BAB I
PendahuluanA. Latar Belakang
Sampai saat ini, telah banyak pemanfaatan tanaman obat
tradisional oleh masyarakat Indonesia untuk menanggulangi beberapa
penyakit. Manfaat penggunaan obat tradisional tersebut secara luas
telah dirasakan oleh masyarakat. Hal ini juga tercermin dengan
semakin meningkatnya penggunaan obat tradisional, atau meningkatnya
produksi obat dari industri-industri obat tradisional. Seiring
dengan ada slogan back to nature, maupun krisis ekonomi yang
berkepanjangan sehingga mengakibatkan daya beli masyarakt terutama
masyarakat golongan menengah ke bawah, penggunaan obat tradisional
menjadi alternatif pengobatan disamping obat modern. Pemanfaatan
tanaman obat tersebut meliputi pencegahan, pengobatan maupun
pemeliharaan kesehatan. Banyak tanaman obat tradisional yang telah
dipasarkan antara lain sebagai pencegahan ataupun pengobatan suatu
penyakit. Meskipun demikian, bukti ilmiah keberkhasiatan berbagai
tanaman obat terkait, belum dilaporkan.Indonesia merupakan negara
terbesar kedua di dunia setelah Brazil yang mempunyai biodiversitas
(keanekaragaman hayati). Biodiversitas tersebut meliputi :
ekosistem, jenis maupun genetik. Hal ini jelas merupakan suatu
anugerah besar bagi masyarakat Indonesia apabila dimanfaatkan
secara optimal. Termasuk dalam biodiversitas jenis adalah
keanekaragaman tanaman di Indonesia yang sangat besar, termasuk
tanaman yang berpotensi sebagai obat. Mengingat fakta tersebut
mestinya upaya pemanfaatan tanaman sebagai sumber suatu obat
menjadi pilihan utama saat ini bagi para peneliti obat di
Indonesia. Proses penemuan suatu obat dari suatu tanaman merupakan
sesuatu yang tidak mudah dan membutuhkan waktu yang lama. Proses
tersebut meliputi : studi etnofarmakologi, kemotaksonomi, skrining
senyawa bioaktif, kemungkinan upaya sintesis senyawa tunggal, studi
pre-klinik maupun klinik, hingga produksi skala besar untuk tujuan
medik. Salah satu tanaman Indonesia yang bisa dimanfaatkan untuk
tujuan tersebut adalah buah manggis (G. mangostana L.), terutama
pemanfaatan kulit buahnya. Manggis merupakan salah satu buah
favorit yang digemari oleh masyarakat Indonesia. Kulit buah manggis
yang dibuang, ternyata dapat dikembangkan sebagai kandidat obat.
Pada artikel kali ini akan disajikan mengenai pemanfaatan kulit
buah manggis (G.mangostana L.) dalam upaya penemuan suatu obat
baru
B. Tujuan
1. Tujuan umum
a. Untuk mengetahui adanya senyawa fitokimia pada tanaman
obat.
b. Untuk mengetahui cara identifikasi kandungan fitokimia pada
tanaman obat.
2. Tujuan khusus
a. Untuk mengetahui adanya senyawa fitokimia pada tanaman obat
Kayu Manis (Cinnamomum burmannii) dan Kulit Manggis (Garcinia
mangostana L).b. Mengetahui cara identifikasi kandungan fitokimia
ada tanaman obat Kayu Manis (Cinnamomum burmannii) dan Kulit
Manggis (Garcinia mangostana L).C. Manfaat
Mahasiswa mampu mengetahui cara identifikasi senyawa kimia ada
tanaman obat dan mengetahui kandungan fitokimia yang ada pada
tanaman obat Kulit manggis (Garcinia mangostana L.) dan Kayu Manis
(Cinnamomum burmannii).BAB II
Tinjauan PustakaA. Tanaman Obat Tradisional
Tanaman Obat adalah tumbuhan yang melalui proses metabolisme
sekundernya dapat menghasilkan senyawa-senyawa bioaktif (metabolit
sekunder) seperti alkaloid, fenolik, tripenoid, minyak astsiri,
glikosida dan sebagainya yang dapat dimanfaatkan oleh manusia untuk
mengobati suatu penyakit atau mencegah terkena penyakit
(antibiotik). Adapun fungsi senyawa-senyawa bioaktif bagi tanaman
itu sendiri, yaitu :a) Membantu dalam penyerbukan bunga tumbuhan
tersebut.
