Top Banner
A. TEORI BELAJAR GAGNE Sebagaimana tokoh-tokoh lainnya dalam psikologi pembelajaran, Gagne berpendapat bahwa belajar dipengaruhi oleh pertumbuhan dan lingkungan, namun yang paling besar pengaruhnya adalah lingkungan individu seseorang. Lingkungan indiviu seseorang meliputi lingkungan rumah, geografis, sekolah, dan berbagai lingkungan sosial. Berbagai lingkungan itulah yang akan menentukan apa yang akan dipelajari oleh seseorang dan selanjutnya akan menentukan akan menjadi apa ia nantinya. Bagi Gagne, belajar tidak dapat didefinisikan dengan mudah karena belajar itu bersifat kompleks. Dalam pernyataan tersebut, dinyatakan bahwa hasil belajar akan mengakibatkan perubahan pada seseorang yang berupa perubahan kemampuan, perubahan sikap, perubahan minat atau nilai pada seseorang. Perubahan tersebut bersifat menetap meskipun hanya sementara. Menurut Gagne, ada tiga elemen belajar, yaitu individu yang belajar, situasi stimulus, dan responden yang melaksanakan aksi sebagai akibat dari stimulasi. Selanjutnya, Gagne juga mengemukakan tentang sistematika delapan tipe belajar, sistematika lima jenis belajar, fase-fase belajar, implikasi dalam pembelajaran, serta aplikasi dalam pembelajaran. 1. Sistematika ”Delapan TipeBelajar” Menurut Robert M. Gagne, ada 8 tipe belajar, yaitu: 1. Tipe belajar tanda (Signal learning)
36

TEORI BELAJAR MENURUT BEBERAPA AHLI

Feb 20, 2023

Download

Documents

Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: TEORI BELAJAR MENURUT BEBERAPA AHLI

A. TEORI BELAJAR GAGNE

Sebagaimana tokoh-tokoh lainnya dalam psikologi

pembelajaran, Gagne berpendapat bahwa belajar dipengaruhi oleh

pertumbuhan dan lingkungan, namun yang paling besar pengaruhnya

adalah lingkungan individu seseorang. Lingkungan indiviu

seseorang meliputi lingkungan rumah, geografis, sekolah, dan

berbagai lingkungan sosial. Berbagai lingkungan itulah yang

akan menentukan apa yang akan dipelajari oleh seseorang dan

selanjutnya akan menentukan akan menjadi apa ia nantinya.

Bagi Gagne, belajar tidak dapat didefinisikan dengan mudah

karena belajar itu bersifat kompleks. Dalam pernyataan

tersebut, dinyatakan bahwa hasil belajar akan mengakibatkan

perubahan pada seseorang yang berupa perubahan kemampuan,

perubahan sikap, perubahan minat atau nilai pada seseorang.

Perubahan tersebut bersifat menetap meskipun hanya sementara.

Menurut Gagne, ada tiga elemen belajar, yaitu individu

yang belajar, situasi stimulus, dan responden yang melaksanakan

aksi sebagai akibat dari stimulasi. Selanjutnya, Gagne juga

mengemukakan tentang sistematika delapan tipe belajar,

sistematika lima jenis belajar, fase-fase belajar, implikasi

dalam pembelajaran, serta aplikasi dalam pembelajaran.

1. Sistematika ”Delapan TipeBelajar”

            Menurut Robert M. Gagne, ada 8 tipe belajar, yaitu:

1. Tipe belajar tanda (Signal learning)

Page 2: TEORI BELAJAR MENURUT BEBERAPA AHLI

Belajar dengan cara ini dapat dikatakan sama dengan apa

yang dikemukakan oleh Pavlov. Semua jawaban/respons

menurut kepada tanda/sinyal.

2. Tipe belajar rangsang-reaksi (Stimulus-response learning)

Tipe ini hampir serupa dengan tipe satu, namun pada tipe

ini, timbulnya respons juga karena adanya dorongan yang

datang dari dalam serta adanya penguatan sehingga

seseorang mau melakukan sesuatu secara berulang-ulang.

3. Tipe belajar berangkai (Chaining Learning)

Pada tahap ini terjadi serangkaian hubungan stimulus-

respons, maksudnya adalah bahwa suatu respons pada

gilirannya akan menjadi stimulus baru dan selanjutnya

akan menimbulkan respons baru.

4. Tipe belajar asosiasi verbal (Verbal association learning)

Tipe ini berhubungan dengan penggunaan bahasa, dimana

hasil belajarnya yaitu memberikan reaksi verbal pada

stimulus/perangsang.

5. Tipe belajar membedakan (Discrimination learning)

Hasil dari tipe belajar ini adalah kemampuan untuk

membeda-bedakan antar objek-objek yang terdapat dalm

lingkungan fisik.

6. Tipe belajar konsep (Concept Learning)

Belajar pada tipe ini terutama dimaksudkan untuk

memperoleh pemahaman atau pengertian tentang suatu yang

mendasar.

7. Tipe belajar kaidah (RuleLearning)

Page 3: TEORI BELAJAR MENURUT BEBERAPA AHLI

Tipe belajar ini menghasilkan suatu kaidah yang terdiri

atas penggabungan beberapa konsep.

8. Tipe belajar pemecahan masalah (Problem solving)

Tipe belajar ini menghasilkan suatu prinsip yang dapat

digunakan untuk memecahkan suatu permasalahan.

2. Sistematika “Lima Jenis Belajar”

       Sistematika ini tidak jauh berbeda dengan sistematika

delapan tipe belajar, dimana isinya merupakan bentuk

penyederhanaan dari sistematika delapan tipe belajar. Uraian

tentang sistematika lima jenis belajar ini memperhatikan

pada hasil belajar yang diperoleh siswa. Hasil belajar ini

merupakan kemampuan internal yang telah menjadi milik

pribadi seseorang dan memungkinkan orang tersebut melakukan

sesuatu yang dapat memberikan ptrestasi tertentu.

            Sistematika ini mencakup semua hasil belajar yang

dapat diperoleh, namun tidak menunjukkan setiap hasil

belajar atau kemampuan internal satu-persatu. Akan tetapi

memgelompokkan hasil-hasil belajar yang memiliki ciri-ciri

sama dalam satu kategori dan berbeda sifatnya dari kategori

lain. Maka dapat dikatakan, bahwa sistematika Gagne meliputi

lima kategori hasil belajar. Kelima kategori hasil belajar

tersebut adalah informasi verbal, kemahiran intelektual, pengaturan

kegiatan kognitif, keterampilan motorik, dan sikap.

1. Informasi verbal (Verbal information)

Page 4: TEORI BELAJAR MENURUT BEBERAPA AHLI

 Merupakan pengetahuan yang dimiliki seseorang dan dapat

diungkapkan dalam bentuk bahasa, lisan, dan tertulis.

Pengetahuan tersebut diperoleh dari sumber yang juga

menggunakan bahasa, lisan maupun tertulis. Informasi

verbal meliputi ”cap verbal” dan ”data/fakta”. Cap verbal

yaitu kata yang dimiliki seseorang untuk menunjuk pada

obyek-obyek yang dihadapi, misalnya ’kursi’. Data/fakta

adalah kenyataan yang diketahui, misalnya ’Ibukota negara

Indonesia adalah Jakarta’.

