BLOK IKGT IIMODUL 3. ANTISEPTIK RONGGA MULUT
SEMESTER IIITAHUN AKADEMIK 2013/2014Kelompok 1Rahma Ariesti
Lating2012.07.0.0002Faustina2012.07.0.0004Kenny Rama
Widya2012.07.0.0008Tiffany Augusta Posuma2012.07.0.0015Jannico
Djanuardi2012.07.0.0018Indah Puspita Sari2012.07.0.0042Andrey
Abraham Thoe2012.07.0.0046Fatorrahman Soleh2012.07.0.0071Lily
Andriani2012.07.0.0077Noer Avila Firdauzi2012.07.0.0083Arlita
Gladys Tricia C2012.07.0.0085Hanna Asima Tambunan2012.07.0.0089
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGIUNIVERSITAS HANG TUAHSURABAYA2014KATA
PENGANTAR
Pertama tama , kelompok kami mengucap syukur kepada Tuhan Yang
Maha Esa , karena telah diberi kesempatan untuk menyusun makalah
ini.Pada modul Antiseptik Rongga Mulut kami sebagai mahasiswa dan
mahsiswi Fakultas Kedokteran Gigi kami belajar tentang Antiseptik
rongga mulut dan penggunaannya .Akhir kata kami ucapkan terima
kasih banyak kepada pihak pihak yang telah membantu kelompok kami
dalam menyusun makalah ini.Terima kasih atas perhatiannya.
Surabaya, 12 Januari 2014
Penyusun
DAFTAR ISIKata pengantar2Daftar isi3BAB I PENDAHULUAN1.1 LATAR
BELAKANG51.2 BATASAN TOPIK 61.3 KEYWORDS61.4 PETA KONSEP6BAB II
PEMBAHASAN2.1 Stomatitis aphtosa Rekuren 72.1.1 DEFINISI72.1.2
GAMBARAN KLINIS72.1.3 TIPE72.1.4 PATOGENESIS SECARA UMUM DAN
STRESS92.1.5 MEKANISME MIKROBIOLOGIK DAN IMUNOLOGIK102.1.6 BAKTERI
YANG BERPERAN102.1.7 FAKTOR PREDISPOSISI152.2 TERAPI OBAT LOKAL
152.2.1 FAKTOR PERTIMBANGAN SEDIAAN OBAT 162.2.2 TERAPI KASUS :
ASAM HIALURONAT DAN CHLOREHEXIDIN172.2.3 RESEP19BAB III PENUTUP 3.1
KESIMPULAN 18DAFTAR PUSTAKA19
ANTISEPTIK RONGGA MULUTBAB IPENDAHULUAN1.1 Latar BelakangJimmy,
21 tahun, seorang mahasiswa FKG UHT semester 7 yang sedang
mengambil skripsi, mengeluh adanya sariawan kecil-kecil yang banyak
tersebar pada rongga mulutnya. Sering mengalami sariawan tapi tidak
sebanyak sekarang ini. Dokter gigi melihat adanya ulser multiple
dengan diameter sekitar 1-2 mm menyebar pada bukal fold hingga
orofaring. Penderita sudah mengkonsumsi vitamin dan berusaha untuk
istirahat yang cukup. Dokter gigi menduga hal ini disebabkan oleh
karena stres. Dokter gigi menuliskan resep berupa terapi obat lokal
dengan tujuan untuk mempercepat penyembuhan ulser dan mencegah
terjadinya infeksi sekunder.