b) Mencegah agar daun tumbuhan tersebut tidak dimakan oleh
herbivora.
c) Dan sebagai senjata untuk memenangkan dalam berkompetisi
dengan tumbuhan lain yang tumbuh pada habitat yang sama.Usaha
pengobatan melalui penggunaan tanaman obat sangat perlu dilakukan
oleh masyarakat, sehingga tanaman obat dapat diramu menjadi obat
tradisional yang dapat dimanfaatkan untuk penyembuhan penyakit bagi
masyarakat. Pemanfatan tanaman obat juga didukung oleh WHO dalam
upaya kesehatan masyarakat dunia. Selain dukungan yang diberikan,
WHO terus melakukan upaya-upaya dalam peningkatan keamanan dan
khasiat dari obat tradisional (Depkes, 2001; WHO, 2003). B.
Pemanfaatan Tanaman Obat1. Kayu Manis (Cinnamomum burmannii)Kulit
kayu manis memiliki sifat dan daya guna yang menguntungkan jika
diolah secara tepat. Sebelum masehi, kulit cinnamomum dikenal
sebagai sumber pewangi untuk membalsam mumi raja-raja mesir serta
peningkat cita rasa masakan dan minuman. Kloppenburg Versteegh
menganjurkan bahwa kayu manis dapat dijadikan jamu untuk penyakit
disentri dan singkir angin. Bianchini, Corbetta dan Kiangsui
mengatakan bahwa minyak kayu manis sudah ratusan tahun dikenal di
belahan dunia barat dan timur sebagai penyembuh reumatik, mencret,
pilek sakit usus, jantung, pinggang dan darah tinggi. Cinnamomum
burmanii yang bersinonim dengan Cinnamomum chinese, Cinnamomum
dulce, dan Cinnamomum kiamis ini berasal dari Indonesia. Dapat
dijumpai di Sumatera Barat, Jambi, Sumatera Utara, Bengkulu, Jawa
Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur dan Maluku (Rismunandar,
2001).Adapun taksonomi kayu manis adalah sebagai berikut
:Kingdom
: Plantae
Super Devisi
: Spermatophyta Divisi
: Magnoliophyta
Kelas
: MagnoliopsidaOrdo
: LauralesFamili
: LauraceaeGenus
: CinnamomumSpesies
: Cinnamomum burmannii(Rismunandar dan Paimin, 2001).Morfologi
tanaman kayu manis pohonnya mencapai tinggi antara 8-27 m dengan
panjang daun antara 5-17 cm dan lebar daun 3-10 cm. Bunganya
berkelamin dua atau bunga sempurna dengan warna kuning, ukurannya
kecil. Buahnya adalah buah buni, berbiji satu dan berdaging.
Bentuknya bulat memanjang, buah muda berwarna hijau tua dan buah
tua berwarna ungu tua warna daun hijau muda, dan pucuk berwarna
merah muda. Kulit kayu manis mempunyai rasa pedas dan manis, berbau
wangi, serta bersifat hangat. Beberapa bahan kimia yang terkandung
di dalam kayu manis diantaranya minyak atsiri eugenol, safrole,
sinamaldehide, tannin, kalsium oksalat, damar dan zat penyamak
(Hariana, 2007). Farmakologi kayu manis sudah mulai digunakan pada
awal abad ke-19. Dimana kandungan oleoresin kayu manis antara lain
minyak atsiri, aroma khas dan bahan kimia organik yang memberikan
rasa pedas. Dengan kandungannya tersebut maka penggunaan oleoresin
menjadi lebih baik dibanding produk aslinya seperti kulit ataupun
bubuk. Ada beberapa keuntungan dari oleoresin dibanding produk
asli, yaitu hampir seluruh bagian tanaman dapat dimanfaatkan, sisa
hasil dari olahannya dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan lain
seperti pupuk (Rismunandar, 2001).Kemudian selain farmakologi pada
kayu manis yang menghasilkan minyak atrisi dan oleoresin yang
mempunyai nilai jual jauh lebih tinggi dari harga kayu manis tanpa
diolah. Oleoresin dan minyak atsiri rempah-rempah banyak digunakan
dalam industri makanan, minuman, farmasi, flavor (tembakau /
rokok), fragrance, pewarna dan lain-lain. Oleoresin dalam industri
pangan banyak digunakan sebagai pemberi cita rasa dalam
produk-produk olahan daging (misalnya sosis, burger, kornet), ikan
dan hasil laut lainnya, roti, kue, puding, sirup, saus dan
lain-lain. 2. Kulit Buah Manggis (Garcinia mangostana L.)Manggis
merupakan salah satu buah yang digemari oleh masyarakat Indonesia.
