Page 1
PROPOSAL TUGAS AKHIR
ANALISIS KUALITAS AUDIO STREAMING
MENGGUNAKAN VPLS (VIRTUAL PRIVATE LAN SERVICE)
PADA JARINGAN MPLS (MULTI-PROTOCOL LABEL SWITCH)
KOMPETENSI JARINGAN
I KADEK SUMARA
NIM. 0908605067
PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA
JURUSAN ILMU KOMPUTER
Page 2
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS UDAYANA
2013
ii
Page 3
LEMBAR PENGESAHAN PROPOSAL TUGAS AKHIR
Judul :Analisis Kualitas Audio StreamingMenggunakan VPLS (Virtual Private LANService) Pada Jaringan MPLS (Multi-protocollabel switch)
Kompetensi : JaringanNama : I Kadek SumaraNIM : 0908605067Tanggal Seminar :
Disetujui oleh:
Reviewer IPenguji I
Nama : Nama :NIP. NIP.
Reviewer II Penguji II
Nama : Nama :NIP. NIP.
Penguji III
Nama :NIP.
Mengetahui,ii
Page 4
Komisi Seminar dan Tugas AkhirJurusan Ilmu Komputer FMIPA UNUD
Ketua,
Ida Bagus Gede Dwidasmara, S.Kom., M.Cs.NIP. 19850315 201012 1 007
iii
Page 5
KATA PENGANTAR
Proposal penelitian dengan judul Analisis Kualitas
Audio Streaming Menggunakan VPLS (Virtual Private LAN Service)
Pada Jaringan MPLS (Multi-protocol label switch) disusun dalam
rangkaian kegiatan pelaksanaan Tugas Akhir di Jurusan
Ilmu Komputer FMIPA UNUD. Proposal ini disusun dengan
harapan dapat menjadi pedoman dan arahan dalam
melaksanakan penelitian di atas.
Sehubungan dengan telah terselesaikannya proposal
ini maka diucapkan terima kasih dan penghargaan kepada
berbagai pihak yang telah membantu pengusul, antara
lain:
1. Bapak dan Ibu dosen Ilmu Komputer yang secara
tidak langsung telah memberikan dukungan serta
arahan kepada penulis;
2. Seluruh teman-teman mahasiswa Jurusan Ilmu
Komputer FMIPA Universitas Udayana yang telah
memberikan bantuan dan dukungan moral dalam
penyelesaian proposal ini;
3. Semua orang yang telah memberikan kontribusi untuk
membantu penulis dalam menyelesaikan proposal ini,
yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Disadari pula bahwa sudah tentu proposal ini masih
mengandung kelemahan dan kekurangan.Memperhatikan hal
ini, maka masukan dan saran-saran untuk penyempurnaan
sangat diharapkan.
iv
Page 6
Bukit Jimbaran, Mei 2013
Penulis,
v
Page 7
DAFTAR ISI
PROPOSAL TUGAS AKHIR..................................i
LEMBAR PENGESAHAN PROPOSAL TUGAS AKHIR...............ii
KATA PENGANTAR......................................iii
DARTAR TABEL.........................................vi
DAFTAR GAMBAR.......................................vii
1. Latar Belakang....................................8
2. Rumusan Masalah...................................9
3. Tujuan Penelitian.................................9
4. Batasan Masalah...................................9
5. Manfaat Penelitian...............................10
6. Tinjauan Pustaka.................................10
6.1 Pengertian MPLS (Multiprotocol Label Switching)......10
6.1.2 Arsitektur Jaringan MPLS..................11
6.1.3 Distribusi Label...............................12
6.2 Cara Kerja MPLS...............................13
6.3 Paket MPLS....................................14
6.4 Pengertian Virtual Private LAN Service (VPLS)........15
6.4.1 Topologi jaringan VPLS....................16
6.5 Audio Streaming..................................17
vi
Page 8
6.5.1 Streaming...................................17
6.5.2 Audio Digital.................................17
6.5.3 Format File Audio.............................18
6.6 QOS (Quality Of Service)...........................19
6.6.1 Latency/Delay................................19
6.6.2 Packet Loss..................................22
6.6.3 Banwidth...................................22
6.6.4 Throughput.................................23
6.7 Pengukuran Kualitas Audio.....................23
6.7.1 MOS (Mean Opinion Score)......................23
6.8 Wireshark......................................24
6.9 Penelitian Terdahulu.............................25
7. Metodelogi Penelitian............................25
7.1 Variabel Penelitian...........................25
7.2. Analisis Kebutuhan Sistem.....................25
7.3. Model Rancangan Eksperimental Penelitian.....26
7.4. Perlakuan Penelitian.........................29
7.5 Metode Evaluasi...............................29
7.5.2. Tempat Penelitian.........................31
7.5.3. Skenario Pengujian........................31
8. Jadwal Kegiatan Penelitian.......................34
DAFTAR PUSTAKA.......................................36
vii
Page 10
DARTAR TABEL
Tabel 6. 1 Kategori delay Rekomendasi ITU............21
Tabel 6. 2 Kategori Packet Loss ITU..................22
Tabel 6. 3 Kategori Throughput.......................23
Tabel 6. 4 Tabel Kriteria penilaian MOS..............24
Tabel 7. 1 Perangkat yang Digunakan dalam Penelitian.27
Tabel 7. 2 Kategori delay Rekomendasi ITU............29
Tabel 7. 3 Kategori Packet Loss ITU..................30
Tabel 7. 4 Kategori Throughput.......................30
Tabel 7. 5 Variasi Bitrate dan Bandwidth.............31
Tabel 8. 1 Jadwal Kegiatan
Penelitian…………………………………………..34
ix
Page 11
DAFTAR GAMBAR
Gambar 6. 1 Jaringan MPLS............................10
Gambar 6. 2 Contoh Jaringan Sederhana Domain IP......13
Gambar 6. 3 Pemetaan Header Paket MPLS...............14
Gambar 6. 4 Architektur VPLS.........................15
Gambar 6. 5 Topologi jaringan VPLS...................16
Gambar 7. 1 Rancangan Penelitian Audio Streaming
Menggunakan VPLS …....26
Gambar 7. 2 Flowchart Proses Audio Streaming.........27
x
Page 12
1. Latar Belakang
Perkembangan teknologi informasi sudah berkembang
dengan pesat khususnya pada teknologi komunikasi.
Kebutuhan pada teknologi komunikasi tidak terbatas pada
masing-masing individu saja, Dengan tujuan memperlancar
arus informasi. Jaringan komputer memudahkan penyebaran
informasi antara jaringan satu ke jaringan lainnya
walaupun letaknya berjauhan.
