Page 1
8/2/2019 Toksikologi Pestisida Br
http://slidepdf.com/reader/full/toksikologi-pestisida-br 1/19
TOKSIKOLOGI PESTISIDA, MEKANISME DAN KINETIKA KIMIA
DI MAKHLUK HIDUP DAN LINGKUNGAN
Disusun Oleh :
1. Sophia Anggraini Putri (M0305058)
2. Ary Sulistyorini (M0306019)
3. Sasanti Utami (M0306057)
4. Siti Nurwidayanti (M0306058)
5. Sumarsih (M0306059)
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN KIMIA
2008
1
Page 2
8/2/2019 Toksikologi Pestisida Br
http://slidepdf.com/reader/full/toksikologi-pestisida-br 2/19
BAB I
PENDAHULUAN
Di Indonesia, pestisida yang paling dominan banyak digunakan sejak tahun 1950an
sampai akhir tahun 1960an adalah pestisida dari golongan hidrokarbon berklor seperti DDT,
endrin, aldrin, dieldrin, heptaklor dan gamma BHC. Penggunaan pestisida-pestisida fosfat
organik seperti paration, OMPA, TEPP pada masa lampau tidak perlu dikhawatirkan, karena
walaupun bahan-bahan ini sangat beracun (racun akut), akan tetapi pestisida-pestisida
tersebut sangat mudah terurai dan tidak mempunyai efek residu yang menahun. Hal penting
yang masih perlu diperhatikan masa kini ialah dampak penggunaan hidrokarbon berklor pada
masa lampau khususnya terhadap aplikasi derivat-derivat DDT, endrin dan dieldrin.
Pada tanah-tanah pertanian yang menggunakan bahan organik yang tinggi, residu
pestisida akan sangat tinggi karena jenis tanah tersebut di atas menyerap senyawa golongan
hidrokarbon berklor sehingga persistensinya lebih mantap. Kandungan bahan organik yang
tinggi dalam tanah akan menghambat proses penguapan pestisida. Kelembaban tanah,
kelembaban udara, suhu tanah dan porositas tanah merupakan salah satu faktor yang juga
menentukan proses penguapan pestisida. Penguapan pestisida terjadi bersama-sama dengan
proses penguapan air. Residu pestisida yang larut terangkut bersama-sama butiran air keluar
dari tanah dengan jalan penguapan, akan tetapi masih mungkin jatuh kembali ke tanah
bersama debu atau air hujan. Air merupakan medium utama bagi transportasi pestisida.
Pestisida dapat menguap karena suhu yang tinggi dan kembali lagi ke tanah melalui air hujan
atau pengendapan debu.
BAB II
2
Page 3
8/2/2019 Toksikologi Pestisida Br
http://slidepdf.com/reader/full/toksikologi-pestisida-br 3/19
ISI
1. PENGERTIAN PESTISIDA
Pestisida adalah bahan kimia untuk membunuh hama (insekta, jamur dan gulma).
Sehingga pestisida dikelompokkan menjadi :
-Insektisida (pembunuh insekta)
-Fungisida ( pembunuh jamur)
-Herbisida (pembunuh tanaman pengganggu)
Pestisida, ”Pest Killing Agent” merupakan obat-obatan atau senyawa kimia yang
umumnya bersifat racun, digunakan untuk membasmi jasad pengganggu tanaman, baik
hama, penyakit maupun gulma.
Pemberian tambahan pestisida pada suatu lahan, merupakan aplikasi dari suatu
teknologi yang pada saat itu, diharapkan teknologi ini dapat membantu meningkatkan
produktivitas, membuat pertanian lebih efisien dan ekonomis. Namun, pestisida dengan
intensitas pemakaian yang tinggi, dan dilakukan secara terus-menerus pada setiap musim
tanam akan menyebabkan beberapa kerugian, antara lain residu pestisida akan terakumulasi
pada produk-produk pertanian dan perairan, pencemaran pada lingkungan pertanian,
penurunan produktivitas, keracunan pada hewan, keracunan pada manusia, berdampak buruk
terhadap kesehatan manusia. Manusia akan mengalami keracunan, baik akut maupun kronis
yang berdampak pada kematian.
2. PENGGOLONGAN SENYAWA KIMIA PESTISIDA
Menurut Watterson (1988), ada banyak penggolongan/jenis-jenis pestisida yang
beredar di pasaran dan senantiasa digunakan baik yang ditujukan kepada hewan,tumbuhan
maupun jazad renik, yang mengendalikan jenis serangga maupun hewan yang berpotensi
sebagai organisme pengganggu tananam (OPT) adalah insektisida, rodentisida, molusisida,
avisida, dan mitisida. Sedangkan yang mengendalikan jazad renik antara lain bakterisida,
fungisida, algisida. Selain dari pada itu terdapat senyawa kimia yang sifatnya hanya sebagai
pengusir serangga (insect repellent), dan sebaliknya ada pula yang justru menarik serangga
untuk datang (insect attractant) serta ada yang dapat memandulkan serangga.
