A. TEORI BELAJAR GAGNE Sebagaimana tokoh-tokoh lainnya dalam psikologi pembelajaran, Gagne berpendapat bahwa belajar dipengaruhi oleh pertumbuhan dan lingkungan, namun yang paling besar pengaruhnya adalah lingkungan individu seseorang. Lingkungan indiviu seseorang meliputi lingkungan rumah, geografis, sekolah, dan berbagai lingkungan sosial. Berbagai lingkungan itulah yang akan menentukan apa yang akan dipelajari oleh seseorang dan selanjutnya akan menentukan akan menjadi apa ia nantinya. Bagi Gagne, belajar tidak dapat didefinisikan dengan mudah karena belajar itu bersifat kompleks. Dalam pernyataan tersebut, dinyatakan bahwa hasil belajar akan mengakibatkan perubahan pada seseorang yang berupa perubahan kemampuan, perubahan sikap, perubahan minat atau nilai pada seseorang. Perubahan tersebut bersifat menetap meskipun hanya sementara. Menurut Gagne, ada tiga elemen belajar, yaitu individu yang belajar, situasi stimulus, dan responden yang melaksanakan aksi sebagai akibat dari stimulasi. Selanjutnya, Gagne juga mengemukakan tentang sistematika delapan tipe belajar, sistematika lima jenis belajar, fase-fase belajar, implikasi dalam pembelajaran, serta aplikasi dalam pembelajaran. 1. Sistematika ”Delapan TipeBelajar” Menurut Robert M. Gagne, ada 8 tipe belajar, yaitu: 1. Tipe belajar tanda (Signal learning)
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
A. TEORI BELAJAR GAGNE
Sebagaimana tokoh-tokoh lainnya dalam psikologi
pembelajaran, Gagne berpendapat bahwa belajar dipengaruhi oleh
pertumbuhan dan lingkungan, namun yang paling besar pengaruhnya
adalah lingkungan individu seseorang. Lingkungan indiviu
seseorang meliputi lingkungan rumah, geografis, sekolah, dan
berbagai lingkungan sosial. Berbagai lingkungan itulah yang
akan menentukan apa yang akan dipelajari oleh seseorang dan
selanjutnya akan menentukan akan menjadi apa ia nantinya.
Bagi Gagne, belajar tidak dapat didefinisikan dengan mudah
karena belajar itu bersifat kompleks. Dalam pernyataan
tersebut, dinyatakan bahwa hasil belajar akan mengakibatkan
perubahan pada seseorang yang berupa perubahan kemampuan,
perubahan sikap, perubahan minat atau nilai pada seseorang.
Perubahan tersebut bersifat menetap meskipun hanya sementara.
Menurut Gagne, ada tiga elemen belajar, yaitu individu
yang belajar, situasi stimulus, dan responden yang melaksanakan
aksi sebagai akibat dari stimulasi. Selanjutnya, Gagne juga
mengemukakan tentang sistematika delapan tipe belajar,
sistematika lima jenis belajar, fase-fase belajar, implikasi
dalam pembelajaran, serta aplikasi dalam pembelajaran.
1. Sistematika ”Delapan TipeBelajar”
Menurut Robert M. Gagne, ada 8 tipe belajar, yaitu:
1. Tipe belajar tanda (Signal learning)
Belajar dengan cara ini dapat dikatakan sama dengan apa
yang dikemukakan oleh Pavlov. Semua jawaban/respons
menurut kepada tanda/sinyal.
2. Tipe belajar rangsang-reaksi (Stimulus-response learning)
Tipe ini hampir serupa dengan tipe satu, namun pada tipe
ini, timbulnya respons juga karena adanya dorongan yang
datang dari dalam serta adanya penguatan sehingga
seseorang mau melakukan sesuatu secara berulang-ulang.
3. Tipe belajar berangkai (Chaining Learning)
Pada tahap ini terjadi serangkaian hubungan stimulus-
respons, maksudnya adalah bahwa suatu respons pada
gilirannya akan menjadi stimulus baru dan selanjutnya
akan menimbulkan respons baru.