VPN (virtual private network) merupakan suatu bentuk
private internet yang melalui public network (internet), dengan
menekankan pada keamanan data dan akses global melalui
internet. Hubungan ini dibangun melalui suatu tunnel
(terowongan) virtual antara 2 node (sumber : IETF).
Teknologi tunneling di gunakan perusahaan atau kantor
agar memiliki jalur khusus yang aman dalam
berkomunikasi dan bertukar data antara perusahaan.
Dengan tunneling, antar perusahaan dapat saling
berkomunikasi data dengan aman, walaupun melalui
jaringan public. Teknologi tunneling itu diharapkan
dapat mentransfer file seperti audio, video, dan file
lainnya.
Penerapan teknologi tunneling tersebut memunculkan
permasalahan karena selain tingkat kompleksitas layanan
tunneling dengan layanan backbone yang tinggi, juga di
butuhkan alat-alat yang mahal. Solusi untuk mengatasi
permasalahan tersebut dengan membuat sebuah jaringan
11
Page 13
MPLS (Multi-protocol label switch) yaitu suatu metode
forwading (meneruskan data melalui suatu jaringan
dengan menggunakan iformasi dalam label yang diletakkan
pada paket ip) (Agung, P. 2008). MPLS melabeli paket-
paket data, untuk menentukan rute dan prioritas
pengiriman paket tersebut yang didalamnya memuat
informasi penting yang berhubungan dengan informasi
routing suatu paket, diantaranya berisi tujuan paket
serta prioritas paket mana yang harus dikirimkan
terlebih dahulu. Teknik ini biasa disebut dengan label
switching. MPLS juga menyediakan VPLS yang merupakan
sebuah teknologi multipoint-to-multipoint tunneling
pada layer 2 yang berjalan di atas jaringan MPLS.
VPLS (Virtual Private LAN Service) menyediankan tunneling
service yang bergerak pada layer 2, sehingga antar
perusahaan yang memiliki network yang sama dapat saling
berkomunikasi walaupun terpisah oleh jaringan public
secara private. VPLS terlihat seolah-olah berada pada
jaringan LAN (Local Area Network) yang sama walaupun
secara kondisi geografisnya berjauhan. VPLS menggunakan
antarmuka Ethernet kepada user, dimana mengijinkan
penyediaan layanan yang cepat dan fleksibel.
Audio streaming merupakan sebuah teknologi yang
memungkinkan untuk mendengarkan musik dan file suara
jenis lainnya secara real-time melalui Internet, tanpa
harus mendownloadnya terlebih dahulu. Streaming
12
Page 14
merupakan proses pengiriman data secara kontinu atau
secara terus-menerus yang dilakukan secara broadcast
melalui internet. Audio streaming salah satu aplikasi
yang dapat di implementasikan untuk menguji kehandalan
jaringan pada VPLS dengan metode tunneling.
Pada penelitian ini akan di analisis kualitas dari
audio streaming menggunakan VPLS pada jaringan MPLS
berdasarkan parameter delay, packet loss dan throughput.
2. Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang akan penulis gunakan sebagai
acuan dalam penelitian ini adalah “bagaimana kualitas
audio streaming menggunakan VPLS (Virtual Private LAN Service)
pada jaringan MPLS (Multi-protocol label switch).
3. Tujuan Penelitian
Tujuan dalam penelitian ini adalah dapat
mengetahui kualitas dari audio streaming menggunakan VPLS
(Virtual Private LAN Service) pada jaringan MPLS (Multi-protocol
label switch).
4. Batasan Masalah
Batasan-batasan masalah dalam melakukan penelitian
antara lain:
1. Implemntasikan audio streaming menggunakan VPLS pada
jaringan MPLS.
2. Parameter yang di ukur meliputi delay, packet loss,
throughput.
13
Page 15
3. Tidak membahas system keamanan dan kecepatan dari
audio streaming.
4. Tidak membahas teknik kompresi dan dekompresi yang
digunakan pada aplikasi multimedia.
5. Tidak membahas basisi data atau databasenya.
5. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini yaitu
dapat memberikan gambaran tentang kualitas dari audio
streaming yang menggunakan VPLS dalam jaringan MPLS.
Manfaat lainnya dapat di jadikan acuan untuk
pengembangan selanjutnya dengan menggunakan teknologi
yang berbeda-beda.
6. Tinjauan Pustaka
6.1 Pengertian MPLS (Multiprotocol Label Switching)
MPLS adalah arsitektur netwok yang di definisikan
oleh IETF untuk memadukan mekanisme di layer 2 dengan
roting di layer 3 untuk pengiriman paket. Keuntungan
lain adalah tidak diperlukan kerumitan teknis seperti
enkapsulasi ke dalam AAL dan pembuatan sel-sel ATM.
Network MPLS terdiri atas sirkuit yang di sebut label-
swiched path (LSP), yang menghubungkan titik-titik yang
di sebut label-swiched router (LSR) di kaitkan dengan
sebuah forwading equivalen class (FEC), yang merupakan
kumpulan paket yang menerima perlakuan forwading yang
sama di sebuah SLR. FEC diidentifikasikan dengan14
Page 16
pemasangan label. Gambar jaringan MPLS dapat dilihat
pada gambar :
Gambar 6. 1 Jaringan MPLS
Sumber : Wastuwibowo, Kuncoro (2003). Jaringan MPLS
6.1.2 Arsitektur Jaringan MPLS
MPLS merupakan teknik yang menggabungkan kemampuan
pengaturan switching yang ada dalam teknologi ATM
dengan fleksibilitas network layer yang dimiliki
teknologi IP. Konsep utama MPLS ialah teknik penempatan
label dalam setiap paket yang dikirim melalui jaringan
ini. MPLS bekerja dengan cara melabeli paket-paket data
dengan label, untuk menentukan rute dan prioritas
pengiriman paket tersebut yang didalamnya memuat
informasi penting yang berhubungan dengan informasi
routing suatu paket, diantaranya berisi tujuan paket
serta prioritas paket mana yang harus dikirimkan
terlebih dahulu. Teknik ini biasa disebut dengan label15
Page 17
switching. Dengan informasi label switching yang
didapat dari routing network layer, setiap paket hanya
dianalisa sekali di dalam router di mana paket tersebut
masuk ke dalam jaringan untuk pertama kali. Router
tersebut berada di tepi dan dalam jaringan MPLS yang
biasa disebut dengan Label Switching Router (LSR).
Dengan teknik MPLS maka akan mengurangi teknik
pencarian rute dalam setiap router yang dilewati setiap
paket, sehingga pengoperasian jaringan dapat
dioperasikan dengan efektif dan efisien mengakibatkan
pengiriman paket menjadi lebih cepat. Jaringan MPLS
terdiri atas sirkit yang disebut label-switched path
(LSP), yang menghubungkan titik-titik yang disebut
label switched router (LSR). LSR pertama dan terakhir
disebut ingress dan egress. Setiap LSP dikaitkan dengan
sebuah forwarding equivalence class (FEC) diidentifikasikan
pemasangan label, yang merupakan kumpulan paket yang
menerima perlakukan forwarding yang sama di sebuah LSR.
