ANALISIS SISTEM ANTRIAN DALAM MENINGKATKAN EFISIENSI PELAYANAN PUBLIK PADA KANTOR SAMSAT KABUPATEN TRENGGALEK Proposal Penelitian Oleh : FENDI PRASETYO 201110160311396 PRODI MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
ANALISIS SISTEM ANTRIAN DALAM MENINGKATKAN EFISIENSI PELAYANAN PUBLIK PADA KANTOR SAMSAT
KABUPATEN TRENGGALEK
Proposal Penelitian
Oleh :
FENDI PRASETYO
201110160311396
PRODI MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2013/2014
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pentingnya Teori Antrian dalam manajemen operasi sebagai alat yang
sangat berharga bagi manajer operasi atau pimpinan dalam mengatasi
masalah antrian, karena teori tersebut dapat membantu dalam pemecahannya
dengan menganalisis pada situasi terjadinya antrian agar memberikan
pelayanan yang diharapkan oleh pelanggan. Teori tersebut memiliki
keunggulan kuantitif yang dapat meminimumkan panjangnya antrian dengan
mempertimbangkan biaya maupun mempertimbangkan penerapan pelayanan
yang ideal.
Pada dasarnya tujuan dari setiap perusahaan adalah memberikan
kepuasan pada konsumen termasuk perusahaan jasa. Pelayanan dan kepuasan
konsumen merupakan aspek vital dalam memenangkan persaingan bisnis.
Cara penyampaian berbeda-beda perusahaan yang satu dengan yang lainnya.
Kebutuhan mendesak akan pelayanan yang cepat tersebut menuntut setiap
perusahaan, khususnya yang bergerak dibidang jasa pelayanan, untuk
berupaya bagaimana meningkatkan pelayanan sebaik mungkin agar tidak
kehilangan pelanggannya. Mengingat begitu pentingnya pelayanan dan
kepuasan pelanggan, maka mendorong perusahaan jasa, baik itu pemerintah
maupun swasta untuk memberikan pelayanan yang terbaik bagi
pelanggannya.
Dalam banyak operasi perusahaan, terjadi antrian untuk menunggu
pelayanan, contohnya pelanggan menunggu di jalur teller di suatu Bank,
mesin-mesin yang menunggu diperbaiki dalam suatu pabrik. Karakteristik
umum dari berbagai macam contoh yang nyata tersebut adalah sejumlah
pendatang sedang menunggu pelayanan dari fasilitas yang terbatas. Akibatnya
pendatang harus menunggu gilirannya dalam menerima pelayanan dalam
suatu antrian.
Kantor pelayanan public, SAMSAT (Sistem Administrasi Satu Atap)
merupakan gabungan dari beberapa Instansi terkait dalam
mengkoordinasikan pendapatan daerah dibidang transportasi khususnya
1
perlengkapan dan surat-surat perijinan transportasi. Adapun instansi-instansi
terkait dalam pengelolaan pada kantor bersama SAMSAT adalah DIPENDA,
Kepolisian dan Jasa Raharja.
DIPENDA (Dinas Pendapatan Daerah) adalah suatu Instansi
Pemerintah Daerah TK I/II yang bertugas mengelola surat-surat perlengkapan
dan perijinan Kendaraan Bermotor (Ranmor) roda empat dan kendaraan roda
dua yang merupakan Asset dan pendapatan daerah melalui Instansi
DIPENDA. Kepolisian yang lebih memfokuskan pada cek fisik kendaraan
untuk mencegah terjadinya pemalsuan Surat Tanda Nomor Kendaraan dan
Jasa Raharja mengurus sumbangan wajib dana kecelakaan lalu lintas jalan.
Untuk menyajikan informasi-informasi hasil pendapatan daerah
disektor transportasi khususnya roda empat dan roda dua yang telah dicapai
oleh daerah-daerah yang ada di Jawa Timur, DIPENDA melalui seksi PKB
(Pajak Kendaraan Bermotor), pelaksanaan dan pengelolaan pendapatan
daerah dalam rangka memonitor dan mempersiapkan laporan kepada
Gubernur Kepala Daerah Tingkat I mengenai pelaksanaan hasil pendapatan
daerah. Laporan hasil pengelolaan STNK (Surat Tanda Nomor Kendaraan)
akan disampaikan pada pihak Kepolisian.
