TREND ISSUE KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN DIBIDANG KEPERAWATAN
MEDIKAL BEDAHDiajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Contemporary
Issue In Health Care Service ManagementDisusun Oleh : Kelompok
I
1. Binarto Nainggolan
2. Karlina Natalia Ginting
3. Marsiyanti
4. Nila Agustina Sijabat
5. Sustania
6. Tiyan Hidayat Putra
7. Yusnita Heidi LauraPROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN IMMANUEL
BANDUNG
2014KATA PENGANTAR
Puji syukur senantiasa kita panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang
Maha Kuasa, karena atas rahmat dan karunia yang telah diberikan,
kami dapat menyusun dan menyelesaikan makalah tentang Trend Issue
Kualitas Pelayanan Kesehatan Dibidang Keperawatan Medikal
Bedah.Kelompok menyadari bahwa terselesaikannya tugas ini, tidak
terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, Kelompok
ingin mengucapkan terima kasih kepada :1. Rika Harini,
Ns.,Sp.Kep.An. Selaku koordiantor mata kuliah dan dosen
Contemporary Issue In Health Care Service Management yang selalu
memberikan arahan dan bimbingan selama perkuliahan berlangsung.2.
Linda Hotmaida, S.Kep.,Ners. Selaku dosen mata kuliah Contemporary
Issue In Health Care Service Management yang selalu memberikan
arahan dan bimbingan selama perkuliahan berlangsung.3. Herwinda,
S.Kep.,Ners .Selaku dosen mata kuliah Contemporary Issue In Health
Care Service Management yang selalu memberikan arahan dan bimbingan
selama perkuliahan berlangsung. Kelompok menyadari akan
berkembangnya ilmu pengetahuan yang tak pernah berhenti, oleh
karena itu penulis menerima semua saran dan kritik guna untuk
memperbaiki di masa mendatang.
Semoga Tuhan Yang Maha Esa membalas semua amal baik semua yang
telah membantu dalam proses penyusunan makalah ini, Amin.
Bandung, 27 Januari 2014
Kelompok 1 DAFTAR ISI
iiKATA PENGANTAR
iiiDAFTAR ISI
1BAB I
1PENDAHULUAN
11.1 Latar Belakang
31.2 Tujuan Penulisan
41.3 Metode Penulisan
5BAB II
5TINJAUAN TEORI
52.1 Pengertian
62.2 Pelayanan Kesehatan
132.3 Keperawatan Medikal Bedah
142.4 Konsep Penyembuhan Luka
31BAB III
31PENUTUP
31A.Simpulan
31B.Saran
32DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Keperawatan sebagai profesi dituntut untuk mengembangkan
keilmuannya sebagai wujud kepeduliannya dalam meningkatkan
kesejahteraan umat manusia baik dalam tingkatan preklinik maupun
klinik. Untuk dapat mengembangkan keilmuannya maka keperawatan
dituntut untuk peka terhadap perubahan-perubahan yang terjadi di
lingkungannya setiap saat.Keperawatan medikal bedah sebagai cabang
ilmu keperawatan juga tidak terlepas dari adanya berbagai perubahan
tersebut, seperti teknologi alat kesehatan, variasi jenis penyakit
dan teknik intervensi keperawatan. Adanya berbagai perubahan yang
terjadi akan menimbulkan berbagai trend dan isu yang menuntut
peningkatan pelayanan asuhan keperawatan. Berdasarkan fenomena
diatas, penulis tertarik untuk membahas Trend dan Isu Keperawatan
Medikal Bedah serta Implikasinya terhadap Perawat di
Indonesia.Perawat dalam menjalankan peran dan tanggungjawabnya
sangat dituntut memiliki pengetahuan, ketrampilan dan sikap yang
baik yang dapat menunjang tindak prilaku profesionalnya .
Pengetahuan, ketrampilan, dan sikap yang baik akan dapat diperoleh
dalam lingkungan perguruan tinggi yang memiliki komitmen yang kuat
untuk mencetak perawat yang profesional.Dekade ini begitu banyak
perguruan tinggi keperawatan yang berdiri dengan mekanisme yang
ada. Perguruan tinggi ini tentunya memiliki andil dalam pembangunan
bangsa utamanya dunia keperawatan untuk mencetak sumber daya
keperawatan yang profesional, dan itu patut kita acungi jempol atas
segala upayanya. Namun disatu sisi bahwa dengan maraknya perguruan
tinggi keperawatan tersebut.
Pada saat ini, perawatan luka telah mengalami perkembangan yang
sangat pesat terutama dalam dua dekade terakhir ini. Teknologi
dalam bidang kesehatan juga memberikan kontribusi yang sangat untuk
menunjang praktek perawatan luka ini.Selainitu, isu terkini yang
berkait dengan manajemen perawatan luka ini berkaitan dengan
perubahan profil pasien, dimana pasien dengan kondisi
peningkatanpenyakitkronis semakin banyak ditemukan. Kondisi
tersebut biasanya sering menyertai kekompleksan suatu luka dimana
perawatan yang tepat diperlukan agar proses penyembuhan bisa
tercapai dengan optimal.
Trend perawatan luka yang digunakan saat ini adalah menjaga
kelembaban area luka. Luka yang lembab akan dapat mengaktivasi
berbagai growth factor yang berperan dalam proses penutupan luka.
Yang perlu diperhatikan adalah durasi waktu dalam memberikan
kelembapan pada luka sehingga resiko terjadinya infeksi dapat
diminimalkan. Selain itu prinsip ini juga tidak menghambat aliran
oksigen, nitrogen dan unsur-unsur penting lainnya serta merupakan
wadah terbaik untuk sel-sel tubuh tetap hidup dan melakukan
replikasi secara optimal, sehingga dianggap prinsip ini sangat
efektif untuk penyembuhan luka. Hal ini akan berdampak pada layanan
keperawatan, meningkatkan kepuasan pasien serta memperpendek lama
hari perawatan. Namun demikian, prinsip ini belum diterapkan di
semua rumah sakit di seluruh Indonesia.Dengan demikian, perawat
dituntut untuk mempunyai pengetahuan dan keterampilan yang adekuat
terkait dengan proses perawatan luka yang dimulai dari pengkajian
yang komprehensif, perencanaan intervensi yang tepat, implementasi
tindakan, evaluasi hasil yang ditemukan selama perawatan serta
dokumentasi hasil yang sistematis.
1.2 Tujuan Penulisan1.2.1 Tujuan Umum
Adapun tujuan umum penulisan makalah tentang Trend Issue
Kualitas Pelayanan Kesehatan Dibidang Keperawatan Medikal Bedah dan
Mahasiswa mampu menganalisa Trend dan Isu Keperawatan Medikal Bedah
tentang Perawatan Luka Dengan Prinsip Moisture Balance ini adalah
sebagai berikut:Mahasiswa mampu menjadi pemimpin dan manajer
keperawatan yang sesuai dengan peminatan dalam perkembangan ilmu
manajemen pelayanan kesehatan (medical bedah). Memiliki perspektif
pelayanan kesehatan yang baik, mampu menganalisa dan mengambil
kebijakan dan pemanfaatan teknologi terkini.