LSP dibentuk melalui suatu protocol persinyalan yang
menentukan forwarding berdasarkan label pada paket.
Label yang pendek dan berukuran tetap untuk mempercepat
proses forwarding. Router dalam melakukan pengambilan
keputusan ditentukan oleh semua sumber informasi yang
dapat dikerjakan oleh sebuah label switching dengan
melihat nilai suatu label yang panjangnya tertentu.
Tabel ini biasa disebut Label Forwarding Information Base
16
Page 18
(LFIB). Sebuah label akan digunakan sebagai sebuah
indeks suatu node dan akan digunakan untuk memutuskan
tujuan selanjutnya, dengan pergantian label di dalam
node tersebut. Label lama digantikan oleh label baru,
dan paket akan dikirimkan ke tujuan selanjutnya.
Karenanya sebuah label switching akan membuat pekerjaan
router dan switch menjadi lebih mudah dalam menentukan
pengiriman suatu paket. MPLS ini akan memperlakukan
switch-switch sebagai suatu peer-peer, dan mengontrol
feature yang secara normal hanya dapat berjalan di
jaringan ATM. Dalam jaringan MPLS sekali suatu paket
telah dibubuhi “label”, maka tidak perlu lagi terdapat
analisa header yang dilakukan oleh router, karena semua
pengiriman paket telah dikendalikan oleh label yang
ditambahkan tersebut.
6.1.3 Distribusi Label
Untuk menyusun LSP, label-switching table di
setiap LSR harus dilengkapi dengan pemetaan dari setiap
label masukan ke setiap label keluaran. Proses
melengkapi tabel ini dilakukan dengan protokol
distribusi label hampir serupa dengan protokol
persinyalan di ATM, sehingga sering juga disebut
protokol persinyalan MPLS.
17
Page 19
a. Edge Label Switching Routers (ELSR)
Edge Label Switching Routers ini terletak
pada perbatasan jaringan MPLS, dan berfungsi untuk
mengaplikasikan label ke dalam paket-paket yang
masuk ke dalam jaringan MPLS. Sebuah MPLS Edge
Router akan menganalisa header IP dan akan
menentukan label yang tepat untuk dienkapsulasi ke
dalam paket tersebut ketika sebuah paket IP masuk
ke dalam jaringan MPLS. Ketika paket yang berlabel
meninggalkan jaringan MPLS, maka Edge Router yang
lain akan menghilangkan label yang disebut Label
Switches. Perangkat Label Switches ini berfungsi
untuk menswitch paket-paket ataupun sel-sel yang
telah dilabeli berdasarkan label tersebut. Label
Switches ini juga mendukung Layer 3 routing
ataupun Layer 2 switching untuk ditambahkan dalam
label switching. Operasi dalam label switches
memiliki persamaan dengan teknik switching yang
biasa dikerjakan dalam ATM.
b. Label Distribution Protocol (LDP)
Label Distribution Protocol (LDP) merupakan
suatu prosedur yang digunakan untuk
menginformasikan ikatan label yang telah dibuat
dari satu LSR ke LSR lainnya dalam satu jaringan
MPLS. Dalam arsitektur jaringan MPLS, sebuah LSR
18
Page 20
yang merupakan tujuan atau hop selanjutnya akan
mengirimkan informasi tentang ikatan sebuah label
ke LSR yang sebelumnya mengirimkan pesan untuk
mengikat label tersebut bagi rute paketnya. Teknik
ini biasa disebut distribusi label downstream on
demand.
6.2 Cara Kerja MPLS
R1 dan R6 pada Gambar 1 disebut Edge router,
ditempatkan di bagian depan / perbatasan dari domain
IP. R2, R3, R4 dan R5 disebut Core Router, tidak
berhubungan langsung dengan dunia luar kecuali melalui
Edge router.
Gambar 6. 2 Contoh Jaringan Sederhana Domain IP
Sumber : Wastuwibowo, Kuncoro (2003). Jaringan MPLS
Edge router sebagai Label-Edge-Router (LER) dan Core
Router sebagai Label Switched-Router (LSR). LER mengkonversi
paket IP ke paket MPLS dan sebaliknya. Ketika paket-
paket tersebut masuk ke LER, konversi yang dilakukan
19
Page 21
adalah dari paket IP ke paket MPLS, dan ketika keluar
dari LER, konversi dari paket MPLS ke paket IP.
6.3 Paket MPLS
MPLS hanya melakukan enkapsulasi paket IP dengan
menempelkan header MPLS pada suatu paket. Header MPLS
terdiri atas 32 bit, dibagi menjadi 4 bagian : 20 bit
digunakan untuk Label, 3 bit untuk fungsi experimental, 1
bit untuk fungsi stack, dan 8 bit untuk time-to-live (TTL).
Header MPLS berperan sebagai perekat antara header layer
2 dan layer 3. Label adalah bagian dari header,
memiliki panjang yang bersifat tetap, dan merupakan
satu-satunya tanda identifikasi paket.
Gambar 6. 3 Pemetaan Header Paket MPLS
Sumber : Wastuwibowo, Kuncoro (2003). Jaringan MPLS
Gambar diatas merupakan gambar format MPLS header paket
dengan beberapa rincian yaitu :
a. Label Value (LABEL)
Merupakan field yang terdiri dari 20 bit yang
merupakan nilai dari label tersebut. Nilai label
20
Page 22
tersebut contohnya alamat IP, besar data, jenis
data dan lain-lain.
b. Experimental Use (EXP)
Secara teknis field ini digunakan untuk keperluan
eksperimen yaitu untuk menunjukkan antrian data
yang masuk dan penjadwalan pengiriman paket.
Selain itu, EXP dapat digunakan untuk menangani
indikator QoS dalam sebuah pengiriman data.
c. Bottom of Stack (STACK)
Sebuah paket memungkinkan menggunakan lebih dari
satu label. Field ini digunakan untuk mengetahui
label stack yang paling bawah. Label yang paling
bawah dalam stack memiliki nilai bit 1 sedangkan
yang lain diberi nilai bit 0. Hal ini sangat
diperlukan pada proses label stacking.
d. Time-to-Live (TTL)
Field ini biasanya merupakan hasil salinan dari IP
TTL header yang membantu dalam proses pendeteksian
dan penghentian looping dari paket MPLS
6.4 Pengertian Virtual Private LAN Service (VPLS)
VPLS adalah salah satu cara yang paling inovatif
untuk meyediakan MPLS/Ethernet VPN, yang mengijinkan
beberapa tempat dikoneksikan menggunakan sebuah
jembatan (bridge) domain melalui sebuah jaringan yang
diatur oleh penyedia layanan dengan dukungan MPLS. VPLS
terlihat seolah-olah berada pada jaringan Local Area21
Page 23
Network (LAN) yang sama, bahkan seandainya mereka berada
pada lokasi-lokasi yang berbeda. VPLS menggunakan
antarmuka Ethernet kepada pelanggan, dimana mengijinkan
penyediaan layanan yang cepat dan fleksibel. Perangkat-
perangkat utama yang digunakan dalam konfigurasi VPLS
dideskripsikan pada gambar.
