PRESENTASI KASUS
COMMUNITY ACQUIRED PNEUMONIA (CAP)DANTB PARU MILIER BTA (+) LESI
LUAS KASUS BARU
Diajukan kepada :dr. Indah Rahmawati, Sp.P
Disusun oleh :Irvianna HamdjaG4A013078Noni Frista Al
AzhariG4A013079Nurul SetiawanG4A013080
SMF ILMU PENYAKIT DALAMFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS JENDERAL
SOEDIRMANRSUD PROF. Dr. MARGONO SOEKARJOPURWOKERTO
2015LEMBAR PENGESAHAN
PRESENTASI KASUS
COMMUNITY ACQUIRED PNEUMONIA (CAP)DANTB PARU MILIER BTA (+) LESI
LUAS KASUS BARU
Disusun oleh :Irvianna HamdjaG4A013078Noni Frista Al
AzhariG4A013079Nurul SetiawanG4A013080
Telah dipresentasikan padaTanggal, Maret 2015
Pembimbing,
dr. Indah Rahmawati, Sp.P
BAB ILAPORAN KASUS
I. IDENTITAS PENDERITANama: Nn. SUsia: 32 tahunJenis kelamin :
WanitaStatus : Belum menikahAgama : IslamPekerjaan : -Alamat :
Bojanegara 02/02, Padamara, PurbalinggaTanggal masuk : 23 Februari
2015Tanggal periksa : 2 Maret 2015No. CM : 932091
II. SUBJEKTIF1. Keluhan UtamaSesak napas1. Riwayat Penyakit
SekarangPasien datang dengan keluhan sesak nafas yang dirasakan
pertama kali dua bulan sebelum masuk Rumah Sakit Margono Soekardjo
Purwokerto. Sesak tidak kunjung membaik dan semakin memberat tiga
hari sebelum masuk RSMS. Sesak dirasakan terus- menerus dan semakin
memberat. Pasien bernafas menggunakan bantuan oksigen tambahan
terus- menerus. Sesak dirasakan sangat mengganggu aktivitas
sehingga pasien tidak dapat beranjak dari tempat tidur. Saat sesak,
pasien merasa lebih nyaman ketika duduk membungkuk. Pasien
merasakan kurang nyaman dengan posisi berbaring. Posisi tidur
dirasakan mempengaruhi sesak. Pasien tidur menggunakan bantal yang
tinggi. Pasien merasakan tidur lebih nyaman dengan posisi duduk
membungkuk.Selain keluhan sesak, pasien mengeluhkan batuk kering
menjadi batuk yang berdahak semenjak dirawat di RSMS. Batuk muncul
terutama saat pagi hari. Dahak berwarna putih, kental, dan mudah
dikeluarkan. Selain itu, pasien juga mengeluhkan keringat dingin
dimalam hari, nafsu makan menurun, berat badan menurun, dan badan
terasa lemah.1. Riwayat Penyakit DahuluDua bulan sebelum masuk
rumah sakit pasien merasakan berat badan menurun, kadang sesak,
batuk kering dan gangguan lambung. Pasien mengatasi sesaknya
sendiri dengan minum air hangat. Selain itu, terkadang pasien
merasakan demam yang naik turun menyertai batuk dan sesak. Pasien
sering mual dan muntah setiap kali diberikan makanan. Pasien
memeriksakan dirinya ke Puskesmas Padamara dengan keluhan sesak,
nyeri lambung, dan batuk kering. Keluhan dirasa sering kambuh maka
pasien memutuskan untuk berobat ke RSUD Dr Goeteng
Taroenadibratadan mondok selama 4 hari dengan keluhan sesak nafas,
nyeri lambung, dan batuk kering. Pasien dianjurkan melakukan
pemeriksaan X foto roentgen di RSUD Dr Goeteng Taroenadibrata dan
pemeriksaan dahak. Pemeriksaan roentgen dilakukan, akan tetapi
pemeriksaan dahak tidak dilakukan karena pasien tidak dapat
mengeluarkan dahak. Pasien sempat pulang selama 1 minggu. Satu
minggu kemudian keadaan pasien tidak kunjung membaik, melainkan
dirasa semakin memberat maka pasien berobat kembali ke RSU Harapan
Ibu selama 3 hari dengan keluhan sesak nafas dan batuk kering.
