Top Banner
PENDEDERAN BENIH IKAN NILA MERAH (Oreochromis sp) DI BALAI BESAR PENGEMBANGAN BUDIDAYA AIR TAWAR (BBPBAT) SUKABUMI JAWA BARAT OLEH RAHMA MULYANI 2010 512 030 LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN
79

Teknik Pendederan 1 dan 2 Ikan Nila Merah (Oreocromis sp.)

Jan 23, 2023

Download

Documents

Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Teknik Pendederan 1 dan 2 Ikan Nila Merah (Oreocromis sp.)

PENDEDERAN BENIH IKAN NILA MERAH (Oreochromis sp) DI BALAIBESAR PENGEMBANGAN BUDIDAYA AIR TAWAR (BBPBAT) SUKABUMI

JAWA BARAT

OLEH

RAHMA MULYANI

2010 512 030

LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN

Page 2: Teknik Pendederan 1 dan 2 Ikan Nila Merah (Oreocromis sp.)

PROGRAM STRATA 1 ILMU PERIKANANFAKULTAS PERIKANAN

UNIVERSITAS PGRI PALEMBANG2014

PENDEDERAN BENIH IKAN NILA MERAH (Oreochromis sp) DI BALAIBESAR PENGEMBANGAN BUDIDAYA AIR TAWAR (BBPBAT) SUKABUMI

JAWA BARAT

OLEH

RAHMA MULYANI

2010 512 030

LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN

Sebagai salah satu syarat lulus PKLpada prodi Ilmu Perikanan

Fakultas PerikananUniversitas PGRI palembang

Page 3: Teknik Pendederan 1 dan 2 Ikan Nila Merah (Oreocromis sp.)

PROGRAM STRATA 1 ILMU PERIKANANFAKULTAS PERIKANAN

UNIVERSITAS PGRI PALEMBANG2014

LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN

Judul : Pendederan Benih Ikan Nila Merah(Oreochromis sp) di Balai BesarPengembangan Budidaya Air Tawar SukabumiJawa Barat.

Nama : Rahma Mulyani

Nim : 2010 512 030

Program Studi : Ilmu perikanan

Jurusan : Budidaya Perikanan

Jenjang Pendidikan : Strata 1 (S1)

Tanggal Dipersetujui : Februari 2014

Palembang, Februari 2014

Page 4: Teknik Pendederan 1 dan 2 Ikan Nila Merah (Oreocromis sp.)

MenyetujuiPembimbing,

Tanbiyaskur, S.Pi., M.Si.

FAKULTAS PERIKANANUNIVERSITAS PGRI PALEMBANG

Ketua Jurusan,

Pembantu Dekan I,

Triyanto, S.P. Ir.

Slamet Riyadi, M.Si.

NIY.000832

NIY. 000834

RAHMA MULYANI. NIM. 2010 512 030. PENDEDERAN IKAN NILAMERAH (Oreochromis sp) DI BALAI BESAR PENGEMBANGAN BUDIDAYAAIR TAWAR (BBPBAT) SUKABUMI JAWA BARAT. DibawahBimbingan Bapak Tanbiyaskur, S.Pi., M.Si.

RINGKASAN

Page 5: Teknik Pendederan 1 dan 2 Ikan Nila Merah (Oreocromis sp.)

Ikan Nila Merah (Oreochromis sp) merupakan salahsatu jenis komoditas ikan air tawar yang banyak diminatioleh masyarakat sejak pertama kali kedatangannya diIndonesia, yaitu tepatnya tahun 1981. Selain itu IkanNila Merah termasuk ikan yang laju pertumbuhannya cepatdibanding dengan nila hitam, dalam tempo enam bulan sajadari ukuran benih 30 g dapat mencapai berat 300 g/ekor –500 g/ekor. Kegiatan Praktik Kerja Lapangan dilaksanakandi Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Tawar Sukabumidari tanggal 18 juni sampai dengan tanggal 23 Juli 2012.Tujuan dari praktik kerja lapangan ini untuk mengetahui 3tahapan pendederan Ikan Nila Merah yaitu prapendederan,pendederan I dan pendederan II serta mengetahui teknikpendederan untuk mengamati laju pertumbuhan dankelangsungan hidup benih Ikan Nila Merah. Bahan yangdigunakan yaitu benih ikan nila merah terdiri dari umuryang berbeda taitu: berumur 15 hari atau berukuran 2-3 cmdan berumur 31 hari berukuran 3-5 cm, pakan buatan, danair, sedangkan alat yang digunakan berupa hapa,kolam,mistar ukur, timbangan analitik, ember, dan lain-lain. Kegiatan meliputi, persiapan bahan dan alat,pemanenan larva, pemberian pakan, dan beberapa parameteryang diamati, yaitu pertumbuhan berat dan panjang,kelangsungan hidup, dan kualitas air. Kolam yangdigunakan memiliki luas 300 m2 dan hapa 20 m2 yang masing-masing hapa ditebar benih ikan nila sebanyak 2000 ekordengan padat tebar untuk pendederan I 100-200 ekor/m2 danpendederan II 75-100 ekor/m2, serta menambahkan probiotiksetiap minggu kedalam kolam sebanyak 10 Liter. Pakan yangdiberikan berupa tepung dan butiran (crumble) yangbersifat terapung dipermukaan. Pemberian pakan diberikansebanyak 3 kali sehari yaitu pada pukul 09.00, 11.00, dan14.00 WIB. Rata-rata pertumbuhan benih Ikan Nila Merahpada pendederan I selama pemeliharaan yaitu, berat 0,78gram dan panjang 3,72 cm, sedangkan untuk rata-ratapertumbuhan berat dan panjang pendederan II yaitu 3,09 g

Page 6: Teknik Pendederan 1 dan 2 Ikan Nila Merah (Oreocromis sp.)

dan 5,73 cm. SR pendederan I sebesar 96,4 % danpendederan II sebesar 97,3 %. Jenis penyakit yangmenyerang benih ikan nila yaitu trichodina, streptococcus danjamur.

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT karena dengan

rahmat dan karunia Nya jualah sehingga penulis dapat

menyelesaikan Laporan Hasil Praktik Kerja Lapangan yang

berjudul “Pendederan Benih Ikan Nila Merah (Oreocromis sp)

di Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Tawar (BBPBAT)

Sukabumi” Penulisan laporan hasil Praktik Kerja Lapangan

(PKL) ini merupakan salah satu syarat untuk lulus Praktik

Kerja Lapangan (PKL) pada Program Studi Ilmu Perikanan

jenjang Pendidikan Strata 1 (S1) Fakultas Perikanan

Universitas PGRI Palembang.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih

kepada :

1. Ibu Dr. Ir. Helmi Haris, M.S., Selaku Dekan Fakultas

Perikanan Universitas PGRI Palembang.

Page 7: Teknik Pendederan 1 dan 2 Ikan Nila Merah (Oreocromis sp.)

2. Bapak Ir. Slamet Riyadi M.Si, Selaku Pembantu Dekan

Satu Fakultas Perikanan Universitas PGRI Palembang.

3. Bapak Triyanto, S.P, Selaku Ketua Jurusan Budidaya

Perikanan Fakultas Perikanan Universitas PGRI

Palembang sekaligus selaku pembimbing utama

4. Ibu Reno Fitriyanti, S.T., M.Si, Selaku Ketua Program

Studi Ilmu Perikanan Fakultas Perikanan Universitas

PGRI Palembang.

5. Bapak Tanbiyaskur, S.Pi.,M.Si, Selaku Pembimbing yang

selalu memberikan arahan dalam penulisan Laporan

Praktik Kerja Lapangan (PKL) ini.

6. Seluruh staf, maupun Dosen yang berada dalam naungan

Fakultas Perikanan Universitas PGRI Palembang.

7. Bapak R. Eko Prhihartono S.P, selaku pembimbing

lapangan.

8. Seluruh staf karyawan yang ada didefisi ikan Nila

BBPBAT Sukabumi

Page 8: Teknik Pendederan 1 dan 2 Ikan Nila Merah (Oreocromis sp.)

9. Bapak dan Ibu selaku orang tua penulis yang telah

memberikan dukungan dan kasih sayang beriring doa.

10. Teman-teman PKL seperjuangan yang selalu berbagi

selama kegiatan PKL berlangsung.

Penulis telah berusaha semaksimal mungkin untuk

kesempurnaan penulisan Laporan Praktik Kerja Lapangan

(PKL) ini, namun apabila masih terdapat kekurangan

penulis mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak

dalam penyempurnaan Laporan ini.

Semoga Laporan Pratik Kerja Lapangan ini dapat

bermanfaat bagi semua yang mebacanya.

Palembang,

Februari 2014

Penulis

Page 9: Teknik Pendederan 1 dan 2 Ikan Nila Merah (Oreocromis sp.)

DAFTAR ISI

Halaman

RINGKASAN............................................ i

KATA PENGANTAR....................................... ii

DAFTAR ISI........................................... iv

DAFTAR GAMBAR........................................

vi

DAFTAR TABEL.........................................

vii

DAFTAR LAMPIRAN......................................

viii

I. PENDAHULUAN....................................... 1

A. LATAR BELAKANG................................. 1

B. TUJUAN......................................... 3

Page 10: Teknik Pendederan 1 dan 2 Ikan Nila Merah (Oreocromis sp.)

II.

TINJAUAN PUSTAKA.................................. 4

A. KLASIFIKASI DAN MORFOLOGI ..................... 4

B. HABITAT DAN PENYEBARAN......................... 7

C. KEBIASAAN PAKAN ............................... 8

D. KUALITAS AIR................................... 9

E. PERTUMBUHAN.................................... 12

F. KELANGSUNGAN HIDUP............................. 13

G. PENDEDERAN BENIH............................... 13

III.

KEADAAN UMUM LOKASI .............................. 16

A. SEJARAH........................................ 16

B. KEADAAN LOKASI................................. 17

C. STRUKTUR ORGANISASI BBPBAT SUKABUMI............ 19

D. TUGAS DAN FUNGSI BBPBAT SUKABUMI............... 24

E. STAF DAN PEGAWAI BBPBAT SUKABUMI............... 25

F. SARANA DAN PRASARANA........................... 26

IV.