2.1. Klasifikasi Pestisida
3
Page 4
8/2/2019 Toksikologi Pestisida Br
http://slidepdf.com/reader/full/toksikologi-pestisida-br 4/19
Pestisida dapat digolongkan menurut penggunaannya dan disubklasifikasi menurut jenis
bentuk kimianya. Dari bentuk komponen bahan aktifnya maka pestisida dapat dipelajari efek
toksiknya terhadap manusia maupun makhluk hidup lainnya dalam lingkungan yang
bersangkutan.
Klasifikasi Bentuk Kimia Bahan active Keterangan
1. Insektisida Botani
Carbamat
Organophosphat
Organochlorin
Nikotine
Pyrethrine
Rotenon
Carbaryl
Carbofuran
Methiocorb
Thiocarb
Dichlorovos
Dimethoat
Palathion
Malathion
Diazinon
Chlorpyrifos
DDT
Lindane
Dieldrin
Eldrin
EndosulfangammaHCH
Tembakau
Pyrtrum
-
toksik kontak
toksik sistemik
bekerja pada
lambung
juga moluskisida
toksik kontak
toksik kontak,
sistemik
toksik kontak
toksik kontak
kontak dan ingesti
kontak, ingesti
persisten
persisten
kontak, ingestikontak, ingesti
Herbisida Aset anilid
Amida
Diazinone
Carbamate
Triazine
Atachlor
Propachlor
Bentazaone
Chlorprophan
Asulam
Athrazin
Metribuzine
Sifat residu
Kontak
4
Page 5
8/2/2019 Toksikologi Pestisida Br
http://slidepdf.com/reader/full/toksikologi-pestisida-br 5/19
Triazinone Metamitron Toksin kontak
Fungisida Inorganik
Benzimidazole
Hydrocarbon-
phenolik
Bordeaux mixture
Copper oxychlorid
Mercurous chloride
Sulfur
Thiabendazole
Tar oil
Protektan
Proteoktan
Protektan, sistemik
Protektan, kuratif
2.2. Contoh seyawa insektisida
1. Organophosphat
Lebih dari 50.000 komponen organophosphate telah disynthesis dan diuji untuk
aktivitas insektisidanya. Tetapi yang telah digunakan tidak lebih dari 500 jenis saja dewasa
ini. Semua produk organophosphate tersebut berefek toksik bila tertelan, dimana hal ini sama
dengan tujuan penggunaannya untuk membunuh serangga. Beberapa jenis insektisida
digunakan untuk keperluan medis misalnya fisostigmin, edroprium dan neostigmin yang
digunakan utuk aktivitas kholinomimetik (efek seperti asetyl kholin). Obat tersebut
digunakan untuk pengobatan gangguan neuromuskuler seperti myastinea gravis. Fisostigmin
juga digunakan untuk antidotum pengobatan toksisitas ingesti dari substansi antikholinergik
(mis: trisyklik anti depressant, atrophin dan sebagainya). Fisostigmin, ekotiopat iodide dan
organophosphorus juga berefek langsung untuk mengobati glaucoma pada mata yaitu untuk
mengurangi tekanan intraokuler pada bola mata.
a) struktur komponen organophosphate
Organophosphat disintesis pertama di Jerman pada awal perang dunia ke II. Bahan
tersebut digunakan untuk gas saraf sesuai dengan tujuannya sebagai insektisida. Pada awalsynthesisnya diproduksi senyawa tetraethyl pyrophosphate (TEPP), parathion dan schordan
yang sangat efektif sebagai insektisida, tetapi juga cukup toksik terhadap mamalia. Penelitian
berkembang terus dan ditemukan komponen yang poten terhadap insekta tetapi kurang
toksik terhadap orang (mis: malathion), tetapi masih sangat toksik terhadap insekta..
Nama Structure
Tetraethylpyrophosphate (TEPP)
5
Page 6
8/2/2019 Toksikologi Pestisida Br
http://slidepdf.com/reader/full/toksikologi-pestisida-br 6/19
Parathion
Malathion
Sarin
b) Mekanisme toksisitas
Organophosphat adalah insektisida yang paling toksik diantara jenis pestisida lainnya
dan sering menyebabkan keracunan pada orang. Termakan hanya dalam jumlah sedikit saja
dapat menyebabkan kematian, tetapi diperlukan lebih dari beberapa mg untuk dapat
menyebabkan kematian pada orang dewasa. Organofosfat menghambat aksi
pseudokholinesterase dalam plasma dan kholinesterase dalam sel darah merah dan pada
sinapsisnya. Enzim tersebut secara normal menghidrolisis asetylcholin menjadi asetat dan
kholin. Pada saat enzim dihambat, mengakibatkan jumlah asetylkholin meningkat dan
berikatan dengan reseptor muskarinik dan nikotinik pada system saraf pusat dan perifer. Hal
tersebut menyebabkan timbulnya gejala keracunan yang berpengaruh pada seluruh bagian
tubuh.