4. Tipe belajar asosiasi verbal (Verbal association learning)
Tipe ini berhubungan dengan penggunaan bahasa, dimana
hasil belajarnya yaitu memberikan reaksi verbal pada
stimulus/perangsang.
5. Tipe belajar membedakan (Discrimination learning)
Hasil dari tipe belajar ini adalah kemampuan untuk
membeda-bedakan antar objek-objek yang terdapat dalm
lingkungan fisik.
6. Tipe belajar konsep (Concept Learning)
Belajar pada tipe ini terutama dimaksudkan untuk
memperoleh pemahaman atau pengertian tentang suatu yang
mendasar.
7. Tipe belajar kaidah (RuleLearning)
Tipe belajar ini menghasilkan suatu kaidah yang terdiri
atas penggabungan beberapa konsep.
8. Tipe belajar pemecahan masalah (Problem solving)
Tipe belajar ini menghasilkan suatu prinsip yang dapat
digunakan untuk memecahkan suatu permasalahan.
2. Sistematika “Lima Jenis Belajar”
Sistematika ini tidak jauh berbeda dengan sistematika
delapan tipe belajar, dimana isinya merupakan bentuk
penyederhanaan dari sistematika delapan tipe belajar. Uraian
tentang sistematika lima jenis belajar ini memperhatikan
pada hasil belajar yang diperoleh siswa. Hasil belajar ini
merupakan kemampuan internal yang telah menjadi milik
pribadi seseorang dan memungkinkan orang tersebut melakukan
sesuatu yang dapat memberikan ptrestasi tertentu.
Sistematika ini mencakup semua hasil belajar yang
dapat diperoleh, namun tidak menunjukkan setiap hasil
belajar atau kemampuan internal satu-persatu. Akan tetapi
memgelompokkan hasil-hasil belajar yang memiliki ciri-ciri
sama dalam satu kategori dan berbeda sifatnya dari kategori
lain. Maka dapat dikatakan, bahwa sistematika Gagne meliputi
lima kategori hasil belajar. Kelima kategori hasil belajar
tersebut adalah informasi verbal, kemahiran intelektual, pengaturan
kegiatan kognitif, keterampilan motorik, dan sikap.
1. Informasi verbal (Verbal information)
Merupakan pengetahuan yang dimiliki seseorang dan dapat
diungkapkan dalam bentuk bahasa, lisan, dan tertulis.
Pengetahuan tersebut diperoleh dari sumber yang juga
menggunakan bahasa, lisan maupun tertulis. Informasi
verbal meliputi ”cap verbal” dan ”data/fakta”. Cap verbal
yaitu kata yang dimiliki seseorang untuk menunjuk pada
obyek-obyek yang dihadapi, misalnya ’kursi’. Data/fakta
adalah kenyataan yang diketahui, misalnya ’Ibukota negara
Indonesia adalah Jakarta’.
2. Kemahiran intelektual (Intellectual skill)
Yang dimaksud adalah kemampuan untuk berhubungan dengan
lingkungan hidup dan dirinya sendiri dalam bentuk suatu
representasi, khususnya konsep dan berbagai
lambang/simbol (huruf, angka, kata, dan gambar). Kategori
kemahiran intelektual terbagi lagi atas empat
subkemampuan, yaitu:
a. Diskriminasi jamak, yaitu kemampuan seseorang dalam
mendeskripsikan benda yang dilihatnya.
b. Konsep, ialah satuan arti yang mewakili sejumlah obyek
yang memiliki ciri-ciri sama. Konsep dibedakan atas
konsep konkret dan konsep yang harus didefinisikan.
Konsep konkret adalah pengertian yang menunjuk pada
obyek-obyek dalam lingkungan fisik. Konsep yang
didefinisiskan adalah konsep yang mewakili realitas
hidup, tetapi tidak langsung menunjuk pada realitas
dalam lingkungan hidup fisik.
c. Kaidah, yaitu kemampuan seseorang untuk menggabungkan
dua konsep atau lebih sehingga dapat memahami
pengertiannya.
d. Prinsip. Dalam prinsip telah terjadi kombinasi dari
beberapa kaidah, sehingga terbentuk suatu kaidah yang
bertaraf lebih tinggi dan lebih kompleks. Berdasarkan
prinsip tersebut, seseorang mampu memecahkan suatu
permasalahan, dan kemudian menerapkan prinsip tersebut
pada permasalahan yang sejenis.