Sebagai salah satu Instansi yang bergerak di bidang jasa, maka
kepuasan pelanggan merupakan faktor penting dalam menentukan kualitas
pelayanan yang ada. Dalam pembahasan ini, kepuasan pelanggan hanya
dikaitkan pada pelayanan dan waktu tunggu. Bagi pelanggan waktu tunggu
yang terlalu lama akan menimbulkan kejenuhan yang akibatnya pelanggan
akan berpikir bahwa pelayanan loket lambat dan akan meninggalkan antrian.
Namun masalahnya, bagi pihak Samsat cepatnya pelayanan sangat
bergantung pada fasilitas pelayanan loket yang tersedia.
Sistem antrian sangat bermanfaat bagi pihak internal dan eksternal
perusahaan. Untuk mengetahui lebih jauh tentang pentingnya analisa sistem
antrian demi kelancaran dan keberlangsungan perusahaan maka penulis
tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul:
“Analisis Sistem Antrian dalam Meningkatkan Efisiensi Pelayanan
Publik pada Kantor Samsat Kabupaten Trenggalek”.
2
1.2 Perumusan Masalah
Adapun permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah:
1. Berapakah jumlah dan waktu rata-rata konsumen selama menunggu
dalam antrian dan sistem?
2. Apakah fasilitas pelayanan loket yang ada saat ini mencukupi?
3. Apakah sistem antrian pelayanan public pada Kantor Samsat Kabupaten
Trenggalek sudah efisien?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui berapakah jumlah dan
waktu rata-rata pelanggan menunggu dalam antrian dan sistem, serta
seberapa besar kecukupan fasilitas pelayanan loket yang tersedia. Dari hal
itu nantinya akan diketahui seberapa besar tingkat efisiensi pelayanan public
pada Kantor Samsat Kabupaten Trenggalek.
1.4 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian analisis sistem antrian ini dapat dimanfaatkan oleh:
a. Instansi Pemerintah ( Pihak Dinas Yang Berwenang)
Hasil penelitian diharapkan dapat digunakan sebagai informasi dan
bahan pertimbangan instansi pemerintah dalam memberikan pelayanan
dan pengambilan keputusan yang berkaitan dengan masalah antrian,
sehingga instansi dapat menentukan fasilitas pelayanan yang harus
digunakan khususnya pada peningkatan pelayanan.
b. Karyawan
Sebagai referensi karyawan Samsat Kabupaten Trenggalek agar
memahami dan dapat mengerti manfaat dari penerapan teori antrian
terhadap proses kerja karyawan dalam memberikan pelayanan terhadap
konsumen, terutama pelayanan perpanjang Surat Tanda Nomor
Kendaraan (STNK).
c. Bagi Peneliti Lain
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi dan dapat
bermanfaat pada peneliti selanjutnya sebagai bahan pertimbangan
dalam penelitian yang berkaitan dengan masalah yang sama, baik dalam
3
instansi pemerintahan atau perusahaan bisnis.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kajian Teori
1. Teori Antrian
Teori antrian pertama kali ditemukan oleh seorang matematik
berkebangsaan Denmark yaitu AK.Erlang, yang bekerja diperusahaan
telepon pada tahun 1910. Dia melakukan eksperimen tentang fluktuasi
permintaan fasilitas telepon yang berhubungan dengan Automatic Dialing
Equipment yaitu peralatan penyambung telepon secara otomatis. Dalam
waktu yang sibuk operator sangat kewalahan dalam melayani para penelpon
yang harus antri untuk menunggu giliran yang waktunya cukup lama.
Menurut Haizer (2006:418), teori antrian merupakan sebuah bagian
penting operasi dan juga alat yang berharga bagi manajemen operasi.
Teori antrian sangat bermanfaat untuk mangatasi masalah-masalah antrian,
karena dapat menganalisis perilaku pada situasi terjadinya antrian dan
menyusun system antrian untuk mencari keseimbangan tingkat
kedatangan dan tingkat pelayanan dengan menerapkan berbagai sistem
antrian.
Menurut Siagian (1987:390) Teori antrian merupakan teori yang
menyangkut study matematis dari antrian atau baris menunggu. Formulasi
baris-baris kebutuhan pelayanan nasabah melebihi kapasitas yang tersedia
untuk menyelenggarakan pelayanan. Nasabah yang tiba tidak segera
mendapat pelayanan disebabkan kesibukan pelayanan. Keputusan-
keputusan yang berhubungan dengan jumlah kapasitas ini harus ditentukan
walaupun hal ini tidak dapat dibuat suatu prediksi yang tepat kapan unit-
unit yang membutuhkan pelayanan ini kana datang.