1.2.2 Tujuan khusus
a. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami Konsep penyembuhan
luka.
b. Mahasiswa mengetahui dan memahami prinsip dasar penyembuhan
luka.
c. Mahasiswa mengetahui dan memahami tehnik mempertahankan
penyembuhan luka.d. Mahasiswa mengetahui perkembangan prinsip
Moisture Balance di Indonesia.1.3 Metode PenulisanMetode penulisan
yang penulis gunakan dalam penyusunan makalah ini adalah pola
deskripsi, yakni mengambarkan, memaparkan serta menjelaskan kembali
apa yang telah penulis dapat dan telah penulis pelajari sebelumnya
dari berbagai sumber yang telah penulis padukan menjadi satu
rangkaian berdasarkan pemahaman penulis, agar mahasiswa juga dapat
mengerti dan memahami tentang salah satu mata kuliah yang kami
sajikan dalam Contemporary Issue In Health Care Service
Managemen.
Ada pula metode penulisan untuk bahan sumber yang penulis
dapatkan adalah sebagai berikut:
1. Mencari bahan di perpustakaan berdasarkan sumber yang sesuai
dengan materi2. Mencari jurnal yang sesuai dengan materi yang
dibutuhkan3. Menanyakan kepada pakar yang lebih memahami materi
ini4. Mencari di WebsiteBAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Pengertian1. Perawat adalah profesi yang difokuskan pada
perawatan individu, keluarga, dan masyarakat sehingga mereka dapat
mencapai, mempertahankan, atau memulihkan kesehatan yang optimal
dan kualitas hidup dari lahir sampai mati (Bagolz, 2010)
2. Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang
merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang didasarkan
pada ilmu dan kiat keperawatan, berbentuk pelayanan biopsikososial
dan spiritual yang komprehensif, ditujukan kepada individu,
keluarga dan masyarakat baik sakit maupun sehat yang mencakup
seluruh proses kehidupan manusia (Hidayat, 2004)
3. Trend dan Issu Keperawatan adalah sesuatu yang sedang
dibicarakan banyak orang tentang praktek/mengenai keperawatan baik
itu berdasarkan fakta ataupun tidak, trend dan issu keperawatan
tentunya menyangkut tentang aspek legal dan etis keperawatan.
(Depkes ,2009)4. definisi pelayanan kesehatan menurut Depkes RI
(2009) adalah setiap upaya yang diselenggarakan sendiri atau secara
bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan
meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit serta
memulihkan kesehatan perorangan, keluarga, kelompok dan atupun
masyarakat. Sesuai dengan batasan seperti di atas, mudah dipahami
bahwa bentuk dan jenis pelayanan kesehatan yang ditemukan banyak
macamnya.5. Keperawatan medikal bedah merupakan pelayanan
profesional yang didasarkan Ilmu dan teknik Keperawatan Medikal
Bedah berbentuk pelayanan bio-psiko-sosio-spiritual yg komprehensif
ditujukan pada orang dewasa dgn atau yg cenderung mengalami
gangguan fisiologi dgn atau tanpa gangguan struktur akibat trauma.
Keperawatan medical bedah merupakan bagian dari keperawatan, dimana
keperawatan itu sendiri adalah : Bentuk pelayanan profesional yang
merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan, berbentuk
pelayanan bio-psiko-sosio-spiritual yang komprihensif ditujukan
pada individu, keluarga dan masyarakat baik sakit maupun sehat yang
mencakup seluruh proses kehidupan manusia. Pelayanan keperawatan
berupa bantuan yang diberikan dengan alasan : kelemahan fisik,
mental, masalah psikososial, keterbatasan pengetahuan, dan
ketidakmampuan dalam melakukan kegiatan sehari-hari secara mandiri
akibat gangguan patofisiologis, (CHS,2004).2.2 Pelayanan
Kesehatan1. DefinisiSistem pelayanan kesehatan merupakan bagian
penting dalam meningkatkan derajat kesehatan. Melalui sistem ini
tujuan pembangunan kesehatan dapat tercapai dengan efektif, efisien
dan tepat sasaran. 2. Sistem pelayanan kesehatanKeberhasilan sistem
pelayanan keehatan tergantung dari berbagai komponen yang masuk
dalam pelayanan kesehatan. Sistem terbentuk dari subsistem yang
saling berhubungan dan saling mempengaruhi. Sistem terdiri dari:
input, proses, output, dampak, umpan balik dan lingkungan.a.
Input
Merupakan sistem yang akan memberikan segala masukan untuk
berfungsinya sebuah sistem. Input pelayanan kesehatan meliputi:
potensi masyarakat, tenaga dan sarana kesehatan, dan sebagainya.b.
ProsesMerupakan kegiatan merubah sebuah masukan menjadi sebuah
hasil yang diharapkan dari sistem tersebut. Proses dalam pelayanan
kesehatan meliputi berbagai kegiatan dalam pelayanan kesehatan.c.
OutputMerupakan hasil yang diperoleh dari sebuah proses. Output
pelayanan kesehatan dapat berupa pelayanan yang berkualitas dan
terjangkau sehingga masyarakat sembuh dan sehat.d. DampakMerupakan
akibat dari output atau hasil suatu sistem, terjadi dalam waktu
yang relatif lama. Dampak sistem pelayanan kesehatan adalah
masyarakat sehat, angka kesakitan dan kematian menurun. e. Umpan
balik Merupakan suatu hasil yang sekaligus menjadi masukan. Terjadi
dari sebuah sistem yang saling berhubungan dan saling mempengaruhi.
Umpan balik dalam pelayanan kesehatan dapat berupa kualitas tenaga
kesehatan.f. LingkungaAdalah semua keadaan diluar sistem tetapi
dapat mempengaruhi pelayanan kesehatan. 3. Tingkat pelayanan
kesehatanMerupakan bagian dari sistem pelayanan kesehatan yang
diberikan pada masyarakat. Menurut Leavel & Clark dalam
memberikan pelayanan kesehatan harus memandang pada tingkat
pelayanan lesehatan yang akan diberikan, yaitu:a. Health Promotion
(Promosi Kesehatan)Merupakan tingkat pertama dalam memberikan
pelayanan melalui peningkatan kesehatan. Bertujuan untuk
meningkatkan status kesehatan masyarakat. Contoh: kebersihan
perorangan, perbaikan sanitasi lingkungan, dan sebagainya.b.
Specific Protection (perlindungan khusus)Perlindungan khusus adalah
masyarakat terlindung dari bahaya atau penyakit-penyakit tertentu.
Contoh: Imunisasi, perlindungan keselamatan kerja.c. Early
diagnosis and prompt treatment (diagnosis dini & pengobatan
segera)Sudah mulai timbulnya gejala penyakit. Dilakukan untuk
mencegah penyebaran penyakit. Contoh: survey penyaringan kasus.4.
Lembaga pelayanan kesehatanMerupakan tempat pemberian pelayanan
kesehatan pada masyarakat untuk meningkatkan status kesehatan.
Bervariasi berdasarkan tujuan pemberian pelayanan kesehatan.a.
