BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bayi Prematur adalah bayi yang lahir kurang dari usia kehamilan yang normal (37 minggu) dan juga dimana bayi mengalami kelainan penampilan fisik. Prematuritas dan berat lahir rendah biasanya terjadi secara bersamaan, terutama diantara bayi dengan badan 1500 gr atau kurang saat lahir, sehingga keduanya berkaitan dengan terjadinya peningkatan mordibitas dan mortalitas neonatus dan sering di anggap sebagai periode kehamilan pendek (Nelson 1988 dan Sacharin 1996). Bayi prematur karena sistem imunnya belum matur maka sering mengalami penyakit infeksi termasuk infeksi nosokomial Infeksi nosokomial adalah penyebab signifikan morbiditas dan kematian pada bayi prematur. Pada bayi, infeksi perinatal telah dikaitkan dengan hasil yang merugikan neurologis. Selain itu, infeksi nosokomial telah dikaitkan dengan peningkatan biaya yang berhubungan dengan perpanjangan hari rawat di rumah sakit, hal ini akan mempengaruhi terhadap sosial ekonomi. Beberapa penyakit infeksi pada bayi premature dapat dicegah dengan profilaktik probiotik. Probiotik adalah bakteri non patogen yang menguntungkan yang hidup berkoloni dalam usus halus dan dapat menyebabkan perubahan mikroflora usus dan
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Bayi Prematur adalah bayi yang lahir kurang dari usia kehamilan yang normal (37
minggu) dan juga dimana bayi mengalami kelainan penampilan fisik. Prematuritas dan
berat lahir rendah biasanya terjadi secara bersamaan, terutama diantara bayi dengan
badan 1500 gr atau kurang saat lahir, sehingga keduanya berkaitan dengan terjadinya
peningkatan mordibitas dan mortalitas neonatus dan sering di anggap sebagai periode
kehamilan pendek (Nelson 1988 dan Sacharin 1996). Bayi prematur karena sistem
imunnya belum matur maka sering mengalami penyakit infeksi termasuk infeksi
nosokomial
Infeksi nosokomial adalah penyebab signifikan morbiditas dan kematian pada bayi
prematur. Pada bayi, infeksi perinatal telah dikaitkan dengan hasil yang merugikan
neurologis. Selain itu, infeksi nosokomial telah dikaitkan dengan peningkatan biaya
yang berhubungan dengan perpanjangan hari rawat di rumah sakit, hal ini akan
mempengaruhi terhadap sosial ekonomi. Beberapa penyakit infeksi pada bayi
premature dapat dicegah dengan profilaktik probiotik.
Probiotik adalah bakteri non patogen yang menguntungkan yang hidup berkoloni
dalam usus halus dan dapat menyebabkan perubahan mikroflora usus dan
mempengaruhi aktivitas metabolik dengan hasil yang menguntungkan bagi host.
Probiotik telah banyak dimanfaatkan untuk penanggulangan penyakit
gastroenteritis seperti diare (Salazar et al., 2007; Pant et al., 2007 ; Tabbers dan
Benninga, 2007; Collado et al., 2009 ), menstimulasi sistem kekebalan (immune)
tubuh (Isolauri et al., 2001 ; Isolauri dan Salminen, 2008), menurunkan kadar
kolesterol (Pereira et al., 2003; Yulinery et al., 2006; Belviso et al., 2009; Lee et al.,
2010), pencegahan kanker kolon dan usus (Brady et al., 2000; Pato, 2003; Liong,
2008), penanggulangan dermatitis atopik pada anak-anak (Betsi et al., 2008; Torii et
al., 2010), menanggulangi penyakit irritable bowel syndrome (Malinen et al., 2010;
Lyra et al., 2010), penatalaksanaan alergi (Vanderhoof, 2008), pencegahan dan
penanganan penyakit infeksi (Wolvers et al., 2010). Oleh karena itulah penulis
tertarik untuk menganalisis jurnal yang berjudul “Prophylactic Probiotics to Prevent
Death and Nosocomial Infection in Preterm Infants”
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Menganalisis jurnal penelitian keperawatan anak yaitu: “ Prophylactic Probiotics
to Prevent Death and Nosocomial Infection in Preterm Infants”
2. Tujuan Khusus
a. Melakukan analisis jurnal internasional hasil penelitian yang telah dilakukan
penelitian
b. Memberikan saran terkait dengan penerapan hasil jurnal penelitian yang dapat
diaplikasikan di Indonesia
C. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan pada makalah ini terdiri dari BAB I pendahuluan, BAB II ,
tinjauan teori, BAB III Analisis Jurnal Penelitian, serta BAB IV pembahasan, BAB V
penutup.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Konsep Infeksi Nosokomial
1. Definisi
Infeksi nosokomial adalah infeksi yang terjadi di rumah sakit dalam sistem
pelayanan kesehatan yang berasal dari proses penyebaran sumber pelayanan
kesehatan, baik melalui pasien, petugas kesehatan, maupun sumber lain.
