Significance of Defence Wound in Homicidal Death(Makna Luka
Tangkis pada kasus pembunuhan)1 Bibhuti Bhusana Panda, 2 Amarendra
Nayak, 3 Pusparaj Samantsinghar
Abstrak
Penelitian ini dilakukan secara prospektif pada 111 korban
pembunuhan yang diotopsi medikolegal dikamar mayat SCB Medical
College, Cuttack, Odisha dari Oktober 2010 sampai September 2012
untuk mengetahui pentingnya luka tangkis dengan menentukan kejadian
dan pola luka. Dari 111 kematian akibat pembunuhan, 31 kasus
(27,92%) ditemukan dengan luka tangkis. Pada laki-laki sekitar 1,43
kali lebih banyak daripada perempuan. Kebanyakan kelompok usia yang
sama menunjukkan luka tangkis adalah usia 21-30. Senjata tajam yang
digunakan dalam 45,16% kasus sedangkan senjata tumpul ada 38,71%
kasus.Jenis yang paling umum dari luka tangkis adalah luka gores
(29%), diikuti oleh memar (22,58%). Kebanyakan bagian tubuh yang
terlibat pada ekstremitas atas adalah lengan bawah, diikuti oleh
tangan dan lengan atas. Luka tangkis aktif ditemukan sebanyak
16,12% kasus dan luka tangkis pasif sebanyak 64,51% kasus. Tangan
kiri menunjukkan sebagian besar luka tangkis (41,93%) dibandingkan
dengan dua tangan (32,25%) dan tangan kanan (25,8%). Pemeriksaan
post-mortem secara teliti dan menyeluruh pada luka tangkis dapat
memberikan petunjuk keadaan sebelum kematian korban.Kata Kunci:
Luka tangkis, kematian Homicidal, Post-mortem
pemeriksaanPendahuluan
Luka tangkis adalah terjadi akibat reaksi langsung dan naluriah
korban untuk menyelamatkan dirinya. [1] luka tangkis ini secara
medico-legal cukup penting, karena mereka menunjukkan bahwa korban
sadar, setidaknya sebagian bergerak dan tidak terkejut. [2]Secara
umum dibedakan luka tangkis aktif dan pasif. Luka tangkis aktif
terjadi ketika korban menggenggam pisau dengan tangan dan cedera
sehingga terletak pada aspek telapak tangan. Luka tangkis pasif
terjadi ketika korban mengarahkan tangan atau lengan mereka untuk
melindungi wilayah tubuh yang diserang, luka umumnya terletak pada
sisi ekstensor. [3]Sebagai hasil dari tangkisan, luka yang
dihasilkan berupa memar, luka lecet, luka gores pada bagian
ekstensor atau ulnaris permukaan lengan, pergelangan tangan,
punggung tangan, jari, telapak dan lengan atas bagian samping atau
belakang. Fraktur karpal (tulang jari), metakarpal, otot digiti dan
ulna dapat terjadi.Luka tangkis juga dapat ditemukan pada tungkai
bawah. [1, 2] Jenis cedera akan tergantung pada jenis senjata yang
digunakan dan anggota tubuh yang terlibat. Memar, lecet dan luka
robek yang dihasilkan oleh benda tumpul ketika menusuk dengan
bagian pinggir senjata, jika senjata digenggam akan dihasilkan luka
iris tunggal biasanya pada telapak tangan atau di pinggir jari atau
jempol.Jika senjata itu bermata dua, luka dihasilkan baik di
telapak dan jari-jari. Luka iris biasanya tidak teratur dan
compang-camping. Luka tangkis khas akibat pisau dapat dilihat pada
bagian antara pangkal ibu jari dan jari telunjuk, ketika pisau
digenggam. [1, 2]Luka tangkis mengindikasikan adanya kasus
pembunuhan. Tapi tidak adanya luka tangkis tidak mengesampingkan
kasus pembunuhan karena mungkin terjadi pada saat korban tidak
sadar, ketika terkejut, menyerang dari belakang atau di bawah
pengaruh alkohol atau obat-obatan. [4] Pada wanita luka tangkis
biasanya juga terjadi kasus kekerasan seksual selain kasus
pembunuhan. [1] Luka tangkis juga menjadi bukti yang berharga untuk
merekonstruksi kejadian pada kasus pembunuhan. [4]Sasaran dan
Tujuan:1. Untuk mengetahui pola luka tangkis.2. Untuk mengetahui
jenis senjata yang digunakan.3. Untuk mengetahui bagian tubuh yang
terlibat dalam luka tangkis.4. Untuk mengetahui luka aktif atau
pasif.Bahan dan Metode:Penelitian ini dilakukan secara prospektif
pada korban pembunuhan yang terdiri dari 111 kasus yang dilakukan
pemeriksaan postmortem medico-legal pada kamar mayat SCB Medical
College, Cuttack, Odisha dari Oktober 2010 sampai September 2012.
