Tugas Akhir (KS 1701) BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1. Teknik Perencanaan Dan Pengendalian Proyek II.1.1. Gambaran Umum Pengendalian sebuah proyek bermula dari rencana proyek itu sendiri. Hal ini berlaku apabila rencana proyek ( project plan ) berlaku sebagai kunci utama dalam pengembangan mekanisme serta prosedur pengendalian atas proyek. Beberapa teknik perencanaan dan pengendalian proyek yang dikenal antara lain adalah sebagai berikut (David I. Cleland, 1983) : a. WBS (Work Breakdown Structure) b. Project Planning (Gantt) Chart c. Precedence Diagram d. CPM (Critical Path Method) e. PERT (Program Evaluation And Review Technique) A h s a n II.1 NRP : 4299109 461
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Tugas Akhir (KS 1701)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1. Teknik Perencanaan Dan Pengendalian Proyek
II.1.1. Gambaran Umum
Pengendalian sebuah proyek bermula dari rencana proyek itu sendiri. Hal ini
berlaku apabila rencana proyek ( project plan ) berlaku sebagai kunci utama dalam
pengembangan mekanisme serta prosedur pengendalian atas proyek.
Beberapa teknik perencanaan dan pengendalian proyek yang dikenal antara lain
adalah sebagai berikut (David I. Cleland, 1983) :
a. WBS (Work Breakdown Structure)
b. Project Planning (Gantt) Chart
c. Precedence Diagram
d. CPM (Critical Path Method)
e. PERT (Program Evaluation And Review Technique)
II.1.2. Definisi Dan Lingkup Penggunaan
WBS
WBS (Work Breakdown Structure) adalah “organization chart” yang secara
sekematis menggambarkan produk – produk (tugas – tugas kerja) yang betul - betul
menentukan suatu proyek.
WBS yang secara harfiah dapat diterjemahkan sebagai struktur rincian kerja
menggambarkan tugas – tugas dalam proyek (project task) dan memberikan hubungan
A h s a n II.1NRP : 4299109 461
Tugas Akhir (KS 1701)
antara tugas dengan tujuannya, juga memberi kerangka acuan bagi perencanaan dan
pengendalian atas suatu proyek.
Saat diselesaikan akan terlihat bahwa WBS cenderung untuk menghubungkan
struktur organisasi dengan hasil dari suatu misi atau tujuan/sasaran. Tiap urutan
subsistim yang lebih kecil akan dijabarkan lagi kedalam subsistim – subsistim yang
lebih rendah dari suatu perencanaan, pelaksanaan (implementasi) dan pengendalian;
hingga pada akhirnya sistim yang terkecil akan diidentifikasikan sebagai work package
(paket kerja).
Paket kerja merupakan pekerjaan khusus yang memberikan sumbangsih kepada
suatu tugas khusus yang telah ditentukan secara jelas dari suatu program penyelesaian
yang mengarah pada tujuan dari system. Paket kerja ini dapat berupa rancangan,
dokumen, layanan dan lain – lain. Gambar 2.1 memperlihatkan contoh dari WBS.
Gambar 2.1. Product-oriented work breakdown structure (Sumber : David I. Cleland, System Analysis And Project Management, Mc Graw Hill.Inc., 1983,
Kosaido Printing Co.LTD, Tokyo)
A h s a n II.2NRP : 4299109 461
Radar
Transmitter Receiver Antenna Signal processing
Powersupply
Modular R-f stage I-f stage Pedestal Display M T I
Pulsegenerator
R-f powergenerator
Reflector R-fplumbing
Tugas Akhir (KS 1701)
Project Planning (Gantt) Chart
Gantt chart adalah diagram batang (bar chart) yang memperlihatkan hubungan
antara aktivitas dengan waktu penyelesaian (durasi). Gantt chart cukup luas digunakan
pada perencanaan dan penjadwalan secara sederhana dari suatu proyek. Teknik ini
menempatkan aktivitas secara berurut ke bawah sementara komponen waktu (durasi)
ditempatkan secara melintang. Gambar 2.2 memperlihatkan contoh Gantt chart.
Aktivitas proyekMinggu
1 2 3 4
Pelimbungan kapal
Pembersihan lambung
Replating
Pengecatan lambung
Gambar 2.2. Gantt chart untuk pengedockan kapal. Precedence Diagram
Bentuk yang paling sederhana dari network plan adalah precedence diagram.