Rawat JalanPusat pelayanan rawat jalan, sama dengan klinik, memberi
pelayanan kesehatan dengan cara rawat jalan. Pusat tersebut mungkin
bergabung dengan rumah sakit atau berfungsi secara mandiri dibawah
suatu yayasan atau dibawah pengawasan seorang dokter atau
sekelompok dokter. Pusat pelayanan rawat jalan mungkin dapat
berlokasi dalam suatu fasilitas rawat inap; tetapi sebagian besar
berdiri sendiri dan berlokasi jauh dari institusi rawat inap yang
besar. Pusat-Bedah merupakan salah satu contoh dari pusat pelayanan
rawat jalan dimana klien datang untuk melakukan prosedur oprasi
minor seperti pengangkatan katarak, bedah plastik, dan prosedur
endoskopi. Pusat perawatan darurat yang memberikan pelayanan 24 jam
bagi klien dengan cedera minor atau penyakit seperti laserasi dan
influenza. Pusat perawatan darurat menawarkan alternatif pelayanan
seperti yang diberikan pada ruang kedaruratan rumah sakit.b.
InstitusiLembaga institusional terdiri dari rumah sakit, fasilitas
perawatan yang diperluas, fasilitas psikiatri, dan pusat
rehabilitasi. Semuanya menawarkan bentuk pelayanan kesehatan rawat
inap (klien diterima masuk dan tingga;l di suatu institusi untuk
penentuan diagnosa, menerima pelayanan pengobatan dan
rehabilitasi). Sebagian besar institusi juga menawarkan pelayanan
rawat jalan (klien berkunjung ke suatu institusi untuk menerima
suatu episode diagnosa atau pengobatan yang akan selesai dalam
beberapa jam).c. HospiceAdalah suatu sistem perawatan yang berpusat
pada keluarga yang bertujuan agar klien dapat tinggal dirumahnya
dengan aman, mandiri, dan penuh harga diri, sambil meringankan
penderitaan yang disebabkan oleh penyakit terminal yang
dideritanya. Fokus perawatan hospice adalah perawatan paliatif,
bukan pengobatan kuratif. Hospice dapat bermanfaat untuk klien yang
berada pada tahap terminal dengan penyakit apapun, seperti
kardiomiopati, sklerosis multiple, AIDS, kanker, emfisema, atau
penyakit ginjal.d. Community Based AgencyMerupakan bagian dari
lembaga pelayanan kesehatan yang dilakukan pada klien pada
keluarganya, sebagaimana pelaksanaan perawatan keluarga seperti
praktek perawat keluarga dan lain-lain.5. Lingkup sistem pelayanan
kesehatan Dalam sistem pelayanan kesehatan dapat mencakup pelayanan
dokter, pelayanan keperawtan, dan pelayanan kesehatan masyarakat.
Dokter merupakan subsistem dari pelayanan kesehatan. Subsistem
pelayanan kesehatan tersebut memiliki tujuan masing-masing dengan
tidak meninggalkan tujuan umum dari pelayanan kesehatan. Pelayanan
kesehatan yang ada sekarang ini dapat diselenggarakan oleh pihak
pemerintah maupun swasta. Dalam pelayanan kesehatan terdapat 3
bentuk, yaitu: a) Primary Health Care (Pelayanan Kesehatan Tingkat
Pertama)Pelayanan kesehatan ini dibutuhkan atau dilaksanakan pada
masyarakat yang memiliki masalah kesehatan yang ringan atau
masyarakat sehat tetapi ingin mendapatkan peningkatan kesehatan
agar menjadi optimal dan sejahtera sehingga sifat pelayanan
kesehatan adalah pelayanan kesehatan dasar. Pelayanan kesehatan ini
dapat dilaksanakan oleh puskesmas atau balai kesehatan masyarakat
dan lain-lain. b) Secondary Helath Care (Pelayanan Kesehatan
Tingkat Kedua)Untuk pelayanan kesehatan ini diperlukan bagi
masyarakat atau klien yang membutuhkan perawatan dirumah sakit atau
rawat inap dan tidak dilaksanakan di pelayanan kesehatan utama.
Pelayanan kesehatan ini dilaksanakan di rumah sakit yang tersedia
tenaga spesialis atau sejenisnya.c) Tertiary Health Services
(Pelayanan Kesehatan Tingkat Ketiga)Palayanan kesehatan ini
merupakan tingkat pelayanan yang tertinggi dimana tingkat pelayanan
ini apabila tidak lagi dibutuhkan pelayanan pada tingkat pertama
dan kedua. Biasanya pelayanan ini membutuhkan tenaga-tenaga yang
ahli atau spesialis dan sebagai rujukan utama seperti rumah sakit
yang tipe A atau B.6. Pelayanan keperawatan dalam pelayanan
kesehatanMerupakan bagian dari pelayanan kesehatan yang meliputi
pelayanan dasar dan rujukan sehingga meningkatkan derajat
kesehatan. Pada tingkat pelayanan dasar dilakukan di lingkup
puskesmas dengan pendekatan askep keluarga dan komunitas yang
berorientasi pada tugas keluarga dalam kesehatan, diantaranya
mengenal masalah kesehatan secara dini, mengambil keputusan,
menanggulangi keadaan darurat, memberikan pelayanan dasar pada
anggota keluarga yang sakit serta memodifikasi lingkungan. Pada
lingkup pelayanan rujukan, tugas perawat adalah memberikan askep
pada ruang atau lingkup rujukannya, seperti: asuhan keperawatan
anak, askep jiwa, askep medikal bedah, askep maternitas, askep
gawat darurat, dan sebagainya.7. Faktor yang mempengaruhi pelayanan
kesehatanDalam memberikan pelayanan kesehatan tidak segalanya
tercapai sasaran, akan tetapi membutuhkan suatu proses untuk
mengetahui masalah yang ditimbulkannya. Pelaksanaan pelayanan
kesehatan juga akan lebih berkembang atau sebaliknya akan terhambat
karena dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:a. Ilmu Pengetahuan
dan Teknologi Baru Pelaksanaan sistem pelayanan kesehatan dapat
dipengaruhi oleh ilmu pngetahuan dan teknologi baru, mengingat
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, maka akan diikuti oleh
perkembangan pelayanan kesehatan atau juga sebagai dampaknya
pelayanan kesehatan jelas lebih mengikuti perkembangan dan
teknologi seperti dalam pelayanan kesehatan untuk mengatasi masalah
penyakit-penyakkit yang sulit dapat digunakan penggunaan alat
seperti laser, terapi perubahan gen dan lain-lain. Berdasarkan itu,
maka pelayanan kesehatan membutuhkan biaya yang cukup mahal dan
pelayanan akan lebih profesional dan butuh tenaga-tenaga yang ahli
dalam bidng tertentu.b. Pergeseran Nilai MasyarakatBerlangsungnya
sistem pelayanan kesehatan juga dapat dipengaruhi oleh nilai yang
ada dimasyarakat sebagai penggunaan jasa pelayanan, dimana dengan
beragamnya masyarakat, maka dapat menimbulkan pemanfaatan jasa
pelayanan kesehatan yang berbeda. Masyarakat yang sudah maju dengan
pengetahuan yang tinggi, maka akan memiliki kesadaran yang lebih
dalam penggunaan atau pemanfaatan pelayanan kesehatan, demikian
juga sebaliknya pada masyarakat yang memiliki pengetahuan yang
kurang akan memiliki kesadaran yang rendah terhadap pelayanan
kesehatan, sehingga kondisi demikian akan sangat mempengaruhi
sistem pelayanan kesehatan.c. Aspek Legal dan Etik Dengan tingginya
kesadaran masyarakat terhadap penggunaan atau pemanfaatan jasa
pelayanan kesehatan, maka akan semakin tinggi pula tuntutan hukum
da etik dalam pelayanan kesehatan, sehingga pelaku pemberi
pelayanan kesehatan harus dituntut untuk memberikan pelayanan
kesehatan secara profesional dengan memperhatikan nilai-nilai hukum
dan etika yang ada dimasyarakat.d. EkonomiPelaksanaan pelayanan
kesehatan akan dipengaruhi oleh tingkat ekonomi di masyarakat.