2. Komponen dasar Proses Antrian
Dalam teori antrian terdapat beberapa komponen dasar proses antrian
4
Calling Population
Queening Configuration
Arrival Process
Renege
Queening Discipline
Balk
Service Process
No future need for service
dimana komponen tersebut memiliki urutan proses dalam system antrian.
Untuk mengetahui urutan tersebut dapat dilihat di gambar 2.1.
Gambar 2.1
Komponen dasar proses antrian
a) Calling population (memanggil populasi)
Call population: kelompok darimana organisasi memperoleh layanan
(populasi ini dapat terjadi dari beberapa sub-populasi misalnya pasien
gawat darurat, calon pembuat Kartu Tanda Penduduk)
b) Arrival Process (kedatangan proses)
Arrival Process: bagaimana jasa organisasi menangani pelanggan yang
tiba jika server menunggu mereka menghadiri, sebaliknya mereka pergi
ke antrian pendatang. Manajer dapat mengumpulkan data seperti waktu
kedatangannya.
c) Balk: jika pelanggan tidak dapat dilayani segera dia ddapat mengeluh dan
mencari layanan lain.
d) Queening configuration (antrian konfigurasi)
Queening configuration: mengacu pada jumlah antrian, lokasi mereka,
peryaratan spasial mereka dan pengaruhnya terhadapperilaku pelanggan.
Menurut Yamit (1993:404) antrian konfigurasi merupakan kondisi fisik
antrian dimana kondisi yang terlihat antri untuk menerima layanan yang
menyangkut dua kondisi yaitu pertama panjang antrian adalah jumlah
individu yang terbatas dan tidak terbatas sedang menunggu dalam sistem
antrian untuk mendapatkan pelayanan dan kedua Jumlah Antrian adalah
banyaknya calon pelanggan yang antri untuk mendapatkan pelayanan.
5
Renege: setelah bergabung antrian pelanggan dapat menunggu dan
mengingkari.
e) Queening discipline (antrian disiplin)
Queening discipline: kebijakan yang ditentukan oleh manajemen untuk
memilih pelanggan berikutnya dari antrian untuk dilayani. Disiplin
antrian menunjukkan aturan-aturan yang harus dipenuhi untuk
melakukan pelayanan. Disiplin antrian yang bisa di gunakan adalah
FCFS (First Come First Service) sebagai pedoman keputusan yang
digunakan untuk menyeleksi individu-individu yang memasuki antrian
untuk dilayani.
f) Service Process (layanan proses)
Service Process: proses untuk menyampaikan layanan termasuk
distribusi pembayaran, pengaturan server, kebijakan manajemen.
Menurut Yamit (1993:404) secara umum prosedur dalampengerjaan
tekhnik antrian sebagai berikut yaitu langkah pertama menentukan
antrian yang harus dipelajari, kedua menentukan model antrian yang
cocok dalam menggambarkan sistem, dan ketiga menggunakan formula
matematik untuk metode simulasi dalam menganalisa model.
g) Departure: setelah pelanggan melengkapi proses pelaayanan dan
meninggalkan sistem karena tidak ada kebutuhan lagi.
3. Macam Model Antrian
a) Single Channel: satu barisan antrian dan satu fase pelayanan
Struktur ini adalah yang paling sederhana yaitu hanya memiliki satu
jalur untuk memasuki system pelayanan. Bila individu-individu telah
melewati fasilitas pelayanan maka dinyatakan telah menerima
pelayanan yang lengkap. Sebagai contoh adalah seorang pelayanan toko
tunggal, seorang toko cukur. Secara skematis digambarkan sebagai
berikut:
Gambar 2.2
6
Antri
b) Single_Channel-Multi_Phase: satu baris dan beberapa fase pelayanan.
Struktur ini hanya ada satu jalur tetapi fasilitas pelayanan yang
dapat dinyatakan sudah lengkap bila sudah melaui dua atau lebih
pelayanan. Proses pelayanan merupakan urutan pekerjaan. Proses
pelayanan semacam ini misalnya mengurus izin usaha melalui beberap
orang pejabat pemerintah. Secara skematis akan terlihat sebagai berikut:
Gambar 2.3
Antri
c) Multi_Channel-Single_Phase: beberapa barisan dan satu fase
pelayanan.
