BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Bumi yang kita tempati ini memiliki banyak rahasia alam yang tidak kita ketahui. Kita tidak pernah mengetahui kejadian-kejadian yang akan terjadi di muka bumi ini. Banyak kejadian-kejadian alam yang mendatangkan pertanyaan bagi manusia. Salah satu kejadian alam yang sudah tidak asing di telinga masyarakat yaitu gempa bumi. Gempa bumi merupakan fenomena alam yang sudah tidak asing lagi bagi kita semua, karena seringkali diberitakan adanya suatu wilayah dilanda gempa bumi, baik yang ringan maupun yang sangat dahsyat, menelan banyak korban jiwa dan harta, meruntuhkan bangunan2 dan fasilitas umum lainnya. Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki tingkat rawan bencana alam yang sangat tinggi. Indonesia sendiri memiliki titik-titik gempa yang tersebar diseluruh wilayah di Indonesia. Mungkin kita merasa biasa saja dengan bencana alam tersebut di Indonesia, tapi bencana tersebut sudah sangat sering terjadi berulang-ulang di negara kita. Gempa bumi sudah menghancurkan sebagian dari wilayah Indonesia dan sudah banyak sekali korban-korban yang berjatuhan akibat bencana tersebut. Gempa bumi sudah menjadi suatu ancaman bagi masyarakat di muka bumi ini oleh karena itu sangatlah penting bagi mereka untuk 1
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Bumi yang kita tempati ini memiliki banyak rahasia alam yang tidak kita ketahui. Kita
tidak pernah mengetahui kejadian-kejadian yang akan terjadi di muka bumi ini. Banyak
kejadian-kejadian alam yang mendatangkan pertanyaan bagi manusia. Salah satu kejadian
alam yang sudah tidak asing di telinga masyarakat yaitu gempa bumi.
Gempa bumi merupakan fenomena alam yang sudah tidak asing lagi bagi kita semua,
karena seringkali diberitakan adanya suatu wilayah dilanda gempa bumi, baik yang ringan
maupun yang sangat dahsyat, menelan banyak korban jiwa dan harta, meruntuhkan
bangunan2 dan fasilitas umum lainnya.
Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki tingkat rawan bencana alam yang
sangat tinggi. Indonesia sendiri memiliki titik-titik gempa yang tersebar diseluruh wilayah di
Indonesia. Mungkin kita merasa biasa saja dengan bencana alam tersebut di Indonesia, tapi
bencana tersebut sudah sangat sering terjadi berulang-ulang di negara kita. Gempa bumi
sudah menghancurkan sebagian dari wilayah Indonesia dan sudah banyak sekali korban-
korban yang berjatuhan akibat bencana tersebut. Gempa bumi sudah menjadi suatu ancaman
bagi masyarakat di muka bumi ini oleh karena itu sangatlah penting bagi mereka untuk tahu
dan mengerti serta memahami peristiwa-peristiwa gempa bumi yang terjadi.
I.2 Tujuan Penulisan
Meninjau dari latar belakang tersebut di atas, selain untuk memenuhi tugas dari Dosen
Geologi Teknik, saya juga ingin mengetahui lebih jauh mengenai gempa bumi serta dampak-
dampak yang ditimbulkannya bagi kehidupan ini. Dan sebagai mahasiswa Teknik Sipil, saya
juga ingin mengetahui konsep pembelajaran tentang gempa bumi bagi teknik sipil.
