19
OBLIGASI DAN PERKEMBANGAN NILAI RUPIAH DI INDONESIAA.
Pendahuluan
Dalam dunia perekonomian dibutuhkan investasi guna menghadapi
masa depan yang semakin berkembang. Investasi sebagai salah satu
jaminan serta usaha manusia untuk memperoleh keuntungan, karena
investasi akan menghasilkan passive income secara berkala. Salah
satu jenis investasi yang saat ini sedang berkembang yaitu bursa
efek. Bursa efek lebih dianggap lebih modern dalam dunia
perekonomian saat ini, selain itu dapat menggerakan roda
perekonomian negara secara tidak langsung. Produk dari bursa efek
salah satunya adalah obligasi. Obligasi adalah suatu istilah yang
dipergunakan dalam dunia keuangan yang merupakan suatu pernyataan
utang dari penerbit obligasi beserta janji untuk membayar kembali
pokok utang bersama kupon bunganya kelak pada saat jatuh tempo
pembayaran (Raharjo,2003). Selain itu obligasi dapat dipahami
sebagai utang yang harus dibayarkan oleh debitur kepada kreditur.
Beberapa badan lembaga dapat menerbitkan obligasi, seperti bank,
perusahaan dan pemerintah. Obligasi pemerintah yang lebih dikenal
dengan obligasi bebas resiko, cenderung diminati oleh para
investor. Selain faktor keamanan, faktor kepastian bahwa pihak
debitur akan melunasi utangnya dapat terjamin. Penerbit obligasi
akan memberikan kupon sebagai bunga hingga jangka waktu yang
ditentukan. Hasil yang diperoleh investor disebut yield (imbal
hasil). Akan tetapi tidak semua investor dapat menyelesaikan hingga
batas waktu yield yang akan diperoleh. Apabila pihak kreditur tidak
dapat menunggu hingga sampai waktu jatuh tempo, maka kepemilikan
obligasi dapat berpindah tangan. Pada poin obligasi ini akan
membahas tentang pengertian obligasi, B. Pengertian Obligasi
Obligasi merupakan sertifikat bukti hutang yang dikeluarkan oleh
suatu perseroan terbatas atau institusi tertentu baik pemerintah
maupun lembaga lainnya dalam rangka mendapatkan dana atau modal,
diperdagangkan di masyarakat, penerbitnya setuju untuk membayar
sejumlah bunga tetap untuk jangka waktu tertentu dan akan membayar
kembali pokoknya pada saat jatuh tempo.
Obligasi merupakan salah satu instrumen keuangan yang cukup
menarik bagi kalangan investor di pasar modal ataupun bagi
perusahaan untuk mendapatkan dana bagi kepentingan perusahaan.
Perkembangan obligasi mulai menunjukkan peningkatan yang berarti
sebagai alat investasi dan instrument keuangan pada periode tahun
2000. Adanya pengetatan prosedur pinjaman di lembaga perbankan
menyebabkan pihak perusahaan yang sedang membutuhkan dana untuk
ekspansi bisnis atau melakukan pelunasan utangnya mulai melirik
instrument obligasi sebagai salah satu alternatif penggalangan
dana.
Beberapa alasan di antaranya adalah penerbitan obligasi lebih
mudah dan lebih fleksibel dibandingkan melakukan prosedur pinjaman
bank. Selain itu, tingkat suku bunga obligasi bisa dibuat lebih
menguntungkan bagi perusahaan dibandingkan tingkat suku bunga
pinjaman dari bank yang cenderung meningkat. Dalam melakukan
pembelian obligasi, investor di pasar modal itu sendiri bisa
mendapatkan keuntungan, yakni mendapatkan tingkat suku bunga
(kupon), selain itu bisa menghasilkan pendapatan atas kenaikan
nilai nominal obligasi ke harga premium tersebut di pasar
sekunder.Melakukan investasi obligasi selain menghasilkan kupon
juga memberikan tingkat potensi risiko investasi. Risiko ini bisa
berbentuk wan prestasi (default) atas pembayaran kupon obligasi
tersebut. Selain itu risiko yang paling ditakuti, yakni apabila
pihak penerbit obligasi (emiten), karena kondisi perusahaannya
mengalami likuidasi, tidak mampu membayar kewajiban pokok utangnya.
Investor obligasi jangka pendek bisa juga mengalami kerugian akibat
nilai pasar dari obligasi tersebut turun atau lebih rendah daripada
harga beli obligasi tersebut. Instrumen obligasi pada dasarnya
merupakan alternatif produk investasi yang sangat fleksibel serta
sangat prospektif perkembangannya di masa mendatang. Apalagi untuk
investor institusional yang menginginkan investasi dengan struktur
pendapatan yang begitu variatif maka kehadiran berbagai instrument
obligasi akan sangat diminati.
Obligasi (Bond) sebagai salah satu bagian dari produk Fixed
Income Securities (Pendapatan Tetap) dikenal sebagai alternatif
untuk instrument pembiayaan atau investasi yang memberikan
pendapatan bagi investor dengan kondisi nilai pendapatan dan waktu
yang telah ditentukan sebelumnya. Dalam melakukan investasi, yang
paling umum dilakukan pada obligasi adalah bahwa setiap investor
baik perorangan ataupun lembaga investasi akan membeli obligasi
dalam periode jangka waktu tertentu misalnya 5 tahun atau 8 tahun.
Dari pembelian obligasi tersebut, investor akan menerima
penghasilan atau return berbentuk tingkat suku bunga (coupon) yang
akan diterima setiap tahun atau triwulan atau sesuai periode yang
ditentukan sebelumnya, ditambah nilai pokok (principal) yang
besarnya sama pada saat awal investasi dan akan diterima pada saat
jatuh tempo.
Untuk investor obligasi yang mempunyai pola investasi jangka
pendek serta menjual obligasi sebelum jatuh tempo, pendapatan
tambahan yang diperolehnya hanya berbentuk kupon serta keuntungan
atau kerugian dari selisih antara harga beli obligasi tersebut dan
harga pada saat menjual obligasi tersebut di pasar sekunder. Hal
ini sesuai referensi dari Charles P. Jonson yang dikutip oleh
Rahardjo menyatakan bahwa Bonds are Fixed Income Securities can be
describe simply as long term debt instrument representing the
issuers contractual obligation, or IOU. The buyer of a newly issued
coupon bond is lending money to the issuer who, in turn, agrees to
pay interest on this loan and repay the principal at a stated
maturity date.