3. Pengaturan kegiatan kognitif (Cognitive strategy)
Merupakan suatu cara seseorang untuk menangani aktivitas
belajar dan berpikirnya sendiri, sehingga ia menggunakan
cara yang sama apabila menemukan kesulitan yang sama.
4. Keterampilan motorik (Motor skill)
Adalah kemampuan seseorang dalam melakukan suatu
rangkaian gerak-gerik jasmani dalam urutan tertentu,
dengan mengadakan koordinasi antara gerak-gerik berbagai
anggota badan secara terpadu.
5. Sikap (Attitude)
Merupakan kemampuan seseorang yang sangat berperan sekali
dalam mengambil tindakan, apakah baik atau buruk bagi
dirinya sendiri.
3. Fase-Fase Belajar
Fase-fase belajar ini berlaku bagi semua tipe belajar.
Menurut Gagne, ada 4 buah fase dalam proses belajar, yaitu:
1) Fase penerimaan (apprehending phase)
Pada fase ini, rangsang diterima oleh seseorang yang
belajar. Ini ada beberapa langkah. Pertama timbulnya
perhatian, kemudian penerimaan, dan terakhir adalah
pencatatan (dicatat dalam jiwa tentang apa yang sudah
diterimanya).
2) Fase penguasaan (Acquisition phase)
Pada tahap ini akan dapat dilihat apakah seseorang telah
belajar atau belum. Orang yang telah belajar akan dapat
dibuktikannya dengan memperlihatkan adanya perubahan pada
kemampuan atau sikapnya.
3) Fase pengendapan (Storage phase)
Sesuatu yang telah dimiliki akan disimpan agar tidak cepat
hilang sehingga dapat digunakan bila diperlukan. Fase ini
berhubungan dengan ingatan dan kenangan.
4) Fase pengungkapan kembali (Retrieval phase)
Apa yang telah dipelajari, dimiliki, dan disimpan (dsalam
ingatan) dengan maksud untuk digunakan (memecahkan
masalah) bila diperlukan. Jika kita akan menggunakan apa
yang disimpan, maka kita harus mengeluarkannya dari tempat
penyimpanan tersebut, dan inilah yang disebut dengan
pengungkapan kembali. Fase ini meliputi penyadaran akan
apa yang telah dipelajari dan dimiliki, serta
mengungkapkannya dengan kata-kata (verbal) apa yang telah
dimiliki tidak berubah-ubah.
Menurut Gagne, fase pertama dan kedua merupakan
stimulus, dimana terjadinya proses belajar,sedangkan pada
fase ketiga dan keempat merupakan hasil belajar.
4. Implikasi Teori Gagne dalam Pembelajaran
1. Mengontrol perhatian siswa.
2. Memberikan informasi kepada siswa mengenai hasil belajar
yang diharapkan guru.
3. Merangsang dan mengingatkan kembali kemampuan-kemampuan
siswa.
4. Penyajian stimuli yang tak bisa dipisah-pisahkan dari
tugas belajar.
5. Memberikan bimbingan belajar.
6. Memberikan umpan balik.
7. Memberikan kesempatan pada siswa untuk memeriksa hasil
belajar yang telah dicapainya.
8. Memberikan kesempatan untuk berlangsungnya transfer of
learning.
9. Memberikan kesempatan untuk melakukahn praktek dan
penggunaan kemampuan yang baru diberikan.
B. TEORI BELAJAR PIAGET
1. Beberapa Konsep dalam Teori Piaget.
Ada beberapa konsep yang perlu dimengerti agar lebih mudah
memahami teori perkembangan kognitif atau teori perkembangan
Piaget, yaitu;
a. Intelegensi
Piaget mengartikan intelegensi secara lebih luas, juga
tidak mendefinisikan secara ketat. Ia memberikan definisi
umum yang lebih mengungkap orientasi biologis. Menurutnya,
intelegensi adalah suatu bentuk ekuilibrium kearah mana
semua struktur yang menghasilkan persepsi, kebiasaan, dan
mekanisme sensiomotor diarahkan. (Piaget dalam DR. P.
