirip dengan gigi kecil atau denticle , diskrit,
terbungkus di dalam fibrous connecti"e tissue stroma (stroma aringan ikat berserabut). !omplex
odontoma terdiri dari campuran atau massa tak teratur dari aringan keras dan lunak odontogenik
yang matang dan berdiferensiasi secara buruk sebagai email, dentin atau sementum sehingga
tidak memiliki kemiripan dengan gigi.
Etiologi odontoma tidak diketahui. 2da beberapa teori yang menyebutkan bah!a trauma
lokal, infeksi, ri!ayat keluarga dan, mutasi genetik dicurigai men adi faktor penyebab lesi ini.
2da pula yang menambahkan bah!a odontoma kemungkinan di!ariskan dari gen mutant
postnatal dengan kontrol genetik perkembangan gigi. 1dontoma mungkin uga terkait beberapa
sindroma seperti #ardner$s syndrome of intestinal polyposis atau odontomadysphagia syndrome .
Sebagian besar odontoma tidak menun ukkan ge ala dan ditemukan selama pemeriksaan
radiologi rutin seperti pada kasus ini. $emeriksaan radiografi mempunyai peran penting dalam
deteksi lesi asimtomatik seperti odontoma, kista residual, dan lain-lain. ampilan radiografi
odontoma adalah hampir selalu berupa massa radiopaque yang padat yang dikelilingi radiolusen.
!omplex odontoma menun ukkan gambaran radiopak berupa massa gabungan tunggal seperti
material dan tak ada kemiripan anatomi gigi apapun, muncul sebagai massa yang buram
dikelilingi oleh tepi sempit radiolusen. !ompound odontoma terlihat sebagai gigi yang
mengalami malformasi atau menyerupai gigi dengan ukuran dan bentuk variatif dikelilingi daerah
radiolusen yang tipis.
Secara histopatologi, odontoma terdiri dari aringan gigi yang matur seperti enamel, dentin,
sementum, dan aringan pulpa dan dapat dapat mempunyai struktur seperti gigi.
( compound odontoma ) atau tidak terstruktur ( complex odontoma ). Sebagian besar tumor biasanya
iliki t il d ti l d t k l fib d l h k il i
8/18/2019 Tugas Gilut ERNA I
15/16
Lesi yang disa ikan pada kasus ini merupakan massa complex odontoma dan dua lesi
menyerupai struktur gigi (menyerupai mahkota premolar), sementara yang lain menyerupai mahkota
molar yang dapat dilihat melalui radiograf. 4al ini menun ukkan bah!a epitel dari lesi ini
memiliki potensi untuk membentuk struktur menyerupai gigi %compound odontoma ) dan komplek
massa aringan gigi ( compound odontoma ).
$enatalaksanaan odontoma dilakukan dengan enukleasi dan kuretase. Lesi complex
odontoma besar harus dipotong men adi beberapa segmen sebelum diangkat, dengan tu uan untuk
mengurangi kehilangan tulang yang sehat dan mencegah ter adinya fraktur tulang. 1dontoma
merupakan tumor inak dan berkapsul sehingga eksisi dapat dilakukan dengan sempurna
sehinggaa mempunyai prognosis yang baik karena tidak menun ukkan adanya kekambuhan.
+eteksi tepat !aktu dan enukleasi odontoma yang diikuti oleh kuretase dian urkan untuk mencegah
komplikasi seperti kehilangan gigi, perubahan kistik, ekspansi tulang, dan tertunda erupsi gigi
permanen .
KESI#PU,AN
1dontoma adalah tumor campuran ( mixed tumor ) odontogenik yang berasal dari epitel
dan mesenkim dan kadang uga dimasukkan dalam malformasi hamartomatous& $engambilan
keputusan klinik dan pengobatan (biasanya dengan enukleasi bedah) diperlukan segera
dilakukan. eskipun kekambuhan sangat arang ter adi, namun pengambilan epitel yang melekat
pada lapisan lesi tersebut harus benar-benar terangkat sehingga tidak menimbulkan potensi untuk
berkembang biak lagi.
8/18/2019 Tugas Gilut ERNA I
16/16