2. Kemahiran intelektual (Intellectual skill)

Yang dimaksud adalah kemampuan untuk berhubungan dengan

lingkungan hidup dan dirinya sendiri dalam bentuk suatu

representasi, khususnya konsep dan berbagai

lambang/simbol (huruf, angka, kata, dan gambar). Kategori

kemahiran intelektual terbagi lagi atas empat

subkemampuan, yaitu:

a. Diskriminasi jamak, yaitu kemampuan seseorang dalam

mendeskripsikan benda yang dilihatnya.

b. Konsep, ialah satuan arti yang mewakili sejumlah obyek

yang memiliki ciri-ciri sama. Konsep dibedakan atas

konsep konkret dan konsep yang harus didefinisikan.

Konsep konkret adalah pengertian yang menunjuk pada

obyek-obyek dalam lingkungan fisik. Konsep yang

didefinisiskan adalah konsep yang mewakili realitas

hidup, tetapi tidak langsung menunjuk pada realitas

dalam lingkungan hidup fisik.

Page 5: TEORI BELAJAR MENURUT BEBERAPA AHLI

c. Kaidah, yaitu kemampuan seseorang untuk menggabungkan

dua konsep atau lebih sehingga dapat memahami

pengertiannya.

d. Prinsip. Dalam prinsip telah terjadi kombinasi dari

beberapa kaidah, sehingga terbentuk suatu kaidah yang

bertaraf lebih tinggi dan lebih kompleks. Berdasarkan

prinsip tersebut, seseorang mampu memecahkan suatu

permasalahan, dan kemudian menerapkan prinsip tersebut

pada permasalahan yang sejenis.

3. Pengaturan kegiatan kognitif (Cognitive strategy)

Merupakan suatu cara seseorang untuk menangani aktivitas

belajar dan berpikirnya sendiri, sehingga ia menggunakan

cara yang sama apabila menemukan kesulitan yang sama.

4. Keterampilan motorik (Motor skill)

Adalah kemampuan seseorang dalam melakukan suatu

rangkaian gerak-gerik jasmani dalam urutan tertentu,

dengan mengadakan koordinasi antara gerak-gerik berbagai

anggota badan secara terpadu.

5. Sikap (Attitude)

Merupakan kemampuan seseorang yang sangat berperan sekali

dalam mengambil tindakan, apakah baik atau buruk bagi

dirinya sendiri.

3. Fase-Fase Belajar

Fase-fase belajar ini berlaku bagi semua tipe belajar.

Menurut Gagne, ada 4 buah fase dalam proses belajar, yaitu:

Page 6: TEORI BELAJAR MENURUT BEBERAPA AHLI

1) Fase penerimaan (apprehending phase)

Pada fase ini, rangsang diterima oleh seseorang yang

belajar. Ini ada beberapa langkah. Pertama timbulnya

perhatian, kemudian penerimaan, dan terakhir adalah

pencatatan (dicatat dalam jiwa tentang apa yang sudah

diterimanya).

2) Fase penguasaan (Acquisition phase)

Pada tahap ini akan dapat dilihat apakah seseorang telah

belajar atau belum. Orang yang telah belajar akan dapat

dibuktikannya dengan memperlihatkan adanya perubahan pada

kemampuan atau sikapnya.

3) Fase pengendapan (Storage phase)

Sesuatu yang telah dimiliki akan disimpan agar tidak cepat

hilang sehingga dapat digunakan bila diperlukan. Fase ini

berhubungan dengan ingatan dan kenangan.

4) Fase pengungkapan kembali (Retrieval phase)

Apa yang telah dipelajari, dimiliki, dan disimpan (dsalam

ingatan) dengan maksud untuk digunakan (memecahkan

masalah) bila diperlukan. Jika kita akan menggunakan apa

yang disimpan, maka kita harus mengeluarkannya dari tempat

penyimpanan tersebut, dan inilah yang disebut dengan

pengungkapan kembali. Fase ini meliputi penyadaran akan

apa yang telah dipelajari dan dimiliki, serta

mengungkapkannya dengan kata-kata (verbal) apa yang telah

dimiliki tidak berubah-ubah.

Page 7: TEORI BELAJAR MENURUT BEBERAPA AHLI

Menurut Gagne, fase pertama dan kedua merupakan

stimulus, dimana terjadinya proses belajar,sedangkan  pada

fase ketiga dan keempat merupakan hasil belajar.

4.  Implikasi Teori Gagne dalam Pembelajaran

1. Mengontrol perhatian siswa.

2. Memberikan informasi kepada siswa mengenai hasil belajar

yang diharapkan guru.

3. Merangsang dan mengingatkan kembali  kemampuan-kemampuan

siswa.

4. Penyajian stimuli yang tak bisa dipisah-pisahkan dari

tugas belajar.

5. Memberikan bimbingan belajar.

6. Memberikan umpan balik.

7. Memberikan kesempatan pada siswa untuk memeriksa hasil

belajar yang telah dicapainya.

8. Memberikan kesempatan untuk berlangsungnya transfer of

learning.

9. Memberikan kesempatan untuk melakukahn praktek dan

penggunaan kemampuan yang baru diberikan.

B. TEORI BELAJAR PIAGET

1. Beberapa Konsep dalam Teori Piaget.

Ada beberapa konsep yang perlu dimengerti agar lebih mudah

memahami teori perkembangan kognitif atau teori perkembangan

Piaget, yaitu;

a. Intelegensi

Page 8: TEORI BELAJAR MENURUT BEBERAPA AHLI

Piaget mengartikan intelegensi secara lebih luas, juga

tidak mendefinisikan secara ketat. Ia memberikan definisi

umum yang lebih mengungkap orientasi biologis. Menurutnya,

intelegensi adalah suatu bentuk ekuilibrium kearah mana

semua struktur yang menghasilkan persepsi, kebiasaan, dan

mekanisme sensiomotor diarahkan. (Piaget dalam DR. P.

Suparno,2001:19).

b. Organisasi

Organisasi adalah suatu tendensi yang umum untuk semua

bentuk kehidupan guna mengintegrasikan struktur, baik yang

psikis ataupun fisiologis dalam suatu sistem yang lebih

tinggi.

c. Skema

Skema adalah suatu struktur mental seseorang dimana ia

secara intelektual beradaptasi dengan lingkungan

sekitarnya. Skema akan beradaptasi dan berubah selama

perkembangan kognitif seseorang.

d. Asimilasi

Asimilasi adalah proses kognitif dimana seseorang

mengintegrasikan persepsi, konsep atau pengalaman baru

kedalam skema atau pola yang sudah ada dalam pikirannya.

e. Akomodasi.

Akomodasi adalah pembentukan skema baru atau mengubah

skema lama sehingga cocok dengan rangsangan yang baru,

atau memodifikasi skema yang ada sehingga cocok dengan

rangsangan yang ada.

Page 9: TEORI BELAJAR MENURUT BEBERAPA AHLI

f. Ekuilibrasi.

Ekuilibrasi adalah keseimbangan antara asimilasi dan

akomodasi sedangkan diskuilibrasi adalah keadaan dimana

tidak seimbangnya antara proses asimilasi dan akomodasi,

ekuilibrasi dapat membuat seseorang menyatukan pengalaman

luar dengan struktur dalamnya.