6
Page 7
8/2/2019 Toksikologi Pestisida Br
http://slidepdf.com/reader/full/toksikologi-pestisida-br 7/19
Penghambatan kerja enzim terjadi karena organophosphate melakukan fosforilasi
enzim tersebut dalam bentuk komponen yang stabil.
Pada bentuk ini enzim mengalami phosphorylasi.
Tabel 1. Nilai LD50 insektisida organofosfat
Komponen LD50 (mg/Kg)
Akton
Coroxon
Diazinon
Dichlorovos
Ethion
Malathion
146
12
100
56
27
1375
7
Page 8
8/2/2019 Toksikologi Pestisida Br
http://slidepdf.com/reader/full/toksikologi-pestisida-br 8/19
Mecarban
Methyl parathion
Parathion
Sevin
Systox
TEPP
36
10
3
274
2,5
1
c) Gejala keracunan
Gejala keracunan organofosfat sangat bervariasi. Setiap gejala yang timbul sangat
bergantung pada adanya stimilasi asetilkholin persisten atau depresi yang diikuti oleh
stimulasi.saraf pusat maupun perifer.
Tabel 2. Efek muskarinik, nikotinik dan saraf pusat pada toksisitas organofosfat.
Efek Gejala
1. Muskarinik - Salivasi, lacrimasi, urinasi dan diaree (SLUD)
- Kejang perut
- Nausea dan vomitus
- Bradicardia
-Miosis
- Berkeringat
2. nikotinik - Pegal-pegal, lemah
- Tremor
- Paralysis
- Dyspnea
- Tachicardia
3. sistem saraf pusat-
Bingung, gelisah, insomnia, neurosis- Sakit kepala
- Emosi tidak stabil
- Bicara terbata-bata
- Kelemahan umum
- Convulsi
- Depresi respirasi dan gangguan jantung
-Koma
8
Page 9
8/2/2019 Toksikologi Pestisida Br
http://slidepdf.com/reader/full/toksikologi-pestisida-br 9/19
Gejala awal seperti SLUD terjadi pada keracunan organofosfat secara akut karena terjadinya
stimulasi reseptor muskarinik sehingga kandungan asetil kholin dalam darah meningkat pada
mata dan otot polos.
2. Carbamate
Insektisida karbamat telah berkembang setelah organofosfat. Insektisida ini biasanya
daya toksisitasnya rendah terhadap mamalia dibandingkan dengan organofosfat, tetapi sangat
efektif untuk membunuh insekta.
Struktur Carbamate insektisida
Name Structure
Physostigmine
Carbaryl
Temik
Struktur karbamate seperti physostigmin, ditemukan secara alamia dalam kacang
Calabar (calabar bean). Bentuk carbaryl telah secara luas dipakai sebagai insektisida dengan
komponen aktifnya adalah SevineR .
Mekanisme toksisitas dari karbamate adalah sama dengan organofosfat, dimana
enzim achE dihambat dan mengalam karbamilasi.
Dalam bentuk ini enzim mengalami karbamilasi
3. Organochlorin
9
Page 10
8/2/2019 Toksikologi Pestisida Br
http://slidepdf.com/reader/full/toksikologi-pestisida-br 10/19
Organokhlorin atau disebut “Chlorinated hydrocarbon” terdiri dari beberapa
kelompok yang diklasifikasi menurut bentuk kimianya. Yang paling populer dan pertama
kali disinthesis adalah “Dichloro-diphenyl-trichloroethan” atau disebut DDT.
Tabel 3. Klasifikasi insektisida organokhlorin
Kelompok Komponen
Cyclodienes Aldrin, Chlordan, Dieldrin, Heptachlor,
endrin, Toxaphen, Kepon, Mirex.
Hexachlorocyclohexan Lindane
Derivat Chlorinated-ethan DDT
Mekanisme toksisitas dari DDT masih dalam perdebatan, wlaupun komponen kimia
ini sudah disinthesis sejak tahun 1874. Tetapi pada dasarnya pengaruh toksiknya terfokus
pada neurotoksin dan pada otak. Saraf sensorik dan serabut saraf motorik serta kortek
motorik adalah merupakan target toksisitas tersebut. Dilain pihak bila terjadi efek keracunan perubahan patologiknya tidaklah nyata. Bila seseorang menelan DDT sekitar 10mg/Kg akan
dapat menyebabkan keracunan, hal tersebut terjadi dalam waktu beberapa jam. Perkiraan
LD50 untuk manusia adalah 300-500 mg/Kg.
