Top Banner

of 23

TATALAKSANA KEJANG PADA ANAK.docx

Jun 02, 2018

Download

Documents

Stella Jun
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
  • 8/10/2019 TATALAKSANA KEJANG PADA ANAK.docx

    1/23

    REFERAT

    TATALAKSANA TERKINI KEJANG ANAK

    Oleh:

    Stella Wattimury

    0861050082

    Pembimbing :

    Dr. Ida Bgus Eka.Sp.A

    Kepanitraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak

    Fakultas Kedokteran

    Universitas Kristen Indonesia

    Jakarta 2014

  • 8/10/2019 TATALAKSANA KEJANG PADA ANAK.docx

    2/23

    BAB 1

    PENDAHULUAN

    Kejang selalu merupakan peristiwa yang menakutkan bagi orang tua. Di seluruh kunjungan

    emergensi 1% diantaranya adalah kasus kejang. sekitar 150.000 anak mendapatkan kejang dan

    30.000 diantaranya berkembang menjadi status epilepsi. Ini berhubungan dengan mortalitas yang

    tinggi dimana pada 152.000 kasus yang terjadi tiap tahunnya di USA mengakibatkan kematian.

    Sedangkan data secara global sendiri menunjukan bahwa SE terjadi pada 10-41 kasus per 100.00

    orang per tahun dan paling sering pada anak-anak.2,3,4

    Di Negara berkembang, insiden pada anak lebih tinggi daripada di Negara maju, berkisar

    anatara 25-840/100.000 penduduk pertahun .2

    Kejang yang berkepanjangan dapat menyebabkan asidosis metabolik, hiperkalemia,

    hipertermia, hipoglikemia, dan kondisi ini dapat menyebabkan kerusakan neurologis

    permanen. 5

    Oleh karena itu, penting untuk mengetahui bagaimana cara penatalaksanaan agar dapat

    menekan angka morbiditas dan mortalitas.

  • 8/10/2019 TATALAKSANA KEJANG PADA ANAK.docx

    3/23

    BAB 2

    ISI

    A. Definisi

    Kejang adalah lepasnya aktivitas listrik abnormal dan berlebihan dari jaringan

    neuroglia. Berbagai gangguan fungsi otak atau hemostatis dapat menyebabkan kejang.

    Epilepsy didefenisikan sebagai kejang berulang tanpa provokasi. Sindrom epilepsy

    adalah kumpulan klinis dengan usia awitan, pola klinis serangan, abnormalitas EEG yang

    khas, perjalanan alamiah dan prognosis yang khas.Kejangdemam adalah

    B.

    Klasifikasi Kejang

    KLASIFIKASI ILAE 1981

    Untuk tipe serangan kejang/bangkitan epilepsi (Kustiowati dkk 2003, Sirven, Ozuna

    2005).

    Serangan parsial sederhana (kesadaran baik).

    - Motorik

    -

    Sensorik

    - Otonom

    - Psikis

    Serangan parsial kompleks (kesadaran terganggu)

    - Serangan parsial sederhana diikuti dengan gangguan kesadaran.

    - Gangguan kesadaran saat awal serangan

    Serangan umum sekunder

    - Parsial sederhana menjadi tonik klonik.

    - Parsial kompleks menjadi tonik klonik

    - Parsial sederhana menjadi parsial kompleks menjadi tonik klonik.

    Serangan umum.

    - Absans (lena)

    - Mioklonik

    -

    Klonik

    - Tonik

    - Atonik.

    Tak tergolongkan.

  • 8/10/2019 TATALAKSANA KEJANG PADA ANAK.docx

    4/23

  • 8/10/2019 TATALAKSANA KEJANG PADA ANAK.docx

    5/23

  • 8/10/2019 TATALAKSANA KEJANG PADA ANAK.docx

    6/23

    pandangan mata anak tampak linglung, mulut anak seperti mengecap ngecap,

    jatuhnya air liur keluar dari mulut, dan seringkali disertai mual dan muntah.

    3. Kejang parsial dengan kejang umum sekunder

    Kejang parsial dapat melibatkan kedua hemisfer serebri dan menimbulkan

    gejala seperti kejang umum. Kejang parsial dengan kejang umum sekunder

    biasanya menimbulkan gejala seperti kejang tonik klonik. Hal ini sulit dibedakan

    dengan kejang tonikklonik.

