LUKA TEMBAK DAN LUKA KIMIA
Putri Phounna*, Putri Rizkiyah*, Rizky Ramadhani*, Yuristia
Paldista*Taufik Suryadi**
*Dokter Muda SMF Forensik Medikolegal Fakultas Kedokteran
Unsyiah/RSUDZA Banda Aceh**Spesialis Forensik/Kepala SMF Forensik
Medikolegal Fakultas Kedokteran Unsyiah/RSUDZA Banda Aceh
PENDAHULUANLuka merupakan kerusakan atau hilangnya hubungan
antar jaringan (discontinuos tissue) seperti jaringan kulit,
jaringan lunak, jaringan otot, jaringan pembuluh darah, jaringan
saraf dan tulang.1Kekerasan yang menimbulkan luka dapat dibedakan
menjadi tiga golongan yakni luka karena kekerasan mekanik (benda
tajam, tumpul dan senjata api), luka karena kekerasan fisik (luka
karena arus listrik, petir, suhu tinggi, suhu rendah), dan luka
karena kekerasan kimiawi (asam organik, asam anorganik, kaustik
alkali dan karena logam berat). Seiring dengan perkembangan jaman,
jenis luka yang kini banyak ditemui dimasyarakat adalah luka akibat
kekerasan mekanik terutama luka yang disebabkan oleh senjata api.
Luka akibat senjata api menjadi salah satu jenis luka yang sangat
mebahayakan. Sebuah proyektil yang didorong dari barrel sebuah
senjata dengan tekanan yang tinggi akan membentur tubuh dengan
kecepatan yang cukup tinggi. Hal ini dapat mengakibatkan berbagai
jenis luka seperti luka tembak masuk, luka tembak keluar, luka
bakar pada kulit, serta luka lecet. Kerusakan jaringan tubuh yang
lebih berat juga dapat timbul apabila peluru mengenai bagian tubuh
yang densitasnya lebih besar.2Dalam praktiknya, banyak terdapat hal
tentang luka tembak masuk pada tubuh manusia. Seperti kita ketahui
kulit terdiri dari lapisan epidermis, dermis dan subkutis. Jika
dilihat dari elastisitasnya, epidermis kurang elastis bila
dibandingkan dengan dermis. Bila sebutir peluru menembus tubuh,
maka cacat pada epidermis lebih luas dari pada dermis. Diameter
luka pada epidermis kurang lebih sama dengan diameter anak peluru,
sedangkan diameter luka pada dermis lebih kecil. Keadaan tersebut
dikenal sebagai kelim memar (contusio ring).3Trauma kimia merupakan
trauma pada organ luar maupun organ dalam tubuh yang disebabkan
oleh bahan-bahan kimia yang merupakan asam kuat atau basa kuat.
Trauma kimia oleh bahan kimia bisaanya terjadi akibat kecelakaan.
Pembunuhan dengan cara ini sangat jarang dilakukan, dengan
melemparkan atau menyemprotkan cairan yang bersifat korosif seperti
cairan asam pada korban lebih sering dimaksudkan untuk melukai
dibandingkan untuk membunuh korban. Bunuh diri dengan menggunakan
asam maupun basa kuat sangat jarang dilakukan.3
TINJAUAN KEPUSTAKAANPada prinsipnya, pemeriksaan korban luka
tembak sama dengan dengan pemeriksaan luka pada trauma lain, namun
yang menjadi hal spesifik pada luka tembak berupa para dokter harus
mengetahui dan memahami tentang senjata api, amunisi, peluru dan
bagian lainnya, tanpa memahami ini akan sulit memberikan bantuan
yang adekuat.4
Bagian-Bagian Senjata Api4LarasLaras senjata api beruburu
berbentuk tabung silinder. Agar peluru mimis (peluru penabur) dapat
mencapai jarak lebih jauh dengan massa yang masih kompak, maka
diameter ujung silinder dibuat lebih kecil 0.020 inci (half choke
bore) atau 0.040 inci (full choke bore). Bagian dalam laras senjata
api peluru tunggal dibuat beralur dan berputar supaya peluru yang
melewati laras akan terpengaruh, sehingga bergerak berputar seperti
bor atau giroskopis. Kaliber laras sama dengan Kaliber anak peluru,
yaitu jarak diameter pematang, dinyatakan dalam ukuran inci atau
millimeter. Karena anak peluru melewati bagian dalam laras, maka
akan menimbulkan goresan pada badan anak peluru. Goresan ini akan
sama pada setiap anak peluru yang keluar dari laras tersebut, dan
itu mirip sidik jari pada identifikasi manusia.Berdasarkan panjang
laras, dikenal 2 jenis senjata api, yaitu:1. Senjata api berlaras
pendek yang disebut juga senjata api genggam, seperti revolver dan
pistol.
