BAB I PENDAHULUAN Air merupakan unsur vital untuk makhluk hidup. Kira-kira 55-60% dari berat badan orang dewasa terdiri atas air, dan pada bayi dan anak total air tubuh lebih tinggi lagiyakni 80% pada bayi baru lahir dan 70% pada anak. Dalam keadaan sehat, tubuh memiliki mekanisme keseimbangan atau homeostasis yang mengatur asupan dan pengeluaran air. Sebagai contoh, jika kita kurang minumair maka produksi air kemih akan berkurang untuk menjaga kadar air tubuh dalam batas-batas normal. Juga, jika tubuh kekurangan air setelah olah raga maka kita akan merasa haus dan minum. Ini adalah mekanisme kompensasi tubuh. (1) Terapi cairan adalah tindakan untuk memelihara, mengganti cairan tubuh dalam batas-batas fisiologis dengan cairan kristaloid (elektrolit) atau koloid (plasma ekspander) secara intravena. Tujuan utama terapi cairan perioperatif adalah untuk mengganti defisit pra bedah, selama pembedahan dan pasca bedah dimana saluran pencernaan belum berfungsi secara optimal disamping untuk pemenuhan kebutuhan normal harian. Terapi dinilai berhasil apabila pada penderita tidak ditemukan tanda-tanda hipovolemik dan hipoperfusi atau tanda- tanda kelebihan cairan berupa edema paru dan gagal nafas Terapi cairan meliputi penggantian kehilangan cairan, memenuhi kebutuhan air, elektrolit dan nutrisi untuk membantu tubuh mendapatkan kembali keseimbangan normal dan pulihnya 1
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB I
PENDAHULUAN
Air merupakan unsur vital untuk makhluk hidup. Kira-kira 55-60% dari berat badan
orang dewasa terdiri atas air, dan pada bayi dan anak total air tubuh lebih tinggi lagiyakni
80% pada bayi baru lahir dan 70% pada anak. Dalam keadaan sehat, tubuh memiliki
mekanisme keseimbangan atau homeostasis yang mengatur asupan dan pengeluaran air.
Sebagai contoh, jika kita kurang minumair maka produksi air kemih akan berkurang untuk
menjaga kadar air tubuh dalam batas-batas normal. Juga, jika tubuh kekurangan air setelah
olah raga maka kita akan merasa haus dan minum. Ini adalah mekanisme kompensasi tubuh.(1)
Terapi cairan adalah tindakan untuk memelihara, mengganti cairan tubuh dalam
batas-batas fisiologis dengan cairan kristaloid (elektrolit) atau koloid (plasma ekspander)
secara intravena. Tujuan utama terapi cairan perioperatif adalah untuk mengganti defisit pra
bedah, selama pembedahan dan pasca bedah dimana saluran pencernaan belum berfungsi
secara optimal disamping untuk pemenuhan kebutuhan normal harian. Terapi dinilai berhasil
apabila pada penderita tidak ditemukan tanda-tanda hipovolemik dan hipoperfusi atau tanda-
tanda kelebihan cairan berupa edema paru dan gagal nafas
Terapi cairan meliputi penggantian kehilangan cairan, memenuhi kebutuhan air,
elektrolit dan nutrisi untuk membantu tubuh mendapatkan kembali keseimbangan normal dan
pulihnya perfusi ke jaringan, oksigenasi sel, dengan demikian akan mengurangi iskemia
jaringan dan kemungkinan kegagalan organ.