Suparno,2001:19).
b. Organisasi
Organisasi adalah suatu tendensi yang umum untuk semua
bentuk kehidupan guna mengintegrasikan struktur, baik yang
psikis ataupun fisiologis dalam suatu sistem yang lebih
tinggi.
c. Skema
Skema adalah suatu struktur mental seseorang dimana ia
secara intelektual beradaptasi dengan lingkungan
sekitarnya. Skema akan beradaptasi dan berubah selama
perkembangan kognitif seseorang.
d. Asimilasi
Asimilasi adalah proses kognitif dimana seseorang
mengintegrasikan persepsi, konsep atau pengalaman baru
kedalam skema atau pola yang sudah ada dalam pikirannya.
e. Akomodasi.
Akomodasi adalah pembentukan skema baru atau mengubah
skema lama sehingga cocok dengan rangsangan yang baru,
atau memodifikasi skema yang ada sehingga cocok dengan
rangsangan yang ada.
f. Ekuilibrasi.
Ekuilibrasi adalah keseimbangan antara asimilasi dan
akomodasi sedangkan diskuilibrasi adalah keadaan dimana
tidak seimbangnya antara proses asimilasi dan akomodasi,
ekuilibrasi dapat membuat seseorang menyatukan pengalaman
luar dengan struktur dalamnya.
2. Pengertian Belajar Menurut Piaget
Menurut Piaget, bahwa belajar akan lebih berhasil
apabila disesuaikan dengan tahap perkembangan kognitif
peserta didik. Peserta didik hendaknya diberi kesempatan
untuk melakukan eksperimen dengan obyek fisik, yang
ditunjang oleh interaksi dengan teman sebaya dan dibantu
oleh pertanyaan tilikan dari guru. Guru hendaknya banyak
memberikan rangsangan kepada peserta didik agar mau
berinteraksi dengan lingkungan secara aktif, mencari dan
menemukan berbagai hal dari lingkungan
Menurut Piaget pengetahuan (knowledge) adalah interaksi
yang terus menerus antara individu dengan lingkungan. Fokus
perkembangan kognitif Piaget adalah perkembangan secara
alami fikiran pebelajar mulai anak-anak sampai dewasa.
Konsepsi perkembangan kognitif Piaget, duturunkan dari
analisa perkembangan biologi organisme tertentu. Menurut
Piaget, intelegen (IQ=kecerdasan) adalah seperti sistem
kehidupan lainnya, yaitu proses adaptasi.
3. Teori Belajar menurut Piaget
Pendapat Piaget mengenai perkembangan proses belajar
pada anak-anak adalah:
a) Anak mempunyai struktur mental yang berbeda dengan
orang dewasa. Mereka bukan merupakan orang dewasa dalam
bentuk anak kecil, mereka mempunyai cara yang khas ntuk
menyatakan kenyataan dan untuk menghayati dunia
sekitarnya. Maka memerlukan pelayanan tersendiri dalam
belajar.
b) Perkembangan mental pada anak melalui tahap-tahap
tertentu, menurut suatu urutan yang sama bagi semua anak.
c) Walaupun berlangsungnya tahap-tahap perkembangan itu
melalui suatu urutan tertentu tetapi jangka waktu untuk
berlatih dari satu tahap ke tahap yang lain tidaklah
selalu sama pada setiap anak.
d) Perkembangan mental anak dipengaruhi oleh 4 faktor,
yaitu:
1. Kemasakan
2. Pengalaman
3. Interaksi Sosial
4. Equilibration (proses dari ketiga faktor di atas
bersama-sama untuk membangun dan memperbaiki struktur
mental)
e) Ada 4 tahap perkembangan yaitu:
1. Tahap Sensori motor (0-2,0 tahun)
2. Tahap Pre operasional (2,0-7,0 tahun)
3. Tahap konkret (7,0-11,0 tahun)
4. Tahap operasi formal (11,0-dewasa)
4. Tahap Perkembangan Kognitif Piaget
Tahap perkembangan intelektual anak secara kronologis
terjadi 4 tahap. Urutan tahap-tahap ini tetap bagi setiap
orang, akan tetapi usia kronologis memasuki setiap tahap
bervariasi pada setiap anak. Keempat tahap dimaksud adalah
sebagai berikut:
1) Tahap sensorimotor : umur 0 – 2 tahun.
