PENDEDERAN BENIH IKAN NILA MERAH (Oreochromis sp) DI BALAI BESAR PENGEMBANGAN BUDIDAYA AIR TAWAR (BBPBAT) SUKABUMI JAWA BARAT OLEH RAHMA MULYANI 2010 512 030 LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN
PENDEDERAN BENIH IKAN NILA MERAH (Oreochromis sp) DI BALAIBESAR PENGEMBANGAN BUDIDAYA AIR TAWAR (BBPBAT) SUKABUMI
JAWA BARAT
OLEH
RAHMA MULYANI
2010 512 030
LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN
PROGRAM STRATA 1 ILMU PERIKANANFAKULTAS PERIKANAN
UNIVERSITAS PGRI PALEMBANG2014
PENDEDERAN BENIH IKAN NILA MERAH (Oreochromis sp) DI BALAIBESAR PENGEMBANGAN BUDIDAYA AIR TAWAR (BBPBAT) SUKABUMI
JAWA BARAT
OLEH
RAHMA MULYANI
2010 512 030
LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN
Sebagai salah satu syarat lulus PKLpada prodi Ilmu Perikanan
Fakultas PerikananUniversitas PGRI palembang
PROGRAM STRATA 1 ILMU PERIKANANFAKULTAS PERIKANAN
UNIVERSITAS PGRI PALEMBANG2014
LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN
Judul : Pendederan Benih Ikan Nila Merah(Oreochromis sp) di Balai BesarPengembangan Budidaya Air Tawar SukabumiJawa Barat.
Nama : Rahma Mulyani
Nim : 2010 512 030
Program Studi : Ilmu perikanan
Jurusan : Budidaya Perikanan
Jenjang Pendidikan : Strata 1 (S1)
Tanggal Dipersetujui : Februari 2014
Palembang, Februari 2014
MenyetujuiPembimbing,
Tanbiyaskur, S.Pi., M.Si.
FAKULTAS PERIKANANUNIVERSITAS PGRI PALEMBANG
Ketua Jurusan,
Pembantu Dekan I,
Triyanto, S.P. Ir.
Slamet Riyadi, M.Si.
NIY.000832
NIY. 000834
RAHMA MULYANI. NIM. 2010 512 030. PENDEDERAN IKAN NILAMERAH (Oreochromis sp) DI BALAI BESAR PENGEMBANGAN BUDIDAYAAIR TAWAR (BBPBAT) SUKABUMI JAWA BARAT. DibawahBimbingan Bapak Tanbiyaskur, S.Pi., M.Si.
RINGKASAN
Ikan Nila Merah (Oreochromis sp) merupakan salahsatu jenis komoditas ikan air tawar yang banyak diminatioleh masyarakat sejak pertama kali kedatangannya diIndonesia, yaitu tepatnya tahun 1981. Selain itu IkanNila Merah termasuk ikan yang laju pertumbuhannya cepatdibanding dengan nila hitam, dalam tempo enam bulan sajadari ukuran benih 30 g dapat mencapai berat 300 g/ekor –500 g/ekor. Kegiatan Praktik Kerja Lapangan dilaksanakandi Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Tawar Sukabumidari tanggal 18 juni sampai dengan tanggal 23 Juli 2012.Tujuan dari praktik kerja lapangan ini untuk mengetahui 3tahapan pendederan Ikan Nila Merah yaitu prapendederan,pendederan I dan pendederan II serta mengetahui teknikpendederan untuk mengamati laju pertumbuhan dankelangsungan hidup benih Ikan Nila Merah. Bahan yangdigunakan yaitu benih ikan nila merah terdiri dari umuryang berbeda taitu: berumur 15 hari atau berukuran 2-3 cmdan berumur 31 hari berukuran 3-5 cm, pakan buatan, danair, sedangkan alat yang digunakan berupa hapa,kolam,mistar ukur, timbangan analitik, ember, dan lain-lain. Kegiatan meliputi, persiapan bahan dan alat,pemanenan larva, pemberian pakan, dan beberapa parameteryang diamati, yaitu pertumbuhan berat dan panjang,kelangsungan hidup, dan kualitas air. Kolam yangdigunakan memiliki luas 300 m2 dan hapa 20 m2 yang masing-masing hapa ditebar benih ikan nila sebanyak 2000 ekordengan padat tebar untuk pendederan I 100-200 ekor/m2 danpendederan II 75-100 ekor/m2, serta menambahkan probiotiksetiap minggu kedalam kolam sebanyak 10 Liter. Pakan yangdiberikan berupa tepung dan butiran (crumble) yangbersifat terapung dipermukaan. Pemberian pakan diberikansebanyak 3 kali sehari yaitu pada pukul 09.00, 11.00, dan14.00 WIB. Rata-rata pertumbuhan benih Ikan Nila Merahpada pendederan I selama pemeliharaan yaitu, berat 0,78gram dan panjang 3,72 cm, sedangkan untuk rata-ratapertumbuhan berat dan panjang pendederan II yaitu 3,09 g
dan 5,73 cm. SR pendederan I sebesar 96,4 % danpendederan II sebesar 97,3 %. Jenis penyakit yangmenyerang benih ikan nila yaitu trichodina, streptococcus danjamur.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT karena dengan
rahmat dan karunia Nya jualah sehingga penulis dapat
menyelesaikan Laporan Hasil Praktik Kerja Lapangan yang
berjudul “Pendederan Benih Ikan Nila Merah (Oreocromis sp)
di Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Tawar (BBPBAT)
Sukabumi” Penulisan laporan hasil Praktik Kerja Lapangan
(PKL) ini merupakan salah satu syarat untuk lulus Praktik
Kerja Lapangan (PKL) pada Program Studi Ilmu Perikanan
jenjang Pendidikan Strata 1 (S1) Fakultas Perikanan
Universitas PGRI Palembang.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih
kepada :
1. Ibu Dr. Ir. Helmi Haris, M.S., Selaku Dekan Fakultas
Perikanan Universitas PGRI Palembang.
2. Bapak Ir. Slamet Riyadi M.Si, Selaku Pembantu Dekan
Satu Fakultas Perikanan Universitas PGRI Palembang.
3. Bapak Triyanto, S.P, Selaku Ketua Jurusan Budidaya
Perikanan Fakultas Perikanan Universitas PGRI
Palembang sekaligus selaku pembimbing utama
4. Ibu Reno Fitriyanti, S.T., M.Si, Selaku Ketua Program
Studi Ilmu Perikanan Fakultas Perikanan Universitas
PGRI Palembang.
5. Bapak Tanbiyaskur, S.Pi.,M.Si, Selaku Pembimbing yang
selalu memberikan arahan dalam penulisan Laporan
Praktik Kerja Lapangan (PKL) ini.
6. Seluruh staf, maupun Dosen yang berada dalam naungan
Fakultas Perikanan Universitas PGRI Palembang.
7. Bapak R. Eko Prhihartono S.P, selaku pembimbing
lapangan.
8. Seluruh staf karyawan yang ada didefisi ikan Nila
BBPBAT Sukabumi
9. Bapak dan Ibu selaku orang tua penulis yang telah
memberikan dukungan dan kasih sayang beriring doa.
10. Teman-teman PKL seperjuangan yang selalu berbagi
selama kegiatan PKL berlangsung.
Penulis telah berusaha semaksimal mungkin untuk
kesempurnaan penulisan Laporan Praktik Kerja Lapangan
(PKL) ini, namun apabila masih terdapat kekurangan
penulis mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak
dalam penyempurnaan Laporan ini.
Semoga Laporan Pratik Kerja Lapangan ini dapat
bermanfaat bagi semua yang mebacanya.
Palembang,
Februari 2014
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
RINGKASAN............................................ i
KATA PENGANTAR....................................... ii
DAFTAR ISI........................................... iv
DAFTAR GAMBAR........................................
vi
DAFTAR TABEL.........................................
vii
DAFTAR LAMPIRAN......................................
viii
I. PENDAHULUAN....................................... 1
A. LATAR BELAKANG................................. 1
B. TUJUAN......................................... 3
II.
TINJAUAN PUSTAKA.................................. 4
A. KLASIFIKASI DAN MORFOLOGI ..................... 4
B. HABITAT DAN PENYEBARAN......................... 7
C. KEBIASAAN PAKAN ............................... 8
D. KUALITAS AIR................................... 9
E. PERTUMBUHAN.................................... 12
F. KELANGSUNGAN HIDUP............................. 13
G. PENDEDERAN BENIH............................... 13
III.
KEADAAN UMUM LOKASI .............................. 16
A. SEJARAH........................................ 16
B. KEADAAN LOKASI................................. 17
C. STRUKTUR ORGANISASI BBPBAT SUKABUMI............ 19
D. TUGAS DAN FUNGSI BBPBAT SUKABUMI............... 24
E. STAF DAN PEGAWAI BBPBAT SUKABUMI............... 25
F. SARANA DAN PRASARANA........................... 26
IV.
