Diagnosa dibuat berdasarkan satu dari beberapa tes yang dirancang untuk mengetahui aktivitas G6PD eritrosit. Beberapa uji saring yang relatif sederhana untuk menentukan defisiensi G6PD secara kualitatif antara lain: Fluorescent Spot test, Methemoglobin Reduction Test, Formazan ring test, Ascorbate-cyanide screening test, Methemoglobin elution tets . Hampir semua uji saring tersebut dapat mengidentifikasi penderita defisiensi G6PD hemizigot dengan tepat, sayangnya tidak sensitif untuk diagnosis penderita defisiensi G6PD yang heterozigot, kecuali penggunaan Formazan ring test Metoda Formazan ring test selain bisa mendeteksi defisiensi G6PD yang heterozigot, biaya relatif murah, mudah penggunaannya hanya memerlukan inkubator dan dapat digunakan sampel dalam jumlah besar . Obatan yang hnrus dihindarkan bagi penderita defisiensi G6PD: 1. Anti-m alarial : Primaquine dan pam aquine( Chloroq uine di bawah pe ngawasa n mungkin digunakan apabila antimalaria diperlukan untuk pencegahan atau rawatan malaria ) 2. Sulfonam ides : Sulface tamide, Sulfanil amide, Sulfamethoxazol e ( e.g. Septr a, Bactrim),Sulfasalazine. 3. Anti-b acteri als : Nitrofur antoin, N alidixi c Acid, Dapso ne, Maf enide Cr eam (Sulfamylon). 4. Analge sics : P henaceti n, Ace tanilid, Phenazop yridine (Pyrid ium). 5. Antihel mintics : ß -Napht hol, Stibop hen dan Nirida zole. 6. Mis ce ll aneous • Vitamin K analogues (1mg phytonadione boleh diberikan kepada bayi) • Probenecid • Dimercaprol (BAL) • Flutamide (Eulexin) • Methylene Blue • Tolouidine Blue • Naptha lene
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
5/17/2018 tinpus g6pd - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/tinpus-g6pd 1/13
Diagnosa dibuat berdasarkan satu dari beberapa tes yang dirancang untuk mengetahui
aktivitas G6PD eritrosit. Beberapa uji saring yang relatif sederhana untuk menentukan
defisiensi G6PD secara kualitatif antara lain: Fluorescent Spot test, Methemoglobin
Reduction Test, Formazan ring test, Ascorbate-cyanide screening test, Methemoglobin
elution tets . Hampir semua uji saring tersebut dapat mengidentifikasi penderita defisiensi
G6PD hemizigot dengan tepat, sayangnya tidak sensitif untuk diagnosis penderita
defisiensi G6PD yang heterozigot, kecuali penggunaan Formazan ring test
Metoda Formazan ring test selain bisa mendeteksi defisiensi G6PD yang heterozigot, biaya
relatif murah, mudah penggunaannya hanya memerlukan inkubator dan dapat digunakan
sampel dalam jumlah besar .
Obatan yang hnrus dihindarkan bagi penderita defisiensi G6PD:
1. Anti-malarial : Primaquine dan pamaquine( Chloroquine di bawah pengawasan
mungkin digunakan apabila antimalaria diperlukan untuk pencegahan atau rawatan
Anemia hemolitik nonsferositik congenital pada defisiensi G6PD
bersifat sporadic tanpa predileksi etnis tertentu. Biasanya terjadi
pembesaran limpa yang dapat menyebabkan hipersplenisme yang
5/17/2018 tinpus g6pd - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/tinpus-g6pd 6/13
membutuhkan splenektomi. Jarang terjadi hemoglobinuria karena hemolisis
yang terjadi berupa extravaskuler.