Gambar 6. 4 Architektur VPLS
Sumber : IEEE
Perangkat CE (Customer Edge) merepresentasikan
perangkat batas pada jaringan pelanggan dan digunakan
dahulunya sebagai satu router/switch yang terhubung
langsung dengan penyedia layanan melalui perangkat PE
(Provider Edge). Karena fakta bahwa penulis menggunakan
MPLS untuk memindahkan frame-frame lapisan kedua (L2)
melalui jaringan penyedia, teknologi lapisan kedua yang
digunakan pada router PE berdiri sendiri dari teknologi
yang digunakan.
Bagaimanapun juga, teknologi ini harus sama pada
kedua ujung akhir dari lapisan kedua VPN, oleh karena
22
Page 24
itu penulis harus memiliki pada kedua sisi akhirnya,
Ethernet atau Ethernet dengan vlantagging. Tidak ada
persyaratan untuk sebuah perangkat CE untuk memetakan
koneksi logis ke tempat yang jauh; CE dikonfigurasi
seakan-akan mereka terkoneksi ke sebuah bridge. CE akan
terknokesi ke PE, yang berada di lokasi penyedia
layanan. Pada kasus VPLS, diasumsikan bahwa antarmuka
antara CE dan PE adalah Ethernet. Seluruh kecerdasan
VPN berada di PE. Ini adalah dimana koneksi VPLS
berasal dan berakhir, dan dimana seluruh terowongan
(tunnel) yang diperlukan dibentuk untuk menyambungkan
ke seluruh PE Akhirnya, router penyedia layanan
(Provider Router, P) merepresentasikan perangkat-
perangkat di inti. Mereka tidak memiliki informasi
terkait ke VPN dan hanya mentransfer paket-paket
berlabel dari satu PE ke yang lain dengan cara yang
transparan. Untuk alasan ini, jaringan harus mendukung
MPLS untuk memindahkan lalu lintas paket berdasarkan
label MPLS.
23
Page 25
6.4.1 Topologi jaringan VPLS
Gambar 6. 5 Topologi jaringan VPLS
Sumber : Wastuwibowo, Kuncoro (2003). VPLS
Topologi jaringan VPLS sesuai gambar merupakan
topologi yang sama dengan topologi MPLS karena VPLS
merupakan fungsi tambah sebagai akses privasi dan
keamanan pada Jaringan MPLS. Namun pengertian konsep
jaringan yang berbeda. Pada jaringan VPLS yang diinstal
teknologi VPLS hanya pada sisi router Customer Edge
(CE) sehingga end user pada satu sisi CE bisa
mengakses pada PC end user sisi lainnya dengan memiliki
hak akses yang sama seperti halnya berada pada Local
Area Network (LAN) tersebut.
6.5 Audio Streaming
Audio streaming merupakan Sebuah teknologi yang
memungkinkan untuk mendengarkan musik dan file suara
jenis lainnya secara real-time melalui Internet, tanpa
harus mendownloadnya terlebih dahulu.
24
Page 26
6.5.1 Streaming
Streaming adalah proses pengiriman data secara
terus-menerus yang dilakukan secara broadcast melalui
internet. Paket-paket data yang akan dikirimkan telah
dikompresi untuk memudahkan pengirimannya melalui
internet. Selain itu, dalam prosesnya streaming
merupakan teknologi yang dapat dijalankan tanpa harus
menunggu proses download selesai tanpa ada proses
interupsi.
6.5.2 Audio Digital
Audio digital merupakan versi digital dari suara
analog. Pengubahan suara analog menjadi suara digital
membutuhkan suatu alat yang disebut Analog to digital
Converter (ADC). ADC akan mengubah amplitude sebuah
gelombang analog ke dalam waktu interval (sampel)
sehingga menghasilkan representasi digital dari suara.
Kualitas perekaman digital tergantung pada seberapa
sering sampel diambil dan berapa banyak angka yang
digunakan untuk merepresentasikan nilai dari tiap
sampel (bitdepth, ukuran sampel, resolusi, range
dinamis). Semakin tinggi kualitas suara, semakin besar
pula file yang dihasilkan. Resolusi audio (8 bit atau
16 bit) menentukan akurasi pedigitalan suara.
Penggunaan bit yang lebih besar untuk ukuran sampel
25
Page 27
akan menghasilkan hasil rekaman yang menyerupai
aslinya.
Berikut rumus perhitungan ukuran file audio digital
:
Mono
(bitResolution / 8) * 1
Stereo
(bitResolution / 8) *2
6.5.3 Format File Audio
Format file audio merupakan hasil pemampatan audio.
Pemampatan audio adalah salah satu bentuk pemampatan
data yang bertujuan untuk mengecilkan ukuran file
audio. Pemampatan dilakukan pada saat pembuatan file
audio dan pada saat distribusi file audio tersebut.
Format file audio berbeda dengan codec. Codec
melakukan encode dan decode dari data audio mentah,
sementara data tersimpan dalam sebuah file dengan
format file audio tertentu. Oleh karena itu kebanyakan
format file audio tak hanya mendukung satu codec audio
tetapi juga dapat mendukung beragam codec, misalnya
format file .avi.
Ada beberapa format file audio yang digunakan yaitu
:
Wav
26
Page 28
Wav merupakan standar format container file yang
digunakan oleh windows, wav umumnya digunakan untuk
menyimpan audio tak termampatkan, file suara
berkualitas CD berukuran besar (sekitar 10MB per
menit)
Mp3
Format MPEG layer-3 merupakan format yang sangat
popular untuk pengunduhan dan penyimpanan music.
Dengan mengurangi bagian-bagian dari file audio
yang tidak terdengar, file .mp3 dimampatkan secara
signifikan sampai 1/10 dari ukuran yang ekuivalen
dengan PCM, tetapi dengan tetap mempertahankan
kualitas audio yang baik.
Wma
Format wma merupakan format popular dari Windows
Media Audio yang dimiliki Microsoft. Format ini
dirancang dengan kemampuan Digital Right Management
(DRM) untuk proteksi penyalinan
Ra
Format ra merupakan format Real Audio yang
dorancang untuk streaming audio melalui internet
Ram
Format ram adalah suatu file teks yang berisi
tautan ke suatu alamat internet tempat file Real
Audio tersimpan. File .ram tidak mempunyai data
audio.
