BAB I PENDAHULUAN Kira-kira 60 % atau sekitar 42 liter pada tubuh manusia dewasa dengan berat rata-rata 70 kilogram berupa cairan, terutama berupa suatu larutan ion dan zat-zat lain di dalam medium air. Presentase ini dapat berubah, bergantung pada umur, jenis kelamin, dan derajat obesitas. Seiring dengan pertumbuhan seseorang, persentase total cairan tubuh terhadap berat badan berangsunr-angsur turun. Hal tersebut adalah sebagian akibat dari penuaan yang biasanya berhubungan dengan peningkatan persentase lemak tubuh, sehingga mengurangi persentase cairan dalam tubuh. Karena wanita pada normalnya memiliki lemak lebih banyak dari pria, wanita memiliki lebih sedikit cairan daripada pria dengan berat badan sebanding. Semua cairan tubuh didistribusikan terutama di antara dua kompartemen : cairan intrasel dan cairan ekstrasel. Cairan ekstrasel dibagi menjadi cairan
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB I
PENDAHULUAN
Kira-kira 60 % atau sekitar 42 liter pada tubuh manusia dewasa dengan
berat rata-rata 70 kilogram berupa cairan, terutama berupa suatu larutan ion dan
zat-zat lain di dalam medium air. Presentase ini dapat berubah, bergantung pada
umur, jenis kelamin, dan derajat obesitas. Seiring dengan pertumbuhan seseorang,
persentase total cairan tubuh terhadap berat badan berangsunr-angsur turun. Hal
tersebut adalah sebagian akibat dari penuaan yang biasanya berhubungan dengan
peningkatan persentase lemak tubuh, sehingga mengurangi persentase cairan
dalam tubuh. Karena wanita pada normalnya memiliki lemak lebih banyak dari
pria, wanita memiliki lebih sedikit cairan daripada pria dengan berat badan
sebanding.
Semua cairan tubuh didistribusikan terutama di antara dua kompartemen :
cairan intrasel dan cairan ekstrasel. Cairan ekstrasel dibagi menjadi cairan
interstisial dan plasma darah. Ada juga kompartemen cairan lainnya yang kecil
yang disebut juga cairan transelular. Kompartemen ini meliputi cairan sinovia,
peritoneum, perikardium, dan intraokular, serta cairan serebrospinal; cairan-cairan
tersebut biasanya dianggap sebagai jenis cairan ekstrasel khusus, walaupun pada
beberapa kasus, komposisinya dapat sangat berbeda dengan komposisi plasma
atau cairan interstisial. Cairan transelular seluruhnya berjumlah sekitar 1 sampai 2
liter.
Gangguan dalam keseimbangan cairan dan elektrolit merupakan hal yang
umum terjadi. Dasar terapi cairan dan elektrolit berdasar kepada kebutuhan
normal cairan dan elektrolit harian. Terapi cairan ialah tindakan untuk
memelihara, mengganti cairan tubuh dengan cairan infus kristaloid (elektrolit)
atau koloid (plasma ekspander) secara intravena untuk mengatasi syok atau
mengantikan volume cairan yang hilang akibat perdarahan atau dehidrasi. Terapi
dinilai berhasil apabila pada penderita tidak ditemukan tanda-tanda hipovolemik
dan hipoperfusi atau tanda-tanda kelebihan cairan.
Selain mengganti cairan tubuh, perlu diperhatikan pula jenis cairan yang
digunakan untuk menggantinya. Cairan tersbut dapat berupa kristaloid atau koloid
yang masing-masing mempunyai keuntungan tersendiri yang diberikan sesuai
dengan kondisi pasien. Dalam tinjauan pustaka berikut ini akan disajikan
mengenai kompartemen cairan tubuh dan terapi cairan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kompartemen Cairan Tubuh
2.1.1 Pembagian Kompartemen Cairan Tubuh
Air merupakan bagian terbesar pada tubuh manusia, persentasenya dapat
berubah tergantung pada umur, jenis kelamin dan derajat obesitas seseorang. Pada
bayi usia < 1 tahun cairan tubuh adalah sekitar 80-85% berat badan dan pada bayi
usia > 1 tahun mengandung air sebanyak 70-75 %. Seiring dengan pertumbuhan
seseorang persentase jumlah cairan terhadap berat badan berangsur-angsur turun
yaitu pada laki-laki dewasa 50-60% berat badan, sedangkan pada wanita dewasa
50 % berat badan1.