    II. Kejang Umum

    Kejang umum adalah kejang yang berhubungan dengan keterlibata kedua hemisfer

    serebri. Kejang umum disertai dengan perubahan kesadaran. Kejang umum dapat

    dikelompokkan menjadi :

    1. Kejang tonik klonik (grand mal seizure)

    Kejang tonik klonik adalah bentuk kejang umum yang paling sering terjadi

    pada anak. Kebanyakan kejang ini memiliki onset yang tiba tiba, namun pada

    beberapa anak kejang ini didahului oleh aura (motorik atau sensorik). Pada awal

    fase tonik, anak menjadi pucat, terdapat dilatasi kedua pupil, dan kontraksi otot

    otot yang disertai dengan rigiditas otot yang progresif. Sering juga disertai dengan

    inkontinensia urin atau inkontinensia tinja. Kemudian pada fase klonik, terjadi

    gerakan menghentak secara ritmik dan gerakan fleksi yang disertai spasme pada

    ekstremitas. Terjadi perubahan kesadaran pada anak selama episode kejang

    berlangsung dan bisa berlanjut hingga beberapa saat setelah kejang berhenti.

    2. Kejang tonik

    Bentuk kejang ini sama seperti kejang tonik klonik pada fase tonik. Anak tiba

    tiba terdiam dengan seluruh tubuh menjadi kaku akibat rigiditas otot yang

    progresif.

    3. Kejang mioklonik

    Kejang mioklonik ditandai dengan gerakan kepala seperti terjatuh secara tiba

    tiba dan disertai dengan fleksi lengan. Kejang tipe ini dapat terjadi hingga ratusan

    kali per hari.

    4. Kejang atonik

    Kejang atonik ditandai dengan kehilangan tonus otot secara tibatiba.

    5.

    Kejang absens

  • 8/10/2019 TATALAKSANA KEJANG PADA ANAK.docx

    7/23

    Kejang absens dapat dibagi menjadi kejang absens simpel (tipikal) atau

    disebut juga petit mal dan kejang absens kompleks (atipikal). Kejang absens

    tipikal ditandai dengan berhentinya aktivitas motorik anak secara tiba tiba,

    kehilangan kesadaran sementara secara singkat, yang disertai dengan tatapan

    kosong. Sering tampak kedipan mata berulang saat episode kejang terjadi. Episode

    kejang terjadi kurang dari 30 detik. Kejang ini jarang dijumpai pada anak berusia

    kurang dari 5 tahun. Kejang absens atipikal ditandai dengan gerakan seperti

    hentakan berulang yang bisa ditemukan pada wajah dan ekstremitas, dan disertai

    dengan perubahan kesadaran7.

    III. Kejang tak terklasifikasi

    Kejang ini digunakan untuk mengklasifikasikan bentuk kejang yang tidak

    dapat dimasukkan dalam bentuk kejang umum maupun kejang parsial. Kejang ini

    termasuk kejang yang terjadi pada neonatus dan anak hingga usia 1 tahun.

    C. Etiologi

    Penyebab kejang secara umum dapat dibagi menjadi dua yaitu intrakranial dan

    ekstrakranial. Etiologi epilepsy dapat dibagi ke dalam 3 kategori:

    1.

    IdiopatikTidak terdapat lesi structural diotak atau deficit neurologis. Diperkirakan

    mempunyai predisposisi genetic dan umumnya berhubungan dengan usia.

    2. Kriptogenit: dianggap simtomatik tetapi penyebabnya belum dikeahui. Termasuk

    disini adalah sindrom West, Sindrom Lennox Gastaut dan epilepsy mioklonik.

    3. Simtomatik: bangkitan epilepsy disebabkan oleh kelainan/ lesi structural pada

    otak. Misalnya cidera kepala, infeksi SSP, kelainan congenital, lesi desak ruang.

    Gangguan peredaran darah otak, toksik (alcohol, obat), metabolic, kelainan

    neurogeneratif.

