TUGAS BESAR REKAYASA GEMPA Disusun oleh : Z I ADI Nim : 1122401011 Jurusan : Teknik Sipil Program Studi : DIII / KONSENTRASI BANGUNAN TRANSPORTASI KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL POLITEKNIK NEGERI LHOKSEUMAWE 2013 BAB I
TUGAS BESAR REKAYASA GEMPA
Disusun oleh :
Z I ADI
Nim : 1122401011
Jurusan : Teknik Sipil
Program Studi : DIII / KONSENTRASI BANGUNAN
TRANSPORTASI
KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL POLITEKNIK NEGERI LHOKSEUMAWE
2013
BAB IPROSES KEJADIAN GEMPA DARI PUSAT GEMPA SEHINGGA
MEMPENGARUHI STRUKTUR
1.1. Pendahuluan
Gempa bumi adalah berguncangnya bumi yang disebabkan oleh tumbukan
antar lempeng bumi, patahan aktif, aktivitas gunung api atau runtuhan batuan.
Kekuatan gempa bumi akibat aktivitas gunung api dan runtuhan batuan relatif kecil
sehingga pada bab ini akan menjelaskan gempa bumi yang terjadi akibat tumbukan
antar lempeng bumi dan patahan aktif.
Lempeng samudera yang rapat massanya lebih besar ketika bertumbukkan
dengan lempeng benua di zona tumbukan (subduksi) akan menyusup ke bawah.
Gerakan lempeng itu akan mengalami perlambatan akibat gesekan dari selubung
bumi. Perlambatan gerak itu menyebabkan penumpukkan energi di zona subduksi dan
zona patahan. Akibatnya di zona-zona itu terjadi tekanan, tarikan, dan geseran. Pada
saat batas elastisitas lempeng terlampaui, maka terjadilah patahan batuan yang diikuti
oleh lepasnya energi secara tiba-tiba. Proses ini menimbulkan getaran partikel ke
segala arah yang disebut gelombang gempa bumi.
Gambar 1.1. Proses Terjadinya Gempa Bumi
Berikut proses pengaruh rambatan dan permodelan sederhana gempa sampai resiko
yang timbul pada struktur :
Focus Gempa
JarakEpisenter
Lokasi
Jarak Hiposenter
Gambar 1.2. proses rambatan gempa
Sedangkan pada gambar 1.3. ditunjukkan pemodelan sederhana proses perambatan
gelombang gempa bumi.
Gambar 1.3 Pemodelan Sederhana Proses Perambatan
Gelombang Gempa Bumi.
Keterangan :
Hiposentrum : sumber gempa di kedalaman
Episentrum : titik yang terletak tegak lurus di atas hiposentrum pada permukaan
bumi.
Isoseisten : garis-garis konsentris, dimana pengaruh gempa bumi sama kuatnya
Gempa bumi terjadi pada zona-zona seismic tertentu yang aktif, misal di pegunungan
Alpen. Selain itu, ia juga terjadi di palung-palung di kedalaman laut dan sebagainya.
Kajian ilmu yang mempelajari gempa bumi dan gelombangnya disebut
dengan seismologi (dari perkataan Greek “seismos” artinya untuk mengoncang).
Sedangkan besaran yang digunakan untuk mengukur gempa bumi adalah besaran
Skala Richter. Skala ini diperkenalkan oleh Charles F. Richter tahun 1934. Gempa
bumi juga dapat diukur dengan menggunakan ukuran Skala Mercalli dan USGS.