Struktur ini berarti terdapat beberapa jalur dan fasilitas pelayanan
yang tersedia lebih dari satu tetapitipenya tidaksama. Populasi
mempunyai kebebasan untuk memilih jalur yang mempunyai jalur
pelayanan dengan waktu tunggu yang paling singkat. Sebagai contoh
dari proses pelayanan seperti ini adalah pelayanan pembelian tiket yang
dilayani lebih dari satu loket, pembayaran karcis bioskop dan pembelian
bahan baku premium.
Gambar 2.4
Antri
7
d) Multi_Channel-Multi_Phase
Struktur ini mempunyai beberapa fasilitas, pada setiap tahap yang
harus diselesaikan sehingga dapat melayani lebih dari satu individu
secara beraturan sebagai urutan pekerjaan pelayanan pada pasien rumah
sakit dan tempat pencucian mobil.
Gambar 2.5
Antri
e) Campuran
Istruktur ini merupakan gabungan dua atau lebih dari struktur
fasilitas pelayanan diatas. Struktur ini dipergunakan oleh supermarket dn
pelayanan terhadap pengunjung rumah makan.
4. Pengertian Notasi Dalam Antrian
a) Satuan penerima layanan (n) sering juga di sebut Pelanggan.
b) Rata-rata kedatangan (λ) merupakan banyaknya jumlah kedatangan
satuan penerima pelayanan persatuan waktu misalnya dalam satuan
menit, jam, hari dan bulan.
c) Rata-rata pelayanan (µ) merupakan banyaknya pelayanan yang
8
diberikan dalam waktu tertentu. Layanan waktu pelayanan juga bisa
bersifat acak.
d) Pemberi pelayanan (M) sering disebut server, server ini bisa berupa
orang misalnya kasir, dokter, penjual tiket.
e) Tingkat intensitas pelayanan (P) kegunaan fasilitas pelayanan yang ada
dalam sistem
f) Probabilitas tidak ada pelanggan dalam sistem (Po) adalah jumlah
pelanggan yang menunggu untuk mendapatkan pelayanan.
g) Jumlah pelayanan yang di harapkan dalam sistem (Ls) adalah jumlah
pelanggan yang diperkirakan dalam sistem.
h) Menunggu dalam antrian (Lq) adalah jumlah pelanggan yang
diperlukan yang ada dan menunggu antrian dalam sistem.
i) Waktu yang diharapkan pelanggan sela dalam sistem (Ws) adalah
waktu yang diharapkan pelanggan selama menunggu dalam sistem.
j) Waktu yang diharapkan ppelanggan sela dalam antrian (Wq) adalah
waktu yang diharapkan pelanggan selama menunggu dalam antrian.
2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu
Landasan penelitian terdahulu yang berhubungan dengan masalah
antrian yang dilakukan oleh KHAIRUL ANWAR ( 2008 ) dengan judul,
Penerapan Teori antrian pada Bioskop 21 Malang Town Square
(MATOS). Tujuan Penelitiannnya yaitu untuk mengetahui loket yang tepat
dengan menggunakan teori antrian.dan FERY YUDIANTO (2011) dengan
judul, Analisis antrian pada dinas kependudukan dan catatan sipil kota
probolinggo. Tujuan penelitiannya yaitu untuk mengetahui waktu pelanggan
memperoleh pelayanan pada Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota
Probolinggo sesuai dengan kebutuhan pelanggan.