Investor yang punya sifat konservatif cenderung melakukan
investasi di pasar obligasi yang cenderung lebih aman dan tidak
fluktuatif. Pelaku investasi obligasi sekarang ini didominasi oleh
lembaga dana pensiun, lembaga asuransi, manajer investasi pengelola
reksadana yang lebih mengutamakan keamanan atas dana yang
diinvestasikannya. Dalam struktur keuangan perusahaan, obligasi
mempunyai urutan lebih diutamakan daripada saham untuk mendapatkan
haknya apabila perusahaan melakukan likuidasi.
Sementara obligasi mempunyai urutan senioritas ketiga. Urutannya
adalah sebagai berikut: pajak pemerintah, utang jangka pendek,
obligasi (utang jangka panjang), kemudian preffered stock dan yang
terakhir adalah common stock. Oleh karena itu, pemegang obligasi
lebih dipentingkan daripada pemegang saham perusahaan publik
apabila menuntut hak pembayaran pada saat perusahaan mengalami
pailit. Setelah hak pemegang pemegang obligasi terpenuhi maka baru
dipenuhi hak pemegang preffered stock dan common stock.
Obligasi sebagai salah satu alternatif sumber dana bagi
perusahaan mengandung konsekuensi pembayaran bunga secara periodik
dan pelunasan utang obligasi pada saat jatuh tempo. Obligasi
didefinisikan sebagai efek utang pendapatan tetap yang
diperdagangkan di masyarakat di mana penerbitnya setuju untuk
membayar sejumlah bunga tetap untuk jangka waktu tertentu dan akan
membayar kembali jumlah pokoknya pada saat jatuh tempo.
C. Karakteristik Obligasi
Secara umum obligasi merupakan produk pengembangan dari surat
utang jangka panjang. Prinsip utang jangka panjang dapat
dicerminkan dari karakteristik atau struktur yang melekat pada
sebuah obligasi. Pihak penerbit obligasi pada dasarnya melakukan
pinjaman kepada pembeli obligasi yang diterbitkannya. Pendapatan
yang didapatkan oleh investor obligasi tersebut berbentuk tingkat
suku bunga atau kupon. Selain aturan tersebut telah diatur pula
perjanjian untuk melindungi kepentingan penerbit dan kepentingan
investor obligasi tersebut.
Adapun karakteristik umum yang tercantum pada sebuah obligasi
hampir mirip dengan karakteristik pinjaman utang pada umumnya yaitu
meliputi:
1. Nilai penerbitan obligasi (jumlah pinjaman dana)
Dalam penerbitan obligasi maka pihak emiten akan dengan jelas
menyatakan berapa jumlah dana yang dibutuhkan melalui penjualan
obligasi. Istilah yang ada yaitu dikenal dengan jumlah emisi
obligasi. Apabila perusahaan membutuhkan dana Rp 400 milyar maka
dengan jumlah yang sama akan diterbitkan obligasi senilai dana
tersebut. Penentuan besar kecilnya jumlah penerbitan obligasi
berdasarkan kemampuan aliran kas perusahaan serta kinerja
bisnisnya.
2. Jangka Waktu Obligasi
Setiap obligasi mempunyai jangka waktu jatuh tempo (maturity).
Masa jatuh tempo obligasi kebanyakan berjangka waktu 5 tahun. Untuk
obligasi pemerintah bisa berjangka waktu lebih dari 5 tahun sampai
10 tahun. Semakin pendek jangka waktu obligasi maka akan semakin
diminati oleh investor karena dianggap risikonya semakin kecil.
Pada saat jatuh tempo pihak penerbit obligasi berkewajiban melunasi
pembayaran pokok obligasi tersebut.
3. Tingkat suku bunga obligasi (coupon)Untuk menarik investor
membeli obligasi tersebut maka diberikan insentif berbentuk tingkat
suku bunga yang menarik misalnya 17%, 18% per tahunnya. Penentuan
tingkat suku bunga biasanya ditentukan dengan membandingkan tingkat
suku bunga perbankan pada umumnya. Istilah tingkat suku bunga
obligasi biasanya dikenal dengan nama kupon obligasi. Jenis kupon
bisa berbentuk fixed rate dan variable rate untuk alternatif
pilihan bagi investor.
4. Jadwal pembayaran suku bunga
Kewajiban pembayaran kupon (tingkat suku bunga obligasi)
dilakukan secara periodik sesuai kesepakatan sebelumnya, bisa
dilakukan triwulanan atau semesteran. Ketepatan waktu pembayaran
kupon merupakan aspek penting dalam menjaga reputasi penerbit
obligasi.
5. Jaminan
Obligasi yang memberikan jaminan berbentuk asset perusahaan akan
lebih mempunyai daya tarik bagi calon pembeli obligasi tersebut. Di
dalam penerbitan obligasi sendiri kewajiban penyediaan jaminan
tidak harus mutlak. Apabila memberikan jaminan berbentuk asset
perusahaan ataupun tagihan piutang perusahaan dapat menjadi
alternatif yang menarik investor.D. Tujuan Penerbitan Obligasi
Penerbitan obligasi dilakukan oleh perusahaan yang membutuhkan
dana, baik untuk ekspansi bisnisnya ataupun untuk memenuhi
kebutuhan keuangan perusahaan dalam jangka pendek ataupun jangka
panjang. Obligasi pada dasarnya merupakan surat utang yang
ditawarkan kepada publik. Apabila investor berminat, ia bisa
membeli melalui pihak penjamin (underwriter) atau agen penjual
lewat penjualan di pasar perdana, atau melalui broker dealer
apabila dibeli melalui pasar sekunder. Dengan membeli obligasi
tersebut, pembeli akan mendapatkan imbalan pendapatan tingkat suku
bunga (coupon) yang ditawarkan sebelumnya seperti tertulis dalam
prospektus obligasi.
