TUGAS FARMASI RUMAH SAKITRSUD AJIBARANG
Disusun oleh :Galih Samodra(1408020053)Tika Laras
Putri(1408020055)Firly Dwi Anggraini(1408020057)Rizka Sari
Kusumawardani (1408020059)Mirandhi Setyo Saputri(1408020061)Eka
Rahmawati(1408020063)Susi Rindianti(1408020065)Nuning Arifah
(1408020067)Asti Winarni(1408020069)Astri Yunika(1408020071)
PROGRAM PROFESI APOTEKER XXIUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
PURWOKERTO2014
HASIL WAWANCARA1.Peserta:Di rumah sakit ajibarang ada berapa
jumlah apoteker dan tenaga kefarmasian serta bagaimana sistem
penempatannya?
Apoteker :pada awal 2007 hanya terdapat 1 apoteker di RS
Ajibarang, terus dibantu 2 orang AA pada waktu itu. Kemudian kita
mulai mengajukan kebutuhan tenaga baru 2009 kita ada penambahan 3
orang apoteker PNS memang saya waktu itu kualifikasi kelasnya masih
D kelas D itu cukup dengan 1 orang apoteker tapi karena waktu kita
diminta mengajukan kebutuhan terus dari direktur saya teman-teman
jenengan bisa buka kesempatan ya udahlah saya minta apoteker waktu
itu kita minta 5 ya Alhamdulillah dikasih tapi karena lima limanya
itu tidak mungkin masuk disini semua jadi kita dikasih 3 orang
terus yang 2 orang ke dinas kesehatan jadi waktu itu jadi tahun
2009 kita nambah 3 orang apoteker terus 2010 kita ditambah lagi 3
orang APEN jadi total apoteker sekarang ada 4 orang itu termasuk
saya terus 4 orang ditambah 2 jadi 6 orang itu PNS kemudian kita
sudah BLU nih, tahun 2012 ,kalau dulu kan namanya pegawai harian
lepas sekarang namanya non PNS atau PNP (Pegawai Non PNS) itu kita
ditambah lagi bertahap sih ya mba 4 AA PNP ada 1 orang PNP Apt itu
dari UNSOED ya memang karena kebutuhannya sangat banyak sih ya,
sekarang banyak apoteker di pelayanan, managerial ikut pelayanan
dan kita ikut shif juga sekarang total apoteker ada 5 yang PNS 4
yang PNP 1 ,untuk AAnya PNS ada 4 sebenarnya ada 5 tapi pindah 1
yang PNP juga ada 4 jadi 8 sisanya 3 orang itu administrasi. Jadi
di instalasi farmasi ada 16 orang. 5 apoteker, 8 asisten dan 3
administrasi.
2.Peserta:Berarti menurut ibu apakah apoteker di sini sudah
memadai?
Apoteker :kalau kita lihat kualifikasinya kita lebih, karena
kalau rumah sakit tipe C apotekernya 3 orang sudah cukup atau 2
orang juga sudah cukup. Tapi karena kita mencari AA nya juga
kesusahan ya terpaksa apoteker kita plotkan untuk tugas AA juga nah
dari 4 orang PNS ini. 1 orang saya tempatkan pada pelayanan farmasi
yang 3 saya jadikan coordinator. Ada coordinator klinik ,ada yang
pengawasan mutu, ada yang perbekalan logistic atau gudang
farmasi.
3.Peserta:Apakah apoteker di sini boleh merangkap di apotek
luar?
Apoteker :Kalau dulu sih bisa sebelum 2009 kalau sekarang kan
ada peraturan itu nomornya berapa saya lupa nggak begitu hafal tapi
keluar tahun 2009 kalau kita sudah mengelola instalasi farmasi atau
bertanggungjawab di rumah sakit sebagai kepala instalasi rumah
sakit kita tidak bisa merangkap diluar kecuali kita sebagai APEN
seperti 3 teman saya yang jadi coordinator ini kan SIPA nya (surat
ijin apotekernya) jadinya bisa merangkap tapi tidak jadi APA ya
tapi dia sebagai APING
4.Peserta:Apakah apoteker di IFRS RSUD Ajibarang ikut dilibatkan
dalam KFT?
Apoteker :Oh ya jelas, kita komite farmasi ada mulai dari 2009,
otomatis jadi sekretaris ya. Yang namanya apoteker kan jadi
sekretaris, di ketuai oleh dokter sekarang juga ada 2, saya sendiri
dan teman saya. Ya salah satunya kita kan punya peran yang penting
kan ya, ya namanya KFT salah satunya nyusun formularium, kalu kita
ga masuk yo apa gunanya kita disini.
5.Peserta:Apakah formulariumnya setiap tahun ganti?
Apoteker :Ya eeee idealnya itu bukan ganti ya tapi kalau perlu
revisi itu perlu evaluasi setiap tahun. Kita memang untuk
formularium masih kita prosesi ya mba, kita kan rumah sakit baru.
Jadi awal kita operasional itu memang sudah ada formularium rumah
sakit, kemudian kan kita lagi nyontek nih, kita lagi nyontek dari
banyucmas, acuannya ga jauh beda dengan rumah sakit banyumas, terus
sering berjalannya waktu kita ada instalasi farmasi untuk pelayanan
umum kita ada juga obat-obat paten yang kita sediakan disini yang
dijual. Kita kan ada dua pasien nih, yang dijamin sama pasien umum,
waktu itu ada askes ada bpjs itu kita ada sediaannya sendiri itu
generic, untuk yang umum itu kita sediakan sediaan paten. Obat-obat
paten ini kita buat seperti formularium, kita susun formularium
dengan mekanisme sesuai standarisasi sekarang ada BPJS, BPJS
sekarang sebisa mungkin kita mengacu pada fornas. Kita punya
formularium. Formularium banyak sekali obat generik, semua generik
jadi kita ikut itu kita walaupun dalam pengadaan kita pake ekatalog
jadi dulu ada SK Menkes yang terkait dengan daftar obat generik dan
sekarang ada ekatalog yang produk obatnya dari mana, harganya
berapa belum tentu yang difornas itu banyak sekali obat-obat yang
kita butuhkan disini ternyata diformularium nasional itu tidak ada
jadi, juga perlu ada tambahan. Jadi, Kita juga menyusun yang daftar
obat tambahan selain kita juga mengacu pada fornas.
6.Peserta:Bagaimana sistem kerja Apoteker di RSUD Ajibarang?
Apoteker :iya sekarang ini kita belum ideal kalau dilihat dari
ideal jauh dari ideal kita diinstalasi baru punya dua ruangan.
Ruangan yang dibawah itu yang kemaren kalian pada kesana itu
pelayanan intsalasi farmasi dan yang diatas gudang farmasi kita
ngak ada rawat jalan wacana kedepan saya minta kita ada pembagian
ada ruang rawat inap dan rawat jalan sendiri, nanti jadi kita lagi
lebih focus ke pelayanan karena memang terasa sekarang kita masih
jadi satu jadi kita juga poli, ya masih rawat inap, di IGD kita
masih jadi satu, walaupun kita mencoba memodifikasi kondisi yang
ada jadi gudang memang sudah disini walaupun ga bagus ya kalau
teori kan harusnya selantai ya maksudnya kan biar transportasi juga
lebih mudah, orang nyatanya ngirim-ngirim infuse juga ga bisa naik,
itu kita memang belum ideal. Terus kalau yang dibawah juga masih
jadi satu jadi kesannya itu semrawut, jadi antara poli dan rawat
inap eeee nunggunya bareng, jadi nanti kalau dari poli selesai ke
farmasi, jadi nanti kalau dari rawat inap visite ke farmasi ya wis
ublek jadi satu.