1.2 Batasan Topik1. Stomatitis Aphtosa rekuren1.1. Definisi1.2.
Gambaran Klinis1.3. Tipe1.4. Patogenesis secara umum dan stress
1.5. Mekanisme mikrobiologik dan imunologik1.6. Bakteri yang
berperan 1.7. Faktor predisposisi2. Terapi Obat Lokal2.1.Faktor
Pertimbangan sediaan obat lokal2.2.Terapi kasus : Asam Hialuronat
dan chorexidin2.3.Resep
1.3 Keywords1. Ulser multiple tersebar di rongga mulut2.
Stress3. Obat Lokal
1.4 Peta Konsep
Etiologi : StressPatogenesis SAR secara umum dan stressMekanisme
Mikrobiologik dan imunologik
Ulser Multiple tersebar di rongga mulut
Diagnosis : Stomatitis Aphtosa Rekuren
Terapi Obat Lokal
Resep
BAB IIPEMBAHASAN2.1 STOMATITIS APTOSHA REKUREN (SAR)2.1.1
DEFINISI
Stomatitis aftosa rekuren (SAR) adalah suatu peradangan yang
terjadi pada mukosa mulut, biasanya berupa ulser putih kekuningan.
Ulser ini dapat berupa ulser tunggal maupun lebih dari satu.SAR
dapat menyerang mukosa mulut yang tidak berkeratin yaitu mukosa
bukal, labial, lateral dan ventral lidah, dasar mulut, palatum
lunak dan mukosa orofaring2.1.2 GAMBARAN KLINISGambaran klinis SAR
penting untuk diketahui karena tidak ada metode diagnosa
laboratoriam spesifik yang dapat dilakukan untuk menegakkan
diagnosa SAR. SAR diawali gejala prodormal yang digambarkan dengan
rasa sakit dan terbakar selama 24-48 jam sebelum terjadi ulser.
Ulser ini menyakitkan, berbatas jelas, dangkal, bulat atau oval,
tertutup selaput pseudomembran kuning keabu-abuan, dan dikelilingi
pinggiran yang eritematus dan dapat bertahan untuk beberapa hari
atau bulan
2.1.3 TIPEA. SAR TIPE MINORditandai dengan adanya ulser
berbentuk bulat dan oval, dangkal, dengan diameter 1-10 mm, dan
dikelilingi oleh pinggiran yang eritematous. Ulserasi dari tipe
minor cenderung mengenai daerah-daerah non-keratin, seperti mukosa
labial, mukosa bukal dan dasar mulut. Ulserasi biasa tunggal atau
merupakan kelompok yang terdiri atas 4-5 ulser dan akan sembuh
dalam waktu 10-14 hari tanpa meninggalkan bekas jaringan parut
B. SAR TIPE MAYOR
Ulser biasanya tunggal, berbentuk oval dan berdiameter sekitar
1-3 cm, berlangsung selama 2 minggu atau lebih dan dapat terjadi
pada bagian mana saja dari mukosa mulut, termasuk daerah-daerah
berkeratin . Ulser yang besar, dalam serta bertumbuh dengan lambat
biasanya terbentuk dengan bagian tepi yang menonjol serta
eritematous dan mengkilat, yang menunjukkan bahwa terjadi edema.
Selalu meninggalkan jaringan parut setelah sembuh dan jaringan
parut tersebut terjadi karena keparahan dan lamanya ulser
C. SAR TIPE HERPERTIFORMIS
Istilah herpetiformis pada tipe ini dipakai karena bentuk
klinisnya (yang dapat terdiri dari 100 ulser kecil-kecil pada satu
waktu) mirip dengan gingivostomatitis herpetik primer, tetapi
virus-virus herpes tidak mempunyai peran etiologi pada SAR tipe
herpetiformis. SAR tipe herpetiformis jarang terjadi yaitu sekitar
5%-10% dari kasus SAR. Setiap ulser berbentuk bulat atau oval,
mempunyai diameter 0,5- 3,0 mm dan bila ulser bergabung bentuknya
tidak teratur. Setiap ulser berlangsung selama satu hingga dua
minggu dan tidak akan meninggalkan jaringan parut ketika sembuh
2.1.4 PATOGENESISA. SECARA UMUMEtiologi dan patogenesis
tertententu pada SAR masih belum diketahui secara pasti , namun
memiliki komponen herediter yang kuat dan tampaknya berhubungan
dengan reaksi kekebalan terhadap mukosa mulut . Lesi SAR tidak
disebabkan oleh faktor tunggal tetapi terjadi dalam lingkungan yang
permissif untuk perkembangan lesi . Faktornya meliputi trauma ,
merokok , stres , hormonal dan imunologi .