METODOLOGI........................................ 32

A. WAKTU DAN TEMPAT................................ 32

B. BAHAN DAN ALAT................................. 32

C. METODE KERJA................................... 33

Page 11: Teknik Pendederan 1 dan 2 Ikan Nila Merah (Oreocromis sp.)

D. PROSEDUR KERJA................................. 34

E. DATA YANG DIAMATI.............................. 35

V. HASIL DAN PEMBAHASAN.............................. 38

A. PERSIAPAN KOLAM ............................... 38

B. PENEBARAN BENIH................................ 40

C. PEMBERIAN PAKAN................................ 41

D. KUALITAS AIR................................... 42

E. SAMPLING PERTUMBUHAN........................... 46

F. PEMBERANTASAN HAMA DAN PENYAKIT................ 50

G. PANEN DAN GRADING.............................. 52

H. KELANGSUNGAN HIDUP (SR)........................ 53

VI.

KESIMPULAN........................................ 54

DAFTAR PUSTAKA....................................... 55

LAMPIRAN.................................................

.........................................................

58

Page 12: Teknik Pendederan 1 dan 2 Ikan Nila Merah (Oreocromis sp.)

DAFTAR TABEL

Halaman

1 Kelarutan karbon dioksida di perairan alami pada

berbagai suhu...............

11

2. Keadaan topografi kompleks BBPBAT Sukabumiberdasarkanluas dankemiringan.....................................................................................

18

3. Penggunaan lahan di kompleks BBPBAT Sukabumi,

Jawa Barat..............

19

4. Staf dan Pegawai BBPBAT Berdasarkan Tingkat

Pendidikan...................

26

5. Fasilitas atau alat yang terdapat pada divisiIkan Nila di lokasi BBPBAT......................................................................................

27

6. Alat penunjang yang ada di devisi Ikan

Nila............................................

28

Page 13: Teknik Pendederan 1 dan 2 Ikan Nila Merah (Oreocromis sp.)

...7. Bahan yang digunakan pada kegiatan praktik kerja

lapangan.....................

32

8. Alat yang digunakan paga kegiatan praktik kerja

lapangan........................

33

9. Tahapan

pendederan.......................................

.............................................

35

10

.

Data Kualitas Air Pendederan Ikan Nila Merah (Oreochromis sp) kolam F3 (H11 dan H15) di BBPBAT Sukabumi..................................................

43

11

.

Data hasil panen kolam F3 Hapa 11 dan

15...............................................

.

53

DAFTAR GAMBAR

Page 14: Teknik Pendederan 1 dan 2 Ikan Nila Merah (Oreocromis sp.)

Halaman

1....................................................Morf

ologi Ikan Nila Merah (Oreochromis sp)................ 5

2....................................................BBPB

AT Sukabumi Jawa Barat............................. 16

3....................................................Stru

ktur Organisasi BBPBAT Sukabumi.................... 20

4....................................................Peng

eringan kolam...................................... 39

5....................................................Kons

truksi kolam....................................... 39

6....................................................Pene

baran benih Ikan Nila Merah (Oreochromis sp)......... 40

7....................................................Paka

n buatan (pelet).................................... 42

8....................................................Grafik pertambahan Berat Ikan Nila Merah (Oreochromis sp) setiap minggu pada pendederan I................... 46

9....................................................Grafik pertambahan panjang Ikan Nila Merah (Oreochromis sp) setiap minggu pada pendederan I................... 47

10. Grafik pertambahan Berat Ikan Nila Merah (Oreochromissp)

Page 15: Teknik Pendederan 1 dan 2 Ikan Nila Merah (Oreocromis sp.)

setiap minggu pada pendederan II.................. 48

11. Grafik pertambahan panjang Ikan Nila Merah(Oreochromis sp) setiap minggu pada pendederan II............... 49

12.Penyakit yang menyerang benih Ikan Nila Merah

(Oreochromis sp)........................................ 53

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1. Peta denah lokasi BBPBAT Sukabumi................. 59

2. Data hasil sampling berat dan panjang benih Ikan Nila Merah selama

monitoring pada waktu pengamatan pendederan I..... 60

Page 16: Teknik Pendederan 1 dan 2 Ikan Nila Merah (Oreocromis sp.)

3. Data hasil sampling berat dan panjang benih Ikan Nila Merah selama

monitoring pada waktu pengamatan pendederan I..... 61

4. Kandungan nutrisi pakan dan pakan untuk ikan nila

merah................................................ 62

5. Foto lembar SNI ikan Nila......................... 63

I. PENDAHULUAN

Page 17: Teknik Pendederan 1 dan 2 Ikan Nila Merah (Oreocromis sp.)

A. LATAR BELAKANG

Ikan Nila Merah (Oreochromis sp) merupakan salah

satu jenis komoditas ikan air tawar yang banyak diminati

oleh masyarakat sejak pertama kali kedatangannya di

Indonesia yaitu tahun 1981 (Sucipto dan Eko Prihartono,

2005). Hal tersebut dikarenakan Ikan Nila Merah memiliki

banyak keunggulan, diantaranya rasanya yang enak dan

kandungan gizinya yang cukup tinggi (Djarijah, 1995).

Menurut Amri dan Khairuman (2003), Sebagai hewan yang

berdarah dingin, Ikan Nila mampu mengkonversi secara baik

energi dari pakan menjadi protein. Untuk setiap 106

kalori yang dikonsumsi, ikan mampu menghasilkan 30- 40

gram protein.

Selain itu Ikan Nila Merah termasuk ikan yang laju

pertumbuhannya cepat dibanding dengan nila hitam, dalam

tempo enam bulan saja dari ukuran benih 30 gram dapat

mencapai berat 300 gram/ekor – 500 gram/ekor atau 0,3 kg

Page 18: Teknik Pendederan 1 dan 2 Ikan Nila Merah (Oreocromis sp.)

– 0,5 kg (Santoso, 1996 dalam Suci, 2012). Ikan Nila

Merah juga mudah dikembangbiakkan, efisien terhadap

pemberian makanan tambahan, dan mampu beradaptasi dengan

baik diberbagai jenis air seperti air tawar, air payau

dan air laut. Ikan ini memiliki kemampuan yang tinggi

dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya (highly survival)

(Djarijah, 1995). Berbagai keunggulan tersebut,

menjadikan prospek budidaya Ikan Nila Merah sangat baik.

Salah satu teknologi budidaya yang harus dikuasai

pembudidaya atau petani Ikan Nila Merah adalah teknik

pendederan yang baik. Pendederan yang baik dan tepat

dapat meminimalkan kematian benih Ikan dalam media

pemeliharaan.

Pendederan merupakan tahap lanjutan pemeliharaan

pasca larva Ikan Nila Merah dari hasil pembenihan untuk

mencapai ukuran tertentu yang siap dibesarkan. Kegiatan

pendederan dilakukan dalam dua tahap, yaitu pendederan I

(D15-D42) dan pendederan II (D43-D70). Pendederan

Page 19: Teknik Pendederan 1 dan 2 Ikan Nila Merah (Oreocromis sp.)

bertahap bertujuan untuk memperoleh ukuran Ikan Nila yang

seragam, baik panjang maupun berat dan untuk memberikan

kesempatan Ikan Nila mendapatkan makanan dengan kualitas

yang sama sehingga pertumbuhan juga seragam. Apabila

benih ikan nila hanya didederkan satu tahap,

dikhawatirkan diperoleh hasil yang ukurannya tidak

seragam sehingga menimbulkan persaingan dalam mendapatkan

makanan yang menyebabkan kematian akibat dari padat tebar

yang tinggi (Amri dan Khairuman, 2003).

Masalah yang dihadapi para petani Ikan Nila Merah

adalah masih minimnya atau rendahnya pengetahuan

terhadap teknologi pendederan Ikan Nila Merah (Oreochromis

sp). Penguasaan petani terhadap teknologi pendederan dapat

menunjang dalam peningkatan produksi budidaya Ikan Nila

Merah. Sehubungan dengan hal tersebut, maka penulis

melaksanakan Praktik Kerja Lapangan Pendederan Benih

Ikan Nila Merah (Oreochromis sp) Pada Balai Besar

Pengembangan Budidaya Air Tawar Sukabumi.

Page 20: Teknik Pendederan 1 dan 2 Ikan Nila Merah (Oreocromis sp.)

B. TUJUAN

Adapun tujuan dari dilaksanakannya kegiatan

Praktik Kerja Lapangan (PKL) Pendederan Benih Ikan Nila

Merah (Oreochromis sp) Pada Balai Besar Pengembangan

Budidaya Air Tawar Sukabumi adalah sebagai berikut :

1. Mengetahui teknik pendederan benih Ikan Nila Merah

(Oreochromis sp)

2. Mengetahui faktor yang mempengaruhi nilai kelangsungan

hidup benih Ikan Nila Merah (Oreochromis sp) serta

kelangsungan hidup benih Ikan Nila Merah selama

periode pendederan

3. Mengetahui pertumbuhan panjang dan berat tubuh benih

Ikan Nila Merah (Oreochromis sp)

Page 21: Teknik Pendederan 1 dan 2 Ikan Nila Merah (Oreocromis sp.)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. KLASIFIKASI DAN MORFOLOGI

Ikan Nila Merah (Oreocromis sp) biasanya juga dikenal

dengan nama Ikan Nila Nifi. Ikan Nila Merah, awalnya

diduga merupakan Ikan Nila biasa yang mengalami

penyimpangan genetika warna tubuh sehingga menjadi

albino. Namun, pernyataan tersebut keliru, Ikan Nila

Merah adalah ikan dengan varietas tersendiri, yang

Page 22: Teknik Pendederan 1 dan 2 Ikan Nila Merah (Oreocromis sp.)

merupakan hasil persilangan dari beberapa jenis species

yang berbeda dari genus Oreochromis, yaitu Oreochromis

mossambicus, Oreochromis niloticus, Oreochromis hornorum,

Oreochromis aureus dan Oreochromis zilli (Trewavas, 1982

dalam Angriani dkk, 2012).

Dengan berkembangnya Ikan Nila Merah di kalangan

masyarakat, ikan ini juga disebut dengan Ikan Nila Hibrida.

