A. Latar Belakang Dewasa ini perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sedang mengalami kemajuan yang cukup pesat. Wawasan dan pengetahuan manusia makin hari makin berkembang, sehingga menyebabkan adanya pergeseran nilai dari peradaban manusia itu sendiri. Memang pada dasarnya setiap perubahan mempunyai arti nilai yang berlainan, baik itu yang berdampak positif maupun yang berdampak negatif. Hanya saja kita sebagai manusia harus lebih arif dan bijaksana dalam mengambil makna dari adanya perubahan tersebut. Sebagai orang teknik terutama orang yang berkecimpung dalam bidang permesinan, tentu menginginkan adanya tambahan wawasan dan pengetahuan dasar yang perlu dipelajari, karena dapat dijadikan sebagai sarana penunjang dalam mempelajari ilmu permesinan lebih jauh. Pengetahuan tentang logam perlu dipelajari karena
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
A. Latar Belakang
Dewasa ini perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sedang mengalami
kemajuan yang cukup pesat. Wawasan dan pengetahuan manusia makin hari makin
berkembang, sehingga menyebabkan adanya pergeseran nilai dari peradaban manusia
itu sendiri. Memang pada dasarnya setiap perubahan mempunyai arti nilai yang
berlainan, baik itu yang berdampak positif maupun yang berdampak negatif. Hanya
saja kita sebagai manusia harus lebih arif dan bijaksana dalam mengambil makna dari
adanya perubahan tersebut.
Sebagai orang teknik terutama orang yang berkecimpung dalam bidang
permesinan, tentu menginginkan adanya tambahan wawasan dan pengetahuan dasar
yang perlu dipelajari, karena dapat dijadikan sebagai sarana penunjang dalam
mempelajari ilmu permesinan lebih jauh. Pengetahuan tentang logam perlu dipelajari
karena berhubungan dengan pemakaian logam pada berbagai keperluan.
Logam banyak dipergunakan oleh manusia, karena mempunyai sifat-sifat
yang tidak dipunyai oleh unsur lain seperti sifat kuat, liat, keras, mengkilap,
penghantar listrik dan penghantar panas yang baik juga logam mempunyai titik cair
yang cukup tinggi. Pemakaian logam di bidang teknik pada umumnya tidak tunggal.
Hal ini bermaksud agar peralatan dari logam berkemampuan baik.
Seperti halnya dalam pelapisan dudukan gagang telepon umum di PT. Pindad
Persero Bandung, baja dilapisi kembali permukaannya dengan tembaga, nikel dan
khrom. Tujuan pemaduan tersebut selain untuk menambah kekuatan juga keindahan,
agar tidak mudah korosi. Korosi terjadi selain disebabkan oleh reaksi kimia biasa,
juga disebabkan oleh proses elektrokimia.
Di negara yang sudah maju, masalah korosi telah mendapat perhatian yang
serius sehingga dibentuk lembaga-lembaga yang menangani secara sungguh-sungguh.
Fakta membuktikan bahwa kerugian yang diakibatkan korosi sangatlah besar, sebagai
contoh seperti berikut.
Kerugian korosi di USA pada tahun 1978 : $ 70.000.000.000 (uhlig)
Kerugian korosi di Australia pada tahun 1972 : $ 700.000.000 (uhlig)
Kerugian korosi di Inggris pada tahun 1956 : $ 1.000.000.000 (uhlig)
Di Indonesia pada tahun 1992 diperkirakan : $ 1.000.000.000 (Indicor)
Dengan melihat bahaya dan kerugian akibat korosi yang begitu besar,
mendorong manusia untuk mencari berbagai cara agar dapat mengurangi terjadinya
korosi tersebut. Salah satu upaya untuk umur pakai peralatan dari logam terhadap
pengaruh korosi, diantaranya adalah dengan pelapisan. Untuk mengetahui lebih lanjut
bagaimana cara pelapisan logam sebagai proteksi terhadap korosi, maka menulis
merasa perlu mengkaji lebih jauh melalui skripsi ini.