Semakin tinggi ekonomi seseorang, pelayanan kesehatan akan lebih
diperhatikan dan mudah dijangkau, demikian juga sebaliknya apabila
tingkat ekonomi seseorang rendah, maka akan sulit menjangkau
pelayanan kesehatan mengingat biaya dalam jasa pelayanan kesehatan
membutuhkan biaya yang cukup mahal. Keadaan ekonomi ini yang akan
dapat mempengaruhi dalam sistem pelayanan kesehatan.e. Politik
Kebijakan pemerintah melalui sistem politik yang ada akan sangat
berpengaruh sekali dalam sistem pemberian pelayanan kesehatan.
Kebijakan-kebijakan yang ada dapat memberikan pola dalam sistem
pelayanan.2.3 Keperawatan Medikal BedahKeperawatan medikal bedah
merupakan pelayanan profesional yang didasarkan Ilmu dan teknik
Keperawatan Medikal Bedah berbentuk pelayanan
bio-psiko-sosio-spiritual yg komprehensif ditujukan pada orang
dewasa dgn atau yg cenderung mengalami gangguan fisiologi dgn atau
tanpa gangguan struktur akibat trauma. Keperawatan medical bedah
merupakan bagian dari keperawatan, dimana keperawatan itu sendiri
adalah : Bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian
integral dari pelayanan kesehatan, berbentuk pelayanan
bio-psiko-sosio-spiritual yang komprihensif ditujukan pada
individu, keluarga dan masyarakat baik sakit maupun sehat yang
mencakup seluruh proses kehidupan manusia. Pelayanan keperawatan
berupa bantuan yang diberikan dengan alasan : kelemahan fisik,
mental, masalah psikososial, keterbatasan pengetahuan, dan
ketidakmampuan dalam melakukan kegiatan sehari-hari secara mandiri
akibat gangguan patofisiologis, (CHS,1992).Pengertian keperawatan
medikal bedah mengandung empat hal seperti di bawah ini: 1.
Pelayanan ProfesionalSeorang perawat dalam memberikan pelayanan
keperawatan kepada pasien, selalu memandang pasien secara
holistic/menyeluruh baik Bio-Psiko-sosial-kultural-Spiritual. Dalam
setiap tindakan, perawat dituntut untuk memberikan asuhan
keperawatan secara professional sesuai dengan standarisasi profesi
keperawatan. Pelayanan ini diberikan oleh seorang perawat yang
berkompetensi dan telah menyelesaikan pendidikan profesi
keperawatan pada jenjang yang lebih tinggi. 2. Berdasarkan Ilmu
PengetahuanPerawat dalam melaksanakan tugasnya sudah melalui
jenjang Pendidikan Formal yang sudah ditetapkan oleh Pemerintah.
Ilmu pengetahuan terus berubah dari waktu ke waktu (dinamis),
sehingga dalam memberikan Asuhan keperawatan pada Klien berdasarkan
perkembangan ilmu pengetahuan terbaru 3. Menggunakan scientific
MetodeDalam melaksanakan asuhan keperawatan melaui tahap-tahap
dalam proses keperawatan berdasarkan pendekatan ilmiah. Dengan
menggunakan standarisasi asuhan keperawatan yang ada (NANDA, NIC,
NOC). 4. Berlandaskan Etika Keperawatan Perawat dalam melaksanakan
tugasnya, dituntut untuk dapat menerapkan asas etika keperawatan
yang ada, meliputi asas Autonomy (menghargai hak pasien/ kebebasan
pasien), Beneficience (menguntungkan bagi pasien), Veracity
(kejujuran), Justice (keadilan).
2.4 Konsep Dasar LukaType luka.Secara garis besar luka,
berdasarkan typenya, luka terdiri atas luka akut dan luka kronik.1)
Luka akutLuka akut adalah luka yang dapat sembuh sesuai dengan
konsep penyembuhan luka. Luka akut berlangsung secara tiba-tiba.
Luka akut dapat dikategorikan; karena pembedahan (Insisi, eksisi,
skin graft, dll) dan karena trauma (abrasi, laserasi, injuri, dll).
2) Luka KronikAdapun luka kronik yaitu luka yang tidak dapat sembuh
sesuai dengan konsep penyembuhan luka dan sembuh disertai dengan
adanya komplikasi. Luka kronik terjadi secara perlahan. Contoh luka
kronik seperti; decubitus, luka diabetic, venous ulcer, dll.2.5
Konsep Penyembuhan LukaLuka adalah terputusnya kontinuitas suatu
jaringan oleh karena adanya cedera atau pembedahan. Luka ini bisa
diklasifikasikan berdasarkan struktur anatomis, sifat, proses
penyembuhan dan lama penyembuhan.Penyembuhan luka adalah respon
tubuh terhadap berbagai cedera dengan proses pemulihan yang
kompleks dan dinamis yang menghasilkan pemulihan anatomi dan fungsi
secara terus menerus.(Joyce M. Black, 2001). Penyembuhan luka
terkait dengan regenerasi sel sampai fungsi organ tubuh kembali
pulih, ditunjukkan dengan tanda-tanda dan respon yang berurutan
dimana sel secara bersama-sama berinteraksi, melakukan tugas dan
berfungsi secara normal. Idealnya luka yang sembuh kembali normal
secara struktur anatomi, fungsi dan penampilan.2.6 Proses
Penyembuhan
a. Fase Inflamasi (0-3 hari).
Fase inflamasi dimulai sesaat setelah luka terjadi. Tujuan dari
fase ini adalah menghentikan perdarahan dan membersihkan luka baik
itu dari mikroorganisme maupun dari jaringan yang mati
(debris).
b. Fase Proliferasi (3-24 hari).
Tujuan dari fase ini adalah pembentukan jaringan granulasi untuk
menutupi defek yang hilang dan pembentukan pembuluh darah baru
melalui proses angiogenesis.
c. Fase Maturasi (24-1 tahun).