Penamaan ini untuk membedakan dengan Ikan Nila Lokal

dalam hal pertumbuhan karena Ikan Nila Merah mempunyai

laju pertumbuhan yang cepat. Ikan Nila Merah di datangkan

setelah Ikan Nila Lokal masuk ke Indonesia awal tahun

1981. Ikan ini diimpor oleh Balai Penelitian Perikanan

Air Tawar (Amri dan Khairumuan, 2003). Ikan Nila Hibrida

merupakan ikan introduksi yang didatangkan dari Philipina

(Kordi, 2009). Klasifikasi Ikan Nila Merah menurut

Linnaeus (1758) dalam Evangelista (2010) adalah sebagai

berikut :

Page 23: Teknik Pendederan 1 dan 2 Ikan Nila Merah (Oreocromis sp.)

Kingdom : Animalia

Filum : Chordata

Kelas : Acanthoptherygii

Ordo : Perciformes

Famili : Chiclidae

Genus : Oreochromis

Species : Oreochromis sp

Gambar 1. Morfologi Ikan Nila Merah (Oreochromis sp)Sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/Ikan_nila

Keterangan :

b

a

c

d

h

gfe

Page 24: Teknik Pendederan 1 dan 2 Ikan Nila Merah (Oreocromis sp.)

a. Operculum e. Sirip dada

(pectoral fin)

b. Mata f. Sirip ekor (caudal fin)

c. Linea lateralis g. Sirip anus (anal fin)

d. Sirip punggung (dorsal fin) h. Sirip ekor (ventral

fin)

Bentuk tubuh Ikan Nila pada umumnya panjang dan

pipih kesamping. Mempunyai garis vertikal pada badan

sebanyak 9-11 buah, sedangkan garis- garis pada sirip

ekor berwarna merah berjumlah 9-12 buah. Pada sirip

punggung terdapat juga garis – garis miring (Susanto,

2009). Mata Ikan Nila berukuran besar dan menonjol dengan

bagian tepi mata berwarna putih (Murtidjo,2001). Menurut

Kordi (2009), letak mulut terminal, posisi perut terhadap

sirip dada throrocis, garis rusuk (linea lateralis) terputus

menjadi dua bagian, letaknya memanjang di atas sirip

dada. Jumlah sisik pada garis rusuk 34 buah dan tipe

sisik Ctenoid. Jari- jari siripnya terdiri atas 17 jari-

jari keras dan 13 jari- jari lunak pada sirip punggung, 1

Page 25: Teknik Pendederan 1 dan 2 Ikan Nila Merah (Oreocromis sp.)

jari- jari keras dan 5 jari- jari lunak pada sirip perut.

15 jari- jari lunak pada sirip dada, 3 jari- jari keras

dan 10 jari- jari lunak pada sirip dubur (anus), dan 8

jari- jari melunak pada sirip ekor.

Jika dibedakan berdasarkan jenis kelaminnya, Ikan

Nila jantan memiliki ukuran sisik yang lebih besar dari

pada Ikan Nila betina. Alat kelamin Ikan Nila jantan

berupa tonjolan agak runcing yang berfungsi sebagai muara

urin dan saluran sperma yang terletak di depan anus. Jika

diurut, perut Ikan Nila jantan mengeluarkan cairan

bening. Sementara untuk Ikan Nila betina mempunyai

lubang genital terpisah dengan lubang saluran urin yang

terletak di depan anus. Sirip punggung dan sirip ekor

Ikan Nila jantan berupa garis putus - putus. Sementara

itu, untuk Ikan Nila betina, garisnya tidak terputus dan

melingkar (Amri dan Khairuman, 2003).

Page 26: Teknik Pendederan 1 dan 2 Ikan Nila Merah (Oreocromis sp.)

B. HABITAT DAN PENYEBARAN

Habitat artinya lingkungan hidup tertentu sebagai

tempat tumbuhan atau hewan hidup dan berkembang biak

(Suyanto, S.R., 2009). Habitat Ikan Nila adalah perairan

tawar, seperti sungai, danau, waduk, dan rawa- rawa,

tetapi karena toleransinya yang luas terhadap sanilitas

(euryhaline) sehingga dapat hidup dengan baik di air payau

dan air laut (Djarijah, 1995). Pertumbuhannya dapat

berlangsung optimal pada kisaran sanilitas 0-30 ppt, dan

sanilitas yang cocok untuk Ikan Nila yaitu 0- 35 ppt

(Kordi, 2010). Sedangkan pH (derajat keasaman) air yang

cocok adalah 6-8,5 , untuk pertumbuhan optimalnya

terjadi pada pH 7-8. Nilai pH yang masih ditoleransi Ikan

Nila adalah 5- 11 (Kordi,2009). Suhu optimal untuk

pertumbuhan kisaran 25⁰ - 30⁰ C. Pada suhu sampai 22⁰ C

ikan Nila masih dapat memijah demikian pula pada suhu 37

⁰ C. Pada suhu di bawah 14⁰ C atau lebih 38⁰C, Ikan Nila

Page 27: Teknik Pendederan 1 dan 2 Ikan Nila Merah (Oreocromis sp.)

mulai terganggu. Sedangkan suhu mematikan berada pada

suhu 6⁰C dan 42⁰C (Amri dan Kordi, 2003).

Ikan Nila dapat hidup di perairan tawar hampir di

seluruh Indonesia (Kordi, 2010). Ikan Nila juga

memiliki toleransi yang tinggi pula terhadap lingkungan

hidupnya, sehingga bisa dipelihara di daratan rendah

ataupun daratan tinggi (Amri dan Khairuman, 2003).

Menurut Achmad Mujiman (1986) dalam Cahyono (2.000),

jenis Ikan Nila sebenarnya bukan satwa asli Indonesia,

tetapi berasal dari daratan Taiwan, dari Benua Afrika.

Jenis Ikan ini banyak terdapat di sungai Nil.

C. KEBIASAAN MAKAN

Ikan Nila Merah dikenal secara umum sebagai ikan

pemakan segala (omnivora) (Amri dan khairuman, 2003).

Oleh karena itu, Ikan Nila Merah mampu secara efektif

mencerna dan menghasilkan protein dari berbagai jenis

pakan yang disukainya, baik yang berasal dari nabati atau

Page 28: Teknik Pendederan 1 dan 2 Ikan Nila Merah (Oreocromis sp.)

hewani (Sucipto dan Eko, 2005). Beberapa makanan yang

dimakan oleh Ikan Nila di antaranya berupa plankton,

perifiton, dan tumbuh- tumbuhan seperti hydrilla, dan

ganggang sutera (Kordi, 2010). Tetapi Ikan Nila Merah

untuk kebiasaan makannya berdeda tergantung tingkat

usianya (Susanto, 2009).

Ikan Nila Merah juga mempunyai kebiasaan makan dan

beraktifitas pada siang hari (BADP, 1999). Keunikan dari

kebiasaan makan Ikan Nila Merah ini yaitu selalu terlihat

kelaparan atau mencari-cari pakan yang menempel di

permukaan dinding pematang kolam atau jaring, ternyata

itu hanya kebiasaan biologisnya saja (Sucipto dan Eko,

2005).

Pada saat Ikan Nila Merah berukuran benih, makanan

yang disukai seperti zooplankton (plankton hewani),

seperti Rotifera sp, Moina sp, atau Daphnia sp. Selain itu juga

Ikan Nila Merah memangsa alga atau lumut yang menempel

pada benda di habitatnya hidupnya dan tumbuhan air yang

Page 29: Teknik Pendederan 1 dan 2 Ikan Nila Merah (Oreocromis sp.)

tumbuh di sekitar kolam budidaya (Amri dan Khairuman,

2003).

Pemeliharaan Ikan Nila merah dapat diberi pakan

buatan berupa pelet yang mengandung protein antara 20- 25

% untuk pertumbuhan yang optimal. Untuk memacu

pertumbuhan Ikan Nila Merah maka pakan yang diberikan

maka pakan yang diberikan mengandung protein 25- 35 %

(Kordi, 2010).

D. KUALITAS AIR

Untuk tumbuhnya biota, tentu membutuhkan

lingkungan hidup yang optimal. Kualitas air dan

pengaruhnya sangat penting untuk diketahui demi

mengoptimalkan kegiatan budidaya, kualitas air dapat

diketahui dari beberapa parameter karakteristik fisik dan

kimia air, diantaranya sebagai berikut :

Page 30: Teknik Pendederan 1 dan 2 Ikan Nila Merah (Oreocromis sp.)

1. Suhu (temperatur air)

Suhu sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan

perkembangan ikan. Suhu yang terlalu tinggi atau terlalu

rendah akan menyebabkan ikan tidak mampu berkembang

dengan baik. Suhu optimal untuk pertumbuhan Ikan Nila

Merah pada kisaran 25⁰ - 30⁰ C. Pada suhu 22⁰ C Ikan

Nila masih dapat memijah demikian pula pada suhu 37 ⁰ C.

Pada suhu dibawah 14⁰ C atau lebih 38⁰C, Ikan Nila mulai

terganggu. Sedangkan suhu mematikan berada pada suhu

kisaran 6⁰C dan 42⁰C (Amri dan Khairuman, 2003).

2. Do (oksigen terlarut dalam air)

Oksigen terlarut adalah satu jenis gas terlarut

dalam air dengan jumlah yang sangat banyak, yaitu

menempati urutan kedua setelah nitrogen. Biota air juga

membutuhkan oksigen yang digunakan dalam pembakaran bahan

bakar (makanan) untuk menghasilkan aktifitas (energi),

seperti berenang, pertumbuhan, reproduksi, dan

sebagainya. Konsentrasi yang baik dalam budidaya perairan

Page 31: Teknik Pendederan 1 dan 2 Ikan Nila Merah (Oreocromis sp.)

yaitu sekitar 5-7mg/l (Kordi, 2009). Namun ikan Nila

Merah dapat hidup dalam air dengan kandungan oksigen

terlarut 0,3-0,5 mg/l (Sucipto dan Eko, 2005).