Kasus pembunuhan yang dipilih berdasarkan riwayat, pemeriksaan
polisi dan temuan otopsi. Korban pembunuhan pada kasus dengan luka
tangkis ditinjau dan diinterpretasin lukanya, kemudian dilakukan
setelah pertimbangan semuanya secara teliti dan lengkap pada tempat
kejadian pembunuhan dan kematian korban. Kasus luka tangkis yang
dipilih dalam peneltian ini berupa cidera non-fatal pada
ekstremitas atas bersama dengan luka fatal pada bagian atas tubuh
tidak termasuk luka yang lama (riwayat luka terdahulu).
Luka tangkis pada pagian telapak tangan dianggap aktif dan semua
bagian lain dari ekstremitas atas dianggap sebagai pasif dalam
penelitian ini. Dalam studi ini masing-masing korban kasus
pembunuhan luka tangkis diperiksa dan dicatat usia, jenis kelamin,
jenis cedera, senjata yang digunakan, bagian tubuh dan sisi yang
terlibat.
Dalam studi prospektif ini dari 111 kasus pembunuh, hanya 31
kasus (27,92%) yang menunjukkan luka tangkis. (Tabel 1) Dari 31
korban pembunuhan dengan luka tangkis, 26 kasus adalah laki-laki
dan sisanya perempuan. Laki-laki sekitar 1,43 kali lebih defensif
daripada perempuan. (Tabel 2)
Dalam penelitian kami dari total 31 kasus luka tangkis, kelompok
usia 21-30 thn menunjukkan jumlah terbanyak dengan kasus (38,71%)
diikuti oleh 31-40 thn. kelompok. Studi ini menunjukkan bahwa jenis
luka tangkis yang paling banyak ditemukan adalah luka gores (29%),
diikuti oleh memar. Senjata tajam dan runcing ditemukan di sebagian
besar kasus (45,16%) menyebabkan luka tangkis diikuti oleh senjata
keras dan tumpul (38,71%). (Tabel 4)
Dalam penelitian ini kami didapatkan jumlah luka tangkis
terbanyak terdapat pada lengan bawah (32,25%), diikuti oleh lengan
atas (22,58%) dan beberapa bagian tubuh lain (19,35%). (Tabel 5)
Sebagian besar luka tangkis berupa luka tangkis jenis pasif,
diikuti oleh campuran dan aktif. Luka pasif sekitar empat kali
lebih banyak daripada luka aktif. (Tabel 6) tangan kiri menunjukkan
jumlah kasus luka tangkis paling banyak diikuti dengan kedua tangan
dan tangan kanan dalam penelitian ini. (Tabel 7)Diskusi:Pada
penelitian ini dilakukan pemeriksaan pada 31 kasus pembunuh dengan
berbagai jenis luka tangkis. Insiden luka tangkis sebesar 27,92%
pada kasus pembunuhan. Temuan ini mendukung penelitian yang
dilakukan oleh penulis lain. [4-8] Tidak adanya pertahanan dalam
kasus lain mungkin karena penyebab seperti yang dijelaskan dalam
pendahuluan. Namun insiden yang lebih tinggi juga ditemukan oleh
banyak penulis. [9-11] insiden tinggi dalam studi ini mungkin
karena variasi regional dan kondisi fisik.