DDT dihentikan penggunaannya sejak tahun 1972, tetapi penggunaannya masih
berlangsung sampai beberapa tahun kemudian, bahkan sampai sekarang residu DDT masih
dapat terdeteksi.
3. DINAMIKA PESTISIDA DALAM LINGKUNGAN
10
Page 11
8/2/2019 Toksikologi Pestisida Br
http://slidepdf.com/reader/full/toksikologi-pestisida-br 11/19
Menurut Tarumingkeng (1977), dinamika pestisida dalam ekosistem lingkungan
dikenal istilah residu. Istilah residu tidak sinonim dengan arti deposit. Deposit ialah bahan
kimia pestisida yang terdapat pada suatu permukaan pada saat segera setelah penyemprotan
atau aplikasi pestisida, sedangkan residu ialah bahan kimia pestisida yang terdapat di atas
atau di dalam suatu benda dengan implikasi penuaan (aging ), perubahan (alteration) atau
kedua-duanya. Residu dapat hilang atau terurai dan proses ini kadang-kadang berlangsung
dengan derajat yang konstan. Faktor-faktor yang mempengaruhi ialah penguapan,
pencucian, pelapukan (weathering ), degradasi enzimatik dan translokasi. Dalam jumlah
yang sedikit (skala ppm), pestisida dalam tanaman hilang sama sekali karena proses
pertumbuhan tanaman itu sendiri.
Seperti halnya reaksi-reaksi kimia lain, penghilangan residu pestisida mengikutihukum kinetika pertama, yakni derajat/kecepatan menghilangnya pestisida berhubungan
dengan banyaknya pestisida yang diaplikasi (deposit). Dinamika pestisida di alam akan
mengalami dua tahapan reaksi, yakni proses menghilangnya residu berlangsung cepat
(proses desipasi), atau sebaliknya proses menghilangnya residu berlangsung lambat (proses
persistensi). Terjadinya dua proses ini disebabkan karena deposit dapat diserap dan
dipindahkan ke tempat lain sehingga terhindar dari pengrusakan di tempat semula.
Terhindarnya insektisida yang ditranslokasikan dari proses pengrusakan dimungkinkan oleh
faktor-faktor lingkungan yang kurang merusak sehingga terjadi proses penyimpanan (residu
persisten). Kemungkinan lain adalah pestisida akan bereaksi dan mengalami degradasi
sehingga hilangnya residu berlangsung cepat (Tarumingkeng,1977).
Tabel 5. Gejala Keracunan Dan Petunjuk Cara Pertolongan Pertama Pada Penderita
Golongan Pestisida Cara bekerjanyaGejala keracunan yang
timbul
11
Page 12
8/2/2019 Toksikologi Pestisida Br
http://slidepdf.com/reader/full/toksikologi-pestisida-br 12/19
Klor organik : endrin, aldrin,endosulfan(thiodan), dieldrin,
lindane(gamma BHC), DDT
Fosfat organik : mevinfos(fosdrin), paration, gution,
monokrotofos (azodrin),dikrotofos, fosfamidon,
diklorvos (DDVP), etion,efntion, diazinon.
Karbamat : aldikarb(temik),
carbofuran (furadan), metomil
(lannate), propoksur (baygon),karbaril (sevin)
Dipiridil : paraquat, diquat dan
morfamquat
Antikoagulan : tipe kumarin(warfarin), tipe 1,3 indantion:difasinon, difenadion (Ramik)
Arsen : arsen trioksid, kaliumarsenat, asam arsenat dan
arsin(gas).
Mempengaruhi susunansyaraf pusat terutama otak
Menghambat aktivitas enzimkholinnestrase
Menghambat aktivitas enzim
kholinestarse, tetapi
reaksinya reversible danlebih banyak bekerja pada
jaringan, bukan dalam
darah/plasma.
Dapat membentuk ikatan
dan merusak jaringan ephiteldari kulit, kuku, saluran
pernafasan dan saluran pencernaan, sedangkan
larutan yang pekat dapatmenyebabkan peradangan.