  • 8/10/2019 TATALAKSANA KEJANG PADA ANAK.docx

    8/23

  • 8/10/2019 TATALAKSANA KEJANG PADA ANAK.docx

    9/23

    kami, kelompok kasus diketahui sebagian besar anak dengan bangkitan kejang demam

    didahului lamademam kurang dua jam. Setiap kenaikan suhu 0,3C secara cepat akan

    menimbulkan discharge di daerahoksipital, discharge di daerah oksipital dapat dilihat

    dan hasil rekaman EEG. Kenaikan mendadak suhutubuh menyebabkan kenaikan kadar asam

    glutamatdan menurunkan kadar glutamin tetapi sebaliknya kenaikan suhu tubuh secara pelan

    tidak menyebabkankenaikan kadar asam glutamat. Perubahan glutamin

    menjadi asam glutamat dipengaruhi oleh kenaikansuhu tubuh. Asam glutamat merupakan

    eksitator,sedangkan GABA sebagai inhibitor tidak dipengaruhi oleh kenaikan suhu tubuh

    mendadak.Usia pertama kali kejang pada kelompok kasus diketahui sebagian besar adalah

    kurang dari dua tahun.Pada keadaan otak belum matang reseptor untuk asam glutamat baik

    ionotropik maupun metabotropik sebagai reseptor eksitator padat dan aktif, sebaliknya

    reseptor GABA sebagai inhibitor kurang aktif, sehingga otak belum matang eksitasi lebih

    dominan dibanding inhibisi 26,27 Corticotropin releasing hormon (CRH) merupakan

    neuropeptid eksitator, berpotensi sebagai prokonvulsan. Pada otak belum matang kadar CRH

    di hipokampus tinggi, berpotensi untuk terjadi bangkitan kejang apabila terpicu oleh

    demam.24 Mekanisme homeostasis pada otak belum matang masih lemah, akan berubah

    sejalan dengan perkembangan otak dan pertambahan umur, oleh karena pada otak belum

    matang neural Na+/K+ATP ase masih kurang. Pada otak yang belum matang regulasi ion

    Na+, K+, dan Ca++ belum sempurna, sehingga mengakibatkan gangguan repolarisasi pasca

    depolarisasi dan meningkatkan eksitabilitas neuron. Oleh karena itu, pada masa otak belum

    matang mempunyai eksitabilitas neural lebih tinggi dibandingkan otak yang sudah matang.

    Diagnosis

    i. Anamnesa

    1. Kejadian Pre-Iktal

    Berikut ini adalah pertanyaan yang perlu ditanyakan mengenai

    kejadian sebelum episode kejang terjadi :

    Apakah ada kejadian yang merangsang terjadinya kejang seperti keadaan

    stres, rangsangan nyeri, dan sebagainya?

    Apakah sebelum kejang terjadi, terdapat aura seperti mencium bau

    bauan, melihat cahaya yang sangat terang, mendengar suara suara,

    mual, merasa ketakutan dan sebagainya?

    Apakah anak sedang menderita penyakit tertentu? Apakah anak sedang

    demam sebelum kejang terjadi?

  • 8/10/2019 TATALAKSANA KEJANG PADA ANAK.docx

    10/23

    Apakah anak pernah mengalami kejang sebelumnya?

    Jika anak pernah mengalami kejang, apakah bentuk kejang terdahulu

    sama seperti bentuk kejang yang baru saja terjadi?

    Jika anak pernah mengalami kejang, apakah anak berobat rutin danmengkonsumsi obat anti kejang secara teratur?

    Apakah anak pernah mengalami trauma, terutama di bagian kepala,

    beberapa jam atau hari sebelum kejang?

    2. Kejadian saat kejang

    Berikut ini adalah pertanyaan yang perlu ditanyakan mengenai

    kejadian saat episode kejang terjadi :

    Berapa lama kejang berlangsung?

    Seperti apa bentuk kejang yang terjadi?

    Apakah anak kehilangan kesadaran saat kejang?

    Berapa kali kejang terjadi dan berapa lama setiap satu episode kejang

    terjadi?

    Apabila kejang terjadi lebih dari satu kali, apakah anak tetap sadar atau

    tidak sadar, di antara epdisode kejang yang terjadi?

    3. Kejadian postiktal

    Apakah anak langsung sadar setelah kejang berhenti?