27
Page 29
Dss
Dss (Digital Speech Standard). File .dss merupakan file
kepemilikan dari Olympus.
M4p
M4p adalah sebuah versi kepemilikan dari .aac dalam
MP4 dengan Digital Right Management yang dikembangkan
oleh Apple untuk digunakan pada music yang diunduh
dari iTunes Music Store.
(Sumber : Iwan Binanto “MULTIMEDIA DIGITAL”, 2010)
6.6 QOS (Quality Of Service)
Quality of Service (QoS) adalah kemampuan
menyediakan jaminan dan performansi layanan pada suatu
jaringan. QoS sebagai bentuk suatu ukuran atas
tingkatan layanan yang disampaikan ke klien. Dimana
inti proses streaming ini adalah pengiriman harus tiba
di tujuan dengan tepat tanpa ada gangguan
6.6.1 Latency/Delay
Menurut Behrouz A. Forouzan, Latency atau delay
adalah berapa lama waktu yang dibutuhkan seluruh pesan
untuk benar-benar tiba di tujuan dari waktu bit pertama
dikirim keluar dari sumbernya. Kita dapat mengatakan
latencyterdiri dari empat komponen, yaitu: propagation
time, transmission time, queuing time dan processing delay.Latency
= propagation time+transmission time+queuing time+processing delay
6.6.1.1 Propagation Time
28
Page 30
Propagation time mengukur waktu yang dibutuhkan bit
untuk perjalanan dari sumber ke tujuan. Propagation time
dihitung dengan membagi jarak dengan propagation speed.
Propagation speed dari sinyal elektromagnetik
tergantung pada media dan frekuensi sinyal. Misalnya,
dalam ruang hampa, cahaya disebarkan dengan kecepatan
.Ini lebih rendah di udara, dan jauh
lebih rendah jika di dalam kabel. Contoh perhitungan
propagation time:
a. Berapa propagation time jika jarak antara kedua titik
12.000 km? Asumsikan propagation speed
di dalam kabel.
b.
Dalam kasus ini menunjukkan, bahwa bit dapat mencapai
Samudera Atlantik hanya dalam jika ada kabel
langsung diantara sumber dan tujuan.
6.6.1.2 Transmission Time
Dalam komunikasi data kita tidak hanya mengirim 1
bit, tetapi yang kita kirim adalah pesan. Bit pertama
mungkin memakan waktu sama dengan propagation time untuk
mencapai tujuan, bit terakhir juga dapat mengambil29
Page 31
jumlah waktu yang sama. Namun, ada waktu antara bit
pertama meninggalkan pengirim dan bit terakhir tiba di
penerima. Bit pertama berangkat awal dan tiba lebih
awal, bit terakhir berangkat setelahnya dan tiba
setelahnya. Waktu yang diperlukan untuk transmisi pesan
tergantung pada ukuran pesan dan bandwidth saluran.
Contoh perhitungan transmission time:
a. Berapa propagation dan transmission time untuk 2,5 kbyte
pesan (sebuah e-mail) jika bandwith dari jaringan
adalah 1 Gbps? Asumsikan jarak antara pengirim dan
penerima adalah 12.000 km dan pergerakan cahaya
sebesar .
b.
c.
Perhatikan bahwa dalam kasus ini, karena pesan
yang singkat dan bandwith yang tinggi, faktor dominan
adalah propagation time, bukan transmission time.Transmission
time dapat diabaikan. Contoh kasus perhitungan
transmission time
lain:30
Page 32
a. Berapa propagation dan transmission time untuk 5 Mbyte
pesan (sebuah gambar) jika bandwith dari jaringan
adalah 1 Gbps? Asumsikan jarak antara pengirim dan
penerima adalah 12.000 km dan pergerakan cahaya
sebesar .
b.
c.
Perhatikan bahwa dalam kasus ini, karena pesan
yang sangat panjang dan bandwith yang tidak sangat
tinggi, faktor dominan adalah transmission time, bukan
propagation time.Propagation time dapat diabaikan.
6.6.1.3 Queuing Time
Komponen ketiga dalam latency adalah queuing time,
waktu yang dibutuhkan untuk setiap perangkat menengah
atau akhir untuk menahan pesan sebelum dapat
diproses.Queuing time bukan merupakan faktor tetap,
queuing time berubah tergantung beban yang dikenakan pada
jaringan.Ketika ada lalu lintas pada jaringan, queuing
time meningkat.Sebuah perangkat perantara, seperti
router, membuat pesan itu masuk ke dalam antrian dan
31
Page 33
memprosesnya satu per satu.Jika ada banyak pesan, maka
setiap pesan harus menunggu.
Kategori Delay Besar Delay
Excellent < 150 msGood 150 s/d 300 msPoor 300 s/d 450 msUnacceptable > 450 ms
Tabel 6. 1 Kategori delay Rekomendasi ITU
(Sumber : Kurnia, 2011)
6.6.2 Packet Loss
Packet loss adalah satu atau lebih paket yang
gagal melewati jaringan untuk mencapai tujuan.
Perhitungan untuk mencari presentase jumlah paket yang
hilang selama proses transmisi adalah sebagai berikut :
L = A− BA X 100
Dimana, L = Persentase jumlah paket yang hilang (%)
A = Jumlah Paket yang dikirim (paket)
B = jumlah paket yang diterima (paket)
Dalam penelitian ini standar packet loss yang digunakan
berdasarkan ITU adalah sebagai berikut :
Packet loss (%) Kualitas0-1% Baik1-5% Dapat diterima>10% Tidak Dapat
32
Page 34
diterimaTabel 6. 2 Kategori Packet Loss ITU
Hilangnya sebagian dari data audio yang dikirimkan
melalui jaringan dapat disebabkan oleh banyak hal
seperti, congestion, penolakan oleh sistem karena delay
yang terlalu lama, ataupun kesalahan pada jaringan itu
sendiri. Suatu sistem audio streaming tidak dapat
mengabaikan kemungkinan terjaadinya data error ataupun
data loss selama proses transmisi, karena akan
mengakibatkan kualitas yang buruk dari audio pada saat
proses streaming.
6.6.3 Banwidth
Bandwidth adalah jumlah data yang dapat melalui
suatu jaringan atau bagian dari jaringan untuk setiap
waktu tertentu. Bandwidth pada jaringan bersifat
terbagi, terbatas, dan berubah terhadap waktu. Suatu
jaringan tidak mampu menjamin bandwidth yang dibutuhkan
untuk mentransmisikan audio akan selalu tersedia.