Tabel.1 Perubahan cairan tubuh total sesuai usia
Perubahan jumlah dan komposisi cairan tubuh, yang dapat terjadi pada
perdarahan, luka bakar, dehidrasi, muntah, diare, dan puasa preoperatif maupun
perioperatif, dapat menyebabkan gangguan fisiologis yang berat. Jika gangguan
tersebut tidak dikoreksi secara adekuat sebelum tindakan anestesi dan bedah,
maka resiko penderita menjadi lebih besar.1
Seluruh cairan tubuh didistribusikan ke dalam kompartemen intraselular
dan kompartemen ekstraselular. Lebih jauh kompartemen ekstraselular dibagi
menjadi cairan intravaskular dan intersisial.1
1. Cairan Intrasel
Cairan yang terkandung di antara sel disebut cairan intraselular. Pada
orang dewasa, sekitar dua per tiga dari cairan dalam tubuhnya terdapat di
intraselular (sekitar 27 liter rata-rata untuk dewasa laki-laki dengan berat badan
sekitar 70 kilogram), sebaliknya pada bayi hanya setengah dari berat badannya
merupakan cairan intraselular.1
Sekitar 28 liter dari 42 liter cairan tubuh ada di dalam 75 triliun sel dan
secara keseluruhan disebut cairan intrasel. Jadi, cairan intrasel merupakan 40 %
dari berat badan total pada orang “rata-rata”. Cairan masing-masing sel
mengandung campurannya tersendiri dengan berbagai zat, namun konsentrasi zat-
zat ini mirip antara satu sel dengan sel yang lain. Sebenarnya komposisi cairan sel
sangat mirip, bahkan pada hewan yang berbeda, mulai dari mikroorganisme
paling primitif sampai manusia. Oleh sebab itu, cairan intrasel dari seluruh sel
yang berbeda-beda dianggap sebagai satu kompartemen cairan yang besar.1
Secara spesifik, cairan intrasel mengandung sejumlah besar ion kalium dan
fosfat ditambah ion magnesium dan sulfat dalam jumlah sedang, dan mengandung
sejumlah kecil ion natrium dan klorida dan hampir tidak ada kalsium. Sel juga
mengandung sejumlah besar protein, hampir empat kali jumlah protein dalam
plasma. Cairan intrasel dipisahkan dari cairan ekstrasel oleh membran sel yang
sangat permeabel terhadap air, tetapi tidak permeabel terhadap sebagian besar
elektrolit dalam tubuh.1
2. Cairan Ekstrasel
Semua cairan di luar sel secara keseluruhan disebut cairan ekstrasel. Pada
bayi baru lahir, sekitar setengah dari cairan tubuh terdapat di cairan ekstraselular.
Setelah usia 1 tahun, jumlah cairan ekstraselular menurun sampai sekitar sepertiga
dari volume total. Ini sebanding dengan sekitar 15 liter pada dewasa muda dengan
berat rata-rata 70 kg.1
Cairan ekstraselular dibagi menjadi1 :
- Cairan Interstitial
Cairan yang mengelilingi sel termasuk dalam cairan interstitial, sekitar 11- 12 liter
pada orang dewasa. Cairan limfe termasuk dalam volume interstitial. Relatif
terhadap ukuran tubuh, volume ISF adalah sekitar 2 kali lipat pada bayi baru lahir
dibandingkan orang dewasa. 1
- Cairan Intravaskular
Merupakan cairan yang terkandung dalam pembuluh darah (contohnya
volume plasma). Rata-rata volume darah orang dewasa sekitar 5-6 L dimana 3
liternya merupakan plasma, sisanya terdiri dari sel darah merah, sel darah putih
dan platelet.1
- Cairan transeluler
Merupakan cairan yang terkandung diantara rongga tubuh tertentu seperti
serebrospinal, perikardial, pleura, sendi sinovial, intraokular dan sekresi saluran
pencernaan. Pada keadaan sewaktu, volume cairan transeluler adalah sekitar 1
liter, tetapi cairan dalam jumlah banyak dapat masuk dan keluar dari ruang
transeluler.1
Cairan ekstraselular ini merupakan 20 % dari berat badan, atau sekitar 14
liter pada orang dewasa normal dengan berat rata-rata 70 kilogram. Dua
kompartemen terbesar dalam cairan ekstrasel adalah :
a. Cairan Interstisial
Berjumlah lebih dari tiga perempat bagian cairan ekstrasel.
b. Plasma
Berjumlah hampir seperempat cairan ekstrasel, atau sekitar 3 liter. Plasma
adalah bagian darah yang tidak mengandung sel.