2. Pengertian Belajar Menurut Piaget

Menurut Piaget, bahwa belajar akan lebih berhasil

apabila disesuaikan dengan tahap perkembangan kognitif

peserta didik. Peserta didik hendaknya diberi kesempatan

untuk melakukan eksperimen dengan obyek fisik, yang

ditunjang oleh interaksi dengan teman sebaya dan dibantu

oleh pertanyaan tilikan dari guru. Guru hendaknya banyak

memberikan rangsangan kepada peserta didik agar mau

berinteraksi dengan lingkungan secara aktif, mencari dan

menemukan berbagai hal dari lingkungan

Menurut Piaget pengetahuan (knowledge) adalah interaksi

yang terus menerus antara individu dengan lingkungan. Fokus

perkembangan kognitif Piaget adalah perkembangan secara

alami fikiran pebelajar mulai anak-anak sampai dewasa.

Konsepsi perkembangan kognitif Piaget, duturunkan dari

analisa perkembangan biologi organisme tertentu. Menurut

Piaget, intelegen (IQ=kecerdasan) adalah seperti sistem

kehidupan lainnya, yaitu proses adaptasi.

3. Teori Belajar menurut Piaget

Page 10: TEORI BELAJAR MENURUT BEBERAPA AHLI

Pendapat Piaget mengenai perkembangan proses belajar

pada anak-anak adalah:

a) Anak mempunyai struktur mental yang berbeda dengan

orang dewasa. Mereka bukan merupakan orang dewasa dalam

bentuk anak kecil, mereka mempunyai cara yang khas ntuk

menyatakan kenyataan dan untuk menghayati dunia

sekitarnya. Maka memerlukan pelayanan tersendiri dalam

belajar.

b) Perkembangan mental pada anak melalui tahap-tahap

tertentu, menurut suatu urutan yang sama bagi semua anak.

c) Walaupun berlangsungnya tahap-tahap perkembangan itu

melalui suatu urutan tertentu tetapi jangka waktu untuk

berlatih dari satu tahap ke tahap yang lain tidaklah

selalu sama pada setiap anak.

d) Perkembangan mental anak dipengaruhi oleh 4 faktor,

yaitu:

1. Kemasakan

2. Pengalaman

3. Interaksi Sosial

4. Equilibration (proses dari ketiga faktor di atas

bersama-sama untuk membangun dan memperbaiki struktur

mental)

e) Ada 4 tahap perkembangan yaitu:

1. Tahap Sensori motor (0-2,0 tahun)

2. Tahap Pre operasional (2,0-7,0 tahun)

3. Tahap konkret (7,0-11,0 tahun)

Page 11: TEORI BELAJAR MENURUT BEBERAPA AHLI

4. Tahap operasi formal (11,0-dewasa)

4. Tahap Perkembangan Kognitif Piaget

Tahap perkembangan intelektual anak secara kronologis

terjadi 4 tahap. Urutan tahap-tahap ini tetap bagi setiap

orang, akan tetapi usia kronologis memasuki setiap tahap

bervariasi pada setiap anak. Keempat tahap dimaksud adalah

sebagai berikut:

1) Tahap sensorimotor : umur 0 – 2 tahun.

(Ciri pokok perkembangannya anak mengalami dunianya melalui gerak dan

inderanya serta mempelajari permanensi obyek)

Tahap paling awal perkembangan kognitif terjadi pada

waktu bayi lahir sampai sekitar berumur 2 tahun. Tahap

ini disebut tahap sensorimotor oleh Piaget. Pada tahap

sensorimotor, intelegensi anak lebih didasarkan pada

tindakan inderawi anak terhadapt lingkungannya, seperti

melihat, meraba, menjamak, mendengar, membau dan lain-

lain. Pada tahap sensorimotor, gagasan anak mengenai

suatu benda berkembang dari periode “belum mempunyai

gagasan” menjadi “ sudah mempunyai gagasan”.

Gagasan mengenai benda sangat berkaitan dengan konsep

anak tentang ruang dan waktu yang juga belum terakomodasi

dengan baik. Struktur ruang dan waktu belum jelas dan

masih terpotong-potong, belum dapat disistematisir dan

diurutkan dengan logis. Menurut Piaget, mekanisme

perkembangan sensorimotor ini menggunakan proses

Page 12: TEORI BELAJAR MENURUT BEBERAPA AHLI

asimilasi dan akomodasi. Tahap-tahap perkembangan

kognitif anak dikembangkan dengan perlahan-lahan melalui

proses asimilasi dan akomodasi terhadap skema-skema anak

karena adanya masukan, rangsangan, atau kontak dengan

pengalaman dan situasi yang baru.

2) Tahap Pra operasional : umur 2 -7 tahun.

(Ciri pokok perkembangannya adalah penggunaan symbol/bahasa tanda

dan konsep intuitif)

Istilah “operasi” di sini adalah suatu proses berfikir

logik, dan merupakan aktivitas sensorimotor. Dalam tahap

ini anak sangat egosentris, mereka sulit me         

nerima pendapat orang lain. Anak percaya bahwa apa yang

mereka pikirkan dan alami juga menjadi pikiran dan

pengalaman orang lain. Mereka percaya bahwa benda yang

tidak bernyawa mempunyai sifat bernyawa.

Tahap pra operasional ini dapat dibedakan atas dua

bagian.

a. Tahap pra konseptual (2-4 tahun), dimana representasi

suatu objek dinyatakan dengan bahasa, gambar dan

permainan khayalan.

b. Tahap intuitif (4-7 tahun). Pada tahap ini

representasi suatu objek didasarkan pada persepsi

pengalaman sendiri, tidak kepada penalaran.

Karakteristik anak pada tahap ini adalah sebagai berikut:

Anak dapat mengaitkan pengalaman yang ada di

lingkungan bermainnya dengan pengalaman pribadinya,

Page 13: TEORI BELAJAR MENURUT BEBERAPA AHLI

dan karenanya ia menjadi egois. Anak tidak rela bila

barang miliknya dipegang oleh orang lain.

Anak belum memiliki kemampuan untuk memecahkan

masalah-masalah yang membutuhkan pemikiran “yang dapat

dibalik (reversible).” Pikiran mereka masih bersifat

irreversible.\

Anak belum mampu melihat dua aspek dari satu objek

atau situasi sekaligus, dan belum mampu bernalar

(reasoning) secara individu dan deduktif.

Anak bernalar secara transduktif (dari khusus ke

khusus). Anak juga belum mampu membedakan antara fakta

dan fantasi. Kadang-kadang anak seperti berbohong. Ini

terjadi karena anak belum mampu memisahkan kejadian

sebenarnya dengan imajinasi mereka.

Anak belum memiliki konsep kekekalan (kuantitas,

materi, luas, berat dan isi). Menjelang akhir tahap

ini, anak mampu memberi alasan mengenai apa yang

mereka percayai. Anak dapat mengklasifikasikan objek

ke dalam kelompok yang hanya mempunyai satu sifat

tertentu dan telah mulai mengerti konsep yang konkrit.