METODOLOGI........................................ 32
A. WAKTU DAN TEMPAT................................ 32
B. BAHAN DAN ALAT................................. 32
C. METODE KERJA................................... 33
D. PROSEDUR KERJA................................. 34
E. DATA YANG DIAMATI.............................. 35
V. HASIL DAN PEMBAHASAN.............................. 38
A. PERSIAPAN KOLAM ............................... 38
B. PENEBARAN BENIH................................ 40
C. PEMBERIAN PAKAN................................ 41
D. KUALITAS AIR................................... 42
E. SAMPLING PERTUMBUHAN........................... 46
F. PEMBERANTASAN HAMA DAN PENYAKIT................ 50
G. PANEN DAN GRADING.............................. 52
H. KELANGSUNGAN HIDUP (SR)........................ 53
VI.
KESIMPULAN........................................ 54
DAFTAR PUSTAKA....................................... 55
LAMPIRAN.................................................
.........................................................
58
DAFTAR TABEL
Halaman
1 Kelarutan karbon dioksida di perairan alami pada
berbagai suhu...............
11
2. Keadaan topografi kompleks BBPBAT Sukabumiberdasarkanluas dankemiringan.....................................................................................
18
3. Penggunaan lahan di kompleks BBPBAT Sukabumi,
Jawa Barat..............
19
4. Staf dan Pegawai BBPBAT Berdasarkan Tingkat
Pendidikan...................
26
5. Fasilitas atau alat yang terdapat pada divisiIkan Nila di lokasi BBPBAT......................................................................................
27
6. Alat penunjang yang ada di devisi Ikan
Nila............................................
28
...7. Bahan yang digunakan pada kegiatan praktik kerja
lapangan.....................
32
8. Alat yang digunakan paga kegiatan praktik kerja
lapangan........................
33
9. Tahapan
pendederan.......................................
.............................................
35
10
.
Data Kualitas Air Pendederan Ikan Nila Merah (Oreochromis sp) kolam F3 (H11 dan H15) di BBPBAT Sukabumi..................................................
43
11
.
Data hasil panen kolam F3 Hapa 11 dan
15...............................................
.
53
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1....................................................Morf
ologi Ikan Nila Merah (Oreochromis sp)................ 5
2....................................................BBPB
AT Sukabumi Jawa Barat............................. 16
3....................................................Stru
ktur Organisasi BBPBAT Sukabumi.................... 20
4....................................................Peng
eringan kolam...................................... 39
5....................................................Kons
truksi kolam....................................... 39
6....................................................Pene
baran benih Ikan Nila Merah (Oreochromis sp)......... 40
7....................................................Paka
n buatan (pelet).................................... 42
8....................................................Grafik pertambahan Berat Ikan Nila Merah (Oreochromis sp) setiap minggu pada pendederan I................... 46
9....................................................Grafik pertambahan panjang Ikan Nila Merah (Oreochromis sp) setiap minggu pada pendederan I................... 47
10. Grafik pertambahan Berat Ikan Nila Merah (Oreochromissp)
setiap minggu pada pendederan II.................. 48
11. Grafik pertambahan panjang Ikan Nila Merah(Oreochromis sp) setiap minggu pada pendederan II............... 49
12.Penyakit yang menyerang benih Ikan Nila Merah
(Oreochromis sp)........................................ 53
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1. Peta denah lokasi BBPBAT Sukabumi................. 59
2. Data hasil sampling berat dan panjang benih Ikan Nila Merah selama
monitoring pada waktu pengamatan pendederan I..... 60
3. Data hasil sampling berat dan panjang benih Ikan Nila Merah selama
monitoring pada waktu pengamatan pendederan I..... 61
4. Kandungan nutrisi pakan dan pakan untuk ikan nila
merah................................................ 62
5. Foto lembar SNI ikan Nila......................... 63
I. PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Ikan Nila Merah (Oreochromis sp) merupakan salah
satu jenis komoditas ikan air tawar yang banyak diminati
oleh masyarakat sejak pertama kali kedatangannya di
Indonesia yaitu tahun 1981 (Sucipto dan Eko Prihartono,
2005). Hal tersebut dikarenakan Ikan Nila Merah memiliki
banyak keunggulan, diantaranya rasanya yang enak dan
kandungan gizinya yang cukup tinggi (Djarijah, 1995).
Menurut Amri dan Khairuman (2003), Sebagai hewan yang
berdarah dingin, Ikan Nila mampu mengkonversi secara baik
energi dari pakan menjadi protein. Untuk setiap 106
kalori yang dikonsumsi, ikan mampu menghasilkan 30- 40
gram protein.
Selain itu Ikan Nila Merah termasuk ikan yang laju
pertumbuhannya cepat dibanding dengan nila hitam, dalam
tempo enam bulan saja dari ukuran benih 30 gram dapat
mencapai berat 300 gram/ekor – 500 gram/ekor atau 0,3 kg
– 0,5 kg (Santoso, 1996 dalam Suci, 2012). Ikan Nila
Merah juga mudah dikembangbiakkan, efisien terhadap
pemberian makanan tambahan, dan mampu beradaptasi dengan
baik diberbagai jenis air seperti air tawar, air payau
dan air laut. Ikan ini memiliki kemampuan yang tinggi
dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya (highly survival)
(Djarijah, 1995). Berbagai keunggulan tersebut,
menjadikan prospek budidaya Ikan Nila Merah sangat baik.
Salah satu teknologi budidaya yang harus dikuasai
pembudidaya atau petani Ikan Nila Merah adalah teknik
pendederan yang baik. Pendederan yang baik dan tepat
dapat meminimalkan kematian benih Ikan dalam media
pemeliharaan.
Pendederan merupakan tahap lanjutan pemeliharaan
pasca larva Ikan Nila Merah dari hasil pembenihan untuk
mencapai ukuran tertentu yang siap dibesarkan. Kegiatan
pendederan dilakukan dalam dua tahap, yaitu pendederan I
(D15-D42) dan pendederan II (D43-D70). Pendederan
bertahap bertujuan untuk memperoleh ukuran Ikan Nila yang
seragam, baik panjang maupun berat dan untuk memberikan
kesempatan Ikan Nila mendapatkan makanan dengan kualitas
yang sama sehingga pertumbuhan juga seragam. Apabila
benih ikan nila hanya didederkan satu tahap,
dikhawatirkan diperoleh hasil yang ukurannya tidak
seragam sehingga menimbulkan persaingan dalam mendapatkan
makanan yang menyebabkan kematian akibat dari padat tebar
yang tinggi (Amri dan Khairuman, 2003).
Masalah yang dihadapi para petani Ikan Nila Merah
adalah masih minimnya atau rendahnya pengetahuan
terhadap teknologi pendederan Ikan Nila Merah (Oreochromis
sp). Penguasaan petani terhadap teknologi pendederan dapat
menunjang dalam peningkatan produksi budidaya Ikan Nila
Merah. Sehubungan dengan hal tersebut, maka penulis
melaksanakan Praktik Kerja Lapangan Pendederan Benih
Ikan Nila Merah (Oreochromis sp) Pada Balai Besar
Pengembangan Budidaya Air Tawar Sukabumi.
B. TUJUAN
Adapun tujuan dari dilaksanakannya kegiatan
Praktik Kerja Lapangan (PKL) Pendederan Benih Ikan Nila
Merah (Oreochromis sp) Pada Balai Besar Pengembangan
Budidaya Air Tawar Sukabumi adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui teknik pendederan benih Ikan Nila Merah
(Oreochromis sp)
2. Mengetahui faktor yang mempengaruhi nilai kelangsungan
hidup benih Ikan Nila Merah (Oreochromis sp) serta
kelangsungan hidup benih Ikan Nila Merah selama
periode pendederan
3. Mengetahui pertumbuhan panjang dan berat tubuh benih
Ikan Nila Merah (Oreochromis sp)
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. KLASIFIKASI DAN MORFOLOGI
Ikan Nila Merah (Oreocromis sp) biasanya juga dikenal
dengan nama Ikan Nila Nifi. Ikan Nila Merah, awalnya
diduga merupakan Ikan Nila biasa yang mengalami
penyimpangan genetika warna tubuh sehingga menjadi
albino. Namun, pernyataan tersebut keliru, Ikan Nila
Merah adalah ikan dengan varietas tersendiri, yang
merupakan hasil persilangan dari beberapa jenis species
yang berbeda dari genus Oreochromis, yaitu Oreochromis
mossambicus, Oreochromis niloticus, Oreochromis hornorum,
Oreochromis aureus dan Oreochromis zilli (Trewavas, 1982
dalam Angriani dkk, 2012).
Dengan berkembangnya Ikan Nila Merah di kalangan
masyarakat, ikan ini juga disebut dengan Ikan Nila Hibrida.