Plasma terus-menerus menukar zat dengan cairan interstisial melalui
membran kapiler. Pori-pori ini bersifat sangat permeabel untuk hampir semua zat
terlarut dalam cairan ekstrasel, kecuali protein. Oleh karena itu, cairan ekstrasel
secara konstan terus tercampur, sehingga plasma dan cairan interstisial
mempunyai komposisi yang hampir sama kecuali untuk protein, yang
konsentrasinya lebih tinggi di dalam plasma.
Komposisi ion plasma serupa dengan komposisi cairan interstisial, karena
keduanya hanya dipisahkan oleh membran kapiler yang sangat permeabel.
Perbedaan paling utama dari kedua kompartemen cairan ekstrasel ini adalah
konsentrasi protein dalam plasma yang lebih tinggi; karena kapiler mempunyai
permeabilitas yang rendah terhadap protein plasma, hanya sejumlah kecil protein
yang masuk ke dalam ruang interstisial di kebanyakan jaringan.
Karena efek Donan, konsentrasi ion bermuatan positif (kation) sedikit
lebih besar (sekitar 2 %) dalam plasma daripada cairan interstisial. Protein plasma
mempunyai muatan akhir negatif dan, karenanya, cenderung mengikat kation,
seperti ion natriium dan kalium, sehingga sejumlah besar kation ini tertahan di
dalam plasma bersama dengan protein plasma. Sebaliknya, konsentrasi ion
bermuatan negatif (anion) dalam cairan intersitisial cenderung lebih tinggi
dibandingkan dengan plasma, karena muatan negatif protein plasma akan menolak
anion yang bermuatan negatif.
Cairan ekstrasel mengandung sejumlah besar ion natrium dan klorida,
serta ion bikarbonat dalam jumlah yang cukup besar, namun cairan ekstrasel
memiliki kandungan ion kalium, magnesium, fosfat, dan asam organik dalam
jumlah yang sedikit. Cairan ekstrasel juga mengandung karbon dioksida yang
diangkut dari sel ke paru untuk diekskresi, ditambah berbagai produk sampah sel
lainnya yang diangkut ke ginjal untuk diekskresi.
Komposisi cairan ekstrasel diatur oleh berbagai mekanisme, khususnya
ginjal. Hal ini memungkinkan sel untuk tetap terus terendam dalam cairan yang
mengandung konsentrasi elektrolit dan zat nutrisi yang sesuai untuk fungsi sel
yang optimal. Darah mengandung cairan ekstrasel (cairan dalam plasma) dan
cairan intrasel (cairan dalam sel darah merah). Akan tetapi, darah dianggap
sebagao kompartemen cairan terpisah karena darah terkandung dalam ruangnya
sendiri, yaitu sistem sirkulasi. Volume darah khususnya penting untuk mengatur
dinamika sistem kardiovaskular.
Rata-rata volume darah orang dewasa adalah sekitar 7 % dari beat tubuh,
atau sekitar 5 liter. Sekitar 60 % darah berupa plasma dan 40 % berupa sel darah
merah, namun persentase ini dapat bervariasi pada masing-masing orang
bergantung pada jenis kelamin, berat badan, dan faktor lainnya.
Cairan ekstrasel diangkut ke seluruh bagian tubuh dalam dua tahap. Tahap
pertama adalah pergerakan darah ke seluruh tubuh di dalam pembuluh darah, dan
tahap kedua adalah pergerakan cairan antara kapiler darah dan ruang-ruang
antarsel di antara sel-sel jaringan. Semua darah di dalam sirkulasi melintasi
seluruh jalur sirkulasi dengan kecepatan rata-rata satu kali setiap menit pada saat
istirahat dan sebanyak enam kali setiap per menit bila seseorang sangat aktif.