1
BAB II
PEMBAHASAN
II.1. Komposisi dan Distribusi Cairan Tubuh
Kandungan air pada saat bayi lahir sekitar 75% berat badan, usia 1 bulan 65%,
dewasa pria 60% dan wanita 50%, sisanya ialah zat padat seperti protein, lemak,
karbohidrat dan lain-lainnya. (2)
Air yang merupakan 60% dari berat tubuh dipisahkan oleh membran sel menjadi
cairan intraseluler yang berjumlah 40% dan cairan ekstraseluler yang berjumlah 20% dari
berat tubuh. Cairan ekstraseluler dipisahkan oleh dinding kapiler menjadi cairan intravaskuler
yang berjumlah 5% dan cairan interstitial (antar sel) yang berjumlah 15%. Cairan antarsel
khusus disebut cairan transelular misalnya cairan serebrospinal, cairan persendian,
cairan peritoneum dan lain-lainnya. (2)
Cairan interstisial 15%
Intravaskuler (5%) Dinding kapiler
Membran sel Cairan intraseluler 40%
Gambar 1. Distribusi cairan tubuh
Kandungan air dalam tiap organ tidak seragam seperti terlihat pada tabel 1 di bawah
ini.
Jaringan Persentase Air Jaringan Persentase Air
2
Otak 84 Kulit 72
Ginjal 83 Hati 68
Otot lurik 76 Tulang 22
Lemak 10
Tabel 1. Kandungan air dalam tiap jaringan
Air melintasi membran sel dengan bebas, namun transport elektrolit dan zat-zat lain
terbatas. Zat-zat makromolekul seperti protein plasma tidak bisa melintasi dinding kapiler,
tetapi zat-zat mikromolekul seperti air, elektrolit dan asam amino bisa melintas dengan
mudah. Volume cairan intraseluler dua kali lebih banyak dari pada cairan ekstraseluler.
Perubahan-perubahan dalam volume darah sirkulasi mengurangi cairan ekstraseluler, namun
dikompensasi oleh cairan intraseluler. Baik cairan intraseluler maupun ekstraseluler
memainkan peran penting dalam mendukung kehidupan. Cairan intraseluler terlibat dalam
proses-proses metabolik yang mengubah nutrien menjadi energi, sementara cairan
ekstraseluler mempertahankan sistem sirkulasi, mengangkut nutrien ke dalam sel, dan
membuang zat sisa. (2)
- Cairan intraselular
Cairan yang terkandung di antara sel disebut cairan intraselular. Pada orang dewasa,
sekitar duapertiga dari cairan dalam tubuhnya terdapat di intraselular (sekitar 27 liter rata-
rata untuk dewasa laki-laki dengan berat badan sekitar 70 kilogram), sebaliknya pada bayi
hanya setengah dari berat badannya merupakan cairan intraselular3.
- Cairan ekstraselular
Cairan yang berada di luar sel disebut cairan ekstraselular. Jumlah relatif cairan
ekstraselular berkurang seiring dengan usia. Pada bayi baru lahir, sekitar setengah dari
cairan tubuh terdapat di cairan ekstraselular. Setelah usia 1 tahun, jumlah cairan
ekstraselular menurun sampai sekitar sepertiga dari volume total. Ini sebanding dengan
sekitar 15 liter pada dewasa muda dengan berat rata-rata 70 kg.3
Cairan ekstraselular dibagi menjadi: 3
o Cairan Interstitial
3
Cairan yang mengelilingi sel termasuk dalam cairan interstitial, sekitar 11- 12 liter
pada orang dewasa. Cairan limfe termasuk dalam volume interstitial. Cairan ini
membentuk empat perlima dari kompartemen cairan ekstrasel. Cairan interstitial yang
kadang-kadang dikenal sebagai cairan jaringan merupakan cairan yang membasahi
sel-sel jaringan. 3
o Cairan Intravaskular
Merupakan cairan yang terkandung dalam pembuluh darah (contohnya volume
plasma). Rata-rata volume darah orang dewasa sekitar 5-6L dimana 3 liternya
merupakan plasma, sisanya terdiri dari sel darah merah, sel darah putih dan platelet.3
o Cairan transeluler
Merupakan cairan yang terkandung diantara rongga tubuh tertentu seperti
serebrospinal, perikardial, pleura, sendi sinovial, intraokular dan sekresi saluran
pencernaan. Pada keadaan sewaktu, volume cairan transeluler adalah sekitar 1 liter,
tetapi cairan dalam jumlah banyak dapat masuk dan keluar dari ruang transeluler.3
Menurut Collins kebutuhan cairan perhari, seperti yang ditunjukan dalam table berikut:
Caloric Needs Water Needs
Cal/kg Cal/Total MI/100cal MI/kg
Infant 125 1000-2000 100-150 150
Children 100 1500-2000 100-150 150
Adolescents 80 2200-3000 125 100
Adult
Bed rest 20-25 1600 90 25
Non sweating 30 2100 90-125 30
Sweating 35 3500 144 40-50
Work 45 3000-5000 125-150 60
Keseimbangan cairan masuk dan keluar.
