Top Banner
Page | 1 LAPORAN MAKALAH KELOMPOK I KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH I KANKER PARU Oleh : PSIK 2012 Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2014
35

Laporan Keperawatan Medikal Bedah tentang Kanker Paru

Jul 23, 2016

Download

Documents

 
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Laporan Keperawatan Medikal Bedah tentang Kanker Paru

P a g e | 1

LAPORAN MAKALAH KELOMPOK I

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH I

“ KANKER PARU “

Oleh :

PSIK 2012

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Program Studi Ilmu Keperawatan

Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah

Jakarta

2014

Page 2: Laporan Keperawatan Medikal Bedah tentang Kanker Paru

P a g e | 2

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan

nikmat kesehatan yang berlimpah sehingga kami selaku penyusun bisa menyelesaikan

pembuatan makalah ini tanpa ada halangan suatu apapun.

Kedua kalinya kami menghanturkan shalawat serta salam kepada junjungan

alam Nabi Besar Muhammad SAW yang telah membawa kita dari alam kegelapan

menuju alam terang benderang, sehingga kita diberkahi banyak ilmu pengetahuan.

Pada makalah ini akan dibahas mengenai salah satu penyakit terminal yaitu

Kanker yang yang harus mendapatkan perawatan baik dari segi aspek fisiologis,

pengobatan medis, dan intervensi keperawatan yang terkhususkan yaitu perawatan

paliatif.

Ucapan terima kasih kami ucapkan kepada pihak-pihak yang terlibat dalam

pembuatan makalah ini khususnya bagi anggota-anggota yang saling membantu

dalam proses pembuatan makalah ini sehingga makalah ini bisa tersusun dengan baik.

Kami menyadari dalam pembuatan makalah ini terdapat banyak kekurangan.

Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca

sehingga makalah selanjutnya bisa tersusun lebih baik.

Ciputat, 08 Februari 2014

Kelompok 1

Page 3: Laporan Keperawatan Medikal Bedah tentang Kanker Paru

P a g e | 3

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................................................... 2

DAFTAR ISI ................................................................................................................................. 3

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................................ 4

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................................. 5

Definisi kanker ....................................................................................................................... 5

Epidemiologi kanker paru ...................................................................................................... 6

Faktor risiko dan Etiologi kanker paru : ................................................................................. 7

Manifestasi Klinis kanker paru .............................................................................................. 7

Tanda bahaya kanker paru .................................................................................................... 8

Derajat atau stadium kanker ................................................................................................. 9

Patofisiologi Kanker ............................................................................................................. 10

Obat bagi Penderita kanker Paru ........................................................................................ 13

Kemoterapi .......................................................................................................................... 16

Pemeriksaan penunjang ...................................................................................................... 19

Asuhan Keperawatan dengan Kanker ................................................................................ 23

Penatalaksanaan Keperawatan dengan Kanker Paru .......................................................... 29

Efusi Pleura .......................................................................................................................... 30

BAB III PENUTUP ...................................................................................................................... 34

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................... 35

Page 4: Laporan Keperawatan Medikal Bedah tentang Kanker Paru

P a g e | 4

BAB I

PENDAHULUAN

Neoplasma adalah masa abnormal dari sel –sel yang mengalami poliferasi. Sel

neoplastik tumbuh dengan kecepatan yang tidak terkoordinasi dengan kebutuhan

hospes dan fungsi yang sangat tidak bergantung pada pengawasan homeostasis

sebagian besar sel tubuh lainnya.

Neoplasma ini terbagi menjadi dua bagian yaitu neoplasma jinak dan ganas.

Neoplasma ganas yang bentuknya menyebar dan penyebarannya hampir mirip dengan

jari – jari kepiting yang sekarang disebut kanker. Sel neoplasma ganas tidak memiliki

sifat kohesif akibatnya pola penyebaran neoplasma ganas dan sering sekali tidak

teratur.

Meningkatnya jumlah pasien dengan penyakit kanker ini memerlukan

perawatan paliatif, disamping kegiatan promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif.

Namun, saat ini pelayanan kesehatan di Indonesia belum menyentuh kebutuhan

pasien dengan penyakit kanker tersebut, terutama pada stadium lanjut dimana

prioritas pelayanan tidak hanya pada penyembuhan tetapi juga perawatan agar

mencapai kualitas hidup yang terbaik bagi pasien dan keluarganya.

Page 5: Laporan Keperawatan Medikal Bedah tentang Kanker Paru

P a g e | 5

BAB II

PEMBAHASAN

Definisi kanker Kanker adalah proses penyakit yang bermula ketika sel obnormal diubah

oleh mutasi genetik dari DNA seluler (Smetzer,2001). Kanker paru adalah semua

penyakit keganasan di paru,mencakup keganasan yang berasal dari paru sendiri

maupun keganasan diluar paru ( metastasis tumor di paru).

Menurut WHO, kanker adalah istilah umum untuk satu kelompok besar

penyakit yang dapat mempengaruhi setiap bagian dari tubuh. Istilah lain yang

digunakan adalah tumor ganas dan neoplasma. Salah satu fitur mendefinisikan kanker

adalah pertumbuhan sel-sel baru secara abnormal yang tumbuh melampaui batas

normal, dan yang kemudian dapat menyerang bagian sebelah tubuh dan menyebar ke

organ lain.

Menurut National Cancer Institute(2009), kanker adalah suatu istilah untuk

penyakit di mana sel-sel membelah secara abnormal tanpa kontrol dan dapat

menyerang jaringan di sekitarnya. Proses ini disebut metastasis. Metastasis

merupakan penyebab utama kematian akibat kanker (WHO, 2009).

Kanker adalah istilah umum yang dipakai untuk menunjukkan neoplasma ganas, dan

ada banyak tumor atau neoplasma lain yang tidak bersifat kanker (Price et al., 2006).

Neoplasma secara harfiah berarti “pertumbuhan baru”. Suatu neoplasma, sesuai

definisi Wills, adalah “massa abnormal jaringan yang pertumbuhannya berlebihan dan

tidak terkoordinasikan dengan pertumbuhan jaringan normal serta terus demikian

walaupun rangsangan yang memicu perubahan tersebut telah berhenti” (Kumar et al.,

2007).

Istilah tumor kurang lebih merupakan sinonim dari istilah neoplasma. Semua

istilah tumor diartikan secara sederhana sebagai pembengkakan atau gumpalan, dan

kadang-kadang istilah “ tumor sejati” dipakai untuk membedakan neoplasma dengan

gumpalan lainnya. Neoplasma dapat dibedakan berdasarkan sifat-sifatnya; ada yang

jinak, ada pula yang ganas (Price et al., 2006).

Kanker adalah istilah yang digunakan untuk suatu kondisi di mana sel telah

kehilangan pengendalian dan mekanisme normalnya sehingga mengalami

Page 6: Laporan Keperawatan Medikal Bedah tentang Kanker Paru

P a g e | 6

pertumbuhan yang tidak normal, cepat, dan tidak terkendali (Dinas Kesehatan Kab

Bone Bolango, 2007). Terdapat lebih daripada 100 jenis kanker dan setiapnya

diklasifikasi berdasarkan jenis sel yang terlibat. Sejalan dengan pertumbuhan dan

kembang biaknya, sel-sel kanker membentuk suatu massa dari jaringan ganas yang

menyusup ke jaringan sehat di sekitarnya yang dikenal sebagai invasif. Di samping

itu, sel kanker dapat menyebar (metastasis) ke bagian alat tubuh lainnya yang jauh

dari tempat asalnya melalui pembuluh darah dan pembuluh getah bening sehingga

tumbuh kanker baru di tempat lain dan hasilnya adalah suatu kondisi serius yang

sangat sulit untuk diobati.

Sumber :

Price &wilson. (20120 . Patofisiologi Volume 2 . Jakarta : EGC

Epidemiologi kanker paru Kanker paru masih menjadi salah satu keganasan yang paling sering ,

bersikar 20% dari seluruh kanker pada laki-laki dengan resiko terkena 1 dari 13 orang

dan 12% dari semua kasus kanker pada perempuan dengan risiko terkena 1 dari 23

orang. Di inggris rata-rata 40.000 kasus baru dilaporkan setiap tahun. Perkiraan

insidensi kanker paru pada laki-laki tahun 2005 di amerika serikat adalah 92.305

dengan rata-rata 91.537 orang meninggal karena kanker. Resiko terjadinya kanker

paru sekitar 4x lebih besar daripada laki-laki dibandingkan perempuan dan risiko

meningkat sesuai usia.