Sewaktu darah melewati kapiler darah, terjadi pertukaran cairan ekstrasel
yang kontinu diantara plasma darah dan cairan interstisial yang mengisi ruang-
ruang antarsel. Dinidng kapiler bersifat permeabel terhadap kebanyakan molekul
yang ada di dalam plasma darah, kecuali terhadap molekul protein plasma yang
besar. Oleh karena itu, banyak sekali cairan dan zat-zat yang terlarut di dalamnya
berdifusi bolak-balik di antara darah dan ruang-ruang di dalam jaringan. Proses
difusi ini terjadi akibat gerakan kinetik molekul yang terdapat di dalam plasma
maupun cairan interstisial. Yaitu, cairan dan molekul terlarut di dalamnya terus
menerus dan bolak-balik ke segala arah di dalam plasma dan cairan di ruang
antarsel, dan juga menembus pori-pori kapiler. Beberapa sel berjarak lebih dari 50
mikrometer dari sebuah kapiler, sehingga mempermudah difusi hampir semua zat
dari kapiler ke sel tersebut dalam beberapa detik. Jadi, cairan ekstrasel di bagian
tubuh manapun—baik di dalam plasma maupun di dalam cairan interstitial—
secara terus-menerus dicampur, sehingga dapat mempertahankan homogenitas
cairan ekstrasel yang hampir sempurna di dalam tubuh.
Sumber nutrien cairan ekstrasel :
a. Sistem Respirasi
Setiap kali darah melintasi seluruh tubuh, darah juga mengalir melewati
paru. Darah tersebut mengambil oksigen di alveoli, sehingga memperoleh oksigen
yang dibutuhkan sel. Tebal membran antara alveoli dan lumen kapiler paru,
membran alveolus, hanya 0,4 sampai 2,0 mikrometer, dan oksigen berdifusi
dengan pergerakan molekular melintasi pori-pori membran ke dalam darah, sama
seperti difusi air dan ion melintasi kapiler jaringan.
b. Sistem Gastrointestinal
Sebagian besar darah yang dipompakan oleh jantung juga akan melewati
dinding traktus gastrointestinal. Berbagai nutrien terlarut termaksud karbohidrat,
asam lemak, dan asam amino, diabsorpsi ke dalam cairan ekstrasel darah dari
makanan yang dikonsumsi.
c. Hati dan Organ lain yang Melaksanakan Fungsi Metabolik Primer
Tidak semua zat yang diabsorpsi dari traktus gastrointestinal dapt
digunakan oleh sel dalam bentuk asal sewaktu diabsoprsi. Hati mengubah susunan
kimiawi banyak zat ini menjadi bentuk yang lebih mudah digunakan, dan jaringan
tubuh yang lainnya—sel lemak, mukosa gastrointestinal, ginjal, dan kelenjar
endokrin—membantu mengubah zat-zat yang telah diabsorpsi tadi atau
menyimpannya sampai zat tersebut dibutuhkan.
d. Sistem Muskuloskeletal
Seandainya otot tidak ikut berperan, tubuh tidak dapat bergerak menuju
temapt yang tepat pada saat yang tepat untuk memperoleh makanan yang
dibutuhkan nutrisi. Sistem muskuloskeletal juga memungkinkan pergerakan untuk
melindungi diri dari lingkungan sekitar yang berbahaya; tanpa gerakan ini,
seluruh tubuh beserta semua proses homoestatiknya akan segera hancur.
Mekanisme pengaturan konsentrasi oksigen dan karbon dioksida dalam
cairan ekstrasel terutama bergantung pada sifat-sifat kimiawi hemoglobin, yang
terdapat di dalam semua sel darah merah. Sewaktu darah melewati paru,
hemoglobin mengikat oksigen. Selanjutnya, sewaktu darah melewati kapiler
jaringan, hemoglobin tidak akan melepaskan oksigen ke dalam cairan jaringan
bila oksigen sudah terlalu banyak di sana, karena afinitas kimiawinya sendiri
terhadap oksigen cukup kuat. Namun, bila konsentrasi oksigen di dalam cairan
jaringan sangat rendah, oksigen akan dilepaskan secukupnya agar konsentrasi
oksigen dapat kembali mencukupi. Jadi, pengaturan konsentrasi oksigen di dalam
jaringan sudah menyatu dengan sifat kimiawi hemoglobin itu sendiri. Pengaturan
ini disebut sebagai fungsi penyangga hemoglobin terhadap oksigen.