Penamaan ini untuk membedakan dengan Ikan Nila Lokal
dalam hal pertumbuhan karena Ikan Nila Merah mempunyai
laju pertumbuhan yang cepat. Ikan Nila Merah di datangkan
setelah Ikan Nila Lokal masuk ke Indonesia awal tahun
1981. Ikan ini diimpor oleh Balai Penelitian Perikanan
Air Tawar (Amri dan Khairumuan, 2003). Ikan Nila Hibrida
merupakan ikan introduksi yang didatangkan dari Philipina
(Kordi, 2009). Klasifikasi Ikan Nila Merah menurut
Linnaeus (1758) dalam Evangelista (2010) adalah sebagai
berikut :
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Acanthoptherygii
Ordo : Perciformes
Famili : Chiclidae
Genus : Oreochromis
Species : Oreochromis sp
Gambar 1. Morfologi Ikan Nila Merah (Oreochromis sp)Sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/Ikan_nila
Keterangan :
b
a
c
d
h
gfe
a. Operculum e. Sirip dada
(pectoral fin)
b. Mata f. Sirip ekor (caudal fin)
c. Linea lateralis g. Sirip anus (anal fin)
d. Sirip punggung (dorsal fin) h. Sirip ekor (ventral
fin)
Bentuk tubuh Ikan Nila pada umumnya panjang dan
pipih kesamping. Mempunyai garis vertikal pada badan
sebanyak 9-11 buah, sedangkan garis- garis pada sirip
ekor berwarna merah berjumlah 9-12 buah. Pada sirip
punggung terdapat juga garis – garis miring (Susanto,
2009). Mata Ikan Nila berukuran besar dan menonjol dengan
bagian tepi mata berwarna putih (Murtidjo,2001). Menurut
Kordi (2009), letak mulut terminal, posisi perut terhadap
sirip dada throrocis, garis rusuk (linea lateralis) terputus
menjadi dua bagian, letaknya memanjang di atas sirip
dada. Jumlah sisik pada garis rusuk 34 buah dan tipe
sisik Ctenoid. Jari- jari siripnya terdiri atas 17 jari-
jari keras dan 13 jari- jari lunak pada sirip punggung, 1
jari- jari keras dan 5 jari- jari lunak pada sirip perut.
15 jari- jari lunak pada sirip dada, 3 jari- jari keras
dan 10 jari- jari lunak pada sirip dubur (anus), dan 8
jari- jari melunak pada sirip ekor.
Jika dibedakan berdasarkan jenis kelaminnya, Ikan
Nila jantan memiliki ukuran sisik yang lebih besar dari
pada Ikan Nila betina. Alat kelamin Ikan Nila jantan
berupa tonjolan agak runcing yang berfungsi sebagai muara
urin dan saluran sperma yang terletak di depan anus. Jika
diurut, perut Ikan Nila jantan mengeluarkan cairan
bening. Sementara untuk Ikan Nila betina mempunyai
lubang genital terpisah dengan lubang saluran urin yang
terletak di depan anus. Sirip punggung dan sirip ekor
Ikan Nila jantan berupa garis putus - putus. Sementara
itu, untuk Ikan Nila betina, garisnya tidak terputus dan
melingkar (Amri dan Khairuman, 2003).
B. HABITAT DAN PENYEBARAN
Habitat artinya lingkungan hidup tertentu sebagai
tempat tumbuhan atau hewan hidup dan berkembang biak
(Suyanto, S.R., 2009). Habitat Ikan Nila adalah perairan
tawar, seperti sungai, danau, waduk, dan rawa- rawa,
tetapi karena toleransinya yang luas terhadap sanilitas
(euryhaline) sehingga dapat hidup dengan baik di air payau
dan air laut (Djarijah, 1995). Pertumbuhannya dapat
berlangsung optimal pada kisaran sanilitas 0-30 ppt, dan
sanilitas yang cocok untuk Ikan Nila yaitu 0- 35 ppt
(Kordi, 2010). Sedangkan pH (derajat keasaman) air yang
cocok adalah 6-8,5 , untuk pertumbuhan optimalnya
terjadi pada pH 7-8. Nilai pH yang masih ditoleransi Ikan
Nila adalah 5- 11 (Kordi,2009). Suhu optimal untuk
pertumbuhan kisaran 25⁰ - 30⁰ C. Pada suhu sampai 22⁰ C
ikan Nila masih dapat memijah demikian pula pada suhu 37
⁰ C. Pada suhu di bawah 14⁰ C atau lebih 38⁰C, Ikan Nila
mulai terganggu. Sedangkan suhu mematikan berada pada
suhu 6⁰C dan 42⁰C (Amri dan Kordi, 2003).
Ikan Nila dapat hidup di perairan tawar hampir di
seluruh Indonesia (Kordi, 2010). Ikan Nila juga
memiliki toleransi yang tinggi pula terhadap lingkungan
hidupnya, sehingga bisa dipelihara di daratan rendah
ataupun daratan tinggi (Amri dan Khairuman, 2003).
Menurut Achmad Mujiman (1986) dalam Cahyono (2.000),
jenis Ikan Nila sebenarnya bukan satwa asli Indonesia,
tetapi berasal dari daratan Taiwan, dari Benua Afrika.
Jenis Ikan ini banyak terdapat di sungai Nil.
C. KEBIASAAN MAKAN
Ikan Nila Merah dikenal secara umum sebagai ikan
pemakan segala (omnivora) (Amri dan khairuman, 2003).
Oleh karena itu, Ikan Nila Merah mampu secara efektif
mencerna dan menghasilkan protein dari berbagai jenis
pakan yang disukainya, baik yang berasal dari nabati atau
hewani (Sucipto dan Eko, 2005). Beberapa makanan yang
dimakan oleh Ikan Nila di antaranya berupa plankton,
perifiton, dan tumbuh- tumbuhan seperti hydrilla, dan
ganggang sutera (Kordi, 2010). Tetapi Ikan Nila Merah
untuk kebiasaan makannya berdeda tergantung tingkat
usianya (Susanto, 2009).
Ikan Nila Merah juga mempunyai kebiasaan makan dan
beraktifitas pada siang hari (BADP, 1999). Keunikan dari
kebiasaan makan Ikan Nila Merah ini yaitu selalu terlihat
kelaparan atau mencari-cari pakan yang menempel di
permukaan dinding pematang kolam atau jaring, ternyata
itu hanya kebiasaan biologisnya saja (Sucipto dan Eko,
2005).
Pada saat Ikan Nila Merah berukuran benih, makanan
yang disukai seperti zooplankton (plankton hewani),
seperti Rotifera sp, Moina sp, atau Daphnia sp. Selain itu juga
Ikan Nila Merah memangsa alga atau lumut yang menempel
pada benda di habitatnya hidupnya dan tumbuhan air yang
tumbuh di sekitar kolam budidaya (Amri dan Khairuman,
2003).
Pemeliharaan Ikan Nila merah dapat diberi pakan
buatan berupa pelet yang mengandung protein antara 20- 25
% untuk pertumbuhan yang optimal. Untuk memacu
pertumbuhan Ikan Nila Merah maka pakan yang diberikan
maka pakan yang diberikan mengandung protein 25- 35 %
(Kordi, 2010).
D. KUALITAS AIR
Untuk tumbuhnya biota, tentu membutuhkan
lingkungan hidup yang optimal. Kualitas air dan
pengaruhnya sangat penting untuk diketahui demi
mengoptimalkan kegiatan budidaya, kualitas air dapat
diketahui dari beberapa parameter karakteristik fisik dan
kimia air, diantaranya sebagai berikut :
1. Suhu (temperatur air)
Suhu sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan
perkembangan ikan. Suhu yang terlalu tinggi atau terlalu
rendah akan menyebabkan ikan tidak mampu berkembang
dengan baik. Suhu optimal untuk pertumbuhan Ikan Nila
Merah pada kisaran 25⁰ - 30⁰ C. Pada suhu 22⁰ C Ikan
Nila masih dapat memijah demikian pula pada suhu 37 ⁰ C.
Pada suhu dibawah 14⁰ C atau lebih 38⁰C, Ikan Nila mulai
terganggu. Sedangkan suhu mematikan berada pada suhu
kisaran 6⁰C dan 42⁰C (Amri dan Khairuman, 2003).
2. Do (oksigen terlarut dalam air)
Oksigen terlarut adalah satu jenis gas terlarut
dalam air dengan jumlah yang sangat banyak, yaitu
menempati urutan kedua setelah nitrogen. Biota air juga
membutuhkan oksigen yang digunakan dalam pembakaran bahan
bakar (makanan) untuk menghasilkan aktifitas (energi),
seperti berenang, pertumbuhan, reproduksi, dan
sebagainya. Konsentrasi yang baik dalam budidaya perairan
yaitu sekitar 5-7mg/l (Kordi, 2009). Namun ikan Nila
Merah dapat hidup dalam air dengan kandungan oksigen
terlarut 0,3-0,5 mg/l (Sucipto dan Eko, 2005).
3. Derajat kekeruhan (kecerahan)
Air dengan keadaan yang terlalu keruh dapat
menyebabkan ikan mengalami gangguan pernafasan yang
diakibatkan oleh kotoran yang menutupi insangnya. Batas
kekeruhan dapat diukur dengan memasukkan benda yang
terang, yang berwarna hitam putih atau nama alatnya yaitu
sechi dish sampai kedalaman 40cm. Jika benda tersebut masih
terlihat, maka kekeruhan belum mengganggu kehidupan ikan
(Cahyono, 2.000).