Pestisida ini cepat diserapoleh pencernaan makanan, penyerapan dapat terjadi
sejak saat tertelan sampai 2-
3 hari.Kumrain dapatdiserap melalui. Kedua tipe
pestisida ini
Menghambat pembentukanzat yang berguna untuk
koagulasi/pembekuan darahantara lain protrombin
Keracunan arsen pada
umumnya melalui mulutwalaupun bisa juga diserapmelalui kulit dan saluran
pernafasan
Mual, sakit kepala, tak dapat berkonsentrasi. Pada dosis tinggi
dapat terjadi kejang-kejangmuntah dan dapat terjadi
hambatan pernafasan
Sakit kepala, pusing-pusing,lemah, pupil mengecil, gangguan
penglihatan dan sesak nafas,mual, muntah, kejang pada perut
dan diare, sesak pada dada dandetak jantung menurun.
Tanda-tanda keracunan umunya
lambat sekali baru terlihat
Gejala keracunan selalu lambat
diketahui, seperti perut, mual,muntah dan diare karena ada
iritasi pada saluran pencernaan.48-72 jam baru gejala kerusakan
seperti ginjal seperti albunuria, proteinura, hematuria, dan
peningkatan kreatinin lever, 72 jam-14 hari terlihat tanda-tanda
kerusakan pada paru-paru
Hematuria (kencing berdarah),hidung berdarah, sakit padarongga perut, kurang darah dan
kerusakan ginjal
Pada keracunan akut: nyeri pada perut, muntah dan diare. Pada
keracunan sub akut akan timbulgejala seperti sakit kepala, pusing
dan banyak keluar ludah
4. PESTISIDA DI LINGKUNGAN
a. Masuknya Pestisida ke Dalam Tubuh Manusia
12
Page 13
8/2/2019 Toksikologi Pestisida Br
http://slidepdf.com/reader/full/toksikologi-pestisida-br 13/19
Pestisida dapat masuk ke dalam tubuh manusia dengan cara :
- Melalui saluran makanan.
- Melalui saluran pernafasan.
- Melalui kulit.
- Keracunan Pestisida.
b. Residu Insektisida dalam Tanah
Penyemprotan pestisida akan berada di udara yang lama kelamaan akan jatuh ke tanah.
Untuk jenis pestisida yang tidak mudah menguap akan berada di dalam tanah terutama dari
golongan organoklorin karena sifatnya yang persisten. Walaupun pestisida di dalam tanah
dapat diuraikan atau didegradasi oleh mikroorganisme. Seperti fenitrothion dapat
terdegradasi oleh Bacillus subtilis menjadi aminofenitrothion. Sedangkan Falvobacterium sp.
ATCC 27551 dan Trichoderma viride dapat mendegradasi menjadi 3-Methyl-4nitrophenol
(Soemirat, 2003). Tanah di daerah Lembang dan di Gambung-Bandung mengandung residu
jenis pestisida Klorpirifos dengan konsentrasi antara 0,136 ppm dalam tanah Lembang dan
0,699 ppm dalam tanah Bgambung ( Rosliana, 2001 ).
c. Residu Insektisida dalam Air
Pestisida yang disemprotkan dan yang sudah berada di dalam tanah dapat terbawa oleh air
hujan atau aliran permukaan sampai ke badan air penerima, berupa sungai dan sumur.
Beberapa penelitian mengenai kualitas air yang menekankan pada aspek pestisida ditemukan
residu pestisida di irigasi daerah Sukapura Kecamatan Kertasari Kabupaten Bandung,
pestisida golongan organofosfat jenis metamidofos, fenitrotion, dan satu jenis dari golongan
organoklorin yaitu alpha – BHC ( Mulyatna, 1993). Hal ini tentunya berbahaya karena residu
pestisida tersebut dapat masuk ke dalam tanaman pertanian misalnya padi yang
menggunakan air irigasi tersebut. Dan di samping itu juga dapat merusak ekosistem perairan.
Dalam air baku air minum juga ditemukan residu organofosfat jenis klorpirifos di Surabaya
Intake Kali Surabaya : 3,15 ppm, di Bandung Intake Cikapundung : 0,29 ppm, di Jakarta
Intake Ciliwung : 0,73 ppm dan di Tangerang Intake Cisadane : 0,36 ppm. Air dari Intake
PDAM ini tentunya akan diolah kemudian didistribusikan kepada masyarakat. Yang
dikhawatirkan adalah apabila unit pengolahan di PDAM tidak dapat mendegradasi
insektisida, dan air tersebut akan digunakan sebagai air minum, yang tentunya akan
berbahaya bagi kesehatan manusia.
d. Residu Insektisida di Udara
Pestisida dapat berada di udara setelah disemprotkan dalam bentuk partikel air (droplet) atau
13
Page 14
8/2/2019 Toksikologi Pestisida Br
http://slidepdf.com/reader/full/toksikologi-pestisida-br 14/19
partikel yang terformulasi jatauh pada tujuannya. Kebanyakan penggunaan pestisida ini
dilarutkan dengan air. Partikel pestisida berukuran 200 mm, dalam waktu 56 detik akan jatuh
pada 21 m, sedangkan partikel dengan ukuran 50 mm jatuh 3 cm dalam waktu 3,5 detik
(Soemirat, 2003). Di samping itu partikel / aerosol pestisida tersebut juga dapat jatuh pada
tanaman, pada tanah, dan air.
e. Residu Insektisida pada Tanaman
Insektisida yang disemprotkan pada tanaman tentu akan meninggalkan residu. Residu
insektisida terdapat pada semua tubuh tanaman seperti batang, daun, buah, dan juga akar.