2. Hiperbilirubinemia neonatorum
Beberapa varian G6PD yang menyebabkan hemolisis akut pada masa
neonatus sering menimbulkan hiperbilirubinemia. Ikterus pada neonatus
mungkin muncul setelah 48 jam setelah lahir, sebagian mungkin mencapai
30-45 mg/dl. Sementara itu, penyebab pasti hiperbilirubinemia masih belum
diketahui.Beberapa penulis membuktikan bahwa pembentukan glukoronat
dalam hati berkurang pada bayi yang menderita defisiensi G6PD dibanding
dengan bayi normal. Gilman (1974) membuktikan bahwa ikterus
neonatorum pada defisiensi G6PD dapat disebabkan oleh karena fungsi hati
yang terganggu, maupun hemolisis akibat infeksi, atau terpapar bahan
oksidan sebagai pencetusnya.
3. Menifestasi non hematology
Manifestasinya berupa juvenile cataract pada lensa mata, bahkan bilateral
cataract ditemukan pada anak dengan defisiensi G6PD. Penyakit ini juga
dapat menyebabkan kejang otot, kelelahan pada otot, gangguan kehamilan,
katarak dan infeksi berulang. Defisiensi aktivitas G6PD pada leukosit dan
neutrofil dapat menyebabkan defek system imun yang menyebabkan infeksi berulang dan terbentuk granuloma pada beberapa kasus.
Patofisiologi Defisiensi G6PD
Sel eritrosit dewasa tidak mengandung inti, organel intrasel seperti mitokondria,
lisosom atau aparatus Golgi. ATP merupakan unsur yang penting dalam berbagai
proses yang membantu eritrosit mempertahankan bentuk bikonkafnya disamping dalam
proses pengaturan transportasi ion dan air yang mengalir ke dalam serta keluar sel.
ATP ini dihasilkan dari proses glikolisis. Fungsi sel eritrosit yang spesifik adalah
mengangkut oksigen dari paru-paru kejaringan perifer yang dijalankan oleh
hemoglobin. Sebagai pengangkut oksigen hemoglobin bertanggung jawab kelenturan
5/17/2018 tinpus g6pd - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/tinpus-g6pd 7/13
sel eritrosit untuk melalui kapiler-kapiler pembuluh darah.24
Hemoglobin terdiri dari porfirin besi yang dinamakan heme dan protein yang disebut
globin. Satu molekul hemoglobin terdiri dari 4 subunit protein (globin) yaitu 2 rantai α
dan 2 rantai β dan 4 molekul heme.7,24
Setiap molekul heme mengikat zat besi. Setiap pengikatan oksigen oleh hemoglobin
melibatkan aktivitas dua komponen: heme {Fe (II)-porfirin} dan suatu rantai
polipeptida yang menyelubungi (globin). Hanya hemoglobin dalam kondisi fero [Fe
(II)] ini yang dapat mengikat oksigen menjadi oksihemoglobin (Hb-Fe2+ + O2 ◊
HbFe2+O2 ). Ketika menangkap oksigen terbentuk senyawa antara { Fe2+-O2 ⇓◊
Fe(III)-O2*-} selanjutnya akan melepaskan superoksida (O2*- ) menjadi
methemoglobin {Fe(III)-porfirin} yang tidak dapat menangkap oksigen. Pada
oksigenasi hemoglobin dapat menghasilkan ion superoksida (O2*-) dan akan berbahaya
apabila bersamaan dengan hidrogen peroksida (H2O2) karena akan membentuk radikal
hidroksil (*OH). Radikal hidroksil (*OH) adalah senyawa oksigen reaktif (SOR) atau
dikenal dengan ROS (reactive oxygen species) yang paling reaktif dan berbahaya.
Radikal hidroksil (*OH) dapat merusak tiga jenis senyawa yang penting untuk
mempertahankan integritas sel, yaitu: (1). asam lemak, khususnya asam lemak tak
jenuh yang merupakan komponen penting fosfolipid penyusun membran sel. (2) DNA,
yang merupakan perangkat genetik sel. (3) Protein, yang memegang berbagai peran
penting seperti enzim, reseptor, antibodi dan pembentuk matriks serta sitoskleleton.
Dapat disimpulkan bahwa pembentukan radikal hidroksil (*OH) diperlukan tiga
komponen, yaitu: logam transisi Fe atau Cu, H2O2 dan O2*-. 24
Untuk itu dibutuhkan anti oksidan untuk melindungi sel dari pengaruh radikal, yaitu
dengan mencegah keberadaan ion Fe++ dan Cu+ bebas yang dihasilkan reaksi Fenton.