3. Derajat kekeruhan (kecerahan)

Air dengan keadaan yang terlalu keruh dapat

menyebabkan ikan mengalami gangguan pernafasan yang

diakibatkan oleh kotoran yang menutupi insangnya. Batas

kekeruhan dapat diukur dengan memasukkan benda yang

terang, yang berwarna hitam putih atau nama alatnya yaitu

sechi dish sampai kedalaman 40cm. Jika benda tersebut masih

terlihat, maka kekeruhan belum mengganggu kehidupan ikan

(Cahyono, 2.000).

4. Derajat Keasaman (pH)

Derajat keasaman yang lebih dikenal dengan pH yang

merupakan singkatan dari puissance negatif de H, yaitu

logaritma dari kepekatan ion- ion hidrogen yang terlepas

dalam suatu cairan (Kordi, 2009).

Page 32: Teknik Pendederan 1 dan 2 Ikan Nila Merah (Oreocromis sp.)

Ikan Nila Merah dapat tumbuh dan berkembang

dengan baik pada lingkungan perairan dengan kisaran pH

6,5 – 8,0. Namun, Ikan Nila Merah masih dapat tumbuh

dengan baik pada kisaran pH 5- 10 (Sucipto dan Eko,

2005).

5. Karbon dioksida (Co2)

Karbondioksida atau biasa disebut asam arang

sangat mudah terlarut dalam suatu larutan. Pada umumnya

di perairan alami mengandung karbondioksida sebesar 2

mg/l (ppm). Agar pertumbuhan Ikan Nila Merah tidak

terganggu kisaran yang baik untuk Co2 yaitu < 3 mg/l. Pada

konsentrasi yang tinggi yaitu (> 10mg/l), karbondioksida

dapat beracun karena keberadaannya dalam darah yang dapat

menghambat peningkatan oksigen oleh hemoglobin (Kordi,

2009).

Tabel 2. Kelarutan karbon dioksida di perairan alami pada

berbagai suhu

Suhu (⁰C) Co2 (mg/l) Suhu (⁰C) Co2 (mg/l)

Page 33: Teknik Pendederan 1 dan 2 Ikan Nila Merah (Oreocromis sp.)

Suhu (⁰C) Co2 (mg/l)

0 1,10 11 0,74 21 0,54 1 1,06 12 0,72 22 0,52 2 1,02 13 0,69 23 0,51 3 0,99 14 0,67 24 0,50 4 0,94 15 0,65 25 0,48 5 0,91 16 0,62 26 0,46 6 0,88 17 0,60 27 0,45 7 0,86 18 0,59 28 0,44 8 0,82 19 0,58 29 0,43 9 0,79 20 0,56 30 0,42Sumber : Boyd, 1979 (Kordi, 2009)

6. Amonia (NH3)

Amonia merupakan hasil akhir dari proses

metabolisme protein. Disisi lain, amonia dalam bentuk

tidak terionisasi merupakan racun bagi ikan. Walaupun

biasanya ikan tahan atau mudah menyesuaikan diri dengan

kondisi amonia, tetapi perubahan yang mendadak dapat

Page 34: Teknik Pendederan 1 dan 2 Ikan Nila Merah (Oreocromis sp.)

menyebabkan kerusakan pada jaringan insang. Pada sistem

budidaya ikan, sisa pakan yang berlebihan merupakan

sumber penyebab naiknya kadar amonia (Sucipto dan Eko,

2005).

Persentase NH3 dari amonia total dipengaruhi oleh

salinitas, konsentrasi oksigen, dan pH air. Makin tinggi

suhu dan pH air, makin tinggi pula persentase konsentrasi

NH3 . Dalam perairan, peluang biota budi daya keracunan

NH3 lebih besar pada suhu dan pH tinggi. Sebagai

contohnya, pada pH 8,0 dan suhu 25 ⁰C persentase NH3 hanya

5,380 sedangkan pada pH 9,0 dan suhu 30 ⁰C mencapai

44,600 (Kordi, M. Gufran, H., 2009).

E. PERTUMBUHAN

Pertumbuhan didefinisikan sebagai perubahan ikan

baik berat, ukuran, maupun volume, seiring dengan

berubahnya waktu (Suyanto, 1999). Pertumbuhan ikan

dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu faktor internal

Page 35: Teknik Pendederan 1 dan 2 Ikan Nila Merah (Oreocromis sp.)

dan eksternal. Faktor internal merupakan faktor-faktor

yang berhubungan dengan ikan itu sendiri seperti umur,

dan sifat genetik ikan yang meliputi keturunan, kemampuan

untuk memanfaatkan makanan dan ketahanan terhadap

penyakit. Faktor eksternal merupakan faktor yang

berkaitan dengan lingkungan tempat hidup ikan yang

meliputi sifat fisika dan kimia air, dan ruang gerak

(Effendie, 1978).

Seperti halnya manusia, untuk pertumbuhan dan

perkembangbiakan serta kelangsungan hidupnya ikan juga

memerlukan pakan yang cukup. Cukup yang dimaksud adalah

cukup kualitas (mutu) dan kuantitas (jumlah). Pakan yang

bermutu baik, salah satunya ditentukan oleh kandungan

gizi (seperti: protein, karbohidrat, lemak, vitamin dan

mineral) dalam komposisi yang tepat atau seimbang

(DKP Direktorat jenderal BBPBAT Sukabumi, 2009).

Umumnya Ikan Nila dapat tumbuh dengan baik dan

sempurna pada daerah tropis, untuk didaerah tinggi bisa

Page 36: Teknik Pendederan 1 dan 2 Ikan Nila Merah (Oreocromis sp.)

hidup, namun proses pertumbuhan lebih lambat, karena

mempunyai suhu dan kedinginan di luar persyaratan. Batas

minimal syarat pertumbuhan ikan nila di daerah dataran

tinggi adalah 600 meter (Arie, 2007).

F. KELANGSUNGAN HIDUP

Kelangsungan hidup atau sintasan (survival rate)

adalah persentase jumlah biota budidaya yang hidup dalam

kurun waktu tertentu. Tingkat kelangsungan hidup akan

menentukan produksi yang diperoleh dan erat kaitannya

dengan ukuran ikan yang di pelihara (Effendie, 1979 dalam

kordi, 2009).

Kelangsungan hidup yang rendah disebabkan oleh

banyak faktor, diantaranya, lokasi yang kurang baik atau

tidak sesuai, pakan yang tidak bermutu atau tidak cocok,

serangan hama dan penyakit, faktor genetik atau

keturunan,wadah yang tidak sesuai, dan sebagainya (Kordi,

2009).

Page 37: Teknik Pendederan 1 dan 2 Ikan Nila Merah (Oreocromis sp.)

G. PENDEDERAN BENIH

Pendederan artinya pemeliharaan burayak ikan

setelah lepas dari asuhan induknya. Pemeliharaan

dilakukan di dalam kolam atau bak khusus. Pendederan

berguna untuk melindungi burayak dari gangguan hama dan

kondisi lingkungan yang tidak menguntungkan (Suyanto,

1999).

Kolam pendederan dapat berupa kolam tanah atau bak

semen. Kolam pendedran ini biasanya memiliki luas dengan

kisaran 250-600 m2 (Susanti, 2009). Ada lima paket

teknologi penebaran atau pendederan yang dikenal dengan

panca usaha budidaya ikan di kolam terbuka, yaitu

persiapan kolam, pengelolahan air, pemilihan atau seleksi

benih, pemberian pakan, dan pengendalian hama dan

penyakit. Paket teknologi persiapan kolam meliputi

pengeringan, penggemburan, pengapuran, dan pemupukan

dasar kolam (Djarijah, 2002). Kolam tanah dipupuk

Page 38: Teknik Pendederan 1 dan 2 Ikan Nila Merah (Oreocromis sp.)

terlebih dahulu sebelum dilakukan penebaran burayak

bertujuan agar pakan alami tumbuh di kolam tersebut

(Suyanto, 1999).

Bak atau kolam pendederan perlu diberi pelindung

agar terik sinar matahari tidak terlalu panas yang masuk

ke dalam kolam. Pelindung dapat dibuat dari daun kelapa

atau daun pisang yang diapungkan di permukaan air atau

dapat ditancapkan di dasar kolam. Khusus untuk bak semen

dapat diberi atap sebagai pelindungnya (Suyanto, 1999).

Penebaran benih bisa dilakukan setelah 5-7 hari setelah

pemupukan (Amri dan Khairuman, 2003). Benih yang ditebar

berukuran 3-5 cm (panjang total). Ukuran benih diusahakan

seragam (uniform). Waktu penebarannya sebaiknya dilakukan

pada pagi hari, untuk menghindari tingkat stres pada

benih Ikan Nila Merah (Djarijah, 2002).

Padat penebaran benih di dalam kolam penebaran

sebanyak 75-100 ekor/m2 (Amri dan Kharuman, 2003).

Penggantian air harus dilakukan, agar airnya selalu segar

Page 39: Teknik Pendederan 1 dan 2 Ikan Nila Merah (Oreocromis sp.)

dan cukup oksigennya. Pemasukan air yang baru sebaiknya

dilakukan pada pagi, sore dan malam hari selama 1-2 jam.

Pemasukan ini diiringi dengan pembuangan air yang

seimbang, air yang masuk harus jernih agar benih tidak

terganggu oleh endapan lumpur. Jika air keruh maka

diendapankan terlebih dahulu di kolam pengendapan atau

penampungan. Bila kekurangan oksigen,yang terjadi burayak

akan timbul di permukaan air dan tampak terengah-engah,

maka dapat di atasi dengan pemberian aerator pada kolam

terutama pada malam hari (Suyanto, 1999).

Page 40: Teknik Pendederan 1 dan 2 Ikan Nila Merah (Oreocromis sp.)

III. METODOLOGI

A. WAKTU DAN TEMPAT

Praktik Kerja Lapangan ini telah dilaksanakan

selama lima minggu, yaitu pada bulan Juni 2013 sampai

Juli 2013. Praktik Kerja Lapangan ini berlokasi di Balai

Page 41: Teknik Pendederan 1 dan 2 Ikan Nila Merah (Oreocromis sp.)

Besar Pengembangan Budidaya Air Tawar (BBPBAT) Sukabumi

Jawa Barat.