Cairan Masuk Cairan Keluar
- Minuman : 800-1700 ml- Makanan : 500-1000 ml- Hasil oksidasi : 200-300 ml
- Urin : Normal > 0,5 – 1 ml/kg/jam- Feses : 1 ml/hari
- IWL
: Dewasa : 15 ml/kg/hari
: Anak : (30 – usia(th)) ml/kg/hari
4
II.2 Fisiologi Cairan Tubuh
Cairan tubuh didistribusikan ke dalam 2 komponen utama, yaitu cairan intraselular
dan ekstraseluler serta 1 kompartemen tambahan yaitu kompartemen transelular. Cairan dapat
berpindah-pindah secara bebas sampai terjadi keseimbangan sehingga konsentrasi zat-zat
terlarut dalam nilai osomalaritas di kedua kompartemen utama dipertahankan. Jumlah
cairan/air tubuh total atau Total Body Water (TWB) adalah 60% x berat badan, terdiri dari
cairan intrasel (ICF) 40% dan cairan ekstrasel (ECF) 20%. Cairan ekstrasel terdiri dari cairan
interstitial (ICF) 15% dan cairan intravaskular (IVF) 5% x berat badan. Cairan intravaskular
(5% BB) adalah plasma sel darah merah 3%. Jadi terdapat darah 8% BB atau kira-kira sama
dengan 65-70 ml/kg berat badan pada laki-laki dan 55-65 ml/kg pada wanita. Total cairan
tubuh bervariasi menurut umur, berat badan dan jenis kelamin.2
Air tubuh total maksimal pada saat lahir, kemudian berkurang secara progresif dengan
bertambahnya umur. Air tubuh total pada laki-laki lebih banyak daripada perempuan dan
pada orang kurus (650 ml/kg BB) lebih banyak daripada yang gemuk (300-400 ml/kg BB).3
Distribusi cairan di dalam kompartemen diatur oleh osmosalitas, distribusi Natrium
dan distribusi koloid terutama albumin. Osmosalitas dikontrol oleh intake cairan dan regulasi
ekskresi air oleh ginjal.
Ada 2 jenis bahan yang terlarut didalam cairan tubuh, yaitu :
a. Elektrolit
Molekul yang pecah menjadi partikel bermuatan listrik yaitu kation dan anion, yang
dinyatakan dalam mEq/I cairan. Tiap kompartemen mempunyai komposisi elektrolit
tersendiri. Komposisi elektrolit plasma dan interstisial hampir sama, kecuali didalam
interstisial tidak mengandung protein.
Elektrolit juga merupakan zat yang terdisosiasi dalam cairan dan menghantarkan arus
listrik. Elektrolit dibedakan menjadi ion positif (kation) dan ion negatif (anion). Jumlah
kation dan anion dalam larutan adalah selalu sama (diukur dalam miliekuivalen).3
5
Tabel kandungan elekrolit dalam cairan tubuh
mEq/l Plasm
a
Interstitial Interselular
Katio
n
Na 142 114 15
K 4 4 150
Ca 5 2,5 2
Mg 3 1,5 27
Anion Cl 103 114 1
HCO3 27 30 10
HPO4 2 2 100
SO4 1 1 20
Asam organik 5 5 0
Protein 16 0 63
Total 154 152 194
o Kation
Kation utama dalam cairan ekstraselular adalah sodium (Na+), sedangkan kation utama
dalam cairan intraselular adalah potassium (K+). Suatu sistem pompa terdapat di dinding
sel tubuh yang memompa keluar sodium dan potassium ini.