Teknik ini memperlihatkan elemen – elemen utama dari proyek dalam konteks
hubungan alur ketergantungan (logical precedence relationships). Gambar 2.3
memperlihatkan contoh precedence diagram.
A h s a n II.3NRP : 4299109 461
February (1)Construction of pilot plant
March (1)Prove main
items
March (12)Quality trial
March (21)Development of
process control system
Tugas Akhir (KS 1701)
Gambar 2.3. Contoh precedence diagram.(Sumber : David I. Cleland, System Analysis And Project Management, Mc Graw Hill.Inc., 1983,
Kosaido Printing Co.LTD, Tokyo)
CPM (Critical Path Method)
CPM memakai konsep jalur kritis dan menitik beratkan diri pada realokasi
sumber daya dari satu aktivitas ke aktivitas lainnya dengan maksud untuk menambah
efisiensi penyelesaian proyek.
A h s a n II.4NRP : 4299109 461
February (9)Order main
items for pilot plant
January (0)Formal
proposal of pilot plant
January (1)Research into one process to be use in
plant
July (1)Proposal for production
plant made to board
September (6)Items ordered for production
unit
September (12)One item ordered
December (13)Construction
commissioning
Hand over to factory
July (1)Estimated cost increased when
specification made
Decision of production unit started
Tugas Akhir (KS 1701)
CPM merupakan salah satu metode yang memerlukan data base atas cost-time
relationships untuk dapat dilaksanakan. Secara mendasar pendekatan ini menggunakan
cost-time relationships terhadap aktivitas – aktivitas individual sebagai fondasi untuk
merealokasi sumber daya dari aktivitas – aktivitas secara keseluruhan.
Syarat ini sedikit tidak realistis untuk proyek – proyek berskala besar dan sangat
kompleks, yakni apabila data base seperti dimaksud tidak dimunculkan. Agar CPM
tetap dapat digunakan, maka sudah lazim dilakukan asumsi untuk cost-time
relationships linear sederhana sebagai alternatif.
Konsep CPM dan PERT adalah hampir sama apalagi bentuk visualisasinya,
keduanya memakai diagram network yang mempunyai bentuk dan disusun berdasarkan
prinsip yang sama.
Perbedaan antara CPM dan PERT terletak pada anggapan terhadap proyek.
PERT menganggap proyek terdiri atas peristiwa – peristiwa (events) yang susul
menyusul, sedangkan menurut CPM proyek terdiri atas aktivitas – aktivitas yang
membentuk lintasan atau beberapa lintasan. Namun perbedaan anggapan terhadap
proyek menurut CPM dan PERT bukanlah merupakan perbedaan yang prinsipil sebab
meskipun peristiwa berbeda dengan aktivitas akan tetapi keduanya merupakan
dwitunggal yang tak dapat dipisahkan.
Keputusan untuk memilih salah satu dari kedua metode tersebut bergantung
pada kemampuan mengenal proyek yang akan diselenggarakan. Bila proyek yang
bersangkutan lebih dikenal peristiwa – peristiwanya, maka dipakai metode PERT, tetapi
A h s a n II.5NRP : 4299109 461
Tugas Akhir (KS 1701)
bila proyek yang bersangkutan lebih dikenal kegiatan – kegiatannya, maka dipakai
metode CPM. Gambar 2.4 memperlihatkan contoh CPM.
cost ($)
40000 crash
$20000
20000 normal 10 days
4 6 time (weeks)
Gambar 2.4. CPM cost-time relationship(Sumber : David I. Cleland, System Analysis And Project Management, Mc Graw Hill.Inc., 1983,
Kosaido Printing Co.LTD, Tokyo)
II.2. Program Evaluation And Review Technique ( PERT )
II.2.1. Umum
Sejarah Perkembangan
A h s a n II.6NRP : 4299109 461
Tugas Akhir (KS 1701)
Pada tahun 1958, PERT dikembangkan untuk keperluan angkatan laut Amerika
Serikat yakni untuk perencanaan dan pengendalian proyek peluru kendali jenis polaris
yang akan digunakan oleh kapal selam. Proyek tersebut menyertakan 3000 kontraktor.
Problem – problem yang dihadapi cukup ruwet antara lain :
a. Cara yang sesuai untuk mengkoordinir semua pihak yang terlibat.
b. Proyek polaris baru pertama kali itu dilaksanakan, sehingga kemungkinan deviasi
perencanaan cukup besar.
c. Terbatasnya waktu mengingat persaingan senjata dengan USSR dalam perang
dingin.