4. Derajat Keasaman (pH)
Derajat keasaman yang lebih dikenal dengan pH yang
merupakan singkatan dari puissance negatif de H, yaitu
logaritma dari kepekatan ion- ion hidrogen yang terlepas
dalam suatu cairan (Kordi, 2009).
Ikan Nila Merah dapat tumbuh dan berkembang
dengan baik pada lingkungan perairan dengan kisaran pH
6,5 – 8,0. Namun, Ikan Nila Merah masih dapat tumbuh
dengan baik pada kisaran pH 5- 10 (Sucipto dan Eko,
2005).
5. Karbon dioksida (Co2)
Karbondioksida atau biasa disebut asam arang
sangat mudah terlarut dalam suatu larutan. Pada umumnya
di perairan alami mengandung karbondioksida sebesar 2
mg/l (ppm). Agar pertumbuhan Ikan Nila Merah tidak
terganggu kisaran yang baik untuk Co2 yaitu < 3 mg/l. Pada
konsentrasi yang tinggi yaitu (> 10mg/l), karbondioksida
dapat beracun karena keberadaannya dalam darah yang dapat
menghambat peningkatan oksigen oleh hemoglobin (Kordi,
2009).
Tabel 2. Kelarutan karbon dioksida di perairan alami pada
berbagai suhu
Suhu (⁰C) Co2 (mg/l) Suhu (⁰C) Co2 (mg/l)
Suhu (⁰C) Co2 (mg/l)
0 1,10 11 0,74 21 0,54 1 1,06 12 0,72 22 0,52 2 1,02 13 0,69 23 0,51 3 0,99 14 0,67 24 0,50 4 0,94 15 0,65 25 0,48 5 0,91 16 0,62 26 0,46 6 0,88 17 0,60 27 0,45 7 0,86 18 0,59 28 0,44 8 0,82 19 0,58 29 0,43 9 0,79 20 0,56 30 0,42Sumber : Boyd, 1979 (Kordi, 2009)
6. Amonia (NH3)
Amonia merupakan hasil akhir dari proses
metabolisme protein. Disisi lain, amonia dalam bentuk
tidak terionisasi merupakan racun bagi ikan. Walaupun
biasanya ikan tahan atau mudah menyesuaikan diri dengan
kondisi amonia, tetapi perubahan yang mendadak dapat
menyebabkan kerusakan pada jaringan insang. Pada sistem
budidaya ikan, sisa pakan yang berlebihan merupakan
sumber penyebab naiknya kadar amonia (Sucipto dan Eko,
2005).
Persentase NH3 dari amonia total dipengaruhi oleh
salinitas, konsentrasi oksigen, dan pH air. Makin tinggi
suhu dan pH air, makin tinggi pula persentase konsentrasi
NH3 . Dalam perairan, peluang biota budi daya keracunan
NH3 lebih besar pada suhu dan pH tinggi. Sebagai
contohnya, pada pH 8,0 dan suhu 25 ⁰C persentase NH3 hanya
5,380 sedangkan pada pH 9,0 dan suhu 30 ⁰C mencapai
44,600 (Kordi, M. Gufran, H., 2009).
E. PERTUMBUHAN
Pertumbuhan didefinisikan sebagai perubahan ikan
baik berat, ukuran, maupun volume, seiring dengan
berubahnya waktu (Suyanto, 1999). Pertumbuhan ikan
dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu faktor internal
dan eksternal. Faktor internal merupakan faktor-faktor
yang berhubungan dengan ikan itu sendiri seperti umur,
dan sifat genetik ikan yang meliputi keturunan, kemampuan
untuk memanfaatkan makanan dan ketahanan terhadap
penyakit. Faktor eksternal merupakan faktor yang
berkaitan dengan lingkungan tempat hidup ikan yang
meliputi sifat fisika dan kimia air, dan ruang gerak
(Effendie, 1978).
Seperti halnya manusia, untuk pertumbuhan dan
perkembangbiakan serta kelangsungan hidupnya ikan juga
memerlukan pakan yang cukup. Cukup yang dimaksud adalah
cukup kualitas (mutu) dan kuantitas (jumlah). Pakan yang
bermutu baik, salah satunya ditentukan oleh kandungan
gizi (seperti: protein, karbohidrat, lemak, vitamin dan
mineral) dalam komposisi yang tepat atau seimbang
(DKP Direktorat jenderal BBPBAT Sukabumi, 2009).
Umumnya Ikan Nila dapat tumbuh dengan baik dan
sempurna pada daerah tropis, untuk didaerah tinggi bisa
hidup, namun proses pertumbuhan lebih lambat, karena
mempunyai suhu dan kedinginan di luar persyaratan. Batas
minimal syarat pertumbuhan ikan nila di daerah dataran
tinggi adalah 600 meter (Arie, 2007).
F. KELANGSUNGAN HIDUP
Kelangsungan hidup atau sintasan (survival rate)
adalah persentase jumlah biota budidaya yang hidup dalam
kurun waktu tertentu. Tingkat kelangsungan hidup akan
menentukan produksi yang diperoleh dan erat kaitannya
dengan ukuran ikan yang di pelihara (Effendie, 1979 dalam
kordi, 2009).
Kelangsungan hidup yang rendah disebabkan oleh
banyak faktor, diantaranya, lokasi yang kurang baik atau
tidak sesuai, pakan yang tidak bermutu atau tidak cocok,
serangan hama dan penyakit, faktor genetik atau
keturunan,wadah yang tidak sesuai, dan sebagainya (Kordi,
2009).
G. PENDEDERAN BENIH
Pendederan artinya pemeliharaan burayak ikan
setelah lepas dari asuhan induknya. Pemeliharaan
dilakukan di dalam kolam atau bak khusus. Pendederan
berguna untuk melindungi burayak dari gangguan hama dan
kondisi lingkungan yang tidak menguntungkan (Suyanto,
1999).
Kolam pendederan dapat berupa kolam tanah atau bak
semen. Kolam pendedran ini biasanya memiliki luas dengan
kisaran 250-600 m2 (Susanti, 2009). Ada lima paket
teknologi penebaran atau pendederan yang dikenal dengan
panca usaha budidaya ikan di kolam terbuka, yaitu
persiapan kolam, pengelolahan air, pemilihan atau seleksi
benih, pemberian pakan, dan pengendalian hama dan
penyakit. Paket teknologi persiapan kolam meliputi
pengeringan, penggemburan, pengapuran, dan pemupukan
dasar kolam (Djarijah, 2002). Kolam tanah dipupuk
terlebih dahulu sebelum dilakukan penebaran burayak
bertujuan agar pakan alami tumbuh di kolam tersebut
(Suyanto, 1999).
Bak atau kolam pendederan perlu diberi pelindung
agar terik sinar matahari tidak terlalu panas yang masuk
ke dalam kolam. Pelindung dapat dibuat dari daun kelapa
atau daun pisang yang diapungkan di permukaan air atau
dapat ditancapkan di dasar kolam. Khusus untuk bak semen
dapat diberi atap sebagai pelindungnya (Suyanto, 1999).
Penebaran benih bisa dilakukan setelah 5-7 hari setelah
pemupukan (Amri dan Khairuman, 2003). Benih yang ditebar
berukuran 3-5 cm (panjang total). Ukuran benih diusahakan
seragam (uniform). Waktu penebarannya sebaiknya dilakukan
pada pagi hari, untuk menghindari tingkat stres pada
benih Ikan Nila Merah (Djarijah, 2002).
Padat penebaran benih di dalam kolam penebaran
sebanyak 75-100 ekor/m2 (Amri dan Kharuman, 2003).
Penggantian air harus dilakukan, agar airnya selalu segar
dan cukup oksigennya. Pemasukan air yang baru sebaiknya
dilakukan pada pagi, sore dan malam hari selama 1-2 jam.
Pemasukan ini diiringi dengan pembuangan air yang
seimbang, air yang masuk harus jernih agar benih tidak
terganggu oleh endapan lumpur. Jika air keruh maka
diendapankan terlebih dahulu di kolam pengendapan atau
penampungan. Bila kekurangan oksigen,yang terjadi burayak
akan timbul di permukaan air dan tampak terengah-engah,
maka dapat di atasi dengan pemberian aerator pada kolam
terutama pada malam hari (Suyanto, 1999).
III. METODOLOGI
A. WAKTU DAN TEMPAT
Praktik Kerja Lapangan ini telah dilaksanakan
selama lima minggu, yaitu pada bulan Juni 2013 sampai
Juli 2013. Praktik Kerja Lapangan ini berlokasi di Balai
Besar Pengembangan Budidaya Air Tawar (BBPBAT) Sukabumi
Jawa Barat.