7.Peserta:Apoteknya kan satu ya bu, apakah loketnya berbeda
antara rawat inap, rawat jalan, dan IGD?
Apoteker :Iya, masih jadi satu, kendalanya di situ karena kita
sarananya terbatas ya. Saya si pengennya nanti saya tunjuk
masing-masing, instalasi rawat inap, instalasi rawat jalan nanti
saya tunjuk apotekernya mengelola dan mengendalikan disitu itu
lebih enak, nek sekarang masih jadi satu jadi untuk masing-masing
tupoksinya ya saya sebagai kepala instalasi, ehmm 3 temen saya
sebagai coordinator. Jadi koordinatornya masih coordinator yang
seperti pengendalian mutu, farmasi klinik jadi ya masih jadi satu.
Besok-besok kalau udah rawat inap satelit gitu yaa tanggung jawab
masing-masing.
8.Peserta:Terus Apotekernya kena shift ga bu?
Apoteker :Kalau dulu iya tapi kalau sekarang ga bisa kaya gitu,
untuk yang coordinator kita msukkan ke pagi terus tapi untuk yang 1
pnp ini yang di shift karena memang tupoksinya sebagai AA ya, ya
saya ga bermaksud merendahkan profesi kita tapi kondisi nyatanya
saya membutuhkan temen yang bisa kerja shift jadi ya terpaksa untuk
1 orang apoteker yang pnp ini saya shift 24 jam ya maksudnya ada
paginya ada siangnya ada malemnya gitu jadi ya shift-shift, kalau
untuk apoteker yang PNSnya sudah saya plotkan.
9.Peserta:Ada kriteria khusus tidak untuk rekrutmen
Apoteker?
Apoteker :Kalau kriteria rekruitmen kita masih general, belum
khusus. Kalau rumah sakit masih mengikuti sistem dari BKD jadi
mekanismenya masih sama kalau khusus nanti kita yang nentuin. Kita
kan ada 2 jalur, yang PNS mengikuti yang BKD sudah ada kriterianya
sendiri kita tinggal memasukan kualifikasinya kaya semisal kita
butuh D3 farmasi nih atau saya butuh apoteker yang klinis atau kita
butuh AA, nah kita yang ngarani.Cuma yang persyaratan dari BKD
kalau untuk jalur yang kedua yang PNP hampir sama. Tapi
mekanismenya kita yang ngetes, ngetesnya disini dan persyaratanya
hampir sama kaya PNS. Dan untuk tesnya juga dibuat hampir sama kaya
PNS seperti tes tertulis, tes wawancara kita ada mekanismenya
seperti itu.
10.Peserta:Kalau untuk pertimbangan apoteker non PNS itu sendiri
bagaimana?
Apoteker :Pertimbangannya kalau kita lebih ke ketrampilan dari
yang sudah kita rekruit, itu karena kemaren kita butuhnya tenaga
teknis dan pelayanan jadi kita tidak terlalu memikirkan ilmu
profesinya.Jadi kita lebih ke ketrampilan dia untuk melayani resep
yang datang ke kita. Tapi nantinya kita fokus ke farmasi
klinis,karena ada visite, konseling, monitoring efek samping, Lah
nanti rekutmenya saya bikin kualifikasinya, kalau sekarang masih
fokus ke pelayananya dulu kalau nanti sudah visite ya baru apoteker
atau farmasi klinis
11.Peserta:Disini sudah diterapin belum, mengenai peran farmasi
klinik di visite?
Apoteker :Untuk saat ini belum berjalan sepenuhnya, kita masih
mencoba. Mengacu pada PP No 58 itu kan klinis ya, selain dari
rutinitas yang sudah kita laksanakan seperti kegiatan pengelolaan
sediaan farmasi, perencanaan sampai distribusi, evaluasi dan
berhubungan dengan farmasi klinis dan kedepan harus sudah
dilaksanakan visite ke ruangan, walaupun masih grogi dan nggak PD
juga, tapi kita alhamdulilah berada di lingkungan manajemen yang
sangat mensuport, malah kita disuruh cepet-cepet supaya visite.
Tapi karena saya sendiri kan mengakui kalau saya lulusan jadul,
jadi saya sendiri masih kurang bekal ilmu. Kalau sekarang kan sudah
ada penjurusan, jadi pasti lebih enak dibandingkan dulu waktu saya
semua mata kuliah masih dicampur. Alhamdulilah kita sangat disuport
sehingga kita sekarang bisa visite. Kita kan ada 4 ruangan,
alhamdulilah sudah kena visite semua dan untuk petugas sudah
dilakukan pembagian untuk jadwal melakukan visite. Awalnya saya dan
teman-teman grogi, tapi tidak apa-apa yang penting kita sudah
berusaha melakukan visite seperti kita menyapa pasien, menanyakan
bagaimana kondisi saat ini,memastikan obatnya sudah diminum atau
belum, ada keluhan atau tidak. Tapi baru visite, untuk konseling
kita belum melakukan karena belum ada ruanganya, dan kita baru PIO
seperti ini loh obatnya , cara pakainya, efek samping dan cara
mengatasinya.Tapi kedepanya saya memang ingin melakukan konseling.
Sedangkan untuk home care kita juga belum melakukan soalnya untuk
visite ajah kita baru jalan 2 bulan.
12.Peserta:Untuk visitenya apakah hanya apoteker yang jalan ke
bangsal atau didampingi oleh tim tenaga kesehatan yang lain?
Apoteker :Visite ada 2, visite rutin dan visite individu tapi
untuk kita lebih sering visite individu. Untuk visite tim itu kan
butuh kesepakatan dan komitmen dengan dokter, ahli gizi, laboran
dan petugas tenaga kesehatan yang lain. Nah itu kan cukup susah
jadi kita lebih sering visite individu, tapi kalau semisal waktu
visite ketemu dengan dokter atau tenaga kesehatan yang lain kita
bisa sekalian gabung untuk diskusi seperti diskusi tentang terapi
yang digunakan pasien.Tapi untuk yang sengaja visite bareng untuk
ke pasien masih belum dilakukan.
13Peserta:Visitenya setiap hari rutin atau dijadwal?
Apoteker :Untuk visite itu kan ada SOP nya,kita membatasi ya
soalnya kalau semuanya kita tidak sanggup, jadi kita buat kriteria
mana yang perlu kita visite seperti peasien-pasien yang mendapat
polifarmasi, pasien geriatri, pasien pediatric dan intensive care.
Kaya pasien polifarmasi kan dapat banyak obat jadi ya harus
divisite, kalau pasien yang tidak terlalu membutuhkan perhatian
khusu ya kita lewatin, karena kita tidak sangguop kalau semunya.
Dari pengalaman visite ini kita masih banyak tulis menulisnya, kan
acuanya pada pedoman permenkes, disitu banyak point-point yang
diisi. Lagi nulis apa, tau-tau sudah siang padahal itu baru dapet 1
atau 2 pasien, kalau semuanya sehari tidak akan selesei.
14Peserta:Ada targetnya tidak, kalau apoteker harus visite
berapa pasien?
Apoteker :Target orang sih belum mba, kita masih target waktu
ya, karena kita kan melayani resep juga. Kita kalau ke ruangan
maksimal jam 12 resep sudah banyak sehingga harus sudah kembali ke
IFRS soalnya jam 12 resep sudah numpuk.
15Peserta:Visite umum dilakukan setiap pagi?