Di Eropa insidensi kanker paru 7 dari 100.000 laki-laki dan 3 dari 100.000

pada usia 35 tahun, tetapi pada usia pasien > 75 tahun, insidensi 440 pada laki-laki fan

72 orang pada perempuan. Variasi insidensi kanker paru secara geografik yang luas

juga dilaporkan dan hal ini terutama berhubungan dengan kebiasaan merokok yang

bervariasi di selurih dunia.

Di indonesia, data epidemiologi belum ada.Di rumah sakit persahabatan

jumlah kasus tumor ganas intratoraks cukup sering ditemukan. Kekerapan kanker

paru di rumah sakit itu merupakan 0,06% dari jumlah seluruh penderita rawat jalan

dan 1,6 % dari seluruh penderita rawat inap.

Page 7: Laporan Keperawatan Medikal Bedah tentang Kanker Paru

P a g e | 7

Ada lima kelompok besar yang digunakan untuk mengklasifikasikan kanker

yaitu karsinoma, sarkoma, limfoma, adenoma dan leukemia (National Cancer

Institute, 2009).

1. Karsinoma ialah kanker yang berasal dari kulit atau jaringan yang

menutupi organ internal.

2. Sarkoma ialah kanker yang berasal dari tulang, tulang rawan, lemak,

otot, pembuluh darah, atau jaringan ikat.

3. Limfoma ialah kanker yang berasal dari kelenjar getah bening dan

jaringan sistem kekebalan tubuh.

4. Adenoma ialah kanker yang berasal dari tiroid, kelenjar pituitari,

kelenjar adrenal, dan jaringan kelenjar lainnya.

5. Leukemia ialah kanker yang berasal dari jaringan pembentuk darah

seperti sumsum tulang dan sering menumpuk dalam aliran darah.

Sumber :

Somantri, Irman. (2007). Keperawatan Medikal Bedah ; Asuhan Keperawatan Pada

Pasien Dengan Gangguan Pernapasan . Jakarta : Salemba Medika )

Faktor risiko dan Etiologi kanker paru : 1. Merokok aktif yang dimulai dari 15-50 tahun

2. Polusi udara

3. Paparan terhadap arsen, radon, eter dan lain lain

4. Virus

5. Herediter

6. Industri

Manifestasi Klinis kanker paru 1. Manifestasi lokal paru :

- Batuk kronis dengan atau tanpa sputum

- Sputum banyak dan berlebihan

- Hemoptisis (batuk darah)

- Nyeri dada (mediastinum)

- Dispnea

- Penurunan berat badan

Page 8: Laporan Keperawatan Medikal Bedah tentang Kanker Paru

P a g e | 8

- Pneumonia fokal rekuren dan segmental karena lesi obstruksi dalam

saluran napas.

- Mengi

2. Manifestasi klinis ekstrapulmonar intratorakal

- Efusi pleura

- Sesak napas

- Efusi perikardia

- Tumor lobus atas kanan menyebabkan kompresi vena cava superior

- Nyeri kepala

- Wajah sembab

- Leher edema dan kongesti

- Pelebaran vena-vena dada

- Nyeri leher

- Atrofi otot-otot kecil tangan

3. Ekstratorakal non metastase

- Mudah lelah

- Mual

- Nyeri abdomen

- Confusion

4. Manifestasi ekstratorakal metastase

- Penurunan berat badan > 20 %

- Nyeri local

- Confusion

- Perubahan kepribadian

- Kejang

Sumber :

Muttaqin,Arif. (2008). Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Pernapasan .

Jakarta : Salemba Medika

Tanda bahaya kanker paru - Hoarsenes (parau)

- Perubahan pola napas

- Batuk persisten / petubahan batuk

Page 9: Laporan Keperawatan Medikal Bedah tentang Kanker Paru

P a g e | 9

- Sputum mengandung darah

- Sputum berwarna kemerahan

- Hemoptisis

- Nyeri dada

- Efusi pleura

- Pneumonia

- Dispnea

- Demam

- Wheezing

- Penurunan BB

- Clubbing finger

Derajat atau stadium kanker Derajat adalah metode mengklasifikasikan tumor berdasarkan karakteristik

histopatologi jaringan .

- Kanker derajat tinggi , bersifat agresif dan menyebar dengan cepat

- Kanker derajat rendah , cenderung bersifat laten dengan pertumbuhan

dan penyebaran tumor yang lambat .

Stadium menurut ukuran tumor, berdasarkan keluasan penyakit yang terdapat

diseluruh sistem limfa / sistem lain di dalam tubuh , menetukan stadium penyakit dari

0 sampai 4.

Sumber :

Chris, Brooker . (2008). Ensiklopedia keperawatan . Jakarta : EGC

Stadium kanker :

o Stadium 1 : neoplasma yang masih terbatas pada lokasi asalnya

o Stadium 2 : menunjukkan penyakit lokal lanjut

o Stadium 3 : metastase ke kelenjar limfe regional

o Stadium 4 : menunjukkan penyebaran metastase yang jauh.

Sumber :

Schartz, Seymour 1. (2000). Intisari Prinsip-Prinsip Ilmu Bedah. Jakarta : EGC

Page 10: Laporan Keperawatan Medikal Bedah tentang Kanker Paru

P a g e | 10

Patofisiologi Kanker Asap rokok mengandung sekitar 60 macam karsinogen (termasuk benzene,

nitrosamine [NNK], dan oksidan) yang dapat menyebabkan mutasi DNA.

Dikemukakan bahwa kanker paru terjadi pada perokok yang tidak memiliki

kemampuan metabolis untuk mendetoksifikasi karsinogen tersebut secara adekuat.

Tumor paru terjadi dari banyak pajanan karsinogen dan bukan karena satu kejadian

pencetus (“serangan berulang”); diperkirakan bahwa perlu antara 10 sampai 20 mutasi

genetika untuk menciptakan sebuah tumor. Beberapa mutasi yang lebih sering yang

telah teridentifikasi meliputi: penghilangan lenagn pendek kromosom #3, aktivasi

onkogen (jun, fos, ras, dan myc), inaktivasi gen supresor tumor (p53, RB, DKN2).

Dalam bronkus yang terpajan karsinogen, sel-sel dispalstik menjadi karsinoma

in situ, kemudian karsinoma bronkogenik. Sel-sel kamker memproduksi faktor

pertumbuhan autokrin (mis. Factor pertumbuhan epitel, factor pertumbuhan jaringan,

peptide pelepas gastrin, factor pertumbuhan menyerupai insulin) yang mendorong

pertumbuhan tumor. Tipe kanker paru bergantung pada sel asal.

Karsinoma paru non small cell (NSCLC):

1. Adrenokarsinoma muncul dari sel kelenjar dalm epitel bronkus dan

lokasinya sering kali perifer; bermetastasis sejak dini. Ini adalah tipe kanker

paru tesering, terutama pada wanita. Meliputi karsinoma bronkiolar-alveolar

yang muncul dari bronkiolus terkecil dan septum alveolus; sering tampak

sebagai infiltrate dan bukan massa pada foto ronsen, tidak berhubungan dengan

merokok.

2. Skuamosa muncul dari epitel skuamosa bronkus dan sering berlokasi sentral;

sering menyebabkan kanker okulta dan bermetastasis dengan lambat.

3. Sel besar (large cell) kemungkinan berasal dari adrenokarsinoma maupun

skuamosa, tetapi kanker jenis ini sangat anaplastik (tumbuh tanpa bentuk atau

struktur) sehingga asal selnya tidak bisa teridentifikasi; tumor agresif dengan

metastasis awal.

Karsinoma paru small cell (SCLC) muncul dari sel neuro endokrin di dalam

bronkus; tumor ini merupakan tumor yang sangat agresif dan biasanya sudah

bermetastasis saat terdiagnosis.

Page 11: Laporan Keperawatan Medikal Bedah tentang Kanker Paru

P a g e | 11

Karsinogenis/ pembentuikan kanker

Langkah pertama dalam karsinogenesis diduga adalah mutasi DNA suatu sel

selam duplikasi DNA (penyalin). Meskipun kesalahan dalam mereplikasi DNA adalah

situasi yang tidak lazim. Kebanyakan kesalahan tersebut diidentifikasi oleh enzim

pengoreksi (proofreading) yang menelusuri untai DNA untuk mendeteksi adanya

kesalahan, kemudian member sinyal kepada siklus sel untuk menghentikan perbaikan

sel jika perlu. Apabila kesalahan tidak dapat diperbaiki, sel biasanya diperintahkan

untuk menghancurkan diri sendiri .