Brigham menyatakan bahwa terdapat beberapa keuntungan bagi
perusahaan dalam menggunakan hutang jangka panjang (obligasi)
yaitu: (1) biaya modal setelah pajak yang rendah, (2) bunga yang
dibayarkan merupakan pengurang pajak penghasilan, (3) melalui
financial leverage dimungkinkan laba per lembar saham akan
meningkat, (4) kontrol terhadap operasi perusahaan oleh pemegang
saham tidak mengalami perubahan. Di samping itu terdapat beberapa
kelemahan penggunaan hutang jangka panjang (obligasi) yaitu: (1)
financial leverage perusahaan akan meningkat sebagai akibat dari
penggunaan hutang, (2) batasan yang disyaratkan kreditur seringkali
menyulitkan manajer, (3) munculnya agency problem yang akan
meningkatkan agency cost.
Perusahaan yang menerbitkan obligasi mempunyai beberapa tujuan
penting di antaranya:
1. Mendapatkan jumlah dana tambahan yang lebih fleksibel
Dengan menerbitkan obligasi maka perusahaan diharapkan mampu
mendapatkan tambahan dana yang disesuaikan dengan kebutuhan. Jumlah
besar kecilnya dana obligasi bisa disesuaikan dengan kinerja
keuangan perusahaan misalnya jumlah aliran kas perusahaan, jumlah
utang yang ada, serta kemampuan pembayaran bunga obligasi, dan
pelunasan pokok obligasi pada saat jatuh tempo, juga disesuaikan
dengan prospek dari industri bisnis perusahaan di masa
mendatang.
Dibandingkan dengan mengajukan pinjaman dana ke bank, keputusan
besarnya pinjaman biasanya disesuaikan dengan nilai jaminan
(collateral) yang dimiliki perusahaan. Sedangkan menerbitkan
obligasi tidak mesti harus memberikan jaminan, hal ini menjadi daya
tarik bagi perusahaan. Dengan menerbitkan obligasi, pihak
perusahaan akan lebih fleksibel menentukan besar kecilnya dana yang
dibutuhkan sesuai dengan kemampuan pasar (investor) dalam menyerap
penerbitan obligasi tersebut serta kemampuan pihak penjamin emisi
dalam memberikan komitmen jumlah penerbitan obligasi.
2. Mendapatkan pinjaman dengan tingkat suku bunga fleksibel
Pihak perusahaan yang menerbitkan obligasi akan mendapatkan dana
tambahan dengan tingkat suku bunga yang lebih fleksibel. Proses
penentuan tingkat suku bunga (coupon) obligasi ditentukan
berdasarkan kemampuan keuangan perusahaan serta memperhatikan
kondisi tingkat suku bunga di perbankan. Dibandingkan dengan
meminjam dana dari perbankan, penentuan tingkat suku bunganya
cenderung berpihak pada kepentingan kreditur (bank). Sedangkan
apabila menerbitkan obligasi, proses penentuan tingkat suku
bunganya relative flexible disesuaikan dengan kemampuan dan
kepentingan penerbit obligasi.
3. Mendapatkan alternatif pembiayaan melalui pasar modal
Seperti diketahui, obligasi termasuk juga jenis utang jangka
panjang. Perusahaan yang kesulitan melakukan pinjaman melalui
perbankan bisa mencari alternative pendanaan melalui pasar modal
dengan menerbitkan obligasi sejumlah dana yang dibutuhkan.
E. Pendapatan Obligasi (Bond Income)
Setiap investasi selalu mengharapkan adanya pendapatan atau
penghasilan atas sejumlah dana yang diinvestasikan. Dengan membeli
obligasi, investor mengharapkan akan mendapatkan beberapa
keuntungan dari investasinya tersebut, yang dikenal dengan istilah
yield.
Beberapa jenis pendapatan yang diperoleh dari pembelian obligasi
secara umum meliputi:
1. Nominal Yield (Coupon Yield)
Nominal Yield adalah pendapatan kupon yang didasarkan pada nilai
nominal obligasi. Pengertiannya adalah bahwa dalam jumlah nilai
obligasi tertentu maka diberikan pendapatan tingkat suku bunga yang
hasilnya telah ditentukan sebelumnya. Misalnya dengan nilai
obligasi sebesar Rp 1 Milyar serta tingkat kupon fixed rate sebesar
15% akan memberikan pendapatan (coupon yield) sebesar Rp 150 juta
per tahun. Besaran tingkat nominal yield ini tidak berubah sampai
akhir jatuh tempo obligasi tersebut.
2. Current Yield
Current Yield adalah pendapatan kupon yang didasarkan pada harga
pasar obligasi tersebut. Investor yang membeli obligasi dengan
nilai nominal Rp 1 miliar bisa mendapatkannya pada pasar sekunder
dengan kisaran Rp 900 juta karena kinerja harga obligasi yang
menurun. Dengan harga pasar obligasi sebesar Rp 900 juta tersebut
serta nominal yield Rp 150 juta, nilai pendapatan sebenarnya
(current yield) adalah 16,6% (Rp 150 juta dibagi Rp 900 juta).
3. Yield To Maturity (YTM)Yield To Maturity adalah pendapatan
tingkat suku bunga obligasi apabila investor memegang obligasi
tersebut sampai periode jatuh tempo. Banyak investor jangka panjang
melakukan metode penghitungan pendapatan obligasi berdasar YTM
supaya bisa melakukan perbandingan tingkat pendapatan obligasi yang
satu dengan yang lain. Secara umum sebuah obligasi memiliki ketiga
jenis pendapatan (yield) tersebut di atas. Tetapi pada dasarnya,
metode penghitungan yield akan lebih banyak macamnya sesuai metode
investasi dan perdagangan obligasi yang dilakukan oleh investor
masing-masing.
F. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perubahan Harga Obligasi
1. Likuiditas ObligasiObligasi yang likuid adalah obligasi yang
banyak beredar di kalangan pemegang obligasi serta sering
diperdagangkan oleh investor di pasar obligasi. Apabila obligasi
yang dibeli mempunyai likuiditas cukup tinggi maka harga obligasi
tersebut cenderung stabil dan meningkat. Tetapi apabila likuiditas
obligasi tersebut rendah, harga obligasi cenderung melemah. Oleh
karena itu pada saat membeli obligasi hendaknya memilih obligasi
yang likuid yaitu yang selalu diperdagangkan di pasar obligasi
serta diminati oleh investor.Likuiditas mempengaruhi harga aset
(obligasi) karena investor membutuhkan kompensasi untuk biaya
transaksi. Sementara itu Yuan menyatakan bahwa likuiditas obligasi
sangat penting dalam mempengaruhi harga obligasi. Likuiditas
obligasi yang tinggi akan menyebabkan obligasi lebih menarik karena
tersedianya pembeli dan penjual yang lebih banyak sehingga pihak
yang memiliki obligasi dapat menjual obligasinya kapan saja.
Hotchkiss dan Ronen, Chakravarty dan Sarkar juga menyatakan hal
yang sama bahwa kualitas pasar yang terkait likuiditas akan
menyebabkan adanya bid dan ask obligasi dengan kata lain terdapat
penjual dan pembeli.
2. Tingkat Kupon
Obligasi yang mempunyai kupon tinggi di atas rata-rata suku
bunga deposito dan ratarata kupon obligasi lainnya bisa sangat
diminati oleh banyak investor. Oleh karena itu, bila kupon obligasi
tersebut cukup tinggi maka harga obligasi cenderung semakin
meningkat. Begitu juga sebaliknya, apabila tingkat kupon obligasi
yang diberikan relative kecil, harga obligasi tersebut cenderung
turun karena daya tarik untuk investor atau bagi calon pembeli
obligasi tersebut sangat sedikit.Kupon pengertiannya yaitu berupa
pendapatan suku bunga yang akan diterima oleh pemegang obligasi
sesuai perjanjian dengan penerbit obligasi tersebut. Biasanya
pembayaran kupon tersebut dilakukan secara periode tertentu. Bisa
berjangka waktu kuartal, semesteran, atau tahunan. Pembayaran kupon
ini ditentukan sebelumnya sampai masa jatuh tempo obligasi
tersebut.
Nilai kupon yang tinggi akan menyebabkan obligasi menarik bagi
investor karena nilai kupon yang tinggi akan memberikan yield yang
makin tinggi pula. Nurfaizah dan Adistien F.S. menyatakan bahwa
kupon yang tinggi akan menyebabkan investor memperoleh manfaat yang
lebih besar. Sapto Rahardjo juga menyatakan hal senada yaitu untuk
menarik investor membeli obligasi maka diberikan insentif yang
berupa bunga yang menarik (kupon).
3. Jangka Waktu Jatuh Tempo
Setiap obligasi mempunyai masa jatuh tempo atau dikenal dengan
istilah maturity date yaitu tanggal di mana nilai pokok obligasi
tersebut harus dilunasi oleh penerbit obligasi. Emiten obligasi
mempunyai kewajiban mutlak untuk membayar nilai nominal obligasi
kepada pemegang obligasi pada saat jatuh tempo (biasanya tercantum
pada kesepakatan yang dibuat sebelumnya). Kewajiban pembayaran
pokok pada saat jatuh tempo dan bunga obligasi akan terhindar
apabila dilakukan penebusan obligasi (redemption) atau pembelian
kembali obligasi sebelum jatuh tempo oleh penerbit obligasi
tersebut.
Obligasi yang memiliki periode jatuh tempo lebih lama maka akan
semakin lebih tinggi tingkat risikonya sehingga yield yang
didapatkan juga berbeda dengan obligasi yang umur jatuh temponya
cukup pendek. Perubahan harga obligasi biasanya disebabkan juga
oleh periode jatuh tempo obligasi tersebut. Apabila tingkat suku
bunga berubah, harga obligasi yang mempunyai masa jatuh tempo lebih
lama akan lebih banyak berubahnya dibanding obligasi yang mempunyai
masa jatuh tempo pendek.
Yang harus diingat dalam membahas faktor jatuh tempo (maturity
date) suatu obligasi adalah bahwa semakin lama masa jatuh tempo
obligasi, akan semakin tinggi tingkat risiko investasi. Karena
dalam masa atau periode yang begitu lama, risiko kejadian buruk
atau peristiwa yang menyebabkan kinerja perusahaan menurun bisa
saja terjadi. Oleh karena itu, periode jatuh tempo untuk obligasi
perusahaan di Indonesia biasanya dibuat dalam jangka waktu 5 tahun
saja.
Semakin pendek jangka waktu obligasi maka akan semakin diminati
investor karena dianggap resikonya lebih kecil. Makin pendek jangka
waktu jatuh tempo maka makin kecil durasi obligasi dan kecembungan.
Temuan penelitian Amihud dan Mendelson menyebutkan bahwa return
obligasi akan menurun dengan meningkatnya jangka waktu jatuh tempo.
Sehingga makin pendek jangka waktu obligasi maka diperkirakan
mengurangi perubahan harga obligasi.
G. Jenis-jenis obligasi
Berdasarkan jenis penerbitnya secara umum obligasi dapat
dibedakan menjadi dua, yaitu obligasi pemerintah dan obligasi
korporasi. Obligasi pemerintah sendiri terbagi menjadi dua, yaitu
obligasi pemerintah pusat (Treasury Bonds) dan obligasi pemerintah
daerah (Municipal Bonds). Di lain sisi, berdasarkan strukturnya,
obligasi dapat dibedakan menjadi:
1. Obligasi suku bunga tetap (Fixed Rate / Straight Bonds)
Obligasi jenis ini memiliki kupon bunga dengan besaran tetap
yang dibayar secara berkala kepada investor sepanjang masa
berlakunya obligasi. 2. Obligasi Floating (Floating Rate Notes)
Floating rate note (FRN) memiliki kupon yang perhitungan besaran
bunganya mengacu pada suatu indeks pasar uang seperti LIBOR atau
Euribor. Floating rate notes ini populer digunakan pada saat
inflasi dan tingkat bunga di masa yang akan datang sulit untuk
diprediksi. Obligasi ini biasanya dijual mendekati harga par karena
penyesuaian yang otomatis sesuai dengan kondisi pasar.
