BAB I TINJAUAN PUSTAKA Tuberculosis adalah penyakit yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis. Penyakit yang menular melalui udara ini menyerang seluruh tubuh terutama paru- paru. 1 Setelah menemukan kuman penyebab penyakit ini 120 tahun lalu, Robert Koch merasa yakin penyakit mematikan ini bisa dimusnahkan dari muka bumi. 2 Namun yang terjadi sekarang justru sebaliknya. Mycobacterium tuberculosis telah menginfeksi hampir 2 miliar orang atau sepertiga dari total penduduk dunia. Pada tahun 2004, sekitar 14,6 juta orang mengidap TB paru aktif dengan timbulnya 9 juta kasus baru. Dua juta di antaranya berakhir dengan kematian. Tidak berhenti sampai di situ, WHO memperkirakan hingga tahun 2020 jumlah orang yang terinfeksi TB paru akan bertambah 1 miliar orang lagi. Dengan kata lain, terjadi pertambahan jumlah infeksi lebih dari 56 juta orang setiap tahunnya. Angka ini sangat memprihatinkan karena berarti ada 2-4 orang yang terinfeksi M.tuberculosis setiap detik dan hampir 4 orang meninggal setiap menit karena TB paru. 3 Indonesia merupakan negara ketiga dengan masalah TB paru terbesar di dunia setelah India dan Cina. Berdasarkan data RS Sulianti Saroso di Indonesia terdapat 1
Tuberculosis adalah penyakit yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis. Penyakit yang menular melalui udara ini menyerang seluruh tubuh terutama paru-paru. 1 Setelah menemukan kuman penyebab penyakit ini 120 tahun lalu, Robert Koch merasa yakin penyakit mematikan ini bisa dimusnahkan dari muka bumi. 2 Namun yang terjadi sekarang justru sebaliknya. Mycobacterium tuberculosis telah menginfeksi hampir 2 miliar orang atau sepertiga dari total penduduk dunia. Pada tahun 2004, sekitar 14,6 juta orang mengidap TB paru aktif dengan timbulnya 9 juta kasus baru. Dua juta di antaranya berakhir dengan kematian. Tidak berhenti sampai di situ, WHO memperkirakan hingga tahun 2020 jumlah orang yang terinfeksi TB paru akan bertambah 1 miliar orang lagi. Dengan kata lain, terjadi pertambahan jumlah infeksi lebih dari 56 juta orang setiap tahunnya. Angka ini sangat memprihatinkan karena berarti ada 2-4 orang yang terinfeksi M.tuberculosis setiap detik dan hampir 4 orang meninggal setiap menit karena TB paru. 3 Indonesia merupakan negara ketiga dengan masalah TB paru terbesar di dunia setelah India dan Cina. Berdasarkan data RS Sulianti Saroso di Indonesia terdapat 583 ribu kasus TB paru setiap tahun dan 140 ribu di antaranya meninggal dunia. Jika dihitung, setiap hari ada 425 orang yang meninggal akibat TB paru. Dibandingkan dengan penyakit menular lainnya seperti HIV/AIDS dan Demam Berdarah Dengue (DBD), TB paru merupakan pembunuh dengan tingkat kematian tertinggi. TB paru juga merupakan penyebab kematian nomor tiga setelah penyakit jantung dan penyakit pernapasan akut.4 Seluruh fakta ini menunjukkan perlunya dilakukan upaya-upaya yang optimal dalam memberantas TB paru untuk mencegah timbulnya lebih banyak lagi korban jiwa. Sebenarnya TB paru bukannya tidak dapat ditanggulangi. Sejak akhir Perang Dunia II, telah ditemukan obat anti TB paru. Selain mengobati, upaya preventif juga dapat dilakukan melalui pemberian vaksin. Hingga sekarang pun penelitian untuk menemukan obat-obat dan vaksin-vaksin baru yang lebih ampuh terus dilakukan. Salah satu contoh keberhasilannya adalah penemuan obat TB paru baru, fluoroquinolone, pada pertengahan tahun 2005.5 Selain upaya penelitian juga ada strategi penyembuhan TB paru yang direkomendasikan oleh WHO. Strateginya yang telah