Alat yang digunakan untuk merekam goncangan permukaan tanah yang
mengukur percepatan permukaan tanah dinamakan Accelerograph. Pada umumnya
Accelerograph dipasang pada daerah-daerah perkotaan yang populasinya lebih padat
akan penduduk, dimana fungsi alat tersebut untuk investigasi varisasi terhadap
response guncangan/getaran karena struktur geologi setempat. Dengan adanya
informasi dari Accelerograph terhadap gempa-gempa kecil dan kuat, maka dapat
dicirikan karakteristik semua jenis permukaan tanah yang dapat digunakan untuk
konstruksi bangunan. Daerah rawan gempa bumi dirancang konstruksi bangunannya
sebelum gempa bumi besar terjadi. Rekaman getaran tanah akan sangat bermanfaat
pada pembuatan Building Code untuk keamanan bangunan.Informasinya juga dapat
dijadikan masukan/input terhadap pengambilan keputusan dalam rencana
pengembangan tata ruang dan tata kota.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi gempa bumi terhadap struktur bangunan
adalah:
a. Kekuatan gempa bumi (Mekanisme)
b. Hyposenter
c. Jarak dan medium yang dilalui gelombang gempa bumi
d. Faktor perbesaran getaran tanah oleh lapisan tanah setempat
e. Orientasi bangunan
f. Resonansi antara tanah dan bangunan
g. Durasi gelombang seismik dan
h. Konstruksi dan material bangunan
Seperti faktor koefisien respon gempa menetapkan besarnya gaya gempa horizontal
dan vertikal yang bekerja pada suatu struktur.
seperti pada gambar ( 1.4):
Gambar 1.4. pengaruh gaya gempa horizontal dan gaya vertical pada
struktur
1.2. Pembagian Gempa Bumi
Berdasarkan letak sumber gempa, gempa bumi dibagi menjadi 2, yaitu :
1. Gempa bumi Tektonik
Gempa bumi tektonik disebabkan oleh pelepasan tenaga yang dihasilkan
akibat adanya pergerakan pelat lithosfera (tebal ± 80 km) di atas lapisan magma,
dimana pelat tersebut saling bertabrakan (subduction) dan/atau berpisah
(spreading). Pergerakan pelat tersebut terjadi karena adanya akumulasi energi
potensial, sehingga mengakibatkan pelat tersebut retak dan bergerak dan
selanjutnya energi potensial tersebut berubah menjadi energi kinetik, dimana
pelepasan energi kinetik tersebut terjadi secara tiba-tiba, sehingga akan
mengakibatkan gempa bumi.
2. Gempa Bumi Gunung Berapi/Vulkanik
Gempa bumi gunung berapi berlaku berdekatan dengan gunung berapi tetapi
mempunyai cara keretakan memanjang yang sama dengan gempa bumi tektonik.
Gempa bumi gunung berapi disebabkan oleh pergerakan magma ke atas dalam
gunung berapi, di mana geseran pada batu-batuan menghasilkan gempa bumi.
Semasa magma bergerak ke permukaan gunung berapi, maka magma akan
bergerak terus dan memecahkan batu-batuan. Gempa bumi gunung berapi
biasanya terjadi pada daerah/wilayah yang berdekatan gunung berapi, seperti
Pergunungan Cascade di barat Laut Pasifik, Jepang, Tanah Tinggi Ice Land dan
Titik Merah gunung berapi seperti Hawaii
Untuk menambah pengetahuan maka sedikit banyak akan di bahas tentang akibat
gempa terhadap kejadian lain yang timbul seperti Tsunami, berikut pembahasannya :
1.3. Tsunami
Istilah tsunami berasal dari bahasa Jepang, yaitu Tsu artinya pelabuhan dan
Nami artinya gelombang laut. Pada awalnya tsunami berarti gelombang laut yang
menghantam pelabuhan, namun menjadi bagian bahasa dunia, setelah gempa besar 15
Juni 1896, yang menimbulkan tsunami besar melanda kota pelabuhan Sanriku,
Jepang dan menewaskan 22.000 orang serta merusak pantai timur Honshu sepanjang
280 km.
Tsunami adalah gelombang laut yang disebabkan oleh gempa bumi, tanah
longsor atau letusan gunung berapi yang terjadi di laut. Gelombang tsunami bergerak
dengan kecepatan ratusan kilometer per jam di lautan dalam dan dapat melanda
daratan dengan ketinggian gelombang mencapai 30 m atau lebih.
Magnitudo Tsunami yang terjadi di Indonesia berkisar antara 1,5 - 4,5 skala Imamura,
dengan tinggi gelombang Tsunami maksimum yang mencapai pantai berkisar antara
4 - 24 meter dan jangkauan gelombang ke daratan berkisar antara 50 sampai 200
meter dari garis pantai.