Merupakan proses pematangan, utamanya jaringan fibrin yang
diproduksi oleh kolagen. Tujuan akhir dari fase ini adalah
meningkatkan kekuatan jaringan parut yang terbentuk. Selama fase
ini luka masih beresiko cedera terutama oleh tarikan dan
tekanan.
2.7 Faktor yang Mempengaruhi penyembuhan lukaBerberapa faktor
yang mempengaruhi penyembuhan luka antara lain ialah sebagai
berikut:
1. UsiaAnak dan dewasa penyembuhannya lebih cepat daripada orang
tua. Orang tua lebih sering terkena penyakit kronis, penurunan
fungsi hati dapat mengganggu sintesis dari faktor pembekuan
darah.
2. NutrisiPasien dengan status nutrisi kurang memerlukan waktu
untuk memperbaiki status nutrisi mereka setelah pembedahan. Pasien
yang obesitas mengalami penundaan penyembuhan karena suplai darah
(oksigenasi) jaringan adiposa tidak adekuat. Pasien obesitas juga
memiliki risiko tinggi terkena infeksi, seroma, dan dehisensi.3.
Asupan NutrisiPenyembuhan luka memerlukan berbagai nutrien. Pada
dasarnya nutrien yang berguna ialah protein, karbohidrat, lemak,
vitamin, dan mineral.
a. ProteinDeplesi protein dapat mempengaruhi penyembuhan luka.
Terjadi peningkatan kebutuhan akan protein saat terjadinya luka.
Peningkatan kebutuhan tersebut diperlukan untuk proses inflamasi,
imun, dan perkembangan jaringan granulasi. Protein utama yang
disintesis selama fase penyembuhan luka adalah kolagen. Kekuatan
kolagen menentukan kekuatan kulit luka seusai sembuh. Kekurangan
intake protein prabedah, secara signifikan menunda penyembuhan luka
pascabedah.
b. KarbohidratSelama fase hipermetabolik, kebutuhan akan
karbohidrat meningkat. Segala aktifitas seluler dipengaruhi oleh
ATP yang diperoleh dari glukosa (karbohidrat), sehingga penyediaan
energi untuk respons inflamasi dapat berlangsung. Kekurangan
karbohidrat dalam tubuh menyebabkan penghancuran protein untuk
keperluan aktifitas seluler. Dengan kata lain, sedikitnya
karbohidrat berpeluang membuat semakin sedikitnya protein.
c. LemakLemak memiliki peran penting dalam struktur dan fungsi
membran sel. Asam lemak esensial tidak bias disintesis oleh tubuh,
sehingga harus didapatkan dari diet keseharian. Peran asam lemak
esensial untuk penyembuhan luka masih belum begitu dimengerti,
tetapi diketahui bahwa lemak berperan untuk sintesis sel
baru.Kekurangan lemak tubuh dapat menunda penyembuhan luka. Omega-3
polyunsaturated fatty acids (PUFAs) diketahui lebih bermanfaat
ketimbang omega-6 PUFAs. Omega-3s merupakan anti-inflamasi yang
berguna untuk penyembuhan luka, tetapi pemakaiannya dapat
menghambat pembekuan darah, sehingga dinilai merugikan.
d. VitaminVitamin B kompleks merupakan kofaktor sejumlah fungsi
metabolik termasuk penyembuhan luka. Selain vitamin B, yang
berperan dalam penyembuhan luka ialah vitamin K. Vitamin K
merupakan kofaktor enzim karboksilase yang mengubah residu protein
berupa asam glutamat (glu) menjadi gamma-karboksiglutamat (gla).
Gla disebut juga gla-protein. Gla protein dapat mengikat ion
kalsium, yang mana kinerja ini merupakan langkah yang esensial
untuk pembekuan darah. Ion kalsium berguna untuk mengaktifkan
faktor pembekuan. Kekurangan vitamin K menyebabkan faktor pembekuan
tidak aktif (darah tidak dapat menggumpal), sehingga menyebabkan
perdarahan pada luka (operasi).e. MineralMineral yang diketahui
bermanfaat untuk penyembuhan luka ialah besi dan seng. Besi
berfungsi sebagai kofaktor pada sintesis kolagen, sehingga
defisiensi besi membuat penyembuhan luka tertunda. Seng juga
berperan dalam penyembuhan luka. Pembahasan mengenai seng ada pada
sub-bab yang lain.4. OksigenasiOksigenasi jaringan menurun pada
seorang penderita anemia ataupun gangguan pernapasan kronik
(Penyakit paru obstruktif kronik, misalnya). Keadaan semacam ini
membuat ketersediaan oksigen untuk penyembuhan luka sedikit.5.
DiabetesPada diabetesi, terjadi defisiensi sekresi insulin (DM tipe
2). Insulin ialah polipeptida yang berfungsi meningkatkan ambilan
glukosa oleh sel. Apabila insulin sedikit, maka ambilan glukosa
oleh sel menjadi sedikit, sehingga "energi" bagi sel untuk
beregenerasi makin sedikit. Hal inilah yang menyebabkan luka pada
diabetesi sukar sembuh.2.8 Mode Penyembuhan
Berdasarkan type penyembuhan, maka ada 3 modalitas penyembuha
luka yaitu:
a. Primary Intention Healing.
Primary Intention Healing adalah modalitas penyembuhan luka
dimana luka dapat sembuh hanya dengan mempertemukan kembali kedua
tepi luka. Tepi luka dapat direkatkan kembali dengan menggunakan
plester, jahitan, klip, dll.
b. Delayed Primary Intention Healing.
Dealyed Primary Intention Healing terjadi apabila ada
faktor-faktor yang menghambat proses penyembuhan luka, seperti:
adanya benda asing atau adanya infeksi pada luka.c. Secondary
Intention Healing.Secondary Intention Healing adalah proses
penyembuhan yang harus melalui tahapan inflamasi, granulasi dan
epitelisasi.2.9 Jenis-jenis luka1. Berdasarkan Kategoria. Luka
AccidentalAdalah cedera yang tidak disengaja, seperti kena pisau,
luka tembak, luka bakar; tepi luka bergerigi; berdarah; tidak
steril.b. Luka Bedah
Merupakan terapi yang direncanakan, seperti insisi bedah, needle
introduction; tepi luka bersih; perdarahan terkontrol; dikendalikan
dengan asepsis bedah.
2. Berdasarkan integritas kulit
a. Luka terbuka
Kerusakan melibatkan kulit atau membran mukosa, kemungkinan
perdarahan disertai kerusakan jaringandanresiko infeksi.
b. Luka tertutup
Tidak terjadi kerusakan pada integritas kulit, tetapi terdapat
kerusakan jaringan lunak, mungkin cedera internal dan
perdarahan.