Hasil yang dicapai adalah lebih singkatnya masa penyelesaian proyek (lebih cepat 2
tahun) dari perencanaan semula. Saat ini PERT cukup luas digunakan pada lembaga –
lembaga pemerintahan dan sektor industri.
Pemakaian PERT
Pertama – tama kita harus mengetahui kejelasan tentang kapan PERT dapat
digunakan. Jika sejumlah aktivitas kurang diikuti oleh aktivitas – aktivitas berikutnya
( aktivitas tunggal cukup banyak sedangkan aktivitas berurut sangat sedikit ), maka
pemakaian PERT kurang memberi manfaat. Sebaliknya jika aktivitasnya cukup
kompleks dan aktivitas berurut ( interrelated task ) mendominasi seluruh rencana kerja,
maka PERT akan memberikan manfaat yang signifikan.
PERT juga baik untuk proyek – proyek dengan rancangan – rancangan serta
urutan aktivitas dan durasi yang bersifat alternatif
Syarat PERT agar dapat digunakan adalah :
A h s a n II.7NRP : 4299109 461
Tugas Akhir (KS 1701)
a. Masalah scheduling harus merupakan sebuah proyek dengan aktivitas yang dapat
diidentifikasi.
b. Proyek dan aktivitas keduanya harus memiliki titik awal dan titik akhir yang jelas.
Letak PERT Dalam Proyek
Pada penyelenggaraan suatu proyek terdapat proses pengambilan keputusan dan
proses penetapan tujuan. Untuk dapat melaksanakan proses ini perlu adanya masukan
informasi yang tepat dan kemampuan pengambilan keputusan yang tinggi agar dapat
melaksanakan pengambilan keputusan. Keputusan yang diambil harus sesuai dengan
tujuan yang telah ditetapkan. Pelaksanaan keputusan tersebut memerlukan sumberdaya
yang unggul serta siap pakai agar hasil yang dicapai sesuai harapan.
Proses penetapan tujuan, proses pengambilan keputusan dan proses pelaksanaan,
ketiganya masuk dalam kelompok sistim operasi pada penyelenggaraan proyek.
Jika antara proses penetapan tujuan dan proses pengambilan keputusan dengan
proses pelaksanaan terdapat jarak yang cukup besar, yang disebabkan antara laian oleh
waktu, volume pekerjaan, macam disiplin/keahlian, dan atau wewenang, maka
diperlukan kehadiran mekanisme (jalur informasi) yang mampu menyampaikan hal –
hal yang telah diputuskan atau ditetapkan kepada para pelaksana. Demikian pula
sebaliknya, agar dapat menyampaikan informasi tentang kemajuan pelaksanaan kepada
para pimpinan yang mana informasi ini akan dijadikan bahan peretimbangan dalam
proses pengambilan keputusan selanjutnya, diperlukan mekanisme yang dapat
menyampaikan informasi dari pelaksana kepada pimpinannya. Kedua macam
mekanisme tersebut membentuk sebuah system yang dapat menyalurkan informasi yang
disebut system informasi pada penyelenggaraan proyek.
A h s a n II.8NRP : 4299109 461
Tugas Akhir (KS 1701)
Jadi, bila penyelenggaraan proyek merupakan sebuah total system, maka
penyelenggaraan proyek tersebut dapat dibagi menjadi dua subsistem yakni : subsistem
operasi dan subsistem informasi. Subsistem operasi menjawab “bagaimana cara
melaksanakan kegiatan” sedang subsistem informasi menjawab pertanyaan “kegiatan
apa saja yang telah, sedang dan akan dilaksanakan”.
Dari uraian di atas, PERT termasuk dalam subsistem informasi, bersama – sama
dengan metode perencanaan dan pengendalian proyek lainnya.
II.2.2 Bahasa PERT
PERT merupakan bagian dari network planning yang menggunakan bahasa
simbol dan termin dimana proyek dianggap sebagai kumpulan dari peristiwa – peristiwa
yang susul menyusul untuk kemudian divisualisasikan dalam bentuk diagram network.