1
I.3 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang dibahas dalam makalah ini adalah :
1. Apa pengertian dari gempa bumi?
2. Apa penyebab terjadinya gempa bumi?
3. Bagaimana proses terjadinya gempa bumi?
4. Apa saja jenis-jenis gelombang gempa bumi?
5. Apa saja faktor yang mempengaruhi besar kecilnya gempa?
6. Bagaimana klasifikasi gempa bumi yang terjadi di muka bumi?
7. Bagaimana aktivitas gempa bumi di Indonesia?
8. Apa saja dampak dari gempa bumi yang terjadi?
9. Hubungan teknik sipil dengan gempa bumi?
2
BAB II
PEMBAHASAN
II.1 Pengertian Gempa Bumi
Gempa Bumi atau seisme banyak diartikan sebagai getaran atau guncangan yang
timbul di permukaan bumi yang terjadi karena adanya pergerakan lempeng bumi. Gempa
bumi juga diartikan sebagai suatu pergeseran lapisan secara tiba-tiba yang berasa dalam
bumi. Karena gempa bumi dikatakan bersumber dari dalam bumi atau lapisan bawah bumi
berarti gempa bumi adalah getaran pada kulit bumi yang disebabkan oleh kekuatan dari
dalam bumi. Getaran gempa biasa dinyatakan dalam skala richter dibagi ke dalam skala dari
satu hingga sembilan berdasarkan ukurannya (skala Richter). Gempa bumi juga dapat diukur
dengan menggunakan ukuran Skala Mercalli. Ilmuwan yang mempelajari tentang gempa
bumi disebut seismologist dan alat yang digunakan seismologist untuk mengukur setiap
getaran yang terjadi disebut siesmograf.
II.2 Jalur- jalur Gempa
Para ahli gempa sudah sejak lama menyelidiki sesuatu yang berhubungan dengan
gempa, berdasarkan hasil penyelidikan tersebut, diketahui bahwa terdapat tiga jalur utama
gempa yang merupakan batas pertemuan dari beberapa lempeng tektonik aktif.
1. Jalur Sirkum Pasifik
Sirkum pasifik meliputi: Samudra pasifik, pantai barat Amerika Selatan,
Amerika Tengah, Meksiko, California, Alaska dan selanjutnya jalurnya
menuju ke kepulauan Aleuttia. Dari kepulauan kecil di Samudra pasifik
tersebut, jalur ini membelok ke sekalatan, menuju Jepang, terus ke Taiwan
dan ke filiphina, selanjutnya ke wilayah Indonesia melewati Sulawesi Utara
dan Irian Jaya bagian utara, menyusur ke selatan menuju Selandia baru.
3
Gambar 2.2.1 Jalur Sirkum Pasific
2. Jalur Trans Asiatik (Mediteran)
Jalur ini membentang dari Maroko menuju Portugal, Italia, Rumania, Turki,
Pegunungan Kaukakus, Irak, Iran, Afganistan lalu memasuki kawasan
Himalaya. Dari Pegunungan Himalaya, jalur ini bercabang dua. Satu arah
menuju Cina dan satu arah lagi menuju Burma. Dari Burma masuk ke wilayah
Indonesia, melalui pantai utara Sumatra menyusur pantai barat Sumatra, pantai
selatan Jawa, Nusa Tenggara, Laut Banda dan akhirnya bertemu jalur Sirkum
Pasifik di Sulawesi Utara.
Gambar 2.2.2 Jalur Mediteran
3. Jalur Mid-Atlantic
Jalur ini mengikuti Mid-Atlantic Ridge,yaitu Seitsbergen, Iceland dan Atlantik
Selatan.
Sebanyak 80% dari gempa di dunia, terjadi di sirkum pasifik yang juga merupakan
jalur vulkanik,15% gempa terjadi di jalur mediteran dan sisanya 5% tersebar di Mid-Atlantic
dan tempat-tempat lainnya. Indonesia juga termasuk bagian dari lintasan The Pasific Ring of
Fire (cincin api pasifik).Yaitu suatu lintasan di mana terdapat deretan gunung api, sehingga di
negara yang dilewati cincin api ini sering terjadi gempa tektonik maupun vulkanik.