Pada penelitian KHAIRUL ANWAR menggunakan metode analisa
Single Channel Single Phase yang menemukan tingkat intensitas pelayanan
(p) 0,7828 probabilitas tidak ada pelanggan (PO) 0,17. Jumlah pelanggan yang
diharapkan dalam antrian (LQ) 2,8214 orang, jumlah konsumen yang
diharapkan dalam antrian (LS) 4,57 orang, waktu yang diharapkan konsumen
9
Teori Antrian Kuantitatif
Jumlah Pelanggan Selama Menunggu Dalam Sistem
Waktu rata-rata pelanggan menunggu dalam sistem
Jumlah Pelanggan Selama Menunggu Dalam Antrian
Waktu rata-rata pelanggan menunggu dalam sistem
Keputusan ketepatan pelayanan
dalam sistem (WS) 0,0596 jam. Alternatif pemecahan masalahnya adalah pada
waktu ada acara pemutaran film yang banyakdisukai pelanggan maka pihak
bioskop 21 menggunakan 2 fasilitas pelayanan loket yang ada dan apabila
pada hari-hari biasa maka akan menggunakan satu pelayanan loket saja. Pada
penelitian FERY YUDIANTO hasil teori antrian model Single Channel
multi phase adalah menghasilkan jumlah pelanggan yang menunggu dalam
system sebanyak 10 orang, jumlah pelanggan yang menunggu dalam antrian
sebanyak 8 orang, waktu pelanggan menunggu dalam antrian (Waiting
queuing) selama 15,79 menit dan waktu pelanggan menunggu dalam system
antrian(Waiting system) selama 19,5 menit, Besarnya standart waktu
pelayanan yang harus dilaksanakan pada loket selama 4 menit.
2.3 Kerangka Konseptual dan Hipotesis
Dalam sebuah penelitian seorang peneliti perlu menggunakan kerangka
konseptual untuk mempermudah dalam melakukan penelitian. Kerangka
konseptual dalam penelitian ini dapat dilihat pada gambar 2.6 yaitu:
Gambar 2.6
Kerangka Konseptual
Berdasarkan gambar 2.6 diatas, dapat diketahui pada dasarnya pengambilan
keputusan menyangkut antrian didasarkan pada model keputusan yang sesuai
10
dengan kondisi di subyek penelitian, yaitu Kantor Samsat Kabupaten Trenggalek.
Adapun model keputusan ini didasarkan pada sifat operasi, sesuai dengan
pendapat Siagian (1987:437), yang terdiri dari parameter optimum, parameter laju
pelayanan, jumlah pelayanan atau panjang antrian yang diperkenankan.
Selanjutnya optimasi parameter dilakukan berdasarkan pada keputusan yang dapat
meminimumkan jumlah pelayanan dan antrian per satuan ongkos waktu.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Pendekatan Penelitian
Ruang lingkup dalam penelitian ini berhubungan dengan model antrian
pada Kantor Samsat Kabupaten Trenggalek yang beralamatkan di Jalan
Widowati, Kelutan, dimana instansi ini bergerak di bidang jasa pelayanan
perpanjangan STNK.
Jenis penelitian yang dilakukan adalah survey, penelitian ini dilakukan
agar diketahui latar belakang keadaan objek penelitian, dalam hal ini adalah
Kantor Samsat Kabupaten Trenggalek, kemudian melakukan penelitian serta
menganalisis dan memecahkan masalah yang ada secara lengkap sesuai
dengan data-data yang diperoleh.
3.2 Populasi dan sampel
1. Populasi
Menurut sukaran (2006:121). Populasi mengacu pada keseluruhan
kelompok orang, kejadian, atau hal minat yang ingin peneliti investigasi.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pelanggan atau penduduk
Kabupaten Trenggalek yang akan memperpanjang STNK.
2. Sampel
Menurut Sukaran (2006:123). Sampel adalah sebagian dari populasi.
Sampel terdiri dari sejumlah anggota yang dipilih dari populasi. Dengan
kata lain sejumlah populasi tetapi tidak semua elemen populasi akan
membentuk sampel. Sampel dalam penelitian ini yaitu pelanggan yang
akan memperpanjang STNK. Tekhnik menggunakan Probability
Sampling yaitu Tekhnik Simple Random Sampling dengan acak sederhana
11
pada pelanggan yang datang melaukan pelayanan secara langsung.
Besarnya sample dianjurkan berkisar antara 30-500 orang. Dimana sudah
diusulkan aturan dalam menentukan ukuran sample Roscoe pada tahun
1975. (Sukaran:2006:160)
3.3 Instrumen / Teknik Pengumpulan Data
Menurut Darmawan (2003:37) Teknik pengumpulan data dapat diperoleh
dengan berbagai cara yaitu cara yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Observasi yaitu pencatatan yang sistematis pada setiap gejala yang diteliti
tentang kegiatan yang dilakukan pada Kantor Samsat Kabupaten
Trenggalek pada saat tertentu yaitu banyaknya pelanggan yang datang
sehingga mengalami antrian. Adapun data yang diambil yaitu:
a. Jumlah konsumen pada waktu sibuk
b. Jumlah konsumen pada waktu tidak sibuk.