    Apakah anak merasa lemas, mual, muntah setelah kejang berhenti atau

    anak tampak seperti tidak terjadi apaapa?

    ii. Pemeriksaan Fisik

    Pemeriksaan fisik harus dilakukan secara menyeluruh. Tanda tanda

    vital meliputi denyut nadi, laju pernapasan, dan terutama suhu tubuh harus

    diperiksa, karena demam merupakan penyebab utama kejang pada anak

    anak. Periksa kepala apakah ada kelainan bentuk, tanda tanda trauma

    kepala, serta tanda tanda peningkatan tekanan intrakranial. Periksa leher

    apakah terdapat kaku kuduk. Pemeriksaan neurologis secara menyeluruh

    juga penting dilakukan. Untuk menentukan faktor penyebab dan komplikasi

    kejang pada anak, diperlukan beberapa pemeriksaan penunjang yaitu:

    laboratorium, pungsi lumbal, elektroensefalografi, dan neuroradiologi.

    Pemilihan jenis pemeriksaan penunjang disesuaikan dengan kebutuhan.

  • 8/10/2019 TATALAKSANA KEJANG PADA ANAK.docx

    11/23

    Pemeriksaan yang dianjurkan pada pasien dengan kejang pertama adalah

    kadar glukosa darah, elektrolit, dan hitung jenis

    D.

    Penatalaksanaan

    Tatalaksana kejang umum yang lebih dari 5 menit adalah menghentikan kejang dan

    mencegah status epileptikus

  • 8/10/2019 TATALAKSANA KEJANG PADA ANAK.docx

    12/23

    Berikan diazepam rectal 0,5mg/kgBB ( bila BB10=10mg). Dapat

    diulang 2 kali

    Bila kejang masih ada, berikan 0,25-0,5 mg/kgBB secara IV ( kecepatan 2mg/menit), dosis

    diazepam IV atau rectal dapat diulang 2 kali setelah 5-10 menit

    Berikan fenitoin 20 mg/kgBB IV diencerkan dengan NaCL 0,9% ( 10 mg Fenitoin / 1 ml

    Nacl 0,9%)

    Fenobarbital 20 mgkg IV bolus pelan-pelan dengan kecepatn 100 mg/menit. Dapat diberikan

    dosis tambahan 5-10 mg/kg dengan interval 10-15 menit.

    i. Penilaian Awal

    Langkah pertama dalam pengelolaan pasien yang mengalami kejang adalah

    untuk menilai dan mendukung saluran napas, pernapasan dan sirkulasi. Ini akan

    memastikan bahwa kejang tidak membahayakan pasokan darah beroksigen ke

    otak dan tidak menyebabkan cedera sekunder terhadap hipoksia dan atau iskemia.

    Penilaian awal terdiri dari :

    1. Airway

    Saluran napas yang bebas adalah syarat pertama. Lakukan penilaian

    patensi jalan napas dengan metode look, listendanfeel. Jika jalan napas tidak

    bebas, maka kita harus membuka dan menjaganya dengan cara head tilt-

    chin lift atau jaw thrust manuver dan memberikan ventilasi dengan bag-

    valve-mask jika perlu. Jika jalan napas terganggu karena kejang,

    mengendalikan kejang dengan antikonvulsan umumnya akan mengontrol

    jalan napas. Bahkan jika jalan napas telah bebas, orofaring mungkin perlu

    dibersihkan dari sekret olehsuction.

    2. Breathing

    Penilaian kemampuan pernapasan dilihat dari laju pernapasan, suara

    napas yang merintih, ekspansi dada, denyut jantung dan warna kulit.

    Pemantauan saturasi oksigen dilakukan dengan menggunakan pulse

    oksimetry. Jika anak menderita hipoventilasi, respirasi harus didukungdengan oksigen melalui perangkat bag-valve - mask.

  • 8/10/2019 TATALAKSANA KEJANG PADA ANAK.docx

    13/23

    3. Circulation

    Menilai kecukupan sirkulasi dilakukan dengan palpasi denyut nadi.

    Capillary refill time yang lebih dari dua detik, pucat, sianosis serta akral

    yang dingin menunjukkan sirkulasi perifer yang tidak adekuat. Jika perlu,

    lakukan pemberian cairan intravena. Jika akses pembuluh darah tidak dapat

    diperoleh, pemberian antikonvulsan harus diberikan melalui rektal,

    intramuskular atau rute bukal. Intraosseous acces (IO) dipergunakan pada

    anak-anak dengan tanda-tanda syok jika akses intravena tidak dapat

    diperoleh. Akses IO mungkin dibutuhkan untuk administrasi long acting

    antikonvulsan jika tidak ada akses intravena setelah dua dosis benzodiazepin.