1. Teori karsinogenesis

Kesalahan replikasi DNA mungkin tidak disadari, siklus sel mungkin tidak

berhenti tepat waktu untuk perbaikan, atau sel defektif mungkin tidak

menghancurkan diri sendiri. Perubahan genetic menjadi mutasi permanen dan

diturunksn ke semau sel anak bila kesalahan DNA tidak diidentifikasi dan

dikoreksi. Langkah ini bersifat mereversibel poin penting pada peristiwa ini

(tahap inisiasi) adalah kegagalan dalam mendeteksi atau mengoreksi kesalahan

DNA adalah langkah awal terjadinya karsinogenik. Kegagalan ini terjadi pada

individu yang mendapat warisan mutasi gen supresor tumor dari satu orang tua

dan kemudian terjadi mutasi pada gen lain pada kehidupan selanjutnya.

A. Efek bahan penyebab mutasi

Setiap bahan fisik, kimiawi, atau virus dapat menyebabkan kasalahan

replikasi DNA atau menghancurkan enzim pengoreksi, sebagian besar kasus

kanker pada manusia disebabkan oleh kesalahan pada family gen p53, rasa tau

myc myc. Gen PRB dan p53 merangsang apoptosis.

Sel kanker mengekskesikan antigen onko memiliki kemungkinan basar

menghindari deteksi imun dan denagn demikian sangat ganas, merubah dalm

ekspresi antigen MHC yang secara normal merangsang respons imun seluler, sel

kanker juga menghasilkan antibody penhambat yang menangkap semua

antibody pejamu yang dibentuk untuk melawan tumor.

B. Promosi

Promosi kanker merupakan perkembangan awal sel yang terinisiasi

membentuk klon melalui pembelahan. Sel yang bermutasi bukan sel kanker:

Page 12: Laporan Keperawatan Medikal Bedah tentang Kanker Paru

P a g e | 12

promosi membutuhkan waktu bertahun-tahun sebelum sel tersebut menjadi sel

kanker. Sebagian promotor dapat menstimulasi proliferasi sel dengan

menstimulasi onkogen atau meningkatkan reseptor permukaan untuk factor

permukaan.

Agen promotor dapat menginaktifkan atau menghentikan aktivitas gen

supresor/ penekan tumor. Contoh promotor, hormone endogen misalnya :

estrogen, zat tambahan makanan seperti nitrat dan garam, obat-obatan,

komponen asap rokok dan alcohol. Transformasi maligna yang menggambarkan

perubahan genomic yang cepat di mana populasi klonal sel yang berevolusi

akan mengarah pada perkembangan maligna/ kegagahan jiak tidak dihambat

oleh lingkungan mikro dalam sel. Frequensi malignansi sebagai fase

karsinogenik dengan perbanyakan sel yang telah mengalami transformasi yang

relative tertunda sampai mengalami peningkatan keganasan dan mampu untuk

bermigrasi ke jaringan normal disekitarnya dan yang lebih jauh (metastasis).

C. Metastase

Metastasis biasanya terjadi melalui penyebaran sel-sel kanker dari tempat

awal (primer) di daerah atau limfe ke tempat baru (sekunder). Langkah-langkah

yang terjadi pada metastasi suatu tumor primer ke tempat lain adalah pelepasan,

penyerangan (invasi), penyebaran (diseminasi), dan penyemaian (seeding).

1. Pelepasan (dietachment)

Sel normal → lepas →apoptosis

Sel kanker → tidak melekat denagn sel serupa dan matriks ekstrasel

sehingga secara relative dapat dengan mudah terlepas.

2. Penyerangan (invasi)

Sel kanker terlepas masuk ke pembuluh darah dan limfe agar dapat

menyebar ke area yang jauh. Sel tumor mengeluarkan enzim khusus

yang menyerang integritas jaringan agar dapat memecahkan dinding

membran basalis dan memperoleh akses ke sirkulasi.

3. Penyebaran dan penyemaian

Pergerakan sel tumor di dalam darah atau limfe disebut penyebaran.

Apabila berpindah secara kelompok, sebagian sel tumor akan

terperangkap di suatu kapiler atau jaringan limfe di sebelah bawah dan

Page 13: Laporan Keperawatan Medikal Bedah tentang Kanker Paru

P a g e | 13

tempat primernya. Semakin sel lepas dari tempat tumor primer,

semakin mungkin sel bertahn hidup dan melakukan perjalanan dan

memulai pertumbuhan baru di tempat lain. Enzim yang disekresikan

oleh sel kanker untuk memecahkan dinding kapiler adalah kolagenase

tipe IV.

Sumber:

Basher, Valentina. (2008). Aplikasi Klinis Patofisiologi: Pemeriksaan Manajemen.

Jakarta: EGC

Corwin, Elizabeth. (2009). Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC

OBAT BAGI PENDERITA KANKER PARU 1. Amitriptilin

Amitriptilin merupakan salah satu dari antidepresan generasi pertama (trisiklik)

yang menunjukkan berbagai derajat selektivitas terhadap pompa reuptae norepinefrine

dan serotonin, tapi selektivitasnya lebih rendah daripada SSRI. Trisiklik jugamemiliki

berbagai kerja otonom.

Indikasi klinis : depresi, gangguan ansietas: panik, angangguan obsesif-

kompulsif, enuresis, dan nyeri kronik.

Dosis : 75-200 mg

Efek samping :

Sedasi Mengantuk, efek aditif dengan sedatif lainnya

Simpatomimetik Tremor, insomnia

Antimuskarinik Penglihatan kabur, konstipasi, keinginan unutk terus berkemih,

bingung

Kardiovaskuler Hipotensi ortostatik, gangguan konduksi, aritmia

Psikiatrik Pemburukan psikosis, sindrom putus-obat

Neurologik Kejang

Metbolik-

endokrin

Penambahan berat badan, gangguan seksual

Page 14: Laporan Keperawatan Medikal Bedah tentang Kanker Paru

P a g e | 14

Kontra indikasi : hipersensitivitas terhadap amitriptilin, terapi MAO

(monoamine exidase inhibitor) dalam 14 hari.

2. Asetilsistein : Fluimicil

Indikasi : mencairkan dahak yang liat dengan jalan memutuskan jembatan

disulfida, sehingga rantai panjang antara mukoprotein-mukoprotein panjang terbuka

dan lebih mudah dikeluarkan melalui batuk. Asetilsistein juga mampu memperbaiki

gerakan bulu getar (cilia) dan membantu efek antibiotika.

Dosis : oral 3-6 dd 200 mg atau 1-2 dd600 mg granulat, anak-anak 2-7 tahun 2

dd 200 mg, di bawah 2 tahun 2dd 100 mg. Sebagai antidotum keracunan paracetamol,

oral 150 mg/kg berat badan dari larutan 5% disusul dengan 75mg/kg setiap 4 jam.

Efek samping: mual, muntah, dan kejang. Pada dosis tinggi dapat timbul reaksi

anafilaktis dengan rash, gatal, udema, hipotensi, dan bronchospasme.

Kontraindikasi : tukak lambung.

3. Amixoclav

Indikasi : infeksi bakteri

Dosis : 375 mg – 625 mg

Efek samping :diare dan mucocutaneous candidosis ( umum terjadi ). Pusing,

sakit kepala, indigesti, mual, pruritus, enzim hati meningkat, ruam, urticaria, dan

muntah ( tidak umum terjadi ). Leukopenia, trombositopenia, tromboplebitis, dan

erythema multiforme ( langka ).

Kontra indikasi : hipersensitivitas terhadap penicillin

4. Karboplatin

Indikasi : Pengobatan paliatif pasien dengan karsinoma ovarium berulang

chemotrapy sebelumnya , termasuk pasien yang sebelumnya telah diobati dengan

cisplatin .

Dosis : 360 mg / m2 pada hari 1 , siklus diulang setiap 4 minggu , atau 300 mg /

m2 pada hari 1 dikombinasikan dengan siklofosfamid untuk kanker ovarium tingkat

Page 15: Laporan Keperawatan Medikal Bedah tentang Kanker Paru

P a g e | 15

lanjut, siklus diulang setiap 4 minggu . Pemberian obat mungkin harus ditunda jika

jumlah neutrofil kurang dari 2000 mm3 atau count platelet kurang dari 100.000 mm

3.

Efek samping : Neutropenia, anemia, trombositopenia, cisplatin, dan reaksi

hipersensitivitas ( umum ). Mual, muntah, anoreksia, diare, hepatic dysfunction, dan

stomatitis ( tidak umum ).

Kontraindikasi : Riwayat alergi yang parah terhadap bahan mannitol dan

platinum (termasuk cisplatin). Depresi parah pada sumsum tulang, perdarahan yang

signifikan dan laktasi

5. Gemzar (gemcitabin)

Indikasi : 1. Pengobatan lini pertama operasi stadium lanjut (stadium IIIA atau

IIIB) atau metastasis (stadium IV) NSCLC dalam kombinasi dengan cisplatin 2.