Gempa yang menimbulkan tsunami sebagian besar berupa gempa yang
mempunyai mekanisme fokus dengan komponen dip-slip, yang terbanyak adalah tipe
thrust (Flores, 1992) dan sebagian kecil tipe normal (Sumba, 1977). Gempa dengan
mekanisme fokus strike slip kecil sekali kemungkinan untuk menimbulkan tsunami.
1.3.1. Tsunami akibat gempa bumi
Tidak semua gempabumi mengakibatkan terbentuknya tsunami. Berikut
merupakan faktor-faktor terjadinya tsunami akibat gempabumi, yaitu :
- Gempa besar dengan kekuatan > 6.3 SR
- Lokasi pusat gempa di laut
- Kedalaman dangkal < 40 km
- Terjadi deformasi vertikal di dasar laut
Gambar 1.5. Proses terjadinya tsunami akibat besar kecilnya gempa bumi.
Pada tanggal 26 Desember 2004, gempa bumi dengan kekuatan 9 Skala
Richter di kedalaman 30 km dasar laut sebelah barat daya Aceh dan membangkitkan
gelombang tsunami dengan kecepatan awal sekitar 700 km/jam. Gelombang ini
menjalar ke segala arah dari pusat tsunami samapi menyapu wilayah Aceh dan
Sumatera Utara dengan kecepatan antara 15 - 40 km/jam dengan tinggi gelombang 2 -
48 meter. Korban jiwa mencapai 250.000 orang lebih. Dalam 3 jam setelah
gempabumi, negara-negara di kawasan Samudera Hindia juga terkena tsunami.
Gambar 1.6. Proses terjadinya tsunami akibat patahan di dasar laut
1.3.2. Tsunami akibat letusan gunung api
Tahun 1883, letusan Gunung Krakatau di Indonesia mengakibatkan tsunami
yang dahsyat. Ketika gelombangnya menyapu pantai Lampung dan Banten, kira-kira
5000 kapal hancur dan menenggelamkan banyak pulau kecil. Gelombang setinggi 12
lantai gedung ini (± 40 m), menghancurkan hampir 300 perkampungan dan
menewaskan lebih dari 36000 orang.
1.3.3. Tsunami akibat tanah longsor
Sekitar 81 juta ton es dan batuan jatuh ke Teluk Lituya di Alaska tahun 1958.
Longsoran ini terjadi karena guncangan gempabumi sebelumnya. Gelombang tsunami
yang terbentuk akibat longsoran ini menjalar cepat sepanjang teluk. Tinggi
gelombangnya mencapai 350-500 m saat melanda lereng-lereng gunung dan menyapu
pepohonan dan semak belukar.
Gambar 1.7. Proses terjadinya tsunami akibat tanah longsor di laut
Adapun tanda-tanda akan datangnya tsunami di daerah pinggir pantai adalah :
1. Air laut yang surut secara tiba-tiba.
2. Bau asin yang sangat menyengat.
3. Dari kejauhan tampak gelombang putih dan suara gemuruh yang sangat keras.
1.3.4. Potensi Tsunami di Indonesia
Indonesia merupakan negara yang rawan terhadap tsunami, terutama
kepulauan yang berhadapan langsung dengan pertemuan lempeng, antara lain Barat
Sumatera, Selatan Jawa, Nusa Tenggara, Utara Papua, Sulawesi dan Maluku, serta
Timur Kalimantan.
Gambar 1.8. Sumber Bahaya Gempa di Indonesia
Tsunami di Indonesia pada umumnya adalah tsunami lokal, dimana waktu antara
terjadinya gempabumi dan datangnya gelombang tsunami antara 20 s/d 30 menit.