    Berikan 20 mL/kg BB bolus cepat normal saline untuk setiap pasien dengan

    tanda-tanda syok, lalu periksa tekanan darah segera setelah pemberian

    normal saline atau setelah kejang selesai. Pengambilan tes glukosa darah dan

    uji laboratorium tetap diperlukan. Jika terdapat hipoglikemi berikan dextrose

    10% sebanyak 5 mL/kg untuk pasien yang hipoglikemi tersebut.

    4. Disability

    Menilai fungsi neurologis dengan skor AVPU (Alert, Voice, Pain,

    Responsive) tidak dapat diukur secara bermakna selama kejang yang disertai

    dengan penurunan kesadaran. Ukuran dan reaksi pupil harus diperhatikan.

    Perubahan pupil dapat terjadi selama kejang tetapi mungkin juga hasil dari

    keracunan opiat, amfetamin, atropin dan trisiklik atau peningkatan tekanan

    intrakranial.2,4 Perhatikan tanda-tanda defisit neurologis fokal, baik selama

    atau setelah kejang dan perhatikan postur anak, apakah terdapat dekortikasi

    atau deserebrasi sikap dimana sebelumnya postur anak normal. Hal ini

    menunjukan bahwa terdapat peningkatan tekanan intrakranial, tetapi postur

    ini kadang dapat keliru untuk fase tonik-klonik. Carilah kaku kuduk pada

    anak dan fontanelle yang membubung pada bayi, yang dapat menunjukkan

    tanda tanda meningitis. Perlu diingat bahwa penggunaan berkepanjangan

    atau berulang-ulang dari obat anti konvulsan dapat menyebabkan depresi

    kesadaran.

    5. Exposure

    Carilah ruam dan memar sebagai tanda-tanda cedera.

    ii.

    Menilai kembali ABC

  • 8/10/2019 TATALAKSANA KEJANG PADA ANAK.docx

    14/23

  • 8/10/2019 TATALAKSANA KEJANG PADA ANAK.docx

    15/23

    terhadapdosis rektal tunggal (kejang resisten) maka pasien tersebut

    membutuhkan pengobatan lini kedua

    2.

    Midazolam

    Midazolam sekarang telah menggantikan diazepam sebagai obat

    pilihan pertama sebelum akses vena dapat diperoleh, karena rute

    pemberian yang lebih disukai yaitu melalui bukal tidak seperti diazepam

    yang melalui rektal. Midazolam sangat efektif sebagai lini pertama

    antikonvulsan karena menghentikan sebagian besar kejang dalam satu

    menit setelah injeksi intravena dari 0,1-0,3 mg/kg dan secara

    intramuskular dalam waktu 5-10 menit. Dosis tunggal midazolam bukal

    0,5mg /kg telah terbukti meminimalisir risiko depresi pernapasan.2

    3. Paraldehyde

    Paraldehyde telah digunakan sebagai supposituria untuk pengobatan

    kejang sejak awal 1930. Paraldehyde sekarang diberikan secara rektal

    Administrasi dubur dapat ditoleransi dengan baik dan menghasilkan

    onset kontrol kejang yang cepat dan efek depresi pernafasan yang kurang

    minimal.

    2.

    Terapi lini kedua (epilepsi status refraktori) :

    1.

    Fenitoin

    Fenitoin dikenal sebagai non sedating anti - convulsant pertama.

    Dalam dosis intravena 20 mg/kg untuk anak-anak, kejang terkontrol

    dengan baik di 60-80% pasien dalam 20 menit. Fenitoin memiliki efek

    depresi pernapasan yang lebih kecil daripada fenobarbital. Fenitoin telah

    diakui sebagai pilihan pertama anti konvulsan lini kedua oleh British

    Working Party.

    2. Fenobarbital

    Fenobarbital telah digunakan dalam kontrol kejang sejak tahun 1912

    dan digunakan di seluruh dunia. Jika dibandingkan dengan anti

    konvulsan yang lainnya, fenobarbital dianggap lebih murah dan sangat

    efektif. Setelah pemberian intravena terdapat distribusi bifasik dan

    sangat menyebar melalui seluruh pembuluh darah termasuk pembuluih

    darah otak. Meskipun penetrasi ke otak telah dilaporkan terjadi 12-60

    menit setelah pemberian, penetrasi ini terjadi lebih cepat dalam status

  • 8/10/2019 TATALAKSANA KEJANG PADA ANAK.docx

    16/23

    epileptikus karenapeningkatan aliran darah otak. Fenibarbital digunakan

    sebagai anti konvulsan lini kedua pada periode neonatal. Dosis

    pemberian adalah 5-10 mg/kg.

