Top Banner
TUGAS KDM DOSEN : SURADI EFFENDI, S. Kep. Ns T A L A S E M I A Disusun oleh : KELOMPOK XII FITRAWARTANTY (NH.01.04.120) NURWAHIDAH (NH.01.04.136) SYNTHIA ADRIANI (NH.01.04.148) KEPERAWATAN STIKES NANI HASANUDDIN MAKASSAR 2005
33

TALASEMIA

Dec 19, 2015

Download

Documents

Sinar Rembulan

anak
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: TALASEMIA

TUGAS KDM

DOSEN : SURADI EFFENDI, S. Kep. Ns

T A L A S E M I A

Disusun oleh :

KELOMPOK XII

FITRAWARTANTY (NH.01.04.120)

NURWAHIDAH (NH.01.04.136)

SYNTHIA ADRIANI (NH.01.04.148)

KEPERAWATAN

STIKES NANI HASANUDDIN

MAKASSAR

2005

KATA PENGANTAR

Bismillahi Rahmani Rahim

Page 2: TALASEMIA

Assalamu A’laikum wr. Wb.

Puji syukur kehadirat Allah swt karena dengan Rahmat serta Inayah-

NYAlah sehingga tugas makalah ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya.

Kami menyadari dalam penyelesaian makalah ini kami dibantu oleh

beberapa pihak olehnya itu kami ucapkan banyak terima kasih. Ucapan terima kasih

kami juga tujukan kepada bapak SURADI EFFENDI, S.Kep. Ns selaku dosen

Kebutuhan Dasar Manusia yang telah membimbing kami dalam penyelesaian

makalah ini. Karena hanya dalam forum inilah kami dapat mengucapkan banyak

terima kasih yang sedalam-dalamnya. Semoga Allah swt membalas segala bantuan

kalian.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini sangat jauh dari

kesempatan olehnya itu saran dan kritik yang bersifat membangun sangat kami

butuhkan dalam penyempurnaan makalah ini.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat kepada pembaca khususnya kepada

penulis. Amin.

Wassalamu Alaikum Wr.Wb.

Makassar, 07 Desember 2005

PENULIS

Page 3: TALASEMIA

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang

B. Rumusan masalah

C. Tujuan

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian

B. Anatomi fisiologi

C. Patofisiologi

D. Manifestasi klinis

E. Klasifikasi

F. Diagnosis penunjang

G. Penatalaksanaan

1. Media

2. Asuhan Keperawatan

3. Intervensi

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan

B. Saran

DAFTAR PUSTAKA

Page 4: TALASEMIA

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tujuan pembangunan kesehatan menuju Indonesia sehat 2010 adalah

meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang

agar terwujud derajat kesehatan masyarakat optimal melalui terciptanya masyarakat,

bangsa dan negara Indonesia yang ditandai oleh penduduknya hidup dalam

lingkungan dan perilaku yang sehat memiliki kemampuan menjangkau pelayanan

kesehatan yang bermutu secara adil merata kesehatan optimal.

Mengingat pentingnya kesehatan bagi kehidupan individu, keluarga dan

masyarakat, upaya kesehatan, pencegahan penyakit, penyembuhan dan pemulihan

kesehatan yang diarahkan bagi seluruh masyarakat dengan peningkatan peran serta

mereka dalam melaksanakan upaya kesehatan secara mandiri.

Keberhasilan pembangunan dibidang kesehatan di Indonesia menyebabkan

peningkatan usia harapan hidup. Peningkatan usia harapan hidup ini menyebabkan

populasi usia lanjut meningkat dari tahun-ketahun.

Namun, ada kendala dalam menghadapi peningkatan usia lanjut. Yaitu dengan

adanya penyakit keturunan atau penyakit yang disebabkan oleh kecacatan gen

menyebabkan manusia tidak dapat hidup dengan lama. Namun jumlah manusia

dengan kecacatan gen dan manusia normal sangat jauh dengan angka perbandingan 1:

2500 orang.