1.4. Gempa bumi besar pada abad ke-20
Tanggal KawasanKekuatan
(Scala Richter)
Ulasan
13 Sep 2007 Sei-Penuh Jambi 7.7Gempa bumi tektonik, ratusan rumah penduduk rusak ringan sampai berat & 4 orang tewas
12 Sep 2007 Bengkulu 7.9Gempa bumi tektonik, 13 orang tewas & sempat terjadi tsunami kecil
27 Mei 2006 Yogyakarta 6.2Gempa bumi tektonik selama 57 saat yang meragut lebih dari 6500 nyawa.
26 Des 2004 Aceh 8.9Disertai oleh tsunami & merupakan gempa bumi yang paling kuat dalam dekade itu.
26 Des 2003Bam (Iran), barat
daya Iran6.5 Lebih dari 41.000 orang mati
21 Mei 2002 utara Afghanistan 5.8 Lebih dari 1,000 orang mati.
26 Jan 2001 India 7.9
Menyebabkan sekurang-kurangnya 2,500 maut biarpun ada meletakkan angka korban seramai 13,000 orang
21 Sep 1999 Taiwan 7.6 Merenggut ± 2.000 nyawa17 Agust
1999barat Turki 7.4 Merenggut 17000 nyawa
25 Jan 1999 barat Colombia 6.0 Merenggut 1.171 nyawa
30 Mei 1998utara Afghanistan
dan Tajikistan6.9 Merenggut 5.000 nyawa
17 Jan 1995 Kobe, Jepun 7.2 Merenggut 6.000 nyawa30 Sep 1993 Latur, India 6.0 Merenggut 1.000 nyawa21 Jun 1990 barat laut Iran 7.3 Merenggut 50.000 nyawa
17 Des 1988barat laut Armenia
6.9 Merenggut 25.000 nyawa
19 Sep 1985 Mexico Tengah 8.1 Merenggut lebih 9.500 nyawa16 Sep 1978 timur laut Iran 7.7 Merenggut 25.000 nyawa28 Jul 1976 Tangshan, China 7.8 Merenggut 240.000 nyawa4 Feb 1976 Guatemala 7.5 Merenggut 22.778 nyawa
29 Feb 1960
barat daya pesisiran pantai
Atlantik di Maghribi
5.7Merenggut 12,000 nyawa dan memusnahkan keseluruhan bandar Agadir
26 Dis 1939Wilayah
Erzincan, Turki7.9 Merenggut 33.000 nyawa
24 Jan 1939 Chillan, Chile 8.3 Merenggut 28.000 nyawa31 Mei 1935 Quetta, India 7.5 Merenggut 50.000 nyawa1 Sep 1923 Yokohama, Jepun 8.3 Merenggut 140.000 nyawa
1.5. Gambar kerusakan – kerusakan yang timbul akibat gempa dan terjangan
gelombang tsunami
Lok Nga
Lam Paseh
Lam Pulo
BAB II
PENGARUH GEMPA BUMI TERHADAP JALAN RAYA
2.1. Pembahasan
Jalan merupakan unsur penting dalam transportasi darat, dalam pembangunan
sebuah jalan, pembangunan tersebut haruslah dapat menciptakan suasana yang
aman,nyaman dan lancar terutama bagi pemakai jalan tersebut. Menurut
UndangUndang Republik Indonesia nomor 38 tahun 2004, jalan adalah suatu
prasarana hubungan darat dalam bentuk apapun meliputi segala bagian jalan yang
meliputi bangunan pelengkap jalan yang diperuntukkan di lalu lintas. Untuk
mendukung itu, perlu adanya jalan akses yang baik yang menghubungkan antara
daerah yang satu dengan daerah yang lain.
Namun, pada tahun-tahun terakhir. Intensitas gempa yang terjadi, terutama di
indonesia semakin meningkat, dengan peningkatan intensitas gempa tersebut, maka
akan semakin banyak juga kerusakan-kerusakan jalan yang akan terjadi.
Seperti pada gambar (2.1):
Gambar 2.1. aplikasi gempa pada badan jalan
Provinsi Aceh memiliki sangat banyak prasarana jalan di pesisir selatan.
ditambah lagi, Provinsi Aceh termasuk kedalam wilayah gempa yang memiliki zona
gempa yang cukup tinggi. Terutama di pesisir selatannya karena sangat berdekatan
dengan pertemuan 2 lempeng sehingga sangat memungkinkan intensitas gempa yang
cenderung meningkat pada tahun-tahun terakhir
Mengingat akses jalan di pesisir Aceh dan wilayah tengah sangat banyak,
maka akan sangat mungkin terjadi kerusakan-kerusakan jalan akibat gaya-gaya
gempa yang timbul.
seperti pada gambar (2.2):
Gambar 2.2. kerusakan badan jalan pada ruas jalan provinsi Aceh Tengah
Hal ini akan sangat menggangu lalu lintas jalan-jalan tersebut. Selain itu juga,
kerusakan jalan tersebut akan sangat membahayakan bagi pengendara kendaraan.