(Ciri pokok perkembangannya anak mengalami dunianya melalui gerak dan
inderanya serta mempelajari permanensi obyek)
Tahap paling awal perkembangan kognitif terjadi pada
waktu bayi lahir sampai sekitar berumur 2 tahun. Tahap
ini disebut tahap sensorimotor oleh Piaget. Pada tahap
sensorimotor, intelegensi anak lebih didasarkan pada
tindakan inderawi anak terhadapt lingkungannya, seperti
melihat, meraba, menjamak, mendengar, membau dan lain-
lain. Pada tahap sensorimotor, gagasan anak mengenai
suatu benda berkembang dari periode “belum mempunyai
gagasan” menjadi “ sudah mempunyai gagasan”.
Gagasan mengenai benda sangat berkaitan dengan konsep
anak tentang ruang dan waktu yang juga belum terakomodasi
dengan baik. Struktur ruang dan waktu belum jelas dan
masih terpotong-potong, belum dapat disistematisir dan
diurutkan dengan logis. Menurut Piaget, mekanisme
perkembangan sensorimotor ini menggunakan proses
asimilasi dan akomodasi. Tahap-tahap perkembangan
kognitif anak dikembangkan dengan perlahan-lahan melalui
proses asimilasi dan akomodasi terhadap skema-skema anak
karena adanya masukan, rangsangan, atau kontak dengan
pengalaman dan situasi yang baru.
2) Tahap Pra operasional : umur 2 -7 tahun.
(Ciri pokok perkembangannya adalah penggunaan symbol/bahasa tanda
dan konsep intuitif)
Istilah “operasi” di sini adalah suatu proses berfikir
logik, dan merupakan aktivitas sensorimotor. Dalam tahap
ini anak sangat egosentris, mereka sulit me
nerima pendapat orang lain. Anak percaya bahwa apa yang
mereka pikirkan dan alami juga menjadi pikiran dan
pengalaman orang lain. Mereka percaya bahwa benda yang
tidak bernyawa mempunyai sifat bernyawa.
Tahap pra operasional ini dapat dibedakan atas dua
bagian.
a. Tahap pra konseptual (2-4 tahun), dimana representasi
suatu objek dinyatakan dengan bahasa, gambar dan
permainan khayalan.
b. Tahap intuitif (4-7 tahun). Pada tahap ini
representasi suatu objek didasarkan pada persepsi
pengalaman sendiri, tidak kepada penalaran.
Karakteristik anak pada tahap ini adalah sebagai berikut:
Anak dapat mengaitkan pengalaman yang ada di
lingkungan bermainnya dengan pengalaman pribadinya,
dan karenanya ia menjadi egois. Anak tidak rela bila
barang miliknya dipegang oleh orang lain.
Anak belum memiliki kemampuan untuk memecahkan
masalah-masalah yang membutuhkan pemikiran “yang dapat
dibalik (reversible).” Pikiran mereka masih bersifat
irreversible.\
Anak belum mampu melihat dua aspek dari satu objek
atau situasi sekaligus, dan belum mampu bernalar
(reasoning) secara individu dan deduktif.
Anak bernalar secara transduktif (dari khusus ke
khusus). Anak juga belum mampu membedakan antara fakta
dan fantasi. Kadang-kadang anak seperti berbohong. Ini
terjadi karena anak belum mampu memisahkan kejadian
sebenarnya dengan imajinasi mereka.