Khusus pada buah, residu ini terdapat pada permukaan maupun daging dari buah tersebut.
Walaupun sudah dicuci , atau dimasak residu pestisida ini masih terdapat pada bahan
makanan. Sebagai contoh residu insektisida golongan organofosfat pada berbagai jenis
sayuran seperti bawang merah 1,167 – 0,565 ppm, kentang 0,125 – 4,333 ppm, cabe dan
wortel mengandung : profenofos 6,11 mg/kg, detalmetrin 7,73 mg/kg, klopirifos 2,18 mg/kg,
telubenzuron 2,89 mg/kg, permetrin 1,80 mg/kg (Soemirat, 2003). Tomat yang tidak dicuci
mengandung profenofos rata –rata 0,096 mg/kg, sedangkan tomat yang dicuci masih
mengandung 0,059 mg/kg. Insektisida karbofuran, klorpirifos dan lindan didistribusikan ke
daun, batang, pada dan beras dan residu insektisida lindan merupakan residu yang tertinggi.
Dengan demikian bahan pangan yang masih mengandung residu insektisida ini akan
termakan oleh manusia dan tentunya dapat menimbulkan efek dan berbahaya terhadap
kesehatan manusia.
f. Residu Pestisida di Lingkungan Kerja
Pestisida kebanyakan digunakan di pertanian, sehingga perlu sedikit diketahui bahwa
insektisida ini dapat menimbulkan masalah kesehatan pekerja di pertanian atau petani
termasuk juga pencampur pestisida. Kebanyakan petani di Indonesia mengetahui bahaya
pestisida, namun mereka tidak peduli dengan akibatnya. Banyak sekali petani yang bekerja
menggunakan pestisida tidak menggunakan pengaman seperti masker, topi, pakaian yang
menutupi seluruh tubuh dan lain – lain. Apabila alat pengaman tersebut tidak digunakan,
pestisida ini dapat masuk ke dalam tubuh melaui kulit, saluran pernafasan. Hasil penelitian
yang pernah dilakukan untuk menguji tingkat kesehatan penduduk akibat paparan
organofosfat dan karbamat di daerah sentra produksi padi, sayuran, dan bawang merah
menunjukkan bahwa aktivitas asetilkolinesterase kurang dari 4500 UI pada daerah petani di
Kabupaten Brebes sebanyak 32,53% petani, di Cianjur 43,75% dan di Indramayu 40%.
Aktivitas kolinesterase kurang dari 4500 UI ini merupakan indicator adanya keracunan
kronis (Soemirat, 2003). Penelitian lain menunjukkan bahwa luas kulit yang terbuka akan
14
Page 15
8/2/2019 Toksikologi Pestisida Br
http://slidepdf.com/reader/full/toksikologi-pestisida-br 15/19
mempengaruhi residu pestisida yang masuk kedalam tubuh melalui kulit. Bukan hanya
petani, masyarakat yang tinggal di sekitar pertanian juga dapat terpapar oleh pestisida
organofosfat. Eksposur insektisida ini dapat juga terjadi pada pekerja di industri insektisida,
di Bangladesh 33,7% pekerja dari 265 pekerja yang terpapar insektisida memiliki aktivitas
enzim asetilkolinesterase di bawah standar dan 12,5% dalam kondisi bahaya.
g. Tingkat Keracunan Pestisida jenis Insektisida
Menurut Pandit (2006), tingkat keracunan pestisida jenis insektisida dapat dibedakan
menjadi 3, yaitu:
Acute poisoning, yaitu keracunan yang terjadi akibat masuknya sejumlah besar pestisida
sekaligus ke dalam tubuh, missal kasus salah makan ataupun bunuh diri. Gejala dari
keracunan akut, mual, muntah-muntah, sakit kepala, pusing, kebingungan/ panik, kejang
otot, lemah otot, sawan.
Sub-acute poisoning, merupakan keracunan yang ditimbulkan oleh sejumlah kecil pestisida
yang masuk ke dalam tubuh,namun terjadinya secara berulang-ulang.