Gambar 1. Senjata Api Laras Pendek2. Senjata api berlaras
panjang, seperti senjata api berburu dan senjata api militer.
Gambar 2. Senjata Api Laras Panjang
Tetapi sekarang didapati varian lain, bahkan pistol dalam bentuk
pulpen juga bisa dijumpai.PeluruAda 2 jenis peluru, yaitu peluru
penabur atau mimis pada senjata api berburu dan peluru tunggal.
Peluru tunggal ada beberapa jenis, yaitu peluru timah bulat, timah
bulat lonjong, bulat lonjong berselubung tembaga setengah, bulat
lonjong berselubung tembaga penuh, dan peluru khusus (latihan,
cahaya).MesiuHasil pembakaran mesiu akan menimbulkan tekanan gas
dalam ruangan tertutup dalam selongsong yang akan mendorong anak
peluru keluar. Mesiu yang mengeluarkan sedikit asap terdiri dari
campuran nitrogliserin dan nitroselulosa.SelongsongSelongsong
peluru adalah tempat mesiu dan anak peluru. Pada bagian pangkalnya,
terletak penggalak dimana pembakaran dimulai. Pegas pelatukAlat
penarik pelatuk mempunyai berbagai ukuran trigger pull. Trigger
pull 1kg berarti diperlukan 1kg tenaga tarikan katrol anak
timbangan.
Luka TembakLuka tembak adalah luka yang disebabkan adanya
penetrasi anak peluru atau persentuhan peluru dengan tubuh. Untuk
memahami akibat luka tembak pada tubuh harus dimulai dari
pengetahuan tentang apa yang keluar dari mulut laras pada waktu
senjata api meletus.4Mekanisme luka tembakPada luka tembak terjadi
efek perlambatan yang disebabkan pada trauma mekanik seperti
pukulan, tusukan, atau tendangan, hal ini terjadi akibat adanya
transfer energy dari luar menuju jaringan. Kerusakan yang terjadi
pada jaringan tergantung pada absorpsi energi kinetiknya, yang juga
akan menghamburkan panas, suara serta gangguan mekanik yang lainya.
Energi kinetik ini akan mengakibatkan daya dorong peluru ke suatu
jaringan sehingga terjadi laserasi, kerusakan sekunder terjadi
bilaterdapat ruptur pembuluh darah atau struktur lainnya dan
terjadi luka yang sedikit lebih besar dari diameter peluru.3Jika
kecepatan melebihi kecepatan udara, lintasan dari peluru yang
menembus jaringan akan terjadi gelombang tekanan yang mengkompresi
jika terjadi pada jaringan seperti otak, hati ataupun otot akan
mengakibatkan kerusakan dengan adanya zona-zona disekitar luka.
Dengan adanya lesatan peluru dengan kecepatan tinggi akan membentuk
rongga disebabkan gerakan sentrifugal pada peluru sampai keluar
dari jaringan dan diameter rongga ini lebih besar dari diameter
peluru, dan rongga ini akan mengecil sesaat setelah peluru
berhenti, dengan ukuran luka tetap sama. Organ dengan konsistensi
yang padat tingkat kerusakan lebih tinggi daripada organ berongga.
Efek luka juga berhubungan dengan gaya gravitasi. Pada pemeriksaan
harus dipikirkan adanya kerusakan sekunder seperti infark atau
infeksi.3
Gambar 3. Mekanisme Luka Tembak
Klasifikasi luka tembak 2Luka tembak dapat diklasifikasikan
berdasarkan jarak tembak antara moncong senjata dengan target yaitu
tubuh korban. Luka tembak yang terjadi dapat ditemukan dalam bentuk
penetrasi atau perforasi. Penetrasi luka terjadi apabila peluru
memasuki objek dan tidak dapat keluar, sedangkan perforasi luka
terjadi apabila peluru dapat melewati keseluruhan objek.