3. Berdasarkan Descriptors
a. Aberasi
Luka akibat gesekan kulit, superficial, terjadi akibat prosedur
dermatologik untuk pengangkatan jaringan skar.b. Puncture
Trauma penetrasi yang terjadi secara disengaja atau tidak
disengaja oleh akibat alat-alat yang tajam yang menusuk kulit dan
jaringan di bawah kulit.c. Laserasi
Tepi luka kasar disertai sobekan jaringan, objek mungkin
terkontaminasi dan beresiko infeksi.d. Kontusio
Luka tertutup, perdarahan di bawah jaringan akibat pukulan
tumpul dan memar.4. Klasifikasi Luka Bedah
a. Luka bersih
Luka bedah tertutup yang tidak mengenai system gastrointestinal,
, pernafasan atau system genito urinary dan resiko infeksi rendah
.
b. Bersih terkontaminasi
Luka melibatkan sistem gastrointestinal, pernafasan atau system
genito urinary dan beresiko infeksi.
c. Kontaminasi
Luka terbuka, luka traumatik, luka bedah dengan asepsis yang
buruk dan resiko tinggi infeksi
d. Infeksi
Area luka terdapat patogen dan disertai tanda-tanda infeksi.2.10
Prinsip Dasar Penyembuhan LukaPenyembuhan luka adalah proses yang
komplek dan dinamis dengan perubahan lingkungan luka dan status
kesehatan individu. Fisiologi dari penyembuhan luka yang normal
adalah melalui fase hemostasis, inflamasi, granulasi dan maturasi
yang merupakan suatu kerangka untuk memahami prinsip dasar
perawatan luka. Melalui pemahaman ini profesional keperawatan dapat
mengembangkan ketrampilan yang dibutuhkan untuk merawat luka dan
dapat membantu perbaikan jaringan. Luka kronik mendorong para
profesional keperawatan untuk mencari cara mengatasi masalah ini.
Penyembuhan luka kronik membutuhkan perawatan yang berpusat pada
pasien, holistik, interdisiplin, cost efektive dan evidence based
yang kuat.2.11 Konsep Time Dalam Perawatan LukaKonsep moisture
balance dalam penyembuhan luka pertama kali diperkenalkan oleh
George Winter (1962). Schultz, et al (2003) menyimpulkan bahwa
keuntungan lingkungan yang lembab bagi penyembuhan luka adalah
sebagai berikut:1) Membantu migrasi epitel.2) Mendukung pH dan
kadar oksigen.3) Mempertahankan gradient elektrolit.4) Mengikat
eksudat pada permukaan luka.Teori Wound Bed Preparation (WBP)
merupakan sebuah konsep pendekatan yang bersifat dinamis dalam
perawatan luka. Konsep ini diperkenalkan oleh Falanga (2004) ke
dalam sebuah kerangka kerja yang disebut TIME. Inti dari konsep ini
adalah persiapan untuk penyembuhan secara optimal. T=Tissue
Management.
I=Inflammation and Infection Control
M=Moisture balance
E=Ephitelial (edge) advancement
1. Tissue Management.Pada dasarnya secara klinis, penampilan
luka memberikan gambaran terhadap tahapan proses penyembuhan luka.
Tahapan tersebut adalah sebagai berikuta. Necrotik (Hitam).Luka
necrotic merupakan fase tenang dari luka, namun luka nekrotik
menjadi suatu masalah bukan hanya karena jaringannya sudah mati dan
irreversible akan tetapi karena:1) Jaringan necrotic sebagai
devitalized tissue merupakan lingkungan yang cocok untuk
pertumbuhan dan perkembangan mikroorganisme pada luka.
2) Jaringan necrotic menyebabkan bantalan luka sulit untuk
dilihat.
Oleh karena itu perlu dilakukan tindakan debridement
(necrotomy). Ada beberapa jenis tindakan debridement yaitu:
1) Conservatice Surgical Wound Debridement (CSWD).Merupakan
tindakan pembedahan konservatif dibawah anastesi untuk mengangkat
jaringan necrotic.
2) Autolytic Debridement, contohnya, dengan menggunakan
Hydrogel.
3) Mechanical Debridement, contohnya, dengan menggunakan kasa
basah-kering (wet to dry gauze).
4) Enzymatic Debridement, contohnya, dengan menggunakan enzyme
papain urea, kolagenase, dll.
5) Biosurgical Debridement, contohnya dengan menggunakan
Maggot/Larva/Belatung.
Adapun indikasi untuk menghentikan tindakan debridement
yaitu:
1) Luka berdarah.
2) Pasien mengeluh nyeri.
3) Bantalan luka telah terlihat.b. Slough (Kuning).
Slough merupakan tahapan kedua dari proses penyembuhan luka.
Tahapan ini dikenal sebagai fase kritis dalam penyembuhan luka.
Slough cenderung untuk menghasilkan eksudat yang banyak dan bau
yang tidak sedap.Dalam mengganti balutan, hendaknya kita bisa
membaca eksudat pada balutan lama. Warna, Volume, konsistensi dan
bau eksudat merupakan tanda baca yang perlu kita perhatikan.Untuk
mengevaluasi warna kita dapat mengkategorikan atas:1) Jernih=
serous.
2) Merah= Haemorrhagic.
3) Gelap= Hemopurulent.
4) Kunig= Purulent.
Untuk mengevaluasi volume kita dapat mengkategorikan atas:
1) High, balutan bocor/merembes.
2) Medium, eksudat membasahi balutan.
3) Low, eksudat tidak membasahi balutan.Untuk mengevaluasi bau
eksudat kita dapat menggunakan TELER scale:
SkorMakna
5:Tidak ada bau
4:Bau tercium pada saat balutan dibuka
3:Bau tercium walaupun balutan belum dibuka.
2:Bau tercium dari jarak satu lengan dari pasien.
1:Bau tercium di dalam kamar
0:Bau tercium di luar kamar.
Untuk mengevaluasi konsistensi kita dapat mengkategorikan
atas:1) Kental dan lengket.2) Encer dan cairc. Granulasi
(Merah).
Ciri khas dari jaringan granulasi adalah mudah berdarah,
sehingga dalam melepaskan balutan yang lama kita perlu untuk
hati-hati. Perdarahan yang terjadi apabila bersifat minor dapat
dibalut tekan. Balutan yang cocok untuk tahapan ini adalah Calcium
Alginate yang memiliki efek homostatis dan tidak melengket pada
bantalan luka. Perlu untuk diwaspadai jangan sampai balutan terlalu
lembab sebab dapat menimbulkan hipergranulasi yang dapat menghambat
kemajuan tepi luka.d. Epitelisasi (Pink).
Epitelisasi merupakan tahap akhir dari proses panjang
penyembuhan yang dapat berlangsung hingga 2 tahun. Pada tahapan ini
telah terjadi maturasi, namun kekuatannya hanya mencapai 80 % bila
dibandingkan dengan kulit yang sehat.
Pada saat luka memasuki tahapan epitelisasi maka tujuan
perawatan adalah melindungi jaringan epitel dari cedera atau
trauma. Mengingat luka epitelisasi sangat mudah untuk cedera
(fragile) maka seminimal mungkin untuk menghindari manipulasi pada
luka, seperti tidak mengganti balutan setiap hari. Contoh balutan
yang tepat digunakan yaitu Hydrofilm.2. Inflammation and Infection
Control.