Karbon dioksida merupakan produk akhir utama reaksi oksidasi di dalam
sel. Bila seluruh karbon dioksida yang terbentuk di dalam sel terus-menerus
ditimbun di dalam cairan jaringan, efek massal penimbunan karbon dioksida itu
sendiri akan segera menghentikan semua reaksi penghasil-energi yang terjadi di
dalam sel. Untungnya, konsentrasi karbon dioksida dalam darah yang melebihi
normal akan merangsang pusat respirasi sehingga orang tersebut akan bernapas
cepat dan dalam. Respirasi seperti ini akan meningkatkan ekspirasi karbon
dioksida sehingga kelebihan karbon dioksida dibuang dari darah dan cairan
jaringan. Proses ini akan berlangsung terus menerus sampai konsentrasi karbon
dioksida kembali ke nilai normal.
Selain air, cairan tubuh mengandung dua jenis zat yaitu elektrolit dan non
elektrolit.1
- Elektrolit
Merupakan zat yang terdisosiasi dalam cairan dan menghantarkan arus
listrik. Elektrolit dibedakan menjadi ion positif (kation) dan ion negatif (anion).
Jumlah kation dan anion dalam larutan adalah selalu sama (diukur dalam
miliekuivalen).1
Kation
Kation utama dalam cairan ekstraselular adalah sodium (Na+), sedangkan kation
utama dalam cairan intraselular adalah potassium (K+). Suatu sistem pompa
terdapat di dinding sel tubuh yang memompa keluar sodium dan potassium ini.
Anion
Anion utama dalam cairan ekstraselular adalah klorida (Cl-) dan
bikarbonat (HCO3-), sedangkan anion utama dalam cairan intraselular adalah ion
fosfat (PO4 3-). Karena kandungan elektrolit dalam plasma dan cairan interstitial
pada intinya sama maka nilai elektrolit plasma mencerminkan komposisi dari
cairan ekstraseluler tetapi tidak mencerminkan komposisi cairan intraseluler.1
a. Natrium
Natrium sebagai kation utama didalam cairan ekstraseluler dan paling
berperan di dalam mengatur keseimbangan cairan. Kadar natrium plasma: 135-
145mEq/liter.7 Kadar natrium dalam plasma diatur lewat beberapa mekanisme:
- Left atrial stretch reseptor
- Central baroreseptor
- Renal afferent baroreseptor
- Aldosterone (reabsorpsi di ginjal)
- Atrial natriuretic factor
- Sistem renin angiotensin
- Sekresi ADH
- Perubahan yang terjadi pada air tubuh total (TBW=Total Body Water)
Kadar natrium dalam tubuh 58,5mEq/kgBB dimana + 70% atau
40,5mEq/kgBB dapat berubah-ubah. Ekresi natrium dalam urine
100-180mEq/liter, faeces 35mEq/liter dan keringat 58mEq/liter. Kebutuhan setiap
hari = 100mEq (6-15 gram NaCl).2 Natrium dapat bergerak cepat antara ruang
intravaskuler dan interstitial maupun ke dalam dan keluar sel. Apabila tubuh
banyak mengeluarkan natrium (muntah,diare) sedangkan pemasukkan terbatas
maka akan terjadi keadaan dehidrasi disertai kekurangan natrium. Kekurangan air
dan natrium dalam plasma akan diganti dengan air dan natrium dari cairan
interstitial. Apabila kehilangan cairan terus berlangsung, air akan ditarik dari
dalam sel dan apabila volume plasma tetap tidak dapat dipertahankan terjadilah
kegagalan sirkulasi.2
b. Kalium
Kalium merupakan kation utama (99%) di dalam cairan ekstraseluler
berperan penting di dalam terapi gangguan keseimbangan air dan elektrolit.