o Anion
Anion utama dalam cairan ekstraselular adalah klorida (Cl-) dan bikarbonat (HCO3 -),
sedangkan anion utama dalam cairan intraselular adalah ion fosfat (PO4 3-). Karena
kandungan elektrolit dalam plasma dan cairan interstitial pada intinya sama maka nilai
elektrolit plasma mencerminkan komposisi dari cairan ekstraseluler tetapi tidak
mencerminkan komposisi cairan intraseluler.3
1. Natrium
Natrium sebagai kation utama didalam cairan ekstraseluler dan paling berperan di
dalam mengatur keseimbangan cairan. Kadar natrium plasma: 135-145mEq/liter. Eksresi
natrium dalam urine 100-180mEq/liter, faeces 35mEq/liter dan keringat 58mEq/liter.
Kebutuhan setiap hari = 100mEq (6-15 gram NaCl). Natrium dapat bergerak cepat antara
ruang intravaskuler dan interstitial maupun ke dalam dan keluar sel. Apabila tubuh banyak 6
mengeluarkan natrium (muntah,diare) sedangkan pemasukkan terbatas maka akan terjadi
keadaan dehidrasi disertai kekurangan natrium. Kekurangan air dan natrium dalam plasma
akan diganti dengan air dan natrium dari cairan interstitial. Apabila kehilangan cairan terus
berlangsung, air akan ditarik dari dalam sel dan apabila volume plasma tetap tidak dapat
dipertahankan terjadilah kegagalan sirkulasi.4
Kadar natrium dalam tubuh dapat dikontrol melalui pengaturan GFR. Pada setiap
konsentrasi Na+ plasma, setiap perubahan GFR akan mengubah jumlah Na+ yang di
filtrasi. GFR secara sengaja diubah untuk mengubah jumlah garam dan cairan yang di
filtrasi sebagai bagian dari respon refleks baroreseptor umum untuk mengubah tekanan
darah. Arteriol aferen yang memasok darah ke ginjal mengalami konstriksi sebagai bagian
dari vasokonstriksi umum untuk menaikkan tekanan darah. Akibatnya GFR menurun dan
jumlah Na+ dan cairan yang menyertainya yang difiltrasi juga berkurang. Akibtanya
ekskresi garam dan cairan juga berkurang.
Reabsorbsi natrium juga dikontrol oleh sistem renin-angiotensin-aldosteron. Faktor
utama yang mengontrol tingkat reabsorbsi Na+ di tubulus distal dan saluran pengumpul
adalah renin-angiotensin-aldosteron,yang mendorong reabsorbsi Na+, sehingga terjadi
retensi Na+. Pada gilirannya akan meningkatkan retensi osmotik H2O dan menyebabkan
ekspansi volume plasma serta peningkatan tekanan darah arteri.(3)
2. Kalium
Kalium merupakan elektrolit yang terpenting di dalam cairan intraseluler. Sebagian
besar K terdapat dalam sel (150 mEq/L). Pembedahan menyebabkan katabolisme jaringan
dan mobilisasi kalium pada hari-hari pertama dan kedua. Kebutuhan akan kalium cukup
diatasi dengan kebutuhan rutin saja sekitar 0,5 mEq/kgBB/hari. Kemampuan ginjal
menahan kalium sangat rendah. Kadar kalium dalam plasma hanya 2% dari total K tubuh,
sehingga kekurangan K jarang terdeteksi. Fungsi K ialah merangsang saraf otot,
menghantarkan impuls listrik, membantu utilisasi O2, asam amino, glikogen dan
pembentukan sel. Kadar K serum normalnya 3-5 mEq/L. Hipokalemia menyebabkan
dll. Sedangkan larutan rumatan yang mengandung hanya karbohidrat adalah dextrose 5%.