Apoteker :Kan kalau pagi, farmasi nyiapin perbekalan yang mau
dipakai untuk pelayanan jadi belum sibuk-sibuk banget jadi kalau
sudah selesai baru melakukan visite sekitar jam 08.00 - 08.30 wib
soalnya kalau jam 8 lagi operan shift. Nanti kalu kesana jadinya
ganggu. Kalau di ruangan masih ada kegiatan yang butuh konsetrasi
tinggi ya kita tidak masuk dulu. Nanti kalau sudah bisa masuk ya
kita masuk, malah kalau ketemu dokter bisa sekalian visite bersama
tetapi tidak pernah yang sengaja janjian, jadi kita masih visite
yang mandiri.
16.Peserta:Masalah resep bu, semisal obat-obat yang diresep
tidak ada apakah boleh beli diluar atau tidak?
Apoteker :Sebisa mungkin obat yang diresepkan dokter ada semua,
tapi kan tidak mungkin juga dari sekian ribu item obat kita sediain
semua, itu yang menjadi kendala di IFRS, jadi kita mencoba
membatasi dngan adanya formularium, itu salah satu pembatasan agar
kita tidak mambrah-mambrah kemna-mana. Kita batasi dengan
formularium, batasi dengan DOT ya salah satunya untuk mengendalikan
obat-obat yang kita kelola. Jadi kalau sudah ada formularium,
berarti sudah ada kesepakatan kita pakainya obat apa jadi jika yang
diresepkan tidak ada ya monggo kita sudah ada kesepakatan seperti
ini. Memang agak susah ketika sudah ada kesepakatan seperti ini,
dan ini yang harus kita kelola ternyata kita tidak bisa
menyediakan, lah itu salah satu kekurang kita juga. Sebisa mungkin
kita coba lengkapi, jika ada yang kosong dan item obat yang
diresepkan dokter tidak ada ya kita sampaikan ke dokter kalau lagi
kosong. Kendalanya ya itu, tapi kita bisa merekomendasikan untuk
diganti obat lain atau bagaimana. Dan kita konfirmasi ke
dokter.
17.Peserta:Apabila item obatnya tidak ada tapi dokternya tidak
mau ngganti, itu bagaimana?
Apoteker :Di era BPJS itu agak susah ya mba kita ngga hanya
diawasi dari user, pelanggan, dan juga manajemen tapi juga LSM
mengawasi kita. Jadi ya sebisa mungkin kita ngga jauh-jauh dari
formularium nasional, kita ngga jauh-jauh dari formularium RS
kalaupun terpaksanya ada itupun sebisa mungkin untuk pasien-pasien
umum, kalau untuk pasien BPJS kalau ngga ada ya udah ngga dikasih.
Lah pie meneh, kalau ada temuan pasien kita suruh beli kan itu
engga boleh sama BPJS. Ya sebisa mungkin yang masuk FORNAS, ya
kalau pasien umum masih ada kesempatan mereka untuk beli diluar, ya
diminimalisir lah jangan sampai kita jangan terlalu banyak pintu
kan dipermenkes juga kita sudah diatur untuk 1 pintu kan buat
pengendalian juga kita ngawasinnya gimana kan susah, monitoring
susah, tanggung jawab susah.
18.Peserta:Apakah di RSUD Ajibarang melakukan kerjasama dengan
apotek di luar?
Apoteker :Wacana ada, kan tidak selalu kondisi normal kan ada
kondisi-kondisi yang tidak normal juga. Saiki semisalEh, itu masuk
di FORNAS eh itu masuk di E-katalog tapi ternyata dipasaran kosong.
Kita kadang-kadang nyempil juga di apotek atau kita beli juga di RS
tapi untuk MOUnya kita belum ada Cuma baru kita susun. Semisal ada
kekosongan obat seperti ini nanti kita solusinya bagaimana, ya
sebisa mungkin wong sing jenenge pasien kan ngga bisa nunda apalagi
untuk obat-obat emergensi kan kita harus sediakan terus tapi ketika
saat kondisi kritis ketika itu tidak ada ya salah satu nya dengan
kita membeli ke apotek atau kita beli ke RS lain. MOUnya belum ada
tapi kerjasamanya sudah ada.
19.Peserta:Dalam hal apa saja RSUD ajibarang melakukan kerjasama
dengan RS lain walaupun belum ada MOUnya?
Apoteker :Kalau dari pertanyaan yang saya tangkep intinya
kerjasama itu sudah ada walaupun tidak tertulis namanya kan kita
senasib jadi nek kono butuh ya kita bantu nek iso bantu yo tak
bantu, kalau saya butuh ya saya butuh bantuan. Pernah terjadi
semisalnya saya butuh metronidazol infus dipasaran kosong sementara
ada pasien cito nih yang butuh saat itu juga harus dikasih yo wis
lah aku tak beli lagi ke Mitra Alifah , dokter Alifah saya butuh
ini,ini,ini kan butuh disiapin. Semua itu kan tetap harus
disiapkan. MOUnya yang kita siapkan SOPnya sudah kita kordinasikan
dengan terutama yang bayarin ya. Sudah kita konsultasikan juga ada
kesepakatan antara Mitra Alifah dengan RSUD Ajibarang ada kerjasama
kalo kita butuh apa kita ambil kesana. Tapi untuk mekanisme itu
sudah jalan. Intinya ya mba. Hanya tertulisnya yang belum tapi
aturan-aturan SOPnya dikita sudah dibuat tapi ya lagi proses untuk
disahkan.
20.Peserta:Bagaimana RS melakukan pemantauan obat yag diresepkan
dokter?
Apoteker :Eeh,,, kalu dulu dijamannya ASKES kita sangat
terbantu. Ketika ada resep ASKES masih kita masukkan, tapi ketika
gak masuk ke askes ya ngga kita askes. Kalo sekarang kita memang
butuh banyak perubahan ASKES sosialisasi ya mbak, nggak hanya
dengan dokter kita otomatis kasih tau obatnya. Ya mungkin secara
lisan kita ngga semua bisa jelasin karena yang namanya formularium
kan tebel. Dan nggak semuanya hafal. Jadinya Cuma ada kasus aja.
Kalo ngga masuk ke formularium ketemu ya atau langsung konfirmasi
ke dokternya. Itu salah satu cara pemantauan kita terus ada tiap
bulan itu kita ada survey standar pelayanan minimal (SPM). Itu
selain waktu pelayanan juga ada menyesuaikan obat sesuai dengan
formularium. Apakah nulis resepnya uda sesuai dengan formularium
kita apa ngga. Itu ada sistemnya. Ya walaupun memang lebih efektif
ketika dokternya nulis resep ketemu dengan kita, kalo obatnya ngga
masuk ya langsung kita konfirmasi tapi lama-lamanya ya jadi
hafal.
21.Peserta:Bagaimana perbedaan pelayanan antara pasien BPJS
dengan pasien umum?
Apoteker :ee.... ya kalo perbedaan ya ada ya mba. Tapi kan di
era BPJS ini untuk pasien umum kan uda mulai ngga ada ya. Sesuai
peraturan kan mulai tahun 2019 semua pasien dijamin. Jadi ya sebisa
mungkin sekarang RS mengambil kebijakan untuk menyamakan semua.
Terutama untuk farmasi semua obat untuk BPJS maupun untuk pasien
umum itu item obatnya sama. Jaddi ngga kita bedakan jadi semua obat
yang sama dapat jenis obat sama, kualitas yang sama. Jadi nggak ada
perbedaan. Karana kan mulai 2014 ini kit a sudah mengacu ke FORNAS
kita sudah mengacu E-katalog. Eh, ternyata di E-katalog gak ada ya
kita cari yang brandednya lebih murah. Jadi kita ngga bedakan
pasien jadi semuanya sama.