Jumlah kalium dalam tubuh sekitar 53 mEq/kgBB dimana 99% dapat berubah-
ubah sedangkan yang tidak dapat berpindah adalah kalium yang terikat dengan
protein didalam sel.2 Kadar kalium plasma 3,5-5,0 mEq/liter, kebutuhan setiap
hari 1-3 mEq/kgBB. Keseimbangan kalium sangat berhubungan dengan
konsentrasi H+ ekstraseluler. Ekskresi kalium lewat urine 60-90 mEq/liter, faeces
72 mEq/liter dan keringat 10 mEq/liter. 2
c. Kalsium
Kalsium dapat dalam makanan dan minuman, terutama susu, 80-90%
dikeluarkan lewat faeces dan sekitar 20% lewat urine. Jumlah pengeluaran ini
tergantung pada intake, besarnya tulang, keadaan endokrin. Metabolisme kalsium
sangat dipengaruhi oleh kelenjar-kelenjar paratiroid, tiroid, testis, ovarium, da
hipofisis. Sebagian besar (99%) ditemukan didalam gigi dan + 1% dalam cairan
ekstraseluler dan tidak terdapat dalam sel.2
d. Magnesium
Magnesium ditemukan di semua jenis makanan. Kebutuhan unruk
pertumbuhan +10 mg/hari. Dikeluarkan lewat urine dan faeces. 2
e. Karbonat
Asam karbonat dan karbohidrat terdapat dalam tubuh sebagai salah satu
hasil akhir daripada metabolisme. Kadar bikarbonat dikontrol oleh ginjal. Sedikit
sekali bikarbonat yang akan dikeluarkan urine. Asam bikarbonat dikontrol oleh
paru-paru dan sangat penting peranannya dalam keseimbangan asam basa. 2
- Non elektrolit
Merupakan zat seperti glukosa dan urea yang tidak terdisosiasi dalam cairan. Zat
lainya termasuk penting adalah kreatinin dan bilirubin.1
2.1.2 Proses Pergerakan Cairan Tubuh
Pergerakan Cairan Tubuh
Perpindahan air dan zat terlarut di antara bagian-bagian tubuh melibatkan
mekanisme transpor pasif dan aktif. Mekanisme transpor pasif tidak
membutuhkan energy sedangkan mekanisme transpor aktif membutuhkan energi.
Difusi dan osmosis adalah mekanisme transpor pasif. Sedangkan mekanisme
transpor aktif berhubungan dengan pompa Na-K yang memerlukan ATP.123 Proses
pergerakan cairan tubuh antar kompertemen dapat berlangsung secara:
a. Osmosis
Osmosis adalah bergeraknya molekul (zat terlarut) melalui membrane
semipermeabel (permeabel selektif) dari larutan berkadar lebih rendah menuju
larutan berkadar lebih tinggi hingga kadarnya sama. Seluruh membran sel dan
kapiler permeable terhadap air, sehingga tekanan osmotik cairan tubuh seluruh
kompartemen sama. Membran semipermeabel ialah membran yang dapat dilalui
air (pelarut), namun tidak dapat dilalui zat terlarut misalnya protein.1,2,3 Tekanan
osmotik plasma darah ialah 285+ 5 mOsm/L. Larutan dengan tekanan osmotik
kira-kira sama disebut isotonik (NaCl 0,9%, Dekstrosa 5%, Ringer laktat).
Larutan dengan tekanan osmotik lebih rendah disebut hipotonik (akuades),
sedangkan lebih tinggi disebut hipertonik.2,3
b. Difusi
Difusi ialah proses bergeraknya molekul lewat pori-pori. Larutan akan
bergerak dari konsentrasi tinggi ke arah larutan berkonsentrasi rendah. Tekanan
hidrostatik pembuluh darah juga mendorong air masuk berdifusi melewati pori-
pori tersebut. Jadi difusi tergantung kepada perbedaan konsentrasi dan tekanan
hidrostatik.1,2,3
c. Pompa Natrium Kalium
Pompa natrium kalium merupakan suatu proses transpor yang memompa
ion natrium keluar melalui membran sel dan pada saat bersamaan memompa ion
kalium dari luar ke dalam. Tujuan dari pompa natrium kalium adalah untuk
mencegah keadaan hiperosmolar di dalam sel. 1,2,3
2.1.3 Keseimbangan Osmotik Dipertahankan antara Cairan Intrasel dan
Ekstrasel
Dengan perubahan konsentrasi yang relatif kecil pada zat terlarut dalam
cairan ekstrasel, tekanan osmotik yang besar dapat terbentuk di sepanjang
membran sel. Dibutuhkan daya yang besar untuk memindahkan air agar dapat
melintasi membran sel bila cairan intrasel dan ekstrasel tidak berada dalam
keseimbangan osmotik. Akibat daya tersebut, perubahan yang relatif kecil pada
konsentrasi zat terlarut impermeabel dalam cairan ekstrasel sudah dapat
menyebabkan perubahan besar pada volume sel.