Peranan beberapa protein penting antara lain adalah transferin atau feritin untuk Fe++ ,
sedang untuk Cu adalah seruloplasmin atau albumin.
Peningkatan kadar bilirubin tubuh dapat terjadi pada beberapa keadaan. Keadaan
yang sering ditemukan adalah apabila terdapat penambahan beban bilirubin pada sel
5/17/2018 tinpus g6pd - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/tinpus-g6pd 8/13
hepar yang berlebihan. Hal ini dapat ditemukan bila terdapat peningkatan
penghancuran eritrosit, polisitemia.
Gangguan pemecahan bilirubin plasma juga dapat menimbulkan peningkatan kadar
bilirubin tubuh. Hal ini dapat terjadi apabila kadar protein Y dan Z berkurang, atau
pada bayi hipoksia, asidosis. Keadaan lain yang memperlihatkan peningkatan kadar
bilirubin adalah apabila ditemukan gangguan konjugasi hepar atau neonatus yang
mengalami gangguan ekskresi misalnya sumbatan saluran empedu.
Pada derajat tertentu bilirubin ini akan bersifat toksik dan merusak jaringan tubuh.
Toksisitas terutama ditemukan ada bilirubin indirek yang bersifat sukar larut dalam air
tapi mudah larut dalam lemak. Sifat ini memungkinkan terjadinya efek patologis pada
sel otak apabila bilirubin tadi dapat menembus darah otak. Kelainan yang terjadi pada
otak disebut Kern ikterus. Pada umumnya dianggap bahwa kelainan pada syaraf pusat
tersebut mungkin akan timbul apabila kadar bilirubin indirek lebih dari 20 mg/dl.
DEFISIENSI ENZIM GLUKOSA-6-FOSFAT DEHIDROGENASE
2.1. Struktur Enzim
Bentuk aktif enzim G6PD merupakan dimer (terdiri dari 2 subunit) dan tetramer (terdiridari 4 subunit) dengan subunit yang identik. Masing-masing subunit tersusun oleh 514
asam amino dan mempunyai massa molekul 59.265 Dalton. Bentuk dimer dan tetramer
terdapat dalam keseimbangan tergantung pH, pada pH neutral terdapat dalam proporsi yangsama. Pada tiap molekul dimer didapatkan 2 molekul NADP (Nikotinamide Adenin
Dinucleotide Phosphate binding site) yang terikat erat dan penting bagi kestabilan protein .
Binding site koenzim ini diperkirakan terletak pada exon 10 urutan asam amino ke 386 dan
387 (lisin dan arginin), sedangkan tempat mengikat substrat glukosa 6 fosfat (G6P bindingsite) terletak pada exon 6 dengan urutan asam amino (lisin) ke 205 Struktur enzim G6PD
memiliki dua bagian, yaitu bagian NADP Binding dan bagian besar (large domain). Bagian
yang aktif terletak diantara dua bagian tersebut.