Simbol – simbol kunci dalam PERT meliputi penandaan kegiatan (activity),
peristiwa (event) serta jalur kritis (critical path). Event merupakan permulaan atau akhir
dari satu atau lebih aktivitas. Aktivitas atau kegiatan adalah suatu pekerjaan atau tugas
dimana penyelesaianya membutuhkan durasi dan sumber daya ( tenaga, peralatan,
material serta biaya ) tertentu. Lintasan kritis merupakan lintasan yang terdiri atas
beberapa aktivitas dimana total waktu aktivitasnya terlama jika dibanding seluruh
lintasan pada network. Lintasan kritis merupakan lintasan yang penuh penekanan (
pressing ), bahaya ( dangerous ) serta penuh resiko ( Sofwan Badri, 1997 ).
Penggunaan bahasa/symbol – symbol dalam PERT dapat dijelaskan sebagai
berikut :
A h s a n II.9NRP : 4299109 461
Tugas Akhir (KS 1701)
a. Arrow, bentuknya merupakan anak panah yang artinya
aktivitas/kegiatan : adalah suatu pekerjaan atau tugas
dimana penyelesaiannya membutuhkan durasi ( jangka
waktu tertentu ) dan resources ( tenaga, equipment,
material dan biaya ) tertentu.
b. Node/event, bentuknya merupakan lingkaran bulat yang artinya
saat, peristiwa atau kejadian, adalah permulaan atau akhir dari satu
atau lebih kegiatan – kegiatan.
c. bold arrow, anak panah tebal, merupakan kegiatan di Lintasan
Kritis (chritical path). Lintasan tersebut melalui network yang
terdiri atas beberapa aktivitas yang total waktu aktivitasnya terlama
disbanding seluruh lintasan pada network. Lintasan kritis
merupakan lintasan yang penuh penekanan ( pressing ), bahaya (
dangerous ) serta penuh resiko ( risky ). Critical path time
merupakan total waktu dari seluruh aktivitas pada lintasan kritis.
d. dummy, bentuknya merupakan anak panah terputus-putus yang artinya
kegiatan semu atau aktivitas semu. Yang dimaksudkan dengan
aktivitas semu adalah aktivitas yang tidak memakan waktu
( durasi ) dan sumber daya, sebenarnya ia bukan aktivitas tetapi
dianggap sebagai aktivitas.
e. network, merupakan kombinasi node dan anak panah yang
menggambarkan logic ( alur ) dari proyek. Terdapat satu titik awal
dan akhir yang ditentukan untuk seluruh proyek.
A h s a n II.10NRP : 4299109 461
Tugas Akhir (KS 1701)
II.2.3. Langkah – Langkah Pembuatan Bagan PERT
Langkah – langkah pembuatan bagan PERT adalah sebagai berikut :
1. Seluruh aktifitas proyek harus diidentifikasi dengan jelas.
2. Syarat – syarat urutan seluruh aktifitas harus disebutkan.
3. Sebuah diagram yang mencerminkan hubungan urutan harus dibuat.
4. Harus diperoleh estimasi waktu untuk tiap aktifitas.
5. Network dievaluasi dengan menghitung jalur kritis dan data performa proyek
lainnya. Evaluasi tersebut menghasilkan schedule dan perencanaan untuk
pengendalian ( kontrol ) berikutnya.
6. Dengan berlalunya waktu dan pengalaman sebenarnya ( actual experience ) dicatat,
schedul ditinjau ulang ( direvisi ) dan dievaluasi ulang.
7. Sebelum menggambarkan diagram PERT perlu diingat :
8. Panjang, pendek maupun kemiringan anak panah sama sekali tidak mempunyai arti,
dalam pengertian letak pekerjaan, banyaknya durasi maupun resources yang
dibutuhkan.
9. Aktivitas-aktivitas apa yang mendahului dan aktivitas-aktivitas apa yang mengikuti.
10. Aktivitas-aktivitas apa yang dapat bersama-sama.
11. Aktivitas-aktivitas itu dibatasi saat mulai dan saat selesai.
12. Waktu, biaya dan resources yang dibutuhkan dari aktivitas-aktivitas itu.
13. Kepala anak panah menjadi pedoman arah dari tiap kegiatan.
14. Besar kecilnya lingkaran juga tidak mempunyai arti, dalam pengertian penting
tidaknya suatu peristiwa.
A h s a n II.11NRP : 4299109 461
Tugas Akhir (KS 1701)
Anak panah selalu menghubungkan duah buah node, arah dari anak panah menunjukkan
urut-urutan waktu.
Contoh : event i harus sudah terjadi sebelum aktivitas A
dimulai. Demikian pula event j belum dapat terjadi sebelum
aktivitas A selesai dikerjakan.