B. BAHAN DAN ALAT
1. Bahan
Bahan yang digunakan pada Praktik Kerja Lapangan
(PKL) dapat di lihat pada tabel berikut ini :
Tabel 8. Bahan yang digunakan pada praktik kerja
lapangan
Bahan Spesifikasi Kegunaan
Larva Ikan NilaMerahPakan BuatanAir
Probiotik
15 hari43 hariNano 0,2 dan tepungSumber air darikaki Gungung GedeLactobacillus
Sebagai ikan pendederanI Sebagai ikan pendederanIISebagai pakan ikanUntuk mengairi kolam diBBPBAT SukabumiUntuk membantu menjaga kualitas air dan pertumbuhan ikan
2. Alat
Alat yang digunakan pada Praktik Kerja Lapangan
(PKL) ini dapat di lihat pada tabel berikut ini :
Tabel 9. Alat yang digunakan pada praktik kerja
lapangan
Alat Spesifikasi Kegunaan
Bak pendederan beton Hapa
pH meterThermometerBlower
Steam hapaMistar ukurTimbangan analitikParalon outletPeralatan penunjang
Sumber listrik
F3 : 15 x 20 x 1 mH11, H15 : 4 x 5 mmesh size 1,5mmketelitian 0.01 digitKetelitian 10C-
-Ketelitian 0,1 cmKetelitian 0,1 gramTinggi 1,5 mSendok, ember, Anco,serok,
Tempat pemeliharaan benihTempat pemeliharaan benih
Alat pengukur pH airAlat pengukur suhu airSumber aerasi pada masa pemeliharaanPembersih hapa pendederanMengukur panjang benihMenimbang berat benihMengeluarkan airMembantu proses pemanenanlarva
Penggerak alat-alat elektronik
baskom, scopenet. -
C. METODE KERJA
Pengumpulan data dilakukan dua teknik yaitu
Pengumpulan data primer, dilakukan dengan cara mengikuti
kegiatan rutin secara aktif, dilakukan dengan cara
mengamati semua kegiatan dan fasilitas yang terdapat di
lokasi kerja. Sedangkan data sekunder diperoleh dari
wawancara secara langsung dengan staf dan teknisi
lapangan sesuai dengan bidang keahlian masing – masing
dan diperoleh juga dari studi pustaka untuk melengkapi
data yang diperoleh dari semua kegiatan.
D. PROSEDUR KERJA
1. Persiapan Bahan dan Alat
Bahan dan alat yang digunakan dikumpulkan dalam
satu tempat serta di letakkan ditempat atau bagiannya
masing-masing bertujuan untuk mempermudah perkerjaan.
Tahapan pertama yang dilakukan untuk persiapan kolam
pendederan Ikan Nila Merah yaitu proses pengeringan dan
pengurasan kolam beton atau semen. Proses pengeringan
kolam dilakukan 2-3 hari dengan maksud membunuh patogen
yang ada di dalam kolam. Hal- hal yang dilakukan selama
pengeringan kolam yaitu perbaikan pipa aerasi yang ada di
dasar kolam. Setelah 3 hari kolam diisi air secara
bertahap sampai ketinggian air 1 m, lalu dilakukan
pemasangan hapa untuk pendederan benih ikan Nila Merah.
2. Pemanenan Benih
Pengambilan dilakukan pada saat pasca benih
dilepas dari asuhan induknya. Panen benih dilakukan pada
saat pagi hari untuk menghindari ikan stress. Hapa tempat
proses kegiatan pemijahan ditarik dengan menggunakan
bambu untuk mempermudah pemanenan. Kemudian larva atau
benih diambil dengan menggunakan scope net dan diletakkan
di wadah penampungan untuk proses gradding.
Benih ikan sebelum ditebar di hapa pendederan
dihitung terlebih dahulu. Kepadatan benih dalam
pendederan I yaitu 100-200 ekor/m2 dan pendederan II yaitu
75 – 100 ekor/m2. Benih dipelihara selama 30 hari baik
untuk pendederan I dan II (tabel.10).
Tabel 10. Tahapan pendederan
Pendederan Ukuran tebar(cm)
Ukuran panen(cm)
Lamapemeliharaan
(hari)PrapendederanPendederan IPendederan II
< 22-33-5
2-33-55-8
143030
Sumber : SNI : 6141: 2009
3. Pemberian Pakan
Selama pememliharaan benih di beri pakan berupa
pelet ukuran nano 0,2 dan tepung dengan kadar protein
40%. Pemberian pakan dilakukan dengan cara at-
Satiation, pakan diberikan dengan frekuensi 3 kali sehari
pagi, siang, dan sore yaitu pada pukul 09.00 WIB, 11.00
WIB, dan 14.00 WIB.
4. Gradding (Penyeleksian)
Gradding dilakukan dengan menggunakan alat khusus
(gradder) yaitu berupa baskom yang bagian bawahnya
memiliki lubang. Ikan–ikan yang akan digradding dimasukkan
di dalam baskom lalu ikan yang berukuran kecil (tidak sama
dengan yang lain) akan keluar dari lubang baskom dan ikan
yang berukuran lebih besar akan tertahan di dalamnya.
Penyortiran dilakukan setelah benih Ikan Nila Merah sudah
berumur 4 minggu pada saat pertama penebaran.
E. DATA YANG DIAMATI
1. Pertumbuhan Berat
Pengamatan pertumbuhan berat benih dilakukan
dengan cara sampling benih seminggu sekali sebanyak 10%
dari total populasi benih yang ditebar di dalam bak
pendederan. Penghitungan pertambahan berat benih Ikan
Nila Merah. Untuk menghitungnya menggunakan rumus yang
dikemukakan oleh Effendi (1979) :
W = Wt – Wo
Keterangan :
W = Pertambahan berat (g)
Wt = Berat rata- rata benih pada akhir (g)
Wo = Berat rata- rata benih pada awal (g)
2. Pertumbuhan Panjang
Faktor dalam dan faktor luar yang mempengaruhi
pertumbuhan diantaranya jumlah dan ukuran makanan yang
tersedia. Secara sederhana pertumbuhan panjang adalah
perubahan ukuran, berupa panjang dalam waktu tertentu.
Penghitungan pertumbuhan panjang dilakukan 1 minggu
sekali, sebanyak 10% dari total populasi benih Ikan Nila
Merah yang ada, dengan cara sampling menggunakan rumus
yang dikemukakan oleh Effendi (1979) :
T = Lt – Lo
Keterangan :
T = pertambahan panjang (cm)
Lt = Panajang rata- rata benih pada akhir (cm)
Lo = Panjang rata- rata benih pada awal (cm)
3. Kelangsungan Hidup
Pengamatan kelangsungan hidup dilakukan setiap
hari dari awal sampai akhir pemeliharaan dengan mencatat
benih Ikan Nila Merah yang mati serta penyebabnya.
Perhitungan kelangsungan hidup dilakukan sesuai
pernyataan Effendi (1979) dalam Kordi (2003), sebagai
berikut :
S = x 100%
Keterangan :
S = Kelangsungan hidup (%)
Nt = Jumlah benih yang hidup pada akhir pemeliharaan
(ekor)
No = Jumlah benih yang hidup pada awal pemeliharaan
(ekor)
4. Kualitas Air
Untuk menjaga agar kualitas air tetap baik,
dilakukan penggantian air setiap harinya selama 24 jam,
dengan cara membuat pintu pemasukan air (intlet) dan pintu
pengeluaran air (Outlet), sehingga setiap hari air akan
terus berganti sedikit demi sedikit. Parameter kualitas
air yang diamati meliputi suhu, pH, oksigen (DO),
kecerahan, CO, dan amonia. Pengamatan kualitas air
dilakukan dua minggu sekali, kecuali suhu yang diukur
setiap hari.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. PERSIAPAN KOLAM
Kolam pendederan Ikan Nila Merah (Oreochromis sp)
terletak pada bagian Nila Broadstock Center (NBC) BBPBAT
Sukabumi pada kolam F3. Wadah yang digunakan untuk
kegiatan pendederan berupa kolam beton ukuran panjang 20
m, lebar 15 m (300 m2). Bak beton yang akan digunakan
dipasang 15 buah hapa yang masing – masing berukuran
panjang dan lebar 5 m x 4 m (20 m2) dengan mesh size 1,0
mm dan dipasang 4 buah pemberat pada bagian sudut dasar
hapa. Kegiatan ini bertujuan agar hapa tidak mengampung
saat kolam diisi air. Selanjutnya dipasang pipa aerator
(Gambar 5) pada dasar kolam. Pemasangan aerator ini
bertujuan untuk memberi supply oksigen.
Persiapan kolam dilakukan dengan pengeringan air
yang ada di dalam kolam serta membersihkan bagian-bagian
tembok kolam. Menurut Susanto (2007), kegiatan ini
bertujuan menghilangkan kotoran dan sumber penyakit.
Kemudian melakukan perbaikan jika ada bagian tembok yang
bocor dan memeriksa kondisi pintu pengeluaran (paralon)
dan pemasukan air kolam. Kolam yang telah dibersihkan
dikeringkan selama 3 hari (Gambar 4).
Pada persiapan bak beton tidak dilakukan pemupukan
dan pengapuran, karena tujuan dari pengapuran sendiri,
untuk mempertahankan kestabilan derajat keasaman (pH)
tanah atau dasar kolam dan air (Sucipto dan Eko, 2005)
dan pH air di BBPBAT Sukabumi sendiri berkisar antara 7-
9, oleh sebab itu tidak dilakukan pemupukan dan
pengapuran. Setelah dilakukan pengeringan kolam, kemudian
dilakukan pengisian air setinggi 1 m.