Mekanisme terjadinya Korosi
Mekanisme terjadinya korosi ditinjau dari aspek material adalah adanya
ragam jenis material yang menyatu dalam ukuran mikro atau makro. Keadaan
struktur mikro, tidak lepas dari historis metalurgi mengenai cara pembentukan dan
2
perubahannya. Karena itulah proses-proses pembentukan dan pengerjaan logam
merupakan faktor yang menentukan.
Korosi adalah suatu peristiwa di mana reaksi terjadi di antara logam dengan
lingkungannya. Reaksi tersebut dengan mudah terjadi karena tingkat keadaan yang
sedemikian rupa ingin merubah keadaan dirinya ke bentuk lain. Hasil yang di peroleh
dari reaksi adalah bentuk dan keadaan logam tersebut cocok dengan lingkungan
tersebut.
Reaksi anoda adalah reaksi utama untuk korosi. Akan tetapi, berbagai reaksi katoda mendapat perhatian khusus karena reaksi yang menyerap elektron (katodik) selalu serentak dengan reaksi korosi anodik (menghasilkan elektron). Reaksi yang paling dominan tergantung pada variabel lingkungan elektrolit, seperti suhu dan konsentrasi.
(Djapri, 1989: 490)
Gambar 2.1 menggambarkan mekanisme pembentukkan karat besi. Besi
mempunyai potensial elektroda sebesar – 0,44 Volt dalam Table 2.1 bila membentuk
Fe2+ dan akan teroksidasi lebih lanjut menjadi Fe3+ elektron-elektronnya dapat
digunakan. Pembentukan hidroksil adalah reaksi katodik, jadi menggunakan elektron
oleh karena itu terjadi reaksi di dalam air yang diperkaya oksigen.
3
Tabel 2.1
Potensial Elektroda (25oC; larutan mol)
Reaksi setengah
Potensial Elektroda yang digunakan oleh ahli elektrokimia dan ahli korosi*(Volt)
Potensial elektroda yang digunakan oleh ahli Kimia fisika dan ahli termodinamika*
Di tinjau dari mekanisme korosi dari sudut elektrokimia, pada prinsipnya
korosi terjadi karena,
a. Adanya ketidakhomogenan baik dalam jenis maupun mikro termasuk ketidakhomogenan dalam beban fisik dan kimia (tegangan, suhu, konsentrasi oksigen dan sebagainya)
b. Adanya kontak c. Adanya larutan, air atau embun yang mengandung garam sebagai
elektrolit.(Wahyudin, 1994: 6)
Marsudi dalam “Hand Out Teknik Pelapisan” meninjau dari segi material
faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan korosi, adalah:
a. Homogenitas fisik dan kimia
b. Nilai elektro potensial di dalam larutan
c. Kemampuan membentuk lapisan pelindung
d. Hidrogen- over voltage
e. Selain air dan oksigen sebagai elektrolit juga gas pembentuk asam (CO2, SO2,
NaCl) yang pada musim penghujan atau pada kelembaban tinggi.
C. Sistem Proteksi Korosi
Ada beberapa prinsip pencegahan korosi yang penggunaannya disesuaikan
dengan jenis peralatan, tempat, serta jenis lingkungan yang korosif. Adapun prinsip-
prinsip pencegahan korosi tersebut adalah sebagai berikut.
a. Prinsip perbaikan lingkungan yang korosif
7
b. Prinsip netralisasi zat koroden sedemikian rupa sehingga tidak berbahaya lagi
c. Prinsip perlindungan permukaan dengan cara :1). Pelapisan dengan cat (organic coating)2). pelapisan metal coating, lining, overlay, dan clodding3). pelapisan anorganik4). pembalutan (wrapping)
d. Prinsip penggunaan bahan yang sama dengan yang tahan terhadap jenis korosi tertentu
e. penggunaan zat pelambat korosi (corrosion inhibitor)f. perlindungan katodik dan perlindungan anodik
(Widharto, 1999: 97)
Proses pelapisan secara umum bertujuan untuk perlindungan (protektif),
hiasan (dekoratif) atau memperbaiki sifat permukaan lainnya, misalnya sifat tahan
panas, tahan cuaca, tahan korosi, tahan goresan (abrasi), penghantar panas dan
sebagainya.