B. BAHAN DAN ALAT

1. Bahan

Bahan yang digunakan pada Praktik Kerja Lapangan

(PKL) dapat di lihat pada tabel berikut ini :

Tabel 8. Bahan yang digunakan pada praktik kerja

lapangan

Bahan Spesifikasi Kegunaan

Larva Ikan NilaMerahPakan BuatanAir

Probiotik

15 hari43 hariNano 0,2 dan tepungSumber air darikaki Gungung GedeLactobacillus

Sebagai ikan pendederanI Sebagai ikan pendederanIISebagai pakan ikanUntuk mengairi kolam diBBPBAT SukabumiUntuk membantu menjaga kualitas air dan pertumbuhan ikan

Page 42: Teknik Pendederan 1 dan 2 Ikan Nila Merah (Oreocromis sp.)

2. Alat

Alat yang digunakan pada Praktik Kerja Lapangan

(PKL) ini dapat di lihat pada tabel berikut ini :

Tabel 9. Alat yang digunakan pada praktik kerja

lapangan

Alat Spesifikasi Kegunaan

Bak pendederan beton Hapa

pH meterThermometerBlower

Steam hapaMistar ukurTimbangan analitikParalon outletPeralatan penunjang

Sumber listrik

F3 : 15 x 20 x 1 mH11, H15 : 4 x 5 mmesh size 1,5mmketelitian 0.01 digitKetelitian 10C-

-Ketelitian 0,1 cmKetelitian 0,1 gramTinggi 1,5 mSendok, ember, Anco,serok,

Tempat pemeliharaan benihTempat pemeliharaan benih

Alat pengukur pH airAlat pengukur suhu airSumber aerasi pada masa pemeliharaanPembersih hapa pendederanMengukur panjang benihMenimbang berat benihMengeluarkan airMembantu proses pemanenanlarva

Penggerak alat-alat elektronik

Page 43: Teknik Pendederan 1 dan 2 Ikan Nila Merah (Oreocromis sp.)

baskom, scopenet. -

C. METODE KERJA

Pengumpulan data dilakukan dua teknik yaitu

Pengumpulan data primer, dilakukan dengan cara mengikuti

kegiatan rutin secara aktif, dilakukan dengan cara

mengamati semua kegiatan dan fasilitas yang terdapat di

lokasi kerja. Sedangkan data sekunder diperoleh dari

wawancara secara langsung dengan staf dan teknisi

lapangan sesuai dengan bidang keahlian masing – masing

dan diperoleh juga dari studi pustaka untuk melengkapi

data yang diperoleh dari semua kegiatan.

D. PROSEDUR KERJA

1. Persiapan Bahan dan Alat

Bahan dan alat yang digunakan dikumpulkan dalam

satu tempat serta di letakkan ditempat atau bagiannya

masing-masing bertujuan untuk mempermudah perkerjaan.

Page 44: Teknik Pendederan 1 dan 2 Ikan Nila Merah (Oreocromis sp.)

Tahapan pertama yang dilakukan untuk persiapan kolam

pendederan Ikan Nila Merah yaitu proses pengeringan dan

pengurasan kolam beton atau semen. Proses pengeringan

kolam dilakukan 2-3 hari dengan maksud membunuh patogen

yang ada di dalam kolam. Hal- hal yang dilakukan selama

pengeringan kolam yaitu perbaikan pipa aerasi yang ada di

dasar kolam. Setelah 3 hari kolam diisi air secara

bertahap sampai ketinggian air 1 m, lalu dilakukan

pemasangan hapa untuk pendederan benih ikan Nila Merah.

2. Pemanenan Benih

Pengambilan dilakukan pada saat pasca benih

dilepas dari asuhan induknya. Panen benih dilakukan pada

saat pagi hari untuk menghindari ikan stress. Hapa tempat

proses kegiatan pemijahan ditarik dengan menggunakan

bambu untuk mempermudah pemanenan. Kemudian larva atau

benih diambil dengan menggunakan scope net dan diletakkan

di wadah penampungan untuk proses gradding.

Page 45: Teknik Pendederan 1 dan 2 Ikan Nila Merah (Oreocromis sp.)

Benih ikan sebelum ditebar di hapa pendederan

dihitung terlebih dahulu. Kepadatan benih dalam

pendederan I yaitu 100-200 ekor/m2 dan pendederan II yaitu

75 – 100 ekor/m2. Benih dipelihara selama 30 hari baik

untuk pendederan I dan II (tabel.10).

Tabel 10. Tahapan pendederan

Pendederan Ukuran tebar(cm)

Ukuran panen(cm)

Lamapemeliharaan

(hari)PrapendederanPendederan IPendederan II

< 22-33-5

2-33-55-8

143030

Sumber : SNI : 6141: 2009

3. Pemberian Pakan

Selama pememliharaan benih di beri pakan berupa

pelet ukuran nano 0,2 dan tepung dengan kadar protein

40%. Pemberian pakan dilakukan dengan cara at-

Satiation, pakan diberikan dengan frekuensi 3 kali sehari

pagi, siang, dan sore yaitu pada pukul 09.00 WIB, 11.00

WIB, dan 14.00 WIB.

Page 46: Teknik Pendederan 1 dan 2 Ikan Nila Merah (Oreocromis sp.)

4. Gradding (Penyeleksian)

Gradding dilakukan dengan menggunakan alat khusus

(gradder) yaitu berupa baskom yang bagian bawahnya

memiliki lubang. Ikan–ikan yang akan digradding dimasukkan

di dalam baskom lalu ikan yang berukuran kecil (tidak sama

dengan yang lain) akan keluar dari lubang baskom dan ikan

yang berukuran lebih besar akan tertahan di dalamnya.

Penyortiran dilakukan setelah benih Ikan Nila Merah sudah

berumur 4 minggu pada saat pertama penebaran.

E. DATA YANG DIAMATI

1. Pertumbuhan Berat

Pengamatan pertumbuhan berat benih dilakukan

dengan cara sampling benih seminggu sekali sebanyak 10%

dari total populasi benih yang ditebar di dalam bak

pendederan. Penghitungan pertambahan berat benih Ikan

Nila Merah. Untuk menghitungnya menggunakan rumus yang

dikemukakan oleh Effendi (1979) :

Page 47: Teknik Pendederan 1 dan 2 Ikan Nila Merah (Oreocromis sp.)

W = Wt – Wo

Keterangan :

W = Pertambahan berat (g)

Wt = Berat rata- rata benih pada akhir (g)

Wo = Berat rata- rata benih pada awal (g)

2. Pertumbuhan Panjang

Faktor dalam dan faktor luar yang mempengaruhi

pertumbuhan diantaranya jumlah dan ukuran makanan yang

tersedia. Secara sederhana pertumbuhan panjang adalah

perubahan ukuran, berupa panjang dalam waktu tertentu.

Penghitungan pertumbuhan panjang dilakukan 1 minggu

sekali, sebanyak 10% dari total populasi benih Ikan Nila

Merah yang ada, dengan cara sampling menggunakan rumus

yang dikemukakan oleh Effendi (1979) :

T = Lt – Lo

Keterangan :

T = pertambahan panjang (cm)

Lt = Panajang rata- rata benih pada akhir (cm)

Page 48: Teknik Pendederan 1 dan 2 Ikan Nila Merah (Oreocromis sp.)

Lo = Panjang rata- rata benih pada awal (cm)

3. Kelangsungan Hidup

Pengamatan kelangsungan hidup dilakukan setiap

hari dari awal sampai akhir pemeliharaan dengan mencatat

benih Ikan Nila Merah yang mati serta penyebabnya.

Perhitungan kelangsungan hidup dilakukan sesuai

pernyataan Effendi (1979) dalam Kordi (2003), sebagai

berikut :

S = x 100%

Keterangan :

S = Kelangsungan hidup (%)

Nt = Jumlah benih yang hidup pada akhir pemeliharaan

(ekor)

No = Jumlah benih yang hidup pada awal pemeliharaan

(ekor)

Page 49: Teknik Pendederan 1 dan 2 Ikan Nila Merah (Oreocromis sp.)

4. Kualitas Air

Untuk menjaga agar kualitas air tetap baik,

dilakukan penggantian air setiap harinya selama 24 jam,

dengan cara membuat pintu pemasukan air (intlet) dan pintu

pengeluaran air (Outlet), sehingga setiap hari air akan

terus berganti sedikit demi sedikit. Parameter kualitas

air yang diamati meliputi suhu, pH, oksigen (DO),

kecerahan, CO, dan amonia. Pengamatan kualitas air

dilakukan dua minggu sekali, kecuali suhu yang diukur

setiap hari.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. PERSIAPAN KOLAM

Page 50: Teknik Pendederan 1 dan 2 Ikan Nila Merah (Oreocromis sp.)

Kolam pendederan Ikan Nila Merah (Oreochromis sp)

terletak pada bagian Nila Broadstock Center (NBC) BBPBAT

Sukabumi pada kolam F3. Wadah yang digunakan untuk

kegiatan pendederan berupa kolam beton ukuran panjang 20

m, lebar 15 m (300 m2). Bak beton yang akan digunakan

dipasang 15 buah hapa yang masing – masing berukuran

panjang dan lebar 5 m x 4 m (20 m2) dengan mesh size 1,0

mm dan dipasang 4 buah pemberat pada bagian sudut dasar

hapa. Kegiatan ini bertujuan agar hapa tidak mengampung

saat kolam diisi air. Selanjutnya dipasang pipa aerator

(Gambar 5) pada dasar kolam. Pemasangan aerator ini

bertujuan untuk memberi supply oksigen.

Persiapan kolam dilakukan dengan pengeringan air

yang ada di dalam kolam serta membersihkan bagian-bagian

tembok kolam. Menurut Susanto (2007), kegiatan ini

bertujuan menghilangkan kotoran dan sumber penyakit.

Kemudian melakukan perbaikan jika ada bagian tembok yang

bocor dan memeriksa kondisi pintu pengeluaran (paralon)

Page 51: Teknik Pendederan 1 dan 2 Ikan Nila Merah (Oreocromis sp.)

dan pemasukan air kolam. Kolam yang telah dibersihkan

dikeringkan selama 3 hari (Gambar 4).