Gambar 4. Pengeringan Kolam
Gambar 5.Konstruksi Kolam
B. PENEBARAN BENIH
Benih yang telah dipanen, dihitung jumlahnya serta
ukuran yang seragam ditebar di dalam hapa pendederan yang
telah disiapkan. Penebaran dilakukan dengan memiringkan
wadah yang telah berisi benih Ikan Nila Merah ke arah air
secara perlahan - lahan agar terjadi aklimatisasi
terlebih dahulu dengan lingkungan barunya.
Padat penebaran benih pada kolam F3 Hapa 11
(pendederan II) yaitu sebanyak 75 - 100 ekor/ m2 sedangkan
pada Hapa 15 (pendederan I) yaitu sebanyak 100 - 200
ekor/ m2. Dengan luas hapa 20 m2,, maka benih yang
ditebar di dalam hapa pendederan sebanyak 3.000 ekor
untuk pendederan I. Sedangkan untuk pendederan II benih
yang ditebar dengan luas hapa 20 m2 yaitu 2.000 ekor
(Gambar 6).
Gambar 6. Penebaran benih
Padat tebar yang tinggi dalam penebaran dapat
mengakibatkan terjadi pemupukan bahan – bahan organik di
dasar kolam, baik berupa sisa – sisa pakan ataupun
kotoran ikan. Jika terus dibiarkan maka akan menjadi
racun bagi ikan Nila Merah yang menyebabkan kematian.
Bahan – bahan organik tersebut biasanya sulit terurai.
Maka di BBPBAT melakukan upaya dengan memberikan cairan
probiotik lactobacillus pada masa pemeliharaan, sebagai upaya
membantu menguraikan bahan-bahan organik yang sulit
terurai di dalam kolam serta membantu untuk meningkatkan
pertumbuhan serta kelangsungan hidup.
Probiotik didefinisikan sebagai segala bentuk
pakan tambahan yang berupa sel mikroba utuh yang
menguntungkan bagi hewan inangnya melalui cara
menyeimbangkan kondisi mikrobiologis inang, modifikasi
bentuk asosiasi dengan inang atau komunitas mikroba
lingkungan hidupnya, serta meningkatkan pemanfaatan
nutrisi pakan atau meningkatkan nilai nutrisinya, dan
meningkatkan respons kekebalan inang terhadap patogen
atau memperbaiki kualitas lingkungan (Gatesoupe, 1999;
Irianto, 2003; CP Prima, 2004; Gunarto dan Hendrajat,
2008).
C. PEMBERIAN PAKAN
Pakan Ikan Nila Merah Selain pakan alami yang
tersedia di dalam kolam seperti fitoplankton dan
zooplankton, Ikan Nila Merah juga diberi pakan tambahan
perupa pelet dengan kadar protein 40%. Pakan diberikan
berupa pelet yang mengapung dengan ukuran nano 0,2 dan
pelet yang berupa tepung (Gambar 7). Menurut SNI :6141:
2009 yaitu dosis pemberian pakan pada pendederan I
sebanyak 20-30 % bobot biomasa perhari, sedangkan dosis
pemberian pakan pada pendederan II sebanyak 10-20 % bobot
biomasa perhari dengan frekuensi minimal 3 kali sehari
yaitu, pagi, siang dan sore hari, pada pukul 09.00 WIB,
11.00 WIB, 14.00 WIB secara at siatiation.
Gambar 7. Pakan Buatan (pelet)
Bentuk pakan buatan dapat disesuaikan dengan umur
dan ukuran benih (bukaan mulut), benih muda ukuran kecil
diberi pakan berupa serbuk tepung, benih berukuran sedang
dapat diberikan pakan berupa Crumble (butiran) dengan
ukuran 0,2 mm atau nano 0,2.
D. KUALITAS AIR
Kelangsungan hidup benih ikan sangat dipengaruhi
oleh kualitas suatu perairan, untuk mendapatkan benih
ikan yang sehat dan tumbuh dengan cepat. Apabila kualitas
Tepung0,0
Crumble0,2
air kurang baik, dapat menyebabkan ikan lemah, nafsu
makan berkurang, dan rentan terserang penyakit.
Pengamatan kualitas air yang dilakukan di BBPBAT
Sukabumi pada kegiatan pendederan dilakukan setiap minggu
sekali, dengan cara mengambil sampel air yang di masukan
ke dalam botol kecil untuk menampung air yang akan di uji
di laboratorium kualitas air. Berikut adalah hasil
pencatatan rata-rata kualitas air selama kegiatan praktik
kerja lapangan.
Tabel 11. Data Kualitas Air Pendederan Ikan Nila Merah(Oreochromis sp) kolam F3 (H11 dan H15) di BBPBATSukabumi
Parameter Satuan Kisaran Rata- rata
SuhupHDO (oksigen terlarut)KecerahanKarbondioksidaNH3
⁰C-
Mg/lcm
Mg/lMg/l
23 - 25,77,41 - 8,323,47 - 4, 43
40 - 600,7 - 0,90,14 - 0,38
Sumber : Tim kualitas air BBPBAT Sukabumi
1. Suhu
Berdasarkan data suhu pada kolam F3 H11 dan H15
yaitu berkisar antara 23- 25 ⁰C, hal ini dipengaruhi oleh
suhu lingkungan di BBPBAT Sukabumi yang terletak di
daratan tinggi yaitu 700 m di atas permukaan laut,
sehingga suhu pada air juga terpengaruh. Menurut Amri dan
Khairuman (2003), suhu optimal untuk pertumbuhan kisaran
antara 25 - 30 ⁰C. Sedangkan suhu yang terdapat pada
kolam pendederan lebih rendah dari kisaran suhu air yang
optimum untuk pertumbuhan, namun Ikan Nila Merah yang
dipelihara di BBPBAT Sukabumi sudah mampu beradaptasi
dengan suhu lingkungan antara 23-25 ⁰C, sehingga
pertumbuhan dan kelangsungan hidup masih baik.
2. Derajat Keasaman (pH)
Derajat keasaman atau pH yang ada di kolam
pendederan 7- 8,5. Pada pH tersebut merupakan pH optimum
dan baik untuk kegiatan budidaya ikan nila. Hal tersebut
sama seperti yang dikemukaan oleh Anonim (2010) yaitu ,
pH air yang baik untuk kegiatan budidaya ikan nila
adalah 6 – 8,5.
3. Oksigen Terlarut
Untuk kelarutan oksigen di dalam suatu perairan
(DO) yang baik untuk pertumbuhan dan pendederan Ikan Nila
Merah yaitu 5-7 ppm (Kordi, 2009). Kolam pendederan
benih Ikan Nila Merah pada kegiatan praktik kerja
lapangan ini, nilai DO air yaitu berkisar 3-4 ppm. Nilai
DO tersebut berada pada kisaran optimal untuk mendukung
pertumbuhan dan kelangsungan hidup Ikan Nila Merah.
Tingginya nilai DO ini diduga adanya pintu pemasukan
(Intlet) dan pintu pengeluaran (Outlet) air, sehingga
sirkulasi oksigen di dalam kolam cukup baik.
4. Kecerahan
Kecerahan pada kegiatan pendederan ini yaitu 40-60
cm. Dari hasil wawancara dengan petugas lapangan,
penyebab terjadi keruhnya air di kolam (hapa) pendederan
yaitu disebabkan oleh plankton, mengingat bak terbuat
dari beton dan melimpahnya bahan-bahan organik dari sisa
pakan atau fesses ikan, yang membuat perairan itu subur
secara alami (tanpa pemupukan awal). Hal yang demikian
juga dikemukakan oleh Kordi dan Tancung (2007), bahwa
kekeruhan yang baik adalah kekeruhan yang disebabkan oleh
jasad-jasad renik atau plankton.
5. Karbondioksida
Menurut Boyd, 1979 (Kordi, 2009) pada suhu 24 ⁰C
kandungan karbondioksidanya sebesar 0,5 mg/l. Sedangkan
jumlah karbondiokdida di kolam (hapa) pendederan yaitu
0,7 mg/l. Hal tersebut disebakan padat tebar yang tinggi
sehingga metabolisme yang terjadi semakin tinggi,
penggunaan oksigen tinggi, dan sisa pembakaran (Co2)
tinggi, jumlah tersebut tidak membahayakan kehidupan
atau pertumbuhan Ikan Nila Merah. Menurut Andianto, T.T
(2009) mengemukakan bahwa, kandungan karbondioksida lebih
dari 15 ppm sangat membahayakan bagi organisme yang
dibudidayakan.