    Anitkonvulsan profilaksis terus menerus diberikan selama 1-2 tahun setelah kejang terakhir,

    kemudian dihentikan secara bertahap selama 1-2 bulan. Pemberian profilaksis terus menerus

    hanya untuk mencegah berulangnya kejang demam berat.

    iv. TatalaksanaIntractable Seizures

    Pada penanganan intractable seizure, terdapat beberapa obat yang masih

    digunakan. Penggunaan obat obatan tersebut hanya dipakai pada beberapa

    kasus penyakit dengan kondisi intactable seizure, obatobatan tersebut adalah :

    1. Valproate (Depacote)

    Asam valproat dapat digunakan pada penanganan kasus kejang Lennox

    Gustaut Syndrome. Dosis maintenance yang dipakai sekitar 10-60

    mg/kg/hari, diberikan sebanyak 2 hingga 4 kali sehari. Dosis harian harus

    dimulai pada dosis 10 mg/kg/hari dan ditingkatkan sebanyak 10 mg/kg/hari

    setiap minggunya sampai level serum terapeutik tercapai yaitu 50-100 g/ml.

    Efek samping yang sering terjadi adalah gangguan traktus gastrointestinal,

    kenaikan berat badan, mengantuk, dan alopesia. Tremor dan trombositopenia

    merupakan dose related effect. Untuk anak dibawah usia 2 tahun dapat

    meningkatkan resiko toksisitas hepar dan pankreatik. Asam valproat juga

    mengganggu metabolisme dari obat antikonvulsan lain yaitu meningkatkan

    jumlah obat fenobarbital, fenitoin, karbamazepin, diazepam, clonazepam, dan

    ethosuksamid di dalam darah.

    2. Lamotrigine (Lamictal)

    Obat ini juga dapat digunakan untuk pengobatan kejang padaLennox

    Gustaut syndrome. Dosis maintenance yang digunakan sekitar 5-15

    mg/kg/hari, tetapi dikarenakan obat ini mengganggu kerja antikonvulsan

  • 8/10/2019 TATALAKSANA KEJANG PADA ANAK.docx

    17/23

    lainnya, penetapan dosis harus dilakukan ketika diberikan bersamaan dengan

    antikonvulsan lainnya. Lamictal harus diberikan dosis rendah pada awal

    pemberian jika diberikan pada pasien yang mengkonsumsi asam valproat dan

    pada dosis tinggi jika diberikan pada pasien yang juga meminum fenitoin,

    karbamezepin, fenobarbital, atau pirimidon. Efek samping dari obat ini

    adalah gangguan traktus gastrointestinal, somnolen, pusing, sakit kepala, dan

    diplopia. Efek yang paling mengkhawatirkan adalah munculnya ruam

    kemerahan di kulit yang dapat merupakan tanda tanda dari Stevens

    Johnson syndrome7. Pada studi yang dilakukan pada Shahid Sadoughi

    Hospital di Iran yang dilakukan oleh Fallah R, et al, meneliti 22 anak laki

    laki dan 18 anak perempuan yang mengalami intractable epilepsy dengan

    Lennox Gastaut syndromedidapatkan hasil nilai rata rata angka kejadian

    kejang selama penelitian yang dihitung setiap minggu dan dilakukan sebelum

    dan sesudah pemberian lamotrigin mengindikasikan bahwa penggunaan

    lamotrigin efektif dalam mengurangi kejang dan disarankan menjadi terapi

    tambahan pada penanganan intractable epilepsipada kasusLennox Gastaut

    syndrome.