B. DISEBABKAN OLEH STRESS
Pada kondisi stress hipotalamus memicu aktivitas sepanjang aksis
HPA (Hypotalamus ptiutary-adrena cortex) Adrenal korteks
mengeluarkan kortisol yang menghambat komponen dari respon imun .
Kortisol melepaskan glukorkotiroid dan katekolamin yang menurunkan
produksi sitokin tipe 1 dan meningkatkan produksi sitokin tipe 2 .
Hal ini menyebabkan perubahan keseimbangan sitokin 1 dan 2 .
Disregulasi ini memainkan peranan penting yang menghubungan stress
terhadap sistem imun . Stress mengakibatkan perubahan tingkat
molekul pada sel imunokompeten . contoh : keadaan patologis mukosa
Rongga mulut lebih peka .
2.1.5 MEKANISME MIKROBIOLOGIK DAN IMUNOLOGIK A . MEKANISME
MIKROBIOLOGIK Status mikrobiologis pasien dengan penyakit pada
mukosa bucal sangat penting untuk hasil diagnosis dan prognosis .
Beberapa studi menyatakan adanya kemungkinanketerlibatan
streptococus/helicobacter plyori dalam patogenesis SAR . Strepcocus
dan antigen yang terkait mungkin terlibat pada penyakit SAR pada
tahap eksoserbasi .
B . Mekanisme Imunologik Ulseratif pada mukosa Rongga mulut
melibatkan mekanisme immunopalogis yang menjelaskan hilangnya
adhesi antara keratinosit atau stuktur dalam lamina basal . Lesi
inflamasi ini dari mukosa mulut diperkirakan akibat sitokin mukosa
rongga mulut yang abnormal . Peningkatan kadar IL-2 , interferon
gamma dan tumor necrosis factor alpha mRNA terdeteksi di lesi SAR .
Kegagalan untuk menekan respon inflamasi kemungkinan melibatkan
kekurangan fungsional IL-10 pada mukosa rongga mulut .
2.1.6 Bakteri yang berperan 1. Coccus - Gram + Streptococcus Non
motil, kadang-kadang berkapsul, anaerob fakultatif - Grup Mutans
-Spesies utama: Streptococcus Mutans, S. Sabrinu -Karakteristik :
Tinggi, koveks, koloni opaque -Letak utama dalam RM & infeksi :
permukaan gigi , karies.
-Terdiri dari beberapa grup: 1. Grup Salivarius Spesies Utama:
S. Salivarius, S. Vestibularis Karakteristik: Besar Letak utama:
Dorsum Linguae, saliva 2 . Grup Anginosus Spesies utama : S.
Intermeius Karakteristik: CO2 dependent, kecil Letak utama: Celah
gingiva, dentoalveolar 3 . Grup Mitis Spesies utama: S.Mitis
Karakteristik: Kecil, elastis Letak utama: Plak dental, karies 4 .
Grup Peptostreptococcus Spesies utama: P.Magnus Karakteristik:
Anaerob, tumbuhnya lambat Letak utama: gigi terutama dentin yang
karies.