Darah merupakan faktor utama dalam kehidupan. Namun, darah ini pula yang

dapat menyebabkan berbagai jenis penyakit yang membuat manusia tidak dapat

bertahan hidup dengan lama. Misalnya penyakit Hemofilia, talasemia, AIDS.

Sistem imun merupakan sistem kekebalan tubuh yang dapat melawan kuman

penyakit yang masuk yang menyerang tubuh seseorang. Dengan adanya sistem imun

ini seseorang tidak cepat tertular oleh penyakit.

Page 5: TALASEMIA

Talasemia merupakan sekelompok kelainan turunan yang berhubungan dengan

defek sintesis rantai hemogllobin.

Talasemia juga termasuk penyakit anemia hemolitik herediter yang diturunkan

secara resesif. Dalam pengembangan berikutnya akan dijelaskan dalam bab

selanjutnya.

B. Rumusan Masalah

Dalam paparan singkat diatas maka kita akan merumuskan masalah mengenai

penyakit menurun yang disebabkan oleh darah khususnya penderita Talasemia

serta perawatannya.

C. Tujuan

Dalam penyusunan makalah ini tujuan yang ingin dicapai oleh penulis adalah :

1. Mengetahui defenisi dari Talasemia

2. Mengetahui penyebab utama talasemia

3. Mengetahui jenis dari Talasemia

4. Mengetahui dampak dari Talasemia

5. Mengetahui pengobatan dari Talasemia

Page 6: TALASEMIA

BAB II

SISTIM IMUN DAN DARAH

A. PENGERTIAN

1. Thalasemia adalah sekelompok penyakit/ kelainan herediter yang heterogen

yang disebabkan oleh adanya produksi hemoglobin normal, akibat kelainan

sintesis rantai globin dan biasanya disertai kelainan morfologi eritrosit dan

indeks-indeks eritrosit ( red cell indices ). ( Soeparman, 1990 ).

2. Talasemia adalah sejenis penyakit keturunan yang mengganggu penghasilan

sel- sel darah merah yang sempurna, dapat mengurangi jumlah hemoglobin

dalam tubuh serta mengganggu perjalanan sel-sel darah merah. ( http :

//www.geocites.com/hamba 66/HPA/talasemia.html. )

3. Talasemia adalah penyakit kecacatan darah. Talasemia merupakan keadaan

yang diwarisi dari keluarga kepada anak. Kecacatan gen menyebabkan

hemoglobin dalam sel darah merah menjadi tidak normal. Mereka yang

mengalami talasemia tidak dapat menghasilkan hemoglobin yang mencukupi

dalam darah mereka, akibatnya para penderita kelihatan pucat karena

jumalah hemoglobin (Hb) yang rendah (anemia).

(http;//www.pikiran_rakyat.com.)

4. Talasemia atau dalam bahasa Inggerisnya Thalassaemia merupakan penyakit

keturunan sel darah merah “ erithrocyte “, dikelaskan sebagai

hemoglobinopathi: masalah genetik yang mengakibatkan penghasilan

molekul hemoglobin tidak normal. Sel darah merah yang lemah dan tidak

mampu bertahan pada keadaan tubuh dan mudah mati. Untuk dapat terus

hidup, pengidap talasemia memerlukan transfusi darah secara berkala.

(http://www.ethal.org.my/ql-bm.html.).

5. Talasemia adalah penyakit keturunan yang mengganggu pembentukan sel

darah merah yang mudah pecah atau musnah di dalam darah. Akibat

Page 7: TALASEMIA

kekurangan sel darah merah penderita kelihatan pucat karena jumlah

hemoglobin yang rendah. (http://www.ms.wikipedia.org/wiki/talasemia.html)

B. ANATOMI FISIOLOGI

Darah manusia adalah cairan jaringan tubuh, fungsi utamanya adalah

mengangkut oksigen yang dipelukan oleh sel-sel di seluruh tubuh. Darah juga

menyuplai jaringan tubuh dengan nutrisi, mengangkut zat-zat sisa metabolisme, dan

mengandung berbagai bahan penyusun sistem imun yang bertujuan mempertahankan

tubuh dari berbagai penyakit. Hormon-hormon dari sistem endokrin juga diedarkan

melalui darah.