Pengobatan lini pertama, terapi agen tunggal untuk pengobatan stadium lanjut

(stadium II atau III) atau metastase (stadium IV) kanker pancreati, dan 3. pengobatan

lini pertama pasien dengan kanker payudara metastatis setelah gagal pada kemoterapi

sebelumnya (kecuali kontraindikasi antracycline secara klinis) dalam kombinasi

dengan paclitaxel.

Dosis : Untuk kanker paru-paru: siklus 21 hari: 1.250 mg / m IV lebih dari 30

menit, hari 1 dan 8, siklus atau 28 hari, 1000 mg / m IV lebih dari 30 menit, days 1, 8,

dan 15, masing-masing dengan cisplatin 100 mg per hari 1 setelah pemberian

gemcitabine.

Efek samping : Neutropenia, anemia, mual, dan muntah ( umum > 50% ).

Trombositopenia, proteinuria, hematuria, nyeri, demam, ruam, dispnea, konstipasi

atau diare, perdarahan, alopeksia, dan infeksi ( tidak umum 10 – 50% ). Toksistas

pulmonar, hepatotoxicity, dan hemolytic uremic syndrome ( langka ).

Kontra indikasi : hipersensitivitas, hamil dan laktasi.

6. Combivent

Indikasi : antagonis-muskarin, bronkodilator, dan mengurangi hipersekresi di

bronchi.

Dosis : inhalasi 3-4 dd 2 semprotan dari 20 mcg (bromida).

Page 16: Laporan Keperawatan Medikal Bedah tentang Kanker Paru

P a g e | 16

Efek samping : mulut kering, mual, nyeri kepala, dan pusing.

Kontraindikasi : riwayat hipersensitivitas terhadap lesitin kedelai atau produk

makanan yang berhubungan dengan, seperti kedelai dan kacang. Laktasi.

7. Budesonida : pulmicort

Indikasi : mencegah serangan dan meniadakan pengembangan dan udema dari

mmukosa bronchi.

Dosis : tracheal 2-4 dd 1puff dari 200mcg, begitu pula intranasal pada rhinitis.

Efek samping : amnesia, asthenia, benigna hipertensi intracranial, pusing,

lumtah, kelelahan, demam, dan sakit kepala.

Kontraindikasi : hipersensitivitas terhadap budesonida atau kandungannya,

nasal surgery atau trauma, dan status asmatikus.

Kemoterapi Kemoterapi adalah penggunaan obat-obatan sitotoksik dalam terapi kanker. Hal

ini merupakan salah satu dari empat modalitas-pembedahan, terapi radiasi,

kemoterapi, dan bioterapi-yang menyediakan kesembuhan, kontrol penyakit, atau

sebagai terapi paliatif. Kemoterapi bersifat sistemik dan berbeda dengan terapi lokal

seperti pembedahan dan terapi radiasi. Ada empat cara penggunaan kemoterapi.

Terapi adjuvan-suatu sesi kemoterapi yang digunakan sebagai tambahann

dengan modalitas terapi lainnya (pembedahan, radiasi, dan bioterapi) dan ditujukan

untuk mengobati mikrometastasis.

Kemoterapi neoadjuvan-pemberin kemoterapi untuk mengecilkan tumor

sebelum dilakukannya pembedahan pengangkatan tumor.

Terapi primer-terapi pasien dengan kanker lokal, alternatif ang ada tidak terlalu

efektif.

Kemoterapi induksi-obat diberikan sebagai terapi primer untuk pasien kanker

yang tidak memiliki alternatif terapi.

Page 17: Laporan Keperawatan Medikal Bedah tentang Kanker Paru

P a g e | 17

Kemoterapi kombinasi-pemberian dua atau lebih zat kemoterapi dalam terapi

kanker, yang menyebabkan setiap pengobatan memperkuat aksi obat lainnya atau

bertindak secara sinergis.

Obat-obat kemoterapi sangat aktif dalam melawaan sel yang membelah atau

dalam setiap fase kecuali G0. Sel-sel normal yang pertumbuhannya cepat sangat

dipengaruhi oleh agens kemoterapi, termasuk sumsum tulang (trombosit, sel darah

merah, dan sel darah putih), folikel rambut, mukosa saluran pencernaan, sel germinal

(sperma dan ovum) dan sel-sel kulit. Kemoterapi diberikan dalam jadwal yang paling

efektif untuk membunuh tumor dan direncanakan untuk membiarkan selnormal untuk

memperbaiki diri. Sel-sel tumor lebih sensitif terhadap kemoterapi dari pada sel

normal yang bersifat toksik terhadap sel-sel yang sedang membelah dengan cepat.

Obat-obat kemoterapi diklasifikasikan berdasarkan aktivitas farmakologi dan

pengaruhnya terhadap reproduksi sel. Kelompok dasar dan aksi potensial salah

satunya yaitu:

- Obat spesifik fase siklus sel berpengaruh terhadap sel-sel yang sedang

mengalami pembelahan; contohnya adalah antimetabolit, alkaloid tanaman

vinca dan zat lainnya seperti asparaginase dan dacarbazine. Obat-obat ini

sangat efektif melawan tumor yang sedang bertumbuh yang memiliki proporsi

yang lebih besar pada siklus sel selama fase obat tersebut menyerang sel

kanker. Obat-obat ini diberikan dalam konsentrasi minimal, secara terus-

menerus.

Pemberian kemotrapi memerlukan beberapa syarat. Antara lain kondisi umum

pasien baik, yaitu masih dapat melakkukan aktivitas sendiri, fungsi hati, fungsi ginjal,

dan fungsi hemostatik (Hb, u=jumlah seldarah putih, dan jumlah trombosit darah)

harus baik. Kemoterapi dihitung dengan siklus pemberian yang dapat dilakukan setiap

21-28 hari setiap siklusnya.

Efek samping kemoterapi kadang sangat mengganggu, misalnya rontoknya

rambut sampai botak, mual dan munta, semutan, diare dan bahkan alergi. Efek

samping itu tidak sama waktu muncul dan berat ringannya pada setiap orang dan juga

bergantung pada jenis obat yang digunakan. Efek samping lain yang dapat

mengganggu proses pemberian adalah gangguan fungsi hemostatik Hb < 10 gr%.

Page 18: Laporan Keperawatan Medikal Bedah tentang Kanker Paru

P a g e | 18

Leukosit < 3.000/dl atau trombosit < 100.000/dl. Efeksamping dinilai sejak mulai

kemoterapi I diberikan. Efek samping yang berat dapat menghentikan jadwal

pemberian, dokterakan mengoreksi efek samping yang muncul dengan memberikan

obat dan transfusi darah jika perlu.

Evaluasi hasil kemoterapi dinilai minimal setelah dua siklus pemberian

(sebelum kemoterapi III diberikan) yang dapat berupa respons subjektif, yaitu apakah

BB meningkat atau keluhan berkurang dan foto toraks untuk melihat kelainan di paru-

paru. Evvaluasi dengan menggunakan CT-scan toraks dilakukan setelah pemberian 3

siklus (sebelum pemberian kemoterapi IV). Jika pada penelitian tumor hilang (respons

kom), atau tumor menetap, tetapi respons subjektif baik. Namun, jika pada evaluasi

terjadi perburukan, seperti tumor membesar atau tumbuh tumor yang baru, kemoterapi

harus dihentikan dan diganti dengan jinis obat antikanker lain.

Sumber :

Dickman, andrew. 2012. Drug in Palliative Care. UK : Oxford University Press.

Jones & bartelett. 2012. Nurse’s Drug Handbook. Ed. 11. U.S.A : Jones and

Bartlett Publishers.

Barton-Burke, Margaret & Gail. M. 2006. Cancer Therapies. U.S.A : Jones and

Bartlett Publishers.

Suryo, Joko. 2010. Herbal Penyembuh Gngguan Sistem Pernapasan. Yogyakarta:

B First.

Otto, Shirley E. 2003. Buku saku Keperawatan Onkologi. Jakarta : EGC.

Katzung, Bertram G. 2010. Farmakologi Dasar dan Klinik. Jakarta : EGC.

Tjay, Tan Hoan & Kirana Rahardja. Ed. 6. 2008. Obat-Obat Penting. Jakarta :

Gramedia.

Ciccone, Charles D. 2013. David’s Drug Guide for Rehabilitation professionals.

U.S.A : David Company.

Spratto, George & Adrienne I. Woods. 2012. Delmar Nurses’s Drug Handbook.