2. Tujuan pengendalian infeksi nosokomial ini terutama :
a. Melindungi pasien
b. Melindungi tenaga kesehatan, pengunjung
c. Mencapai cost effective
3. Sumber Infeksi Nosokomial
Beberapa sumber penyebab terjadinya infeksi nosokomial adalah :
a. Pasien. Pasien merupakan unsur pertama yang dapat menularkan infeksi ke
pasien laimnya, petugas kesehatan, pengunjung.
b. Petugas Kesehatan. Petugas kesehatan dapat menyebarkan infeksi melalui
kontak langsumg yang dapat rnenularkan berbagai kuman ke tempat lain.
c. Pengunjung. Pengunjung dapat menyebarkan infeksi yang didapat dari luar ke
dalam lingkungan rumah sakit atau sebaliknya, yang didapat dari dalam rumah
sakit ke luar rumah sakit.
d. Sumber Lain. Sumber lain yang dimaksud di sini adalah iingkungan rumah
sakit yang meliputi lingkungan umum atau kondisi kebersihan rumah sakit atau
alat yang ada di rumah sakit yang dibawa oleh pengunjung atau petugas
kesehatan kepada pasien, dan sebaliknya.
4. Jenis-jenis infeksi nosokomial
a. Bakteriemia
Bakteriemia adalah keadaan pasien dengan menunjukkan demam tinggi setelah
3x24 jam dirawat di rumah sakit dengan suhu mencapai 38,5C. Dikatakan
bakteriemia nosokomial apabila terjadi tindakan invasif di rumah sakit seperti
pemasangan infus, lumbal fungsi dan kateterisasi.
b. Infeksi saluran kemih
Infeksi saluran kemih terjadi setelah dilakukan tindakan keteterisasi buli-buli
dan tindakan invasif pada system reproduksi.
c. Infeksi luka operasi
Infeksi luka operasi dikatakan infeks nosokomial bila keadaan pra bedah dan
selama pembedahan terjadi infeksi pada luka operasi.
d. Infeksi hepatitis akut
Timbul setelah 2 minggu dirawat inap atau atau 6 bulan setelah keluar dari
rumah sakit. Dengan tanda-tanda klinik yang khas yaitu kenaikan SGOT,
SGPT dan billirubin.
e. Infeksi saluran cerna
Infeksi saluran cerna yang terjadi diruang rawat inap dengan tanda dan gejala
seperti mencret dengan atau tanpa muntah, nyeri perut, dan disertai demam.
f. Infeksi saluran napas bagian bawah
Infeksi ini terjadi setelah 3x24 jam sejak mulai dirawat gejala demam 38,8C,
lekositosis, batuk dengan dahak dan ditemukan ronki basah.
5. Tindakan-tindakan dalam pencegahan infeksi :
a. Asepsis atau teknik aseptik
sepsis atau teknik aseptik adalah semua usaha yang dilakukan dalam
mencegah masuknya mikroorganisme ke dalam tubuh yang mungkin akan
menyebabkan infeksi. Caranya adalah menghilangkan dan/atau menurunkan
jumlah mikroorganisme pada kulit, jaringan dan benda-benda mati hingga
tingkat aman.
b. Antisepsis
Antisepsis adalah usaha mencegah infeksi dengan cara membunuh atau
menghambat pertumbuhan mikroorganisme pada kulit atau jaringan tubuh
lainnya.
c. Dekontaminasi
Dekontaminasi adalah tindakan yang dilakukan untuk memastikan bahwa
petugas kesehatan dapat menangani secara aman benda-benda (peralatan
medis, sarung tangan, meja pemeriksaan) yang terkontaminasi darah dan cairan
tubuh. Cara memastikannya adalah segera melakukan dekontaminasi terhadap
benda-benda tersebut setelah terpapar/terkontaminasi darah atau cairan tubuh.