2.2. Peran Enzim G6PD
Enzim G6PD terdapat dalam sitoplasma, tersebar di seluruh sel dengan kadar yang berbeda. Enzim ini bekerja pada tahap pertama jalur pentosa heksosemonofosfat (Pentosa
Phosphate Shunt) yaitu jalur oksidasi glukosa yang menghasilkan NADPH dan pentosa
(ribose 5 fosfat untuk sintesis asam lemak, kolesterol, hormon steroid, purin, pirimidin danforfirin). Pada jalur pentosa fosfat, G6PD mengkatalisis reaksi glukosa 6 fosfat (G6P) dan
5/17/2018 tinpus g6pd - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/tinpus-g6pd 9/13
NADP+ menjadi 6 fosfo glukonat (6GP) dan menghasilkan NADPH. NADPH merupakan
koenzim yang berfungsi sebagai donor hidrogen pada reaksi enzimatik pada berbagai alur
biosintetik. NADPH juga berfungsi sebagai koenzim pada reaksi pembentukan GSH(glutation tereduksi) dari GSSG (glutation teroksidasi) oleh enzin glutation reduktase
(GSSGR). GSH sangat penting untuk melindungi sel terhadap kerusakan oksidatif karena
GSH dapat meredam hidrogen peroksida (H2O2) menjadi H2O dengan bantuan enzimglutation peroksidase (GSHPX). Jalur alternatif untuk meredam H2O2 adalah melalui
enzim katalase, dalam keadaan normal jalur ini tidak efektif karena aktivitas katalase
terhadap H2O2 jauh lebih rendah dari pada afinitas GSHPX. Pada keadaan dimana terjadi produksi H2O2 berlebihan maka katalase akan berperan lebih dari 50% meredam H2O2
yang terbentuk, namun untuk aktivitas katalase memerlukan NADPH. Jadi NADPH sangat
diperlukan baik untuk meredam H2O2. melalui jalur GSHPX ataupun melalui jalur katalase.3,4,5,7,8.
Kadar enzim G6PD di dalam eritrosit relatif rendah bila dibandingkan dengan kadar enzim
G6PD pada sel tubuh yang lain. Enzim G6PD merupakan satu-satunya enzim dalam sel
eritrosit yang berfungsi memproduksi NADPH untuk mereduksi GSSG menjadi GSH yang
meredam H2O2, sehingga GSH berfungsi mencegah kerusakan eritrosit dari kerusakanakibat oksidasi. Untuk mempertahankan kadar GSH selalu cukup, diperlukan mekanisme
pembentukan GSH dari GSSG dengan bantuan enzim glutation reduktase (GSSGR) dan NADPH yang tergantung aktivitas G6PD. Semakin tua usia eritrosit, aktifitas enzim G6PD
juga semakin berkurang. 2,3,8,9 G6P : Glukosa 6 fosfat 6PG : fosfoglukonat
Gambar 2.1 . Diagram Jalur Pentosa Fosfat dan Jalur Glikolisis
World Health Organization (WHO), mengklasifikasikan varian mutan G6PD berdasarkan pengukuran aktivitas enzim dan ada atau tidaknya anemia hemolitik, kemudian dibagi lagiatas dasar mobilitas elektroforesis dalam setiap varian sebagai berikut :
1. Klas I: varian G6PD yang defisiensi enzimnya sangat berat (aktivitas enzim kurang dari
10% dari normal) dengan anemia hemolitik kronis.2. Klas II: varian G6PD yang defisiensi enzimnya cukup berat (aktivitas enzim kurang dari
10% dari normal) namun tidak ada anemia hemolitik kronis.
3. Klas III: varian G6PD dengan aktivitas enzimnya antara 10%-60% dari normal dananemi hemolitik terjadi bila terpapar bahan oksidan atau infeksi.
4. Klas IV: varian G6PD yang tidak memberikan anemia hemolitik atau penurunan
aktivitas enzim G6PD
5. Klas V: varian G6PD yang aktivitas enzimnya meningkat.Varian klas IV dan klas V secara biologis, genetik dan antropologis tidak didapat gejala
klinik.
Prevalensi dan Penyebaran Geografik
Frekuensi defisiensi G6PD di Asia diperkirakan 14% di Kamboja, 5% di Cina selatan,2.6% di India dan 0.1% di Jepang. 15 Di Indonesia frekuensi defisiensi G6PD sebagai
5/17/2018 tinpus g6pd - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/tinpus-g6pd 10/13
berikut, di Irian Barat 8%, di Sasak 18.4%, di Bima 12%, di Flores 4% 16,19, Jawa Tengah
di Semarang adalah 14% 17, di pulau Buru dan Halmahera sekitar 6 % 4 ,15,16,17.
Penelitian di Sumatra Utara 3.9% 18. Penelitian di RS Cipto Mangunkusumo Jakartamenemukan 2.6% defisiensi G6PD pada 3200 bayi baru lahir pada tahun 197919.
Sedangkan penelitian di RS dr.Soetomo menemukan 3% defisiensi G6PD dari 480 bayi