Inflamasi merupakan tahap pertama dari proses penyembuhan luka,
inflamasi dibutuhkan dalam penyembuhan luka yang berlangsung hingga
5 hari setelah onset luka. Oleh karena itu adalah tidak tepat bila
pasien diberikan obat anti inflamasi selama fase ini belum
berakhir. Inflamasi memungkinakan tubuh untuk mengisolasi luka dari
jaringan yang sehat dan melakukan fagositosis terhadap
mikroorganisme yang ada. Apabila proses inflamasi memanjang (tidak
berhenti di hari ke tiga) maka ini merupakan tanda bahwa luka akan
pindah status dari akut menjadi kronik.
Bukti telah menunjukkan bahwa apabila pada luka terdapat bakteri
10 juta per gram jaringan maka akan menggangu proses penyembuhan.
Koloni bakteri dapat membentuk biofilm berupa mantel polysacarida
yang mengakibatkan resistensi 1000 x lipat dibandingkan resistensi
terhadap antibiotic. Berdasarkan consensus internasional yang
dikeluarkan oleh World Council Of Enterostomal Therapy (WCET), maka
kita harus selalu berasumsi bahwa Luka selalu mengandung bakteri,
walaupun tanpa disertai efek yang merugikan.Keberadaan bakteri pada
luka mungkin akan mengakibatkan hal-hal berikut:a. Kontaminasi
(jumlah bakteri tidak meningkat dan belum menimbulkan masalah
klinis).
b. Kolonisasi (bakteri berkembang biak, namun belum menimbulkan
kerusakan jaringan).
c. Infeksi Lokal (Bakteri berkembang biak, penyembuhan
terganggu, dan terjadi kerusakan jaringan luka).
d. Perluasan Infeksi.
Bakteri menimbulkan masalah pada jaringan sekitar luka.e.
Infeksi sistemik (Bakteri menimbulkan infeksi
sistemik).KontaminasiKolonisasiInfeksi LokalPerluasan
InfeksiInfeksi Sistemik
Butuh KewaspadaanButuh Intervensi
Ketika luka sudah masuk ke status infeksi maka perlu diingat
bahwa infeksi terjadi dengan rumus sebagai berikut:
Infeksi=Dosis x Virulensi
Host resistance
Berdasarkan rumus tersebut diatas, maka pendekatan perawatan
luka terinfeksi dapat dijabarkan sebagai berikut:
a. Menurunkan dosis atau jumlah bakteri dengan cara; melakukan
debridement, irigasi, penggunaan antiseptic, topical terapi
dll.
b. Virulensi dapat dikendalikan dengan menciptakan lingkungan
yang tidak kondusif bagi pertumbuhan bakteri.
c. Host resistance ditingkatkan dengan meningkatkan daya tahan
tubuh melalui pemenuhan nutrisi yang adekuat, mengeliminasi
factor-faktor psikologis yang dapat menggangu proses penyembuhan
luka, dll.
3. Moisture BalanceHasil penelitian membuktikan bahwa
mempertahankan luka dalam suasana yang lembab akan mempercepat
epitelisasi. Sebagai akibat dari infeksi atau inflamasi maka luka
akan menghasilkan lebih banyak exudat. Hal ini beresiko untuk
menimbulkan 3 masalah:a. Resiko maserasi pada tepi luka.
b. Resiko luka kering.
c. Resiko hambatan dalam penyembuhan.Oleh karena itu tujuan dari
prinsip Moisture Balance yaitu mengabsorbsi kelebihan exudat atau
memberikan kelembaban pada luka yang kering. Ada beberapa tekhnik
untuk mempertahankan kelembaban yaitu:
a. Bila luka berongga, diisi. (contoh, gunakan foam cavity)
b. Bila luka basah, diserap. (contoh, gunakan hydrocelulosa)
c. Bila luka kering, dilembabkan. (contoh, gunakan
hydrocloid).
d. Bila luka kotor, bersihkan. (contoh, irigasi luka)
4. Epithelial Edge (advancement)
Tepi luka merupakan aspek yang paling sering diabaikan dalam
perawatan luka, padahal tepi luka merupakan pemisah antara luka dan
kulit yang sehat yang bisa memberikan gambaran kepada kita tentang
kemajuan atau kemunduran proses penyembuhan.Tepi luka sebaiknya
kita lihat dari berbagai sudut, dari atas luka, sejajar dengan
luka, dan dari bawah luka. Masalah-masalah umum yang sering muncul
pada tepi luka antara lain:a. Maserasi, sebagai akibat kelebihan
exudates yang mengkontaminasi kulit yang sehat.b. Hypergranulasi,
sebagai akibat luka yang terlalu lembab.c. Callus, sebagai akibat
tekanan yang berlebihan pada tepi luka.d. Edema, sebagai akibat
hambatan venous return.e. Scab formation, sebagai akibat panjangnya
proses proliferasi.2.12 Luka Yang Sulit SembuhLuka yang sulit
sembuh atau hard to heal wounds merupakan luka yang tidak mengalami
kemajuan walaupun telah dilakukan pendekatan berdasarkan standar
terapi. Pada dasarnya ada 4 faktor penyebab luka sulit sembuh,
yaitu:1. Faktor pasien. Contohnya; Pathology, usia, alergi,
pengobatan, psikososial, dan nyeri.2. Faktor luka Contohnya:
durasi, ukuran, kondisi bantalan luka, ischemic, infeksi, lokasi,
dan respon terhadap perawatan.3. Faktor pengetahuan dan
keterampilan petugas.Contohnya: Penentuan diagnosa, penetapan
tindakan, pemberian intervensi.4. Faktor sumber daya dan
perawatanContohnya: Sistem pelayanan kesehatan, availability
(ketersediaan), suitability (kesesuaian), effectiveness
(efektifitas), dan cost (biaya).2.13 Teknik Mempertahankan
Kelembaban LukaOptimalisasi perawatan pada luka 1. Mengurangi
dehidrasi dan kematian sel. Seperti telah dijelaskan pada fase
penyembuhan luka bahwa sel-sel seperti neutropil dan magrofag
membentuk fibroblast dan perisit. Dan sel-sel ini tidak dapat
berfungsi pada lingkungan yang kering.
2. Meningkatkan angiogenesis. Tidak hanya sel-sel yang
dibutuhkan untuk angiogenesis juga dibutuhkan lingkungan yang
lembab tetapi juga angiogenesis terjadi pada tekanan oksigen
rendah, balutan occlusive dapat merangsang proses angiogenesis
ini.
3. Meningkatkan debridement autolisis. Dengan mempertahankan
lingkungan lembab sel neutropil dapat hidup dan enzim proteolitik
dibawa ke dasar luka yang memungkinkan mengurangi/menghilangkan
rasa nyeri saat debridemen. Proses ini dilanjutkan dengan degradasi
fibrin yang memproduksi faktor yang merangsang makrofag untuk
mengeluarkan faktor pertumbuhan ke dasar luka.
4. Meningkatkan re-epitelisasi. Pada luka yang lebih besar,
lebih dalam sel m harus mendapatkan suplai darah dan nutrisi.
Krusta yang kering pada luka menekan/menghalangi suplai tersebut
dan memberikan barier untuk migrasi dengan epitelisasi yang
lambat.