Pada persiapan bak beton tidak dilakukan pemupukan

dan pengapuran, karena tujuan dari pengapuran sendiri,

untuk mempertahankan kestabilan derajat keasaman (pH)

tanah atau dasar kolam dan air (Sucipto dan Eko, 2005)

dan pH air di BBPBAT Sukabumi sendiri berkisar antara 7-

9, oleh sebab itu tidak dilakukan pemupukan dan

pengapuran. Setelah dilakukan pengeringan kolam, kemudian

dilakukan pengisian air setinggi 1 m.

Gambar 4. Pengeringan Kolam

Page 52: Teknik Pendederan 1 dan 2 Ikan Nila Merah (Oreocromis sp.)

Gambar 5.Konstruksi Kolam

B. PENEBARAN BENIH

Benih yang telah dipanen, dihitung jumlahnya serta

ukuran yang seragam ditebar di dalam hapa pendederan yang

telah disiapkan. Penebaran dilakukan dengan memiringkan

wadah yang telah berisi benih Ikan Nila Merah ke arah air

secara perlahan - lahan agar terjadi aklimatisasi

terlebih dahulu dengan lingkungan barunya.

Page 53: Teknik Pendederan 1 dan 2 Ikan Nila Merah (Oreocromis sp.)

Padat penebaran benih pada kolam F3 Hapa 11

(pendederan II) yaitu sebanyak 75 - 100 ekor/ m2 sedangkan

pada Hapa 15 (pendederan I) yaitu sebanyak 100 - 200

ekor/ m2. Dengan luas hapa 20 m2,, maka benih yang

ditebar di dalam hapa pendederan sebanyak 3.000 ekor

untuk pendederan I. Sedangkan untuk pendederan II benih

yang ditebar dengan luas hapa 20 m2 yaitu 2.000 ekor

(Gambar 6).

Gambar 6. Penebaran benih

Padat tebar yang tinggi dalam penebaran dapat

mengakibatkan terjadi pemupukan bahan – bahan organik di

dasar kolam, baik berupa sisa – sisa pakan ataupun

Page 54: Teknik Pendederan 1 dan 2 Ikan Nila Merah (Oreocromis sp.)

kotoran ikan. Jika terus dibiarkan maka akan menjadi

racun bagi ikan Nila Merah yang menyebabkan kematian.

Bahan – bahan organik tersebut biasanya sulit terurai.

Maka di BBPBAT melakukan upaya dengan memberikan cairan

probiotik lactobacillus pada masa pemeliharaan, sebagai upaya

membantu menguraikan bahan-bahan organik yang sulit

terurai di dalam kolam serta membantu untuk meningkatkan

pertumbuhan serta kelangsungan hidup.

Probiotik didefinisikan sebagai segala bentuk

pakan tambahan yang berupa sel mikroba utuh yang

menguntungkan bagi hewan inangnya melalui cara

menyeimbangkan kondisi mikrobiologis inang, modifikasi

bentuk asosiasi dengan inang atau komunitas mikroba

lingkungan hidupnya, serta meningkatkan pemanfaatan

nutrisi pakan atau meningkatkan nilai nutrisinya, dan

meningkatkan respons kekebalan inang terhadap patogen

atau memperbaiki kualitas lingkungan (Gatesoupe, 1999;

Page 55: Teknik Pendederan 1 dan 2 Ikan Nila Merah (Oreocromis sp.)

Irianto, 2003; CP Prima, 2004; Gunarto dan Hendrajat,

2008).

C. PEMBERIAN PAKAN

Pakan Ikan Nila Merah Selain pakan alami yang

tersedia di dalam kolam seperti fitoplankton dan

zooplankton, Ikan Nila Merah juga diberi pakan tambahan

perupa pelet dengan kadar protein 40%. Pakan diberikan

berupa pelet yang mengapung dengan ukuran nano 0,2 dan

pelet yang berupa tepung (Gambar 7). Menurut SNI :6141:

2009 yaitu dosis pemberian pakan pada pendederan I

sebanyak 20-30 % bobot biomasa perhari, sedangkan dosis

pemberian pakan pada pendederan II sebanyak 10-20 % bobot

biomasa perhari dengan frekuensi minimal 3 kali sehari

yaitu, pagi, siang dan sore hari, pada pukul 09.00 WIB,

11.00 WIB, 14.00 WIB secara at siatiation.

Page 56: Teknik Pendederan 1 dan 2 Ikan Nila Merah (Oreocromis sp.)

Gambar 7. Pakan Buatan (pelet)

Bentuk pakan buatan dapat disesuaikan dengan umur

dan ukuran benih (bukaan mulut), benih muda ukuran kecil

diberi pakan berupa serbuk tepung, benih berukuran sedang

dapat diberikan pakan berupa Crumble (butiran) dengan

ukuran 0,2 mm atau nano 0,2.

D. KUALITAS AIR

Kelangsungan hidup benih ikan sangat dipengaruhi

oleh kualitas suatu perairan, untuk mendapatkan benih

ikan yang sehat dan tumbuh dengan cepat. Apabila kualitas

Tepung0,0

Crumble0,2

Page 57: Teknik Pendederan 1 dan 2 Ikan Nila Merah (Oreocromis sp.)

air kurang baik, dapat menyebabkan ikan lemah, nafsu

makan berkurang, dan rentan terserang penyakit.

Pengamatan kualitas air yang dilakukan di BBPBAT

Sukabumi pada kegiatan pendederan dilakukan setiap minggu

sekali, dengan cara mengambil sampel air yang di masukan

ke dalam botol kecil untuk menampung air yang akan di uji

di laboratorium kualitas air. Berikut adalah hasil

pencatatan rata-rata kualitas air selama kegiatan praktik

kerja lapangan.

Tabel 11. Data Kualitas Air Pendederan Ikan Nila Merah(Oreochromis sp) kolam F3 (H11 dan H15) di BBPBATSukabumi

Parameter Satuan Kisaran Rata- rata

SuhupHDO (oksigen terlarut)KecerahanKarbondioksidaNH3

⁰C-

Mg/lcm

Mg/lMg/l

23 - 25,77,41 - 8,323,47 - 4, 43

40 - 600,7 - 0,90,14 - 0,38

Sumber : Tim kualitas air BBPBAT Sukabumi

1. Suhu

Berdasarkan data suhu pada kolam F3 H11 dan H15

yaitu berkisar antara 23- 25 ⁰C, hal ini dipengaruhi oleh

Page 58: Teknik Pendederan 1 dan 2 Ikan Nila Merah (Oreocromis sp.)

suhu lingkungan di BBPBAT Sukabumi yang terletak di

daratan tinggi yaitu 700 m di atas permukaan laut,

sehingga suhu pada air juga terpengaruh. Menurut Amri dan

Khairuman (2003), suhu optimal untuk pertumbuhan kisaran

antara 25 - 30 ⁰C. Sedangkan suhu yang terdapat pada

kolam pendederan lebih rendah dari kisaran suhu air yang

optimum untuk pertumbuhan, namun Ikan Nila Merah yang

dipelihara di BBPBAT Sukabumi sudah mampu beradaptasi

dengan suhu lingkungan antara 23-25 ⁰C, sehingga

pertumbuhan dan kelangsungan hidup masih baik.

2. Derajat Keasaman (pH)

Derajat keasaman atau pH yang ada di kolam

pendederan 7- 8,5. Pada pH tersebut merupakan pH optimum

dan baik untuk kegiatan budidaya ikan nila. Hal tersebut

sama seperti yang dikemukaan oleh Anonim (2010) yaitu ,

pH air yang baik untuk kegiatan budidaya ikan nila

adalah 6 – 8,5.

3. Oksigen Terlarut

Page 59: Teknik Pendederan 1 dan 2 Ikan Nila Merah (Oreocromis sp.)

Untuk kelarutan oksigen di dalam suatu perairan

(DO) yang baik untuk pertumbuhan dan pendederan Ikan Nila

Merah yaitu 5-7 ppm (Kordi, 2009). Kolam pendederan

benih Ikan Nila Merah pada kegiatan praktik kerja

lapangan ini, nilai DO air yaitu berkisar 3-4 ppm. Nilai

DO tersebut berada pada kisaran optimal untuk mendukung

pertumbuhan dan kelangsungan hidup Ikan Nila Merah.

Tingginya nilai DO ini diduga adanya pintu pemasukan

(Intlet) dan pintu pengeluaran (Outlet) air, sehingga

sirkulasi oksigen di dalam kolam cukup baik.

4. Kecerahan

Kecerahan pada kegiatan pendederan ini yaitu 40-60

cm. Dari hasil wawancara dengan petugas lapangan,

penyebab terjadi keruhnya air di kolam (hapa) pendederan

yaitu disebabkan oleh plankton, mengingat bak terbuat

dari beton dan melimpahnya bahan-bahan organik dari sisa

pakan atau fesses ikan, yang membuat perairan itu subur

secara alami (tanpa pemupukan awal). Hal yang demikian

Page 60: Teknik Pendederan 1 dan 2 Ikan Nila Merah (Oreocromis sp.)

juga dikemukakan oleh Kordi dan Tancung (2007), bahwa

kekeruhan yang baik adalah kekeruhan yang disebabkan oleh

jasad-jasad renik atau plankton.

5. Karbondioksida

Menurut Boyd, 1979 (Kordi, 2009) pada suhu 24 ⁰C

kandungan karbondioksidanya sebesar 0,5 mg/l. Sedangkan

jumlah karbondiokdida di kolam (hapa) pendederan yaitu

0,7 mg/l. Hal tersebut disebakan padat tebar yang tinggi

sehingga metabolisme yang terjadi semakin tinggi,

penggunaan oksigen tinggi, dan sisa pembakaran (Co2)

tinggi, jumlah tersebut tidak membahayakan kehidupan

atau pertumbuhan Ikan Nila Merah. Menurut Andianto, T.T

(2009) mengemukakan bahwa, kandungan karbondioksida lebih

dari 15 ppm sangat membahayakan bagi organisme yang

dibudidayakan.