U.S.A : Cengage Publishers

Page 19: Laporan Keperawatan Medikal Bedah tentang Kanker Paru

P a g e | 19

Pemeriksaan penunjang 1. Pemeriksaan darah arteri

Pengambilan darah arteri dilakukan untuk memeriksa gas darah aeteri (GDA),

yaitu menilai ada atau tidaknya gangguan keseimbangan asam-basa yang disebabkan

oleh gangguan respiratori atau metabolik. Dalam menentukan adanya gangguan asam-

basa karena pernapasan, dilakukan pemeriksaan PCO2 dan pH. Penilaian gangguan

asam-basa karena gangguan metabolik dilakukan pemeriksaan BE (base excess) dan

bikarbonat (HCO3). Nilai normal adalah :

pH : 7,35 – 7,45

PCO2 : 34 – 45 mmHg

PO2 : 800 – 100 mmHg

HCO3- : 21 – 30 mEq/L

Base ekses : -2,4 s/d +2,3

Saturasi O2 : > 90%

2. Pemeriksaan enzim-enzim plasma

Pemeriksaan enzim-enzim plasma dapat dilakukan dengan mengambil sampel

darah vena untuk pemeriksaan :

ALT (alanin aminotransferase) atau SPT (serum glutamic piruvic

transaminase). Pemeriksaan ini untuk menilai adanya kerusakan pada

hepatoseluler yang dapat dijumpai pada kerusakan hati yang ditandai dengan

adanya peningkatan kadar ALT/SGPT. Nilai normal SGPT adalah LK = 5 -

23 u/L dan PR = 5 – 19 u/L.

ATS (Aspartate Transaminasi) atau SGOT (serum glutamate

oxaloacetate transaminase). Nilai normalnya LK = 5 – 17 u/L dan PR = 5 –

15 u/L.

LDH (laktat dehidrogenase). Enzim intraselular ini terdapat pada

semua sel yang mengalami metabolisme, khususnya pada jantung, otot,

hepar, ginjal, paru, dan sel darah merah.

GGT (gamma glutamil transferase). Digunakan untuk mendeteksi

berbagai penyakit pada hati dan ginjal karena enzim ini banyak ditemukan

pada organ hati dan ginjal.

Page 20: Laporan Keperawatan Medikal Bedah tentang Kanker Paru

P a g e | 20

G6PD (glukosa-6 fosfat dehidrogenase). Enzim ini ada didalam sel

darah merah yang dapat digunakan untuk mendeteksi penyakit anemia

hemolitik.

ACP (Acid Phospatase). ACP banyak didapat pada kelekjar prosta,

liver, butir darah merah, platelet, dan sel tulang.

ALP (alkaline phospatase)

3. Pemeriksaan ureum

Harga normalnya di bawah 50 mg/dl. Ureum termasuk dalam golongan senyawa

nitrogen. Amonia hasil pembakaran protein oleh tubuh akan diubah menjadi urea.

Amonia bersifat racun maka harus dikatabolisme menjadi urea yang mudah larut dan

mudah diekskresikan melalui ginjal. Bila ginjal tidak normal, urea akan menumpuk

dalam darah.

4. Pemeriksaan kreatinin

Termasuk dalam golongan senyawa nitrogen, merupakan hasil katabolisme dari

protein otot. Nilai kreatinin berfungsi untuk melihat fungsi ginjal. Nilai normal

kreatini pada laki-laki 0,5 – 1,3 mg/dl sedangkan pada perempuan 0,5-0,9 mg/dl.

Jumlah kreatinin dalam urin per 24 jam dibagin dengan berat badan (Kg)

menghasilkan koefisien kreatinin. Herga normal untuk koefisien kreatinin untuk laki-

laki 20-26 sedangkan untuk peremuan sekitar 14-22.

Bila urea dan kreatinin dalam darah meningkat, dan urin ditemui kast, protein

dan cell, apalagi bila ada oligouria maka sangat besar kemungkinan adanya kealinan

pada ginjal.

5. Pemeriksaan total protein

Protein total terdiri dari albumin dan globulin. Nilai normal albumin adalah 3,0-

5,0 g/dl sedangkan nilai normal globulin adalah 2,0-3,5 g/dl. Albumin dalam

peredaran darah merupakan penentu utama tekanan osmotik plasma darah. Akibatnya,

penurunan konsentrasi albumin dalam sirkulasi menyebabkan pergeseran cairan

diruang intravaskular ke ruang ekstravaskular.

6. Pemeriksaan radiologi

Page 21: Laporan Keperawatan Medikal Bedah tentang Kanker Paru

P a g e | 21

Nodula soliter terbatas yang disebiut coin lession pada radiogram dada sangat

penting dan menurupakan petunjuk awal untuk mendeteksi adanya karsinoma

bronkhogenik.

7. Bronkhoscopi

Bronkhoskopi yang disertai biopsi adalah teknik yang paling baik untuk

mendeteksi adanya karsinoma sel skuamosa yang biasanya terletak disentral paru.

Pelaksanaan bronkhoskopi yang paling sering adalah menggunakan bronkhoskopi

serat optik yang dimasukkan kedalam saluran pernapasan dengan cara mengambil

spesimen langsung ke tempat lesi untuk dilakukan pemeriksaan sitologi.

Page 22: Laporan Keperawatan Medikal Bedah tentang Kanker Paru

P a g e | 22

Bronkhoskopi diperlukan untuk menilai apakah akan timbul kegawatan, misalnya

sumbatan pada saluran napas akibat tumor dalam saluran napas atau penekanan dari

luar.

8. CT-scan toraks

CT-scan toraks lebih informatid karena dapat melihat karakteristik tumor lebih

jelas termasuk menentukan ukuran, lokasi, dan apakah sudah terjadi keterlibatan

kelenjar getah bening di dada, serta ada tidaknya penyebaran di pari-paru. CT-scan

toraks dilakukan sampai kelenjar suprarenal sehingga dapat dipastikan belum terjadi

penyebaran dihati atau organ perut lainnya. CT”scan dilakukan dengan menggunakan

kontras dan sebagai persiapannya pasien harus puasa 4 jam sebelum CT;scan

dilakukan dan hanya dilakukan jika fungsi ginjal baik.

9. USG abdomen

Dilakukan jika pada pemeriksaan fisik ditemukan pembengkakan hati, tetapi

dengan CT-scan tekniknya lebih sederhana dan hasilnya lebih informatif

Page 23: Laporan Keperawatan Medikal Bedah tentang Kanker Paru

P a g e | 23

10. Pemeriksaan lain seperti MRI

MRI tulang toraks baik untuk melihat apakah terjadi penyebaran (metastasis)

jauh.

Sumber :

Djojodibroto, Darmanto. 2003. Seluk-Beluk Pemeriksaan Kesehatan. Jakarta:

Pustaka Popular Obor

Sacher, Ronald A. 2004. Tinjauan Klinis Hasil Pemeriksaan. Jakarta: EGC

Hidayat, Aziz Alimul. 2004. Buku Saku Praktikum Kebutuhan Dasar

Manusia. Jakarta: EGC

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN KANKER

Harapan bagi penderita kanker sangat meningkat karena kemajuan-kemajuan

dalam bidang ilmia dan teknologi. Namun demikian, sebagai akibat dari malignansi

yang mendasari atau berbagai modalitas pengobatan, pasien penderita kanker dapat

mengalami berbagai masalah sekunder seperti infeksi, menurunnya sel darah putih

dan sebagainya. Apapun tipe pengobatan kanker yang digunakan atau prognosis

kanker, banyak pasien kanker rentan terhadap masalah-masalah tersebut dan

komplikasinya. Peran perawat yang dalam tim onkologi adalah mengkaji pasien

terhadap masalah-masalah ini dan komplikasi-komplikasinya.

PROSES KEPERAWATAN PASIEN DENGAN KANKER

Page 24: Laporan Keperawatan Medikal Bedah tentang Kanker Paru

P a g e | 24

1. Pengkajian

Infeksi. Pada semua tahap kanker, pasien dikaji terhadap faktor-faktor

yang dapat meningkatkan infeksi. Infeksi adalah penyebab utama kematian pada

populasi onkologi. Faktor-faktor yang mempredisposisi pasien terhadap infeksi,

dirangkum dalam table berikut:

Fakto-faktor Mekanisme yang mendasari

1. Kerusakan integritas kulit dan

membrane mukosa

Kelihangan pertahanan garis pertama

tubuh terhadap organism yang

menyerang.

2. Kemoterapi Banyak agens menyebabkan supresi

sumsum tulang, yang mengakibatkan

penurunan pembentukan dan fungsi

sel-sel darah putih. Agens kemoterapi

yang menyebabkan mukositis merusak

integritas kulit dan membrane mukosa.

Kerusakan organ yang berkaitan

dengan agens tertentu juga dapat

mempredisposisi pasien terhadap

infeksi. Kerusakan organ seperti

fibrosis pulmonary atau kardiomiopati

yang berkaitan dengan agens tertentu

juga dapat mempredisposisi pasien

terhadap infeksi.