6. Amonia ( NH3)
Kandungan konsentrasi Amonia yang terdapat pada
kolam pendederan yaitu sebesar 0,21 mg/l. Batas
konsentrasi NH3 yang bisa mematikan Ikan Nila adalah 0,1
– 0.3mg/l. Oleh sebab itu untuk mencegah tingginya
konsentrasi amonia, diberi perlakuan dengan menambahkan
probiotik di kolam pendederan. Hal demikian juga
disampaikan oleh Murtiati dkk (2006) yang melaporkan
bahwa aplikasi probiotik memberikan pengaruh yang cukup
baik dibandingkan dengan kontrol (tanpa probiotik)
terhadap kondisi kualitas air (oksigen terlarut, amoniak,
nitrit, dan nitrat). Sementara menurut Nurhidayah et al.
(2007) mengemukakan bahwa aplikasi bakteri probiotik
dapat menurunkan konsentrasi nitrit dan amoniak.
E. SAMPLING PERTUMBUHAN
Pengamatan pertumbuhan bertujuan untuk mengetahui
pertambahan panjang dan berat Ikan Nila Merah selama
pemeliharaan, pengamatan pertumbuhan dilakukan tiap 1
minggu sekali dengan pengambilan benih menggunakan anco
secara acak di sudut hapa sebanyak 30 ekor. Hasil berat
dan panjang benih Ikan Nila Merah dapat dilihat pada
Gambar 8,9,10 dan Gambar 11.
Gambar 8. Grafik pertambahan berat Ikan Nila Merah (oreochromis sp)setiap minggu pada pendederan IRata – rata pertumbuhan berat Ikan Nila Merah
(Lampiran. 2) dalam pengamatan pada pendederan I selama
30 hari yaitu sebesar 0,78 gram untuk berat. Dari
pengamatan rata-rata pertumbuhan setiap minggunya
menunjukan bahwa pertumbuhan berat tertinggi di peroleh
pada pendederan minggu ke-3 menjelang minggu ke-4 yaitu
sebesar 0,54 gram, sedangkan untuk pertambahan panjang
terkecil yaitu pada minggu ke-1 menjelang minggu ke-2
hanya sebesar 0,10 gram.
Gambar 9. Grafik pertambahan panjang Ikan Nila Merah (oreochromis sp)setiap minggu pada pendederan I
Rata – rata pertumbuhan panjang Ikan Nila Merah
pada pendederan I yaitu sebesar 3,72 cm, dari grafik di
atas menunjukan bahwa pertambahan panjang tertinggi di
peroleh pada pendederan minggu ke-3 menjelang minggu ke-4
dengan pertambahan sebesar 1,10 cm, sedangkan untuk
pertambahan panjang terkecil yaitu pada minggu ke-1
menjelang minggu ke-2 yaitu sebesar 0,67 cm.
Maka dari rata-rata pertumbuhan berat dan panjang
selama kegiatan Pendederan I, diperoleh hasil pertambahan
panjang dan berat selama kegiatan pendederan I yaitu 0,75
gram dan 2,62 cm. Dibandingkan dengan pertumbuhan panjang
dan berat dengan Ikan Nila Gesit (Warman, 2012).
Pertambahan pertumbuhan berat dan panjang Ikan Nila Gesit
selama pendederan I yaitu sebesar 0,97 gram dan
pertambahan untuk panjang sebesar 2,07 cm. Dari
perbandingan tersebut pertambahan berat Ikan Nila Gesit
lebih besar dibanding Ikan Nila Gesit, sedangakn untuk
pertambahan panajang Ikan Nila Gesit lebih rendah
dibanding Ikan Nila Merah. Hal tersebut diduga
diakibatkan oleh kurangnya kemampuan pasca benih dalam
menyesuaikan diri terhadap lingkungan barunya yang
membuat pasca benih belum mengoptimalkan pertumuhannya.
Gambar 10. Grafik pertambahan rata- rata berat dan panjang Ikan NilaMerah (oreochromis sp) setiap minggu pada pendederan II
Rata–rata pertumbuhan berat Ikan Nila Merah
(Lampiran 3) dalam pengamatan pada pendederan II selama
30 hari yaitu sebesar 3,09 gram untuk berat. Dari
pengamatan rata-rata pertumbuhan setiap minggunya
menunjukan bahwa pertumbuhan berat tertinggi diperoleh
pada pendederan minggu ke-3 menjelang minggu ke-4 yaitu
sebesar 1,71 gram, sedangkan untuk pertambahan berat
terkecil yaitu pada minggu ke-1 menjelang minggu ke-2,
sebesar 0,36 gram.
Gambar 11. Grafik pertambahan rata- rata berat dan panjang Ikan NilaMerah (oreochromis sp) setiap minggu pada pendederan II
Rata–rata pertumbuhan berat Ikan Nila Merah
(Lampiran 3) dalam pengamatan panjang pada pendederan II
selama 30 hari yaitu sebesar 5,73 cm. Dari rata – rata
pertumbuhan panjang menunjukan bahwa pertambahan panjang
tertinggi di peroleh pada pendederan minggu ke-2
menjelang minggu ke-3 yaitu sebesar 1,73 cm, sedangkan
untuk pertambahan panjang terkecil yaitu pada minggu ke-1
menjelang minggu ke-2 yaitu sebesar 0,81 cm.
Maka dari rata-rata pertumbuhan berat dan panjang
selama kegiatan Pendederan II, diperoleh hasil
pertambahan panjang dan berat selama kegiatan pendederan
II yaitu 2,93 gram dan 4,91 cm. Dibandingkan dengan
pertumbuhan panjang dan berat dengan Ikan Nila Gesit
(Jose, 2012), pertambahan pertumbuhan berat dan panjang
Ikan Nila Gesit selama pendederan II yaitu sebesar 1,87
gram dan pertambaha panjang yaitu 2,05 cm. Dari
perbandingan tersebut pertambahan panjang Ikan Nila Merah
lebih cepat dibanding Ikan Nila Gesit, hal tersebut
disebabkan oleh faktor lingkungan dan penanganan pasca
panen yang kurang baik (Stres) sehingga berdampak pada
pengaruh pertumbuhan berat dan panjang Ikan Nila Merah
atau Ikan Nila Gesit.
Effendi (1997) menyatakan bahwa, secara sederhana
pertumbuhan merupakan proses pertambahan dimensi tertentu
dalam kurun waktu tertentu. Akan tetapi, pertumbuhan
merupakan proses biologis yang komplek dimana banyak
faktor yang mempengaruhinya. Pertumbuhan dalam individu
merupakan pertambahan jaringan akibat dari pembelahan sel
yang terjadi akibat kelebihan input energi dan asam amino
(protein) yang berasal dari makanan. Menurut Heru Susanto
(1988) dalam Minggawati (2006), untuk memperoleh
pertumbuhan yang optimal makanan ikan harus mengandung
gizi yang cukup. Makanan ikan sebagian besar
dipergunakan sebagai sumber tenaga dan mempertahankan
kondisi, sedangkan selebihnya dipakai sebagai pertumbuhan
badannya.
F. PEMBERANTASAN HAMA DAN PENYAKIT
Penyakit didefinisikan sebagai suatu keadaan
fisik, morfologi dan atau fungsi yang mengalami perubahan
dari kondisi normal karena beberapa penyebab dan terbagi
atas 2 kelompok yaitu penyebab dari dalam (internal)
dan luar (eksternal). Penyakit internal meliputi
genetic, sekresi internal, imunodefesiensi, saraf dan
metabolic. Sedangkan penyakit eksternal meliputi
penyakit pathogen (parasit, jamur, bakteri, virus) dan
non pathogen (lingkungan dan nutrisi) (BBPBAT, 2004).
Oleh sebab itu untuk mencegah terjadinya hal tersebut
kondisi tubuh ikan dan lingkungan harus tetap dijaga.
Untuk pemberantasan hama dan penyakit ikan pada
kegiatan pendederan tidak secara khusus dilakukan, tetapi
tetap dilakukan upaya penanggulangan baik secara preventif
dengan melakukan pengeringan kolam dan secara provilasis
dengan cara menjaga kualitas air jumlah pakan yang cukup
dan terjaga kualitasnya.
Biasanya penyakit yang sering menyerang benih Ikan
Nila Merah yaitu jamur akibat luka pada tubuh ikan dari
handling atau penanganan yang kurang baik, jamur tersebut
dapat terlihat seperti kapas yang menutupi permukaan
tubuh ikan yang luka, biasanya jamur tersebut mengganggu
nafsu makan ikan, serta membuat ikan menjadi lemah.
Parasit lain seperti Trichodina sejenis protozoa dengan
gejala klinis terjadi kerusakan pada kulit, sirip dan
disertai infeksi sekunder. Beberapa infeksi menyebabkan
kerusakan sirip pada bebarapa bagian dan pendarahan pada
dasar sirip, dan protozoa yang sering menyerang yaitu
Streptococcus dengan gejala klinis lemas, kehilangan nafsu
makan, pendarahan dan bengkak pada mata, insang, organ
dalam, bengkak ginjal, limpa dan hati, berenang memutar
(Gambar 12).
Gambar 12. Penyakit yang menyerang benih Ikan Nila Merah
G. PEMANENAN DAN GRADING
Pemanenan benih Ikan Nila Merah pada pendederan I
dan pendederan II dilakukan setelah proses pemeliharaan
masing-masing dilakukan selama 30 hari. Panen dilakukan
pada pagi hari pukul 06.00 WIB, bertujuan untuk
menghindari peningkatan suhu agar benih tidak stres.