22.Peserta:Sejauhmana apoteker merekomendasikan terapi
pengobatan pasien?
Apoteker :Rekomendasi? Rekomendasi yah heheheEhm, yaitu ya
seiring dengan kegiatan klinik ya mbarekomendasikan terapi ya mba.
Memang tugas kita untuk merekomendasikan tapi ya... saya akui untuk
peran-peran seperti itu kami belum maksimal. Sudah kita coba untuk
visit eh,,, untuk visit dengan dokter kita juga belum maksimal
karena nggak gampang kan mba. Tapi untuk ke depan kita berusaha
sebisa mungkin memberikan rekomendasi tapi yo masih dlam tahap
belajar. Kami sudah jadi kebudayaan/ adat lama dokter itu meriksa
yo ngasih obat juga ya. Kalo untuk rekomendasi dokter semisal kita
mau kasih antibiotik eh untuk pasien A ternyata dia alergi atau
sensitif/ dengan antibiotik ya kita kassih rekomendasi kalo ada
dasarnya tapi kalo ngga ada dasar serta-merta dokter juga ngga
seneng gitu. Ya kita masih belajar mba kita coba untuk seperti itu.
Tapi sejauh ini kita belum banyak intervensi. Ya nanti kalian ini
yang meneruskan yang menerapkan.
23.Peserta:Apa harapan ibu terhadap calon apoteker seperti kami
ini?
Apoteker :Harapan pasti lebih disipakan untuk ilmu farmasi. Saya
di RS juga nyesel ya kenapa dulu waktu kuliah ngga memperdalam
masalah ini. Ternyata dulu waktu jaman saya kan masih kurikulum
lama jadi semua materi masih saya dapat masih dipermukaan gitu.
Kalo sekarang sudah ada penjurusan kan enak, sekarang kan
tuntutannya ke klinik . untuk yang diklinik maksudnya untuk yang di
RS atau di apotek di puskesmas ya tuntutannya apotekernya ya tau
klinik.Jadi gitu ilmunya diperdalam jadi kita punya bagian passion
gitu loh. Saya ini apoteker, saya ini yang menguasai obat, saya
menguasai dosis saya menguasai efek sampinggitu itu yang dibutuhkan
bagaimana kita merekomendasikan terapi. Jadi ketika sudah punya
bekal yang cukup diklinik saya mau memberikanrekomendasi lebih
mantep gituloh.Kalo kaya saya ya, saya cinta profesi saya harus
belajar lagi sedangkan sekrang kan kalo buat baca itu
efektivitasnya kurang dibandingkan saya menengarkan narasumber yg
sudah ahli ya kan lebih nyantol gitu loh. Kalo cukup baca saja kan
ngga cukup menjawab pertanyaan kita kan ya. Gitu ya jadi bekali
ilmu kliniknya karan kita yang berkuasa di dunia obat. Mulai dari
perencanaannya, menyimpan, distribusi sampai kita ke pasien. Terapi
yang diberikan dokter uda pas atau belum kita bisa merekomendasikan
.Terutama kalo di RS saya merasa sendiri di DINAS KESEHATAN, dinkes
lebih diregulasi aturannya gitu ya, eh terus saya masuk ke dunia
faramasi klinik ke RS yang seperti ini saya merasa kewalahan, ilmu
saya masih jauh dari yang diharapkan RS karena RS sudah menuntut
uuntuk farmasi klinik tapi saya sendiri belum siap klinisnya. Nah
itu kan penyesalan saya disitu yang tidak boleh kalian alami. Kalau
memang kalian pengen klinik ya bekali diri kalian dari mekanisme
kerja obat sampai kotraindikasinya, dan dosis serta efek
sampingnya.
24Peserta:Pengalaman ibu bekerja sebagai apoteker di RS?
Apoteker :Dari awal RS berdiri kita masih muda ya.. ya kita
menikmati asemnya mengalami yang kita ngga dihargai dan tidak ada
peran disitu. Kan memang di awal kan kita hanya melayanai resep
saja. Ditempat lain seperti perawat dokter uda punya tarif semua.
Walaupun diluar gaji kita juga dapat tapi untuk jasa profesional
kita belum. Jadi seperti itu, profesi kita belum diakui. Seiring
perkembangan RS ada perubahan-perubahan salah satunya perubahan
tarif khusus apoteker kita perjuangkan di tim tarif dan
alhamdulillah disetujui. Sekarang kita sudah ada tarifnya ada
rewardnya meskipun gak seberapa tapi kan cukup dan sudah saya
syukuri.
25.Peserta:Kendala-kendala yang dihadapi apoteker untuk
menjalankan pelayanan kefarmasian disini?
Apoteker :Kendalanya salah satunya ya Sumber Daya Manusia
kualitasnya masalah jumlahnya ya memang masih kurang karna apoteker
sendiri masih sebatas melayani resep gak total ke pelayanan klinik.
Selain itu juga masih banyak tenaga teknis yang belum mengarah ke
klinik.
26.Peserta:Kalo pengalaman ketemu langsung pasien bagaimana saat
visite maupun rawat jalan?
Apoteker :Kalau lebih sekarang kita lebih ke rawat jalan ya
memang kita butuh kepedean semisal seperti nulis etiket diliatin
terus sama pasien sama pasien. Perlu keberanian gitu ya.Dulu ya
belum biasa sering diliatain ya kadang-kadang salah nulisnya hehe.
Gak papa seiring ini kita belajar melayani mulai dari skrining
resep kan ada tulisan yang gak jelas. Memang butuh kepedean dan
ketrampilan berkomunikasi.
ANALISIS HASIL WAWANCA
Jumlah Apoteker di RSUD Ajibarang sudah MemadaiBerdasarkan
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 58 Tahun 2014
Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian Di Rumah Sakit Pada Bab IV
mengenai Sumber Daya Kefarmasian, pada no 3 disebutkan bahwa : a.
Beban Kerja Dalam perhitungan beban kerja perlu diperhatikan
faktor-faktor yang berpengaruh pada kegiatan yang dilakukan, yaitu:
1) kapasitas tempat tidur dan Bed Occupancy Rate (BOR); 2) jumlah
dan jenis kegiatan farmasi yang dilakukan (manajemen, klinik dan
produksi); 3) jumlah Resep atau formulir permintaan Obat (floor
stock) perhari; dan 4) volume Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan
Bahan Medis Habis Pakai. b. Penghitungan Beban Kerja Penghitungan
kebutuhan Apoteker berdasarkan beban kerja pada Pelayanan
Kefarmasian di rawat inap yang meliputi pelayanan farmasi
manajerial dan pelayanan farmasi klinik dengan aktivitas pengkajian
resep, penelusuran riwayat penggunaan Obat, rekonsiliasi Obat,
pemantauan terapi Obat, pemberian informasi Obat, konseling,
edukasi dan visite, idealnya dibutuhkan tenaga Apoteker dengan
rasio 1 Apoteker untuk 30 pasien. Dari hasil wawancara di RSUD
Ajibarang terdapat 5 apoteker. Yang 4 PNS dan yang 1 PNP (Pegawai
Non PNS). Asisten Apoteker (AA) ada 8 AA, yang PNS 4 dan yang PNP
4. Dan dibagian administrasi ada 3 orang. Sehingga di Instalasi
Farmasi ada 16 pegawai. RSUD Ajibarang merupakan Rumah Sakit Tipe
C, dimana jumlah bed nya minimal 100 tempat tidur. Sehingga jumlah
Apoteker diRSUD Ajibarang sudah memadai bahkan melebihi kebutuhan
Apoteker berdasarkan beban kerja pada pelayanan kefarmasian.