3. Terapi radiasi Radiasi yang mengenai tempat

pembentukan sumsum tulang dapat

mengakibatkan supresi sumsum

tulang. Juga dapat mengarah pada

kerusakan integritas jaringan.

4. Pengubah respon biologis Beberapa pengubah respon biologi

dapat menyebabkan supresi sumsum

tulang dan disfungsi organ.

5. Malignasi Sel-sel maligna dapat menginfiltrasi

sumsum tulang dan mengganggu

produksi sel-sel darah putih dan

limfosit. Malignasi hematologi

(leukemia dan limfoma) berkaitan

dengan kerusakan fungsi dan

pembentukan sel-sel darah.

6. Malnutrisi Mengakibatkan kerusakan fungsi dan

produksi sel-sel dari respon imun.

Dapat memperburuk integritas kulit.

7. Medikasi Antibiotic mengganggu keseimbangan

Page 25: Laporan Keperawatan Medikal Bedah tentang Kanker Paru

P a g e | 25

flora normal, memungkinkan mereka

menjadi patogenik. Proses ini paling

umum terjadi pada traktus

gastrointestinal.

Kortikosteroid dan obat-obat anti-

inflamasi non-steroid menyamarkan

respon inflamatori.

8. Kateter urin Menciptakan port dan mekanisme

entry untuk organism.

9. Kateter intravena Mengakibatkan kerusakan integritas

kulit dan tempat masuk organism.

10. Prosedur invasive lain

(pembedahan, parasentesis,

torakosentesis, selang drainase,

endoskopi, ventilasi mekanik)

Menciptakan pintu masuk dan

kemungkinan masuknya organism

eksogen ke dalam sistem.

11. Alat-alat penampung Benda-benda dilingkungan seperti air

yang terperangkap dalam peralatan

oksigen berkaitan dengan

pertumbuhan mikroorganisme.

12. Usia Usia yang meningkat berkaitan dengan

penurunan fungsi organ. Juga

berkaitan dengan penurunan produksi

dan fungsi sel-sel dari sistem imun.

13. Penyakit kronis berkaitan dengan kerusakan fungsi

organ dan perubahan respon imun.

14. Hospitalisasi yang lama Memungkinkan peningkatan

pemajanan terhadap infeksi

nosokomial dan kolonisasi organism

baru.

Perawat memonitor pemeriksaan laboratorium, khususnya hitung sel darah lengkap,

untuk mendeteksi perubahan dini dalam sel-sel darah putih. Pada pasien yang

mengalami imunosupresi, gejala umum infeksi mungkin tidak tampak.

Jumlah sel darah putih. Fungsi dari sel-sel darah putih seringkali

rusak pada pasien kanker, sehingga mengalami penurunan atau leucopenia atau

granulositopenia.

Pendarahan. Pasien kanker juga dipantau terhadap faktor-faktor yang

memperberat pendarahan. Faktor tersebut mencakup supresi sumsum tulang akibat

radiasi, kemoterapi dan obat-obatan lain yang mempengaruhi koagulasi dan fungsi

keeping darah seperti aspirin, dipiridamole (persantine), heparin atau warfarin.

Page 26: Laporan Keperawatan Medikal Bedah tentang Kanker Paru

P a g e | 26

Area yang dikaji terhadap perdarahan meliputi: kulit dan membrane

mukosa; intestinal, traktus urinarius dan respiratorius dan otak.

Masalah kulit. Integritas kulit dan jaringan beresiko pada pasien

penderita kanker karena efek kemoterapi, terapi radiasi, pembedahan dan prosedur

invasive yang dijalankan untuk diagnosis dan terapi. Perawat mengidentifikasi mana

dari faktor predisposisi yang tampak dan mengkaji pasien tehadap faktor resiko

lainnya, termasuk deficit nutrisi, inkontinensia usus dan kandung kemih, imobilitas,

imunosupresi dan perubahan yang berhubungan dengan penuaan. Lesi atau ulserasi

kulit sekunder terhadap tumor harus diperhatikan. Membrane mukosa oral dan

penampakan lesi diperhatikan, karena efeknya pada status nutrisi dan tingkat

kenyamanan pasien.

Rambut rontok (aloppesia) dalah bentuk lain gangguan jaringan yang

umum pada pasien kanker yang menerima terapi radiasi atau kemoterapi. Selain

mempertahankan kerontokan rambut, perawat juga mengkaji dampak psikologis dari

efek samping ini pada pasien dan keluarganya.

Masalah nutrisi. Gangguan status nutrisi dapat memberi kontribusi

pada kemajuan penyakit, inkompetensi imun, insiden infeksi yang meningkat,

perlambatan perbaikan jaringan, kehilangan kemampuan fungsi, dan penurunan

kapasitas untuk melanjutkan pengobatan antineoplastik.

Berat badan dan masukan kalori pasien dipantau setiap hari. Informasi

lain yang dikumpulkan melalui pengkajian termasuk riwayat diet, perubahan nafsu

makan, situasi dan makanan yang memperburuk atau meredakan anoreksia dan

riwayat medikasi, kesulitan dalam mengunyah atau menelan ditetapkan dan kejadian

mual, muntah atau diare dicatat.

Nyeri. Nyeri dan rasa tidak nyaman pada kanker mungkin berkaitan

dengan malignasi yang mendasari, desakan tekanan oleh tumor, prosedur pemeriksaan

diagnostic atau banyak pengobatan kanker yang mungkin digunakan. Seperti halnya

pada situasi lain yang mencakup nyeri, nyeri kanker dipengaruhi baik oleh

keterlibatan fisik dan psikososial. Perawat mengkaji sumber dan letak nyeri, faktor-

faktor yang meningkatkan persepsi nyeri pasien, seperti ketakutan dan kegelisahan,

kelatihan, marah, dan isolasi sosial.

Keletihan. Keletihan merupakan masalah kronis bagi individu

penderita kanker. Perawat mengkaji terhadap perasaan-perasaan kelemahan, kurang

energy, dan ketidakmampuan untuk menjalankan fungsi sehari-hari yang perlu dan

Page 27: Laporan Keperawatan Medikal Bedah tentang Kanker Paru

P a g e | 27

berguna. Keletihan kronis ditandai dengan: kurang minat terhadap aktivitas yang

biasa dilakukan, kurang motivasi, dan ketidakmampuan untuk berkonsentrasi.

Status psikososial. Pengkajian pasien kanker tidka terbatas pada

perubahan fisiologis yang dapat terjadi dalam perjalanan penyakit. Pengkajian

tersebut difokuskan pada status psikologis dan mental pasien karena pasien dan

keluarganya menghadapi pengalaman yang mengancam jiwa, uji diaognostik dan

modalitas pengobatan yang tidak menyenangkan dan kemajuan penyakit.

Citra tubuh. Pasien kanker dipaksa untuk menhadapi banyak serangan

terhadap citra tubuh sepanjang perjalanan penyakit dan pengobatan memasuki sistem

perawatan kesehatan sering disertai dengan depersonalisasi.

2. Masalah kolaboratif

Berdasarkan ada data pengkajian, potensial komplikasi yang mungkin terjadi

mencakup:

o Infeksi dan asepsis

o Hemoragi

3. Perencanaan dan implementasi

Tujuan utama pasien dapat mencakup pemeliharaan integritas jaringan,

pemeliharaan nutrisi, peredaan nyeri, peredaan keletihan, progresi yang efektif

melewati proses berduka, perbaikan citra tubuh dan tidak terdapat komplikasi.

4. Intervensi keperawatan

Mempertahankan integritas jaringan. Pesien dengan kanker

beresiko untuk mengalami berbagai kerusakan kulit dan membrane mukosa. Beberapa

dari gangguan yang paling sering dihadapi termasuk reaksi kulit dan jaringan terhadap

terapi radiasi, stomatitis, aloplesia dan lesi kulit metastatic. Trauma pada area yang

sakit dicegah dengan menggunakan pakaian yang kendur yang tidak mengkonstriksi,

mengiritasi atau menggesek area yang sakit. jika terjadi lepuh, hati-hati untuk tidak

mengganggu lepuh, dengan demikian , mengurangi resiko masuknya bakteri.