Anak belum memiliki konsep kekekalan (kuantitas,
materi, luas, berat dan isi). Menjelang akhir tahap
ini, anak mampu memberi alasan mengenai apa yang
mereka percayai. Anak dapat mengklasifikasikan objek
ke dalam kelompok yang hanya mempunyai satu sifat
tertentu dan telah mulai mengerti konsep yang konkrit.
3) Tahap operasi kongkret : umur 7 – 11/12 tahun
(Ciri pokok perkembangannya anak mulai berpikir secara logis tentang
kejadian-kejadian konkret)
Tahap operasi konkret (concrete operations) dicirikan
dengan perkembangan sistem pemikiran yang didasarkan pada
aturan-aturan tertentu yang logis. Anak sudah
memperkembangkan operasi-oprasi logis. Operasi itu
bersifat reversible, artinya dapat dimengerti dalam dua
arah, yaitu suatu pemikiran yang dapat dikemblikan kepada
awalnya lagi. Tahap opersi konkret dapat ditandai dengan
adanya sistem operasi berdasarkan apa-apa yang kelihatan
nyata/konkret.
Ciri-ciri operasi konkret yang lain, yaitu:
1. Adaptasi dengan gambaran yang menyeluruh.
Pada tahap ini, seorang anak mulai dapat menggambarkan
secara menyeluruh ingatan, pengalaman dan objek yang
dialami. Menurut Piaget, adaptasi dengan lingkungan
disatukan dengan gambaran akan lingkungan itu.
2. Melihat dari berbagai macam segi.
Anak pada tahap ini mulai mulai dapat melihat suatu
objek atau persoalan secara sediki menyeluruh dengan
melihat apek-aspeknya. Ia tidak hanya memusatkan pada
titik tertentu, tetapi dapat bersam-sam mengamati
titik-titik yang lain dalam satu waktu yang bersamaan.
3. Seriasi
Proses seriasi adalah proses mengatur unsur-unsur
menurut semakin besar atau semakin kecilnya unsur-
unsur tersebut. Menurut Piaget , bila seorang anak
telah dapat membuat suatu seriasi maka ia tidak akan
mengalami banyak kesulitaan untuk membuat seriasi
selanjutnuya.
4. Klasifikasi
Menurut Piaget, bila anak yang berumur 3 tahun dan 12
tahun diberi bermacam-maam objek dan disuruh membuat
klasifikasi yang serupa menjadi satu, ada beberapa
kemungkinan yang terjadi.
5. Bilangan
Dalam percobaan Piaget, ternyata anak pada tahap
praoperasi konkret belum dapat mengerti soal
korespondensi satu-satu dan kekekalan, namun pada
tahap tahap operasi konkret, anak sudah dapat mengerti
soal karespondensi dan kekekalan dengan baik. Dengan
perkembangan ini berarti konsep tentang bilangan bagi
anak telah berkembang.
6. Ruang, waktu, dan kecepatan
Pada umur 7 atau 8 tahun seorang anak sudah mengerti
tentang urutan ruang dengan melihat intervaj jarak
suatu benda. Pada umur 8 tahun anak sudan sudah sapat
mengerti relasi urutan waktu dan jug akoordinasi
dengamn waktu, dan pada umur 10 atau 11 tahun, anak
sadar akan konsep waktu dan kecepatan.
7. Probabilitas
Pada tahap ini, pengertian probabilitas sebagai suatu
perbandingan antara hal yang terjadi dengan kasus-
kasus yang mulai terbentuk.
8. Penalaran
Dalam pembicaraan sehari-hari, anak pada tahap ini
jarang berbicara dengan suatu alasan,tetapi lebih
mengatakan apa yang terjadi. Pada tahap ini, menurut
Piaget masih ada kesulitan dalam melihat persoalan
secara menyeluruh.
9. Egosentrisme dan Sosialisme.
Pada tahap ini, anak sudah tidak begitu egosentris
dalam pemikirannya. Ia sadar bahwa orang lain dapat
mempunyai pikiran lain.
4) Tahap operasi formal: umur 11/12 ke atas.