Tanaman manggis berasal dari hutan tropis yang teduh di kawasan
Asia Tenggara, yaitu hutan belantara Indonesia atau Malaysia.
Manggis merupakan salah satu buah unggulan Indonesia yang memiliki
peluang ekspor cukup menjanjikan. Buah manggis dapat disajikan
dalam bentuk segar, sebagai buah kaleng, dibuat sirop/sari buah.
Secara tradisional buah manggis digunakan sebagai obat sariawan,
wasir dan luka. Batang pohon dipakai sebagai bahan bangunan, kayu
bakar/ kerajinan. Kulit buah dimanfaatkan sebagai pewarna termasuk
untuk tekstil dan air rebusannya dimanfaatkan sebagai obat
tradisional (Prihatman, 2000).Adapun taksonomi buah manggis sebagai
berikut ini :Kingdom
: Plantae
Divisi
: Spermathophyta
Sub-divisi
: Angiospermae
Kelas
: Dicotyledoneae
Ordo
: Guttiferales
Famili
: Guttiferae
Genus
: Garcinia
Spesies
: Garcinia mangostana L. Nama Lain
: manggu , manggih, mangosteen,
manggistan. (Prihatman, 2000).Batang tanaman manggis berbentuk
pohon berkayu, tumbuh tegak ke atas hingga mencapai ketinggian 25
meter atau lebih. Kulit batangnya tidak rata dan berwarna
kecoklat-coklatan. Daun manggis berbentuk oval, meruncing pendek
dengan panjang 12-23 centimeter dan lebar kira-kira 7 centimeter.
Struktur helai daun tebal dengan permukaan atas berwaran hijau
mengkilap, permukaan bawah berwarna hijau kekuning-kuningan. Organ
generatif tanaman manggis terdiri atas bunga, buah dan biji. Buah
manggis berbentuk bulat dan berjuring (bercupat), sewaktu masih
muda permukaan kulit buah berwarana hijau, namun setelah tua
berubah menjadi ungu kemerah-merahan atau merah-muda. Pada bagian
ujung buah terdapat juring (cupat) berbentuk bintang, jumlah juring
buah ini berkisar 5-8 buah. Kulit buah manggis ukurannya tebal
mencapai bagian dari buahnya (Rukmana, 1995).Pemanfaatan kulit buah
manggis sebenarnya sudah dilakukan sejak dahulu. Di Thailand
memanfaatkan kulit buah manggis untuk mengobati penyakit sariawan,
disentri, cystitis, diare, gonorea, dan eksim (ICUC, 2003). Di era
modern, pemanfaatan kulit buah manggis secara luas di negara
tersebut memicu minat para ilmuwan untuk menyelidik dan
mengembangkan lembih lanjut aspek ilmiah keberkhasiatan kulit buah
manggis tersebut. Kulit buah manggis setelah diteliti ternyata
mengandung beberapa senyawa dengan aktivitas farmakologi misalnya
antiinflamasi, antihistamin, pengobatan penyakit jantung,
antibakteri, antijamur bahkan untuk pengobatan atau terapi penyakit
HIV. Beberapa senyawa utama kandungan kulit buah manggis yang
dilaporkan bertanggungjawab atas beberapa aktivitas farmakologi
adalah golongan gartanin, 1-isomangostin, alfa-mangostin,
gamma-mangostin, tovofillin, mangostinon, dan smeathxanthon
(Pedraza-Chavery, 2008).