StomatococcusSpesies utama: StomacoccusKarakteristik: membentuk
koloni besar, anaerob fakultatifLetak utama : Lidah, celah gingiva
- Staphylococcus Spesies utama: S.Aureus Karakteristik: Tumbuh
secara aerob - Micrococcus Tumbuh sebagai koloni putih pada blood
agar (berpigmen terang). Ditemukan pada kebanyakan permukaan
lingual
Gram Neisseria (diplococcic)Spesies utama: Neisseria
MucousaKarakteristik utama: anaerob fakultatif, produksi non
sakaridaLetak utama: saliva, plak awal, mukosa oral
VeilonellaSpesies utama: V.AtypicaKarakteristik utama: anaerob
keras.Letak utama: lidah, saliva, plak dental2. Batang Gram +
Actinomyces Spesies utama: Actynomyces IsraelliLetak utama: Patogen
oportunistik sebabkan cervicofacial actinomyces.
LactobacillusSpesies utama: Lactobacillus CaseiKarakteristik:
Katalase negative, Ph optimal 5,5-5,8Letak utama: Penghuni rongga
mulut yang umum, dental plak EubacteriumSpesies utama: Eubacterium
TimidiumKarakteristik: anerob obligatLetak utama: plak dental dan
kalkulus
Propionibacterium Spesies utama: Propionibacterium
acnesKearakteristik : anaerob kaku Letak utama: plak dental,
permukaan akar karies
Gram 1. Facultative anaerobic dan camophilic HaemophilusSpesies
utama: Haemophilus ParainfluenzaKarakteristik: Anaerob
fakultatifLetak utama: Saliva, mukosa
ActinobacillusSpesies utama: Actinobacillus
actynomytemcomitanKarakteristik: Strain yang terisolasi dengan
segar, mengandung fimbriae yang hilang pada subkultur
GikonellaSpesies utama: Gikonella corrodensKarakteristik:
dependent factor XLetak utama: dental plaque, abses
dentoalveolar
CapnocytophageSpesies utama: Canocytophage
gingivalisKarakteristik: koloni berukuran sedang dengan tepi
penyebaran irregularLetak utama: plak, mukosa, saliva2. Anaerob
obligat PorphyromonasSpesies utama: P.Gingivalis Karakteristik:
Butuh vitamin K, Strict anaerob Letak utama: Celah gingiva, plak
subgingival PretovellaSpesies utama: P.Intermedia Karakteristik:
Strict anaerob, butuh vitamin K Letak utama: Pocket periodontal,
plak dental Fusobacterium Spesies utama:
F.PeriodonticumKarakteristik: Strict anaerob, biasanya tidak
haemolitik Letak utama: Celah gingiva normal, tonsil, abses
dentoalveolar WolinellaSpesies utama: W. Sucinogener Karakteristik:
Strict anaerob Letak utama: Celah gingiva LeprotrichiaSpesies
utama: L. Buccalis Karakteristik: Strict anaerob Letak utama:
Dental Plaque Selenomonas Spesies utama: S.Sputigens Karakteristik:
Strict anaerobLetak utama: Celah gingiva TreponemaSpesies utama:
Treponema Denticola Karakteristik: Strict anaerob susah dikultur
Letak utama: Celah gingiva3. Oral protozoa Entamoeba Spesies utama:
E.Gingivalis TrichomonasSpesies utama: T.Tenax
2.1.7 Faktor Predisposisi1 . Pasta gigi dan kumur SLS efek SLS
membuat epitel pada jaringan oral menjadi kering dan lebih rentan
iritasi 2. Trauma Umumnya ulser yang terjadi karena tergigit pada
saat berbicar , makan atau kebiasaan buruk . Trauma dapat
dipertimbangkan sebagai faktor pendukung 3. Genetik Diperkirakan
karena peningkatan jumlah hormon HLA menyerang sel melalui
mekanisme sikotoksik dan mengaktifkan sel mononukleus ke epitelium
(masih diragukan) 4. Gangguan Immunologi 5. Stress 6 defisiensi
nutrisi Faktor yang berpengaruh Vitamin B1, B2, B67. Hormonal Pada
wanita sering terjadi SAR di masa pra menstruasi 8. Infeksi Bakteri
Adanya hubungan antara bakteri streptococus bentuk L dengan lesi
SAR .9. Alergi dan Sensitifitas Sar dapat terjadi karena
sensitifitas jaringan mulut terhadap bahan pokok pasta gigi , obat
kumur 10. Obat obatan Penggunan obat NSAID , Betablockers
menempatkan seseorang rentan terkena SAR11. Penyakit Sistemik 12.