Pelapisan terdiri dari bermacam-macam, seperti pelapisan dengan cat
(coating), pelapisan dengan logam, pelapisan anorganik dan lain-lain. Jenis-jenis
proses pelapisan logam sering digunakan antara lain.
1. Elektroplating
Elektroplating atau yang lebih dikenal dengan pelapisan listrik adalah suatu
pelapisan logam dengan mengendapkan suatu logam pelapis terhadap logam lain
yang akan di lapisi melalui elektrolisis. Dengan kata lain elektroplating adalah
proses mengendapkan bahan logam pelapis terhadap bahan yang akan dilapisi
melalui pertukaran elektron secara konduktif melalui proses oksidasi-reduksi.
Jenis-jenis proses pelapisan listrik menurut Hartomo dalam bukunya
“Mengenal Pelapisan Logam (Elektroplating),(1999), di kenal antara lain:
1). pelapisan cadmium
8
2). pelapisan seng
3). pelapisan tembaga
4). pelapisan nikel
5). pelapisan khrom
6). pelapisan timah
7). pelapian timbal
8). pelapisan perak
9). pelapisan emas
10). pelapisan rodium
11). pelapisan kuningan
12). pelapisan brons
13). pelapisan logam pada plastik
Proses pelapisan listrik ini telah memberikan dampak yang cukup besar pada
penghematan pemakaian logam, serta dapat memberikan alternatif pemakaian
bahan yang lebih murah.
2. Galvanisasi
Proses galvanisasi sebenarnya hampir sama dengan proses elektroplating,
hanya saja pada proses galvanisasi tidak terjadi perpindahan elektron tapi terjadi
penempelan atau pembekuan logam pelapis terhadap logam yang dilapisi.
Mekanismenya berlangsung pada suhu tinggi sehingga mengakibatkan difusi
yang akan menyebabkan transisi karena banyak fasa, sehingga adhesinya lebih
kuat dibanding elektroplating. Proses galvanisasi relatif singkat. Cara ini disebut
galvanisasi karena pelindungnya adalah seng (zinc) dan berfungsi sebagai logam
9
yang bersifat anodik terhadap baja yang dilindungi, biasa disebut juga proses
pencelupan panas (hot dipping).
3. Semprotan Logam (Metal spray)
Menurut Ir. Wahyudin dalam “Metal Spray “ (metallizing proces, Puslitbang
Metalurgi-LIPI:1) dikatakan bahwa semprotan logam adalah proses metalisasi
(metallizing proces), di mana logam leleh atau cair disemprotkan pada suatu
permukaan dan membentuk lapisan. Logam yang disemprotkan baik murni
ataupun paduan dicairkan oleh sumber arus dan diatomisasikan oleh udara tekan
membentuk butir-butir yang sangat halus dan disemprotkan pada permukaan
benda kerja membentuk lapisan logam padat.
Walaupun banyak mengatakan lapisan ini termasuk lapisan difusi
tetapi adhesi yang diperoleh lebih banyak disebabkan ikatan mekanis dari
interdifusi, karenanya pada kebanyakan yang mempunyai kekasaran tertentu akan
lebih baik. Kelebihan cara ini adalah dapat dilakukan pada struktur logam yang
telah selesai difabrikasi. Kadang-kadang pori-pori pada pelapisan ini di isi dengan
resin termoplastik untuk mengikat daya anti karat.
Prinsip dari proses ini adalah bahwa semprotan gas tekan tinggi dapat
membuat logam menjadi butiran-butiran halus, kecepatan gas tersebut kira-kira
200-270 m/s. Butiran-butiran leleh tersebut kemudian melekat pada permukaan
logam yang akan dilindungi melalui proses pendingin cepat seperti pada casting.