Dari penelitian yang telah dilakukan senyawa-senyawa tersebut
bertanggungjawab terhadap efek-efek yang ditimbulkan. Berikut ini
akan disajikan pembahasan mengenai efek aktivitas farmakologi dari
kulit buah manggis.a) Aktivitas antihistaminDalam reaksi alergi,
komponen utama yang mengambil berperan penting adalah sel mast,
beserta mediator-mediator yang dilepaskannya yaitu histamin dan
serotonin. Dari penelitian yang telah dilakukan mengenai anti
histamin dari kulit buah manggis mengindikasikan bahwa senyawa
aktifnya adalah alfa dan gamma mangostin. Dimana alfa mangostin
melakukan pengeblok reseptor histaminergik khususnya H1, sedangkan
gamma mangostin melakukan pengeblok serotonergik khususnya
5-hidroksitriptamin 2A atau 5HT2A. (Chairungsrilerd, 1998).b)
Antiinflamasi Penelitian mengenai aktivitas antiinflamasi dari
kulit buah manggis sampai saat ini diduga bahwa senyawa yang
mempunyai aktivitas anti-inflamasi adalah gamma-mangostin.
Gamma-mangostin merupakan xanton bentuk diprenilasi
tetraoksigenasi. Senyawa dan enzim tersebut merupakan mediator
terpenting dalam terjadinya reaksi inflamasi (Chairungsrilerd,
1998).c) Anti-oksidanDari hasil penelitian dilaporkan bahwa ekstrak
kulit buah manggis berpotensi sebagai antioksidan. Dimana ekstrak
yang dibuat mampu menangkal radikal bebas yang ada. Aktifitas
senyawa yang memiliki potensi menangkal adanya radikal bebas
seperti 8-hidroksikudraxanton, gartanin, alpha-mangostin,
gamma-mangostin dan smeathxanton (Jung, 2006). d) Anti kankerDari
hasil beberapa penelitian menunjukan bahwa terdapat aktifitas
senyawa-senyawa yang mampu menghambat kanker. Aktifitas senyawa
ekstrak metanol kulit buah manggis seperti xanton dan alfa
mangostin. Aktifitas senyawa akan menghambat proliferasi sel kanker
dan apotosis (Matsumoto, 2004; Moongkarndi, 2004).e)
Antimikroorganisme
Selain memiliki beberapa aktivitas farmakologi seperti di atas,
kulit buah manggis juga menunjukkan aktivitas antimikroorganisme.
Di Thailand telah dilakukan penelitian mengenai potensi
antituberkulosa dari senyawa xanton terprenilasi yang diisolasi
dari kulit buah manggis. Seperti pada hasil penelitian sebelumnya,
alfa mangostin, gamma-mangostin dan garsinon B juga menunjukkan
aktivitas paling poten pada percobaan ini. Ketiga senyawa tersebut
menghambat kuat terhadap bakteri Mycobacterium tuberculosis
(Suksamrarn, 2003).C. Uji FitokimiaUji fitokimia dimulai dengan
pengumpulan sampel sebanyak mungkin. Oleh karena kegiatan ini
memakan waktu cukup lama maka uji fitokimia memegang peranan
terbesar dari kegiatan kimia bahan alam. Uji fitokimia itu sendiri
terdiri dari uji alkaloid, steroid, flavonoid, saponin, fenol
hidrukuinon, molisch, benedict, ninhidrin dan biuret (Tohir,
2010).
Dimana uji fitokimia yang dilakukan merupakan senyawa aktif yang
terkandung dalam tanaman obat. Berikut ini disajikan pembahasan
mengenai uji fitokimia atau senyawa aktif dari tanaman obat.