Bila tanah mengalami beban gempa, parameter tanah yang menjadi dasar
perencanaan pondasi nilainya akan berubah dan menyebabkan rendahnya daya
dukung tanah.
Dengan daya dukung yang rendah, tanah dapat mengalami keruntuhan yang
terjadi pada saat gempa sudah selesai bukannya pada saat gempa berlangsung.
Keruntuhan ini dapat mengakibatkan menurunnya kestabilan pondasi pada jalan.
Selain menurunnya daya dukung tanah akibat pengaruh gempa, gaya-gaya gempa
tersebut juga dapat menyebabkan terjadinya penurunan tanah yang mendadak yang
dapat merusak perkerasan jalan yang sudah ada.
Hal ini harus menjadi perhatian khusus, mengingat selama ini dalam
perencanaan jalan, belum adanya studi analisa tentang pengaruh gaya-gaya gempa
pada kekuatan maupun kestabilan pada timbunan badan jalan.
Mengingat belum adanya analisa tentang pengaruh gaya-gaya gempa pada
kekuatan maupun kestabilan pada timbunan badan jalan, untuk itu harus diadakan
analisa tersebut dengan uji simulasi yang diharapkan akan dapat memberikan
gambaran yang lebih jelas tentang pengaruh-pengaruh gaya-gaya gempa terhadap
kekuatan maupun kestabilan pada timbunan badan jalan sehingga timbunan
badan jalan akan lebih kuat dan stabil baik pada daya dukungnya maupun pada
terhadap penurunan yang akan disebabkan oleh gaya-gaya gempa yang akan timbul.
BAB III
PENGARUH GEMPA PADA DINDING PENAHAN TANAH
3.1 Pengaruh Gempa Pada Dinding Penahan Tanah
Dinding penahan tanah adalah suatu konstruksi yang berfungsi untuk menahan
tanah lepas atau alami dan mencegah keruntuhan tanah yang miring atau lereng yang
kemantapannya tidak dapat dijamin oleh lereng tanah itu sendiri seperti pada gambar
di bawah ini :
Gambar 3.1. dinding penahan tanah dari batu kali dan beton bertulan
Untuk nya saja pada dinding penahan tanah memiliki beban yang komplek
seperti dorongan secara aktif pada struktur dinding sehingga struktur akan cenderung
terguling atau tergeser dan apabila pada saat tersebut di tambah dengan adanya
gempa maka beban yang di pikul dinding akan sangat besar dan dapat merusak di saat
itu juga seperti pada gambar di bawah ini :.
Gambar 3.2 keruntuhan akibat gempa bumi dan pengaruh geser
Penyebab terjadinya keruntuhan tanah dapat ditinjau dari peristiwa san faktor
keamanan. Salah satu peristiwa alam yang menyebabkan terjadinya keruntuhan tanah
adalah gempa bumi. Kerusakan pada dinding penahan tanah maupun kerusakan pada
struktur tanah adalah seperti menurunnya daya dukung tanah di bawah pondasi yang
diakibatkan oleh getaran gempa yang merambat sehingga dinding penahan tanah
mengalami keruntuhan seperti pada gambar di atas. Besarnya frekuensi gempa sangat
berpengaruh terhadap stabilitas dinding penahan tanah, semakin besar frekuensi yang
diberikan maka dinding penahan tanah semakin tidak stabil terhadap geser dan
guling.
Contoh Soal :
Diketahui suatu struktur dinding penahan dan batu kali ( gravity wall ) dengan
pembebanan dan profil lapisan tanah seperti pada gambar di bawah ini sebagai salah
satu solusi untu keadaan sebenarnya di lapangan di bawah ini.