4
Gambar 2.2.3 Jalur Sirkum Pasific dan Mediterania
Gambar 2.2.4 Jalur The Pasific Ring of Fire
5
II.3 Penyebab Terjadinya Gempa Bumi
Gempa bumi banyak disebabkan oleh gerakan-gerakan lempeng bumi. Bumi kita ini
memiliki lempeng-lempeng yang suatu saat akan bergerak karena adanya tekanan atau energi
dari dalam bumi. Lempeng-lempeng tersebut bisa bergerak menjauh (divergen), mendekat
(konvergen) atau melewati (transform). Gerakan lempeng-lempeng tersebut bisa dalam waktu
yang lambat maupun dalam waktu yang cepat. Energi yang tersimpan dan sulit keluar
menyebabkan energi tersebut tersimpan sampai akhirnya energi itu tidak dapat tertahan lagi
dan terlepas yang menyebabkan pergerakan lempeng secara cepat dalam waktu yang singkat
yang menyebabkan terjadinya getaran pada kulit bumi.
Gempa bumi bukan hanya disebabkan oleh pergerakan lempeng tetapi juga
disebabkan oleh cairan magma yang ada pada lapisan bawah kulit bumi. Magma dalam bumi
juga melakukan pergerakan. Pergerakan tersebut yang menimbulkan penumpukan massa
cairan. Cairan tersebut akan terus bergerak hingga akhirnya menimbulkan energi yang kuat
yang memaksa cairan tersebut untuk keluar dari dalam kulit bumi. Energi tersebut
menimbulkan kulit bumi mengalami pergerakan divergen sebagai saluran untuk cairan
tersebut keluar. Pergerakan tersebut yang mengakibatkan terjadinya gempa bumi.
Gempa bumi juga dapat disebabkan oleh manusia sendiri. Seperti yang disebabkan
oleh peledakan bahan peledak yang dibuat oleh manusia. Selain itu juga pembangkit listrik
tenaga nuklir atau senjata nuklir yang dibuat oleh manusia juga dapat menimbulkan
guncangan pada permukaan bumi sehingga terjadi gempa.
6
Gambar 2.3.2 Pergerakan Lempeng-lempeng Bumi
7
II.4 Proses Terjadinya Gempa Bumi
Dalam proses gempa bumi ada yang dikenal dengan hiposentrum dan episentrum.
Hiposentrum adalah titik pusat gempa yang berada dibawah permukaan bumi sedangkan
Episentrum adalah titik pusat gempa yang berada di atas permukaan bumi. Pusat gempa atau
hiposentrum berada pada pertamuan lempeng benua dan lempeng samudra yang saling
bertumbukan dan menimbulkan gelombang getaran. Lempeng samudra Gelombang getaran
tersebut merambat sampai pada episentrum dan terus merambat ke segala arah di permukaan
bumi dengan cepat.
Gambar 2.4.1 Proses Terjadinya Gempa Bumi
II.4.1 Macam-macam Gelombang Gempa
Dari Hiposentrum ke Episentrum terdapat tiga macam getaran, yaitu :
1. Gelombang Longitudinal (Gelombang Primer)
Gelombang longitudinal adalah gelombang yang pertama kali tercatat pada
seismograf. Gelombang ini dirambatkan dari hiposentrum melalui lapisan litosfer dan
dirambatkan secara menyebar dan cenderung cepat. Jenis gelombang longitudinal ini
sifatnya sama seperti gelombang suara yang bisa merambat melalui zat padat, cair dan
padat.
8
2. Gelombang Transversal (Gelombang Sekunder)
Gelombang transversal muncul setelah gelombang longitudinal dan tercatat
pada seismograf setelah gelombang longitudinal. Gelombang ini dirambatkan dari
hiposentrum ke segala arah dalam lapisan litosfer dan kecepatannya lebih rendah
dibandingkan gelombang longitudinal dan bergerak tegak lurus dengan arah
rambatannya. Gelombang transversal hanya dapat merambat melalui zat padat. Jika ia
merambat melalui medium cair dan gas maka gelombang ini akan hilang dan tidak
tercatat lagi pada seismograf.