3. Obligasi tanpa kupon (Zero Coupon Bonds)
Zero Coupon Bonds adalah obligasi yang tidak memberikan
pembayaran bunga. Obligasi ini diperdagangkan dengan pemberian
potongan harga (discount) dari nilai par. Pemegang obligasi
menerima secara penuh pokok hutang pada saat jatuh tempo
obligasi.
4. Obligasi Convertible dan ExchangeableObligasi yang dapat
ditukarkan dengan saham biasa (common stock) dari perusahaan
penerbit obligasi disebut convertible bonds. Sedangkan exchangeable
bonds dapat ditukarkan dengan saham biasa perusahaan lain.
Obligasi dapat dibedakan pula menjadi dua, yaitu unsecured bonds
dan secured bonds. Berikut ini adalah klaasifikasi obligasi menurut
Gitman (2003):1. Unsecured bonds
a. Debentures, hanya bisa diterbitkan oleh perusahaan yang
terpercaya.b. Biasanya convertible bonds adalah debentures.c.
Subordinated debentures, obligasi jenis ini tidak akan dibayar
sebelum obligasi lain yang lebih senior dibayarkan.
d. Income bonds, bunga hanya dibayarkan jika perusahaan dapat
menghasilkan laba. Biasanya diterbitkan untuk mereorganisasi
perusahaan yang kurang berhasil. Penerbit obligasi tidak dianggap
default jika gagal membayar bunga.
2. Secured bonds
a. Mortgage bonds, obligasi ini dijaminkan menggunakan bangunan
atau gedung.b. Collateral trust bonds, obligasi ini dijaminkan
menggunakan saham dan atau obligasi yang dimiliki oleh penerbit
obligasi. Nilai jaminan biasanya 25% sampai 35% di atas nilai dari
obligasi yang diterbitkan.
c. Equipment trust certificates, obligasi ini biasanya digunakan
untuk mendanai asset seperti pesawat, truk, gerbong kereta, kapal,
dan sebagainya. Trustee membeli sebuah asset dengan dana yang
diperoleh dari penjualan obligasi lalu meminjamkan asset tersebut
ke perusahaan.
Sedangkan jenis obligasi yang di gunakan di Indonesia yaitu:
1. Obligasi Rekap, diterbitkan guna suatu tujuan khusus yaitu
dalam rangka Program Rekapitalisasi Perbankan.
2. Surat Utang Negara (SUN), diterbitkan untuk membiayai defisit
APBN.
3. Obligasi Ritel Indonesia (ORI), sama dengan SUN, diterbitkan
untuk membiayai defisit APBN namun dengan nilai nominal yang kecil
agar dapat dibeli secara ritel.
4. Surat Berharga Syariah Negara atau dapat juga disebut
"obligasi syariah" atau "obligasi sukuk", sama dengan SUN,
diterbitkan untuk membiayai defisit APBN namun berdasarkan prinsip
syariah.H. Tata Cara Pendaftaran ObligasiBerikut ini tata cara
pendaftaran obligasi di KSEI.
1. Pendaftaran Obligasia. Penerbit Efek yang bermaksud
menerbitkan Obligasi segera menghubungi PT KSEI, u.p: Divisi Jasa
Kustodian (Unit Pengelolaan Efek), untuk memperoleh beberapa
penjelasan mengenai pendaftaran Obligasi di KSEI.b. Calon Penerbit
Efek mengajukan permohonan pendaftaran Obligasi melalui surat
kepada KSEI(Lampiran 1).c. Dalam hal diperlukan, PT KSEI akan
mengirimkan undangan kepada calon Penerbit Efek untuk bertemu
dengan pihak PT KSEI terkait dengan rencana pendaftaran Obligasi
yang akan didaftarkan di PT KSEI.
2. Kelengkapan Dokumen Calon Penerbit Efek diwajibkan
menyerahkan beberapa dokumen pendukung kepada KSEI, meliputi:a.
Salinan (copy) Anggaran Dasar / Perubahan Anggaran Dasar yang
memuat jugamengenai ketentuan Penitipan Kolektif.
b. Salinan (copy) SK Mekumham tentang Persetujuan Perubahan
Anggaran Dasar.c. Salinan (copy) Akta Susunan Pengurus Perseroan
dan Komisaris Terakhir.d. Salinan (copy) NPWP.e. Salinan (copy)
Surat Keterangan Domisili (SKD) yang masih berlaku.
f. Surat Kuasa / Penunjukan Pejabat Berwenang _ (Lampiran 2);
Kuasa tersebut umumnya diberikan kepada Corporate Secretary dan
ataupejabat terkait lainnnya.
g. Specimen Tanda Tangan (sesuai dengan Surat Kuasa) dan Cop
Perusahaan _ (Lampiran 3).
h. Salinan (copy) Kartu Idetitas Pejabat Berwenang sesuai dengan
Surat Kuasayang disampaikan,i. Salinan (copy) draft Perjanjian
Perwaliamanatan (PWA) yang dibuat antara calonPenerbit Efek dan
Wali Amanat (Salinan Perjanjian Perwaliamanatan),j. Prospektus
Final tentang struktur Obligasi dalam bahasa Indonesia
Struktur Obligasi yang dicantumkan dalam perjanjian
perwaliamanatan tersebut akan menjadi acuan dalam pembuatan
perjanjian dengan KSEI. Mengingat obligasi akan diterbitkan dalam
bentuk elektronik, beberapa ketentuan terkait dengan hal tersebut
harus dimasukkan dalam perjanjian perwaliamanatan tersebut, untuk
itu calon Penerbit Efek dapat menggunakan beberapa ketentuan
penitipan kolektif sebagai acuan untuk dicantumkan dalam perjanjian
tersebut.Dokumen-dokumen tersebut harus diserahkan kepada PT. KSEI,
u.p: Divisi Jasa Kustodian (Unit Pengelolaan Efek) sesuai time line
yang telah tercantum pada website KSEI.