Suatu sel diletakkan pada suatu larutan dengan zat trlarut impermeabel
yang mempunyai osmolaritas 282 mOsm/liter, sel tidak akan mengkerut atau
membengkak karena konsentrasi air dalam cairan intrasel dan ekstrasel adalah
sama dan zat terlarut tidak dapat masuk atau keluar dari sel, hal ini disebut dengan
isotonik.
Jika sebuah sel diletakkan dalam larutan hipotonik yang mempunyai
konsentrasi zat terlarut impermeabel lebih rendah dari 282 mOsm/liter, air akan
berdifusi ke dalam sel dan meyebabkan sel membengkak; air akan terus berdifusi
ke dalam sel, yang akan mengencerkan cairan intrasel dan juga memekatkan
cairan ekstrasel sampai kedua larutan mempunyai osmolaritas yang sama. Hal ini
menyebabkan pembengkakan sel.
Jika sebuah sel diletakkan dalam larutan hipertonik yang mempunyai
konsentrasi zat terlarut impermeabel yang lebih tinggi, air akan mengalir keluar
dari sel ke dalam cairan ekstrasel. Dalam hal ini, sel akan mengkerut sampai
kedua konsentrasi menjadi sama.
Kekentalan larutan bergantung pada konsentrasi zat terlarut impermeabel.
Namun, beberapa zat terlarut dapat menembus membran sel. Larutan dengan
osmolaritas yang sama dengan sel disebut isosmotik, tanpa memperhatikan
kemampuan zat terlarut tersebut untuk dapat menembus membran sel atau tidak.
Hiperosmotik merujuk pada larutan yang mempunyai osmolaritas lebih
tinggi dibandingkan dengan cairan ekstrasel normal tanpa memperhatikan
kemampuan zat terlarut tersebut untuk menembus membran sel. Hipo-osmotik
adalah larutan yang mempunyai osmolaritas lebih rendah dibandingkan dengan
cairan ekstrasel normal tanpa memperhatikan kemampuan zat terlarut tersebut
untuk menembus membran sel.
2.1.4 Asupan dan kehilangan cairan dan elektrolit pada keadaan normal
Homeostasis cairan tubuh yang normalnya diatur oleh ginjal dapat berubah
oleh stress akibat operasi, kontrol hormon yang abnormal, atau pun oleh adanya
cedera pada paru-paru, kulit atau traktus gastrointestinal.4 Pada keadaan normal,
seseorang mengkonsumsi air rata-rata sebanyak 2000-2500 ml per hari, dalam
bentuk cairan maupun makanan padat dengan kehilangan cairan ratarata 250 ml
dari feses, 800-1500 ml dari urin, dan hampir 600 ml kehilangan cairan yang tidak
disadari (insensible water loss) dari kulit dan paru-paru.4 Kepustakaan lain
menyebutkan asupan cairan didapat dari metabolisme oksidatif dari karbohidrat,
protein dan lemak yaitu sekitar 250-300 ml per hari, cairan yang diminum setiap
hari sekitar 1100-1400 ml tiap hari, cairan dari makanan padat sekitar 800-100 ml
tiap hari, sedangkan kehilangan cairan terjadi dari ekskresi urin (rata-rata 1500 ml
tiap hari, 40-80 ml per jam untuk orang dewasa dan 0,5 ml/kg untuk pediatrik),
kulit (insensible loss sebanyak rata-rata 6 ml/kg/24 jam pada rata-rata orang
dewasa yang mana volume kehilangan bertambah pada keadaan demam yaitu
100-150 ml tiap kenaikan suhu tubuh 1 derajat celcius pada suhu tubuh di atas 37
derajat celcius dan sensible loss yang banyaknya tergantung dari tingkatan dan
jenis aktivitas yang dilakukan), paru-paru (sekitar 400 ml tiap hari dari insensible
loss), traktus gastrointestinal (100-200 ml tiap hari yang dapat meningkat sampai
3-6 L tiap hari jika terdapat penyakit di traktus gastrointestinal), third-space
loses.1
2.1.5 Perubahan cairan tubuh
Perubahan cairan tubuh dapat dikategorikan menjadi 3, yaitu :
1. Perubahan volume
a. Defisit volume
Defisit volume cairan ekstraselular merupakan perubahan cairan tubuh