3) Tahap operasi kongkret : umur 7 – 11/12 tahun

(Ciri pokok perkembangannya anak mulai berpikir secara logis tentang

kejadian-kejadian konkret)

Tahap operasi konkret (concrete operations) dicirikan

dengan perkembangan sistem pemikiran yang didasarkan pada

aturan-aturan tertentu yang logis. Anak sudah

Page 14: TEORI BELAJAR MENURUT BEBERAPA AHLI

memperkembangkan operasi-oprasi logis. Operasi itu

bersifat reversible, artinya dapat dimengerti dalam dua

arah, yaitu suatu pemikiran yang dapat dikemblikan kepada

awalnya lagi. Tahap opersi konkret dapat ditandai dengan

adanya sistem operasi berdasarkan apa-apa yang kelihatan

nyata/konkret.

Ciri-ciri operasi konkret yang lain, yaitu:

1. Adaptasi dengan gambaran yang menyeluruh.

Pada tahap ini, seorang anak mulai dapat menggambarkan

secara menyeluruh ingatan, pengalaman dan objek yang

dialami. Menurut Piaget, adaptasi dengan lingkungan

disatukan dengan gambaran akan lingkungan itu.

2. Melihat dari berbagai macam segi.

Anak pada tahap ini mulai mulai dapat melihat suatu

objek atau persoalan secara sediki menyeluruh dengan

melihat apek-aspeknya. Ia tidak hanya memusatkan pada

titik tertentu, tetapi dapat bersam-sam mengamati

titik-titik yang lain dalam satu waktu yang bersamaan.

3. Seriasi

Proses seriasi adalah proses mengatur unsur-unsur

menurut semakin besar atau semakin kecilnya unsur-

unsur tersebut. Menurut Piaget , bila seorang anak

telah dapat membuat suatu seriasi maka ia tidak akan

mengalami banyak kesulitaan untuk membuat seriasi

selanjutnuya.

4. Klasifikasi

Page 15: TEORI BELAJAR MENURUT BEBERAPA AHLI

Menurut Piaget, bila anak yang berumur 3 tahun dan 12

tahun diberi bermacam-maam objek dan disuruh membuat

klasifikasi yang serupa menjadi satu, ada beberapa

kemungkinan yang terjadi.

5. Bilangan

Dalam percobaan Piaget, ternyata anak pada tahap

praoperasi konkret belum dapat mengerti soal

korespondensi satu-satu dan kekekalan, namun pada

tahap tahap operasi konkret, anak sudah dapat mengerti

soal karespondensi dan kekekalan dengan baik. Dengan

perkembangan ini berarti konsep tentang bilangan bagi

anak telah berkembang.

6. Ruang, waktu, dan kecepatan

Pada umur 7 atau 8 tahun seorang anak sudah mengerti

tentang urutan ruang dengan melihat intervaj jarak

suatu benda. Pada umur 8 tahun anak sudan sudah sapat

mengerti relasi urutan waktu dan jug akoordinasi

dengamn waktu, dan pada umur 10 atau 11 tahun, anak

sadar akan konsep waktu dan kecepatan.

7. Probabilitas

Pada tahap ini, pengertian probabilitas sebagai suatu

perbandingan antara hal yang terjadi dengan kasus-

kasus yang mulai terbentuk.

8. Penalaran

Dalam pembicaraan sehari-hari, anak pada tahap ini

jarang berbicara dengan suatu alasan,tetapi lebih

Page 16: TEORI BELAJAR MENURUT BEBERAPA AHLI

mengatakan apa yang terjadi. Pada tahap ini, menurut

Piaget masih ada kesulitan dalam melihat persoalan

secara menyeluruh.

9. Egosentrisme dan Sosialisme.

Pada tahap ini, anak sudah tidak begitu egosentris

dalam pemikirannya. Ia sadar bahwa orang lain dapat

mempunyai pikiran lain.

4) Tahap operasi formal: umur 11/12 ke atas.

(Ciri pokok perkembangannya adalah hipotesis, abstrak, dan logis)

Tahap operasi formal (formal operations) merupakan tahap

terakhir dalam perkembangan kognitif menurut Piaget. Pada

tahap ini, seorang remaja sudah dapat berpikir logis,

berpikir dengan pemikiran teoritis formal berdasarkan

proposisi-proposisi dan hipotesis, dan dapat mengambil

kesimpulan lepas dari apa yang dapat diamati saat itu.

Cara berpikir yang abstrak mulai dimengerti. Sifat pokok

tahap operasi formal adalah pemikiran deduktif hipotesis,

induktif sintifik, dan abstrak reflektif.

1. Pemikiran Deduktif Hipotesis

Pemikiran deduktif adalah pemikiran yang menarik

kesimpulan yang spesifik dari sesuatu yang umum.

Kesimpulan benar hanya jika premis-premis yang dipakai

dalam pengambilan keputusan benar. Alasan deduktif

hipotesis adalah alasan/argumentasi yang berkaitan

dengan kesimpulan yang ditarik dari premis-premis yang

Page 17: TEORI BELAJAR MENURUT BEBERAPA AHLI

masih hipotetis. Jadi, seseorang yang mengambil

kesimpulan dari suatu proposisi yang diasumsikan,

tidak perlu berdasarkan dengan kenyataan yang real.

Dalam pemikiran remaja, Piaget dapat mendeteksi

adaanya pemikiran yang logis, meskipun para remaja

sendiri pada kenyataannya tidak tahu atau belum

menyadari bahwa cara berpikir mereka itu logis. Dengan

kata lain, model logis itu lebih merupakan hasil

kesimpulan Piaget dalam menafsirkan ungkapan remaja,

terlepas dari apakah para remaja sendiri tahu atau

tidak.

2. Pemikiran Induktif Sintifik

Pemikiran induktif adalah pengambilan kesimpulan yang

lebih umum berdasarkan kejadian-kejadian yang khusus.

Pemikiran ini disebut juga dengan metode ilmiah. Pada

tahap pemikiran ini, anak sudah mulai dapat membuat

hipotesis, menentukan eksperimen, menentukan variabel

control, mencatat hasi, dan menarik kesimpulan.

Disamping itu mereka sudah dapat memikirkan sejumlah

variabel yang berbeda pada waktu yang sama.

3. Pemikiran Abstraksi Reflektif

Menurut Piaget, pemikiran analogi dapat juga

diklasifikasikan sebagai abstraksi reflektif karena

pemikiran itu tidak dapat disimpulkan dari pengalaman.

5. Teori Pengetahuan.

Page 18: TEORI BELAJAR MENURUT BEBERAPA AHLI

Berdasarkan pengalamannya sejak masa kanak-kanak, Piaget

berkesimpulan bahwa setiap makhluk hidup memang perlu

beradaptasi dengan lingkungannya untuk dapat melestarikan

kehidupannya. Manusia adalah makhluk hidup, maka manusia

juga harus beradaptasi dengan lingkungannya. Berdasarkan hal

ini, Piaget beranggapan bahwa perkembangan pemikiran manusia

mirip dengan perkembangan biologis, yaitu perlu beradaptasi

dengan lingkungannya.

Piaget sendiri menyatakan bahwa teori pengetahuannya adalah

teori adaptasi pikiran ke dalam suatu realitas, seperti

organisme yang beradaptasi dengan lingkungannya.

