BAB I PENDAHULUAN Step 1 1. Mesio Versi 2. Bruxism 3. Linea Alba 4. Abrasi 5. Odema 6. Ulser Jawaban 1. Mesio Versi adalah indikasi penyimpangan dari posisi normal (malposisi) per individual dimana posisi gigi geligi lebih ke mesial dari posisi normal. 2. Bruxism adalah suatu kondisi dimana menggrinding gigi atau menggiling gigi dengan menggeser gigi bolak-balik satu sama lain, menggertakkan (berkontak rapat antara gigi atas dan bawah). Bruxism ini merupakan kebiasan buruk dari individu yang terjadi tanpa sengaja atau tidak disadari. Bisa terjadi pada siang hari tapi umumnya muncul pada malam hari disaat sedang tidur. 3. Linea Alba adalah suatu perubahan yang sering terjadi pada mukosa bukal yang berhubungan dengan 1
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB I
PENDAHULUAN
Step 1
1. Mesio Versi
2. Bruxism
3. Linea Alba
4. Abrasi
5. Odema
6. Ulser
Jawaban
1. Mesio Versi adalah indikasi penyimpangan dari posisi normal (malposisi)
per individual dimana posisi gigi geligi lebih ke mesial dari posisi normal.
2. Bruxism adalah suatu kondisi dimana menggrinding gigi atau menggiling
gigi dengan menggeser gigi bolak-balik satu sama lain, menggertakkan
(berkontak rapat antara gigi atas dan bawah). Bruxism ini merupakan
kebiasan buruk dari individu yang terjadi tanpa sengaja atau tidak disadari.
Bisa terjadi pada siang hari tapi umumnya muncul pada malam hari disaat
sedang tidur.
3. Linea Alba adalah suatu perubahan yang sering terjadi pada mukosa bukal
yang berhubungan dengan adanya penekanan, iritasi friksional akibat
gesekan, atau trauma pada bagian muka gigi karena kebiasaan menghisap
(sucking trauma). Sesuai dengan namanya, perubahan yang terjadi terdiri
atas garis putih yang (biasanya) bilateral. Linea alba terletak pada mukosa
bukal setinggi dengan bidang oklusi gigi yang di dekatnya. Garis yang
terbentuk lebih terlihat jelas pada mukosa bukal yang berbatasan dengan
gigi posterior.
4. Abrasi adalah hilangnya jaringan gigi ataupun tambalan yang bersifat
patologis karena pemakaian, oleh faktor diluar kontak gigi. Ausnya
jaringan gigi ini akibat proses mekanik, misalnya karena pemakaian pasta
1
gigi yan abrasif atau sikat gigi yang keras. Abrasi gigi biasanya mengenai
bagian serviks gigi sebelah bukal, gigi anterior maupun posterior.
5. Odema adalah pembengkakan yang disebabkan oleh terkumpulnya cairan
berlebihan yang terperangkap pada jaringan tubuh. Cairan yang berlebihan
ini disebabkan oleh meningkatnya volume cairan ekstraseluler dan
ekstravaskuler (cairan interstitium) yang disertai dengan penimbunan
cairan abnormal dalam sela-sela jaringan dan rongga serosa (jaringan ikat
longgar dan rongga-rongga badan). Oedema dapat bersifat setempat (lokal)
dan umum (general).
6. Ulser adalah salah satu lesi jaringan lunak yang paling sering ditemukan di
praktek kedokteran gigi. Ulser merupakan suatu luka terbuka dari kulit
atau jaringan mukosa yang memperlihatkan disintegrasi dan nekrosis
jaringan yang sedikit demi sedikit.
Step 2 (Rumusan Masalah)
1. Bagaimana etiologi iritasi dan trauma pada jaringan lunak rongga mulut?
2. Bagaimana respon tubuh terhadap trauma dan iritasi pada jaringan lunak
rongga mulut?
3. Sebutkan dan jelaskan macam-macam lesi pada trauma jaringan lunak
rongga mulut?
Step 3 Jawaban Rumusan Masalah
STEP 3
1. Ada banyak penyebab dari iritasi dan trauma jaringan lunak rongga mulut,
yang meliputi:
Individu yang memiliki kebiasaan buruk seperti menggigit-gigit
mukosa pipi secara tidak sengaja atau tidak sadar.