yang paling umum terjadi pada pasien bedah. Penyebab paling umum adalah
kehilangan cairan di gastrointestinal akibat muntah, penyedot nasogastrik, diare
dan drainase fistula. Penyebab lainnya dapat berupa kehilangan cairan pada
cedera jaringan lunak, infeksi, inflamasi jaringan, peritonitis, obstruksi usus, dan
luka bakar. Keadaan akut, kehilangan cairan yang cepat akan menimbulkan tanda
gangguan pada susunan saraf pusat dan jantung. Pada kehilangan cairan yang
lambat lebih dapat ditoleransi sampai defisi volume cairan ekstraselular yang
berat terjadi.4
* Dehidrasi
Dehidrasi sering dikategorikan sesuai dengan kadar konsentrasi serum dari
natrium menjadi isonatremik (130-150 mEq/L), hiponatremik (<139 mEq/L)
atauhipernatremik (>150 mEq/L). Dehidrasi isonatremik merupakan yang paling
sering terjadi (80%), sedangkan dehidrasi hipernatremik atau hiponatremik sekitar
5-10% dari kasus.5 Dehidrasi Isotonis (isonatremik) terjadi ketika kehilangan
cairan hampir sama dengan konsentrasi natrium terhadap darah. Kehilangan
cairan dan natrium besarnya relatif sama dalam kompartemen intravaskular
maupun kompartemen ekstravaskular.5 Dehidrasi hipotonis (hiponatremik) terjadi
ketika kehilangan cairan dengan kandungan natrium lebih banyak dari darah
(kehilangan cairan hipertonis). Secara garis besar terjadi kehilangan natrium yang
lebih banyak dibandingkan air yang hilang. Karena kadar natrium serum rendah,
air di kompartemen intravaskular berpindah ke kompartemen ekstravaskular,
sehingga menyebabkan penurunan volume intravaskular.5 Dehidrasi hipertonis
(hipernatremik) terjadi ketika kehilangan cairan dengan kandungan natrium lebih
sedikit dari darah (kehilangan cairan hipotonis). Secara garis besar terjadi
kehilangan air yang lebih banyak dibandingkan natrium yang hilang. Karena
kadar natrium tinggi, air di kompartemen ekstraskular berpindah ke kompartemen
intravaskular, sehingga meminimalkan penurunan volume intravaskular.5 Terapi
untuk dehidrasi (rehidrasi) dilakukan dengan mempertimbangkan kebutuhan
cairan untuk rumatan, defisit cairan dan kehilangan cairan yang sedang
berlangsung.5
Strategi untuk rehidrasi adalah dengan memperhitungkan defisit cairan,
cairan rumatan yang diperlukan dan kehilangan cairan yang sedang berlangsung
disesuaikan. Cara rehidrasi dapat dilakun sebagai berikut 6.
1. Nilai status rehidrasi (sesuai tabel 4 di atas), banyak cairan yang diberikan (D)
= derajat dehidrasi (%) x BB x 1000 cc
2. Hitung cairan rumatan (M) yang diperlukan (untuk dewasa 40 cc/kgBB/24 jam
atau rumus holliday-segar seperti untuk anak-anak)
3. Pemberian cairan :
o 6 jam I = ½ D + ¼ M atau 8 jam I = ½ D + ½ M
o 18 jam II = ½ D + ¾ M atau 16 jam II = ½ D + ½ M
b. Kelebihan volume
Kelebihan volume cairan ekstraselular merupakan suatu kondisi akibat
iatrogenic (pemberian cairan intravena seperti NaCl yang menyebabkan kelebihan
air dan NaCl ataupun pemberian cairan intravena glukosayang menyebabkan
kelebihan air) ataupun dapat sekunder akibat insufisiensi renal (gangguan pada
GFR), sirosis, ataupun gagal jantung kongestif.4 Kelebihan cairan intaseluler
dapat terjadi jika terjadi kelebihan cairan tetapi jumlah NaCl tetap atau berkurang.
2. Perubahan konsentrasi
- Hiponatremia
Jika < 120 mg/L maka akan timbul gejala disorientasi, gangguan mental,
letargi, iritabilitas, lemah dan henti pernafasan, sedangkan jika kadar < 110 mg/L
maka akan timbul gejala kejang, koma. Hiponatremia ini dapat disebabkan oleh