    3. Felbamate (Felbatole)

    Obat ini dipakai untuk refractory seizure yang tidak dapat ditangani

    dengan pengobatan lain. Penggunaan obat ini sebagian besar dipakai untuk

    Lennox Gustaut syndrome. Dosis yang diberikan sekitar 15-45 mg/kg,

    diberikan 3 sampai 4 kali sehari. Pemberian harus dimulai dengan dosis yang

    paling rendah berdasarkan kisaran dosis terapeutik dan harus digunakan

    sebagai terapi tunggal dikarenakan resiko terjadinya efek samping lebih

    tinggi jika diberikan bersamaan dengan antikonvulsan lain. Pada interaksi

    obat, felbamat meningkatkan kadar serum fenobarbital, fenitoin, asam

    valproat, dan menurunkan kadar karbamazepin. Efek samping yang dapat

    disebabkan obat ini adalah anoreksia, nausea, vomiting, insomnia, dan letargi

    dengan efek samping yang dikhawatirkan yaitu anemia aplastik dan

    hepatotoksisitas berat. Semua anak yang mendapatkan obat ini disarankan

    untuk selalu dipantau dengan pemeriksaan laboratorium darah rutin dan

    fungsi hati.

    4.

    Vigabatrin (Sabril)

  • 8/10/2019 TATALAKSANA KEJANG PADA ANAK.docx

    18/23

    Obat ini efektif digunakan pada kasus refractory partial seizure. Dosis

    maintenance yang dipakai adalah 30-150 mg/kg/hari dan diberikan sehari

    atau dua hari sekali. Jika setelah pemberian, kondisi kejang pasien tidak

    terdapat kemajuan, hal tersebut berarti obat tersebut resisten.

    5. Topiramate (Topamax)

    Obat ini efektif digunakan pada pengobatan Lennox Gustaut

    syndrome dan refractory complex partial seizure. Dosis yang diberikan

    pertama kali yaitu 1 mg/kg/hari dengan dosis target maintenance sebesar 3-9

    mg/kg/hari. Interaksi dengan obat antikonvulsan lainnya sangat sedikit.

    Topiramat memiliki beberapa efek samping yang sangat mengkhawatirkan

    yaitu masalah kepribadian yang paling umum terjadi pada anak anak. Efek

    samping lain yang dapat terjadi adalah anoreksia, penurunan berat badan,

    masalah dalam tidur, kelelahan, sakit kepala, diplopia, gangguan bicara. Efek

    samping yang serius dari topiramat adalah nefrolitiasis dan harus hati hati

    pada pemberian topiramat kepada pasien yang memiliki riwayat batu ginjal

    atau sedang dalam ketogenic diet.

    6. Tiagabine (Gabitril)

    Obat ini dipakai untuk terapi tambahan pada kasus refractory partial

    seizure. Dosis pemberian diawali dengan 0,1 mg/kg/hari dan dinaikkan

    hingga mencapai dosis target yaitu 0,5-1 mg/kg/hari sampai dapat

    mengontrol kejang secara adekuat. Efek samping yang disebabkan oleh obat

    ini adalah kelelahan, pusing, sakit kepala, kesulitan berkonsentrasi, dan mood

    depresi.

    7. Levetiracetam (Keppra)

    Obat ini efektif sebagai terapi tambahan pada refractory partial

    seizurespada anakanak usia 6 sampai 12 tahun. Dosis maintenancesekitar

    10 sampai 60 mg/kg/hari. Efek samping pada anak anak adalah sakit

    kepala, anoreksia, kelelahan, dan infeksi termasuk rinitis, otitis media,

    gastroenteritis, dan faringitis. Pemakaian pada orang dewasa dilaporkan

    dapat mengakibatkan leukopenia tetapi tidak pernah didapatkan pada pasien

    anak.

    8. Oxcarbazepine (Trileptal)

    Pada suatu studi yang dilakukan di Iran University of Medical Science

    dan Shahid Beheshti of Medical Science di Iran yang dilakukan oleh Azita

  • 8/10/2019 TATALAKSANA KEJANG PADA ANAK.docx

    19/23

  • 8/10/2019 TATALAKSANA KEJANG PADA ANAK.docx

    20/23

    sebelum diet ini dimulai. Evaluasi laboratorium harus dilakukan sepanjang diet

    ini dilakukan.

    Selain penanganan dengan diet ketogenik ini dapat juga dilakukan penanganan

    lain. Ketika seseorang mengalami kondisi intractable seizure dan tidak memberi

    respon terhadap pemberian obat terdapat pendekatan lain yang harus dilakukan

    untuk menangani kejang tersebut. Salah satu caranya dengan stimulasi nervus

    vagus.