Darah manusia berwarna merah, antara merah terang apabila kaya oksigen

sampai merah tua apabila kekurangan oksigen. Warna merah pada darah disebabkan

oleh hemoglobin, protein pernapasan ( respiratory protein ) yang mengandung besi

dalam bentuk heme, yang merupakan tempat terikatnya molekul-molekul oksigen.

Manusia memiliki sistem peredaran darah tertutup yang berarti darah mengalir

dalam pembuluh darah dan disirkulasi oleh jantung. Darah dipompa oleh jantung

menuju paru-paru untuk melepaskan sisa metabolisme berupa karbon dioksida dan

menyerap oksigen melalui pembuluh arteri pulmonalis, lalu dibawa kembali

kejantung melalui vena cava pulmonalis. Setelah itu darah dikirimkan ke seluruh

tubuh oleh saluran pembuluh darah aorta. Darah mengedarkan oksigen keseluruh

tubuh melalui saluran halus darah yang disebut pembuluh kapiler. Darah kemudian

kembali kejantung melalui pembuluh darah vena cava superior dan vena cava

inferior.

Darah juga mengangkut bahan-bahan sisa metabolisme, obat-obatan dan bahan

kimia asing ke hati untuk diuraikan dan ke ginjal untuk dibuang sebagai air seni.

Darah terdiri dari beberapa jenis korpuskula yang membentuk 45% bagian dari

darah. Bagian 55% yang lain berupa cairan kekuningan yang membentuk medium

cairan darah yang disebut plasma darah. Korpuskula itu terdiri dari :

Page 8: TALASEMIA

Sel darah merah atau eritrosit (sekitar 99%). Eritrosit tidak mempunyai

nukleus sel ataupun organela, dan tidak dianggap sebagai sel dari segi biologi.

Eritrosit mengandung hemoglobin dan mengedarkan oksigen. Sel darah merah

juga berperan dalam penentuan golongan darah.

Keping-keping darah atau trombosit (0,6 - 1,0%), bertanggung jawab dalam

proses pembekuan darah.

Sel darah putih atau leukosit (0,2%), bertanggung jawab terhadap sistem

imun tubuh dan bertugas untuk memusnahkan benda-benda yang dianggap

asing dan berbahaya oleh tubuh, misal virus atau bakteri.

Plasma darah pada dasarnya adalah larutan air yang mengandung :-

albumin

bahan pembeku darah

immunoglobin (antibodi)

hormon

berbagai jenis protein

berbagai jenis garam

Luka bisa meyebabkan kehilangan darah yang parah. Trombosit menyebabkan

darah membeku, menutup luka kecil, tetapi luka besar perlu dirawat dengan segera

untuk mencegah terjadinya kekurangan darah. Kerusakan pada organ dalam bisa

menyebabkan luka dalam yang parah atau “hemorrhage”.

Pendarahan hebat baik karena kecelakaan atau bukan, dan juga seperti penyakit

darah seperti anemia dan talasemia yang memerlukan transfuse darah. Darah

merupakan salah satu factor dalam penularan penyakit. Salah satu contoh penyakit

yang dapat ditularkan melalui darah adalah AIDS. Darah yang mengandung virus

Page 9: TALASEMIA

HIV dari makhluk hidup yang HIV positif dapat menular pada makhluk hidup lain

melalui sentuhan antara darah dengan darah, sperma, atau cairan tubuh makhluk

hidup tersebut. Oleh karena penularan penyakit dapat terjadi melalui darah, objek

yang mengandung darah dianggap sebagai biohazard atau ancaman biologis. Dalam

berbagai kepentingan diagnosis penyakit, tekanan darah memiliki peranan yang amat

penting.