6.6.4 Throughput
Throughput adalah ukuran rata-rata dimana data
dapat dikirim melewati jaringan, dan biasanya
dispesifikasikan dalam bits per second (bps) (Kurose,
James F, Keith W. Ross 2010). Besarnya throughput dapat
di ukur menggunakan rumus :
33
Page 35
ukuran paket data∑
Throughput =
∆t
Throughput secara umum merupakan ukuran aktifitas
dalam suatu komunikasi. Nilai throughput yang besar
menunjukkan kinerja jaringan yang tinggi.
Throughput
(%)
Kualitas
76-100% Sangat bagus51-75-% Bagus26-50 % Sedang<25 % Jelek
Tabel 6. 3 Kategori Throughput
(Sumber : TIPHON)
6.7 Pengukuran Kualitas Audio
6.7.1 MOS (Mean Opinion Score)
Mean opinion score merupakan nilai yang dihasilkan
oleh metode pengukuran subjektif yang umum digunakan
dalam pengukuran Kuliatas Absolute Category Rating (ACR).
pengujian kualitas suara secara objektif pada jaringan
IP yang berdasarkan pada standar ITU-T P.800 . Metode
ini dianggap objektif karena hasil pengujian metode ini
merupakan hasil pengamatan langsung dari beberapa
pengguna yang mendengarkan sebuah sistem audio pada
jaringan IP.(Dwita Aswiyanti,2007) MOS memberikan
34
Page 36
penilaian kualitas suara dengan skala 1 (satu) sampai 5
(lima), dimana satu merepresentasikan kualitas suara
yang tidak direkomendasikan dan lima merepresentasikan
kualitas suara yang sangat memuaskan. Untuk mendapatkan
nilai MOS digunakan rumus sebagai berikut :
…………………………….(2.1)
Dimana :
X(i) = Nilai sample ke i
K = jumlah bobot
N = Jumlah pengamatan
Kriteria penilaian dari hasil perhitungan MOS,
dapat dilihat pada table 2.1 berikut :
Skala Keterangan1.0 – 2.5 Tidak
Direkomendasikan2.6 – 3.0 Tidak Memuaskan3.1 – 3.5 Kurang Memuaskan3.6 – 3.9 Cukup Memuaskan4.0 – 4.5 Memuaskan4.6 – 5.0 Sangat Memuaskan
Tabel 6. 4 Tabel Kriteria penilaian MOS
Rekomendasi ITU-T P.800 untuk nilai kualitas
berdasarkan MOS
35
Page 37
6.8 Wireshark
Wireshark adalah program yang berfungsi untuk
mengetahui kejadian yang terjadi pada saat kita
melakukan interaksi dengan jaringan internet.Dengan
wireshark dapat dilihat proses pengiriman data dari
komputer ke web yang dituju.berikut ini adalah analisa
hasil dari capture yang dilakukandengan menggunkan
wireshark.
6.9 Penelitian Terdahulu
Penelitian yang berjudul “Analisa unjuk Kerja
Audio dan Video Streaming pada Jaringan MPLS VPN
Berbasis IPSec” menyimpulkan bahwa dari sampel data
video streaming yang diambil, yaitu sebesar 1024kbps,
1500kbps dan 2048kbps yang paling baik QoSnya dan
sesuai dengan standard ITU adalah 2048kbps untuk
jaringan MPLS, sedangkan untuk MPLS VPN dengan no QoS
(tanpa pembatasan bandwidth). Dari sampel data audio
streaming yang diambil, yaitu 156kbps, 196kbps dan
256kbps yang paling baik Qosnya dan sesuai standard ITU
adalah 196kbps baik untuk jaringan yang berbasis MPLS
maupun tanpa MPLS VPN.
7. Metodelogi Penelitian
Pada penelitian ini penulis menggunakan pendekatan
metode riset eksperimental. Riset eksperimental36
Page 38
merupakan penelitian yang memungkinkan untuk menentukan
penyebab dari suatu prilaku. Untuk menggambarkan riset
eksperimental bisa dilakukan pada dua kelompok dimana
kelompok satu disebut kontrol tanpa diberi perlakukan
apapun sedangkan pada kelompok ke dua diberikan
perlakuan (treatment). Diasumsikan kedua kelompok ini
sama (Zainal, 2007).
7.1 Variabel Penelitian
Dalam penelitian ini penulis bertujuan untuk
mengetahui pengaruh dari penerapan mekanisme VPLS
(Virtual Private LAN Service) dalam jaringan MPLS (Multi-protocol
label switch) terhadap kualitas audio streaming. Variabel
independen dalam penelitian ini adalah penerapan VPLS.
Sedangkan variable dependen penelitian ini adalah
kualitas dari audio streaming.
7.2. Analisis Kebutuhan Sistem
Penelitian ini akan menganalisis kualitas audio
streaming denngan penerapan VPLS (Virtual Private LAN Service)
pada jaringan MPLS (Multi-protocol label switch). Sistem
pengujian akan dibangun dengan beberapa perangkat keras
yaitu :
1. Tiga Router RB 750
2. Satu Komputer server audio streaming
3. Satu Komputer client
37
Page 39
Dalam penelitian ini juga membutuhkan beberapa
perangkat lunak. Adapun beberapa perangkat lunak yang
akan diperlukan meliputi :
1. Sistem operasi Linux Ubuntu
Sistem operasi yang akan digunakan untuk komputer
server audio streaming
2. Sistem Operasi Windows 7
Sistem operasi untuk komputer client.
3. VLC
Media yang akan digunakan untuk audio streaming baik
sebagai pengirim (server) atau (client) adalah VLC
Video Lan Client
4. Mikrotik OS vers. 5.22
Sistem operasi yang digunakan di router RB 750
yaitu mikrotik OS versi. 5.22
5. Wireshark
Aplikasi Network Analyzer untuk menganalisa kinerja
jaringan.
38
Page 40
7.3. Model Rancangan Eksperimental Penelitian
Gambar 7. 1 Rancangan Penelitian Audio Streaming Menggunakan VPLS
Sesuai dengan gambar 7.1. rancangan eksperimental
yang dibuat terdiri dari beberapa perangkat, yaitu :
Router Mikrotik, Server Audio Streaming, dan Client. Masing-
masing perangkat mempunyai fungsi tersendiri, untuk
lebih jelas dapat dilihat pada tabel 7.3.