    Nervus vagus berjalan mulai dari leher ke dada hingga ke abdomen dan serat

    tambahan menghubungkan nervus vagus ke otak. Stimulasi nervus vagus

    mengganggu kerentangan otak untuk mengalami serangan kejang. Beberapa studi

    ilmiah, yang hasilnya disetujui oleh US Food and Drug Administration,

    menunjukkan penurunan kejang ketika nervus vagus di stimulasi oleh listrik.

    Stimulasi listrik dilakukan melalui battery powered metal stimulator yang

    ditanam di bawah kulit dada pasien lalu dihubungkan dengan kabel yang

    menghubungkan kabel ke nervus vagus sinistra dan lalu dialiri listrik sebagai

    stimulasi pada siklus yang diprogram. Biasanya stimulasi dilakukan selama 30

    detik dan diistirahatkan selama 5 menit. Beberapa orang terkadang mendapatkan

    hasil yang memuaskan tetapi terkadang terdapat beberapa orang yang tidak

    merasakan perubahan apapun. Hasil terapi stimulasi nervus vagus tidak dapat

    diprediksi. Kejang yang dialami pasien bisa berkurang secara drastis tetapi tidak

    dapat menghilangkan kejang tersebut secara total. Efek samping penggunaan cara

    ini adalah batuk dan suara nafas deperti mendengkur dan terjadi biasanya pada

    saat stimulasi dilakukan.

    Selain penanganan dengan stimulasi nervus vagus, yang dapat dilakukan pada

    intractable seizure yaitu operasi pada area otak yang mencetuskan terjadinya

    kejang.

    Operasi biasanya menjadi pilihan terakhir dalam penanganan kejang. Rasio

    kesuksesan unruk menghentikan kejang sekitar 50 90% tergantung penyebab

    dari kejang tersebut dan lokasi dari kelainan yang terdapat di otak.

    E. Edukasi keluarga perjalanan penyakit dan rekurensi

    Edukasi pasien dan pendidikan keluarga merupakan bagian integral dari

    pengelolaan kejang demam. Langkahlangkah yang perlu dilakukan antara lain:

  • 8/10/2019 TATALAKSANA KEJANG PADA ANAK.docx

    21/23

  • 8/10/2019 TATALAKSANA KEJANG PADA ANAK.docx

    22/23

    KESIMPULAN

    Penanganan kejang pada anak dimulai dengan memastikan adanya kejang. Kejang dapat

    berhenti sendiri, atau memerlukan pengobatan saat kejang. Tatalaksana kejang yang adekuat

    dibutuhkan untuk mencegah kejang menjadi status konvulsivus. Setelah kejang teratasi

    dilakukan anamnesis, pemeriksaan klinis neurologis, dan pemeriksaan penunjang sesuai

    indikasi untuk mencari penyebab kejang

  • 8/10/2019 TATALAKSANA KEJANG PADA ANAK.docx

    23/23

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Marcdante K, Kliegman R, Jenson Hal B,dkk.2011. Ilmu Kesehatan Anak Esensial.

    edisi 6.Indonesia : Nelson

    2.

    Manno,Edward M. April 2003. Mayo Clin Proc. Symposium On Seizures New

    Management Strategies in the Treatment of status epilepticus. Vol 78 508-518

    3. Harsono, Endang Kustiowati, Suryai Gunadarma. 2011.Pedoman dan Tatalaksana

    Epilepsi edisi 4. Jakarta : PERDOSSI

    4. Guidelines and Protocols Advisory Committe. Febrile Seizure. British Columbia

    Medical Association. 2010.

    5.

    Children and Infants with Seizures-Acute Management Clinical Guidelines. NSW

    Department of Health. 2009.

    6. Convulsions in Children. Pediatric Guidelines. 2006. October;1-3

    7.

    Friedman M.J, Sharrieff G. Q. Seizures in Children. Pediatric Clin N Am.

    2006;53:257-277

    8. Deliana M. Tatalaksana Kejang Demam pada Anak. Sari Pediatri. 2002:2(4);59-62.

    9.

    Rudolph C, Rudolph A, Lister G, First L, Gershon A. Rudolphs Pediatrics 22nd

    Edition. San Fransisco:McGraw-Hill. 2012.

    10.Pusponegoro hardiono, Widodo dwi putro, Ismael sofyan, 2006. Konsensus

    penatalaksanaan kejang demam; unit kerja koordinasi Neurologi, Jakarta