3. Penandatanganan Perjanjian Pada tanggal penandatanganan
Perjanjian Perwaliamanatan berikut perjanjian penerbitan Obligasi
lainnya, calon Penerbit Efek juga akan menandatangani perjanjian
dengan KSEI, yang meliputi:a. Perjanjian Pendaftaran Obligasi Di
KSEI (Lampiran 4).b. Perjanjian Agen Pembayaran (Lampiran 5) dibuat
dalam bentuk akta notaril.Mengingat terdapat keterkaitan antara
perjanjian KSEI dengan Perjanjian Perwaliamantan dan Agen
Pembayaran, calon Penerbit Efek harus memberikan informasi mengenai
nomor Perjanjian Perwaliamanatan dan Agen Pembayaran kepada KSEI
selambat-lambatnya pada tanggal yang sama dengan tanggal
penandatanganan. Nomor akta perjanjian-perjanjian tersebut
selanjutnya akan di-insert ke dalam Perjanjian Pendaftaran Obligasi
Di KSEI.
Penandatanganan Perjanjian Pendaftaran Obligasi dengan KSEI akan
dilakukan secara terpisah (circular). Perjanjian yang telah
ditandatangani akan menjadi salah satu dokumen pendukung yang harus
disampaikan kepada Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dalam rangka
permohonan untuk memperoleh Pernyataan Pendaftaran atas penerbitan
Obligasi. Permohonan kepada Otoritas Jasa Keuangan (OJK) umumnya
dilaksanakan selambat-lambatnya 1 (satu) hari kerja setelah
penandatanganan perjanjian-perjanjian tersebut.
Jika dalam jangka waktu 6 (enam) bulan dihitung sejak
ditandatanganinya perjanjian pendaftaran Obligasi dan Agen
Pembayaran dengan KSEI efeknya belum tercatat di KSEI, maka
perjanjian tersebut dinyatakan batal dan apabila lewat dari jangka
waktu tersebut efeknya baru dicatatkan di KSEI, maka akan dibuat
perjanjian baru.
4. Prospektus Ringkas
Selambat-lambatnya 1 (satu) hari kerja sebelum Prospektus
Ringkas dimuat dalam media massa, calon Penerbit Efek harus
mengirimkan final draft Prospektus Ringkas tersebut kepada KSEI.
Hal tersebut dimaksudkan agar KSEI dapat mempersiapkan pembuatan
pengumuman rencana penerbitan Obligasi kepada Pemegang Rekening
KSEI (Perusahaan Efek dan Bank Kustodian) yang akan dikirimkan
keesokan harinya bersamaan dengan dimuatnya Prospektus Ringkas di
media massa. Disamping itu, informasi mengenai tanggal, nama media
massa serta nomor halaman yang memuat Prospektus Ringkas tersebut
juga harus disampaikan kepada KSEI.
5. Pendaftaran Obligasi dalam sistem KSEI (C-BEST)
KSEI akan mendaftarkan Obligasi kedalam C-BEST setelah PT Bursa
Efek Indonesia (BEI) tempat Obligasi tersebut dicatatkan (listed)
menerbitkan kode Obligasi dan telah diterimanya Formulir
Pendaftaran Efek (Obligasi) yang telah diisi secara lengkap oleh
Penerbit Efek(Lampiran 6),yaitu selambat-lambatnya 3 (tiga) Hari
Kerja sebelum tanggal distribusi.PT Bursa Efek Indonesia (BEI) akan
menerbitkan kode Obligasi sesuai dengan jumlah seri Obligasi yang
diterbitkan Penerbit Efek.
Catatan:Jumlah formulir yang harus diisi dan diserahkan kepada
KSEI harus sesuai dengan jumlah seri Obligasi yang diterbitkan
Penerbit Efek.6. Sertifikat Jumbo Obligasi Sebagai bukti atas
penerbitan Obligasi secara elektronik, Penerbit Efek wajib
menerbitkan Sertifikat Jumbo Obligasi yang akan disimpan di KSEI
sampai dengan berakhirnya jangka waktu penerbitan Obligasi
tersebut. Sertifikat Jumbo Obligasi ini tidak disyaratkan untuk
dicetak pada security paper, cukup menggunakan kertas HVS atau
kertas jenis lainnya dengan ukuran A4. Namun demikian, Sertifikat
Jumbo Obligasi tersebut harus diberikan meterai Rp 6.000,- dan
dibubuhi tanda tangan asli dari pengurus Penerbit Efek yang
berwenang mewakili Penerbit Efek sesuai anggaran dasarnya.
Sertifikat Jumbo Obligasi harus diserahkan oleh Penerbit Efek
kepada KSEI selambat-lambatnya 1 (satu) hari kerja sebelum tanggal
distribusi obligasi secara elektronik, dengan menggunakan surat
pengantar.Jumlah Sertifikat Jumbo Obligasi yang diterbitkan harus
sesuai dengan jumlah seri Obligasi yang diterbitkan Penerbit Efek
yang dibuat sesuai format yang ditetapkan KSEI.Apabila Obligasi
yang diterbitkan memuat ketentuan dan persyaratan amortisasi,
dimana jumlah pokok Obligasi akan menurun/berkurang sesuai dengan
jadwal yang ditetapkan, maka sertifikat jumbo yang digunakanharus
memuat tabel amortisasi yang merupakan bagian tidak terpisahkan
dengan sertifikat jumbo tersebut, sesuai format yang ditetapkan
KSEI(Lampiran 12).7. Pendistribusian Obligasi
Pendistribusian Obligasi secara elektronik dilakukan pada
tanggal yang sama dengan tanggal distribusi yang dijadwalkan
Penerbit Efek. KSEI akan mendistribusikan Obligasi berdasarkan
instruksi pendistribusian yang disampaikan oleh Penerbit Efek dan
diterimanya Rekapitulasi Instruksi Distribusi Obligasi Hasil IPO
dari Penjamin Emisi.Pendistribusian Obligasi akan dilakukan hingga
ke tingkat Sub Rekening Efek. Untuk itu Penerbit Efek harus
mensyaratkan Pemegang Rekening KSEI untuk terlebih dahulu
membukakan Sub Rekening Efek atas nama pemesan Obligasi (calon
Pemegang Obligasi) di KSEI sebelum tanggal pendistribusian.
8. Laporan
Atas pelaksanaan distribusi Obligasi secara elektronik pada
tanggal distribusi, KSEI akan menyampaikan laporan kepada Penerbit
Efek selambat-lambatnya 1 (satu) hari kerja setelah tanggal
distribusi.