1) Alkaloid Merupakan senyawa metabolit yang mengadung nitrogen
dengan bilangan oksidasi negatif dan bersifat basa, yang
penyebarannya terbatas pada makhluk hidup. Berdasarkan struktur
kimia golongan alkaloid dapat dibagi menjadi golongan piridan,
tropan, kinolin, indol, dan lainnya. Alkaloid pada umumnya
mempunyai keaktifan fisiologi yang menonjol, sehingga oleh manusia
alkaloid sering dimanfaatkan untuk pengobatan. Isolasi pertama
suatu alkaloid adalah morfina yaitu pada tahun 1805 yang berasal
dari getah dan biji candu, Papaver somniferum (Harbourne, 1995).2)
Steroid/TriterpenoidMerupakann senyawa yang kerangka karbonnya
berasal dari enam satuan isoprena dan secara biosintersis
diturunkan dari hidrokarbon C30 asiklik, yaitu skualen. Senyawa ini
memiliki beberapa kegunaan bagi tumbuhan yaitu sebagai pengatur
pertumbuhan (seskuitertenoid abisin dan giberelin), karotenoid
sebagai pewarna dan memiliki peran dalam membentu proses
fotosintesis. Kegunaannya dalam bidang farmasi yaitu biasa
digunakan sebagai bahan baku pembuatan obat (Tohir, 2010).3)
Flavonoid
Senyawa flavonoid adalah suatu kelompok senyawa fenol yang
terbesar yang ditemukan di alam. Sebagian besar flavonoid yang
terdapat pada tumbuhan terikat pada molekul gula sebagai glikosida,
dan dalam bentuk campuran, jarang sekali dijumpai berupa senyawa
tunggal.Flavonoid dapat digunakan sebagai obat karena mempunyai
bermacam macam bioakitfitas seperti antiinflamasi, membantu
memaksimalkan fungsi vitamin C, mencegah keropos tulang, sebagai
antibiotic, antikanker, antifertilitas, antiviral, antidiabetes,
antidepresant dan diuretic (Rusydi, 2010).
4) Saponin Merupakan senyawa glikosida kompleks yaitu senyawa
hasil kondensasi suatu gula dengan suatu senyawa hidroksil organik
yang apabila dihidrolisis akan menghasilkan gula (glikon) dan
non-gula (aglikon) serta busa. Saponin banyak digunakan dalam
kehidupan manusia, salah satunya terdapat dalam perak yang dapat
digunakan untuk bahan pencuci kain (batik) dan sebagai shampoo.
Saponin dapat diperoleh dari tumbuhan melalui metoda ekstraksi
(Tohir, 2010).
5) Fenol hidrokuinon Fenol meliputi berbagai senyawa yang
berasal dari tumbuhan yang mempunyai ciri sama yaitu cincin
aromatik yang mengandung satu atau dua gugus hidroksil. Kuinon
adalah senyawa berwarna dan mempunyai kromofor kasar. Identifikasi
hasil positif senyawa ini yaitu adanya perubahan warna larutan
menjadi merah, violet, atau merah-ungu (Harbourne, 1995).6) Molisch
dan BenedictUji Molisch dan Benedict dilakukan untuk mengetahui ada
atau tidaknya gula pereduksi. Gula pereduksi meliputi semua jenis
monosakarida dan beberapa disakarida seperti laktosa dan maltosa.
Pada uji Benedict, pereaksi ini akan bereaksi dengan gugus aldehid,
kecuali aldehid dalam gugus aromatik, dan alpha hidroksi keton
(Lehniger, 1982).7) Biuret dan NinhidrinUji biuret dan ninhidrin
dilakukan untuk mengetahui ada atau tidaknya protein dalam bahan.
Ninhidrin beraksi dengan asam amino bebas da protein menghasilkan
warna biru. Reaksi ini termasuk yang paling umum dilakukan untuk
analisis kualitatif protein dan produk hasil hidrolisisnya. Reaksi
ninhidrin dapat pula dilakukan terhadap urin untuk mengetahui
adanya asam amino atau untuk mengetahui adanya pelepasan protein
oleh cairan tubuh (Santoso, 2008).Biuret adalah senyawa dengan dua
ikatan peptida yang terbentuk pada pemanasan dua mulekul urea. Ion
Cu2+dari preaksi Biuret dalam suasana basa akan berekasi dengan
polipeptida atau ikatan-ikatn peptida yang menyusun protein
membentuk senyawa kompleks berwarna ungu atau violet. Reaksi ini
positif terhadap dua buah ikatan peptida atau lebih, tetapi negatif
untuk asam amino bebas atau dipeptida (Santoso, 2008).BAB
IIIMetodologi PenelitianA. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian analitik
eksperimental dengan design penelitian post tes without control.B.
Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat penelitian
Tempat pengambilan dan penelitian sampel dilakukan Laboratorium
Kimia Akademi Analis Kesehatan Nasional Surakarta.2. Waktu
penelitian
Penelitian dilakukan pada Selasa, 16 Juni 2014 pukul 13.40 -
16.20 WIB.
C. Obyek PenelitianObyek penelitian pada mini laboratorium
Toksikologi adalah Serbuk Kulit Manggis dan Kayu Manis.