diterapkan di seluruh dunia adalah DOTS (Directly Observed Treatment Shortcourse). DOTS diperkenalkan pertama kali pada tahun 1991 dan masuk ke Indonesia pada tahun 1995.1 Dalam mendukung penerapan strategi DOTS ini, pemerintah menyediakan paket Obat Anti Tuberculosis (OAT) secara gratis. Tidak hanya itu, pada tanggal 24 Maret 1999 dibentuk Gerakan Terpadu Nasional (Gerdunas) TB paru. Pembentukan Gerdunas ini merupakan bukti kuatnya komitmen untuk menanggulangi TB paru dengan melibatkan semua pihak mulai dari pemerintah, organisasi profesi, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dan pihak-pihak lain yang terkait.6 Namun, angka kematian yang masih tetap tinggi membuktikan bahwa upaya penanggulangan TB paru belum optimal. Hal ini disebabkan oleh tingkat pengetahuan masyarakat yang masih kurang. Sebagian besar masyarakat masih menganggap TB paru sebagai penyakit yang bisa diobati dengan mudah (Ganich, 1999). Selain itu, masih banyak orang yang tidak mengetahui bahwa TB paru bisa disembuhkan asal mendapatkan pengobatan yang benar. Ketidaktahuan masyarakat dapat disebabkan oleh rendahnya tingkat pendididikan serta kurangnya akses informasi yang pada akhirnya menjadi hambatan bagi pelaksanaan program-program penanggulangan TB paru sehingga hasilnya belum seperti yang diharapkan.
BAB II LAPORAN KASUS
IDENTIFIKASI Nama : Nyonya N Jenis kelamin : Perempuan Usia : 28 tahun Alamat : Jl. Segaran no 265 kel. 9 ilir, kec. Ilir Timur II, Palembang Pekerjaan : Pegawai toko Status perkawinan : Menikah Agama : Islam MRS : 21 Maret 2009
ANAMNESIS Keluhan Utama Sesak napas yang menghebat sejak ± 1 hari SMRS
Riwayat Perjalanan Penyakit ± 6
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB I
TINJAUAN PUSTAKA
Tuberculosis adalah penyakit yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium
tuberculosis. Penyakit yang menular melalui udara ini menyerang seluruh tubuh
terutama paru-paru. 1 Setelah menemukan kuman penyebab penyakit ini 120 tahun
lalu, Robert Koch merasa yakin penyakit mematikan ini bisa dimusnahkan dari muka
bumi. 2 Namun yang terjadi sekarang justru sebaliknya. Mycobacterium tuberculosis
telah menginfeksi hampir 2 miliar orang atau sepertiga dari total penduduk dunia.
Pada tahun 2004, sekitar 14,6 juta orang mengidap TB paru aktif dengan timbulnya 9
juta kasus baru. Dua juta di antaranya berakhir dengan kematian. Tidak berhenti
sampai di situ, WHO memperkirakan hingga tahun 2020 jumlah orang yang terinfeksi
TB paru akan bertambah 1 miliar orang lagi. Dengan kata lain, terjadi pertambahan
jumlah infeksi lebih dari 56 juta orang setiap tahunnya. Angka ini sangat
memprihatinkan karena berarti ada 2-4 orang yang terinfeksi M.tuberculosis setiap
detik dan hampir 4 orang meninggal setiap menit karena TB paru. 3
Indonesia merupakan negara ketiga dengan masalah TB paru terbesar di dunia
setelah India dan Cina. Berdasarkan data RS Sulianti Saroso di Indonesia terdapat
583 ribu kasus TB paru setiap tahun dan 140 ribu di antaranya meninggal dunia. Jika
dihitung, setiap hari ada 425 orang yang meninggal akibat TB paru. Dibandingkan
dengan penyakit menular lainnya seperti HIV/AIDS dan Demam Berdarah Dengue
(DBD), TB paru merupakan pembunuh dengan tingkat kematian tertinggi. TB paru
juga merupakan penyebab kematian nomor tiga setelah penyakit jantung dan penyakit
pernapasan akut.4 Seluruh fakta ini menunjukkan perlunya dilakukan upaya-upaya
yang optimal dalam memberantas TB paru untuk mencegah timbulnya lebih banyak
lagi korban jiwa.