Merokok
2.2 Terapi Obat Lokal 2.2.1 Faktor Pertimbangan Obat lokal 1 .
Faktor Bahan obat Sifat fisiko-kimia bahan obat:1. Bahan obat
higroskopisNatrii Bromidum dalam bentuk solutio2. Bahan obat tidak
larut air diberikan dalam bentuk padat tidak dalam sediaan cair
kecuali yang digunakan bentuk lainnya misalnya bentuk ester pada
klomfenikol yang sifat larut air.3. Bahan obat dirusak oleh getah
lambung maka diberikan dalam bentuk injeksi Contoh: Penicillin G4.
Bahan obat yang tidak diabsorbsi bila diberikan melalui oral maka
obat akan diberikan melalui injeksi atau topikal Contoh:
Gentamisin2. Hubungan aktivitas/struktur kimia obat (SAR)3. Sifat
farmakokinetik bahan obat4. Bentuk sediaan yang paling stabil2.
Faktor Penderita 1. Umur ( anak anak , dewasa , lanjut usia)2.
Lokasi obat akan bekerja 3. Keadaan umum penderita 4. Kecepatan
kerja obat yang diinginkan
2.2.3 Terapi kasus :A. Asam Hialuronat Proteoglican yang secara
umum ditemukan pada jaringan occuran intracellular(aqueus dan
vitreus humourr dan cairan sinovial). Hyaluronic acid adalah
komponen dari intracellular cement. Dapat digunakan dalam perawatan
dari lesi pada mukosa rongga mulut. Memiliki fungsi utama untuk
penyembuhan jaringan. Mekanisme kerja : 1.Aktivasi dan moderasi
respon inflamasi 2 . Meningkatkan proliferasi sel 3 .Meningkatkan
migrasi sel 4 .Meningkatkan angiogenesis 5 .Meningkatkan
re-ephitelisasi 6 .Menurunkan deposisi kollagen dan jaringan parut
Indikasi: Untuk perawatan Reccurent Aphtous Ulceration ( RAU
Terutama karena mempunyai efek anti inflamasi. Efek samping:
1.Ulcer muncul lagi pada hari ke 4 2. Menyebabkan hidrasi jaringan
3. Melemahkan ikatan sel pada matriks extracellular, sehingga
terjadi migrasi sel 4. Restriksi pergerakan air dan molekul
kecil
Efek jangka panjang dan pendek :1.Efek jangka pendek : Rasa
sakit berkurang(setelah 60menit )2. Efek jangka panjang : Rasa
tidak nyaman muncul kembali
Bentuk asam hialuronat: sediaan gel dan obat kumur. Pemakaiannya
2x sehari. Konsentrasi untuk pengobatan 0,2% dan konsentrasi untuk
pencegahan 0,05%.