Menurut pasien, pasien sempat diminta untuk melakukan pemeriksaan
dahak namun tidak dilakukan karena dahak sulit keluar. Sesak
semakin memberat dan akhirnya RSU Harapan Ibu merujuk pasien ke
RSMS pada tanggal 23 Februari 2015 dengan diagnosa TB Milier.Pasien
menyangkal adanya riwayat alergi dan asma, dulu pasien tidak
mempunyai kebiasaan merokok dan tidak pernah mengkonsumsi OAT.
Pasien pernah mengalami batuk berdarah selama 2 hari sekitar bulan
Juli 2014 namun pasien hanya memeriksakan ke dokter umum praktek
pribadi dan menganggapnya sebagai batuk biasa.Riwayat Penyakit
Dahulu1. Riwayat keluhan serupa: disangkal1. Riwayat mondok: diakui
(Tiphoid, sesak nafas, gangguan lambung)1. Riwayat OAT: disangkal1.
Riwayat hipertensi: disangkal1. Riwayat kencing manis: disangkal1.
Riwayat asma: disangkal1. Riwayat alergi: disangkal1. Riwayat
Penyakit Keluarga1. Riwayat keluhan serupa: diakui (kakak pasien
dengan keluhan batuk berdahak)1. Riwayat hipertensi: disangkal1.
Riwayat kencing manis: disangkal1. Riwayat asma: disangkal1.
Riwayat alergi: disangkal1. Riwayat Sosial Ekonomi1.
CommunitySebelum sakit pasien bekerja di pabrik pembuatan bulu mata
di Purbalingga semenjak lulus SMP. Akan tetapi pekerjaan lebih
sering dilakukan di rumah. Pasien mengaku termasuk orang yang
jarang keluar rumah. Pasien lebih sering beraktifitas dan bekerja
di rumah. Pasien pergi saat mengambil bahan atau mengantar hasil
pembuatan bulu mata. Pasien mengaku tidak ada teman- teman bekerja,
tetangga di sekitar rumah, atau keluarga yang memiliki keluhan yang
sama. Hubungan antara pasien dengan tetangga dan keluarga dekat
baik. Kakak pasien mengaku juga mengalami batuk- batuk semenjak
merawat pasien.1. HomePasien tinggal di rumahnya bersama 9 orang
anggota keluarga yaitu kedua orang tuanya, 1 nenek, 5 saudara
kandung, dan 1 keponakan. Orangtua pasien bekerja di rumah. Ibu
pasien berjualan nasi rames, ayah pasien bekerja sebagai pemelihara
kambing milik orang lain, 3 orang saudara kandungnya bekerja di
pabrik permen, pabrik rambut, dan pabrik rokok serta seorang adik
yang masih duduk dibangku SMP. Dari anggota keluarga yang tinggal
serumah dengan pasien, hanya kakak pasien yang mengeluhkan keluhan
serupa dengan pasien yaitu batuk. Namun keluhan tersebut diakui
baru terjadi mulai pada saat kakak pasien merawat pasien. Lantai
rumah beralaskan semen, dinding kayu, atap seng, dan ada beberapa
buah jendela serta ventilasi yang dapat terkena sinar matahari.
Rumah pasien berukuran 14 meter x 10 meter. Rumah pasien terdiri
dari 5 kamar tidur, satu ruang tamu yang menjadi satu dengan ruang
keluarga dan ruang makan, satu dapur, dan satu kamar mandi. Sumber
air berasal dari sumur. Pencahayaan rumah pasien berasal dari lampu
dan sinar matahari yang cukup. Kamar pasien berukuran 2 meter x 2,5
meter. Pasien tidur seorang diri di dalam kamarnya. Pada kamar
pasien terdapat jendela yang dapat dibuka berukuran 1 meter x 50
meter.1. Occupational Pasien bekerja sebagai buruh pembuat bulu
mata pada sebuah pabrik dengan penghasilan cukup. Pekerjaannya
lebih sering dilakukan di rumah. Pasien datang ke pabrik saat
mengambil bahan dan mengantar hasil pembuatan bulu mata. Pembiayaan
rumah sakit ditanggung oleh BPJS PBI. Pembiayaan kebutuhan
sehari-hari dibiayai oleh pasien sendiri dan keluarga, akan tetapi
karena sekarang pasien tidak bekerja, maka kebutuhan sehari-hari
ditanggung oleh orangtua dan saudara kandung. Saat pasien merasakan
penurunan berat badan, mual, muntah, sesak, dan batuk pasien
berhenti bekerja.1. Personal habitPasien mengaku makan sehari 2-3
kali sehari, dengan nasi, sayur dan lauk pauk yang cukup karena
orang tua bekerja berjualan nasi rames. Pasien mengaku tidak pernah
merokok, pasien mengaku tidak pernah mengkonsumsi alkohol, ataupun
mengkonsumsi obat-obatan terlarang. Pasien mengaku jarang
berpergian.