C. PATOFISIOLOGI

Penyebab anemia pada talasemia bersifat primer dan sekunder. Primer adalah

berkurangnya sintesis HbA dan eritropoesis yang tidak efektif disertai penghancuran

sel-sel eritrosit intra medular. Sedangkan yang sekunder ialah karena defisiensi asam

folat, bertambahnya volume plasma intravaskuler yang mengakibatkan hemodilusi,

dan destruksi eritrosit oleh sistem retikuloendofelil dalam limpa dan hati.

Penelitian biomolekular menunjukkan adanya mutasi DNA pada gen sehingga

produksi rantai α atau β dari hemoglobin berkurang.

Terjadinya hemosiderosis merupakan hasil kombinasi antara transfusi berulang,

peningkatan absorbsi besi dalam usus karena eritropoesis yang tidak efektif, anamia

kronis, serta proses hemolisis.

D. MANIFESTASI KLINIS

Bayi baru lahir dengan thalasemia β mayor tidak anemis. Gejala awal pucat

mulanya tidak jelas, biasanya menjadi lebih berat dalam tahun pertama kehidupan

dan pada kasus yang berat terjadi dalam beberapa minggu setelah lahir.

Bila penyakit ini tidak ditangani dengan baik, tumbuh kembang masa

kehidupan anak akan terlambat. Anak tidak nafsu makan, diare, kehilangan lemak

tubuh, dan dapat disertai demam berulang akibat injeks. Anemia berat dan lama,

biasanya menyebabkan pembesaran jantung.

Terdapat hepatosplenomegali, ikterus ringan mungkin juga terjadi. Terjadi

perubahan pada tulang yang menetap, yaitu terjadinya bentuk muka yang mongoloid

Page 10: TALASEMIA

akibat sistem eritropoesis yang hiperaktif. Adanya penipisan korteks tulang panjang,

tangan dan kaki dapat menimbulkan fraktur patologis. Penyimpangan pertumbuhan

akibat anemia dan kekurangan gizi menyebabkan perawakan pendek. Kadang-kadang

ditemukan epistoksis, pigmentasi kulit, koreng pada tungkai dan batu empedu. Pasien

menjadi peka terhadap infeksi terutama bila limpanya telah diangkat sebelum usia 5

tahun dan mudah mengalami septisemia yang dapat mengakibatkan kematian. Dapat

timbul pansi topenia akibat hipersplenisme.

Hemosiderosis terjadi pada kelenjar endokrin (keterlambatan menars dan

gangguan perkembangan sifat seks sekunder), pancreas (diabetes), hati serosis), otot

jantung (aritmia, gangguan hantaran, gagal ginjal), dan pericardium (perikardiatis).

Secara umum penderita yang mengalami talasemia, pada waktu dilahirkan

kelihatan normal. Mereka baru akan mulai mengalami anemia apabila berusia

diantara 3 dan 18 bulan. Akan kelihatan pucat, dan senantiasa lemah dan resah.

Anemia yang berat dapat menyebabkan susah bernafas. Abdomen nampak bengkak

akibat pembesaran limpa dan hati, pembesaran pada tengkorak, tulang pipi dan tulang

rawang.

Biasanya penderita talasemia akan melakukan transfusi darah secara berkala,

pemindahan darah biasanya akan menyebabkan pengumpulan zat besi yang

berlebihan didalam tubuh yang pada awalnya akan berkumpul didalam hati.

Kelebihan zat besi ini secara terus menerus akan berkumpul didalam organ-organ

penting yang lain seperti jantung, pankreas, buah pinggang dan organ-organ endokrin.

E. KLASIFIKASI

Ada tiga jenis penyakit talasemia yang paling besar memerlukan perhatian yaitu

1. Talasemia Mayor

Talasemia Mayor adalah jenis talasemia yang paling ganas dan kronik

dan bermula pada masa kanak-kanak. Kanak-kanak yang mengalami talasemia

mayor ini nrmal dalam kelahirannya namun mengalami masalah dalam

kekurangan darah. Dimana dalam mengatasi kekurangan darah tersebut

Page 11: TALASEMIA

diperlukan tarnsfusi darah setiap tiga hingga empat kali seminggu dengan

komponen darah yang disebut “packed red cells”. Penderita ini biasanya

bergantung pada transfusi darah sepanjang umur mereka.Talasemia mayor juga

dikenal sebagai Cooley’s anemia.