3. Gelombang Panjang (Gelombang Permukaan)
Gelombang panjang adalah gelombang yang merambat melalui episentrum
dan menyebar ke segala arah di permukaan bumi. Gelombang ini melanjutkan
perjalanannya di permukaan bumi dan merupakan gelombang pengiring setelah
gelombang transversal. Gelombang transversal adalah gelombang yang bersifat
merusak karena gelombang ini berjalan terus melalui wilayah sekitar pusat gempa
bumi. Gelombang ini ada dua macam, yaitu :
1. Gelombang Love : gelombang yang melintang arah getaran.
2. Gelombang Rayleigh : gelombang yang searah dengan arah getarannya
II.4.2 Faktor Yang Mempengaruhi Besar Kecilnya Gempa Bumi
Gempa bumi yang terjadi pada suatu daerah bisa merupakan gempa yang berskala
besar maupun gempa yang berskala kecil. Besar kecilnya gempa itu dikarenakan beberapa
faktor yaitu:
1. Skala atau magnitude gempa.
Yaitu kekuatan gempa yang terjadi yang bukan berdasarkan lokasi observasi pada
suatu daerah . Magnitude gempa biasa dihitung tiap gempa terjadi dan dicatat oleh
seismograf yang dinyatakan dalam satuan Skala Ricther.
2. Durasi dan kekuatan gempa.
Yaitu lamanya guncangan gempa yang terjadi pada suatau daerah dan kekuatan
gempa yang terjadi dengan melihat kerusakan pada daerah tempat terjadinya gempa
bumi.
9
3. Jarak sumber gempa terhadap perkotaan.
Jarak sumber gempa yang jauh dari perkotaan akan memungkinkan intensitas gempa
semakin rendah.
4. Kedalaman sumber gempa.
Yaitu kedalaman pusat terjadinya gempa diukur dari permukaan bumi. Semakin
dalam pusat gempa maka semakin rendah kekuatan gempa yang terjadi.
5. Kualitas tanah dan bangunan.
Kualitas tanah yang buruk akibat bangunan dapat mengakibatkan serangan gempa
bumi yang kuat.
6. Lokasi perbukitan dan pantai.
Pantai atau daerah perbukitan merupakan daerah rawan gempa karena perbukitan
dan pantai merupakan daerah pertemuan lempeng. Sehingga dapat mempengaruhi
besar kecil kekuatan gempa berdasarkan hiposentrumnya.
II.5 Klasifikasi Gempa Bumi
Para ahli / ilmuan seismologi telah mengklasifikasikan jenis-jenis gempa bumi sebagai
berikut:
a. Berdasarkan Penyebabnya, dibagi menjadi 3, yaitu:
1. Gempa Tektonik
Gempa yang terjadi karena perubahan kedudukan lapisan batuan yang
mengakibatkan adanya pergerakan lempeng-lempeng pada lapisan kulit bumi.
2. Gempa Vulkanik
Gempa yang terjadi karena adanya aktivitas magma dalam lapisan bawah
permukaan bumi.
3. Gempa Runtuhan
Gempa yang terjadi karena adanya runtuhan pada terowongan bawah tanah akibat
aktivitas pertambangan. Runtuhan terowongan yang besar tersebut dapat
mengakibatkan getaran yang kuat.
10
b. Berdasarkan Kedalaman Hiposentrum, dibagi menjadi:
1. Gempa Dangkal
Gempa yang memiliki kedalaman titik hiposentrumnya rendah. Titik hiposentrum
ini dihitung dari permukaan laut sampai pada titik pusat gempa berada.
2. Gempa Menengah
Gempa yang memiliki kedalaman titik hiposentrumnya tidak terlalu dalam dan
jauh dari permukaan bumi. Berada sekitar 100-300 km di bawah permukaan laut.