OBJEKTIF1. Pemeriksaan Fisika. Keadaan Umum : tampak sesakb.
Kesadaran : composmentis, GCS E4M6V5 (15)c. BB: 31 kgd. TB: 150
cme. IMT: 13,78 (underweight)f. Vital sign- Tekanan Darah : 110/70
mmHg - Nadi : 112x/menit- RR : 32x/menit- Suhu : 36,1oCd. Status
Generalis1) Kepala Bentuk : mesochepal, simetris, venektasi
temporal (-) Rambut : warna hitam, tidak mudah dicabut, distribusi
merata, tidak rontok2) Mata Palpebra : edema (-/-) ptosis (-/-)
Konjungtiva : anemis (+/+) Sclera : ikterik (-/-) Pupil : reflek
cahaya (+/+) normal, isokor 3 mm3) Telinga otore (-/-) deformitas
(-/-) nyeri tekan (-/-) discharge (-/-)4) Hidung nafas cuping
hidung (-/-) deformitas (-/-) discharge (-/-) rinorhea (-/-)5)
Mulut bibir sianosis (-) bibir kering (+ ) lidah kotor (-)6) Leher
Trakhea : deviasi trakhea (-/-) Kelenjar lymphoid : tidak membesar,
nyeri (-) Kelenjar thyroid : tidak membesar JVP : nampak, tidak
kuat angkat7) Dadaa) Paru Inspeksi : bentuk dada simetris,
ketinggalan gerak (-)Jejas (-)Retraksi suprasternalis (-)Retraksi
intercostalis (-)Retraksi epigastrik (+) Palpasi : vocal fremitus
kanan=kiriketinggalan gerak (-) Perkusi : sonor pada kedua lapang
paru kiriBatas paru hepar di SIC V LMCD Auskultasi : suara dasar
vesikuler (+/+), wheezing (-/-)Ronki basah kasar (+/+), ronki basah
halus (-/-)b) Jantung Inspeksi : ictus cordis nampak pada SIC V 2
jari medial LMCS Palpasi : ictus cordis teraba di SIC V 2 jari
medial LMCS, tidak kuat angkat Perkusi : Batas jantung kanan atas
di SIC II LPSDBatas jantung kiri atas di SIC II LPSSBatas jantung
kanan bawah di SIC IV LPSDBatas jantung kiri bawah di SIC V 2 jari
medial LMCS Auskultasi : S1>S2, reguler, murmur (-), gallops
(-)8) Abdomen Inspeksi : datar Auskultasi : bising usus (+) normal
Perkusi : timpani, pekak sisi (-), pekak alih (-), nyeri ketok
costovertebrae (-) Palpasi : supel, nyeri tekan (+) epigastrik,
undulasi (-) Hepar : tidak teraba Lien: tidak teraba9) Ekstrimitas
Superior : edema (-/-), sianosis (-/-) Inferior : edema (-/-),
sianosis (-/-)
2. Pemeriksaan penunjang a. Laboratorium darah 23 Februari 2015
(sebelum tranfusi)Hb: 7,9gr/dlLNormal : 12 16 gr/dlLeukosit: 12.380
/ulHNormal : 4.800 10.800/ulHematokrit : 24 %LNormal : 37 % - 47
%Eritrosit: 3,4 juta/ul LNormal : 4,2 5,4 juta/ulTrombosit:
538.000/ulHNormal: 150.000 - 450.000/ulMCV: 71,1 fLLNormal : 79 -
99 fLMCH: 23,5 pgLNormal : 27 - 31 pgMCHC: 33,1 gr/dlNNormal : 33
37gr/dlRDW: 16,5 %HNormal : 11,5 - 14.5 %MPV: 8,6fLNNormal : 7,2 -
11,1 fL
Hitung JenisEosinofil: 0,2%NN Normal : 0 1 %Basofil: 0,0
%LNormal : 2 4 %Batang: 1,2 %LNormal : 2 5 %Segmen: 95,8 %HNormal :
40 70%Limfosit: 1,5%LLNormal : 25 - 40%Monosit: 1,3%LLNormal : 2 8
%
Kimia KlinikSGOT: 29NNormal : 15-37 u/LSGPT: 27LNormal : 30-65