2
Iritasi mekanik dari bulu sikat gigi, dimana bulu sikat tersebut
memiliki bulu yang kasar dan tidak halus.
Gesekan dari makanan ataupun benda yang masuk ke dalam mulut.
Berkelahi, saat individu mendapatkan benturan yang hebat dan gigi
yang memiliki permukaan yang tajam seperti adanya restorasi,
karies klas IV maupun V yang kontak dengan mukosa dan
menyebabkan mukosa terluka.
Makanan yang memiliki tekstur keras dan tajam. Serta minuman
yang terlalu panas.
Stress.
Gigi yang terletak di luar lengkung rahang yang normal sehingga
jaringan lunak selalu tergesek dan tergigit pada saat mengunyah.
Kekurangan nutrisi, seperti vitamin B12.
Penggunaan gigi tiruan.
Paparan radiasi.
2. –
3. –
3
Step 4 (Mapping)
Step 5 (Learning Objective)
-
4
TRAUMA
FISIK ELEKTRIK
KIMIA RADIASITERMAL
PENYAKIT TRAUMA
JARINGAN LUNAK RONGGA
MULUT
PATOGENESIS
GEJALA KLINIS
BAB II
PEMBAHASAN
TRAUMA PADA JARINGAN LUNAK RONGGA MULUT
Etiologi
1. Trauma Fisik atau Mekanik
Ada banyak faktor yang dapat menyebabkan trauma pada jaringan lunak di
rongga mulut, salah satunya adalah trauma fisik atau mekanik. Dimana pada
trauma fisik ataupun mekanik terbagi dalam beberapa sebab-sebab lainnya,
yaitu:
Trauma gigitan
Banyak orang menderita luka di dalam mulutnya. Hal tersebut biasanya
dilakukan secara tidak disengaja seperti tergigit pada saat makan pada
bibir ataupun jaringan lunak yang ada di dalam rongga mulut. Luka gigit
pada bibir atau lidah tersebut akibat susunan gigi yang tidak teratur. Sering
kali, hal ini dapat menjadi sebuah kebiasaan yang tidak disadari atau dapat
terjadi selama tidur. Luka jaringan lunak rongga mulut juga bisa
disebabkan karena tertusuk alat ortodonsi atau tepi plat gigi tiruan yang
dipasang secara tidak tepat sehingga dapat menimbulkan ulser.
Trauma sikat gigi
Sikat gigi ternyata adalah salah satu sebab dari trauma jaringan lunak
rongga mulut. Cara penggunaan dari sikat gigi yang berlebihan dan cara
menyikat gigi yang salah dapat merusak gigi serta melukai jaringan lunak
yang ada di dalam rongga mulut.
Trauma makanan
Banyak jenis makanan yang kita makan dapat menggores ataupun melukai
jaringan lunak dalam rongga mulut dan menyebabkan terjadinya ulser.
Contohnya adalah keripik singkong yang mempunyai tekstur yang keras
dan tajam sehingga saat dimakan dapat melukai jaringan lunak rongga
mulut, selain itu kue kering yang keras, apel dan setelah mengunya
5
permen keras juga dapat melukai jaringan lunak rongga mulut sehingga
menimbulkan ulser.
2. Trauma Termal (Panas)
Trauma termal atau luka bakar pada rongga mulut sebagian besar
disebabkan oleh makanan atau minuman yang panas. Penggunaan microwave
meningkatkan angka kejadian luka bakar panas karena dapat membuat
makanan yang dingin di bagian luarnya tetapi sangat panas di bagian
dalamnya. Pada awal terjadinya trauma termal akan terasa nyeri yang
selanjutnya muncul area yang tidak nyeri, hangus, dan kekuningan yang
disertai dengan sedikit atau bahkan tidak berdarah. Selanjutnya, area tersebut
akan mengalami nekrosis, karena banyak sel yang mati akibat panas, dan
mulai mengelupas bahkan bisa mengeluarkan darah. Luka yang melibatkan
makanan yang panas biasanya timbul pada palatum atau mukosa lidah bagian
posterior berupa area eritema dan ulserasi yang dapat menyisakan epithelium
yang nekrosis pada daerah perifer. Selain itu, injuri thermal juga dapat terjadi
secara iatrogenik, yaitu overheat instrument yang mengenai mukosa. Efek
lebih parah terjadi pada mukosa yang dianestesi, karena pasien tidak dapat
merasakan sakit pada mukosa yang berkontak dengan instrumen tersebut.