d. Mencuci dan membilas
Mencuci dan membilas adalah tindakan-tindakan yang dilakukan untuk
menghilangkan semua darah, cairan tubuh atau benda asing (debu, kotoran)
dari kulit atau instrumen.
e. Disinfeksi
Disinfeksi adalah tindakan yang dilakukan untuk menghilangkan hampir
semua mikroorganisme penyebab penyakit pada benda-benda mati atau
instrumen.
f. Disinfeksi tingkat tinggi (DTT)
Disinfeksi tingkat tinggi (DTT) adalah tindakan yang dilakukan untuk
menghilangkan semua mikroorganisme kecuali endospora bakteri, dengan cara
merebus atau cara kimiawi.
g. Sterilisasi
Sterilisasi adalah tindakan yang dilakukan untuk menghilangkan semua
mikroorganisme (bakteri, virus, jamur, parasit), termasuk endospora bakteri
pada benda-benda mati atau instrumen.
6. Dampak Infeksi Nosokomial
a. Bagi pasien
1) LOS lebih panjang
2) Cost / pembiayaan meningkat
3) Penyakit lain yang mungkin lebih berbahaya daripada penyakit dasarnya
4) GDR meningkat
b. Bagi staff: medis dan non medis
1) Beban kerja bertambah
2) Terancam rasa aman dalam menjalankan tugas / pekerjaan
3) Memungkinkan terjadi tuntutan malpraktek
7. Peran Perawat Dalam Pencegahan Infeksi Nosokomial
a. Bertanggung jawab melaksanakan dan menjaga kesalamatan kerja
dilingkungan. wajib mematuhi intruksi yang dibeikan dalam rangka kesehatan
dan keselamatan kerja, dan membantu mempertahankan lingkungan bersih dan
aman.
b. Mengetahui kebijakan dan menerapkan prosedur kerja, pencegahan infeksi, dan
mematuhinya dalam pekerjaan sehari-hari.
c. Tenaga kesehatan yang menderita penyakit yang dapat meningkatkan resiko
penularan infeksi, baik dari dirinya kepada pasien atau sebaliknya, sebaiknya
tidak merawat pasien secara langsung.
d. Sebagai contoh misalnya, pasien penyakit kulit yang basah seperti eksim,
bernanah, harus menutupi kelainan kulit tersebut dengan plester kedap air, bila
tidak memungkinkan maka tenaga kesehatan tersebut sebaiknya tidak merawat
pasien.
e. Bagi tenaga kesehatan yang megidap HIV mempunyai kewajiban moral untuk
memberi tahu atasannya tentang status serologi bila dalam pelaksanaan
pekerjaan status serologi tersebut dapat menjadi resiko pada pasien, misalnya
tenaga kesehatan dengan status HIV positif dan menderita eksim basah.
(Depertemen Kesehatan, 2003).
B. Konsep Bayi Prematur
1. Pengertian
Bayi prematur adalah bayi yang lahir pada usia kehamilan kurang atau sama dengan
37 minggu, tanpa memperhatikan berat badan lahir. (Donna L Wong 2004)
Bayi premature adalah bayi yang lahir sebelu minggu ke 37, dihitung dari mulai hari
pertama menstruasi terakhir, dianggap sebagai periode kehamilan memendek.
(Nelson. 1998 dan Sacharin, 1996)
Prematoritas dan berat lahir rendah biasanya terjadi secara bersamaan, terutama
diantara bayi dengan berat 1500 gr atau kurang saat lahir. Keduanya berkaitan
dengan terjadinya peningkatan morbilitas dan mortalitas neonatus.
2. Etiologi
Penyebab dari kelahiran prematur menurut Surasmi, Handayani, & Kusuma (2003)
faktor-faktor yang berpengaruh meliputi:
a. Faktor ibu merupakan kelainan atau penyakit yang diderita ibu pada sebelum
kehamilan maupun saat hamil, seperti: toksemia gravidarum yaitu preeklamsi dan
eklamsi; kelainan bentuk uterus; tumor; penyakit akut dengan gejala panas tinggi
mis. tifus abdominalis, malaria dan kronis; serta trauma pada masa kehamilan baik
trauma fisik (misal jantung) maupun psikologis (misal stress).
b. Faktor janin seperti kehamilan ganda, hidramnion, ketuban pecah dini, cacat