3. Gempa Dalam
Gempa yang memiliki kedalaman titik hiposentrumnya sangat jauh dari
permukaan laut. Titik hiposentrum > 300 km di bawah permukaan air lut.
c. Berdasarkan Jarak Episentrum, dibagi menjadi:
1. Gempa Setempat
Gempa yang guncangannya dirasakan pada permukaan bumi namun hanya pada
daerah tempat titik pusat gempa berada. Biasanya gempa semacam ini memiliki
kekuatan yang sangat rendah sehingga hanya dirasakan oleh wilayah setempat
saja.
2. Gempa Jauh
Gempa yang guncangannya dirasakan pada permukaan bumi dan getarannya
dirasakan hingga daerah yang jauh dari titik pusat gempa berada. Gempa ini dapat
terjadi apabila memiliki kekuatan yang cukup besar sehingga mengakibatkan
guncangan yang kuat.
3. Gempa Sangat Jauh
Gempa yang guncangannya dirasakan pada permukaan bumi dan getarannya
dapat dirasakan hingga daerah yang sangat jauh dari daerah asal gempa terjadi.
Gempa ini memiliki kekuatan yang sangat besar sehingga menimbulkan
guncangan yang dahsyat dan mencakup wilayah yang sangat luas.
d. Berdasarkan Bentuk Episentrum
1. Gempa Sentral yaitu gempa yang episentrumnya berupa suatu titik. Gempa
yang dirasakan pada daerah setempat.
2. Gempa Linier yaitu gempa yang episentrumnya berupa suatu garis. Gempa ini
dirasakan oleh daerah-daerah yang berada disebelah daerah pusat gempa dan
terus merambat hingga daerah berikutnya sehingga membentuk suatu garis.
11
e. Berdasarkan Letak Episentrum
1. Gempa Laut
Gempa yang episentrumnya berada di bawah dasar laut. Gempa ini terjadi
karena hiposentrumnnya berada di bawah dasar laut sehingga guncangan dan
getarannya berada di dasar laut. Biasanya gempa ini dapat mengakibatkan
tsunami apa bila kekuatannya sangat besar.
2. Gempa Darat
Gempa yang episentrumnya berada di permukaan bumi atau daratan. Gempa
ini terjadi apabila hiposentrumnya berada di bawah permukaan bumi dan
berada pada lempeng benua.
II.6 Aktivitas Gempa Bumi Di Indonesia
Bumi kita memiliki dua jalur pegunungan muda yaitu sirkum pasifik dan sirkum
mediterania. Jalur pegunungan tersebut merupakan salah satu dari proses pembentukan
batuan dan dampak dari gempa yang sering terjadi sehingga mengakibatkan tumbukan antar
lempeng terus terjadi dan membentuk suatu pegunungan yang panjang. Sirkum pasifik dan
sikum mediterania ini bertemu di wilayah Asia dan Indonesia merupakan salah satu negara
yang berada diantara jalur tersebut. Di dunia ada 7 lempeng yang besar yaitu Pasifik,
Amerika Utara, Amerika Selatan, Australia, Antartika, dan Eurasia, tempat Indonesia berada.
Indonesia merupakan daerah pertemuan 3 lempeng yaitu lempeng Eurasia, Indo-Australia,
dan Pasifik.
Lempeng Eurasia merupakan lempeng yang keadaannya stabil, sedangkan lempeng
Indo-Autralia adalah lempeng yang cenderung bergerak ke utara dan lempeng Pasifik yang
cenderung bergerak ke barat. Itulah yang membuat Indonesia berada pada daerah rawan
bencana gempa bumi. Wilayah-wilayah di Indonesia yang merupakan daerah rawan yaitu
Sumatra terutama bagian pesisir barat, Jawa, Sulawesi, Maluku dan Papua.
Berdasarkan sejarah kekuatan sumber gempa, aktivitas gempa bumi di Indonesia dibagi
menjadi 6 daerah aktivitas:
1. Daerah sangat aktif. Magnitude lebih dari 8 SR mungkin terjadi di daerah ini. Yaitu
di Halmahera, pantai utara Irian.