Chronic poisoning, yaitu keracunan akibat masuknya sejumlah kecil pestisida dalam waktu
yang lama dan pestisida mempunyai kecenderungan untuk terakumulasi dalam tubuh
5. PERTOLONGAN PERTAMA PADA KERACUNAN PESTISIDA
Berdasarkan panduan pertolongan pertama pada kasus keracunan pestisida dalam
Anonim (1984), maka bila terjadi kasus keracunan senyawa kimia pestisida maka ada
sebelas item yang harus dicermati/diteliti dengan saksama agar dapat diambil tindakan medis
yang tepat dan segera untuk menolong jiwa penderita. Ke sebelas urutan tersebut adalah
sebagai berikut :
a. Apabila gejala keracunan mulai timbul betapapun ringannya gejala tersebut, segeralah
berhenti bekerja dan pergilah ke dokter atau klinik terdekat untuk mendapatkan
pertolongan lebih lanjut. Hal tersebut harus segera dilakukan karena sewaktu-waktu
keadaan dapat berkembang menjadi gawat. Supaya tindakan pertolongan selanjutnya
dapat dilakukan dengan cepat dan tepat, dokter harus diberitahu nama pestisida yang
menyebabkan keracunan. Untuk ini sebaiknya bawalah label pestisida tersebut untuk
ditunjukkan kepada dokter.
b. Dalam hal kulit atau rambut dan pakaian terkena pestisida, cucilah segera kulit dan
rambut yang terkena dengan sabun dan air yang banyak dan lepaskan pakaian untuk
15
Page 16
8/2/2019 Toksikologi Pestisida Br
http://slidepdf.com/reader/full/toksikologi-pestisida-br 16/19
diganti dengan yang bersih.
c. Apabila pestisida mengenai mata, cucilah segera mata dengan air bersih yang banyak
selama 15 menit atau lebih terus menerus. Kemudian ditutup dengan kapas seteril yang
dilengketkan dengan kain pembalut.
d. Apabila debu, bubuk, uap, gas atau buti-butir semprotan terhisap melalui pernafasan,
bawalah penderita ke tempat terbuka yang berudara segar, longgarkan pakaiannya yang
ketat dan baringkan dengan dagunya agak terangkat ke atas supaya dapat bernafas
dengan bebas. Jaga supaya penderita dalam keadaan tenang dan tidak kedinginan
(apabila perlu selimutilah penderita tetapi jangan sampai terlalu kepanasan). Sementara
menunggu pertolongan dokter, awasilah terus keadaan penderita.
e. Apabila pestisida tertelan dan penderita dalam keadaan sadar, usahakan supaya penderita
muntah dengan cara mencolek bagian belakang tenggorokan dengan jari tangan atau alat
lain yang bersih dan/atau dengan memberi minum larutan garam sebanyak satu sendok
makan dalam segelas air hangat. Ulangi proses pemuntahan sampai yang dimuntahkan
berupa cairan yang jernih. Pada waktu penderita mulai muntah, usahakan mukanya
menghadap ke bawah dan kepalanya agak direndahkan supaya muntahan tidak masuk
dalam paru-paru. Selanjutnya harus dijaga jangan sampai muntahan menghalangi
pernafasan. Usaha pemuntahan tidak dapat dilakukan apabila penderita dalam keadaan
kejang atau tidak sadar, penderita telah menelan bahan yang mengandung minyak bumi
dan penderita telah menelan bahan alkalis atau asam kuat yang korosif (secara kimiawi
merusak jaringan hidup)dengan gejala rasa terbakar atau nyeri sekali pada mulut dan
kerongkongan.
f. Apabila bahan korosif tertelan dan penderita dalam keadaan sadar, berilah penderita
minum susu atau putih telur dalam air, atau hanya air saja dalam kondisi dimana susu
atau telur tidak tersedia. Susu atau minyak tidak boleh diberikan kepada penderita
keracunan pestsida hirokarbon berklor.
g. Apabila penderita tidak sadar, usahakan supaya saluran pernafasan tidak tersumbat.
Bersihkan hidung dari lendir atau muntahan dan bersihnya mulut dari air liur, lendir, sisa
makanan dan sebagainya. Jangan memberikan sesuatu melalui mulut kepada penderita
yang tidak sadar.
h. Apabila pernafasan penderita berhenti, usahakanlah pernafasan buatan. Bersihkan lebih
dulu mulut dari air liur, lendir, sisa makanan dan sebagainya.
16
Page 17
8/2/2019 Toksikologi Pestisida Br
http://slidepdf.com/reader/full/toksikologi-pestisida-br 17/19
i. Apabila penderita kejang, usahakanlah kekejangan tersebut tidak mengakibatkan cidera.