Tetapi cairan tanpa elektrolit cepat keluar dari sirkulasi dan mengisi ruang antar sel sehingga
dextrose tidak berperan dalam hipovolemik.Dalam terapi rumatan cairan keseimbangan
kalium perlu diperhatikan karena seperti sudah dijelaskan kadar berlebihan atau kekurangan
dapat menimbulkan efek samping yang berbahaya. Umumnya infus konvensional RL atau NS
tidak mampu mensuplai kalium sesuai kebutuhan harian. Infus KA-EN dapat mensuplai
kalium sesuai kebutuhan harian.Pada pembedahan akan menyebabkan cairan pindah ke ruang
ketiga, ke ruang peritoneum, ke luar tubuh. Untuk menggantinya tergantung besar kecilnya
pembedahan, yaitu :
6-8 ml/kg untuk bedah besar misalnya laparotomi
4-6 ml/kg untuk bedah sedang
2-4 ml/kg untuk bedah kecil misalnya debridement,FAM
21
2.10 Terapi Cairan Perioperatif
Ada beberapa faktor yang harus diperhatikan dan menjadi pegangan pemberian
cairan perioperatif, yaitu :
1. Kebutuhan Normal Cairan Dan Elektrolit Harian
Orang dewasa rata-rata membutuhkan cairan 30-35 ml/kgBB/hari dan elektrolit utama
Na+=1-2 mmol/kgBB/haridan K+= 1mmol/kgBB/hari. Kebutuhan tersebut merupakan
pengganti cairan yang hilang akibat pembentukan urine, sekresi gastrointestinal, keringat
(lewat kulit) dan pengeluaran lewat paru atau dikenal dengan insensible water losses.
Cairan yang hilang ini pada umumnya bersifat hipotonus (air lebih banyak dibandingkan
elektrolit).
2. Defisit Cairan Dan Elektrolit Pra Bedah
Hal ini dapat timbul akibat dipuasakannya penderita terutama pada penderita bedah
elektif (sektar 6-12 jam), kehilangan cairan abnormal yang seringkali menyertai penyakit
bedahnya (perdarahan, muntah, diare, diuresis berlebihan, translokasi cairan pada
penderita dengan trauma), kemungkinan meningkatnya insensible water loss akibat
hiperventilasi, demam dan berkeringat banyak. Sebaiknya kehilangan cairan pra bedah
ini harus segera diganti sebelum dilakukan pembedahan.
3. Kehilangan Cairan Saat Pembedahan
a. Perdarahan
Secara teoritis perdarahan dapat diukur dari :
Botol penampung darah yang disambung dengan pipa penghisap darah (suction
pump).
Dengan cara menimbang kasa yang digunakan sebelum dan setelah pembedahan.
Kasa yang penuh darah (ukuran 4x4 cm) mengandung 10 ml darah, sedangkan
tampon besar (laparatomy pads) dapat menyerap darah100-10 ml.
Dalam praktek jumlah perdarahan selama pembedahan hanya bisa ditentukan
berdasarkan kepada taksiran (perlu pengalaman banyak) dan keadaan klinis penderita
yang kadang-kadang dibantu dengan pemeriksaan kadar hemoglobin dan hematokrit
berulang- ulang (serial). Pemeriksaan kadar hemoglobin dan hematokrit lebih
menunjukkan rasio plasma terhadap eritrosit daripada jumlah perdarahan. Kesulitan
penaksiran akan bertambah bila pada luka operasi digunakan cairan pembilas (irigasi)
dan banyaknya darah yang mengenai kain penutup, meja operasi dan lantai kamar bedah.
b. Kehilangan Cairan Lainnya
22
Pada setiap pembedahan selalu terjadi kehilangan cairan yang lebih menonjol
dibandingkan perdarahan sebagai akibat adanya evaporasi dan translokasi cairan internal.