Apoteker boleh Merangkap Kerja di Luar atau tidakBerdasarkan
Permenkes RI No 889/Menkes/Per/V/2011 tentang Registrasi, Ijin
Praktik dan Izin Kerja Tenaga Kefarmasian Pasal 18:Ayat 1: SIPA
bagi penanggungjawab difasilitas pelayanan kefarmasian atau SIKA
hanya diberikan untuk satu tempat pelayanan kefarmasian.Ayat 2:
Apoteker penanggungjawab di fasilitas pelayanan kefarmasian berupa
puskesmas dapat menjadi apoteker pendamping diluar jam kerjaAyat 3:
SIPA atau apoteker pendamping dapat diberikan paling banyak tiga
tempat fasilitas pelayanan kefarmasianAyat 4: SIKATTKA dapat
diberikan paling banyak tiga tempat fasilitas
kefarmasianBerdasarkan wawancara mulai tahun 2009 apoteker sudah
mengelola instalasi farmasi atau bertanggungjawab di rumah sakit
sebagai kepala instalasi rumah sakit sehingga Apoteker tidak bisa
merangkap diluar kecuali apabila Apoteker sebagai Apoteker
Pendamping maka dapat merangkap diluar jam kerja Rumah sakit.
Keterlibatan Apoteker dalam Tim Farmasi dan Terapi
(TFT)Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 58 Tahun 2014 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian Di Rumah
Sakit Pada Bab V mengenai Pengorganisasian, mengenai Tim Farmasi
dan Terap (TFT) disebutkan bahwa: Dalam pengorganisasian Rumah
Sakit dibentuk Tim Farmasi dan Terapi (TFT) yang merupakan unit
kerja dalam memberikan rekomendasi kepada pimpinan Rumah Sakit
mengenai kebijakan penggunaan Obat di Rumah Sakit yang anggotanya
terdiri dari dokter yang mewakili semua spesialisasi yang ada di
Rumah Sakit, Apoteker Instalasi Farmasi, serta tenaga kesehatan
lainnya apabila diperlukan. TFT harus dapat membina hubungan kerja
dengan komite lain di dalam Rumah Sakit yang berhubungan/berkaitan
dengan penggunaan Obat.Ketua TFT dapat diketuai oleh seorang dokter
atau seorang Apoteker, apabila diketuai oleh dokter maka
sekretarisnya adalah Apoteker, namun apabila diketuai oleh
Apoteker, maka sekretarisnya adalah dokter.TFT mempunyai tugas: 1.
mengembangkan kebijakan tentang penggunaan Obat di Rumah Sakit; 2.
melakukan seleksi dan evaluasi Obat yang akan masuk dalam
formularium Rumah Sakit; 3. mengembangkan standar terapi; 4.
mengidentifikasi permasalahan dalam penggunaan Obat;5. melakukan
intervensi dalam meningkatkan penggunaan Obat yang rasional; 6.
mengkoordinir penatalaksanaan Reaksi Obat yang Tidak Dikehendaki;
7. mengkoordinir penatalaksanaan medication error; 8.
menyebarluaskan informasi terkait kebijakan penggunaan Obat di
Rumah Sakit.Berdasarkan hasil wawancara mulai dari 2009 Apoteker di
RSUD Ajibarang ikut berperan dalam TFT berjumlah 2 orang, yang
memiliki jabatan sebagai sekretaris yang di ketuai oleh dokter.
Salah satu tugas penting dari TFT di RSUD ini adalah menyusun
formularium. Sehingga dapat diartikan bahwa Apoteker di RSUD
Ajibarang telah ikut berperan aktif dalam TFT (Tim Farmasi dan
Terapi). Rekrutmen Apoteker di rumah sakitBerdasarkan Permenkes RI
No 889/Menkes/Per/V/2011 tentang Registrasi, Ijin Praktik dan Izin
Kerja Tenaga Kefarmasian bab 2 pasal 2 :1. Setiap tenaga
kefarmasian yang menjalankan pekerjaan kefarmasian wajib memiliki
surat tanda registrasi.2. Surat tanda registrasi sebagaimana
dimaksud pada ayat 1 berupa :a. STRA bagi Apotekerb. STRTTK bagi
tenaga kefarmasianBab 3 mengenai izin praktek dan izin kerja pasal
17 :1. Setiap tenaga kefarmasian yang akan menjalankan pekerjaan
kefarmasian wajib memiliki surat izin sesuai tempat tenaga
kefarmasian bekerja.2. Surat izin sebagaimana dimaksud pada ayat 1
berupa :a. SIPA bagi Apoteker penanggung jawab difasilitas
pelayanan kefarmasian.b. SIPA bagi Apoteker pendamping difasilitas
pelayanan kefarmasian. c. SIKA bagi apoteker yang melakukan
pekerjaan kefarmasian di fasilitas produksi atau fasilitas
distribusi atau penyaluran d. SIKTTK bagi tenaga teknis kefarmasian
yang melakukan pekerjaan kefarmasian pada fasilitas
kefarmasian.Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 1197/Menkes/Sk/X/2004 Tentang Standar Pelayanan
Farmasi Di Rumah Sakit pada bab IV mengenai Staf dan Pimpinan. Yang
menyebutkan bahwa sumber daya manusia pada pelayanan kefarmasian,
Penyelenggaraan pelayanan kefarmasian dilaksanakan oleh tenaga
farmasi profesional yang berwewenang berdasarkan undang-undang,
memenuhi persyaratan baik dari segi aspek hukum, strata pendidikan,
kualitas maupun kuantitas dengan jaminan kepastian adanya
peningkatan pengetahuan, keterampilan dan sikap keprofesian terus
menerus dalam rangka menjaga mutu profesi dan kepuasan pelanggan.
Kualitas dan rasio kuantitas harus disesuaikan dengan beban kerja
dan keluasan cakupan pelayanan serta perkembangan dan visi rumah
sakit.Berdasarkan hasil wawancara Kalau kriteria rekruitmen kita
masih general, belum khusus. Kalau rumah sakit masih mengikuti
sistem dari BKD. Kita kan ada 2 jalur, yang PNS mengikuti yang BKD
sudah ada kriterianya sendiri kita tinggal memasukan kualifikasinya
jika kita butuh D3 farmasi apoteker yang klinis atau kita butuh AA.
Cuma yang persyaratan dari BKD kalau untuk jalur yang kedua yang
PNP hampir sama. Tapi mekanismenya kita yang menguji. Dan untuk
tesnya juga dibuat hampir sama kaya PNS seperti tes tertulis, tes
wawancara kita ada mekanismenya seperti itu. Dan untuk rekruitmen
non PNS lebih melihat ke ketrampilan mereka untuk melayani resep
yang datang ke instalasi farmasi. Hal ini sesuai dengan Keputusan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1197/Menkes/Sk/X/2004.