9. Prospektus
Prospektus final dari Obligasi yang didaftarkan di KSEI harus
segera diserahkan Penerbit Efek kepada KSEI sebanyak 2 (dua) buah
setelah Prospektus tersebut selesai dicetak. Data Obligasi dalam
Prospektus final, antara lain: tingkat suku bunga dan jadwal
pembayaran bunga Obligasi, akan menjadi acuan untuk input data
Obligasi di dalam C-BEST.
10. Biaya-biaya
Untuk pendaftaran Obligasi di KSEI, Penerbit Efek harus membayar
biaya-biaya sebagai berikut:a. Biaya Pendaftaran Awal
(JoiningFee)
Biaya ini dibebankan hanya satu kali pada saat Penerbit Efek
mendaftarkan Efeknya pertama kali di KSEI (baik dalam bentuk Efek
Bersifat Ekuitas atau Efek Bersifat Hutang), sebesar Rp
15.000.000,- (lima belas juta Rupiah). Bagi Penerbit Efek yang
Efeknya sudah pernah terdaftar di KSEI, biaya ini tidak akan
dikenakan lagi.b. Biaya Tahunan (Annual Fee)
Biaya ini dibebankan untuk setiap seri Obligasi berdasarkan
jumlah seri (kode Obligasi yang diterbitkan Bursa Efek),
masing-masing sebesar Rp. 10.000.000,- (sepuluh juta Rupiah).Untuk
tahun pertama, Annual Fee dihitung secara pro rata berdasarkan
tanggal distribusi Obligasi ke dalam C-BEST. Untuk tahun-tahun
selanjutnya, biaya tahunan akan dikenakan penuh setiap awal tahun
(awal bulan Januari) selama Obligasi masih terdaftar di KSEI.c.
Pelaksanaan tugas Agen Pembayaran (Paying Agent Fee)
Selain kedua biaya tersebut, Obligasi yang terdaftar di KSEI
akan dibebankan biaya pelaksanaan tugas agen pembayaran, sebesar
0,05% dari bunga Obligasi yang dibayarkan (min Rp 2.500.000,- dan
max Rp 10.000.000,).
Biaya tersebut juga dibebankan untuk setiap seri Obligasi
berdasarkan jumlah seri (kode Obligasi yang diterbitkan Bursa
Efek), yang dibebankan untuk setiap periode pembayaran bunga
obligasi.
Biaya-biaya tersebut wajib dibayar Penerbit Efek
selambat-lambatnya 15 (lima belas) hari kalender terhitung sejak
tanggal diterimanya penagihan (invoice) oleh Penerbit Efek dari
KSEI. Keterlambatan pembayaran akan dikenakan denda sebesar 0,5%
(nol koma lima persen) per hari kalender yang dihitung dari jumlah
tagihan.Beberapa contoh obligasi:
www
I. KesimpulanObligasi merupakan sertifikat bukti hutang yang
dikeluarkan oleh suatu perseroan terbatas atau institusi tertentu
baik pemerintah maupun lembaga lainnya dalam rangka mendapatkan
dana atau modal, diperdagangkan di masyarakat, penerbitnya setuju
untuk membayar sejumlah bunga tetap untuk jangka waktu tertentu dan
akan membayar kembali pokoknya pada saat jatuh tempo.Penerbitan
obligasi dilakukan oleh perusahaan yang membutuhkan dana, baik
untuk ekspansi bisnisnya ataupun untuk memenuhi kebutuhan keuangan
perusahaan dalam jangka pendek ataupun jangka panjang. Obligasi
pada dasarnya merupakan surat utang yang ditawarkan kepada
public.Jenis-jenis Obligasi antara lain
1. Obligasi suku bunga tetap (Fixed Rate / Straight Bonds)2.
Obligasi Floating (Floating Rate Notes)
3. Obligasi tanpa kupon (Zero Coupon Bonds).
4. Obligasi Convertible dan Exchangeabl
Sapto Rahardjo, Panduan Investasi Obligasi, (Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama, 2003), 4.
Husaini dan Saiful, Pengaruh Penerbitan Obligasi Terhadap Risiko
dan Return Saham, Jurnal Manajemen dan Bisnis, Vol. 5 No. 1,
(Jakarta: Ttp, 2003), 35-46.
Pasar modal adalah pasar berbagai instrumen keuangan jangka
panjang yang bisa diperjualbelikan, baik dalam bentuk modal
sendiri, yang diterbitkan oleh pemerintah, public authorities,
maupun perusahaan swasta. Dalam Suad Husnan, Teori Portofolio dan
Analisis Sekuritas, (Yogyakarta: UPP AMP YKPN, 1998), 1-2.
Sebagaimana investasi pada saham, maka manfaat dan risiko
investasi pada obligasi adalah hampir sama dengan investasi pada
saham. Beberapa manfaat atau keuntungan investasi obligasi adalah:
1). Bunga atau coupon; adalah imbal hasil yang dibayar secara
regular sesuai dengan ketentuan awal pada penerbitannya sampai
dengan jatuh tempo, bunga ditetapkan dalam prosentase dari nilai
nominal. 2). Capital gain; adalah keuntungan yang didapat oleh
pemilik obligasi apabila ia menjualnya sebelum tanggal jatuh tempo
dengan harga lebih tinggi dari harga pembeliannya. 3). Hak klaim
sebelum saham; apabila emiten bangkrut dan perusahaan dilikuidasi
maka pemegang obligasi memiliki hak klaim atas aktiva perusahaan
bersama kreditor lainnya mendahului pemegang saham, karena obligasi
adalah bersifat hutang. M. Maftuh, Manfaat dan Risiko Investasi
Obligasi, Dalam HYPERLINK
"http://id.shvoong.com/social-sciences/economics/2242125-manfaat-dan-risiko-investasi-obligasi/#ixzz3218dS0yC"
http://id.shvoong.com/social-sciences/economics/2242125-manfaat-dan-risiko-investasi-obligasi/#ixzz3218dS0yC,
(25 Desember 2011).