6. Amonia ( NH3)

Kandungan konsentrasi Amonia yang terdapat pada

kolam pendederan yaitu sebesar 0,21 mg/l. Batas

Page 61: Teknik Pendederan 1 dan 2 Ikan Nila Merah (Oreocromis sp.)

konsentrasi NH3 yang bisa mematikan Ikan Nila adalah 0,1

– 0.3mg/l. Oleh sebab itu untuk mencegah tingginya

konsentrasi amonia, diberi perlakuan dengan menambahkan

probiotik di kolam pendederan. Hal demikian juga

disampaikan oleh Murtiati dkk (2006) yang melaporkan

bahwa aplikasi probiotik memberikan pengaruh yang cukup

baik dibandingkan dengan kontrol (tanpa probiotik)

terhadap kondisi kualitas air (oksigen terlarut, amoniak,

nitrit, dan nitrat). Sementara menurut Nurhidayah et al.

(2007) mengemukakan bahwa aplikasi bakteri probiotik

dapat menurunkan konsentrasi nitrit dan amoniak.

E. SAMPLING PERTUMBUHAN

Pengamatan pertumbuhan bertujuan untuk mengetahui

pertambahan panjang dan berat Ikan Nila Merah selama

pemeliharaan, pengamatan pertumbuhan dilakukan tiap 1

minggu sekali dengan pengambilan benih menggunakan anco

secara acak di sudut hapa sebanyak 30 ekor. Hasil berat

Page 62: Teknik Pendederan 1 dan 2 Ikan Nila Merah (Oreocromis sp.)

dan panjang benih Ikan Nila Merah dapat dilihat pada

Gambar 8,9,10 dan Gambar 11.

Gambar 8. Grafik pertambahan berat Ikan Nila Merah (oreochromis sp)setiap minggu pada pendederan IRata – rata pertumbuhan berat Ikan Nila Merah

(Lampiran. 2) dalam pengamatan pada pendederan I selama

30 hari yaitu sebesar 0,78 gram untuk berat. Dari

pengamatan rata-rata pertumbuhan setiap minggunya

menunjukan bahwa pertumbuhan berat tertinggi di peroleh

pada pendederan minggu ke-3 menjelang minggu ke-4 yaitu

sebesar 0,54 gram, sedangkan untuk pertambahan panjang

terkecil yaitu pada minggu ke-1 menjelang minggu ke-2

hanya sebesar 0,10 gram.

Page 63: Teknik Pendederan 1 dan 2 Ikan Nila Merah (Oreocromis sp.)

Gambar 9. Grafik pertambahan panjang Ikan Nila Merah (oreochromis sp)setiap minggu pada pendederan I

Rata – rata pertumbuhan panjang Ikan Nila Merah

pada pendederan I yaitu sebesar 3,72 cm, dari grafik di

atas menunjukan bahwa pertambahan panjang tertinggi di

peroleh pada pendederan minggu ke-3 menjelang minggu ke-4

dengan pertambahan sebesar 1,10 cm, sedangkan untuk

pertambahan panjang terkecil yaitu pada minggu ke-1

menjelang minggu ke-2 yaitu sebesar 0,67 cm.

Maka dari rata-rata pertumbuhan berat dan panjang

selama kegiatan Pendederan I, diperoleh hasil pertambahan

panjang dan berat selama kegiatan pendederan I yaitu 0,75

Page 64: Teknik Pendederan 1 dan 2 Ikan Nila Merah (Oreocromis sp.)

gram dan 2,62 cm. Dibandingkan dengan pertumbuhan panjang

dan berat dengan Ikan Nila Gesit (Warman, 2012).

Pertambahan pertumbuhan berat dan panjang Ikan Nila Gesit

selama pendederan I yaitu sebesar 0,97 gram dan

pertambahan untuk panjang sebesar 2,07 cm. Dari

perbandingan tersebut pertambahan berat Ikan Nila Gesit

lebih besar dibanding Ikan Nila Gesit, sedangakn untuk

pertambahan panajang Ikan Nila Gesit lebih rendah

dibanding Ikan Nila Merah. Hal tersebut diduga

diakibatkan oleh kurangnya kemampuan pasca benih dalam

menyesuaikan diri terhadap lingkungan barunya yang

membuat pasca benih belum mengoptimalkan pertumuhannya.

Page 65: Teknik Pendederan 1 dan 2 Ikan Nila Merah (Oreocromis sp.)

Gambar 10. Grafik pertambahan rata- rata berat dan panjang Ikan NilaMerah (oreochromis sp) setiap minggu pada pendederan II

Rata–rata pertumbuhan berat Ikan Nila Merah

(Lampiran 3) dalam pengamatan pada pendederan II selama

30 hari yaitu sebesar 3,09 gram untuk berat. Dari

pengamatan rata-rata pertumbuhan setiap minggunya

menunjukan bahwa pertumbuhan berat tertinggi diperoleh

pada pendederan minggu ke-3 menjelang minggu ke-4 yaitu

sebesar 1,71 gram, sedangkan untuk pertambahan berat

terkecil yaitu pada minggu ke-1 menjelang minggu ke-2,

sebesar 0,36 gram.

Page 66: Teknik Pendederan 1 dan 2 Ikan Nila Merah (Oreocromis sp.)

Gambar 11. Grafik pertambahan rata- rata berat dan panjang Ikan NilaMerah (oreochromis sp) setiap minggu pada pendederan II

Rata–rata pertumbuhan berat Ikan Nila Merah

(Lampiran 3) dalam pengamatan panjang pada pendederan II

selama 30 hari yaitu sebesar 5,73 cm. Dari rata – rata

pertumbuhan panjang menunjukan bahwa pertambahan panjang

tertinggi di peroleh pada pendederan minggu ke-2

menjelang minggu ke-3 yaitu sebesar 1,73 cm, sedangkan

untuk pertambahan panjang terkecil yaitu pada minggu ke-1

menjelang minggu ke-2 yaitu sebesar 0,81 cm.

Maka dari rata-rata pertumbuhan berat dan panjang

selama kegiatan Pendederan II, diperoleh hasil

pertambahan panjang dan berat selama kegiatan pendederan

Page 67: Teknik Pendederan 1 dan 2 Ikan Nila Merah (Oreocromis sp.)

II yaitu 2,93 gram dan 4,91 cm. Dibandingkan dengan

pertumbuhan panjang dan berat dengan Ikan Nila Gesit

(Jose, 2012), pertambahan pertumbuhan berat dan panjang

Ikan Nila Gesit selama pendederan II yaitu sebesar 1,87

gram dan pertambaha panjang yaitu 2,05 cm. Dari

perbandingan tersebut pertambahan panjang Ikan Nila Merah

lebih cepat dibanding Ikan Nila Gesit, hal tersebut

disebabkan oleh faktor lingkungan dan penanganan pasca

panen yang kurang baik (Stres) sehingga berdampak pada

pengaruh pertumbuhan berat dan panjang Ikan Nila Merah

atau Ikan Nila Gesit.

Effendi (1997) menyatakan bahwa, secara sederhana

pertumbuhan merupakan proses pertambahan dimensi tertentu

dalam kurun waktu tertentu. Akan tetapi, pertumbuhan

merupakan proses biologis yang komplek dimana banyak

faktor yang mempengaruhinya. Pertumbuhan dalam individu

merupakan pertambahan jaringan akibat dari pembelahan sel

yang terjadi akibat kelebihan input energi dan asam amino

Page 68: Teknik Pendederan 1 dan 2 Ikan Nila Merah (Oreocromis sp.)

(protein) yang berasal dari makanan. Menurut Heru Susanto

(1988) dalam Minggawati (2006), untuk memperoleh

pertumbuhan yang optimal makanan ikan harus mengandung

gizi yang cukup. Makanan ikan sebagian besar

dipergunakan sebagai sumber tenaga dan mempertahankan

kondisi, sedangkan selebihnya dipakai sebagai pertumbuhan

badannya.

F. PEMBERANTASAN HAMA DAN PENYAKIT

Penyakit didefinisikan sebagai suatu keadaan

fisik, morfologi dan atau fungsi yang mengalami perubahan

dari kondisi normal karena beberapa penyebab dan terbagi

atas 2 kelompok yaitu penyebab dari dalam (internal)

dan luar (eksternal). Penyakit internal meliputi

genetic, sekresi internal, imunodefesiensi, saraf dan

metabolic. Sedangkan penyakit eksternal meliputi

penyakit pathogen (parasit, jamur, bakteri, virus) dan

non pathogen (lingkungan dan nutrisi) (BBPBAT, 2004).

Page 69: Teknik Pendederan 1 dan 2 Ikan Nila Merah (Oreocromis sp.)

Oleh sebab itu untuk mencegah terjadinya hal tersebut

kondisi tubuh ikan dan lingkungan harus tetap dijaga.

Untuk pemberantasan hama dan penyakit ikan pada

kegiatan pendederan tidak secara khusus dilakukan, tetapi

tetap dilakukan upaya penanggulangan baik secara preventif

dengan melakukan pengeringan kolam dan secara provilasis

dengan cara menjaga kualitas air jumlah pakan yang cukup

dan terjaga kualitasnya.

Biasanya penyakit yang sering menyerang benih Ikan

Nila Merah yaitu jamur akibat luka pada tubuh ikan dari

handling atau penanganan yang kurang baik, jamur tersebut

dapat terlihat seperti kapas yang menutupi permukaan

tubuh ikan yang luka, biasanya jamur tersebut mengganggu

nafsu makan ikan, serta membuat ikan menjadi lemah.

Parasit lain seperti Trichodina sejenis protozoa dengan

gejala klinis terjadi kerusakan pada kulit, sirip dan

disertai infeksi sekunder. Beberapa infeksi menyebabkan

kerusakan sirip pada bebarapa bagian dan pendarahan pada

Page 70: Teknik Pendederan 1 dan 2 Ikan Nila Merah (Oreocromis sp.)

dasar sirip, dan protozoa yang sering menyerang yaitu

Streptococcus dengan gejala klinis lemas, kehilangan nafsu

makan, pendarahan dan bengkak pada mata, insang, organ

dalam, bengkak ginjal, limpa dan hati, berenang memutar

(Gambar 12).

Gambar 12. Penyakit yang menyerang benih Ikan Nila Merah

G. PEMANENAN DAN GRADING

Pemanenan benih Ikan Nila Merah pada pendederan I

dan pendederan II dilakukan setelah proses pemeliharaan

masing-masing dilakukan selama 30 hari. Panen dilakukan

Page 71: Teknik Pendederan 1 dan 2 Ikan Nila Merah (Oreocromis sp.)

pada pagi hari pukul 06.00 WIB, bertujuan untuk

menghindari peningkatan suhu agar benih tidak stres.