Perawatan luka aseptic diindikasikanuntuk meminimalkan resiko infeksi dan sepsis.

o Stomatitis. Sebagai akibat dari lecet dan luka normal setiap hari, sel

epitel yang melapisi rongga oral menjalani pemulihan yang cepat. Kemoterapi dan

iradiasi mengganggu kemampuan tubuh untuk menggantikan sel-sel tersebut. Nyeri

yang berlkaitan dengan jaringan oral yang mengalami ulserasi secara signifikan dan

Page 28: Laporan Keperawatan Medikal Bedah tentang Kanker Paru

P a g e | 28

dapat mengganggu masukan nutrisi, komunikasi dan keinginan untuk

mempertahankan higeine oral. Sikat gigi yang berbulu halus dan pasta gigi

nonabrasive mencegah atau mengurangi trauma pada mukosa oral. Membilas mulut

dengan saline mungkin diperlukan bagi pasien yang tidak dapat mentoleransi sikat

gigi. Bibir pasien di diberi pelembab pelumas untuk menjaga jaringan agar tidak

kering dan pecah-pecah.

o Alopesia. Penipisan atau kerontokan rambut sementara atau permanen.

Alopesia merupakan efek samping merugikan dari terapi radiasi bentuk tertentu dan

beberapa preparat kemoterapeutik. Banyak tenaga kesehatan memandang kerontokan

rambut sebagai masalah kecil bila dibandingkan potensial konsekuensi yang

mengancam jiwa akibat malignansi yang diderita. Namun bagi pasien,

bagaimanapun, kerontokan rambut memiliki ancaman besar terhadap citra tubuh,

menimbulkan perasaan ansietas, kesedihan, marah, penolakan, bermusuhan dan

isolasi. Peran perawat adalah untuk memberikan informasi tentang alopesia dan

untuk membantu pasien dan keluarganya dalam koping dengan kerontokan rambut

dan perubahan dalam citra tubuh. Pasien didorong untuk menggunakan wig atau

pengganti rambut sebelum rambut terjadi. Penggunaan sakraf atau topi yang menarik

dapat membuat pasien merasa lebih baik.

o Lesi kulit maligna. Pertumbuhan sekunder sel-sel kanker ke dalam

kulit dapat menyebabkan kemerahan atau dapat berkembang menjadi luka yang

mencakup nekrosis dan infeksi. Asuhan keprawatan mencakup menkaji dengan

cermat dan membersihkan kulit, mengurangi flora bakteri permukaan, mengontrol

perdarahan, mengurangi baud an melindungi terhadap nyeri dan trauma kulit lebih

lanjut. Beri keluarga bantuan dan panduan untuk merawat lesi kulit dirumah.

Memelihara status nutrisi. Anoreksia, malabsorpsi dan kakeksia

adalah contoh dari masalah nutrisi yang umumnya tampak pada pasien kanker.

Makanan harus disiapkan agar tampak menarik dan menimbulkan nafsu makan. Bau

yang tidak menyenangkan dan penampilan makanan yang tidak mengundang harus

dihindari. Kesukaan pasien dan kebutuhan fisiologis dan metabolic harus diperhatikan

dalam memilih makanan. Makan dalam porsi kecil dan sering dengan suplemen

tambahan diantara waktu makan. Hygiene oral dan tindakan pereda nyeri dilakukan

sebelum makan untuk membuat makanan lebih menyenangkan.

Page 29: Laporan Keperawatan Medikal Bedah tentang Kanker Paru

P a g e | 29

Peredaan nyeri. Perawat memberikan edukasi dan dukungan untuk

memperbaiki ketakutan dan miskonsepsi tentang penggunaan analgesic.

Mengurangi keletihan. Perawat membantu pasien dan keluarga untuk

memahami bahwa keletihan sering diperkirakan terjadi dan merupakan efek samping

proses kanker dan pengobatan yang diterapkan serta berasal dari koping dengan yang

dialami. Stratergi keperawatan dirancang untuk meminimalkan keletihan atau

membantu pasien mengatasi keletihan yang sudah ada.

Memperbaiki citra tubuh dan harga diri. Penting artinya untuk

memberi dorongan agar mandiri dan ikut serta secara kontinu dalam perawatan diri

dan pembuatan keputusan. Segala perasaan negative yang pasienn miliki tentang

ancama citra tubuh harus diungkapkan. Perawat berperan sebagai konselor dan

pendengar yang baik bagi pasien dan keluarga.

Melewati proses berkabung dengan memberikan dukungan dan

membantu dalam mengambil keputusan. Menjawab pertanyaan-pertanyaan dari

pasien dan keluarga dan mengklarifikasi informasi yang diberikan oleh dokter.

Sumber:

Smeltzer, Suzanne C. 2002. Keperawatan Medikal Bedah edisi 8. Jakarta: EGC

PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN KANKER PARU

Asuhan keperawatan klien dengan kanker paru-paru adalah sama dengan

asuhan keperawatan klien dengan kanker lainnya seperti uraian diatas. Perbedaan

mendasar hanya pada penekanan dan perhatian yang lebih dikhususkan pada

manifestasi pernapasan yang dialami klien.

Membantu klien latihan batuk dan napas dalam. Dilakukan dengan

posisis duduk pada klien dengan tekanan darah stabil. Kedua telapak tangan perawat

menyanggga insisi dengan kuat dari bagian anterior dan posterior. Klien didorong

untuk napas dalam, menghembuskan napas dan kemudian anjurkan batuk. Jika pasien

tidak mampu batuk dengan efektif, maka dilakukan pengisapan trakheobronkial. Jika

pengisapan tidak berhasil membersihkan jalan napas, maka dilakukan bronkhoskopi

serat optic.

Meningkatkan pernapasan abdomen. Latihan pernapasan abdomen

sangat membantu bagi klien yang telah menjalani bedah dada karena latihan ini

Page 30: Laporan Keperawatan Medikal Bedah tentang Kanker Paru

P a g e | 30

memperbaiki ventilasi tanpa menambah nyeri dan membantu dalam ketrampilan

batuk secara lebih efektif.

Meningkatkan rasa nyaman dengan meredakan nyeri, dengan

bantuan relaksasi ataupun terapi farmakologi.

Sumber :

Aslih, Niluh Gede Yasmin. (2004). Keperawatan Medikal Bedah: Klien dengan

Gangguan sistem Pernapasan. Jakarta: EGC.

EFUSI PLEURA Efusi pleura merupakan suatu kumpulan cairan pada ruang antara lapisan

parietal dan visceral dari pleura, biasanya berisi cairan serosa. Namun juga dapat

mengandung bahan lainnya. Efusi pleura transudatif merupakan efusi pleura yang

berjenis cairan transudat. Efusi pleura ini disebabkan oleh gagal jantung kongestif,

emboli paru, sirosis hati (penyakit intraabdominal), dialysis peritoneal,

hipoalbuminemia, sindrom nefrotik, glomerulonefritis akut, retensi garam atau pasca

by-pass koroner.

Efusi pleura eksudatif terjadi karena peradangan atau infiltrasi pada pleura

atau jaringan yang berdekatan dengan pleura. Kerusakan pada dinding kapiler darah

menyebabkan terbentuknya cairan kaya protein yang keluar dari pembuluh darah dan

berkumpul pada rongga pleura. Penyebab efusi pleura eksudatif adalah neoplasma,

infeksi, penyakit jaringan ikat, penyakit intraabdominal, dan imunologik.

Dalam keadaan normal, cairan pleura diproduksi oleh pleura parietal dan

diabsorpsi oleh pleura visceral. Normalnya hanya terdapat 10-20 ml cairan didalam

rongga pleura. Jumlah cairan di rongga ini tetap karena adanya tekanan hidrostatis

pleura parietalis sebesar 9 cm H2O. Akumulasi cairan pleura dapat terjadi apabila

tekanan osmotic koloid menurun misalnya pada penderita hipoalbuminemia dan

bertambahnya permeabilitas kapiler akibat adanya proses peradangan atau neoplasma,

bertambahnya tekanan hidrostatis akibat kegagalan jantung dan tekanan negative intra

pleura apabila terjadi ateletaksis paru. Lima mekanisme berikut dikaitkan sebagai

etiologi akumulasi patologis cairan pleura:

1. Tekananan hidrostatik meningkat, seperti pada gagal jantung kongestif

yang menyebabkan tekanan kapiler paru dan tekanan perifer menjadi

sangat tinggi sehingga menimbulkan transudasi cairan yang berlebihan ke

dalam rongga pleura.

2. Permeabilitas kapiler meningkat, seperti pada pneumonia atau tipe

paru-paru pleuritis.

3. Tekanan onkotik menurun.

Page 31: Laporan Keperawatan Medikal Bedah tentang Kanker Paru

P a g e | 31

4. Tekanan negative intrapleura meningkat

5. Gangguan drainase limfatik ruang pleura, seperti pada karsinomatis

mediastinum.

Cairan peritoneal yang bersifat transudat dapat bersifat menyeberang

difragma ke ruang pleura. Cairan ini dapat masuk ke dalam rongga pleura melalui

defek-defek diafragma atau melalui jaring-jaring limfatik diafragma. Konsentrasi

protein transudat cairan pleura dapat lebih besar dari yang diharapkan kalau ada

gangguan drainase limfatik, stasis vaskuler atau kerusakan kapiler. Eksudat-eksudat

cairan pleura disebabkan oleh penyakit-penyakit yang meningkatkan permeabilitas

kapiler pleura atau mengganggu drainase limfatik rongga pleura.