Klasifikasi luka tembak ditentukan berdasarkan ciri-ciri yang khas
ditimbulkan pada setiap tembakan yang dilepaskan dari berbagai
jarak. Dalam balistik luka tembak diklasifikasikan menjadi :1. Luka
tembak masukLuka tembak masuk dibedakan menjadi :a. Luka tembak
tempel (contact wound)Luka tembak masuk tempel pada umumnya
merupakan luka pada kasus bunuh diri. Pada luka tembak tempel,
moncong senjata saat penembakan diletakkan berlawanan dengan
permukaan tubuh. Luka tembak masuk tempel pada kulit umumnya tidak
bulat, tetapi dapat berbentuk bintang (stelatta) apabila mengenai
tulang dan sering ditemukan cetakan/jejas ujung laras. Terjadinya
luka berbentuk bintang disebabkan karena ujung laras ditempelkan
keras pada kulit, sehingga seluruh gas masuk kedalam dan jalannya
terhalang oleh tulang sehingga membalik keluar melalui lubang anak
peluru. Desakan keluar ini menimbulkan cetakan laras dan robeknya
kulit. Pada luka tembak tempel, semua unsur-unsur yang keluar dari
laras masuk ke dalam luka. Dalam tubuh, masing-masing anak peluru
(pellet) yang berasal dari shot gun akan saling berbenturan
sehingga terjadi dispersi atau penyebaran pellet keseluruh tubuh
yang dikenal dengan fenomena billiard ball richochet effect.
Berdasarkan kontak terhadap kulit, luka tembak tempel dapat
dibedakan menjadi kontak keras (hard), tidak erat (loose/soft),
bersudut (angled), incomplete (variation angle).Adapun luka tembak
tempel terbagi atas: Luka tembak tempel keras (hard contact
wound)Pada hard contact wound, moncong laras menekan kulit dengan
sangat keras, sehingga kulit menutupi moncong senjata. Pada luka
jenis ini akan didapatkan gas panas sisa pembakaran pada tepi luka
dan warna kehitaman dari jelaga. Jelaga ini menempel pada kulit
yang terbakar dan tidak dapat dihilangkan hanya dengan mencuci atau
menggosok luka. Luka tembak tempel tidak erat (loose/soft contact
wound)Pada jenis luka ini, moncong senjata secara utuh (complete)
menekan kulit dengan tekanan yang tidak terlalu erat. Gas yang
keluar mendahului anak peluru sehingga terbentuk temporary gap
antara kulit dan moncong senjata. Jelaga yang dibawa oleh gas,
terkumpul disekitar luka tembak masuk. Jelaga ini dapat dibersihkan
dengan mudah. Luka tembak tempel bersudut (angled contact
wound)Pada jenis luka ini, moncong senjata ditempelkan pada sudut
tertentu pada kulit sehingga tidak semua bagian moncong senjata
kontak dengan kulit. Kontak yang tidak komplit dengan kulit
menyebabkan bentuk jelaga yang esentrik. Jelaga terdapat dalam dua
daerah yang berbeda. Pada daerah yang nyata atau jelas terlihat
(noticeable zone) akan tampak warna kehitaman (black seared area)
pada kulit dan berbentuk sirkular, oval atau pear sedangkan pada
daerah terang (light) akan tampak berwana abu-abu dengan sedikit
jelaga dan berbentuk seperti kipas yang lebih mudah untuk
dibersihkan. Pada daerah ini terdapat bubuk mesiu yang tidak
terbakar. Luka tembak masuk normalnya terletak pada daerah yang
berwarna kehitaman. Jika sudut tembak antara kulit dan laras
memiliki sudut yang tinggi, dimana posisi moncong laras mendekati
arah tegaklurus dengan kulit, luka tembak masuk akan ditemukan
lebih kearah pusat daerah yang berwarna kehitaman. Sedangkan, jika
sudut antara kulit dan laras memiliki sudut yang semakin berkurang,
akan terdapat sisa bubuk mesiu berupa tattoo pada letak yang
berlawanan dengan luka. Luka tembak tempel incomplete (variated
angle contact wound)Luka tembak tempel incomplete merupakan variasi
dari luka tembak tempel bersudut. Pada luka ini senjata ditempelkan
berlawanan dengan kulit tapi karena permukaan tubuh tidak datar,
terdapat gap antara moncong senjata dan kulit.b. Luka tembak jarak
sangat dekat (near contact wound)Pada luka ini, sasaran sangat