Lesi luka bakar
3. Trauma kimiawi
6
Trauma kimiawi di dalam rongga mulut biasanya akibat bahan-bahan
kedokteran gigi yang digunakan dalam praktek, misalnya aspirin, hidrogen
peroksida, silver nitrat, fenol, larutan anestesi, dan bahan perawatan saluran
akar. Trauma kimiawi dapat disebabkan karena pemakaian obat-obatan yang
bersifat kaustik, seperti obat kumur yang tinggi kandungan alcohol, hydrogen
peroksida, atau fenol, dan penggunaan obat aspirin baik tablet maupun topikal
pada mukosa sebagai obat sakit gigi.
Lesi biasanya terletak pada forniks atau lipatan mukobukal dan gingiva.
Area yang terluka berbentuk ireguler, berwarna putih, dilapisi
pseudomembran, dan sangat sakit. Area yang terlibat sangat mungkin meluas.
Jika kontak dengan agen kimia terjadi cukup singkat, maka lesi yang terbentuk
berupa kerut-kerut berwarna putih tanpa nekrosis jaringan. Kontak dalam
waktu lama (biasanya dengan aspirin, sodium hipoklorid, dan fenol) dapat
menyebabkan kerusakan yang lebih berat dan pengelupasan jaringan yang
nekrosis. Mukosa non-keratinisasi yang tidak cekat lebih sering mengalami
luka bakar dibandingkan mukosa cekat (Greenberg dan Glick, 2003).
Aspirin
Acetylsalicylic acid (aspirin) merupakan agen yang biasa
menyebabkan trauma kimiawi dalam rongga mulut. Jaringan rongga mulut
rusak ketika aspirin diisap pada area lipatan mukobukal dalam jangka
waktu yang cukup lama untuk melegakan nyeri gigi.
Silver Nitrat
Silver nitrat biasa digunakan oleh dokter gigi sebagai agen
kauterisasi untuk merawat kasus stomatitis aptosa. Bahan ini mampu
meredakan gejala secara instan dengan membakar akhiran saraf pada
ulkus. Namun, silver nitrat sering merusak jaringan di sekitarnya dan
menghambat penyembuhan atau bahkan dapat menyebabkan nekrosis di
lokasi aplikasinya (jarang terjadi). Oleh sebab itu, penggunaan silver nitrat
sebaiknya dikurangi.
Sodium Hipoklorid
7
Sodium hipoklorid atau bahan pemutihan gigi, sering digunakan
untuk irigasi saluran akar dan dapat menyebabkan ulkus yang cukup parah
akibat kontak dengan jaringan lunak di dalam rongga mulut.
Hidrogen Peroksida
Hidrogen peroksida sering digunakan sebagai bahan irigasi
intraoral untuk pencegahan penyakit periodontal. Pada konsentrasi ≥3%,
hidrogen peroksida dapat menyebabkan jaringan nekrosis.
Pasta Gigi dan Obat Kumur
Beberapa kasus ulserasi dan luka jaringan di dalam mulut telah dilaporkan
disebabkan karena salah penggunaan obat kumur dan pasta gigi komersial.
Reaksi hipersensitivitas, ulserasi, dan pengelupasan epitel yang tidak biasa
terjadi pernah dilaporkan terjadi pada penggunaan pasta gigi yang
mengandung kayu manis (cinnamons). Bahan yang menyebabkan reaksi
hipersensitivitas diduga adalah kandungan aldehid. Reaksi ini tampak mirip
dengan reaksi yang disebabkan oleh bahan kimia lain seperti aspirin dan
hidrogen peroksida. Selain itu, ditemukan pula kasus luka bakar di bibir,
mulut, dan lidah pada pasien yang menggunakan obat kumur yang
mengandung alkohol dan klorheksidin (Greenberg dan Glick, 2003).
Smoker’s Melanosis
Individu yang merokok mungkin akan timbul area hiperpigmentasi
melanin pada mukosanya tergantung pada jumlah batang rokok sehari-hari.
Smoker’s melanosis paling sering ditemukan di area gingiva anterior pada
maksila maupun mandibula. Pigmentasi bervariasi dari warna coklat terang
hingga gelap dan tampak difus. Perawatan yang dilakukan adalah biopsi,
terutama pada area palatum. Smoker’s melanosis akan menghilang sedikit
demi sedikit selama 3 tahun setelah berhenti merokok (Neville dkk., 2009).