Jumlah korban laki-laki lebih sedikit dari perempuan dan
laki-laki sekitar 1,43 kali lebih defensif daripada perempuan mirip
dengan penelitian lain. [6, 10] Ini mungkin karena laki-laki lebih
kuat dan terbiasa bekerja outdoor. Berbeda dengan penelitian ini,
pada penelitian lain perempuan memiliki lebih banyakluka tangkis
daripada laki-laki [1] mungkin karena kesigapan korban.
Sebagian besar luka tangksi terjadi pada kelompok usia 20-30
thn, yang didukung oleh banyak penulis. [6-9] Kelompok usia ini
lebih aktif dalam kegiatan dan sering terlibat kekerasan sehingga
menjadikannya usia yang paling sering terjadi. Kelompok usia 31-40
tahun paling umum juga ditemukan dalam penelitian Chattopadhyay S.
[10]
Dalam penelitian ini senjata tajam dan runcing adalah senjata
yang paling banyak digunakan, diikuti oleh senjata tumpul
menyebabkan luka tangkis.
Jenis cedera yang paling banyak ditemukan dalam luka tangkis ini
adalah luka iris, diikuti oleh memar. Ini didukung oleh penulis.
[4, 6-8, 10] Ini semata-mata tergantung pada jenis senjata yang
digunakan oleh pelaku pada saat kejahatan. Namun dalam hard studi
lain dan cedera tumpul adalah jenis yang paling umum dari luka
tangkis. [9]
Bagian tubuh yang paling umum terlibat dalam luka tangkis adalah
lengan bawah, diikuti oleh tangan dan lengan atas dalam penelitian
ini. Lengan bawah adalah bagian tubuh yang paling sering terkena
akibat senjata tajam dan senjata tumpul mirip dengan penelitian
lain. [6-8, 11] lengan bawah adalah bagian tubuh yang paling banyak
bergerak dari lengan atas dan permukaan ekstensor adalah lebih
tahan terhadap trauma dibandingkan dengan permukaan lain. Dalam
penelitian ini luka tangkis pasif lebih banyak, diikuti oleh luka
campuran dan kemudian aktif tipe. [11] Ini menunjukkan reaksi
refleks korban menyelamatkan diri pada saat kejadian.
Sisi kiri umumnya terlibat dalam luka tangkis diikuti oleh kedua
sisi dan sisi kanan kemudian. [4, 6, 10-11] Ini mungkin karena
kebanyakan penyerang tangan kanan dan menyerang dari sisi kiri
korban. Kemungkinan lain adalah bahwa korban akan mencoba untuk
menyelamatkan tubuhnya melalui bagian yang lebih lemah yaitu tangan
tidak aktif. Berbeda dengan studi lain yang menunjukkan sisi kanan
adalah sisi paling umum terlibat dalam luka tangkis. [7,8] Hal ini
mungkin karena variasi mendalam dan regional.
Kesimpulan:
Luka tangkis dalam kasus pembunuh tidak hanya menunjukkan
kesigapan korban tetapi juga posisi penyerang dan korban serta
jenis senjata yang digunakan.
Sebuah otopsi secara cermat dengan pengetahuan bagian tubuh dari
luka tangkis bersama dengan barang bukti berpengaruh besar dalam
menentukan luka tangkis. Jadi dengan memeriksa luka tangkis, cara
kematian dan rekonstruksi adegan bisa dibuat kesimpulan yang kuat
sampai batas tertentu dan dengan demikian membantu dalam keadilan
yang lebih baik kepada korban.