u/LGDS: 119NNormal : < 200 mg/dlNatrium: 134LNormal : 136-
145Kalium: 4,2NNormal : 3,5- 5,2Klorida: 88LNormal : 98- 107
Laboratorium darah 26 Februari 2015 (setelah tranfusi)Hb:
9gr/dlLLNormal : 12 16 gr/dlLeukosit: 10.600 /ulNNormal : 4.800
10.800/ulHematokrit : 29 %LNormal : 37 % - 52 %Eritrosit: 3,9
juta/ul LNormal : 4,2 5,4 juta/ulTrombosit: 459.000/ulHNormal:
150.000 - 450.000/ulMCV: 71,3 fLLNormal : 79 - 99 fLMCH: 23,3
pgLNormal : 27 - 31 pgMCHC: 32,6 gr/dlLNormal : 33 37gr/dlRDW: 16,3
%HNormal : 11,5 - 14.5 %MPV: 7,9fLNNormal : 7,2 - 11,1 fL
Hitung JenisEosinofil: 0,0%NNNormal : 0 1 %Basofil: 0,0 %LNormal
: 2 4 %Batang: 0,0 %LNormal : 2 5 %Segmen: 94,4 %HNormal : 40
70%Limfosit: 2,7%LLNormal : 25 - 40%Monosit: 2,9%LNNormal : 2 8
%
Mikrobiologi 25 Februari 2015Pewarnaan ZN 1XBTA I: 3+ (positif
3)Epitel: positifLeukosit: positifPewarnaan ZN 2XBTA II: 3+
(positif 3)Epitel: positifLeukosit : positifPewarnaan ZN 3BTA BTA
I: 3+ (positif 3)Epitel: positifLeukosit: positif
Gambaran Darah Tepi 25 Februari 2015Eritrosit:Anisositosis
sedangPoikilositosis sedang fragmentosit, granulosit, sel pensil,
sferositLeukosit :Estimasi jumlah meningkat, neutrofilia, granulasi
toksik, vakuolisasiTrombosit:Estimasi jumlah meningkat, bentuk
kasar (+), clumping (-)
Kesan:Anemia mikrositik hipokromikDD :Anemia karena penyakit
kronikAnemia Defisiensi besiLekositosis Suspek infeksi
bakteriTrombositosisDD :Trombositosis reaktif ec infeksiEsensial
trombositopenia
b. Foto thoraks
Foto Thorax 9 Februari 2015 di RSUD Dr Goeteng
Taroenadibrata
Hasil pemeriksaan Foto ThoraxCor: Besar cor normalPulmo: Bercak
konsolidasi di kedua paru ec bronchopneumonia (milier) DD: TB paru
tipe milier Tak tampak efusi pleura
DIAGNOSIS1. TB paru milier BTA (+) Lesi luas kasus baru2.
Community Acquired Pneumonia3. Anemia ringan
PLANNING1. Diagosisa. Sputum BTASPS ( BTA I, II, dan III
positif)b. Cek GDTc. Konsul VCT2. Terapia. Farmakologi1) NRM 6- 8
lpm 2) Cefixime 2 x 100 mg PO3) Metil prednisone 2x2 mg PO4)
Ranitidin2x1 tab PO5) Terasma 3 x 1 cth PO6) Sulfat ferosus 2 x 1
tab PO7) 4FDC 1XII tab PO8) B6 1 x 1 tab POb. Non Farmakologi1)
Edukasi pasien dan keluarga pasien mengenaipenyebab, penularan,
pengobatan, efek samping obatdan komplikasi dari penyakit TB.2)
Edukasi mengenai kebersihan lingkungan rumah, seperti buka
ventilasi setiap hari agar sinar matahari dan udara masuk juga
edukasi untuk selalu membersihkan rumahnya dan edukasi agar pasien
menutup mulut apabila batuk ataumenggunakan masker, tidak mambuang
dahak sembarangan lagi.3) Makan makanan yang bergizi 4) Screening
pada anggota keluarga yang lain apabila ada yang mengalami gejala
yang sama terutama anak kecil dan untuk tindakan pencegahan juga
pengobatan lebih awal jika keluarga lain sudah tertular. 3.