dekat dengan moncong laras sekitar 2-3 cm sehingga semua
unsur-unsur yang keluar dari laras dapat mencapai sasaran. Pada
luka akan dijumpai klim lecet, lingkaran tattoage, jelaga, dan
tanda-tanda luka bakar seperti rambut yang terbakar di sekita luka
hiperemi. Pada near contact wound, luka tembak masuk banyak
dikelilingi jelaga yang berwarna kehitaman pada kulit.c. Luka
tembak jarak dekat (intermediate-range wound)Pada umumnya luka
tembak masuk jarak dekat ini disebabkan oleh peristiwa pembunuhan,
sedangkan untuk bunuh diri bisaanya ditemukan tanda-tanda schot
hand. Jarak menengah disini diartikan tembakan dari suatu jarak
antara 60-90 cm dimana pada sekitar luka tembak masuk masih
didapatkan sisa-sisa mesiu yang habis terbakar. Jarak ini
tergantung: jenis senjata, laras panjang atau pendek dan jenis
mesiu yakni mesiu hitam atau smokeless.Luka ini akan berbentuk
bundar dengan kelim lecet, lingkaran tattoage (bintik-bintik
hitam), dan atau jelaga (kelim jelaga). Diameter lingkaran
tattooage tergantung pada jarak tembak. Makin jauh jarak tembak,
diameter lingkaran tattoagenya semakin besar. Bila terdapat kelim
tattoo, berarti jarak antara moncong senjata dan korban sekitar
50-60 cm, yaitu untuk senjata genggam. Warna dari lingkaran
tattoage ini dapat menunjukkan fenomena antemortem atau postmortem
yang mengindikasikan apakah korban masih hidup saat penembakan
terjadi. Jika korban sudah meninggal sebelum penembakan, tattoage
yang terbentuk akan berwarna abu-abu atau kekuningan bukan berwarna
coklat kemerahan yang menunjukkan adanya luka antemortem.Apabila
pada luka ditemukan kelim jelaga, jarak tembakan sekitar 25-30
sentimeter sedangkan bila ditemukan kelim api, maka jarak antara
moncong senjata dengan korban sekitar 15 sentimeter.d. Luka tembak
jarak jauh (long-range wound/distant gunshot wound)Pada luka tembak
jarak jauh, tanda yang ditemukan pada target dihasilkan karena
adanya perforasi kulit oleh anak peluru. Luka ini terjadi antara
moncong senjata dengan tubuh korban lebih dari satu meter atau
jarak tempuh butir-butir mesiu yang tidak terbakar atau sebagian
terbakar. Luka berbentuk bundar atau oval, dengan disertai adanya
kelim lecet. Bila senjata sering dirawat (diberi minyak pelumas)
maka pada kelim lecet dilihat pengotoran berwarna hitam
berminyak,yang menunjukkan adanya kelim lemak. Pada luka tembak ini
tidak ditemukan adanya jelaga atau tattoo. Terlihat Dua luka tembak
pada dada dengan deposit dari mesiu diatas luka tembak masuk dengan
Pistol barrel.
2. Luka tembak keluarLuka tembak keluar terbentuk setelah peluru
membentuk luka tembak masuk dan saluran luka tembakan dan akhirnya
peluru akan mengenai kulit lagi dari sebelah dalam dan kulit
terdorong ke luar. Jika batas kekenyalan kulit dilampaui, maka
kulit dari dalam menjadi robek dan akhirnya timbul suatu lubang
luka baru lagi, dan luka baru inilah yang dinamakan luka
tembak.Jika sebuah peluru mengenai tulang (benda keras), maka
bentuk dari pada peluru akan menjadi berubah. Tulang-tulang yang
terkena peluru akan menjadi patah, pecah dan kemungkinan remuk
sehingga ketika peluru menembus terus dan membuat lubang luka
tembak keluar, tidak hanya peluru yang berubah bentuknya, tapi juga
diikuti oleh pecahan-pecahan tulang yang ikut keluar karena
dorongan dari peluru.Hal inilah yang mengakibatkan luka tembak
keluar yang besar dan lebih lebar dari luka tembak masuk namun
dengan bentuk yang irregular. Jadi bentuk luka tembak keluar bisa
diakibatkan oleh dua hal yaitu:1) Putaran (spin) yang menstabilkan
peluru di udara tidak efektif pada jaringan, oleh karena densitas
jaringan yang lebih besar.2) Peluru kemungkinan berubah bentuk
setelah melewati jaringan tubuh, besar luka tembak keluar
seringkali memiliki besar dua kali dari luka tembak masuk.