5. Barier bakteri dan mengurangi kejadian infeksi. Balutan
oklusif membalut dengan baik dapat memberikan barier terhadap
migrasi mikroorganisme ke dalam luka. Bakteri dapat menembus kasa
setebal 64 lapisan pada penggunaan kasa lembab. Luka yang dibalut
dengan pembalut oklusif menunjukkan kejadian infeksi lebih jarang
daripada kasa pembalut konvensional tersebut.
6. Mengurangi nyeri. Diyakini luka yang lembab melindungi ujung
saraf sehingga mengurangi nyeri.
2.14 Keuntungan Konsep LembabBeberapa studi telah menunjukkan
bahwa lingkungan lembab mempercepat proses epitelisasi dan untuk
menciptakan lingkungan lembab dapat dilakukan dengan menggunanakan
balutan semi occlusive, full occulisive dan impermeable dressing.
(Schulitz, et al. 2005).Menurut Haimowitz, Julia.E., 1997, ada
beberapa keuntungan prinsip moisture dalam perawatan luka,
diantaranya:1. Mencegah luka menjadi kering dan keras.2.
Meningkatkan laju epitelisasi.3. Menjaga pembentukan jaringan
eschar4. Meningkatkan pembentukan jaringan dermis.5. Mengontrol
inflamasi dan memberikan tampilan yang lebih kosmetis.6.
Mempercepat proses autolysis debridement.7. Dapat menurunkan
kejadian infeksi.8. Cost effective.9. Mempertahankan aktifitas
neutrofil.10. Menurunkan nyeri.11. Memberikan keuntungan
psikologis.12. Mudah digunakan.2.15 Perkembangan Moisture Balance
di Indonesia Metode perawatan luka yang berkembang saat ini adalah
perawatan luka dengan menggunakan prinsip moisture balance, di mana
disebutkan dalam beberapa literatur lebih efektif untuk penyembuhan
luka bila dibandingkan dengan metode konvensional.Perawatan Luka
dengan tehnik perawatan Moisture Balance to Promote Wound Healing
berkembang sejak tahun 1971 didunia internasional. Perkembangannya
di Indonesia melaju dengan sangat pesat beberapa tahun terakhir
ini. Dari banyaknya kasus yang berhasil ditangani menunjukkan
peningkatan yang signifikan pada bertambahnya kualitas hidup
pasien. Perawatan luka dengan menggunakan prinsip moisture balance
ini dikenal sebagai metode modern dressing dan memakai alat ganti
balut yang lebih modern. Metode tersebut memang belum familier bagi
perawat di Indonesia. Di sisi lain, metode perawatan luka modern
dressing ini telah berkembang di Indonesia terutama rumah sakit
besar di kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung, Yogyakarta, dan
Surabaya. Sedangkan di rumah sakit-rumah sakit tingkat kabupaten,
perawatan luka menggunakan modern dressing tersebut masih belum
berkembang dengan baik. Selama ini, banyak yang beranggapan bahwa
suatu luka akan cepat sembuh jika luka tersebut telah
mengering.Kondisi luka yang terlalu lembab di lingkungan luka dapat
merusak proses penyembuhan luka dan merusak sekitar luka,
menyebabkan maserasi tepi luka. Sementara itu, kurangnya kondisi
kelembaban pada luka menyebabkan kematian sel, dan tidak terjadi
perpindahan epitel dan jaringan matriks. Untuk menciptakan suasana
lembab, pada cara perawatan luka konvensional memerlukan kasa
sebagai balutan dan Na Cl untuk membasahi. Kemudian luka dikompres
kasa lembab dan diganti sebelum kasa mengering, dalam hal ini,
memerlukan penggantian kasa yang sering. Sementara untuk metode
perawatan modern, dalam menciptakan suasana lembab menggunakan
modern dressing, misalnya dengan ca alginat atau
hydrokoloid.Perawat dapat melakukan perawatan luka dengan modern
dressing yang dilakukan di Rumah Sakit maupun di klinik praktek
mandiri sesuai dengan kebutuhan klien, dan tidak terlepas dari
kolaborasi antara dokter penanggung jawab dengan perawat yang
melakukan tindakan perawatan luka.Praktek mandiri perawat saat ini
telah banyak mengalami kemajuan, baik dari keputusan di Indonesia
yang sudah mulai mendukung, yang dikeluarkan olehKeputusan Menteri
Kesehatan Nomor HK.02.02/MENKES/148/2010 yang memberikan kewenangan
perawat untuk memasang papan praktek. Peraturan-peraturan yang
mendukung dan kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan membuat
praktek mandiri perawat terutama perawatan kesehatan di rumah
menjadi peluang perawat menunjukkan profesionalismenya.Perawat yang
melakukan praktek keperawatan mandiri harus mempunyai beberapa
syarat untuk melakukannya praktik mandiri dan di bawah naungan.BAB
IIIPENUTUP
3.1 SimpulanKeperawatan sebagai profesi dituntut untuk
mengembangkan keilmuannya sebagai wujud kepeduliannya dalam
meningkatkan kesejahteraan umat manusia baik dalam tingkatan
preklinik maupun klinik. Untuk dapat mengembangkan keilmuannya maka
keperawatan dituntut untuk peka terhadap perubahan-perubahan yang
terjadi di lingkungannya setiap saat. Keperawatan medikal bedah
sebagai cabang ilmu keperawatan juga tidak terlepas dari adanya
berbagai perubahan tersebut, seperti teknologi alat kesehatan,
variasi jenis penyakit dan teknik intervensi keperawatan. Adanya
berbagai perubahan yang terjadi akan menimbulkan berbagai trend dan
isu yang menuntut peningkatan pelayanan asuhan keperawatan.Wound
care expert telah menetapkan bahwa prinsip perawatan luka terkini
adalah moisture balance artinya apabila luka itu kering maka perlu
untuk dilembabkan begitu juga sebaliknya apabila luka itu basah.
Dalam perawatan luka tugas kita sebagai perawat hanya menciptakan
lingkungan yang kondusif untuk mendukung proses penyembuhan. Untuk
dapat memberikan lingkungan yang kondusif maka kita harus mampu
untuk mengetahui bahwa luka ini sudah berada di fase/tahapan apa
dan apa yang paling dibutuhkan oleh luka itu pada setiap
fasenya.
3.2 SaranDiharapkan makalah ini menjadi sumber informasi bagi
pembaca dan pembaca mampu menganalisa Trend dan Isu Keperawatan
Medikal Bedah pada saat ini sebagai pengembangan profesi
keperawatan medikal bedah.DAFTAR PUSTAKA
Bunner & Suddarth. (2002). Keperawatan Medikal Bedah. Edisi
8. Jakarta : EGC
Joyce M. Black. (2001). Medical Surgical Nursing. Jakarta
:Salemba
Poltekkes Kemenkes Maluku. (2011). Rumusan Praktikan
Keterampilan Kritik I . Jakarta : Salemba Medika
Oman, Kathleen S dkk. (2008). Panduan Belajar Keperawatan
Emergensi. Jakarta : EGC
Saldy. (2009). Konsep Dasar Luka. Majene: Workshop Perawatan
LukaSaldy. (2009). Manajemen Pengkajian Luka. Makassar: Seminar
NasionalKeperawatan
32