KETENTUAN :
H1 = 3,00 m B1 = 2,50 m Tanah I ( urug ) Tanah II ( asli)
H2 = 4,00 m B2 = 0,50 m c1 = 0 kN/m c2 = 10 kN/mH3 = 1,50 m B3 = 0,50 m Ø1 = 30º Ø2 = 30ºH4 = 3,00 m B4 = 1,50 m γ1 = 20 kN/m3 γ2 = 18 kN/m3q = 10 kN/m2
DIMINTA :
1. Analisis konstruksi tersebut terhadap :
2. Stabilitas Geser
3. Stabilitas Guling, dan
4. Stabilitas daya dukung tanah
5. Gambarkan konstruksi tersebut ( skala 1 : 50 ) beserta sistem drainase pada
dinding.
PENYELESAIAN :
Berat Dinding Penahan Tanah dan Beton di atasnya
Bidang 1
Diambil berat jenis beton = 25 kN/m3
W1 = ½ . a . t . γ
= ½ . 0,50 . 7,00 . 25
= 43,75 kN/m
Bidang 2
Diambil berat jenis beton = 25 kN/m3
W2 = p . l . γ
= 7,00 . 0,50 . 25
= 87,5 kN/m
Bidang 3
Diambil berat jenis beton = 25 kN/m3
W3 = p . l . γ
= 5,00 . 1,50 . 25
= 187,5 kN/m
Bidang 4
W4 = p . l . γ
= 3,00 . 2,50 . 20
= 150 kN/m
Bidang 5
W5 = p . l . ( γ1 – γw )
= 4,00 . 2,50 . ( 20 – 10 )
= 100 kN/m
Beban Akibat Beban Merata
W = q . L
= 10 kN/m2 x 2,50 m
= 25 KN/m
Jarak Beban Terhadap Ujung Dinding Penahan ( di titik O )
x1 = ( ⅔ . 0,50 ) + 1,50 = 1,833 m
x2 = ( ½ . 0,50 ) + 0,50 + 1,50 = 2,25 m
x3 = ( ½ . 5,00 ) = 2,50 m
x4 = ( ½ . 2,50 ) + 0,50 + 0,50 + 1,50 = 3,75 m
x5 = ( ½ . 2,50 ) + 0,50 + 0,50 + 1,50 = 3,75 m
x = ( ½ . 2,50 ) + 0,50 + 0,50 + 1,50 = 3,75 m
Momen Terhadap Ujung Dinding Penahan ( Titik O )
M1 = W1 . x1
= 43,75 . 1,833
= 80,19375 kN
M2 = W2 . x2
= 87,5 . 2,25
= 196,875 kN
M3 = W3 . x3
= 187,5 . 2,50
= 468,75 kN
M4 = W4 . x4
= 150 . 3,75
= 562,5 kN
M5 = W5 . x5
= 100 . 3,75
= 375 kN
M6 = W6 . x6
= 25 . 3,75
= 93,75 kN
Tabel 1.1 Hasil Perhitungan Momen Akibat Gaya Vertikal
Koefisien Tekanan Aktif ( Ka )
ka=1−sin∅1+sin∅ =
1−sin 301+sin 30
=13
Koefisien Tekanan Tanah Pasif ( Kp )
Kp= 1Ka
= 11 /3
=3
Tekanan Tanah Aktif ( Pa )
Pa1 = Ka . q . H
= ⅓ . 10 8,50
= 28,333 kN
Pa2 = Ka . γ1 . H1 . ( H2 + H3 )
= ⅓ . 20 . 3,00 . ( 4,00 + 1,50 )
= 120 kN
Pa3 = ½ . Ka . γ’ . ( H2 + H3 )2
= ½ . ⅓ . ( 20 – 10 ) . ( 4,00 + 1,50 )2
= 50,4167 kN
Pa4 = ½ . γw . ( H2 + H3 )2
= ½ . 10 . ( 4,00 + 1,50 )2
= 151,25 kN
Pa5 = ½ . Ka . γ1 . ( H1 )2
= ½ . ⅓ . 20 . ( 3,00 )2
= 30 kN
Σ Pa = Pa1 + Pa2 + Pa3 + Pa4 + Pa5
= 28,333 + 120 + 50,4167 + 151,25 + 30
= 379,9997 kN
Tekanan Tanah Pasif ( Pp )
Pp = ½ . Kp . γ . ( H4 )2