A. Teori Adaptasi Piaget

Menurut Piaget, mengerti adalah suatu proses adaptasi

intelektual dimana pengalaman dan ide baru diinteraksikan

dengan apa yang sudah diketahui untuk membentuk struktur

pengertian yang baru. Setiap orang mempunyai struktur

pengetahuan awal (skema) yang berperan sebagai suatu

filter atau fasilitator terhadap berbagai ide dan

pengalaman yang baru. Melalui kontak dengan pengalaman

baru,skema dapat dikembangkan dan diubah, yaitu dengan

proses asimilasi dan akomodasi. Skema seseorang selalu

dikembangkan, diperbaharui , bahkan diubah untuk dapat

memahami tanyangan pemikiran dari luar. Proses ini

disebut adaptasi pikiran.

B. Teori Pengetahuan Piaget

Page 19: TEORI BELAJAR MENURUT BEBERAPA AHLI

Teori pengetahuan Piaget adalah teori adaptasi kognitif.

Dalam pembentukan pengetahuan , Piaget membedakan tiga

macam pengetahuan, yakni:

1. Pengetahuan fisis adalah pengetahuanakan sifat-sifat

fisis suatu objek atau kejadian, seperti bentuk,

besar, berat, serta bagaimana objek itu berinteraksi

dengan yang lain.

2. Pengetahuan matematis logis adalah pengetahuan yang

dibentuk dengan berpikir tentang pengalaman akan suatu

objek atau kejadian tertentu.

3. Pengetahuan sosial adalah pengetahuan yang didapat

dari kelompok budaya dan sosial yang menyetujui

sesuatu secara bersama.

C. Teori Konstruktivisme

Teori konstruktivisme Piaget menjelaskan bahwa

pengetahuan seseorang adalah bentukan (bentukan) orang

itu sendiri. Proses pembentukan pengetahuan itu terjadi

apabila seseorang mengubah atau mengembangkan slkema yang

telah dimiliki dalam berhadapan dengan tantangan, dengan

rangsangan atau persoalan. Teori Piaget seringkali

disebut konstruktivisme personal karena lebih menekankan

pada keaktifan pribadi seseorang dalam mengkonstruksikan

pengetahuannya. Terlebih lagi karena Piaget banyak

mengadakan penelitian pada proses seorang anak dalam

belajar dan membangun pengetahuannya.

Page 20: TEORI BELAJAR MENURUT BEBERAPA AHLI

C. TEORI BELAJAR AUSUBEL

Sebagai pelopor aliran kognitif, David Ausable mengemukakan

teori belajar bermakna (meaningful learning). Belajar bermakna

adalah proses mengaitkan dalam informasi baru dengan konsep-

konsep yang relevan dan terdapat dalam struktur kognitif

seseorang. (Ratna Willis Dahar: 1996). Selanjutnya dikatakan

bahwa pembelajaran dapat menimbulkan belajar bermakna jika

memenuhi prasayasat, yaitu:

1. Materi yang akan dipelajari melaksanakan belajar bermakna

secara potensial

2. Anak yang belajar bertujuan melaksanakan belajar bermakna.

Kebermaknaan materi pelajaran secara potensial tergantung

dari materi itu memiliki kebermaknaan logis dan gagasan-

gagasan yang relevan harus terdapat dalam struktur kognitif

siswa.

Berdasarkan pandangannya tentang belajar bermakna, maka

David Ausuble mengajukan 4 prinsip pembelajaran , yaitu:

1. Pengatur awal (advance organizer)

Pengatur awal atau bahan pengait dapat digunakan guru dalam

membantu mengaitkan konsep lama denan konsep baru yang lebih

tinggi maknanya. Pemggunaan pengatur awal tepat dapat

meningkatkan pemahaman berbagai macam materi , terutama

materi pelajaran yang telah mempunyai struktur yang teratur.

Pada saat mengawali pembelajaran dengan prestasi suatu pokok

bahasan sebaiknya “pengatur awal” itu digunakan, sehingga

pembelajaran akan lebih bermakna.

Page 21: TEORI BELAJAR MENURUT BEBERAPA AHLI

2. Diferensiasi progresif

Dalam proses belajar bermakna perlu ada pengembangan dan

kolaborasi konsep-konsep. Caranya unsur yang paling umum dan

inklusif diperkenalkan dahulu kemudian baru yang lebih

mendetail, berarti proses pembelajaran dari umum ke khusus.

3. Belajar superordinat

Belajar superordinat adalah proses struktur kognitif yang

mengalami petumbuhan kearah deferensiasi, terjadi sejak

perolehan informasi dan diasosiasikan dengan konsep dalam

struktur kognitif tersebut. Proses belajar tersebut akan

terus berlangsung hingga pada suatu saat ditemukan hal-hal

baru. Belajar superordinat akan terjadi bila konsepkonsep

yang lebih luas dan inklusif.

4. Penyesuaian Integratif

Pada suatu sasat siswa kemungkinan akan menghadapi kenyataan

bahwa dua atau lebih nama konsep digunakan untuk menyatakan

konsep yang sama atau bila nama yang sama diterapkan pada

lebih satu konsep. Untuk mengatasi pertentangan kognitif

itu, Ausable mengajukan konsep pembelajaran penyesuaian

integratif Caranya materi pelajaran disusun sedemikian rupa,

sehingga guru dapat menggunakan hiierarkhi-hierarkhi

konseptual ke atas dan ke bawah selama informasi disajikan.

Penangkapan (reception learning). Menurut Ausubel , siswa

tidak selalu mengetahui apa yang penting atau relevan untuk

dirinya sendiri sehigga mereka memerlukan motivasi eksternal

untuk melakukan kerja kognitif dalam mempelajari apa yang

Page 22: TEORI BELAJAR MENURUT BEBERAPA AHLI

telah diajarkan di sekolah. Ausable menggambarkan model

pembelajaran ini dengan nama belajar penangkapan.

Inti belajar penangkapan yaitu pengajaran ekspositori, yakni

pembelajaran sistematik yang direncanakan oleh guru mengenai

informasi yang bermakna (meaningful information). Pembelajaran

ekspositori itu terdiri dari tiga tahap, yaitu:

1. Penyajian advance organizer

Advance organizer merupakan pernyataan umum yang

memeperkenalkan bagian-bagian utama yang etrcakup dalam

urutan pengajaran. Advance organizer berfungsi untuk

menghubungkan gagasan yang disajikan di dalam pelajaran

dengan informasi yang telah berda didalam pikiran siswa, dan

memberikan skema organisasional terhadap informasi yang

sangat spesifik yang disajikan.

2. Penyajian materi atau tugas belajar.

Dalam tahap ini, guru menyajikan metri pembelajaran yang

baru dengan menggunakan metode ceramah, diskusi, film, atau

menyajikan tugas-tugas belajar kepada siswa. Ausuble

menekankan tentang pentingnya mempertahankan perhatian

siswa, dan juga pentingnya pengorganisasian meteri pelajaran

yang dikaitakan dengan struktur yang terdapat didalam

advance organizer. Dia menyarankan suatu proses yang disebut

dengan diferensiasi progresif, dimana pembelajaran

berlangsung setahap demi setahap, dimulai dari konsep umum

Page 23: TEORI BELAJAR MENURUT BEBERAPA AHLI

menuju kepada informasi spesifik, contoh-contoh ilustratif,

dan membandingkan antara konsep lama dengan konsep baru.