Monitoringa. Keadaan umum dan kesadaranb. Tanda vitalc. Evaluasi
klinis Pasien dievaluasi setiap 2 minggu sampai akhir bulan kedua
pengobatan, selanjutnya tiap 1 bulan mulai bulan ketiga. Evaluasi
respon pengobatan dan ada tidaknya efek samping obat serta ada
tidaknya komplikasi Evaluasi klinis meliputi keluhan, berat badan,
pemeriksaan fisikd. Evaluasi radiologi Sebelum pengobatan Pada
akhir pengobatane. Evaluasi efek samping Periksa fungsi hati (SGOT,
SGPT, bilirubin) Periksa fungsi ginjal (ureum, kreatinin) Periksa
GDS, G2PP, asam urat Pemeriksaan visus Pemeriksaan keseimbangan dan
pendengaran f. Evaluasi keteraturan obat
4. PrognosisKeberhasilan kesembuhan penyakit tuberkulosis
tergantung pada:a. Kepatuhan minum obatb. Komunikasi dan edukasi
serta pengawasan minum obatc. Umur penderitad. Penyakit yang
menyertaie. Resistensi obatAd vitam : dubia ad bonamAd fungsionam:
dubia ad bonamAd sanationam: dubia ad bonam
BAB IITINJAUAN PUSTAKA
A. TB MILIERTuberkolosis milier termasuk salah satu bentuk TB
yang berat dan merupakan 3 - 7% dari seluruh kasus TB dengan angka
kematian yang tinggi. Tuberkulosis milier merupakan jenis
tuberkulosis yang bervariasi mulai dari infeksi kronis, progresif
lambat, hingga penyakit fulminan akut, yang disebabkan penyebaran
hematogen atau limfogen dari bahan kaseosa terinfeksi ke dalam
aliran darah dan mengenai banyak organ dengan tuberkel-tuberkel
mirip benih padi (Kartasasmita et al., 2008).TB milier merupakan
penyakit limfo-hematogen sistemik akibat penyebaran kuman M.
tuberkolosis dari komples primer yang biasanya terjadi dalam waktu
2 6 bulan pertama setelah infeksi awal. Tuberkulosis Milier adalah
suatu bentuk Tuberkulosa paru dengan terbentuknya granuloma.
Granuloma yang merupakan perkembangan penyakit dengan ukuran kurang
lebih sama kelihatan seperti biji milet (sejenis gandum),
berdiameter 1-2 mm (WHO, 2006).TB milier lebih sering terjadi pada
bayi dan anak kecil, terutama usia dibawah 2 tahun, karena imunitas
seluler spesifik, fungsi makrofag dan mekanisme lokal pertahanan
parunya belum berkembang sempurna sehingga kuman TB mudah
berkembang biak dan menyebar keseluruh tubuh. Akan tetapi, TB
milier dapat juga terjadi pada anak besar dan remaja akibat
pengobatan penyakit paru primer sebelumnya yang tidak adekuat, atau
pada usia dewasa akibat reaktivasi kuman yang dorman. Berbeda
dengan TB dewasa, gejala TB pada anak seringkali tidak khas dan
sulit didapatkan spesimen diagnostik yang terpercaya. Sehingga
diagnosis TB pada anak menggunakan scoring system yang didasarkan
anamnesis, pemeriksaan fisik dan penunjang (Kartasasmita et al,
2008; WHO, 2006).Diagnosis TB Milier ditegakkan berdasarkan temuan
anamnesis, pemeriksaan fisik dan radiologis. Mengacu kepada
ketentuan WHO, pengobatan TBC Milier pada prinsipnya sama dengan
pengobatan TBC pada umumnya, yaitu perpaduan dari beberapa jenis
antituberkulosa baik yang bakteriostatik maupun bakterisid. TBC
Milier bersama dengan TBC dengan Meningitis, TBC Pleuritis
Eksudatif, TBC Parikarditis Konstriktif, direkomendasikan untuk
mendapat pengobatan dengan OAT kategori I ditambah dengan
kortikosteroid (Starke JR, 2011).1. DefinisiTuberkulosis milier (TB
milier) merupakan penyakit limfohematogen sistemik akibat
penyebaran kuman Mycobacterium tuberculosis dari kompleks primer,
yang biasanya terjadi dalam waktu 2-6 bulan pertama, setelah
infeksi awal. TB milier dapat mengenai 1 organ (sangat jarang,
90%), termasuk otak. TB milier klasik diartikan sebagai kuman basil
TB berbentuk millet (padi) ukuran rata-rata 2 mm, lebar 1-5 mm
diparu, terlihat pada Rontgen. Pola ini terlihat pada 1-3 % kasus
TB (Kartasasmita et al, 2008; WHO, 2006).