Kehilangan cairan akibat penguapan (evaporasi) akan lebih banyak pada pembedahan
dengan luka pembedahan yang luas dan lama. Sedangkan perpindahan cairan atau lebih
dikenal istilah perpindahan ke ruang ketiga atau sequestrasi secara masif dapat berakibat
terjadi defisit cairan intravaskuler. Jaringan yang mengalami trauma, inflamasi atau
infeksi dapat mengakibatkan sequestrasi sejumlah cairan interstitial dan perpindahan
cairan ke ruangan serosa (ascites) atau ke lumen usus. Akibatnya jumlah cairan ion
fungsional dalam ruang ekstraseluler meningkat. Pergeseran cairan yang terjadi tidak
dapat dicegah dengan cara membatasi cairan dan dapat merugikan secara fungsional
cairan dalam kompartemen ekstraseluler dan juga dapat merugikan fungsional cairan
dalam ruang ekstraseluler.
2. Gangguan Fungsi Ginjal
Trauma, pembedahan dan anestesia dapat mengakibatkan:
Laju Filtrasi Glomerular (GFR = Glomerular Filtration Rate) menurun.
Reabsorbsi Na+ di tubulus meningkat yang sebagian disebabkan oleh meningkatnya
kadar aldosteron.
Meningkatnya kadar hormon anti diuretik (ADH) menyebabkan terjadinya retensi
air dan reabsorpsi Na+ di duktus kolektivus (collecting tubules) meningkat.
Ginjal tidak mampu mengekskresikan ‘free water´ atau untuk menghasilkan urin
Penatalaksanaan Terapi
1. Cairan Pra Bedah
Status cairan harus dinilai dan dikoreksi sebelum dilakukannya induksi anestesi
untuk mengurangi perubahan kardiovaskuler dekompensasi akut. Penilaian status cairan
ini didapat dari :
Anamnesa : Apakah ada perdarahan, muntah, diare, rasa haus. Kencing terakhir,
jumlah dan warnya.
Pemeriksaan fisik. Dari pemeriksaan fisik ini didapat tanda-tanda obyektif dari status
cairan, seperti tekanan darah, nadi, berat badan, kulit, abdomen, mata dan mukosa.
Laboratorium meliputi pemeriksaan elektrolit, BUN, hematokrit, hemoglobin dan
protein.
23
Defisit cairan dapat diperkirakan dari berat-ringannya dehidrasi yang terjadi.
Pada fase awal pasien yang sadar akan mengeluh haus, nadi biasanya meningkat
sedikit, belum ada gangguan cairan dan komposisinya secara serius. Dehidrasi pada
fase ini terjadi jika kehilangan kira-kira 2% BB (1500 ml air).
Fase moderat, ditandai rasa haus. Mukosa kering otot lemah, nadi cepat dan lemah.
Terjadi pada kehilangan cairan 6% BB.
Fase lanjut/dehidrasi berat, ditandai adanya tanda shock cardiosirkulasi, terjadi pada
kehilangan cairan 7-15 % BB. Kegagalan penggantian cairan dan elektrolit biasanya
menyebabkan kematian jika kehilangan cairan 15 % BB atau lebih.
Cairan preoperatif diberikan dalam bentuk cairan pemeliharaan, pada dewasa 2
ml/kgBB/jam. Atau 60 ml ditambah 1 ml/kgBB untuk berat badan lebih dari 20 kg. Pada
anak-anak 4 ml/kg pada 10 kg BB I, ditambah 2 ml/kg untuk 10 kgBB II, dan ditambah 1
ml/kg untuk berat badan sisanya. Kecuali penilaian terhadap keadaan umum dan
kardiovaskuler, tanda rehidrasi tercapai ialah dengan adanya produksi urine 0,5-1
ml/kgBB.
2. Cairan Selama Pembedahan
Terapi cairan selama operasi meliputi kebutuhan dasar cairan dan penggantian sisa
defisit pra operasi ditambah cairan yang hilang selama operasi. Berdasarkan beratnya
trauma pembedahan dikenal pemberian cairan pada trauma ringan, sedang dan berat. Pada
pembedahan dengan trauma ringan diberikan cairan 2 ml/kg BB/jam untuk kebutuhan
dasar ditambah 4 ml/kg BB/jam sebagai pengganti akibat trauma pembedahan. Cairan
pengganti akibat trauma pembedahan sedang 6 ml/kg BB/jam dan pada trauma
pembedahan berat 8 ml/kg BB/jam.