3. Memperkuat organisasi kognitif.

Ausuble menyarankan bahwa guru mencoba mengikatkan informasi

baru ke dalam stuktur yang telah direncanakan di dalam

permulaan pelajaran, degan cara mengingatkan siswa bahwa

rincian yang bersifat spesifik itu berkaitan dengan gambaran

informasi yang bersifat umum. Pada akhir pembelajaran ini

siswa diminta mengjukan pertanyaan pada diri sendiri

mengenai tingkat pemahamannya terhadap pelajaran yang baru

dipelajari, menghubungkannya dengan pengetahuan yang telah

dimiliki dan pengorganisasian materi pembelajaran

sebagaimana yang dideskripsikan didalam advance organizer

samping itu juga memberikan pertanyaan kepada siswa dalam

rangka menjajaki keluasan pemahaman siswa tentang isi

pelajaran.

Ausubel (dalam Dahar, 1988:137) mengemukakan bahwa belajar

dikatakan bermakna (meaningful)  jika informasi yang akan

dipelajari peserta didik disusun sesuai dengan struktur

kognitif yang dimiliki peserta didik sehingga peserta didik

dapat mengaitkan informasi barunya dengan struktur kognitif

yang dimilikinya. Ausubel (dalam Dahar ,1988 :142) juga

menyatakan bahwa agar belajar bermakna terjadi dengan baik

dibutuhkan beberapa syarat, yaitu :

1. Materi yang akan dipelajari harus bermakna secara potensial,

Page 24: TEORI BELAJAR MENURUT BEBERAPA AHLI

2. Anak yang akan belajar harus bertujuan melaksanakan belajar

bermakna sehingga mempunyai kesiapan dan niat untuk belajar

bermakna.

Dikatakan lebih lanjut oleh Ausubel (Dahar ,1989 :141) ada

tiga kebaikan dari belajar bermakna yaitu :

a) Informasi yang dipelajari secara bermakna lebih lama dapat

diingat,

b) Informasi yang dipelajari secara bermakna memudahkan proses

belajar berikutnya untuk materi pelajaran yang mirip,

c) Informasi yang dipelajari secara bermakna mempermudah

belajar hal-hal yang mirip walaupun telah terjadi lupa.

Belajar bermakna (meaningfull learning) yang digagas David

P. Ausubel adalah suatu proses pembelajaran dimana siswa lebih

mudah memahami dan mempelajari, karena guru mampu dalam

memberi kemudahan bagi siswanya sehingga mereka dengan mudah

mengaitkan pengalaman atau pengetahuan yang sudah ada dalam

pikirannya. Sehingga belajar dengan “membeo” atau belajar

hafalan (rote learning) adalah tidak bermakna (meaningless)

bagi siswa. Belajar hafalan terjadi karena siswa tidak mampu

mengaitkan pengetahuan baru dengan pengetahuan yang lama.

Faktor-faktor utama yang mempengaruhi belajar bermakna

menurut Ausubel adalah struktur kognitif yang ada, stabilitas

dan kejelasan pengetahuan dalam suatu bidang studi tertentu

dan pada waktu tertentu. Seseorang belajar dengan

mengasosiasikan fenomena baru ke dalam skema yang telah ia

Page 25: TEORI BELAJAR MENURUT BEBERAPA AHLI

punya. Dalam prosesnya siswa mengkonstruksi apa yang ia

pelajari dan ditekankan pelajar mengasosiasikan pengalaman,

fenomena,  dan fakta-fakta baru kedalam system pengertian yang

telah dipunyainya.

Ausubel berpendapat bahwa guru harus dapat mengembangkan

potensi kognitif siswa melalui proses belajar bermakna. Mereka

yang berada pada tingkat pendidikan dasar, akan lebih

bermanfaat jika siswa diajak beraktivitas, dilibatkan langsung

dalam kegiatan pembelajaran. Sedangkan pada tingkat pendidikan

yang lebih tinggi, akan lebih efektif jika menggunakan

penjelasan, peta konsep, demonstrasi, diagram dan ilustrasi.

Empat tipe belajar menurut Ausubel, yaitu:

A. Belajar dengan penemuan yang bermakna

Yaitu mengaitkan pengetahuan yang telah dimilikinya

dengan materi pelajaran yang dipelajarinya atau siswa

menemukan pengetahuannya dari apa yang ia pelajari

kemudian pengetahuan baru itu ia kaitkan dengan

pengetahuan yang sudah ada.

B. Belajar dengan penemuan yang tidak bermakna

Yaitu pelajaran yang dipelajari ditemukan sendiri oleh

siswa tanpa mengaitkan pengetahuan yang telah

dimilikinya, kemudian dia hafalkan.

C. Belajar menerima (ekspositori) yang bermakna

Materi pelajaran yang telah tersusun secara logis

disampaikan kepada siswa sampai bentuk akhir, kemudia

Page 26: TEORI BELAJAR MENURUT BEBERAPA AHLI

pengetahuan yang baru itu dikaitkan dengan pengetahuan

yang ia miliki.

D. Belajar menerima (ekspositori) yang tidak bermakna

Yaitu materi pelajaran yang telah tersusun secara logis

disampaikan kepada siswa sampai bentuk akhir, kemudia

pengetahuan yang baru itu dihafalkan tanpa mengaitkannya

dengan pengetahuan yang ia miliki. Prasyarat agar belajar

menerima menjadi bermakna menurut Ausubel, yaitu:

a. Belajar menerima yang bermakna hanya akan terjadi

apabila siswa memiliki strategi belajar bermakna,

b. Tugas-tugas belajar yang diberikan kepada siswa harus

sesuai dengan pengetahuan yang telah dimiliki siswa,

c. Tugas-tugas belajar yang diberikan harus sesuai dengan

tahap perkembangan intelektual siswa.

D. TEORI BELAJAR EGGEN

Eggen dan Kauchak (1993: 319) mendefinisikanpembelajaran

kooperatif sebagai sekumpulan strategi mengajar yang digunakan

guru agar siswa saling -membantu dalam mempelajari sesuatu.

Oleh karena itu belajar kooperatif ini juga dinamakan “belajar

teman sebaya.”.Kooperatif adalah suatu gambaran kerjasama

antara individu yang satu dengan lainnya dalam suatu ikatan

tertentu. Ikatan–ikatan tersebut yang menyebabkan antara satu

dengan yang lainnya merasa berada dalam satu tempat dengan

tujuan–tujuan yang secara bersama–sama diharapkan oleh setiap

orang yang berada dalam ikatan itu.

Page 27: TEORI BELAJAR MENURUT BEBERAPA AHLI

Pemikiran tersebut hanya merupakan suatu gambaran sederhana

apa yang tersirat tentang kooperatif. Pembelajaran

kooperatif merupakan metode pembelajaran dengan siswa bekerja

dalam kelompok yang memiliki kemampuan heterogen. Pembelajaran

kooperatif dapat digunakan untuk mengajarkan materi yang agak

kompleks, membantu mencapai tujuan pembelajaran yang berdimensi

sosial, dan hubungan antara manusia. Belajar secara kooperatif

dikembangkan berdasarkan teori belajar kognitif konstruktivis

dan teori belajar social.