MANIFESTASI KLINIK

Manifestasi klinik yang mungkin muncul pada efusi pleura adalah:

1. Sesak napas

2. Nyeri dada

3. Kesulitan bernapas

4. Peningkatan suhu tubuh jika ada infeksi

5. Keletihan

6. Batu

PENATALAKSANAAN

1. Thorakosentasis

Drainase cairan jika efusi pleura menimbulkan gejala subjektif seperti

nyeri, disnea dan lain-lain. Cairan efusi sebanyak 1 – 1,5 liter perlu

dikeluarkan segera untuk mencegah meningkatnya edema paru.

2. Pemberian antibiotic (jika ada infeksi)

3. Pleurodesis

Pada efusi pleura karena keganasan dan efusi pleura rekuren lain,

diberikan obat (tetrasiklin, kalk dan bieomisin) melalui selang

interkostalis untuk melekatkan kedua lapisan pleura dan mencegah

terakumulasi kembali.

4. Tirah baring

Bertujuan untuk menurunkan kebutuhan oksigen karena peningkatan

aktivitas akan meningkatkan kebutuhan oksigen sehingga dispnea akan

semakin meningkat.

Sumber:

Speicher, Carl E. 1996. Pemilihan Uji Laboratorium yang Efektif. Jakarta: EGC.

Darmanto, Djojodibroto. 2009. Respirologi (respiratory medicine). Jakarta: EGC.

Page 32: Laporan Keperawatan Medikal Bedah tentang Kanker Paru

P a g e | 32

Muttaqin, Arif. 2008. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem

Pernapasan. Jakarta: Salemba Medika.

Diagnosa : Ketidakefektifan pola nafas Definisi : Inspirasi dan / atau ekspirasi

yang tidak menyediakan ventilasi yang

adekuat

Batasan Karakteristik :

- Perubahan kedalaman pernapasan

- Dsypnea

- Takipnea

Fator yang Berhubungan :

- Hiperventilasi ( Do : 24x/menit )

NOC “ Respiratory Status “

Respiratory rate 4 - 5

Depth of breathing 4 - 5

NOC “ Vital Signs “

Apical heart rate 4 - 5

Respiratory rate 4 - 5

Sistolik blood pressure 1 - 5

NIC “ Ventilation Assistance

Pertahankan pola napas

Posisikan untuk meringankan dispnea

dengan posisi semifowler/fowler

Posisikan untuk meminimalkan usaha

pernapasan

Monitor status pernapasan dan

oksigenasi

Ajarkan tekhnik pursed-lip-breathing

NIC “Vital signs monitoring

Monitor tekanan darah, nadi, suhu,

dan status pernapasan

Monitor tekanan darah setelah pasien

mendapat obat

Monitor ritme dan kecepatan jantung

Monitor ritme dan kecepatan

pernapasan

Diagnosa “ Kelebihan Volume Cairan “

Definisi :peningkatan retensi cairan

isotonik

Batasan Karakteristik : Perubahan tekanan darah

Penurunan hematokrit

Perubahan pola napas

Penurunan hematokrit

Penurunan hmoglobin

Efusi pleura

Faktor yang Berhubungan :

Gangguan mekanisme regulasi

NOC “Fluid balance”

Tekanan darah 2 - 5

Kecepatan nadi radial 4 - 5

Hematokrit 2 - 5

NOC “ Fluid Overload “Severity

Edema kaki 2 - 5

NIC “ Hypervolemia Management “

Monitor albumin dan total

protein

Monitor pola napas untuk

gejala kesulitan pernapasan

Monitor pemasukan dan

pengeluaran

Monitor hasil lab yang relevan

Memberikan obat diuretik

Monitor efek terapi diuretik

NIC “ Fluid Management “

Page 33: Laporan Keperawatan Medikal Bedah tentang Kanker Paru

P a g e | 33

Monitor dan nilai luas dan lokasi

edema

Monitor nutrisi

Monitor status hidrasi seperti

tekanan darah, kekuatan pulsasi

Monitor hasil lab yang relevan

seperti adanya penurunan

hematokrit dan peningkatan level

osmolaritas urin

Sumber :

Herdman, Theather. (2012). Diagnosa keperawatan : definisi dan klasifikasi Nanda

2012 – 2014. Jakarta : KDT

Jhonson, Mario dkk. (2006). NOC dan NIC Linkages to NANDA I and Clinical

Conditions . USA : El Sevier Inc.

Bulechek, Gloria M, et al. (2004). NIC. USA: El – Sevier Inc.

Moohead, Sue et al. (2004). NOC. USA : El –Sevier Inc.

Page 34: Laporan Keperawatan Medikal Bedah tentang Kanker Paru

P a g e | 34

BAB III

PENUTUP

Neoplasma ini terbagi menjadi dua bagian yaitu neoplasma jinak dan ganas.

Neoplasma ganas yang bentuknya menyebar dan penyebarannya hampir mirip dengan

jari – jari kepiting yang sekarang disebut kanker. Meningkatnya jumlah pasien dengan

penyakit kanker ini memerlukan perawatan paliatif, disamping kegiatan promotif,

preventif, kuratif, dan rehabilitatif.

Pada pasien dengan penyakit kanker paru dapat ditegakkan intervensi

keperawatan dan medis seperti : mengajarkan teknik pernapasan dalam, manajemen

pengurangan nyeri dengan memberikan obat 3 step ladder dan perawata harusnya

memberikan dukungan emosional (perawatan paliatif) untuk pasien dan keluarga

dalam menghadapi penyakit yang dideritanya.

Page 35: Laporan Keperawatan Medikal Bedah tentang Kanker Paru

P a g e | 35

DAFTAR PUSTAKA

1. Somantri, Irman. (2007). Keperawatan Medikal Bedah ; Asuhan Keperawatan

Pada Pasien Dengan Gangguan Pernapasan . Jakarta : Salemba Medika )

2. Dickman, andrew. 2012. Drug in Palliative Care. UK : Oxford University Press.

3. Jones & bartelett. 2012. Nurse’s Drug Handbook. Ed. 11. U.S.A : Jones and

Bartlett Publishers.

4. Barton-Burke, Margaret & Gail. M. 2006. Cancer Therapies. U.S.A : Jones and

Bartlett Publishers.

5. Suryo, Joko. 2010. Herbal Penyembuh Gangguan Sistem Pernapasan.

Yogyakarta: B First.

6. Otto, Shirley E. 2003. Buku saku Keperawatan Onkologi. Jakarta : EGC.

7. Katzung, Bertram G. 2010. Farmakologi Dasar dan Klinik. Jakarta : EGC.

8. Tjay, Tan Hoan & Kirana Rahardja. Ed. 6. 2008. Obat-Obat Penting. Jakarta :

Gramedia.

9. Ciccone, Charles D. 2013. David’s Drug Guide for Rehabilitation professionals.

U.S.A : David Company.

10. Spratto, George & Adrienne I. Woods. 2012. Delmar Nurses’s Drug Handbook.

U.S.A : Cengage Publishers

11. Speicher, Carl E. 1996. Pemilihan Uji Laboratorium yang Efektif. Jakarta: EGC.

12. Darmanto, Djojodibroto. 2009. Respirologi (respiratory medicine). Jakarta: EGC.

13. Djojodibroto, Darmanto. 2003. Seluk-Beluk Pemeriksaan Kesehatan. Jakarta:

Pustaka Popular Obor

14. Sacher, Ronald A. 2004. Tinjauan Klinis Hasil Pemeriksaan. Jakarta: EGC

15. Hidayat, Aziz Alimul. 2004. Buku Saku Praktikum Kebutuhan Dasar Manusia.

Jakarta: EGC

16. Smeltzer, Suzanne C. 2002. Keperawatan Medikal Bedah edisi 8. Jakarta: EGC

17. Basher, Valentina. (2008). Aplikasi Klinis Patofisiologi: Pemeriksaan

Manajemen. Jakarta: EGC

18. Corwin, Elizabeth. (2009). Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC

19. Herdman, Theather. (2012). Diagnosa keperawatan : definisi dan klasifikasi

Nanda 2012 – 2014. Jakarta : KDT

20. Jhonson, Mario dkk. (2006). NOC dan NIC Linkages to NANDA I and Clinical

Conditions . USA : El Sevier Inc.

21. Bulechek, Gloria M, et al. (2004). NIC. USA: El – Sevier Inc.

22. Moohead, Sue et al. (2004). NOC. USA : El –Sevier Inc.