Ikhda Maulidiya, HYPERLINK
"http://liyabaekhati.blogspot.com/2012/06/makalah-kritis-manajemen-keuangan.html"
Makalah Kritis Manajemen Keuangan Analisis Faktor Yang Mempengaruhi
Perubahan Harga Obligasi Pada Bursa Efek Surabaya, Dalam HYPERLINK
"http://liyabaekhati.blogspot.com/2012_06_01_ archive.html"
http://liyabaekhati.blogspot.com/2012_06_01_ archive.html, (1 Juni
2012).
Investasi diartikan sebagai suatu kegiatan menempatkan dana pada
satu atau lebih dari satu asset selama periode tertentu dengan
harapan dapat memperoleh penghasilan dan atau peningkatan nilai
investasi. engertian investasi tersebut menunjukkan bahwa tujuan
investasi adalah meningkatkan kesejahteraan investor, baik sekarang
maupun di masa yang akan datang. Pada umumnya para investor
mempunyai sifat tidak menyukai resiko (risk averse), yaitu apabila
mereka dihadapkan pada suatu kesempatan investasi yang
mempunyai resiko tinggi maka para investor tersebut akan
mensyaratkan tingkat keuntungan yang lebih besar. Farid Harianto
dan Siswanto Sudomo, Perangkat dan Teknik Analisis Investasi di
Pasar Modal Indonesia, (Jakarta: P.T. Bursa Efek Jakarta, 1998),
9.
Sapto Rahardjo, Panduan Investasi Obligasi, 45.
Indra D. Santoso, Kiat Investasi di Pasar Modal, (Jakarta:
Megapoin, 1997), 32.
Sapto Rahardjo, Panduan Investasi Obligasi, 48.
Ibid., 48.
Robbert Ang, Pasar Modal Indonesia, (Jakarta: Mediasoft
Indonesia, 1997), 21.
Sri Astuti dan Januar Eko P. Dampak Pengumuman Bond Rating
Terhadap Harga Saham Perusahaan di Bursa Efek Jakarta, Wahana,
2002, Vol. 5 No. 2, p. 123-134.
Sapto Rahardjo, Panduan Investasi Obligasi, 2.
Ibid., 56.
Amihud, Yakov dan Haim Mendelson (1991), Liquidity, Maturity,
and Yield on US Treasury Securities, The Journal of Finance, Vol.
46 No. 4, p. 1411-1425.
Yuan, Kathy (2001), The Liquidity Service of Sovereign Bonds,
Working Paper, didownload dari www.papers.ssrn.com
Hotchkiss, E.S. dan T. Ronen (1999), The Informational
Efficiency of the Corporate Bond Market : An Intraday Analysis
Working Paper, didownload dari HYPERLINK
"http://www.papers.ssrn.com" www.papers.ssrn.com Lihat juga
Chakravarty, Sugato dan Asani Sarkar (1999), Liquidity in US Fixed
Income Markets: A Comparison of the Bid-Ask Spread in Corporate,
Governent and Municipal Bond Markets, Working Paper, didownload
dariwww.papers.ssrn.com
Sapto Rahardjo, Panduan Investasi Obligasi, 49.
Nurfaizah dan Adistien F.S. (2004), Analisis Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Yield Obligasi Perusahaan (Studi Kasus Pada Industri
Perbankan dan Industri Finansial), Jurnal Siasat Bisnis, Vol. 2 No.
9, p. 241-256.
Sapto Rahardjo, Panduan Investasi Obligasi, 50.
Ibid.,51.
Aarstol, Michael P. (2000), Inflation and Debt Maturity,
Quarterly Review of Financial Analysis, Vol. 40, p. 139-153.
Lusi Kesumawati (2003), Pengaruh Peringkat Utang dan Berbagai
Faktor Yang Turut Mempengaruhi Harga Obligasi Sebagai Variabel
Kontrol Terhadap Yield Premium Obligasi, Tesis, Magister Manajemen
UKSW, Salatiga. Lihat juga Esme, Faeber (2000), Fundamental of the
Bond Market, Mc Graw-Hill Co., Singapore.
Amihud, Yakov dan Haim Mendelson (1991), Liquidity, Maturity,
and Yield on US Treasury Securities, The Journal of Finance, Vol.
46 No. 4, p. 1411-1425.
HYPERLINK
"http://id.wikipedia.org/wiki/Obligasi#Jenis-jenis_obligasi"
http://id.wikipedia.org/wiki/Obligasi#Jenis-jenis_obligasi, (30
Maret 2014)
PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) merupakan Lembaga
Penyimpanan dan Penyelesaian (LPP) di pasar modal Indonesia, yang
didirikan di Jakarta, pada tanggal 23 Desember 1997 dan memperoleh
izin operasional pada tanggal 11 November 1998. Dalam kelembagaan
pasar modal Indonesia, KSEI merupakan salah satu dari Self
Regulatory Organization (SRO), selain Bursa Efek Indonesia (BEI)
serta Lembaga Kliring dan Penjaminan Efek Indonesia (KPEI).
Berdasarkan ketentuan Undang Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang
Pasar Modal, KSEI menjalankan fungsinya sebagai LPP di pasar modal
Indonesia dengan menyediakan jasa kustodian sentral dan
penyelesaian transaksi Efek yang teratur, wajar, dan efisien.
KSEI mulai menjalankan kegiatan operasional pada tanggal 9
Januari 1998, yaitu kegiatan penyelesaian transaksi Efek dengan
warkat dengan mengambil alih fungsi sejenis dari PT Kliring Deposit
Efek Indonesia (KDEI) yang sebelumnya merupakan Lembaga Kliring
Penyimpanan dan Penyelesaian (LKPP). Selanjutnya sejak 17 Juli
2000, KSEI bersama BEI (sebelumnya Bursa Efek Jakarta) dan KPEI
mengimplementasikan perdagangan dan penyelesaian saham tanpa warkat
(scripless trading) di pasar modal Indonesia. Saham KSEI dimiliki
oleh para pemakai jasanya, yaitu: SRO (BEI dan KPEI), Bank
Kustodian, Perusahaan Efek, dan Biro Administrasi Efek (BAE).
Dalam HYPERLINK "http://www.ksei.co.id/company/about_us (19"
http://www.ksei.co.id/company/about_us (19 Mei 2014).