Menurut Arends (1997: 111), pembelajaran yang menggunakan

model kooperatif memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

A. Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk

menyelesaikan materi belajar.

B. Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi,

sedang dan rendah

C. Jika mungkin, anggota kelompok berasal dari ras, budaya,

suku, jenis kelamin yang berbeda-beda

D. Penghargaan lebih berorientasi pada kelompok dari pada

individu.

Secara umum, pembelajaran kooperatif bertujuan untuk

mencipatakan ikatan yang kuat antar siswa, membangun kecerdasan

sosial dan emosional, sehingga pada akhirnya siswa bisa

berinteraksi terhadap lingkungannya dengan segala kemampuan dan

potensi diri yang berkembang dengan baik. Secara garis besar,

tujuan tersebut bisa dicapai apabila memenuhi indikator sebagai

berikut:

Page 28: TEORI BELAJAR MENURUT BEBERAPA AHLI

a. Kemandirian yang positif

Kemandirian yang positif akan berhasil dengan baik apabila

setiap anggota kelompok merasa sejajar dengan anggota yang

lain. Artinya satu orang tidak akan berhasil kecuali anggota

yang lain merasakan juga keberhasilannya. Apapun usaha yang

dilakukan oleh masing-masing anggota tidak hanya untuk

kepentingan diri sendiri tetapi untuk semua anggota

kelompok. Kemandirian yang positif merupakan inti

pembelajaran kooperatif.

b. Peningkatan interaksi

Pada saat guru menekankan kemandirian yang positif,

selayaknya guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk

saling mengenal, tolong menolong, saling bantu, saling

mendukung, memberi semangat dan saling memberi pujian atas

usahanya dalam belajar. Aktivitas kognitif dan dinamika

kelompok terjadi pada saat siswa diikutsertakan untuk

belajar mengenal satu sama lain. Termasuk dalam hal ini

menjelaskan bagaimana memecahkan masalah, mendiskusikan

konsep yang akan dikerjakan, menjelaskan pada teman sekelas

dan menghubungkan dengan pelajaran yang terakhir dipelajari.

c. Pertanggungjawaban individu

Tujuan kelompok dalam pembelajaran kooperatif adalah agar

masing-masing anggota menjadi lebih kuat pengetahuannya.

Siswa belajar bersama sehingga setelah itu mereka dapat

melakukan yang lebih baik sebagai individu. Untuk memastikan

bahwa masing-masing anggota lebih kuat, siswa harus membuat

Page 29: TEORI BELAJAR MENURUT BEBERAPA AHLI

pertanggungjawaban secara individu terhadap tugas yang

menjadi bagiannya dalam bekerja. Pertanggungjawaban individu

akan terlaksana jika perbuatan masing-masing individu

dinilai dan hasilnya diberitahukan pada individu dan

kelompok.

Dalam proses belajar mengajar, para siswa perlu dilatih

untuk bekerja sama dengan rekan-rekan sebayanya. Ada kegiatan

belajar tertentu yang akan lebih berhasil jika dikerjakan

secara bersama-sama, misalnya dalam kerja kelompok, daripada

jika dikerjakan sendirian oleh masing-masing siswa. Latihan

kerja sama sangatlah penting dalam proses pembentukan

kepribadian anak. Pembelajaran kooperatif mengajarkan kepada

siswa keterampilan kerjasama dan kolaborasi. Keterampilan ini

amatlah penting untuk dimiliki siswa dalam rangka memahami

konsep-konsep yang sulit, berpikir kritis dan kemampuan

membantu teman.

Para ahli psikologi umumnya sependapat bahwa siswa-siswa

mudah memahami konsep-konsep yang rumit dan abstrak jika

disertai dengan contoh-contoh konkret dan dikerjakan secara

bersama-sama. Dalam ranah pengembangan kepribadian dan konsep

diri siswa, konselor di sekolah dapat menerapkan pembelajaran

kooperatif dalam konseling melalui teknik sebagai berikut:

3. Bimbingan kelompok

Dalam bimbingan kelompok sebaiknya dibentuk kelompok-

kelompok kecil yang lebih kurang terdiri dari 4-5 orang.

Murid-murid yang telah tergabung dalam kelompok-kelompok

Page 30: TEORI BELAJAR MENURUT BEBERAPA AHLI

kecil itu mendiskusikan bersama sebagai permasalahan

termasuk didalamnya permasalahan belajar.

4. Peer Konseling

Melalui peer konseling, hubungan sosial dan kecerdasan

emosional siswa meningkat dan menjadi lebih baik. Dalam hal

ini siswa bisa saling bekerjasama untuk menyelesaikan

permasalahan.

5. Organisasi murid dan kegiatan bersama

Kegiatan bersama merupakan teknik bimbingan yang baik,

karena dengan melakukan kegiatan bersama mendorong anak

saling membantu sehingga relasi sosial positif dapat

dikembangkan dengan baik. Organisasi siswa dapat membantu

dalam proses pembentukan anak, baik secara pribadi maupun

secara sebagai anggota masyarakat.

4. Sosiodrama

Sosiodrama adalah suatu cara dalam bimbingan yang memberikan

kesempatan pada murid-murid untuk mendramatisasikan sikap,

tingkah laku atau penghayatan seseorang. Maka dari itu

sosiadrama dipergunakan dalam pemecahan-pemecahan masalah.

E. TEORI BELAJAR BRUNER

Teori belajar bruner dikenal oleh tiga tahapan belajarnya

yang terkenal. Pada dasarnya setiap individu pada waktu

mengalami atau mengenal peristiwa yang ada di dalam

lingkungannya dapat menemukan cara untuk menyatakan kembali

peristiwa tersebut di dalam pikirannya, yaitu suatu model

Page 31: TEORI BELAJAR MENURUT BEBERAPA AHLI

mental tentang peristiwa yang dialaminya. Hal tersebut adalah

proses belajar yang terbagi menjadi tiga tahapan, yakni:

(1)Tahap enaktif;

dalam tahap ini peserta didik di dalam belajarnya

menggunakan atau memanipulasi obyek-obyek secara langsung.

(2)Tahap ikonik;

pada tahap ini menyatakan bahwa kegiatan anak-anak mulai

menyangkut mental yang merupakan gambaran dari obyek-obyek.

Dalam tahap ini, peserta didik tidak memanipulasi langsung

obyek-obyek, melainkan sudah dapat memanipulasi dengan

menggunakan gambaran dari obyek. Pengetahuan disajikan oleh

sekumpulan gambar-gambar yang mewakili suatu konsep

(Sugandi, 2004:37).

(3)Tahap simbolik;

tahap ini anak memanipulasi simbol-simbol secara langsung

dan tidak ada lagi kaitannya dengan objek-objek. Anak

mencapai transisi dari pengguanan penyajian ikonik ke

penggunaan penyajian simbolik yang didasarkan pada sistem

berpikir abstrak dan lebih fleksibel. Dalam penyajian suatu

pengetahuan akan dihubungkan dengan sejumlah informasi yang

dapat disimpan dalam pikiran dan diproses untuk mencapai

pemahaman.

Jerome Bruner membagi alat instruksional dalam empat macam

menurut fungsinya antara lain:

Page 32: TEORI BELAJAR MENURUT BEBERAPA AHLI

1. Alat untuk menyampaikan pengalaman “vicaorus” (sebagai

pengganti pengalaman yang langsung) yaitu menyajikan bahan

yang tidak dapat mereka peroleh secara langsung di sekolah.