= ½ . 3. 20 . ( 3,00 )2
= 270 kN
Jarak l Lengan Terhadap Titik O
l1 = ½ . H = ½ . 8,50 = 4,25 m
l2 = ½ . ( H2 + H3 ) = ½ . 4,00 . 1,50 = 3,00 m
l3 = ⅓ . (H2 + H3 ) = ⅓ . 4,00 . 1,50 = 2,00 m
l4 = ⅓ . (H2 + H3 ) = ⅓ . 4,00 . 1,50 = 2,00 m
l5 = ( ⅓ . H1 ) + H2 + H3 = ( ⅓ . 3,00 ) + 4,00 + 1,50 = 6,50 m
l6 = ⅓ . H4 = ⅓ . 3,00 = 1,00 m
Tabel 1.2 Gaya – Gaya Horizontal & Perhitungan Momen
Tabel 1.3 Gaya Horizontal Akibat Tekanan Pasif
Jumlah Gaya – Gaya Horizontal
Σ Ph = Σ Pa – Σ Pp
= 379,9997 – 270,0
= 109,9997 kN
Momen yang Mengakibatkan Penggulingan
Σ Mg = Σ Ma – Σ Mp
= 1078,749 – 270,0
= 808,749 kN
Menghitung Stabilitas Terhadap Penggeseran
Tahanan geser pada dinding sepanjang B = 5,00 m, dihitung dengan menganggap
dasar dinding sangat kasar. Sehingga sudut geser δb = ϕ2 dan adhesi cd = c2.
Untuk tanah c – ϕ ( ϕ > 0 , dan c > 0 )
Σ Rh = cd . B + W tan δb
Dengan Σ Rh = tahanan dinding penahan tanah terhadap penggeseran
cd = adhesi antara tanah dan dasar dinding
B = lebar pondasi ( m )
W = berat total dinding penahan dan tanah diatas plat pondasi
δb = sudut geser antara tanah dan dasar pondasi
Σ Rh = cd . B + W tan δb
= ( 10 kN/m . 5,00 m ) + 593,75 kN/m . tan 30º
= 50 kN/m + 342,8017 kN/m
= 392,8017 kN/m
= 3,5709 ≥ 1,5 _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ ( dimensi tidak perlu diperbesar )
Dimana :
Fgs = faktor aman terhadap penggeseran
Σ Ph = jumlah gaya – gaya horizontal
Menghitung Stabilitas Terhadap Penggulingan
Tekanan tanah lateral yang diakibatkan oleh tanah dibelakang dinding penahan,
cenderung menggulingkan dinding, dengan pusat rotasi terletak pada ujung kaki
depan dinding penahan tanah.
Fgs=Ʃ MwƩ Ma
≥1,5
Fgs=1777,0691078,749
≥1,5
= 1,647 ≥ 1,5 _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ ( dimensi tidak perlu diperbesar )
Dimana : Fgl = Faktor aman terhadap penggulingan
Σ Mw = Jumlah momen yang melawan penggulingan
Σ Ma = Jumlah momen yang menyebabkan penggulingan
Karena faktor aman konstruksi dinding penahan tanah terhadap geser dan guling lebih
dari 1,5
( ≥ 1,5 ), maka dimensi konstruksi sudah aman dan tidak perlu diperbesar.
Stabilitas Terhadap Keruntuhan Kapasitas Daya Dukung Tanah
Dalam hal ini akan digunakan persamaan Hansen pada perhitungan, dengan
menganggap pondasi terletak di permukaan.