Komponen Keterangan
Router Mikrotik Berfungsi sebagai penghubung dua
jaringan atau lebih dengan
berbagai protocol baik itu bridge
maupun routing untuk membangun VPLS
dalam jaringan MPLSServer Audio Streaming Server dalam penelitian ini
berfungsi sebagai source dari audio
yang dikirimkan dengan penerapan
VPLS pada jaringan MPLS. Server ini
menggunakan hardware berupa39
Page 41
komputer/aptop dengan spesifikasi
intel corei5 2410M dengan ram sebesar
2GB. Server tersebut sudah memiliki
tools VLC (VideoLan Client) yang
berfungsi sebagai tempat audio
akan melakukan streaming
Client Client berfungsi sebagai user yang
akan melakukan request audio ke
server, dalam penelitian ini client
menggunakan tools yang sama dengan
server yaitu VLC (Video Lan Client.)Tabel 6. 5 Perangkat yang Digunakan dalam Penelitian
40
Page 42
Gambar 7. 2 Flowchart Proses Audio Streaming
Pada gambar 7.2, menggambarkan flowchart suatu
proses streaming menggunakan VPLS. Pada gambar mengacu
pengiriman file audio streaming sebagai berikut :
1. Client melakukan request untuk mengakses audio
straming ke server menggunakan VPLS.
2. Jika proses sudah berhasil di terima oleh server,
maka client akan langsung bisa mendengarkan file
audio yang di inginkan client.
41
Page 43
3. Jika proses gagal, maka clien akan mengulang untuk
meriquest kembali ke server.
Langkah – langkah perancangan eksperimental
penelitian ini antara lain :
1. Perancangan infrastruktur VPLS dalam jaringan MPLS
pada router mikrotik yang bersifat local area
network.
2. Pembangunan server audio streaming dan client untuk
melakukan proses streaming audio.
3. Variabel control :
a. Server untuk proses streaming berjumlah satu
dengan menggunakan VLC.
b. Client untuk proses streaming berjumlah satu
dengan menggunakan VLC.
c. Durasi dalam proses streaming selama 5 menit.
d. Variasi bandwidth yang digunakan sebesar 128Kbps,
256Kbps, dan 512Kbps.
e. Bitrate yang digunakan sebesar 96Kbps, 128Kbps,
256Kbps, dan 320Kbps.
7.4. Perlakuan Penelitian
Perlakuan yang dilakukan dalam penelitian ini
adalah melakukan pengujian terhadap bitrate dari audio
streaming dalam jaringan MPLS menggunakan VPLS. Variasi
bitrate yang digunakan adalah 96Kbps, 128Kbps, 256Kbps,
dan 320Kbps. Sedangkan variasi bandwidth yang digunakan42
Page 44
adalah 128Kbps, 256Kbps, dan 512Kbps. Observasi yang
dilakukan yaitu melihat kualitas audio streaming pada
VPLS dengan mengukur berapa packet loss, delay, dan throughput
dengan besaran bitrate dan bandwidth yang sudah
ditentukan.
7.5 Metode Evaluasi
Metode evaluasi yang digunakan dalam penelitian
ini adalah observasi langsung terhadap objek
penelitian. Yang akan dievaluasi pada penelitian ini
antara lain:
1. Bandwidth
Panggunaan variasi bandwidth untuk penelitian ini
adalah 128 Kbps, 256 Kbps, dan 512 Kbps.
2. Delay
Delay merupakan waktu yang dibutuhkan untuk
mengirimkan data dari sumber (pengirim) ke tujuan
(penerima). Dalam penelitian ini, delay yang dicari
nilainya adalah delay propagasi. Pengujian Delay
bertujuan untuk mengetahui performa audio streaming
dengan menggunakan VPLS pada jaringan MPLS dengan
mengukur nilai aktual dari proses pengiriman content.
Satuan delay yang digunakan adalah millisecond (ms).
Dalam penelitian ini standar packet loss yang
digunakan berdasarkan ITU G.114[17] adalah sebagai
berikut :
43
Page 45
Kategori Delay Besar Delay
Excellent < 150 msGood 150 s/d 300 msPoor 300 s/d 450 msUnacceptable > 450 ms
Tabel 6. 6 Kategori delay Rekomendasi ITU
(Sumber : Kurnia, 2011)
3. Packet Loss
Packet loss adalah satu atau lebih paket yang gagal
melewati jaringan untuk mencapai tujuan. Perhitungan
untuk mencari presentase jumlah paket yang hilang
selama proses transmisi adalah sebagai berikut :
L = A− BA X 100
Dimana, L = Persentase jumlah paket yang hilang (%)
A = Jumlah Paket yang dikirim (paket)
B = jumlah paket yang diterima (paket)
Dalam penelitian ini standar packet loss yang
digunakan berdasarkan ITU G.114[17] adalah sebagai
berikut :
Packet loss (%) Kualitas0-1% Baik1-5% Dapat diterima>10% Tidak Dapat
diterimaTabel 6. 7 Kategori Packet Loss ITU
44
Page 46
4. Throughput
Throughput adalah ukuran rata-rata dimana data dapat
dikirim melewati jaringan, dan biasanya
dispesifikasikan dalam bits per second (bps) (Kurose,
James F, Keith W. Ross 2010). Besarnya throughput dapat
di ukur menggunakan rumus :
ukuran paket data∑
Throughput =
∆t
Throughput secara umum merupakan ukuran aktifitas
dalam suatu komunikasi. Nilai throughput yang besar
menunjukkan kinerja jaringan yang tinggi. Dalam
penelitian ini standar Throughput yang di gunakan
berdasarkan TIPHON.
Throughput
(%)
Kualitas
76-100% Sangat bagus51-75-% Bagus26-50 % Sedang<25 % Jelek
Tabel 6. 8 Kategori Throughput
(Sumber : TIPHON)
7.5.2. Tempat Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan pada jaringan
internal Universitas Udayana.
45
Page 47
7.5.3. Skenario Pengujian
Pada penelitian ini akan dilakukan pengujian
kualitas audio streaming pada jaringan MPLS menggunakan
VPLS. Proses pengujian dan pengambilan data dilakukan
pada jaringan local. Tabel variasi bandwith dan bitrate
dapat dilihat pada tabel 7.2 :
Client Bit rate Bandwidth
1
96Kbps 128Kbps256Kbps512Kbps
128Kbps 128Kbps256Kbps512Kbps
256Kbps 128Kbps256Kbps512Kbps
320Kbps 128Kbps256Kbps512Kbps
Tabel 6. 9 Variasi Bitrate dan Bandwidth
Skenario pengujian dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut :
1. Skenario pengujian I
Pada skenario ini akan menguji kualitas audio streaming
format .mp3 dengan durasi 5 menit dan bit rate 96
Kbps. Kualitas yang ingin diamati adalah nilai dari46
Page 48
delay, packet loss, dan throughput. Bandwidth yang digunakan
dalam pengujian ini adalah 128 Kbps dengan
menggunakan satu server yang akan melakukan audio
streaming.