Hal ini dapat dilakukan melalui film, TV, rekaman suara dan

sebagainya;

2. Alat model yang dapat memberikan pengertian tentang struktur

atau prinsip suatu gejala misalnya model molekul, model

bangun ruang;

3. Alat dramatisasi, yakni mendramatisasikan sejarah suatu

peristiwa atau tokoh, film tentang alam, untuk memberikan

pengertian tentang suatu idea atau gejala;

Alat automatisasi seperti teaching machine atau pelajaran

berprograma yang menyajikan suatu masalah dalam urutan

teratur dan memberikan balikan atau feedback tentang respon

siswa (Nasution, 2003:15).

F. TEORI BELAJAR VIGOTSKY

Nama lengkapnya adalah Lev Semyonovich Vygotsky. Ia

dilahirkan di salah satu kota Tsarist, Russia, tepatnya pada

pada 17 November 1896, dan  berkuturunan Yahudi. Ia tertarik

pada psikologi saat berusia 28 tahun.

Seseorang yang belajar dipahami sebagai seseorang yang

membentuk pengertian/pengetahuan secara aktif dan terus-

menerus.  Inti teori Vygotsky adalah menekankan interaksi

antara aspek “internal” dan “eksternal” dari pembelajaran dan

penekanannya pada lingkungan sosial pembelajaran. Menurut teori

Page 33: TEORI BELAJAR MENURUT BEBERAPA AHLI

Vygotsky, fungsi kognitif berasal dari interaksi sosial masing-

masing individu dalam konsep budaya. Vygotsky juga yakin bahwa

pembelajaran terjadi saat siswa bekerja menangani tugas-tugas

yang belum dipelajari namun tugas- tugas itu berada dalam “zone

of proximal development” mereka. Zone of proximal developmentadalah

jarak antara tingkat perkembangan sesungguhnya yang ditunjukkan

dalam kemampuan pemecahan masalah secara mandiri dan tingkat

kemampuan perkembangan potensial yang ditunjukkan dalam

kemampuan pemecahan masalah di bawah bimbingan orang dewasa

atau teman sebaya yang lebih mampu.

Vygotsky banyak menekankan peranan orang dewasa dan anak-

anak lain dalam memudahkan perkembangan si anak. Menurut

Vygotsky, anak-anak lahir dengan fungsi mental yang relatif

dasar seperti kemampuan untuk memahami dunia luar dan

memusatkan perhatian. Namun, anak-anak tak banyak memiliki

fungsi mental yang lebih tinggi seperti ingatan, berpikir dan

menyelesaikan masalah. Fungsi-fungsi mental yang lebih tinggi

ini dianggap sebagai ”alat kebudayaan” tempat individu hidup

dan  alat-alat itu berasal dari budaya. Alat-alat itu

diwariskan pada anak-anak oleh anggota-anggota kebudayaan yang

lebih tua  selama pengalaman pembelajaran yang dipandu.

Pengalaman dengan orang lain secara berangsur menjadi semakin

mendalam dan membentuk gambaran batin anak tentang dunia.

Karena itulah berpikir setiap anak dengan cara yang sama dengan

anggota lain dalam kebudayaannya.

Page 34: TEORI BELAJAR MENURUT BEBERAPA AHLI

Aliran psikologi yang dipegang oleh Vygotsky lebih mengacu

pada kontruktivisme karena ia lebih menekankan pada hakikat

pembelajaran sosiokultural.  Dalam analisisnya, perkembangan

kognitif seseorang disamping ditentukan oleh individu sendiri

secara aktif, juga ditentukan oleh lingkungan sosial secara

aktif. Oleh karenanya, konsep teori perkembangan kognitif

Vygotsky berkutat pada tiga hal:

1. Hukum Genetik tentang Perkembangan (Genetic Law of Development)

Setiap kemampuan seseorang akan tumbuh dan berkembang

melewati dua aturan, yaitu tataran sosial lingkungannya dan

tataran psikologis yang ada pada dirinya.

2. Zona Perkembangan Proksimal (Zone of Proximal Development)

Meskipun pada akhirnya anak-anak akan mempelajari sendiri

beberapa konsep melalui pengalaman sehari-hari, Vygotsky

percaya bahwa anak akan jauh lebih berkembang jika

berinteraksi dengan orang lain. Anak-anak tidak akan pernah

mengembangkan pemikiran operasional formal tanpa bantuan

orang lain. Vygotsky membedakan antaraactual

development dan potential development pada anak. Actual

development ditentukan apakah seorang anak dapat melakukan

sesuatu tanpa bantuan orang dewasa atau guru. Sedangkan

potensial development membedakan apakah seorang anak dapat

melakukan sesuatu, memecahkan masalah di bawah petunjuk

orang dewasa atau kerjasama dengan teman sebaya.

3. Mediasi

Page 35: TEORI BELAJAR MENURUT BEBERAPA AHLI

Mediator yang diperankan lewat tanda maupun lambang adalah

kunci utama memahami proses-proses sosial dan psikologis.

Makanya, jika dikaji lebih mendalam teori perkembangan

kognitif Vygotsky akan ditemukan dua jenis mediasi, yaitu

metakognitif dan mediasi kognitif. Media metakognitif adalah

penggunaan alat-alat semiotic yang bertujuan

untuk melakukan self regulation (pengaturan diri) yang

mencakup self planning, self monitoring, self checking, danself

evaluation. Media ini berkembang dalam komunikasi antar

pribadi. Sedangkan media kognitif adalah penggunaan alat-

alat kognitif untuk memecahkan masalah yang berhubungan

dengan pengetahuan tertentu. Sehingga media ini dapat

berhubungan dengan konsep spontan (yang mungkin salah)

dan konsep ilmiah (yang lebih terjamin kebenarannya).

Vygotsky lebih menekankan pada peran aspek sosial dalam

pengembangan intelektual atau kognitif anak. Vygotsky memandang

bahwa kognitif anak berkembang melalui interaksi sosial. Anak

mengalami interaksi dengan orang yang lebih tahu. Secara

singkat, teori perkembangan sosial berpendapat bahwa interaksi

sosial dengan budaya mendahului. Maksudnya dari relasi dengan

budaya membuat seorang anak mengalami kesadaran dan

perkembangan kognisi. Jadi intinya Vygotsky memusatkan

perhatiannya pada hubungan dialektik antara individu dan

masyarakat dalam pembentukan pengetahuan.

Page 36: TEORI BELAJAR MENURUT BEBERAPA AHLI

Pengetahuan terbentuk sebagai akibat dari interaksi sosial

dan budaya seorang anak. Pengetahuan tersebut terbagi menjadi

dua bentuk, yaitu pengetahuan spontan dan pengetahuan ilmiah.

Pengetahuan spontan mempunyai sifat lebih kurang

teridentifikasi secara jelas, tidak logis, dan sistematis.

Sedangkan pengetahuan ilmiah sebuah pengetahuan yang diperoleh

dari pendidikan formal dan sifatnya lebih luas, logis, dan

sistematis. Kemudian proses belajar adalah sebuah perkembangan

dari pengertian spontan menuju pengertian yang lebih ilmiah.