Eksentrisitas ( e )
Lebar Efektif ( B’ ) = B – 2e
= 5,00 – ( 2 x 1,324 ) m
= 2,352 m
A’ = B’ x 1
= 2,352 x 1
= 2,352 m2
Gaya – Gaya yang ada pada dinding
Gaya horizontal = 1078,749 kN/m
Gaya vertikal = 593,75 kN/m
Faktor Kemiringan Beban
= 0,707
Berdasarkan tabel : ( untuk ϕ = 30º )
Nc = 30,14
Nq = 18,40
Nγ = 15,07
= 0,690
= 0,718
Kapasitas Dukung Ultimit untuk Pondasi di permukaan menurut Hansen :
Df = 0
dc = dq = dγ
Sc = Sq = Sγ
Didapat :
qu = iq . C . Nc + iy . 0,5 . B’ . γ2 . Nγ
= 0,707 . 10 . 30,14 + 0,718 . 0,5 . 2,352 . 18 . 15,07
= 213,0898 + 229,043
= 442,1328 kN/m2
Bila dihitung berdasarkan lebar pondasi efektif, yaitu tekanan pondasi ke tanah dasar
terbagi rata secara sama, maka
Faktor aman terhadap keruntuhan kapasitas daya dukung tanah :
Atau dapat pula dihitung dengan kapasitas berdasar distribusi tekanan kontak antara
tanah dasar pondasi dianggap linear.
BAB IV
EFEK GEMPA PAD APILAR JEMBATAN
4.1 Efek Gempa Pada Pilar Jembatan
Mengenai respon struktur jembatan terhadap beban dinamis diperlukan untuk
mengetahui sejauh mana respon struktur terhadap gempa. Mengingat bagian yang
paling terpengaruh pada saat terjadi gempa adalah pada bagian pilar jembatan yang
secara langsung dihubungkan oleh pondasi ke tanah yang berakibat runtuhnya pilar
tersebut seperti pada gambar di bawah .
Gambar 4.1 efek dari runtuhnya pilar jembatan
Terlepas dari akibat yang timbul dari runtuh nya pilar suatu jembatan maka
respon dinamis pilar jembatan terhadap beban gempa dilakukan dengan meninjau
berdasarkan arah potongan melintang jembatan dan arah memanjang jembatan.
Peninjauan berdasarkan arah melintang menghasilkan model struktur portal tiga
tingkat, metode analisis yang digunakan adalah untuk (multi degree of freedom).
Peninjauan berdasarkan arah memanjang menghasilkan model (free standing
structure), metode analisis yang digunakan adalah metode untuk (single degree of
freedom) yang tergeneralisasi. Spektrum respon gempa yang digunakan adalah
spektrum respon Gempa El Centro (Mei, 1940), Gempa Taft (Juli, 1952) dan Gempa
San Fernando (Pebruari, 1971).
Peninjauan pilar jembatan berdasarkan arah melintang menunjukkan bahwa
simpangan maksimum total akibat Gempa El Centro (Mei, 1940) adalah
sebesar14,579 cm, sedangkan akibat Gempa Taft (Juli, 1952) adalah sebesar 8,0199
cm dan akibat Gempa San Fernando (Pebruari, 1971) sebesar 26,864 cm.
Peninjauan pilar jembatan berdasarkan arah melintang menunjukkan bahwa
simpangan maksimum akibat Gempa El centro (Mei, 1940) adalah sebesar 0,001085
m (0,1085 cm). Sedangkan simpangan maksimum akibat Taft (Juli, 1952) adalah
sebesar 0,000434 m (0,0434 cm) dan simpangan maksimum akibat Gempa San
Fernando (Pebruari, 1971) adalah sebesar 0,000398 m (0,0398 cm).
Simpangan maksimum akibat gempa yang terjadi pada pilar jembatan
Karangkates dalam arah memanjang lebih besar daripada simpangan maksimum yang
terjadi dalam arah melintang jembatan. Hal ini terjadi karena pada peninjauan pilar
jembatan dalam arah memanjang dalam analisis ini asumsi yang digunakan adalah
pilar tersebut ditumpu secara jepit di bagian bawah dan ditumpu secara sendi di
bagian atas.
Asumsi lain berkaitan dengan jenis tumpuan pilar jembatan dalam arah memanjang
sebagai ditumpu jepit pada bagian bawah dan bebas pada bagian atas juga perlu
dilakukan untuk mengantisipasi kemungkinan struktur bagian atas jembatan tidak
dapat menahan gerakan pilar jembatan akibat gempa.
Suatu analisis dinamis yang lebih kompleks berkaitan dengan respon dinamis
pilar Jembatan Karangkates ini sangat diperlukan. Dengan demikian data rekaman
spektrum respon gempa yang lebih lengkap terutama untuk gempa yang terjadi di
Indonesia sangat diperlukan.