Rokok dapat menyebabkan hiperpigmentasi pada melanin di mukosa
rongga mulut. Jika dikonsumsi secara terus-menerus, maka derajat
pigmentasinya pun semakin meningkat. Pigmentasi bervariasi dari warna
8
coklat terang hingga gelap dan tampak difus. Hal ini dapat menyebabkan
timbulnya trauma kimia dan bisa menyebabkan munculnya lesi.
Anesthetic Necrosis
Kasus yang jarang terjadi, nekrosis fokal jaringan dapat timbul
pada lokasi injeksi anestesi lokal. Predileksi terjadinya lesi pada palatum
durum, yang jaringan mukosanya berikatan cekat dengan tulang di
bawahnya. Biasanya lesi ini timbul sebagai lesi ulser yang bertepi reguler
yang timbul beberapa hari setelah injeksi. Ulser terjadi akibat nekrosis
iskemia yang kemungkinan disebabkan karena trauma langsung dari
larutan anestesi, vasokonstriksi epinefrin, atau keduanya. Penyembuhan
ulser memerlukan waktu beberapa minggu dan terkadang dapat menjadi
kronis. Stimulus lokal, misalnya usapan sitologi, cukup untuk merangsang
penyembuhan ulser (Neville dkk., 2009).
Trauma Radiasi
Ulser intraoral juga biasanya muncul selama proses terapi radiasi
untuk kanker di area kepala dan leher. Keganasan (paling sering karsinoma
sel skuamosa) memerlukan dosis radiasi yang besar (60-70 Gy). Ulser
selalu muncul pada daerah yang tersorot sinar radiasi secara langsung.
Untuk keganasan seperti lymphoma dengan dosis radiasi lebih rendah (40-
50 Gy) bersifat tumorisidal, ulser yang muncul serupa namun tidak
separah terapi dengan dosis radiasi 60-70 Gy dan durasinya lebih pendek.
Ulser akibat radiasi akan bertahan selama proses terapi radiasi. Apabila
daerah ulserasi dijaga kebersihannya, spontan healing akan muncul tanpa
scar. Sama seperti terapi radiasi, ulser juga akan muncul selama proses
kemoterapi, dengan etiologi utama efek samping dari terapi yang
mereduksi regenerasi sel basal, sehingga mengakibatkan atrofi mukosa dan
ulserasi. Pada kemoterapi, mukosa yang terkena adalah mukosa
nonkeratinisasi, seperti mukosa bukal, ventrolateral lidah, palatum mole,
dan dasar mulut. Lesi awal berwarna keputihan dengan sedikit deskuamasi
pada keratin, yang kemudian menimbulkan atrofi pada mukosa dengan
9
gambaran edematous dan eritematous. Selanjutnya ulkus akan ditutupi
oleh membran fibrinopurulen. Ulkus terasa nyeri dengan sensasi rasa
terbakar, serta tidak nyaman Manifestasi oral akibat terapi
radiasi adalah oral mucositis yang timbul pada minggu kedua setelah
terapi, dan akan sembuh perlahan 2-3 minggu setelah terapi dihentikan.
RESPON TUBUH PADA TRAUMA JARINGAN LUNAK RONGGA
MULUT
Inflamasi merupakan suatu reaksi setempat dari jaringan hidup ata
sel terhadap suatu rangsang atau injury (cidera atau jejas). Proses ini
diawali dengan kerusakan jaringan yang menyebabkan patogen melewati
pertahanan tubuh untuk menginfeksi sel-sel tubuh. Jaringan yang terinfeksi
tersebut akan melepaskan histamin dan prostaglandin. Sel yang
melepaskan histamin adalah mastosit yang berkembang dari basofil.
Histamin yang dilepaskan menyebabkan pelebaran pembuluh darah dan
peningkatan kecepatan aliran darah sehingga permeabilitas pembuluh
darah meningkat menyebabkan neutrofil, monosit dan eusinifil berpindah
dari pembuluh darah ke jaringan yang terinfeksi. Akibatnya, daerah yang
terinfeksi akan berwarna kemerahan, panas, bengkak, dan terasa nyeri.