Pembaharuan Formularium Rumah SakitBerdasarkan PERMENKES Nomor 58
Tahun 2014 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian Di Rumah Sakit
Bahwa Formularium Rumah Sakit harus tersedia untuk semua penulis
resep, pemberi obat dan penyedia obat di rumah sakit. Evaluasi
terhadap Formularium Rumah Sakit harus secara rutin dan dilakukan
revisi sesuai kebijakan dan kebutuhan Rumah Sakit. Penyusunan dan
revisi Formularium Rumah Sakit dikembangkan berdasarkan
pertimbangan terapetik danj ekonomi dari penggunaan obat agar
dihasilkan Formularium Rumah Sakit yang selalu mutakhir dan dapat
memenuhi kebutuhan pengobatan yang rasional.Berdasarkan hasil
wawancara yaitu idealnya formularium dilakukan evaluasi dan revisi
jika perlu dengan rentang waktu setiap satu tahun. Tetapi untuk
formularium di RSUD Ajibarang masih dalam proses penyusunan dengan
mekanisme sesuai dengan standarisasi yang tercantum pada
undang-undang. Formularium masih study banding dengan RSUD
Banyumas. Untuk obat-obat yang masuk dalam formularium untuk pasien
BPJS mendapatkan obat generik, sedangkan untuk pasien umum lebih ke
sediaan paten. Sehingga untuk pembaharuan formularium di RSUD
Ajibarang sudah sesuai dengan PERMENKES Nomor 58 Tahun 2014 Tentang
Standar Pelayanan Kefarmasian dalam artian untuk revisi formularium
RS tergantung kebijakan masing-masing RS.
Tempat Pelayanan Instalasi Farmasi Rumah SakitBerdasarkan
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1197/MENKES/SK/X/2004 tentang Standar Pelayanan Farmasi Di Rumah
Sakit BAB V tentang Fasilitas dan Peralatan bahwa peralatan
pendistribusian/pelayanan dibagi menjadi :1. Pelayanan rawat jalan
(Apotek)2. Pelayanan rawat inap (satelit farmasi)3. Kebutuhan ruang
perawatan atau unit lain.Berdasarkan wawacara di RSUD Ajibarang
untuk fasilitas dan peralatan pendistribusian/pelayanan belum
ideal, karena antara pelayanan rawat jalan, rawat inap, IGD masih
digabung menjdai satu tempat pelayanan kefarmasian. Tempat di bagi
menjadi dua, yaitu bagian atas untuk gudang, sedangkan di bagian
bawah untuk tempat pelayanan kefarmasian. Sehingga untuk tempat
pelayanan instalasi farmasi Rumah sakit belum sesuai dengan
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1197/MENKES/SK/X/2004 tentang Standar Pelayanan Farmasi Di Rumah
Sakit karena semua pelayanan obat di RSUD Ajibarang masih digabung
menjadi satu. Pembagian beban kerja atau shift di RSUD
AjibarangBerdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 1197/MENKES/SK/X/2004 tentang Standar Pelayanan Farmasi Di
Rumah Sakit BAB IV tentang Staf dan Pimpinan menyebutkan bahwa
waktu pelayanan dibagi menjadi :1. Pelayanan 3 shift (24 jam)2.
Pelayanan 2 shift3. Pelayanan 1 shiftDisesuaikan dengan sistem
pendistribusian perbekalan farmasi di Rumah SakitBerdasarkan hasil
wawancara untuk pembagian shift dulu ada pembagian shift, tapi
untuk sekarang tidak diberlakukan sistem shift untuk Apoteker yang
PNS sudah di plotkan menjadi pelayana 1 shift yaitu shift pagi.
Shift berlaku untuk Apoteker PNP (Apoteker non PNS) dengan
ketentuan dibuat shift 24 jam, bisa shift pagi, shift siang dan
shift malam. Sehingga untuk pembagian beban kerja atau shift di
RSUD Ajibarang sudah sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 1197/MENKES/SK/X/2004 tentang Standar
Pelayanan Farmasi Di Rumah Sakit. Pelayanan Farmasi Klinik (Visite)
di RSUD AjibarangBerdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 58 Tahun 2014 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian
Di Rumah Sakit Pada Bab III mengenai Pelayanan Farmasi Klinik
(Visite) menyebutkan bahwa: Visite merupakan kegiatan kunjungan ke
pasien rawat inap yang dilakukan Apoteker secara mandiri atau
bersama tim tenaga kesehatan untuk mengamati kondisi klinis pasien
secara langsung, dan mengkaji masalah terkait Obat, memantau terapi
Obat dan Reaksi Obat yang Tidak Dikehendaki, meningkatkan terapi
Obat yang rasional, dan menyajikan informasi Obat kepada dokter,
pasien serta profesional kesehatan lainnya.Visite juga dapat
dilakukan pada pasien yang sudah keluar Rumah Sakit baik atas
permintaan pasien maupun sesuai dengan program Rumah Sakit yang
biasa disebut dengan Pelayanan Kefarmasian di rumah (Home Pharmacy
Care). Sebelum melakukan kegiatan visite Apoteker harus
mempersiapkan diri dengan mengumpulkan informasi mengenai kondisi
pasien dan memeriksa terapi Obat dari rekam medik atau sumber lain.
Pedoman teknis mengenai visite akan diatur lebih lanjut oleh
Direktur Jenderal.Berdasarkan hasil wawancara di RSUD Ajibarang,
visite di RSUD Ajibarang baru berjalan 2 bulan. Untuk saat ini
belum berjalan sepenuhnya, beruntung berada di lingkungan manajemen
yang sangat mensuport untuk melaksanakan visite. Ada 4 ruangan,
yang sudah dilaksanakan visite dan untuk petugas sudah dilakukan
pembagian untuk jadwal melakukan visite. Dalam melaksanakan visite
Apoteker membutuhkan kepercayaan diri yang tinggi dan pengetahuan
lebih mengenai obat. Yang diakukan Apoteker selama visite seperti
kita menyapa pasien, menanyakan bagaimana kondisi saat ini,
memastikan obatnya sudah diminum atau belum, ada keluhan atau
tidak. Untuk konseling Apoteker di RS tersebut belum melakukan
karena belum ada ruangan, tapi kedepanya Apoteker tersebut memang
ingin melakukan konseling. Dan untuk PIO nya baru memberikan
informasi mengenai nama obatnya, cara pakainya, efek samping dan
cara mengatasinya. Sedangkan untuk home care Apoteker juga belum
dilaksanakan. Di RSUD Ajibarang Visite ada 2 macam, visite rutin
dan visite individu tapi untuk kita lebih sering visite individu.
Untuk visite tim itu kan butuh kesepakatan dan komitmen dengan
dokter, ahli gizi, laboran dan petugas tenaga kesehatan yang lain.
Visite yang lebih sering dilakukan yaitu visite individu karena
kalau visite tim kita harus membuat jadwal terlebih dahulu. Untuk
visite di RSUD Ajibarang ada SOP nya, visite yang dilakukan seperti
kunjungan pasien-pasien yang mendapat polifarmasi, pasien geriatri,
pasien pediatric dan intensive care. Sehingga berdasarkan hasil
wawancara kegiatan pelayanan kefarmasian berupa visite yang baru
berjalan 2 bulan masih belum maksimal karena kurang rasa percaya
diri dan kurangnya pengetahuan dari Apoteker. Meskipun demikian
lingkungan manajemen sangat mendukung berjalannya visite di RSUD
Ajibarang. Selain itu untuk pelayanan konseling dan home care
kepada pasien belum dilaksanakan karena keterbatasan ruangan untuk
konseling dan keterbatasan SDM yang masih terbatas. Sedangkan untuk
pelayanan PIO sudah berjalan tetapi belum maksimal.