Berdasarkan perbedaan ukuran maka terdapat beberapa kemungkin-an,
yaitu:a) Bila luka tembak keluar ukurannya lebih besar dari luka
tembak masuk, bisaanya sebelum keluar anak peluru telah mengenai
tulang hingga tulang menjadi patah dan beberapa serpihannya ikut
keluar. Serpihan tulang ini bisa menjadi peluru baru yang membuat
luka keluar menjadi lebih lebar.b) Bila luka tembak keluar
ukurannya sama dengan luka tembak masuk, maka anak peluru hanya
mengenai jaringan lunak tubuh dan daya tembus waktu keluar dari
kulit masih cukup besar.
Gambar 4. Luka Tembak
Gambar 4. Bekas luka tembak keluar
Pemeriksaan luka tembak 4Pada pasien luka tembak dapat dilakukan
pemeriksaan sebagai berikut:1. RontgenBila memungkinkan korban
difoto rontgen terlebih dahulu untuk memastikan saluran luka dan
letak peluru serta arah pecahan tulang.2. Bentuk lukaBentuk luka
harus dilukis teliti, bila perlu dengan foto close-up. Luka tembak
masuk dan keluar digambarkan dengan membuat proyeksi luka ke bagian
tengah tubuh dan ke tumit setentang. Gambar ini dapat dipakai untuk
merekonstruksi arah tembakan.3. Jumlah lukaSatu peluru bisa membuat
2 luka masuk dan 2 luka keluar, misalnya dari lengan luar menembus
lengan dalam dan masuk lagi ke dada dan keluar di tempat lain.4.
Pembersihan lukaLuka dibersihkan dengan kapas yang dibasahi dengan
sabun. Kapas tidak dibuang tapi diserahkan kepada penyidik. Lihat
kemungkinan luka bakar. Partikel mesiu diambil dengan paraffin,
bila perlu diambil dengan plester lebar. Semua ini penting untuk
jarak tembakan.5. Saluran lukaPerhatikan saluran luka waktu autopsi
dan letak perdarahan.6. Pengambilan anak peluruAnak peluru dicari
dan diambil secara hati-hati tanpa membuat goresan. Bila tertanam
di tulang, tulangnya dipotong dan dikirim ke laboratorium.7.
Penyimpanan jaringan yang terkena luka tembakLuka tembak masuk
sebaiknya dieksisi dan disimpan dalam formalin 10% dan dikirim ke
laboratorium patologi anatomi untuk pemeriksaan mikroskopis. Pada
jaringan luka masuk bisa ditemui sisa-sisa mesiu berupa
pigmen-pigmen hitam atau serat-serat pakaian.
Identifikasi Senjata Api4Dalam kasus luka tembak, sangat penting
untuk mengetahui dari senjata api mana peluru tersebut ditembakkan.
Selongsong juga berguna untuk identifikasi.Walaupun dokter tidak
melakukan pemeriksaan terhadap peluru, namun peranan dokter akan
memengaruhi hasil pemeriksaan benda bukti di laboratorium karena
dokter yang kurang hati-hati bisa membuat goresan baru yang akan
mengacaukan pemeriksaan identi-fikasi peluru. Secara makroskopik
dapat ditentukan kaliber, jumlah alur, dan arah alur. Bila sesuai
dengan senjata api yang dicurigai, maka pemeriksaan dilanjutkan
dengan pemeriksaan secara mikroskopik memakai mikroskopik
pembanding.Identifikasi senjata api dapat dilakukan melalui
selongsong, yaitu mencocokkan goresan akibat alat penarik peluru,
pembuang pelurum gerendel penutup peluru, dan goresan pasak peluru.