Secara mikroskopis, pembulluh darah mengalami konstriksi
sementara yang mungkin disebabkan oleh reflek neurogenik setempat yang
bisa berkembang tetapi hanya bertahan beberapa menit dan dengan cepat
diikuti oleh dilatasi arteriol. Dilatasi arteriol yang berkepanjangan
menyebabkan kenaikan aliran darah setempat (hiperemia) dan dilatasi
kapiler. Kenaikan permeabilitas kapiler disebabkan oleh dua faktor utama
yaitu :
a. Dilatasi arteriol menaikkan tekanan hidrostatik kapiler,
menyebabkan aliran air lebih besar larut ke dalam cairan intestisial.
b. Permeabilitas endotelial venular dan kapiler ditingkatkan,
sehingga memungkinkan molekul lebih besar khususnya albumin
memasuki jaringan intestisial.
10
Kemudian terjadi perlambatan aliran darah kapiler dan
hemokonsentrasi intravaskuler diikuti hilangnya aliran darah normal.
Secara normal, sel-sel darah mengalir ditengah kapiler dengan plasma
yang relatif bebas sel menyentuh endotel. Sedangkan sel yang abnnormal
akan mengalami penepian leukosit yaitu ke tepi endotel. Pengumpulan sel-
sel merah ke tengah akan membentuk rouleaux. Terjadi perlekatan leukosit
pada sel endotel kapiler,diikuti dengan perpindahan aktif oleh gesekan
amuboid ke dalam jaringan perivaskuler melalui celah-celah diantara sel
endotel. Setelah berada di luar, leukosit berpindah dengan cara kemotaksis,
dimana sel tersebut ditarik menuju substansi kimia yang konsentrasinya
lebih tinggi. Pergerakan aktif ini menyebabkan akumulasi sejumlah
leukosit. Akumulasi ini mudah dilihat dan dikenal secara mikroskopik
untuk diagnosa histopatologi radang akut.Fagositosis merupakan fungsi
utama leukosit yaitu penelanan, pencernaan dan pembuangan benda-benda
asing khususnya bakteri dan sel-sel yang rusak. Setelah terjadinya
perubahan permeabilitas pembuluh darah dan akumulasi leukosit,
dilanjutkan dengan proses fagositosis. Proses ini memicu sekresi fagosit
dengan memicu endogen pirogen yang melepas prostagladin dan
merangsang hipotalamus untuk menaikkan suhu. Hal tersebut
mengakibatkan adanya demam pada inflamasi. Pembengkakan lokal
terjadi karena tekanan osmotik koloid sehingga terjadi peningkatan
tekanan darah kapiler.
Perbaikan jaringan dilakukan untuk mengganti sel yang hilang atau
sel yang mati dengan sel yang hidup. Sel-sel baru ini dapat berasal dari
parenkim atau stroma jaringan ikat terjejas. Karena kemampuan regenerasi
manusia yang terbatas sehingga hanya pada beberapa jenis sel yang
mampu melakukan regenerasi dan hanya pada keadaan tertentu saja.
Pemulihan sel yang mati biasanya melibatkan poliferasi jaringan ikat
disertai pembentukan jaringan parut.
Pembentukan fibroblas dapat meningkatkan sintesis kolagen.
Sintesis kolagen yang meningkat mengakibatkan adanya penimbunan
11
kolagen meningkat dan terjadi keloid. Keloid ini tidak bisa hilang dengan
sendirinya, sehingga perlu dilakukan pengambilan cairan dalam keloid
tersebut. Berbeda dengan jaringan parut, jaringan ini berasal dari
pembengkakan permeabilitas pembuluh darah yang kemudian terbentuk
fibrin yang menutup luka dan terjadi kalsifikasi sehingga menjadi jaringan
parut dan bisa hilang.
LESI TRAUMA JARINGAN LUNAK RONGGA MULUT
1. Luka Bakar Akibat Aspirin (Aspirin Burn)
Aspirin burn ini disebabkan oleh trauma kimia, dimana berbagai
bahan kimia atau obat terutama aspirin yang diletakkan di sulkus untuk
mencoba meredakan sakit gigi. Aspirin burn ini diakibatkan oleh
pengelupasan mukosa karena koagulasi protein dalam sel epitel
superficial. Adapaun gambaran klinis dari aspirin burn ini adalah lesi putih
dengan lapisan mukosa yang terlokalisir, biasanya di sulkus bukal dan di
dekat mukosa bukal atau seringkali di sepanjang gigi yang mengalami