2. Skenario pengujian II
Pada skenario ini akan menguji kualitas audio streaming
format .mp3 dengan durasi 5 menit dan bit rate 96
Kbps. Kualitas yang ingin diamati adalah nilai dari
delay, packet loss, dan throughput. Bandwidth yang digunakan
dalam pengujian ini adalah 256 Kbps dengan
menggunakan satu server yang akan melakukan audio
streaming.
3. Skenario pengujian III
Pada skenario ini akan menguji kualitas audio streaming
format .mp3 dengan durasi 5 menit dan bit rate 96
Kbps. Kualitas yang ingin diamati adalah nilai dari
delay, packet loss, dan throughput. Bandwidth yang digunakan
dalam pengujian ini adalah 512 Kbps dengan
menggunakan satu server yang akan melakukan audio
streaming.
4. Skenario pengujian IV
Pada skenario ini akan menguji kualitas audio streaming
format .mp3 dengan durasi 5 menit dan bit rate 128
Kbps. Kualitas yang ingin diamati adalah nilai dari
delay, packet loss, dan throughput. Bandwidth yang digunakan
dalam pengujian ini adalah 128 Kbps dengan
47
Page 49
menggunakan satu server yang akan melakukan audio
streaming.
5. Skenario pengujian V
Pada skenario ini akan menguji kualitas audio streaming
format .mp3 dengan durasi 5 menit dan bit rate 128
Kbps. Kualitas yang ingin diamati adalah nilai dari
delay, packet loss, dan throughput. Bandwidth yang digunakan
dalam pengujian ini adalah 256 Kbps dengan
menggunakan satu server yang akan melakukan audio
streaming.
6. Skenario pengujian VI
Pada skenario ini akan menguji kualitas audio streaming
format .mp3 dengan durasi 5 menit dan bit rate 128
Kbps. Kualitas yang ingin diamati adalah nilai dari
delay, packet loss, dan throughput. Bandwidth yang digunakan
dalam pengujian ini adalah 512 Kbps dengan
menggunakan satu server yang akan melakukan audio
streaming.
7. Skenario pengujian VII
Pada skenario ini akan menguji kualitas audio streaming
format .mp3 dengan durasi 5 menit dan bit rate 256
Kbps. Kualitas yang ingin diamati adalah nilai dari
delay, packet loss, dan throughput. Bandwidth yang digunakan
dalam pengujian ini adalah 128 Kbps dengan
menggunakan satu server yang akan melakukan audio
streaming.
48
Page 50
8. Skenario pengujian VIII
Pada skenario ini akan menguji kualitas audio streaming
format .mp3 dengan durasi 5 menit dan bit rate 256
Kbps. Kualitas yang ingin diamati adalah nilai dari
delay, packet loss, dan throughput. Bandwidth yang digunakan
dalam pengujian ini adalah 256 Kbps dengan
menggunakan satu server yang akan melakukan audio
streaming.
9. Skenario pengujian IX
Pada skenario ini akan menguji kualitas audio streaming
format .mp3 dengan durasi 5 menit dan bit rate 256
Kbps. Kualitas yang ingin diamati adalah nilai dari
delay, packet loss, dan throughput. Bandwidth yang digunakan
dalam pengujian ini adalah 512 Kbps dengan
menggunakan satu server yang akan melakukan audio
streaming.
10. Skenario pengujian X
Pada skenario ini akan menguji kualitas audio streaming
format .mp3 dengan durasi 5 menit dan bit rate 320
Kbps. Kualitas yang ingin diamati adalah nilai dari
delay, packet loss, dan throughput. Bandwidth yang digunakan
dalam pengujian ini adalah 128 Kbps dengan
menggunakan satu server yang akan melakukan audio
streaming.
11. Skenario pengujian XI
49
Page 51
Pada skenario ini akan menguji kualitas audio streaming
format .mp3 dengan durasi 5 menit dan bit rate 320
Kbps. Kualitas yang ingin diamati adalah nilai dari
delay, packet loss, dan throughput. Bandwidth yang digunakan
dalam pengujian ini adalah 256 Kbps dengan
menggunakan satu server yang akan melakukan audio
streaming.
12. Skenario pengujian XII
Pada skenario ini akan menguji kualitas audio streaming
format .mp3 dengan durasi 5 menit dan bit rate 320
Kbps. Kualitas yang ingin diamati adalah nilai dari
delay, packet loss, dan throughput. Bandwidth yang digunakan
dalam pengujian ini adalah 512 Kbps dengan
menggunakan satu server yang akan melakukan audio
streaming.
8. Jadwal Kegiatan Penelitian
No KegiatanMinggu ke-
1 23 4
56 7 8 9 1
0
1
1
1
2
1.Pengumpulan Data
Awal2. Analisis Data
3.Desain dan
Implementasi
4.Instalasi dan
Pengujian Sistem
50
Page 52
5
Penulisan
Laporan
PenelitianTabel 8. 1 Jadwal Kegiatan Penelitian
51
Page 53
DAFTAR PUSTAKA
Besnik Shatri,Agim Abdullahu, Skënder Rugova,Arianit
Maraj, “VPN creation in
IP/MPLS Network in Kosova,” Seventh International Conference on
Networking, 2008 IEEE.
Rosen, E., Viswanathan, A., and Callon, R., Multiprotocol
Label Switching
Architecture, April 1999.
Lawrence J (2001). Designing Multiprotocol Label Switching
Networks. IEEE
Communications Magazine, July 2001
Jiezhao Peng, “VPLS Technology Research and Application in the
Architectures
of E-Government Network,” International Conference on
Management of e-Commerce and e-Government, 2009
IEEE.
Shivanagouda Biradar, Basel Alawieh and Hussein
Mouftah, “Delivering Reliable
Real-Time multicast Servicesover Virtual Private LAN Service,”
IEEE ICC, 2006 IEEE.
52
Page 54
Anil kumar G, Krishna Kumar M, Dr. P Jayarekha,
"Software solution for fast
Reconfiguration of VPLS services," National Conference on
Wireless Communication, Signal Processing,
Embedded Systems, WiSE 2013.
Jeremy De Clercq and Olivier Paridaens, “Scalability
Implications of Virtual
Private Networks,” IEEE Communications Magazine, May
2002.
Tiphon.“Telecommunications and Internet Protocol Harmonization Over
Networks (TIPHON) General aspects of Quality of Service (QoS)”,
DTR/TIPHON-05006 (cb0010cs.PDF).1999.
Yonathan, Bryant, Bandung, Yoanes, Langi, Armien ZR.
2011. Analisis Kualitas Layanan (QOS) Audieo –Video Layanan
Kelas Virtual di Jaringan Digital Learning Pedesaan. Teknik
Elektro dan Informatika Institut Teknologi
Bandung. Bandung.
Iwan Binanto. 2010 “MULTIMEDIA DIGITAL”.
53