2. Wawancara yaitu tekhnik pengumpulan data dengan melakukan Tanya
jawab langsung kepada karyawan yang ditunjuk. Data yang diambil yaitu:
a. Tentang gambaran umum
b. Tentang prosedur pelayanan.
c. Tentang fasilitas pelayanan yang ada
3. Dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang
berupa buku-buku, surat kabar, majalah, artikel.
3.4 Definisi Operasional Variabel
1. Loket (L) yaitu suatu sarana yang digunakan untuk memberikan
pelayanan pada konsumen
2. Prosedur Pelayanan (PP) yaitu cara yang digunakan untuk memberikan
pelayanan yang ada dalam sistem (Kantor Samsat)
3. Konsumen/Pelanggan (K) yaitu semua pelanggan yang akan
memperpanjang STNK
4. Staff /Pegawai (PS) yaitu semua tenaga kerja yang memberikan pelayanan
kepada pelanggan.
12
5. Tingkat fasilitas pelayanan (P) yaitu angka berupa persentase yang
menunjukkan tingkat kegunaan fasilitas pelayanan.
6. Probabilitas tidak ada pelanggan dalam sistem (Po) adalah kemungkinan
jumlah pelanggan yang menunggu untuk mendapatkan pelayanan.
7. Jumlah pelanggan yang selama menunggu dalam sistem (Ls) adalah
angka yang menunjukkan jumlah pelanggan yang diperkirakan dalam
sistem.
8. Jumlah pelanggan yang selama menunggu dalam antrian (Lq) adalah
angka yang menunjukkan jumlah pelanggan yang diperlukan ada dan
menunggu antrian dalam sistem.
9. Waktu yang diharapkan pelanggan sistem antrian (Ws) yaitu angka yang
menunjukkan bahwa waktu rata-rata pelanggan menunggu dalam system.
10. Waktu yang diharapkan pelanggan sela dalam antrian (Wq) adalah waktu
ysng diharapkan pelanggan selama menunggu dalam antrian.
3.5 Metode Penelitian Data dan Pengujian Hipotesis
Dalam penelitian ini analisis kuantitatif yaitu data yang dinyatakan dalam
bentuk angka. Metode antrian yang digunakan yaitu model single channel-
single phase (M/M/1) dimana M1 menunjukkan rata-rata kedatangan yang
meliputi distribusi probabilitas poisson, sedangkan 1 menunjukkan jumlah
dalam sistem atau satu saluran (one channel).
Sedangkan data kuantitatifnya menurut Zulian Yamit (1994:407-408) terdiri
dari:
1. Tingkat kegunaan fasilitas Pelayanan (P)
P= λμ
λ = Tingkat kedatangan pelanggan (unit/jam)
µ = Tingkat pelayanan unit/jam
2. Probabilitas kapasitas (n) pelanggan dalam system (Pn)
Pn=Pn (1−p )
3. Jumlah pelanggan selaa menunggu dlam sistem (Ls)
Ls=P
1−p
4. Jumlah pelanggan selama menungu dalam antrian (Lq)
13
Lq=P2
1−P
5. Waktu rata-rata pelanggan selama menungu dalam sistem (Ws)
W s=1
μ (1−P)
6. Waktu rata-rata pelanggan selama menunggu dalam antrian (Wq)
W q=P
μ (1−P )
DAFTAR PUSTAKA
Dermawan Wibisono. 2003. Riset Bisnis: Panduan bagi praktisi dan akademisi. Jakarta: Gramedia Pustaka.
Haizer, Jay and Render, Barry. 2006. Operations Management. Edisi ketujuh buku 2. Jakarta: Salemba Empat.
Hill, McGraw. 2001. Production and Operations Management. California: Villa
Park Inc.
Khairul Anwar. 2008. Penerapan Teori antrian pada Bioskop 21 Malang Town Square. Malang
P. Siagian. 1987. Penelitian Operasional: Teori dan Praktek. Jakarta: Universitas Indonesia Press.
Uma Sukaran. 2006. Metedologi Penelitian untuk bisnis, edisi 4 Buku 2. Jakarta: Salemba Empat.
Zulian Yamit. 1993. Manajemen Kuantitatif Untuk Bisnis, Edisi Pertama. Yogyakarta: BPFE Yogyakarta.
14