(Ciri pokok perkembangannya adalah hipotesis, abstrak, dan logis)
Tahap operasi formal (formal operations) merupakan tahap
terakhir dalam perkembangan kognitif menurut Piaget. Pada
tahap ini, seorang remaja sudah dapat berpikir logis,
berpikir dengan pemikiran teoritis formal berdasarkan
proposisi-proposisi dan hipotesis, dan dapat mengambil
kesimpulan lepas dari apa yang dapat diamati saat itu.
Cara berpikir yang abstrak mulai dimengerti. Sifat pokok
tahap operasi formal adalah pemikiran deduktif hipotesis,
induktif sintifik, dan abstrak reflektif.
1. Pemikiran Deduktif Hipotesis
Pemikiran deduktif adalah pemikiran yang menarik
kesimpulan yang spesifik dari sesuatu yang umum.
Kesimpulan benar hanya jika premis-premis yang dipakai
dalam pengambilan keputusan benar. Alasan deduktif
hipotesis adalah alasan/argumentasi yang berkaitan
dengan kesimpulan yang ditarik dari premis-premis yang
masih hipotetis. Jadi, seseorang yang mengambil
kesimpulan dari suatu proposisi yang diasumsikan,
tidak perlu berdasarkan dengan kenyataan yang real.
Dalam pemikiran remaja, Piaget dapat mendeteksi
adaanya pemikiran yang logis, meskipun para remaja
sendiri pada kenyataannya tidak tahu atau belum
menyadari bahwa cara berpikir mereka itu logis. Dengan
kata lain, model logis itu lebih merupakan hasil
kesimpulan Piaget dalam menafsirkan ungkapan remaja,
terlepas dari apakah para remaja sendiri tahu atau
tidak.
2. Pemikiran Induktif Sintifik
Pemikiran induktif adalah pengambilan kesimpulan yang
lebih umum berdasarkan kejadian-kejadian yang khusus.
Pemikiran ini disebut juga dengan metode ilmiah. Pada
tahap pemikiran ini, anak sudah mulai dapat membuat
hipotesis, menentukan eksperimen, menentukan variabel
control, mencatat hasi, dan menarik kesimpulan.
Disamping itu mereka sudah dapat memikirkan sejumlah
variabel yang berbeda pada waktu yang sama.
3. Pemikiran Abstraksi Reflektif
Menurut Piaget, pemikiran analogi dapat juga
diklasifikasikan sebagai abstraksi reflektif karena
pemikiran itu tidak dapat disimpulkan dari pengalaman.
5. Teori Pengetahuan.
Berdasarkan pengalamannya sejak masa kanak-kanak, Piaget
berkesimpulan bahwa setiap makhluk hidup memang perlu
beradaptasi dengan lingkungannya untuk dapat melestarikan
kehidupannya. Manusia adalah makhluk hidup, maka manusia
juga harus beradaptasi dengan lingkungannya. Berdasarkan hal
ini, Piaget beranggapan bahwa perkembangan pemikiran manusia
mirip dengan perkembangan biologis, yaitu perlu beradaptasi
dengan lingkungannya.
Piaget sendiri menyatakan bahwa teori pengetahuannya adalah
teori adaptasi pikiran ke dalam suatu realitas, seperti
organisme yang beradaptasi dengan lingkungannya.
A. Teori Adaptasi Piaget
Menurut Piaget, mengerti adalah suatu proses adaptasi
intelektual dimana pengalaman dan ide baru diinteraksikan
dengan apa yang sudah diketahui untuk membentuk struktur
pengertian yang baru. Setiap orang mempunyai struktur
pengetahuan awal (skema) yang berperan sebagai suatu
filter atau fasilitator terhadap berbagai ide dan
pengalaman yang baru. Melalui kontak dengan pengalaman
baru,skema dapat dikembangkan dan diubah, yaitu dengan
proses asimilasi dan akomodasi. Skema seseorang selalu
dikembangkan, diperbaharui , bahkan diubah untuk dapat
memahami tanyangan pemikiran dari luar. Proses ini
disebut adaptasi pikiran.
B. Teori Pengetahuan Piaget
Teori pengetahuan Piaget adalah teori adaptasi kognitif.