Setelah seluruh benih dipanen, maka benih yang diperoleh

dipindahkan ke dalam hapa penampungan. Kemudian dilakukan

gradding untuk memperoleh ukuran yang diinginkan baik

dilanjutkan untuk pendederan atau dipasarkan. Lalu

dilakukan penghitungan jumlah benih secara volumetrik

sampai habis. Dari hasil pemanenan diperoleh benih

sebanyak 2.983 ekor pada pendederan I (H15) sedangkan

pada pendederan II (H15) diperoleh total benih sebanyak

1.947 ekor.

H. KELANGSUNGAN HIDUP ( SR)

Dengan padat tebar awal Pendederan I 3.000

ekor/hapadan Pendederan II 2.000 ekor/ hapa maka

kelangsungan hidup pada pendederan I (H15) yaitu 96,4 %

dan pada pendederan II (H15) 97,3 %.

Tabel 12. Data hasil Panen kolam F3 Hapa 11 dan 15

Kegiatan Jumlah tebar Jumlah panen SR (%)

Page 72: Teknik Pendederan 1 dan 2 Ikan Nila Merah (Oreocromis sp.)

(ekor) (ekor)

Pendederan I(H15)

Pendederan II(H11)

3.0002.000

2.9831.947

96,497,3

Dari tabel di atas, menunjukkan bahwa masing-masing

kelangsungan hidup benih Ikan Nila Merah baik pendederan

I atau pendederan II sangat baik, karena Menurut Amri dan

Khairuman (2008) tingkat kelangsungan hidup Ikan Nila

sebesar 80-90%.

Kelangsungan hidup atau survival rate tinggi karena benih

diberian pakan yang berkulitas tinggi, budidaya yang

dilakukan secara intensif, serta penambahan probiotik

kedalam kolam F3. Sedangkan mortalitas atau tingkat kematian

tersebut diduga bahwa penanganan pasca panen benih awal

yang kurang baik yang mengakibatkan benih stress dan

rentan terhadap serangan penyakit.

Page 73: Teknik Pendederan 1 dan 2 Ikan Nila Merah (Oreocromis sp.)

V. KESIMPULAN

Dari Hasil Kegiatan Praktik Kerja Lapangan (PKL)

dapat diperoleh beberapa kesimpulan yaitu sebagai berikut

:

1. Tekhnik pendederan Ikan Nila Merah yang dilakukan di

Nila Broadstock center menggunakan probiotik banyak

memperoleh keuntungan.

2. Faktor lingkungan, pengelolahan kualitas, dan

pemberian pakan yang berkualitas sangat berpengaruh

terhadap kelangsungan hidup benih Ikan Nila Merah

(Oreochromis sp.) yaitu kelangsungan hidup pada

pendederan I (H15) yaitu 96,4 % dan pada pendederan II

(H15) 97,3 %.

Page 74: Teknik Pendederan 1 dan 2 Ikan Nila Merah (Oreocromis sp.)

3. Selama pemeliharaan benih Ikan Nila Merah

(Oreochromis sp.) mengalami pertambahan berat pada

pendederan I yaitu 0,75 gram dan pendederan II yaitu

2,93 gram. Sedangkan untuk pertambahan panjang

pendederan I yaitu 2,72 cm dan pendederan II yaitu 3,92

cm.

DAFTAR PUSTAKA

Amri, K, dan Khairuman. 2003. Budi Daya Ikan Nila SecaraIntensif. Agromedia Pustaka. Jakarta

Page 75: Teknik Pendederan 1 dan 2 Ikan Nila Merah (Oreocromis sp.)

Andrianto, Tuhana.,T. 2009. Pedoman Praktis Budidaya IkanNila: kiat merintis usaha bermodal kecil. Absolut.Yogyakarta.

Anggraini Ryan, Iskandar, dan Ankiq Taufiqurohman. 2012.Efektifitas Penambahan Bacillus sp. Hasil isolasidari Saluran Pencernaan Ikan Patin Pada pakankomersial Terhadap Kelangsungan Hidup danPertumbuhan Benih Ikan Nila Merah (Oreochromisniloticus). Jurnal Fakultas Perikanan dan IlmuKelautan Unpad.

Anonim, 2010. Budidaya Ikan Nila (Oreochromis niloticus).Diakses dari http://pdfcari.com pada tanggal 12Agustus 2013.

Anonim. 2011. Ikan Nila. (Online).(http://id.wikipedia.org/wiki/ikan_nila). Diakses30 April 2013.

Arie, U. 2007. Pembenihan dan Pembesaran Nila Gift. PTPenebar Swadaya. Depok.

Badan Agribisnis Departemen Pertanian. 1999. InvestasiAgribisnis Komoditas Unggulan. Kanisius.Yogyakarta.

Badan Standarisasi Nasional. 2009. Tentang Produksi indukikan Nila Hitan (Oreochromis niloticus Bleeker) kelasbenih sebar. Jakarta

Page 76: Teknik Pendederan 1 dan 2 Ikan Nila Merah (Oreocromis sp.)

Cahyono B. 2.000. Budi Daya Ikan Air Tawar. Kanisius.Yogyakarta.

CP Prima. 2004. Pentingnya Probiotik bagi Tambak Udang.CP Shrimp News. Surabaya. No.6 Juni 2004, 4 hlm.

Departemen Kelautan Dan Perikanan Direktorat JenderalPerikanan Budidaya Balai Besar PengembanganBudidaya Air Tawar Sukabumi. 2009. TeknologiMempersiapkan Pakan Ikan. Sukabumi.

Djarijah, A. S. 1995. Nila Merah Pembenihan danPembesaran Secara Intensif. Kanisius. Yogyakarta.

Djarijah, A. S. 2002. Budi Daya Ikan Nila Gift SecaraIntensif. Kanisius. Yogyakarta.

Effendie, M. I. 1978. Biologi Perikanan. Yayasan DewiSri. Bogor.

Effendie, M. I. 1979. Biologi Perikanan. Yayasan DewiSri. Bogor.

Effendie, M. I. 1997. Biologi Perikanan. Yayasan DewiSri. Bogor.

Evangelista, I,R. 2010. Pengaruh Pemberian AromataseInhibitor Melalui Pakan Buatan TerhadapKeberhasilan Sex Reversal Ikan Nila MerahOreochromis sp . Skripsi Fakultas Perikanan dan IlmuKelautan. Institut Pertanian Bogor.

Gatesoupe, F.J. 1999. The Use Of Probiotic inAquacilture, 180 : 147-165.

Page 77: Teknik Pendederan 1 dan 2 Ikan Nila Merah (Oreocromis sp.)

Gunarto dan Hendrajat, E.A. 2008. Budidaya Udang Vanamei,Litopenaeus vannamei Pola Semi Intensif denganAplikasi Beberapa Jenis Probiotik komersial. J.Ris. Akuakultur.

Irianto, A. 2003. Probiotik Akuakultur. Gadjah MadaUniversity Press. Yogyakarta. 125 hlm.

Jose. 2012. Pendederan Ikan Nila Gesit (Oreochromisniloticus) di BBPBAT Sukabumi Jawa Barat. Laporan PKL(tidak dipublikasikan). Fakultas Perikanan.Universitas PGRI Palembang.

Kordi, M. Gufran. H. 2009. Budi Daya Perairan. PT. CitraAditya Bakti. Bandung

Kordi, M. Gufran. H. 2010. 14 Ikan Air Tawar Ekonomis.Lily Publisher. Yogyakarta.

Kordi, M. Gufran. H. dan A.B. Tancung. 2007. PengelolaanKualitas Air. PT Rineka Cipta, Jakarta

Minggawati, I. 2006. Pengaruh Padat Penebaran YangBerbeda Terhadap Petumbuhan Ikan Nila Gift(Oreochromis sp) Yang Dipelihara Dalam BaskomPlastik. Tidak Dipubikasikan.

Murtiati, K.. Simbolon., Wahyuni, T., dan Subadri. 2006.Aplikasi Probiotik pada Pembesaran LeleSangkuriang. Jurnal Budidaya Air Tawar. Sukabumi,3(1):1-7.

Page 78: Teknik Pendederan 1 dan 2 Ikan Nila Merah (Oreocromis sp.)

Murtidjo, B. A. 2001. Beberapa Metode Pembenihan Ikan AirTawar. Kanisius. Yogyakarta.

Nurhidayah, tampangallo. B.R., Kadriah, I.A.K., danMuliani. 2007. Pengaruh Bakteri Probiotik TerhadapPerubahan Kualitas Air Dan Sintasan Pasca LarvaUdang Windu Yang Dipapar Dengan White Spot SyndromeVirus (WSSV). Prosiding Seminar Nasional KelautanIII. Universitas Hang tuah Surabaya, 24 April2007.

Suci Ajeng Fitria. 2012. Analisis Kelulushidupan danPertumbuhan Benih Ikan Nila Larasati (Oreochromisniloticus) F5 D30-D70 pada Berbagai Salinitas.Program Studi Budidaya Perairan, Jurusan PerikananFakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, UniversitasDiponegoro. Journal Of Aquaculture Management andTechnology. Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012.Halaman 18-34.

Sucipto, A, dan R. Eko Prihartono. 2005. Pembesaran NilaMerah Bangkok. Penebar Swadaya. Jakarta.

Susanto Heru. 2009. Budi Daya Ikan Di Pekarangan. PenebarSwadaya. Jakarta.

Suyanto, S. Rachmatun. 1999. Nila. Penebar Swadaya.Jakarta.

Wagiran dan Bagus .H. 2010. Kiat Budidaya Gurami di kolamTerpal. PT. AgroMedia Pustaka. Jakarta Selatan.

Page 79: Teknik Pendederan 1 dan 2 Ikan Nila Merah (Oreocromis sp.)

Warman Prio Aditya. 2012. Pembenihan Ikan Nila Gesit diBBPBAT Sukabumi Jawa Barat. Laporan PKL (tidakdipublikasikan). Fakultas Perikanan. UniversitasPGRI Palembang.