Bahannya berasal dari bentuk kawat atau serbuk yang kemudian meleleh karena
semprotan gas panas yang terbakar (misalnya Oxy- acetylene) atau dengan busur
listrik (electric arc). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 2.2.
10
4. Sementasi (cementation)
Caranya adalah dengan mengguling-gulingkan peralatan yang akan dilindungi
ke dalam campuran serbuk logam pelindung atau fluks yang tepat pada suhu
tinggi, sehingga menyebabkan logam pelindung tadi terdifusi pada permukaan
logam yang dilindungi. Selain dengan serbuk logam dapat juga dilakukan dengan
mencelupkan bahan yang akan dilindungi ke dalam kalsium yang mencair dan
mengandung salah satu bahan yang dipergunakan sebagai pelindung dengan
regangan yang inert.
5. Penggunaan Zat Pelambat Pengkorosian (Inhibitor)
Inhibitor adalah suatu zat kimia yang apabila ditambahkan dalam jumlah
sedikit ke dalam suatu zat koroden (lingkungan yang korosif), dapat secara efektif
memperlambat atau mengurangi laju pengkorosian yang ada. Ada beberapa jenis
inhibitor, yaitu:
a. Inhibitor pemasif (passivating inhibitor)
b. Inhibitor katodik (catodic inhibitor)
c. Inhibitor organis (organic inhibitor)
d. Inhibitor penyebab pengendapan (preccipitate inducing inhibitor)
e. Inhibitor berbentuk uap (Vapor phase inhibitor)
Cara pemakaian inhibitor ada beberapa teknik, diantaranya adalah.
a. injeksi terus menerus
b. pemasokan secara setakar-setakar (batch)
c. cara pengecatan (squeeze treatment)
d. valetilasi (dengan ketel uap dan kontainer tertutup)
11
e. pelapisan (coating)
Penggunaan inhibitor selain untuk mencegah terjadinya pengkaratan juga
dapat menimbulkan beberapa masalah, seperti di bawah ini.
a. Pembuihan (foaming) akibat pengaruh organic inhibitor
b. Terjadinya emulsi karena fase-fase gas dan cair bercampur disertai
gerakan agitasi
c. Penyumbatan (plugging) karena adanya lapisan oksidasi dan kerak
terkelupas, sehingga ikut aliran dan menyumbat pada filter, turbin dan
lain-lain.
d. Terciptanya karat baru, karena ada beberapa inhibitor dapat bereaksi dan
menghasilkan produk yang dapat merusak
e. Masalah heat transfer, karena adanya endapan fosfat, silikat atau sulfat
yang berlebihan
f. Pengaruh beracun
g. Kehilangan inhibitor karena pengendapan (presipitation), proses adsorpsi
atau terlalu mudah atau lambat larut
Penggunaan inhibitor bertujuan untuk melindungi permukaan logam dari
serangan korosi, diantaranya yaitu:
a. Memperpanjang usia pakai peralatanb. Mencegah penghentian pabrik (shut down)c. Mencegah kecelakaan karena rusaknya peralatand. Mencegah kehilangan pertukaran panas (heat transfer)e. Mempertahankan rupa permukaan yang menarik (attractive
appearance) (Widharto,1999: 139)
12
D. Proses Elektrolisa
Elektrolisa adalah suatu proses di mana reaksi kimia terjadi pada elektroda
yang tercelup dalam elektrolit, ketika tegangan diterapkan pada elektroda itu.
Elektroda yang hanya mentransfer elektron ke atau dari larutan, seperti platina
disebut elektroda inert. Elektroda reaktif adalah elektroda yang secara kimia
memasuki elektroda. Selama proses elektrolisa terjadi reduksi pada katoda dan
oksidasi pada anoda.