Sistem Resep Perorangan di RSUD AjibarangBerdasarkan Keputusan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1197/MENKES/SK/X/2004
tentang Standar Pelayanan Farmasi Di Rumah Sakit bab VI Mengenai
Kebijakan dan Prosedur mengenai Pendistribusian Perbekalan Farmasi
di luar Jam Kerja. Yang menyebutkan bahwa untuk Sistem resep
perorangan itu Pendistribusian perbekalan farmasi resep
perorangan/pasien rawat jalan dan rawat inap melalui Instalasi
Farmasi. Berdasarkan hasil wawancara sebisa mungkin obat yang
diresepkan dokter sesuai dengan formularium RS. Jadi kalau sudah
ada formularium, berarti sudah ada kesepakatan dalam pemakaian obat
apa yang akan diresepkan oleh dokter. Dengan adanya kesepakatan
seperti ini, ketersediaan yang harus dikelola lebih lengkap, itu
merupakan salah satu kekurang kita juga. Sebisa mungkin kita coba
lengkapi, jika ada yang kosong dan item obat yang diresepkan dokter
tidak ada maka kita sampaikan ke dokter kalau lagi kosong dan kita
memberi rekomendasi untuk pilihan obat lain. Sehingga untuk sistem
peresepan perorangan di RSUD Ajibarang sudah sesuai dengan
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1197/MENKES/SK/X/2004 tentang Standar Pelayanan Farmasi Di Rumah
Sakityang artinya dalam resep perorangan itu untuk pendistribusian
perbekalan farmasi resep perorangan/pasien rawat jalan dan rawat
inap melalui Instalasi Farmasi.
Tanggapan no 17 dan 20Berdasarkan PERMENKES Nomor 58 Tahun 2014
Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian Di Rumah Sakit Bahwa
Formularium Rumah Sakit disusun mengacu kepada Formularium
Nasional. Formularium Rumah Sakit merupakan daftar Obat yang
disepakati staf medis, disusun oleh Tim Farmasi dan Terapi (TFT)
yang ditetapkan oleh Pimpinan Rumah Sakit. Formularium Rumah Sakit
harus tersedia untuk semua penulis Resep, pemberi Obat, dan
penyedia Obat di Rumah Sakit. Evaluasi terhadap Formularium Rumah
Sakit harus secara rutin dan dilakukan revisi sesuai kebijakan dan
kebutuhan Rumah Sakit. Sistem satu pintu adalah satu kebijakan
kefarmasian termasuk pembuatan formularium, pengadaan, dan
pendistribusian Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis
Habis Pakai yang bertujuan untuk mengutamakan kepentingan pasien
melalui Instalasi Farmasi Rumah Sakit.Berdasarkan Keputusan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 129/Menkes/Sk/II/2008 tentang
Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit yang merupakan ketentuan
tentang jenis dan mutu pelayanan dasar yang merupakan urusan wajib
daerah yang berhak diperoleh setiap warga secara minimal. Juga
merupakan spesifikasi teknis tentang tolak ukur pelayanan minimum
yang diberikan oleh Badan Layanan Umum kepada masyarakat. Adapun
standar pelayanan minimal untuk setiap pelayanan, indicator dan
standar dapat dilihat pada Lampiran 1.Berdasarkan hasil wawancara
dapat disimpulkan bahwa, di RSUD Ajibarang obat yang akan
dituliskan oleh dokter di dalam resep masih dalam formularium rumah
sakit atau formularium nasional. RSUD Ajibarang berusaha untuk
memberikan pelayanan yang terbaik tentang obat kepada pasien yang
sesuai dengan formularium yang berlaku. Pasien juga diharapkan
hanya membeli obat di dalam RS kecuali pasien umum masih ada
kesempatan untuk membeli obat di luar RS. Sistem yang diatur di
RSUD Ajibarang yaitu sistem 1 pintu, dimana sistem ini telah sesuai
dengan PERMENKES Nomor 58 Tahun 2014 tentang Sistem satu pintu
adalah satu kebijakan kefarmasian termasuk pembuatan formularium,
pengadaan, dan pendistribusian Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan
Bahan Medis Habis Pakai yang bertujuan untuk mengutamakan
kepentingan pasien melalui Instalasi Farmasi Rumah
Sakit.Berdasarkan hasil wawancara pemantauan obat yang diresepkan
seorang dokter pada RSUD Ajibarang masih mengacu pada formularium
rumah sakit dan tiap bulan selalu dilakukannya survey standar
pelayanan minimal. Dalam hal ini RSUD Ajibarang telah melakukan
evaluasi yang sesuai untuk meihat tingkat pelayanan yang diberikan
kepada pasien. Hal ini penting dilakukan untuk meningkatkan mutu
dari RS tersebut dan juga sebagai bahan untuk evaluasi agar menjadi
tolak ukur menjadi lebih baik. Tanggapan no 18 dan 19Berdasarkan
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1197/Menkes/Sk/X/2004 dalam hal pengadaan, merupakan kegiatan untuk
merealisasikan kebutuhan yang telah direncanakan dan disetujui,
melalui :a. Pembelian :Secara tender (oleh Panitia Pembelian Barang
Farmasi)Secara langsung dari pabrik/distributor/pedagang
besarfarmasi/rekananb. Produksi/pembuatan sediaan farmasi:Produksi
Steril Produksi Non Sterilc. Sumbangan/droping/hibahBerdasarkan
hasil wawancara RSUD Ajibarang dalam hal pengadaan khususnya
tentang obat-obatan, RSUD Ajibarang telah melakukan kerja sama
dengan apotek dan juga RS lainnya. Dalam hal ini suatu RS boleh
saja melakukan kerja sama dengan RS lain selama tidak bertentangan
dengan peraturan yang berlaku. RSUD Ajibarang baru menyusun bentuk
kerja sama yang akan dilakukan atau MOU dalam bentuk tertulis. SOP
untuk kerja sama dengan apotek lain atau RS lain ini telah dibuat
dan disusun oleh RSUD Ajibarang hanya saja belum disahkannya SOP
tersebut.
LAMPIRANSTANDAR PELAYANAN MINIMAL SETIAP JENIS PELAYANAN,
INDIKATOR DAN STANDAR DI RUMAH SAKIT
NoJENIS PELAYANANINDIKATORSTANDAR
1234
1Gawat DaruratKemampuan menangani life saving anak dan
dewasa100%
Jam buka pelayanan gawat darurat24 jam
Pemberi pelayanan kegawatdaruratan yang bersertifikat yang masih
berlaku ATLS/BTLS/ACLS/PPGD100 %
Kesediaan tim penanggulangan bencanaSatu tim
Waktu tanggap pelayanan dokter di gawat darurat 5 menit
terlayani setelah pasien datang
Kepuasan pelanggan 70 %
Tidak adanya pasien yang diharuskan membayar uang muka100 %
Kematian pasien 24 jam dua per seribu (pindah ke pelayanan rawat
inap setelah 8 jam)
Tidak adanya pasien yang diharuskan membayar uang muka100 %
2Rawat JalanDokter pemberi Pelayanan di Poliklinik Spesialis100%
Dokter Spesialis
Ketersediaan pelayanan1. Klinik Anak1. Klinik Penyakit Dalam1.
Klinik Kebidanan1. Klinik Bedah
Jam buka pelayanan08.00 s/d 13.00 Setiap hari kerja kecuali
Jumat : 08.00 - 11.00
Waktu tunggu di rawat jalan 60 menit
Kepuasan pelanggan 90 %
1. Penegakan diagnosis TB melalui pemeriksaan mikroskopis TB1.
Terlaksananya kegiatan pencatatan dan pelaporan TB di Rumah Sakita.
60%
b. 60 %
3Rawat InapPemberi pelayanan di Rawat Inap 1. Dokter spesialis1.
Perawat minimal pendidikan D3
Dokter penanggung jawab pasien rawat inap
100 %
Ketersediaan Pelayanan Rawat Inap1. Anak1. Penyakit Dalam1.