2. EtiologiMycobacterium Tuberculosis adalah penyebab utama
penyakit tuberkulosis pada manusia, berupa basil tidak membentuk
spora, tidak bergerak, panjang 2-4 nm. Obligat aerob yang tumbuh
dalam media kultur Loweinstein-Jensen, tumbuh baik pada suhu
37-410C, dinding sel yang kaya lemak menyebabkan tahan terhadap
efek bakterisidal antibodi dan komplemen, tumbuh lambat dengan
waktu generasi 12-24 jam (Maltezau et al, 2000).
3. EpidemiologiLaporan mengenai TB anak jarang di dapatkan.
Perkiraan jumlah kasus TB anak pertahun adalah 5-6 % dari total
kasus TB. Angka kejadian TB di Amerika Serikat dan Kanada mengalami
peningkatan pada anak berusia 0-4 tahun (19%), sedangkan pada usia
5-15 tahun (40%). Angka kejadian TB di Asia Tenggara selama 10
tahun, di perkirakan bahwa jumlah kasus baru adalah 35,1 juta.
Penanggulangan TB Global yang di keluarkan WHO pada tahun 2004,
angka kejadian TB pada tahun 2002 mencapai 555.000 kasus (256
kasus/100.000 penduduk). Hasil survey prevalensi TB di Indonesia
tahun 2004 menunjukkan bahwa angka prevalensi TB BTA positif secara
nasional 110 per 100.000 penduduk (Starke, 2011; Rahajoe et al,
2007). TB milier mirip dengan banyak penyakit, pada beberapa kasus,
hampir 50% kasus tidak dapat didiagnosis semasa hidup. Dari semua
pasien TB, 1,5% di perkirakan merupakan TB milier. Laporan dari
Centers for Disease Control and Prevention (CDC) Amerika Serikat,
dari tahun 1996 menunjukkan bahwa 257 pasien (1,2%) dari 21.337
pasien TB adalah TB milier. Insiden TB milier lebih tinggi pada
orang Afrika Amerika di Amerika Serikat karena pengaruh faktor
sosial ekonomi, laki-laki lebih tinggi insidennya dari wanita. Pada
beberapa kasus di temukan bahwa kulit hitam lebih tinggi insidennya
di bandingkan kulit putih karena pengaruh sosial ekonomi
(Kartasasmita et al, 2008).
Gambar 1. Insidens TB didunia (WHO, 2004)
Tuberkulosis milier lebih sering terjadi pada bayi dan anak
kecil, terutama usia < 2 tahun, karena imunitas selular
spesifik, fungsi makrofag, dan mekanisme lokal pertahanan parunya
belum berkembang sempurna, sehingga kuman TB mudah berkembangbiak
dan menyebar ke seluruh tubuh. TB milier juga dapat terjadi pada
anak besar dan remaja akibat pengobatan penyakit paru primer
sebelumnya yang tidak adekuat, atau pada usia dewasa akibat
reaktivasi kuman yang dorman (Kartasasmita et al, 2008). Terjadinya
TB milier di pengaruhi oleh dua faktor, yaitu jumlah dan virulensi
kuman Mycobacterium tuberculosis dan status imunologis pasien (non
spesifik dan spesifik). Beberapa kondisi yang menurunkan sistem
imun juga dapat memudahkan timbulnya TB milier, seperti infeksi
HIV, malnutrisi, infeksi morbili, pertusis, diabetes melitus, gagal
ginjal, keganasan, dan penggunaan kortikosteroid jangka lama.
Faktor-faktor lain yang mempengaruhi perkembangan penyakit adalah
faktor lingkungan, yaitu kurangnya sinar matahari, perumahan yang
padat, polusi udara, asap rokok, penggunaan alkohol, obat bius,
serta sosial ekonomi (Starke, 2011).Jumlah penderita TB milier di
bagian Ilmu Kesehatan Anak RSCM pada periode tahun Januari 2000 -
Desember 2001 yang di diagnosis berdasarkan gambaran klinis dan
foto thorak adalah 19 pasien, laki-laki 11 pasien dan perempuan 8
pasien dengan rentang usia 2,5-11 bulan, terbanyak berusia 1-6
bulan. Sedangkan di Bagian Ilmu Kesehatan Anak RSUP Dr.M.Djamil
pada tahun 2006-2007 di dapatkan dari 27 pasien TB yang di rawat,
di temukan 2 pasien (7%) dengan TB milier (Kartasasmita et al,
2008).
4. PatogenesisParu merupakan port dentree lebih dari 98% kasus
infeksi TB. Ukuran kuman TB sangat kecil (