B. CHLOREXIDIN Antibakteri yang memiliki spectrum luas. Sangat
efektif untuk bakteri gram +, gram - , bakteri, ragi, jamur,
protozoa, algae, dan virus. Mekanisme kerja : 1. Mengikat bakteri,
berinteraksi dengan molekul dinding sel bakteri, meningkatkan
permeabilitas dinding sel bakteri, sehingga dapat penetrasi ke
dalam sitoplasma bakteri. 2 . Diserap oleh hidroxyapatite permukaan
gigi, dan mucin dari saliva. Dilepas perlahan lahan dalam bentuk
yang aktif, menghambat pertumbuhan plak.Indikasi :Kumur 2 x sehari
dengan chlorhexidine 0,2% dapat mengurangi mikro organisme saliva
hingga 80%.Digunakan dalam :-Terapi gingivitis-Pencegahan kelainan
periodontal-Membantu pembersihan gigi secara konvensional-Membatu
kebersihan RM setelah operasi-Menjaga kebersihan gigi tiruan
Efek jangka panjang & pendek :1Efek jangka pendek
:Menurunkan jumlah bakteri saliva hingga 80 %. Jika penggunaan
dihentikan, dalam 24 jam jumlah mikroorganisme kembali normal.2Efek
jangka panjang :-Menyembuhkan infeksi candidiasis akut dan leukemia
akut ( dalam 2 4 hari )-Menghambat terbentuknya caries-Pemakaian
fixed orthodonsiaEfek samping :Bila tertelan dapat terjadi
dermatitis dan urtrikaria.Pemakaian dalam waktu lama dapat
menyebabkan diskolorasi dari mahkota jacket akrilik dan tumpatan
pada gigi.
2.2.3 Resep
R/chlorohexidine Glucoronat 0,2 % m.f. collut No. I 2 dd 1 garg
--------------------------------------------------------------------------------------signature
R/ hyaluronicm acid 0,2% m.f. collut or No I 2 dd 1
garg--------------------------------------------------------------------------------------signature
Nama : Tuan Jimmy Umur : 21 tahun Alamat : Jalan Elang
BAB IIIPENUTUP1.1 KesimpulanSAR adalah ulser oval rekuren pada
Rongga Mulut tanpa adanya penyakit lain . Kondisi ini tidak
berbahaya tetapi sangat mengganggu . Pada kasus ini SAR dipicu oleh
stress . Dimana stress mengakibatkan perubahan tingkat molekul pada
berbagai sel imnukompeten . Contohnya : Keadaan sel Mukosa rongga
mulut yang lebih peka . Untuk mempercepat penyembuhan luka dan
mencegah infeksi sekunder dokter gigi menuliskan resep dan
pemilihan obatnya adalah obat kumur dikarenakan lesi yang multipke
sehingga semua lesi dapat dijangkau . `
DAFTAR PUSTAKA
1. Kilic SS, 2004. Recurrent aphthous stomatitis. Recent
Advances in Pediatrics, Jaypee Brothers Medical Publishers, New
Delhi,pp 63-75 available at
http://immunoloji.uludag.edu.tr/notlar_seminerler/aphthous_eng_w.htm,
accessed January 20102. Nisa R, 2011. Stomatitis Aftosa Rekuren
(Sar) Yang Dipicu Oleh Stres Pada Mahasiswa Kedokteran Gigi
Universitas Sumatera Utara. Skripsi, chapter II. Fakultas
Kedokteran Gigi, Universitas Sumatera Utara, Medan. Available from
url : http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/27287. Accessed
December 29th 20133. Samaranayake L, 2006. Essential Microbiologi
for Dentistry, 3rd ed. Edinburgh : Churchil Livingstone Elsevier,
pp 255-2594. Nareswari A, 2010. Perbedaan Efektivitas Obat Kumur
Chlorhexidine Tanpa Alkohol Dibandingkan Dengan Chlorhexidine
Beralkohol Dalam Menurunkan Kuantitas Koloni Bakteri Rongga Mulut.
Skripsi. Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Sumatera Utara,
Medan. Available From Url :
Http://Eprints.Uns.Ac.Id/10157/1/136690908201005241.Pdf. Accessed
December 29th 20135. Nolan A. Et Al, 2006. The Efficacy Of Topical
Hyaluronic Acid In The Management of recurrent aphthous ulceration.
Available from url :
http://oraldent.org/dloads/Recurrent%20Apthous%20Ulcers%20Nolan%20Study.pdf.
Accessed Januari 4th 20086.
http://farmakologi.files.wordpress.com/2010/09/bentuk-sediaan-obat.pdf
Page | 1