Prinsip dasar elektrolisis berlawanan dengan sel elektrokimia, yaitu sebagai
berikut.
a. Proses elektrolisis, mengubah energi listrik menjadi energi kimiab. Merupakan reaksi tidak spontan karena melibatkan energi listrik dari
luarc. Reaksi berlangsung di dalam sel elektrolisa, yang terdiri dari satu
jenis larutan atau leburan elektrolit dan memiliki dua macam elektroda, yaitu: Elektroda (-) : elektroda yang dihubungkan dengan kutub negatif
(-) sumber arus listrik Elektroda (+) : elektroda yang dihubungkan dengan kutub
positif (+) sumber arus listrik.(Kuswati,2000: 111)
Penggunaan elektrolisis dalam industri diantaranya untuk pelapisan logam
yang disebut penyepuhan (elektroplating), misalnya penyepuhan sendok yang dilapisi
perak, aksesoris mobil atau sepeda motor dari logam dan sebagainya. Tujuan
pelapisan ini sebagai pelindung (protektif) dan hiasan/ keindahan (dekoratif). Prinsip
penyepuhan logam adalah sebagai berikut.
Katoda : logam yang akan disepuh
Anoda : logam penyepuh
13
Elektrolit : larutan garam yang mengandung ion logam penyepuh
Gejala yang terjadi selama elektrolisis dapat dipelajari dalam sel elektrolisis, seperti
pada gambar 2.3.
keterangan gambar:
Elektron bergerak dari kutub (-) sumber arus listrik ke katoda, pada
katoda terjadi reaksi reduksi
Di anoda terjadi reaksi oksidasi dan elektron mengalir menuju ke
sumber arus listrik
Ion (+) bergerak menuju ke kutub (-) dan ion (-) bergerak menuju ke
kutub (+), molekul pelarut bebas tempatnya ada di anoda maupun
katoda
1. Hukum Faraday
Hukum faraday adalah hukum dasar untuk elektrolisis dan sel volta. Hukum
ini digunakan untuk menjelaskan pemakaian sel elektrolisis dalam pemeriksaan
kimia. Sehubungan dengan pemeriksaan kimia, Faraday (1833) sampai saat ini
merupakan basis utama pemahaman elektrokimia, yaitu:
(1) Jumlah perubahan kimia oleh satuan arus listrik sebanding dengan banyaknya arus yang mengalir.
(2) Jumlah aneka bahan berbeda yang dibebaskan oleh sejumlah tertentu listrik sebanding dengan berat ekivalen kimianya.
(Hartomo, 2000: 3)
Berat zat hasil elektrolisis baik yang terbentuk di katoda maupun yang
terbentuk di anoda dapat dirumuskan dengan hukum Faraday
W = e . F(Surakiti, 1989: 224)
14
di mana W = massa zat hasil elektrolisa (gram)
e = massa ekivalen zat hasil elektrolisa
F = jumlah arus listrik faraday
Massa ekivalen (e) suatu zat adalah massa atom dibagi valensi
Ar Ar = massa atom e = v = valensi v
I X t F = I = arus dalam ampere
96,500 t = detik i.t = muatan dalam satuan coulumb
Ar X I . t W = V 96,500
(Surakiti, 1989: 225)
Pada reaksi elektrolisa dapat dihasilkan gas yang merupakan molekul sehingga Ar
dalam rumus dapat diganti dengan Mr.
Mr X I . tW =
V 96,500(Surakiti, 1989: 225)
E. Pengaruh Suhu, PH, Pengotor dan agitasi
1. Pengaruh Suhu
Pada proses elektroplating, pengaruh suhu sangat menentukan hasil pelapisan.
jika temperatur sangat tinggi pada waktu proses akan didapat hasil pada umumnya
15
lunak, sedangkan bila temperatur sangat rendah didapat hasil kehitam-hitaman
dan berpowder, terbakar pada current density yang normal, terjadi bunga karang
pada anoda (kristalisasi).
2. Pengaruh PH
Pengaruh pH bila tinggi (terlalu basa) akan menyebabkan hasil lapisan salah
satunya adalaah poros dan pitting (bintik deposit), sedangkan bila pH rendah
(terlalu asam) mengakibatkan hasil pelapisan yang lunak.