Di samping notasi-notasi di atas, dalam penyusunan bagan PERT diperlukan dua
perjanjian, untuk memudahkan penggambarannya, yaitu :
Perjanjian I : di antara dua event (nodes) hanya boleh ada satu aktivitas (panah) yang
menghubungkannya. Sebagai akibat dari perjanjian ini, akan dapat
timbul kesulitan dalam penggambaran network. Untuk itu perlu dibuat
suatu notasi lagi, yaitu :
(panah terputus-putus) aktivitas semu, dummy.
Untuk menjamin kesederhanaan penyusun network, perlu pula dibuat perjanjian :
Perjanjian II : aktivitas semu hanya boleh dipakai bila tidak ada cara lain untuk
menggambarkan hubungan-hubungan aktivitas yang ada dalam suatu
network.
Precedence relationship ( hubungan ketergantungan ) dalam PERT dapat dijelaskan
sebagai berikut :
A h s a n II.12NRP : 4299109 461
i jA
A
C D
Tugas Akhir (KS 1701)
Gambar 2.5
Gambar 2.5, memperlihatkan aktivitas AC,BC dan CD. CD tidak dapat dimulai hingga
AC dan BC diselesaikan. AC dan BC dapat dikerjakan secara bersamaan dan keduanya
disebut parallel activities.
Gambar 2.6
Pada Gmbar 2.6, BD belum dapat dimulai hingga AB diselesaikan. CD belum dapat
dimulai hingga AC diselesaikan. AB – BD dan AC – CD merupakan parallel path.
Kendati demikian, AC tidak mesti dimulai pada waktu yang bersamaan dengan AB. Hal
yang sama juga berlaku untuk penyelesaian BD dan CD.
Gambar 2.7
Pada Gambar 2.7, BC adalah dummy activity, digunakan bila dianggap baik untuk
mempertahankan logic dari network.
A h s a n II.13NRP : 4299109 461
B
A D
B
C
A
B
C
D
Tugas Akhir (KS 1701)
Penentuan lintasan kritis pada PERT dilakukan dengan cara menjumlahkan
durasi dari setiap aktivitas dalam suatu lintasan network. Jumlah yang terbesar akan
dipilih sebagi lintasan kritis. Untuk lebih jelasnya perhatikan Gambar 2.8.
A(5) D(7)
B(3) E(10) F(5) H(4) I(2)
C(10) X(0)
G(9)
Gambar 2.8. Jalur kritis pada bagan PERT
Pada Gambar 2.8, terdapat 4 lintasan dari awal hingga akhir yang harus
diperhatikan :
1. A-D-F-H-I , dengan waktu = 5 + 7 + 5 + 4 + 2 = 23 hari.
2. B-E-F-H-I , dengan waktu = 3 + 10 + 5 + 4 + 2 = 24 hari.
3. C-G-H-I , dengan waktu = 10 + 9 + 4 + 2 = 25 hari.
4. B-X-G-H-I , dengan waktu = 3 + 0 + 9 + 4 + 2 = 18 hari.
Jadi lintasan kritis proyek tersebut melalui C-G-H-I dan proyek dapat diselesaikan
dalam waktu 25 hari. Lintasan ini paling menetukan penyelesaian proyek secara
keseluruhan.
Manfaat yang diperoleh dengan mengetahui lintasan kritis adalah :
A h s a n II.14NRP : 4299109 461
1 3
4
2
5 6 7 8
Tugas Akhir (KS 1701)
a. Penundaan pekerjaan pada lintasan kritis akan menyebabkan seluruh proyek
tertunda penyelesaiannya.
b. Proyek dapat dipercepat penyelesaiannya, bila pekerjaan – pekerjaan yang ada di
lintasan kritis dapat dipercepat.
c. Pengawasan/kontrol hanya diketatkan pada lintasan kritis.
d. Time slack terdapat pada pekerjaan – pekerjaan yang tidak dilalui oleh lintasan
kritis. Ini memungkinkan bagi manager untuk merealokasi/memindahkan tenaga
kerja, alat – alat dan biaya – biaya ke pekerjaan – pekerjaan di lintasan kritis demi
efisiensi.
Penggunaan EET ( Earliest Event Time ) dan LET ( Latest Event Time ) akan lebih
memperinci network yang kita buat untuk PERT. EET disimbolkan dengan TE
sedangkan LET disimbolkan dengan TL dalam perhitungan time slack.