Sebenarnya TB paru bukannya tidak dapat ditanggulangi. Sejak akhir Perang
Dunia II, telah ditemukan obat anti TB paru. Selain mengobati, upaya preventif juga
dapat dilakukan melalui pemberian vaksin. Hingga sekarang pun penelitian untuk
menemukan obat-obat dan vaksin-vaksin baru yang lebih ampuh terus dilakukan.
1
Salah satu contoh keberhasilannya adalah penemuan obat TB paru baru,
fluoroquinolone, pada pertengahan tahun 2005.5 Selain upaya penelitian juga ada
strategi penyembuhan TB paru yang direkomendasikan oleh WHO. Strateginya yang
telah diterapkan di seluruh dunia adalah DOTS (Directly Observed Treatment
Shortcourse). DOTS diperkenalkan pertama kali pada tahun 1991 dan masuk ke
Indonesia pada tahun 1995.1 Dalam mendukung penerapan strategi DOTS ini,
pemerintah menyediakan paket Obat Anti Tuberculosis (OAT) secara gratis. Tidak
hanya itu, pada tanggal 24 Maret 1999 dibentuk Gerakan Terpadu Nasional
(Gerdunas) TB paru. Pembentukan Gerdunas ini merupakan bukti kuatnya komitmen
untuk menanggulangi TB paru dengan melibatkan semua pihak mulai dari
pemerintah, organisasi profesi, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dan pihak-
pihak lain yang terkait.6
Namun, angka kematian yang masih tetap tinggi membuktikan bahwa upaya
penanggulangan TB paru belum optimal. Hal ini disebabkan oleh tingkat pengetahuan
masyarakat yang masih kurang. Sebagian besar masyarakat masih menganggap TB
paru sebagai penyakit yang bisa diobati dengan mudah (Ganich, 1999). Selain itu,
masih banyak orang yang tidak mengetahui bahwa TB paru bisa disembuhkan asal
mendapatkan pengobatan yang benar. Ketidaktahuan masyarakat dapat disebabkan
oleh rendahnya tingkat pendididikan serta kurangnya akses informasi yang pada
akhirnya menjadi hambatan bagi pelaksanaan program-program penanggulangan TB
paru sehingga hasilnya belum seperti yang diharapkan.
2
BAB II
LAPORAN KASUS
IDENTIFIKASI
Nama : Nyonya N
Jenis kelamin : Perempuan
Usia : 28 tahun
Alamat : Jl. Segaran no 265 kel. 9 ilir, kec. Ilir Timur II, Palembang
Pekerjaan : Pegawai toko
Status perkawinan : Menikah
Agama : Islam
MRS : 21 Maret 2009
ANAMNESIS
Keluhan Utama
Sesak napas yang menghebat sejak ± 1 hari SMRS
Riwayat Perjalanan Penyakit
± 6 bulan SMRS, os mengeluh batuk-batuk hilang timbul, dahak (+) warna putih
kental <1/2 sendok teh tiap kali batuk. Sesak (-), demam (-), mual (-), muntah (-),
nafsu makan menurun (-), keringat malam (-). BAK dan BAB biasa. Os minum obat
yang dibeli sendiri di apotek, keluhan berkurang.
± 1 bulan SMRS, os mengeluh sesak napas, sesak tidak dipengaruhi posisi, aktivitas,
cuaca, maupun emosi. Os lebih nyaman tidur posisi miring ke kiri. Napas bunyi
mengi (-), batuk (+) dengan dahak warna putih kekuningan <1 sendok teh tiap kali
batuk. Batuk berdahak lebih hebat di pagi hari >2 sendok makan tiap kali batuk.