Setelah seluruh benih dipanen, maka benih yang diperoleh
dipindahkan ke dalam hapa penampungan. Kemudian dilakukan
gradding untuk memperoleh ukuran yang diinginkan baik
dilanjutkan untuk pendederan atau dipasarkan. Lalu
dilakukan penghitungan jumlah benih secara volumetrik
sampai habis. Dari hasil pemanenan diperoleh benih
sebanyak 2.983 ekor pada pendederan I (H15) sedangkan
pada pendederan II (H15) diperoleh total benih sebanyak
1.947 ekor.
H. KELANGSUNGAN HIDUP ( SR)
Dengan padat tebar awal Pendederan I 3.000
ekor/hapadan Pendederan II 2.000 ekor/ hapa maka
kelangsungan hidup pada pendederan I (H15) yaitu 96,4 %
dan pada pendederan II (H15) 97,3 %.
Tabel 12. Data hasil Panen kolam F3 Hapa 11 dan 15
Kegiatan Jumlah tebar Jumlah panen SR (%)
(ekor) (ekor)
Pendederan I(H15)
Pendederan II(H11)
3.0002.000
2.9831.947
96,497,3
Dari tabel di atas, menunjukkan bahwa masing-masing
kelangsungan hidup benih Ikan Nila Merah baik pendederan
I atau pendederan II sangat baik, karena Menurut Amri dan
Khairuman (2008) tingkat kelangsungan hidup Ikan Nila
sebesar 80-90%.
Kelangsungan hidup atau survival rate tinggi karena benih
diberian pakan yang berkulitas tinggi, budidaya yang
dilakukan secara intensif, serta penambahan probiotik
kedalam kolam F3. Sedangkan mortalitas atau tingkat kematian
tersebut diduga bahwa penanganan pasca panen benih awal
yang kurang baik yang mengakibatkan benih stress dan
rentan terhadap serangan penyakit.
V. KESIMPULAN
Dari Hasil Kegiatan Praktik Kerja Lapangan (PKL)
dapat diperoleh beberapa kesimpulan yaitu sebagai berikut
:
1. Tekhnik pendederan Ikan Nila Merah yang dilakukan di
Nila Broadstock center menggunakan probiotik banyak
memperoleh keuntungan.
2. Faktor lingkungan, pengelolahan kualitas, dan
pemberian pakan yang berkualitas sangat berpengaruh
terhadap kelangsungan hidup benih Ikan Nila Merah
(Oreochromis sp.) yaitu kelangsungan hidup pada
pendederan I (H15) yaitu 96,4 % dan pada pendederan II
(H15) 97,3 %.
3. Selama pemeliharaan benih Ikan Nila Merah
(Oreochromis sp.) mengalami pertambahan berat pada
pendederan I yaitu 0,75 gram dan pendederan II yaitu
2,93 gram. Sedangkan untuk pertambahan panjang
pendederan I yaitu 2,72 cm dan pendederan II yaitu 3,92
cm.
DAFTAR PUSTAKA
Amri, K, dan Khairuman. 2003. Budi Daya Ikan Nila SecaraIntensif. Agromedia Pustaka. Jakarta
Andrianto, Tuhana.,T. 2009. Pedoman Praktis Budidaya IkanNila: kiat merintis usaha bermodal kecil. Absolut.Yogyakarta.
Anggraini Ryan, Iskandar, dan Ankiq Taufiqurohman. 2012.Efektifitas Penambahan Bacillus sp. Hasil isolasidari Saluran Pencernaan Ikan Patin Pada pakankomersial Terhadap Kelangsungan Hidup danPertumbuhan Benih Ikan Nila Merah (Oreochromisniloticus). Jurnal Fakultas Perikanan dan IlmuKelautan Unpad.
Anonim, 2010. Budidaya Ikan Nila (Oreochromis niloticus).Diakses dari http://pdfcari.com pada tanggal 12Agustus 2013.
Anonim. 2011. Ikan Nila. (Online).(http://id.wikipedia.org/wiki/ikan_nila). Diakses30 April 2013.
Arie, U. 2007. Pembenihan dan Pembesaran Nila Gift. PTPenebar Swadaya. Depok.
Badan Agribisnis Departemen Pertanian. 1999. InvestasiAgribisnis Komoditas Unggulan. Kanisius.Yogyakarta.
Badan Standarisasi Nasional. 2009. Tentang Produksi indukikan Nila Hitan (Oreochromis niloticus Bleeker) kelasbenih sebar. Jakarta
Cahyono B. 2.000. Budi Daya Ikan Air Tawar. Kanisius.Yogyakarta.
CP Prima. 2004. Pentingnya Probiotik bagi Tambak Udang.CP Shrimp News. Surabaya. No.6 Juni 2004, 4 hlm.
Departemen Kelautan Dan Perikanan Direktorat JenderalPerikanan Budidaya Balai Besar PengembanganBudidaya Air Tawar Sukabumi. 2009. TeknologiMempersiapkan Pakan Ikan. Sukabumi.
Djarijah, A. S. 1995. Nila Merah Pembenihan danPembesaran Secara Intensif. Kanisius. Yogyakarta.
Djarijah, A. S. 2002. Budi Daya Ikan Nila Gift SecaraIntensif. Kanisius. Yogyakarta.
Effendie, M. I. 1978. Biologi Perikanan. Yayasan DewiSri. Bogor.
Effendie, M. I. 1979. Biologi Perikanan. Yayasan DewiSri. Bogor.
Effendie, M. I. 1997. Biologi Perikanan. Yayasan DewiSri. Bogor.
Evangelista, I,R. 2010. Pengaruh Pemberian AromataseInhibitor Melalui Pakan Buatan TerhadapKeberhasilan Sex Reversal Ikan Nila MerahOreochromis sp . Skripsi Fakultas Perikanan dan IlmuKelautan. Institut Pertanian Bogor.
Gatesoupe, F.J. 1999. The Use Of Probiotic inAquacilture, 180 : 147-165.
Gunarto dan Hendrajat, E.A. 2008. Budidaya Udang Vanamei,Litopenaeus vannamei Pola Semi Intensif denganAplikasi Beberapa Jenis Probiotik komersial. J.Ris. Akuakultur.
Irianto, A. 2003. Probiotik Akuakultur. Gadjah MadaUniversity Press. Yogyakarta. 125 hlm.
Jose. 2012. Pendederan Ikan Nila Gesit (Oreochromisniloticus) di BBPBAT Sukabumi Jawa Barat. Laporan PKL(tidak dipublikasikan). Fakultas Perikanan.Universitas PGRI Palembang.
Kordi, M. Gufran. H. 2009. Budi Daya Perairan. PT. CitraAditya Bakti. Bandung
Kordi, M. Gufran. H. 2010. 14 Ikan Air Tawar Ekonomis.Lily Publisher. Yogyakarta.
Kordi, M. Gufran. H. dan A.B. Tancung. 2007. PengelolaanKualitas Air. PT Rineka Cipta, Jakarta
Minggawati, I. 2006. Pengaruh Padat Penebaran YangBerbeda Terhadap Petumbuhan Ikan Nila Gift(Oreochromis sp) Yang Dipelihara Dalam BaskomPlastik. Tidak Dipubikasikan.
Murtiati, K.. Simbolon., Wahyuni, T., dan Subadri. 2006.Aplikasi Probiotik pada Pembesaran LeleSangkuriang. Jurnal Budidaya Air Tawar. Sukabumi,3(1):1-7.
Murtidjo, B. A. 2001. Beberapa Metode Pembenihan Ikan AirTawar. Kanisius. Yogyakarta.
Nurhidayah, tampangallo. B.R., Kadriah, I.A.K., danMuliani. 2007. Pengaruh Bakteri Probiotik TerhadapPerubahan Kualitas Air Dan Sintasan Pasca LarvaUdang Windu Yang Dipapar Dengan White Spot SyndromeVirus (WSSV). Prosiding Seminar Nasional KelautanIII. Universitas Hang tuah Surabaya, 24 April2007.
Suci Ajeng Fitria. 2012. Analisis Kelulushidupan danPertumbuhan Benih Ikan Nila Larasati (Oreochromisniloticus) F5 D30-D70 pada Berbagai Salinitas.Program Studi Budidaya Perairan, Jurusan PerikananFakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, UniversitasDiponegoro. Journal Of Aquaculture Management andTechnology. Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012.Halaman 18-34.
Sucipto, A, dan R. Eko Prihartono. 2005. Pembesaran NilaMerah Bangkok. Penebar Swadaya. Jakarta.
Susanto Heru. 2009. Budi Daya Ikan Di Pekarangan. PenebarSwadaya. Jakarta.
Suyanto, S. Rachmatun. 1999. Nila. Penebar Swadaya.Jakarta.
Wagiran dan Bagus .H. 2010. Kiat Budidaya Gurami di kolamTerpal. PT. AgroMedia Pustaka. Jakarta Selatan.