3. Pengaruh Pengotor
Pengotor yang sangat mempengaruhi pengendapan pada proses elektroplating
adalah pengotor metalik (Fe, Cu, Ag, Pb, dll). Pada umumnya bila kadar pengotor
sudah melebihi batas akan memberikan pengaruh pada thowing power dan hasil
dari lapisan akan didapatkan retak-retak karena terlalu keras serta di daerah
tertentu akan terjadi current density menjadi rendah, ini akan menghasilkan
lapisan yang buram.
4. Pengaruh Agitasi
Proses agitasi umumnya selalu digunakan pada proses elektoplating, karena
proses agitasi ini memberikan distribusi ion yang homogen. Dengan demikian
pengaruh agitasi akan memberikan hasil pelapisan yang merata dan tidak akan
terjadi pitting in mechanically agitated solution.
F. Klasifikasi Logam Pelapisan
16
Berbagai macam pelapisan logam yang digunakan untuk plating, karena
banyak sekali maka Hartomo dalam bukunya “Mengenal Pelapisan Logam
(Elektroplating), )1999), mengelompokkan logam tersebut pada lima kelompok yaitu
pelapisan “tumbal”, pelapisan protektif dan dekoratif, pelapisan logam rekayasa,
logam-logam jarang pakaiserts berbsgsi jenis logam campuran atau paduan (alloy).
1. Pelapisan Tumbal
Pelapisan “Tumbal” dipergunakan untuk melindungi logam basis. Prosesnya
disebut pelapisan anodik (relatif terhadap substrat seng dan kadnium biasanya
digunakan untuk melindungi besi atau baja di buat lapisan serat tetapi tidak awet
kadnium lebih murah, lebih mudah disolder, tahan atmosfer garam, korosi tidak
mekar dan mudah dikontrol dibanding dengan seng.
Seng biasanya untuk pelapisan baja secara galvanis atau tumbal disebut juga
hot-dipping (celup panas). Selain itu seng juga bisa di elektroplating dengan
semprot dan sebagainya.
2. Pelapisan Protektif-Dekoratif
Pelapisan protektif-dekoratif dimaksudkan agar logam yang dilapisi selain
melindungi juga agar penampilan logam tersebut lebih indah, memikat serta
menarik. Proses protektif dekoratif lebih dikenal dengan istilah vernikel,
verkhrom dan semacamnya. Di dunia pelapisan yang sangat populer adalah
tembaga, nikel dan khrom, ketiga logam ini merupakan finishing elektroplating
standar. Jadi walaupun fisik dan kimianya beda tapi dijadikan satu kelompok.
Ketiga logam ini bertujuan proteksi-dekorasi, tembaga sebagai lapis dasar
sebelum vernikel atau verchrom tetapi ada juga dipakai sebagai elektrotyping
17
serta elektroforming (tahan aus dan korosi). Khrom dimanfaatkan untuk “hard-
chrom plating” (memperoleh kekerasan dahsyat, Nikel di pakai untuk berbagai
bidang teknik dan rekayasa karena tahan korosi dan tahan aus.
3. Pelapisan Rekayasa
Logam rekayasa adalah diantaranya emas, perak, platina, timah, timbal.
Pengelompokkan ini didasarkan pada seni keindahan di samping fisik dan
kimianya. Kelompok Platina (rutenium, rhodium, paladium, osmium, iridium,
platina, hanya rhodium untuk dekoratif). Selain timah dan timbal logam tersebut
adalah logam mulia.
Penggunaan emas dalam industri cenderung meningkat sehingga
memunculkan masalah karena harganya mahal dan kerepotan menangani
regenerasi resinnya.
4. Logam Jarang Pakai
Kelompok logam yang jarang pakai ada dua, yaitu:
a. Logam-logam walau kelihatan penting dalam banyak hal, untuk finishing
elektroplating misalnya besi (Fe) karena mudah terkorosi, kobalt karena
harganya mahal, termasuk logam mulia, indium juga harganya mahal.