Kebidanan1. Bedah
Jam Visite Dokter Spesialis08.00 s/d 14.00 setiap hari kerja
Kejadian infeksi pasca operasi 1,5 %
Kejadian infeksi nosokomial 1,5 %
Tidak adanya kejadian pasien jatuh yang berakhir kecacatan /
kematian100 %
Kematian pasien > 48 jam 0,24 %
Kejadian pulang Paksa 5 %
Kepuasan pelanggan 90 %
Rawat inap TB :1. Penegakan Dianogsis TB melalui pemeriksaan
mikroskopis TB.1. Terlaksananya kegiatan pencatatan dan pelaporan
TB di rumah sakita.100%
b.100%
Ketersediaan pelayanan rawat inap di rumah sakit yang memberikan
pelayanan jiwaNAPZA,Gangguan psikotik, Gangguan Nerotik, dan
Gangguan Mental Organik
Tidak adanya kejadian kematian pasien gangguan jiwa karena bunuh
diri100%
Kejadian re-admission pasien gangguan jiwa dalam waktu 1
bulan100%
Lama hari perawatan pasien gangguan jiwa 6 minggu
4Bedah Sentral (Bedah saja )Waktu tunggu operasi elektif 2
hari
Kejadian Kematian di meja operasi 1 %
Tidak adanya kejadian operasi salah sisi100 %
Tidak adanya kejadian operasi salah orang100 %
Tidak adanya kejadian salah tindakan pada operasi100 %
Tidak adanya kejadian tertinggalnya benda asing / lain pada
tubuh pasien setelah operasi.100 %
Komplikasi anastesi karena overdosis, reaksi anastesi, dan salah
penempatan endotracheal tube. 6 %
5Persalinan dan Perinatalogi (kecuali rumah sakit khusus diluar
rumah sakit ibu dan Anak)Kejadian kematian ibu karena
persalinan
1. Perdarahan 1 %1. Pre Eklamsia 30%1. Sepsis 0,2 %
Pemberi pelayanan persalinan normal1. Dokter Sp.OG1. Dokter Umum
terlatih (Asuhan Persalinan Normal )1. Bidan
Pemberi pelayanan dengan persalinan penyulitTim PONEK yang
terlatih.
Pemberi pelayanan persalinan dengan tindakan operasi
1. Dokter Sp.OG1. Dokter Sp.A1. Dokter Sp.An
Kemampuan menangani BBLR 1500 gr - 2500 gr100%
Pertolongan Persalinan melalui seksio cesaria 20 %
Keluarga Berencana :1. Persentase KB (Vasektomi & tubektomi)
yang dilakukan oleh tenaga kompeten dr. Sp.OG, dr.Sp.B, dr.Sp.U,
dokter umum terlatih.1. Persentase peserta KB mantap yang
mendapatkan konseling KB mantap oleh bidan terlatih.
a.100%
b.100%
Kepuasan Pelanggan 80 %
6IntensifRata-rata Pasien yang kembali ke perawatan intensif
dengan kasus yang sama < 72 jam 3 %
Pemberi pelayanan Unit intensif 1. Dokter Sp.Anestesi dan dokter
spesialis sesuai dengan kasus yang di tangani1. 100 % perawat
minimal D3 dengan sertifikat Perawat mahir ICU/setara (D4)
7RadiologiWaktu tunggu hasil pelayanan thorax foto.
3 jam
Pelaksana ekspertisiDokter Spesialis Radiologi
Kejadian kegagalan pelayanan RontgenKerusakan foto 2%
Kepuasan pelanggan. 80 %
8Laboratorium Patologi KlinikWaktu tunggu hasil pelayanan
laboratorium. 140 menitKimia darah & darah rutin.
Pelaksana ekspertisiDokter Spesialis Patologi Klinik
Tidak adanya kesalahan pemberian hasil pemeriksaan
laboratorium.100 %
Kepuasan pelanggan. 80 %
9Rehabilitasi MedikKejadian Drop Out pasien terhadap pelayanan
rehabilitasi medik yang direncanakan 50 %
Tidak adanya kejadian kesalahan tindakan rehabilitasi medik100
%
Kepuasan pelanggan. 80 %
10FarmasiWaktu tunggu pelayanan1. Obat jadi1. Obat Racikan1. 30
menit1. 60 menit
Tidak adanya Kejadian kesalahan pemberian obat.100%
Kepuasan pelanggan. 80 %
Penulisan resep sesuai formularium100 %
11GiziKetepatan waktu pemberian makanan kepada pasien 90 %
Sisa makanan yang tidak termakan oleh pasien. 20%
Tidak adanya kejadian kesalahan pemberian diet100 %
12Tranfusi DarahKebutuhan darah bagi setiap pelayanan tranfusi
100 % terpenuhi
Kejadian reaksi tranfusi 0,01 %
13Pelayanan GAKINPelayanan terhadap pasien GAKIN yang datang ke
RS pada setiap unit pelayanan 100 % terpenuhi
14Rekam MedikKelengkapan pengisian rekam medik 24 jam setelah
selesai pelayanan100%
Kelengkapan Informed Concent setelah mendapatkan informasi yang
jelas.100%
Waktu penyediaan dokomen rekam medik pelayanan rawat jalan 10
menit
Waktu penyediaan dokumen rekam medik rawat Inap 15 menit
15Pengelolaan LimbahBuku mutu limbah cair
1. BOD < 30 mg/11. COD < 80 mg/11. TSS < mg/11. PH
6-9
Pengelolaan limbah padat infeksius sesuai dengan aturan.100
%
16Administrasi dan manajemenTindak lanjut penyelesaian hasil
pertemuan direksi100 %
Kelengkapan laporan akuntabilitas kinerja100 %
Ketepatan waktu pengusulan kenaikan pangkat100 %
Ketepatan waktu pengurusan gaji berkala100 %
Karyawan yang mendapat pelatihan minimal 20 jam setahun. 60
%
Cost recovery 40 %
Ketepatan waktu penyusunan laporan keuangan100 %
Kecepatan waktu pemberian informasi tentang tagihan pasien rawat
inap 2 jam
Ketepatan waktu pemberian imbalan (insentif ) sesuai kesepakatan
waktu100 %
17Ambulance/ Kereta JenazahWaktu pelayanan ambulance / kereta
jenazah24 jam
Kecepatan memberikan pelayanan ambulance/kereta jenazah di rumah
sakit 30 menit
Response time pelayanan ambulance oleh masyarakat yang
membutuhkanSesuai ketentuan daerah
18Pemulasaraan JenazahWaktu tanggap (response time) pelayanan
pemulasaraan jenazah 2 jam
19Pelayanan pemeliharaan sarana rumah sakitKecepatan waktu
menanggapi kerusakan alat 80 %
Ketepatan waktu pemeliharaan alat100 %
Peralatan laboratorium dan alat ukur yang di gunakan yang
digunakan dalam pelayanan terkalibrasi tepat waktu sesuai dengan
ketentuan kalibrasi100 %
20Pelayanan LaundryTidak adanya kejadian linen yang hilang 100
%
Ketepatan waktu penyediaan linen untuk ruang rawat inap100 %
21Pencegahan dan Pengendalian Infeksi ( PPI )Adanya anggota tim
PPI yang terlatih 75 %
Tersedia APD disetiap instalasi / departement 60 %
Kegiatan pencatatan dan pelaporan infeksi nosokomial / HAI
(health care associated infections) di rumah sakit (minimum 1
parameter) 75 %