Demam (+) naik turun, menggigil (-). Os juga mengeluh nyeri ulu hati (+), mual (-),
muntah (-). Nafsu makan menurun (+), keringat malam (+). BAK dan BAB biasa. Os
minum obat yang dibeli sendiri, keluhan demam berkurang.
3
± 2 minggu SMRS, os mengeluh sesak napas bertambah, sesak tidak dipengaruhi
posisi, aktivitas, cuaca, maupun emosi. Os lebih nyaman tidur pada posisi miring ke
kiri. Napas bunyi mengi (-), batuk (+) dengan dahak warna putih kekuningan <1
sendok teh tiap kali batuk. Batuk berdahak lebih hebat di pagi hari >2 sendok makan
tiap kali batuk. Demam (+) naik turun, menggigil (-). Os juga mengeluh nyeri ulu hati
(+), mual (-), muntah (-). Nafsu makan menurun (+), keringat malam (+). Os berobat
ke poliklinik RSMH dan seminggu kemudian os diberikan obat yang membuat BAK
warna merah. BAB biasa.
± 1 hari SMRS, os mengeluh sesak napas yang menghebat, sesak tidak dipengaruhi
posisi, aktivitas, cuaca, maupun emosi. Napas bunyi mengi (-),batuk (+) dengan
dahak warna putih kekuningan <1 sendok teh tiap kali batuk. Demam (+) naik turun,
menggigil (-). Os juga mengeluh nyeri ulu hati (+), mual (+), muntah (+) 1 kali, isi
apa yang dimakan, darah (-). Nafsu makan menurun (+), keringat malam (+). Os
masih meminum obat yang menyebabkan BAK berwarna merah, keluhan tidak
berkurang. BAB biasa.
Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat sakit tb paru disangkal
Riwayat sakit maag (+) >2 tahun yang lalu, os tidak teratur berobat
Riwayat sakit hipertensi disangkal
Riwayat sakit kencing manis disangkal
Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat penyakit dengan keluhan yang sama dalam keluarga disangkal
Riwayat sakit batuk berdarah oleh tetangga.
4
Status gizi
Diet sebelum sakit : 3x sehari, teratur
Variasi diet
Karbohidrat : nasi, ½ piring sekali makan
Protein : tahu, tempe sering hampir tiap hari, ikan sebulan 2x
Lemak : daging, sepotong, jarang, sebulan 1x
Sayur : tiap hari
Buah : seminggu 2x
Susu : tiap hari 1 gelas
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum
Keadaan umum : tampak sakit
Keadaan sakit : tampak sakit sedang
Kesadaran : compos mentis
Gizi : (BB 44 kg,TB:160 cm) IMT= 17,19
Kesan : Kurus tingkat ringan
Tekanan darah : 110/70 mmHg
Nadi : 86 x/ menit, teratur, isi dan tegangan cukup
AnteriorI : statis: kanan sama dengan kiri dinamis: tidak ada yang tertinggalP : stemfremitus kanan = kiriP : sonor di seluruh lapangan paru kanan dan kiriA : vesikuler (+) normal, ronki basah sedang di lapangan bawah paru kanan, wheezing (-)
PosteriorI: statis: kanan sama dengan kiri dinamis: tidak ada yang tertinggalP: stemfremitus kanan > kiriP: sonor di seluruh lapangan paru kanan dan kiriA: vesikuler (+) normal, ronki basah sedang di seluruh lapangan paru kanan, wheezing (-)
I : ictus cordis tidak terlihatP : ictus cordis tidak terabaP : batas atas ICS II, batas kanan LS dextra, batas kiri LMC sinistraA : HR 90x/ menit murmur (-), gallop (-)