12
2. Daerah aktif. Magnitude 8 SR mungkin terjadi dan magnitude 7 SR sering terjadi.
Yaitu di lepas pantai barat Sumatra, pantai selatan Jawa, Nusa Tenggara, Banda.
3. Daerah lipatan dan retakan. Magnitude kurang dari 7 SR mungkin terjadi. Yaitu di
pantai barat Sumatra, kepulauan Suna, Sulawesi tengah.
4. Daerah lipatan dengan atau tanpa retakan. Magnitude kurang dari 7 SR bisa terjadi.
Yaitu di Sumatra, Jawa bagian utara, Kalimatan bagian timur.
5. Daerah gempa kecil. Magnitude kurang dari 5 SR jarang terjadi. Yaitu di daerah
pantai timur Sumatra, Kalimantan tengah.
6. Daerah stabil, tak ada catatan sejarah gempa. Yaitu daerah pantai selatan Irian,
Kalimantan bagian barat.
Indonesia memiliki banyak sejarah gempa yang terjadi. Salah satu gempa yang
terdahsyat yaitu di tahun 2004 pada bulan desember yang mengguncang Aceh dan sekitarnya
dengan gempa yang berkekuatan 9,8 SR. Gempa ini mengakibatkan timbulnya tsunami
karena hiposentrumnya yang berada pada dasar laut.
Gambar 2.7.1 Akibat dari gempa yang melanda Aceh
13
II.7 Dampak Terjadinya Gempa Bumi
Gempa bumi memiliki dampak negatif bagi manusia diantaranya kerusakan berat
pada tempat tinggal warga yang bertempat tinggal ditempat kejadian. Terutama apabila
gempa yang terjadi memiliki kekuatan yang besar. Banyak dari korban bencana kehilangan
tempat tinggal dan tempat berlindung. Selain itu gempa yang menyebabkan banyaknya
bangunan yang runtuh akan mengakibatkan banyak korban jiwa berjatuhan akibat tertindih
bangunan. Selain kerusakan fisik, gempa juga memiliki dampak negative bagi psikologis
korban yang mengalami bencana. Beberapa dari korban juga akan mengalami trauma atas
kejadian yang dialaminya. Ini juga dapat berdampak bagi perekonomian negara karena secara
tidak langsung negara perlu mengeluarkan banyak biaya untuk mengatasi korban-korban
bencana alam baik dari pangan maupun sandang. Tenaga medis dan fasilitasnyapun sangat
diperlukan untuk mengatasi dampak dari bencana tersebut. Gempa juga dapat mengakibatkan
timbulnya gelombang besar tsunami apabila gempa tersebut hiposentrumnya berada pada
dasar laut dan memiliki kekuatan yang besar. Gelombang trunami tersebut dapat merusak
semua benda yang dilaluinya dan membawa semua material-material kedalam laut.
II.7.1 Gempa Hebat yang pernah melanda Bumi
Berikut adalah Gempa hebat yang pernah melanda Bumi pada abad ke-20 dan 21,
dan dampak yang ditimbulkannya:
1 September 1923 - Di Yokohama, Jepang pada ukuran 8,3 skala Richter dan
merenggut sedikitnya 140.000 nyawa
31 Mei 1935 - Di Quetta, India pada ukuran 7,5 skala Richter dan menewaskan
50.000 orang.
24 Januari 1939 - Di Chillan, Chili dengan ukuran 8,3 pada skala Richter, 28.000
kematian.
26 Desember 1939 - Wilayah Erzincan, Turki pada ukuran 7,9, dan menyebabkan
33.000 orang tewas.
29 Februari 1960 - Di barat daya pesisir pantai Atlantik di Maghribi pada ukuran
5,7 skala Richter, menyebabkan kira-kira 12.000 kematian dan memusnahkan