Dalam pembentukan pengetahuan , Piaget membedakan tiga
macam pengetahuan, yakni:
1. Pengetahuan fisis adalah pengetahuanakan sifat-sifat
fisis suatu objek atau kejadian, seperti bentuk,
besar, berat, serta bagaimana objek itu berinteraksi
dengan yang lain.
2. Pengetahuan matematis logis adalah pengetahuan yang
dibentuk dengan berpikir tentang pengalaman akan suatu
objek atau kejadian tertentu.
3. Pengetahuan sosial adalah pengetahuan yang didapat
dari kelompok budaya dan sosial yang menyetujui
sesuatu secara bersama.
C. Teori Konstruktivisme
Teori konstruktivisme Piaget menjelaskan bahwa
pengetahuan seseorang adalah bentukan (bentukan) orang
itu sendiri. Proses pembentukan pengetahuan itu terjadi
apabila seseorang mengubah atau mengembangkan slkema yang
telah dimiliki dalam berhadapan dengan tantangan, dengan
rangsangan atau persoalan. Teori Piaget seringkali
disebut konstruktivisme personal karena lebih menekankan
pada keaktifan pribadi seseorang dalam mengkonstruksikan
pengetahuannya. Terlebih lagi karena Piaget banyak
mengadakan penelitian pada proses seorang anak dalam
belajar dan membangun pengetahuannya.
C. TEORI BELAJAR AUSUBEL
Sebagai pelopor aliran kognitif, David Ausable mengemukakan
teori belajar bermakna (meaningful learning). Belajar bermakna
adalah proses mengaitkan dalam informasi baru dengan konsep-
konsep yang relevan dan terdapat dalam struktur kognitif
seseorang. (Ratna Willis Dahar: 1996). Selanjutnya dikatakan
bahwa pembelajaran dapat menimbulkan belajar bermakna jika
memenuhi prasayasat, yaitu:
1. Materi yang akan dipelajari melaksanakan belajar bermakna
secara potensial
2. Anak yang belajar bertujuan melaksanakan belajar bermakna.
Kebermaknaan materi pelajaran secara potensial tergantung
dari materi itu memiliki kebermaknaan logis dan gagasan-
gagasan yang relevan harus terdapat dalam struktur kognitif
siswa.
Berdasarkan pandangannya tentang belajar bermakna, maka
David Ausuble mengajukan 4 prinsip pembelajaran , yaitu:
1. Pengatur awal (advance organizer)
Pengatur awal atau bahan pengait dapat digunakan guru dalam
membantu mengaitkan konsep lama denan konsep baru yang lebih
tinggi maknanya. Pemggunaan pengatur awal tepat dapat
meningkatkan pemahaman berbagai macam materi , terutama
materi pelajaran yang telah mempunyai struktur yang teratur.
Pada saat mengawali pembelajaran dengan prestasi suatu pokok
bahasan sebaiknya “pengatur awal” itu digunakan, sehingga
pembelajaran akan lebih bermakna.
2. Diferensiasi progresif
Dalam proses belajar bermakna perlu ada pengembangan dan
kolaborasi konsep-konsep. Caranya unsur yang paling umum dan
inklusif diperkenalkan dahulu kemudian baru yang lebih
mendetail, berarti proses pembelajaran dari umum ke khusus.
3. Belajar superordinat
Belajar superordinat adalah proses struktur kognitif yang
mengalami petumbuhan kearah deferensiasi, terjadi sejak
perolehan informasi dan diasosiasikan dengan konsep dalam
struktur kognitif tersebut. Proses belajar tersebut akan
terus berlangsung hingga pada suatu saat ditemukan hal-hal
baru. Belajar superordinat akan terjadi bila konsepkonsep
yang lebih luas dan inklusif.
4. Penyesuaian Integratif
Pada suatu sasat siswa kemungkinan akan menghadapi kenyataan
bahwa dua atau lebih nama konsep digunakan untuk menyatakan
konsep yang sama atau bila nama yang sama diterapkan pada
lebih satu konsep. Untuk mengatasi pertentangan kognitif
itu, Ausable mengajukan konsep pembelajaran penyesuaian