I : datarP : lemas, nyeri tekan (+) di epigastrium dan hipokondrium kanan, hepar dan lien tidak teraba
13
GenitaliaEkstremitas
P : thympaniA : bising usus (+) normal
Tak diperiksaEdema (-)
A Tb paru kasus baru on therapy (+) + infeksi sekunder + malnutrisi
P Planning- Kultur dan resisten sputum m.o- Darah rutin- Kimia klinik
Non Farmakologis- Istirahat- O2 3L/menit- Diet TKTP
AnteriorI : statis: kanan sama dengan kiri dinamis: tidak ada yang tertinggalP : stemfremitus kanan = kiriP : sonor di seluruh lapangan paru kanan dan kiriA : vesikuler (+) normal, ronki basah sedang di lapangan bawah paru kanan, wheezing (-)
PosteriorI: statis: kanan sama dengan kiri dinamis: tidak ada yang tertinggalP: stemfremitus kanan > kiriP: sonor di seluruh lapangan paru kanan dan kiriA: vesikuler (+) normal, ronki basah sedang di seluruh lapangan paru kanan, wheezing (-)
I : ictus cordis tidak terlihatP : ictus cordis tidak terabaP : batas atas ICS II, batas kanan LS dextra, batas kiri LMC sinistraA : HR 92x/ menit murmur (-), gallop (-)
I : datarP :lemas, nyeri tekan (+) hipokondrium kanan, hepar dan lien tidak terabaP : thympaniA : bising usus (+) normal
Tak diperiksaEdema (-)
15
Pemeriksaan Penunjang Hematologi No. Pemeriksaan Hasil Nilai Normal
1. Hemoglobin 9,4 g/dl L: 14-18
g/dl; P: 12-
16 g/dl
2. Hematokrit 29 vol % L:40-48 vol
%, P:37-43
vol%
3. Leukosit 10.300/µl 5.000-
10.000/µl
4. Laju endap
darah
35 mm/jam L: < 10
mm/jam; P:
< 15 mm/jam
5. Hitung jenis 0/3/1/66/26/4 0-1/1-3/2-
6/50-70/20-
40/2-8
6. Trombosit 532.000/mm3 200.000-
500.000/mm3
Kimia KlinikNo. Pemeriksaan Hasil Nilai
Normal
1. BSS 102 g/dl
2. Ureum 19 mg/dl 15-39 mg/dl
3. Creatinin 0,6 mg/dl L:0,9-
1,3mg/dl;
P:0,6-
1,0mg/dl
4. Protein total 7,3 g/dl 6,0-7,8
5. Albumin 2,9 g/dl 3,5-5,0
16
6. Globulin 4,4 g/dl
7. SGOT 33 U/l <40 U/l
8. SGPT 72 U/l <41 U/l
9. Na 140
mmol/l
135-155
mmol/l
10. K 3,5
mmol/l
3,5-5,5
mmol/l
A Tb paru kasus baru on therapy BTA (+) + infeksi sekunder + malnutrisi
P Planning- Kultur dan resistensi sputum m.o- Koreksi albumin
AnteriorI : statis: kanan sama dengan kiri dinamis: tidak ada yang tertinggalP : stemfremitus kanan = kiriP : sonor di seluruh lapangan paru kanan dan kiriA : vesikuler (+) normal, ronki basah sedang di lapangan bawah paru kanan, wheezing (-)
PosteriorI: statis: kanan sama dengan kiri dinamis: tidak ada yang tertinggalP: stemfremitus kanan > kiriP: sonor di seluruh lapangan paru kanan dan kiriA: vesikuler (+) normal, ronki basah sedang di seluruh lapangan paru kanan, wheezing (-)
I : ictus cordis tidak terlihatP : ictus cordis tidak terabaP : batas atas ICS II, batas kanan LS dextra, batas kiri LMC sinistraA : HR 102x/ menit murmur (-), gallop (-)
I : datarP : lemas, nyeri tekan (+) di epigastrium dan hipokondrium kanan, hepar dan lien tidak terabaP : thympaniA : bising usus (+) normal
Tak diperiksaEdema (-)
18
A Tb paru kasus baru on therapy (+) + infeksi sekunder + malnutrisi