Cairan pengganti akibat trauma pembedahan pada anak, untuk trauma pembedahan
ringan 2 ml/kg BB/jam, sedang 4 ml/kgBB/jam dan berat 6 ml/kgBB/jam.
Pemilihan jenis cairan intravena tergantung pada prosedur pembedahan dan perkiraan
jumlah perdarahan. Perkiraan jumlah perdarahan yang terjadi selama pembedahan sering
mengalami kesulitan., dikarenakan adanya perdarahan yang sulit diukur/tersembunyi
yang terdapat di dalam luka operasi, kain kasa, kain operasi dan lain-lain. Dalam hal ini
cara yang biasa digunakan untuk memperkirakan jumlah perdarahan dengan mengukur
jumlah darah di dalam botol suction ditambah perkiraan jumlah darah di kain kasa dan
kain operasi. Satu lembar duk dapat menampung 100 – 150 ml darah, sedangkan untuk
kain kasa sebaiknya ditimbang sebelum dan setelah dipakai, dimana selisih 1 gram 24
dianggap sama dengan 1 ml darah. Perkiraan jumlah perdarahan dapat juga diukur dengan
pemeriksaan hematokrit dan hemoglobin secara serial.
Pada perdarahan untuk mempertahankan volume intravena dapat diberikan kristaloid
atau koloid sampai tahap timbulnya bahaya karena anemia. Pada keadaan ini perdarahan
selanjutnya diganti dengan transfusi sel darah merah untuk mempertahankan konsentrasi
hemoglobin ataupun hematokrit pada level aman, yaitu Hb 7 – 10 g/dl atau Hct 21 – 30%.
20 – 25% pada individu sehat atau anemia kronis.
Kebutuhan transfusi dapat ditetapkan pada saat prabedah berdasarkan nilai hematokrit
dan EBV. EBV pada neonatus prematur 95 ml/kgBB, fullterm 85 ml/kgBB, bayi 80
ml/kgBB dan pada dewasa laki-laki 75 ml/kgBB, perempuan 85 ml/kgBB.
Beberapa pendapat mengenai penggantian cairan akibat perdarahan adalah sebagai
berikut :
Berdasar berat-ringannya perdarahan :
Perdarahan ringan, perdarahan sampai 10% EBV, 10 – 15%, cukup diganti dengan
cairan elektrolit.
Perdarahan sedang, perdarahan 10 – 20% EBV, 15 – 30%, dapat diganti dengan
cairan kristaloid dan koloid.
Perdarahan berat, perdarahan 20 – 50% EBV, > 30%, harus diganti dengan transfusi
darah.
Klasifikasi Shok Akibat Perdarahan :
Intravenous fluid replacement in haemorrhagic shock
25
Class I (haemorrhage 750 ml (15%)) Class II (haemorrhage 800-1500 ml (15-30%)) Class III (haemorrhage 1500-2000 ml (30-40%)) Class IV (haemorrhage 2000 ml (48%))
2.5 l Ringer-lactate solution or 1.0 L polygelatin 1.0 l polygelatin plus 1.5 L Ringer-lactate solution
1.0. l Ringer-lactate solution plus 0.5 l whole blood or 0.1-1.5 l equal volumes of concentrated red cells and polygelatin 1.0 l Ringer-lactate solution plus 1.0 l polygelatin plus 2.0 l whole blood or 2.0 l equal volumes of concentrated red cells and polygelatin or hestastarch
Jumlah penggantian cairan selama pembedahan dihitung berdasarkan kebutuhan dasar
ditambah dengan kehilangan cairan akibat pembedahan. Untuk menggantinya tergantung
besar kecilnya pembedahan, yaitu:
- 6-8 ml/kg untuk bedah besar
- 4-6 ml/kg untuk bedah sedang
- 2-4 ml/kg untuk bedah kecil
Pada prinsipnya kecepatan pemberian cairan selama pembedahan adalah dapat menjamin
tekanan darah stabil tanpa menggunakan obat vasokonstriktor, dengan produksi urin