D. Teknik Sampling
Teknik sampling yang diterapkan adalah simple random sampling
pada populasi sampel yang disediakan oleh Instruktur Laboratorium
Kimia Akademi Analis Kesehatan Nasional Surakarta.E. Instrumen
Penelitian
1) Alat :
Tabung reaksi
Beaker glass
Gelas ukur 10 ml dan 50 ml
Kompor listrik
Neraca analitis
Pipet tetes
Kertas saring
Batang pengaduk
2) Bahan :
Sampel (serbuk kulit manggis dan kayu manis)
H2SO42 N
Reagen Dragendorff
Reagen Mayer
Reagen Wagner
CHCl3 Anhidrat asetat
HCl p.a
Serbuk magnesium
Amyl alkohol
Alkohol/etanol 70 %
HCl 2N
FeCl3 5 %D. Alur Penelitian
1. Alkaloid
2. Steroid/tri terpenoid
3. Flavonoid
4. Saponin
5. Fenol Hidrokuinon
6. Tanin
BAB IV
Hasil Penelitian dan PembahasanA. Hasil PenelitianDari hasil
pengujian laboraotrium terhadap 2 jenis sampel tanaman obat yang
diambil dari Laboratorium Kimia Akademi Analis Kesehatan Nasional
Surakarta diperoleh data sebagi berikut :Nama SampelKandungan
Metabolit Sekunder
AlkaloidSteroidFlavonoidSaponinFenol HidrokuinonTanin
DragendroffMayerWagner
Kayu manis (Cinnamomum burmanni)+-+-++++
Kulit Manggis (Garcinia mangostana L.)+-+++-++
Tabel 4.1 Data hasil uji fitokimia terhadap 2 jenis sampel
tanaman obat yaitu Kayu manis (Cinnamomum burmanni) dan Kulit
Manggis (Garcinia mangostana L.) diambil dari Laboratorium Kimia
Akademi Analis Kesehatan Nasional Surakarta.Keterangan :+ =
terdeteksi
= tidak terdeteksiBerdasarkan Tabel 4.1 diatas bahwa sampel
menunjukkan hasil positif pada setiap uji fitokimia atau kandungan
metabolit sekunder, kecuali pada uji mayer negatif pada kedua
sampel tanaman obat. Sedangkan hasil negatif juga ditunjukan pada
uji steroid untuk sampel Kayu manis (Cinnamomum burmanni) dan uji
saponin untuk sampel Kulit Manggis (Garcinia mangostana L.).B.
Pembahasan
1) Kayu manis (Cinnamomum burmanni)Hasil skrining fitokimia pada
Kayu manis (Cinnamomum burmanni) mengandung senyawa kimia alkaloid,
saponin, flavonoid, fenol hidrokuinon, dan tanin. Namun, pada uji
alkaloid menggunakan reagen mayer memberikan hasil negatif. Hal ini
dapat dipengaruhi beberapa faktor seperti warna serbuk sampel yang
menyulitkan pembacaan endapan yang terbentuk atau dari reagen mayer
sendiri pada saat pembuatan komposisinya kurang tepat. Hasil
negatif juga ditujukan pada uji steroid, karena kayu manis biasanya
digunakan dalam menambahkan cita rasa pada makan maupun minuman
bukan dalam campuran obat.2) Kulit Manggis (Garcinia mangostana
L.)
Hasil skrining fitokimia pada Kulit Manggis (Garcinia mangostana
L.) mengandung senyawa kimia alkaloid, steroid, flavonoid, fenol
hidrokuinon, dan tanin. Namun, pada uji alkaloid menggunakan reagen
mayer memberikan hasil yang negatif. Hal ini dapat dipengaruhi
beberapa faktor seperti warna serbuk sampel yang menyulitkan
pembacaan endapan yang terbentuk atau dari reagen mayer sendiri
pada saat pembuatan komposisinya kurang tepat.
Hasil negatif juga ditemukan pada uji saponin. Hal ini bisa
terjadi berupa faktor kesalahan kerja sehingga memberikan hasil
negatif yang biasa disebut negatif palsu. Menurut Windarini, 2013
uji saponin pada kulit manggis memberikan hasil positif dengan
menggunakan cara kerja yang sama. Namun, pada proses kerja terdapat
hal yang berbeda pada percobaan yang dilakukan Windarini sampel
yang digunakan ditimbang secara tepat, arah dalam pengocokkan
sampel ditentukan. Sedangkan, pada penelitian kami tidak
diberlakukan hal tersebut. Faktor ini yang bisa memberikan hasil
akhir yang berbeda.