EET NE LET
Gambar 2.9. Node secara lengkap
Dari Gambar 2.9, NE adalah Number of Event yang diletakkan paling kiri dalam node.
EET dipasang pada sisi kanan atas sedangkan LET pada sisi kanan bawah dari node. NE
merupakan angka indeks urutan dari tiap peristiwa dari awal hingga akhir suatu
network. Nomor awal pada umumnya dapat dimulai dari angka 0 atau 1. Kemudian
diikuti pembagian nomor event yang lain hingga akhir network. EET adalah waktu
paling awal dari event untuk dapat dikerjakan. Perolehan EET dimulai dari event awal
bergerak ke event akhir dengan jalan menjumlahkan, yaitu antara EET ditambah durasi.
A h s a n II.15NRP : 4299109 461
Tugas Akhir (KS 1701)
Bila pada suatu event bertemu dua atau lebih kegiatan ( Gambar 2.10 ), maka EET yang
dipakai adalah yang memiliki waktu terbesar.
Gambar 2.10
LET adalah waktu paling lambat dari event untuk dikerjakan. Perolehan LET mulai dari
event akhir bergerak mundur ke event awal dengan jalan mengurangi, yakni antara LET
dikurangi durasi. Bila pada suatu event berasal dua atau lebih kegiatan ( lihat Gambar
2.11 ), LET yang dipakai adalah yang memiliki waktu terkecil.
Gambar 2.11
Gambar 2.12 memperlihatkan contoh pemakaian EET dan LET dalam PERT.
1 3 D (4) 4 7 4 8 A (3)
0 B (2) 2 E (3) 5 F (2) 7 0 0 2 3 5 6 6 8 C (4) 3 4 5
Gambar 2.12. Contoh Pemakaian EET dan LET. Perhatikan, event 1,2 dan 3. EET
adalah 3,2 dan 4. Sedangkan LET adalah 4,3 dan 5.
A h s a n II.16NRP : 4299109 461
Tugas Akhir (KS 1701)
II.2.4 Probabilitas PERT
Standar Normal, Z
Rumus umum standar nomal Z untuk PERT adalah ( Sofwan Badri, 1997 ) :
……………………………………………………………(2-1)
Dimana :
TD = waktu penyelesaian proyek yang dijadwalkan/ditargetkan.
TE = waktu penyelesaian proyek yang diharapkan.
TE = standar deviasi untuk TE yaitu akar dari jumlah variance masing – masing
kegiatan yang ada di jalur kritis, atau
dimana ………………………..(2-2)
TB = most pessimistic time.
TA = most optimistic time.
Lebih lanjut :
…………………………………………………..(2-3)
dimana TM adalah most likely time.
PERT dapat dipakai untuk mengestimasi probabilitas ( kemungkinan )
penyelesaian suatu proyek untuk beberapa jangka waktu yang diinginkan. Pendekatan
statistik yang digunakan oleh PERT didasarkan pada teori probability dari Gausz.
Dalam pemakaian probabilitas PERT, kita membuat dua asumsi yakni waktu
aktivitas (durasi) bebas secara statistik dan masa penyelesaian proyek terdistribusi
secara normal. Gambar 2.13 memperlihatkan hubungan antara probabilitas dengan TA,
TE dan TM.
A h s a n II.17NRP : 4299109 461
Tugas Akhir (KS 1701)
Probability (%)
TA TE TM TB time
Gambar 2.13. Kurva hubungan antara probabilitas dengan TA,TE dan TM.
Sedangkan penjelasan secara grafis mengenai hubungan antara Z, δTE, TD, TE
diperlihatkan oleh Gambar 2.14.
f(x)
P(TE≤X≤TD)
P(X≤TE)
Z δTE
TE TD critical path time
Gambar 2.14. Kurva hubungan antara Z, δTE, TD, TE dengan probabilitas P.
Andai suatu proyek X dikerjakan dengan mengikuti tahapan seperti termuat
dalam Tabel.2.1 dan PERT ( Gambar 2.15 ) berikut ini :
Tabel.2.1. Contoh urut – urutan kegiatan dalam suatu proyek X.
Kode Kegiatan yang mendahului Waktu ( hari ) TETA TM TB
A - 3 20 25 18B A 1 4 7 4C A 2 3 7 3,5D A 1 2 3 2E B 1 1 1 1F B 4 5 6 5G C,E,H 1 3 5 3H D 2 4 6 4I G,F 2 7 12 7