Logam-logam di atas mudah dilapiskan dari larutan berair dengan elektro-
deposit baik.
b. Logam-logam yang memang sukar atau jarang diplating dari larutan biasa,
berair, karena termodinamika, potensial elektroda terlalu negatif, over
potensial hidrogen, mekanisme reaksinya, misalnya molibdium dan
wolfram.
18
5. Plating Paduan atau Cammpuran (Alloy)
Kebanyakan logam, kecuali tembaga dipergunakan dalam bentuk paduan pada
industri penghantar listrik. Alloy tembaga-timah-seng sudah banyak dipraktekkan
dalam elektroplating. Keunggulan dari platingalloy seperti sifat baik, lebih tahan
korosi, warna dan daya pikat dekoratif unggul, sifat magnetik piawai, memberi
lakuan panas, warna kuningan dapat menyaingi emas, ketahanan korosi lebih
unggul di banding tembaganya sendiri dan lebih keras.
Alloy Nikel-posfor dan Nikel-Wolfram lebih bagus dari “ hard-Chrom” lebih
efisien dan daya lontar lebih besar pada prosesnya.
G. Pelapis-pelapis Dekoratif dan Protektif
Hasil pelapisan vernikel dan verchrom lebih awet, lebih indah, lebih memikat
dan berkilauan, yang biasa dipakai adalah tembaga, nikel serta khrom.
1. Tembaga (Cu)
Tembaga mempunyai sifat ulet, lunak, liat, tidak terlalu teroksidasi oleh
udara. Tembaga mempunyai dua macam senyawa yaitu
a. Kupri atau tembaga, hanya larut air bila terkompleks oleh logam seperti,
sianida, amonia, khlorida atau asetonitril.
b. Senyawa tembaga, stabil dalam larutan berair.
Karena bersifat mulia (elektroplating), tembaga mudah diendapkan dengan
deret gaya derek listrik lebih tinggi seperti besi, atau seng.
19
Alloy utama ialah perunggu (dengan Seng) dan kuningan (timah) Aluminium-
kuningan, tembaga-berilium. Plating tembaga mudah, yang penting terjadi
deposif-celup pada logam yang kurang mulia, reaksinya.
Cu²+ + M Cuº + M²+
(Hartomo, 1999: 50)
Caranya dengan mengurangi aktivasinya, mengkomplekskan misalnya memakai
sianida. Setelah diplat dipindahkan pada bak yang lebih baik, lebih cepat hasilnya
lebih cerah.
Bak plating tembaga yang terkenal ialah jenis sianida (modifikasi), asam
(sulfat atau fluoborat) serta bak kompleks pirifospat. Ciri-ciri operasi bak sianida
dapat di lihat pada tabel di bawah.Tabel 2.3
Ciri Operasi Sianida Tembaga
(Hartomo, 1999: 51)
2. Nikel
Tabel 2.4 Bak Plating WATTS
(Hartomo, 1999: 52)
Nikel Sulfat WATTS (%M)Nikel sulfatNikel khloridaNikel total sebagai logamAsam boratAnti-pit 30% (ml/l)Suhu ºCPHRapat arus (A/m²)
0,460,100,310,130,5603-4500
20
Nikel bersifat ferromagnetik jika di atas 353ºC bersifat paramagnetik. Nikel
mempunyai kekerasan dan kekuatan sedang, keuletan dan keliatan baik termal
dan daya hantar baik.
Nikel merupakan logam plating paling peka terhadap aditif bak platingnya.
Senyawa nikel dijadikan katalis dan elektroplating. Watts, (1916). Menemukan
formulasi bak plating yang baik dan sampai sekarang masih digunakan dengan
perbaikan aditif, konsentrasi dan komposisi anodanya.
3. Khrom
Sifat mekanis khrom sangat peka terhadap pengotor, riwayat lakuan
mekanisme, ukuran butiran, kondisi permukaan, khrom relatif inert dalam