BAB VKesimpulan dan Saran
A. Kesimpulan
Sampel Kayu manis (Cinnamomum burmanni) mengandung senyawa kimia
alkaloid, saponin, flavonoid, fenol hidrokuinon, serta tanin.
Sampel Kulit Manggis (Garcinia mangostana L.) mengandung senyawa
kimia alkaloid, steroid, flavonoid, fenol hidrokuinon, serta
tanin.B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
Chasanah, T. -. Pemanfaatan Tanaman Obat Tradisional. Jurnal.
Fakultas Biologi Universitas Jendral Soedirman.
Hersipa. -. Tanaman Obat.
(http://hersipa.wordpress.com/tanaman-obat/). Diakses pada 27 Juni
2014.Nugroho, A. -. Manggis (Garcinia mangostana L.) : Dari Kulit
Yang Terbuang Sampai Menjadi Kandidat Suatu Obat. Jurnal. Fakultas
Farmasi Universitas Gajha Mada.
Prihatman, K. 2000. Manggis. Artikel. Kantor Deputi Menegristek
Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi.
Rustaman, Abdurahman, dan Anshori. 2006. Skrining Fitokimia
Tumbuhan Di Kawasan Gunung Kuda Kabupaten Bandung Sebagai
Penelahaan Keanekaragaman Hayati. Laporan Penelitian. Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Padjajaran.
Rusydi R. 2010. Analisis Mikroskopis Komponene Bioaktif Tanaman
Genjer (Limnocharis flava) Dari Kelurahan Situ Gede Bogor. Skripsi.
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian
Bogor.Santoso, H. 2008. Protein dan Enzim.
(http://www.heruswn.teachnology.com) diakses tanggal 27 Juni
2014.
Syahrurrozi. 2009. Penetapan Kadar Minyak Atsiri dan Kadar Air
Pada Kayu Manis Dengan Metode Destilasi. Tugas Akhir. Fakultas
Farmasi Universitas Sumatera Utara.
Tohir AM. 2010. Teknik Ekstraksi dan Aplikasi Beberapa Pestisida
Nabati Untuk Menurunkan Palatabilitas Ulat Grayak (Spodoptera
litura fabr.). Buletin Teknik Pertanian Vol.15 (1):
37-40.Windarini, Astuti, dan Warditiani. 2013. Skrining Fitokimia
Ekstrak Metanol Kulit Manggis (Garcinia mangostana L.). Jurnal.
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengentahuan Alam Universitas
Udayana.
Sampel dilarutkan dalam beberapa tetes H2SO4 2 N
+ Rg. Mayer
+ Rg. Wagner
+ Rg. Dragendorf
Hasil dinyatakan positif bila terbentuk endapan coklat.
Hasil dinyatakan positif bila terbentuk endapan putih
kekuningan.
Hasil dinyatakan positif bila terbentuk endapan merah hingga
jingga.
Sampel dilarutkan dalam 2 ml CHCl3
Ditambah 10 tetes asetat anhidrat
Ditambah 3 tetes H2SO4 pekat
Hasil dinyatakan positif terbentuk larutan berwarna merah untuk
pertama kali kemudian berubah menjadi biru dan hijau.
Sampel + 0,1 mg serbuk magnesium
Ditambah 0,4 ml amyl alkohol dan 4 ml alkohol
Hasil dinyatakan positif terbentuknya warna merah, kuning atau
jingga pada lapisan amil alkohol.
Sampel dimasukan tabung reaksi
Ditambah air panas, kemudian dikocok kuat
Busa yang stabil selama 30 menit dan tidak hilang pada
penambahan 1 tetes HCl 2N menunjukkan adanya saponin.
Sampel sebanyak 1 gram diekstrak dengan 20 ml etanol 70%
Hasil ekstrak ditambah 2 tetes FeCl3 5%
Hasil dinyakatan positif bila terbentuk warna hijau atau hijau
biru.
Sampel + FeCl3 5%
Hasil dinyatakn positif bila terbentuk warna hijau
kehitaman.