Longgarkan pakaian disekitar leher, taruh bantal di bawah kepala dan berilah ganjal
antara gigi untuk mencegah supaya bibir atau lidah tidak tergigit.
j. Penanggulangan keracunan setalah dilakukan pertolongan pertama selanjutnya diambil
tindakan sebagai berikut :
i. untuk golongan pestisida klor organik, dilakukan tindakan mencuci lambung dengan
memberi garam isotoris larutan natrium bikarbonat 5%. Untuk mengurangi absorbsi
dapat diberikan 30 gram norit yang disuspensikan dalam air;
ii. untuk golongan fosfat organik, diberikan antodote Atropin sulfat intra vena atau intra
muskuler, bila mungkin dilakukan penyuntikan intra vena. Dosis dewasa dan anak-
anak lebih dari 12 tahun 0,4-2,0 mg dan untuk anak-anak 0,05 mg/kg berat badan.
Dosis diulangi tiap 15-30 menit sampai kelihatan gejala atropinasi/gejala keracunan
ringan dari atropin seperti muka merah, frekuensi detak jantung meningkat
(140/menit) dan pupil melebar. Pralidoxim diberi-kan setalah atropin, bila diberikan
sebelum 36 jam setalah keracunan akan dapat menanggulangi efek dari pestisida
fosfat organik ini. Dosis dewasa 1 gr/kg berat badan dan anak-anak 20-50 gr/kg berat
badan dengan kecepatan tidak lebih dari setengah dosis total tiap menit. Ulangi lagi
setelah 1 jam bila kelemahan/ kelumpuhan otot belum tertanggulangi;
iii. untuk golongan karbamat, penaggulangan-nya sama dengan pestisida golongan
fosfat organik, tapi disini tidak digunakan pralidoxim;
iv. (untuk golongan senyawa dipiridil tindakannya adalah untuk mengurangi absorbsi
dari saluran pencernaan, diberikan absorben Fuller”s Earth 30% suspensi dalam air;
v. (untuk golongan antikoagulan dilakukan pemberian antidote fitonadion, yakni dosis
dewasa dan anak-anak lebih dari 12 tahun 25 mgr intra muskuler dan anak-anak di bawah 12 tahun 0,6 mgr/kg berat badan;
vi. untuk golongan arsen dilakukan pemberian antidote Dimerkaprol (B.A.L),
Dimerkaptopropanol.
BAB III
PENUTUP
17
Page 18
8/2/2019 Toksikologi Pestisida Br
http://slidepdf.com/reader/full/toksikologi-pestisida-br 18/19
A. KESIMPULAN
Pestisida adalah bahan kimia untuk membunuh hama (insekta, jamur dan gulma).
Pestisida dikelompokkan menjadi :Insektisida (pembunuh insekta), Fungisida ( pembunuh
jamur), Herbisida (pembunuh tanaman pengganggu).
Pestisida dengan intensitas pemakaian yang tinggi, dan dilakukan secara terus-
menerus pada setiap musim tanam akan menyebabkan beberapa kerugian, antara lain residu
pestisida akan terakumulasi pada produk-produk pertanian dan perairan, pencemaran pada
lingkungan pertanian, penurunan produktivitas, keracunan pada hewan, keracunan pada
manusia, berdampak buruk terhadap kesehatan manusia.
Penghilangan residu pestisida mengikuti hukum kinetika pertama, yakni
derajat/kecepatan menghilangnya pestisida berhubungan dengan banyaknya pestisida yang
diaplikasi (deposit). Dinamika pestisida mengalami dua tahapan reaksi, yakni proses
menghilangnya residu berlangsung cepat (proses desipasi) dan proses menghilangnya residu
berlangsung lambat (proses persistensi).
B. SARAN
Problematika yang terkait dengan dampak samping dari penggunaan pestisida baik langsung maupun tidak langsung cukup significant merusak ekosistem lingkugan dan
kesehatan manusia. Oleh sebab itu ke depan penanganan pestisida perlu diteliti lebih jauh
agar ekosistem bumi kita terselamatkan dari proses pencemaran senyawa- senyawa kimia
yang berbahaya.
DAFTAR PUSTAKA
18
Page 19
8/2/2019 Toksikologi Pestisida Br
http://slidepdf.com/reader/full/toksikologi-pestisida-br 19/19
Anonim. 1984. Pestisida Untuk Pertanian dan Kehutanan.Direktorat Perlindungan
Tanaman Pangan.Direktorat Jenderal Pertanian Tanaman Pangan.Jakarta.1984
Watterson, A..1988. Pesticides User’s Health and Safety Handbook. An International guide.
Gower Technical Publishing Company Limites. England
http://www.pusri.co.id/
19