Oleh karena itu, anak peluru tidak diijinkan untuk diambil
menggunakan alat-alat seperti tiang, obeng, pinset, scapel, dan
lain-lain karena alat tersebut akan menimbulkan goresan yang dapat
mengacaukan pemeriksaan.Pada korban hidup, anak peluru tidak selalu
dikeluarkan, tergantung lokasi anak peluru dan risiko untuk
mengeluarkannya.Luka Akibat Bahan KimiaTrauma akibat asam akan
menyebabkan nekrosis koagulasi oleh protein denaturasi, membentuk
koagulum (misalnya, eschar) yang membatasi penetrasi asam.
Sedangkan pada basa bisaanya menyebabkan luka yang lebih dalam
disebut sebagai nekrosis likuefaktif. Hal Ini melibatkan denaturasi
protein serta saponifikasi lemak, yang tidak membatasi penetrasi
jaringan.3Bahan kimia yang bersifat korosif dapat dibagi dalam 4
golongan:1. Asam organik yang bersifat korosif, yaitu asam oksalat,
asam asetat, asam sitrat, dan asam karbol.2. Asam anorganik yang
bersifat korosif, yaitu asam fluoride, asam klorida, asam nitrat,
dan asam sulfat.3. Kaustik alkali, yaitu kalium hidroksida, kalsium
hidroksida, natrium hidroksida, dan amoniak.4. Garam logam berat,
yaitu merkuri klorida, zinc klorida, dan stibium klorida.3Ciri luka
akibat bahan kimiawi sangat tergantung terhadap bahan penyebabnya,
pada luka akibat zat asam akan terlihat kulit kering, coklat
kemerahan dan teraba padat dan keras, pada luka akibat zat basa
akan tampak bengkak, edema, dan teraba lunak dan licin, pada luka
akibat asam karbol akan berwarna kelabu keputihan, sedangkan pada
asam oksalat akan berwarna kelabu kehitaman, jika terkena asam
sulfat dan asam klorida mula-mula kulit berwarna kelabu kemudian
menjadi hitam, pada asam sitrat kulit berwarna merah kecoklatan
disertai perdarahan dan luka akibat merkuri klorida kulit terlihat
berwarna biru keputihan disertai perdarahan.3Cara kerja zat kimia
korosif dari golongan asam sehingga mengakibatkan luka adalah
mengekstraksi air dari jaringan, sehingga luka terlihat kering
dengan perabaan keras dan kasar, mengkoagulasi protein menjadi asam
albuminat, dan mengubah hemoglobin menjadi asam hematin sehingga
berubah warna menjadi coklat kehitaman. Sedangkan cara kerja zat
kimia korosif dari golongan basa ialah mengadakan ikatan dengan
protoplasma sehingga membentuk alkali dan sabun, sehingga terlihat
basah dan edematous dengan perabaan lunak dan licin serta mengubah
hemoglobin menjadi alkali hematin sehingga berwarna merah
kecoklatan.5
Gambar 5. Luka Akibat Asam Sulfat
Gambar 6. Luka Akibat Asam Nitrat
Gambar 7. Luka Akibat Natrium HidroksidaSebagai seorang dokter,
hendaknya dapat membantu pihak penegak hukum dalam melakukan
pemeriksaan terhadap pasien atau korban perlukaan. Dokter sebaiknya
dapat menyelesaikan permasalahan mengenai: Jenis luka apa yang
ditemui Jenis kekerasan/senjata apakah yang menyebabkan luka
Bagaimana kualifikasi dari luka tersebut.1
DAFTAR PUSTAKA1Satyo AC. 2006. Aspek Medikolegal Luka Pada
Forensik Klinik. Majalah Kedokteran Nusantara Vol. 39 (4) p.430-2.
2Susiyanthi A dan Alit IBP. 2013. Peran Radiologi Forensik Dalam
Mengidentifikasi Luka Tembak. Bali: Fakultas Kedokteran Universitas
Udayana. 3Tim Roman. 2009. Romans Forensik. Banjarbaru: Fakultas
Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat.4Amir A. 2009. Rangkaian
Ilmu Kedokteran Forensik. Medan : Fakultas Kedokteran USU5Chadha
PV. 1997. Catatan Kuliah Ilmu Kedokteran Forensik dan Toksikologi.
Jakarta: Binarupa Aksara