2. Talasemia Minor

Penderita yang mengalami talasemia minor juga dikenal sebagai

talasemia trait atau “Carrier”. Mereka adalah pembawa talasemia yang dapat

menurunkan penyakit ini kepada keturunan mereka. Anak-anak yang menderita

penyakit ini biasaya diwarisi dari gen ayah atau ibu. Penderita kelihatan normal

dan sehat tetapi terdapat beberapa orang yang mengalami masalah anemia.

Talasemia minor merujuk kepada mereka yang mempunyai kecacatan gen

talasemia tetapi tidak menunjukkan tanda-tanda talasemia atau pembawa.

3. Talasemia Intermedia

Talasemia yang memiliki ciri-ciri klinikal antara mereka yang

mengalami talasemia mayor dan talasemia minor dikenal dengan nama

talasemia intermedia. Mayoritas dari para penderita ini boleh hidup tanpa

transfusi darah yang secar terus menerus. Anak-anak yang mengalami talasemia

ini kebanyakan dari mereka terlihat sehat sehingga mereka dapat bertahan

hidup hingga usia dua sampai tiga tahun dan beberapa penderita biasanya

mengetahui penyakit ini pada saat dewasa sewaktu mereka mengandung atau

membuat pemeriksaan kesehatan atas sebab-sebab yang lain.

F. DIAGNOSIS PENUNJANG

Anemia berat dengan kadar hemoglobin (Hb) berkisar antara 3-9 gr/dl. Eritrosit

memperlihatkan anisositosis, pakilositosis, dan hipokromia berat. Sering ditemukan

sel target dan tear drop cell. Normoblas (eritrosit berinti) banyak dijumpai terutama

pasca splenektomi. Gambaran sumsum tulang memperlihatkan eritropoesis yang

hiperaktif sebanding dengan anemianya. Diagnosis definitif ditegakkan dengan

pemeriksaan elektroforesis hemoglobin. Petunjuk adanya talasemia alfa adalah

Page 12: TALASEMIA

ditemukannya Hb berat dan HBh pada talasemia beta kadar Hbf bervariasi antara 10-

90%, sedangkan dalam keadaan normal kadarnya tidak melebihi 1 %.

1. Jumlah darah lengkap (JDL) = kadar hemoglobin menurun.

2. Jumlah eritrosit (RBC = Red Blood Cell) lebih sedikit dari ukuran normal.

Umur eritrosit kurang dari 100 hari sedang umur eritrosit yang normal

adalah 120 hari.

3. Leukosit (WBC) :

a. Pemeriksaan Biff

Mengindetifikasi struktur leukosit. Apabila jumlah leukositnya lebih

besar dari jumlah normalnya (5000-10.000), menunjukkan terjadinya

leukositosis.

b. Pemeriksaan deferensial counter.

Apabila dalam pemeriksaan ini hasilnya lebih mengarah pada Neurofil

(PMN) maka jenisnya adalah akut dan jika hasilnya lebih mengarah

pada monofil maka jenisnya adalah kronis.

c. Pemeriksaan LED (laju endap darah).

Nilai normalnya kurang dari 20 (laki-laki atau perempuan) peningkatan

untuk menunjukkan adanya reaksi inflamasi, misalnya peningkatan

kerusakan sel darah merah.

d. Pemeriksaan trombosit / PLT

e. Pemeriksaan HCT

Pemeriksaan laboratorium juga dilakukan pada penderita talasemia. Pada

talasemia mayor akan ditemukan darah tepi : hipokrom mikrositer, anisositosis,

poikilositosis dan adanya sel target. Jumlah retikulosit meninggi serta adanya sel seri

eritrosit muda: normoblas, Hb rendah. Resistensi osmotik patologik.

Sumsum tulang : hiperaktif, terutama seri eritrosit. Kadar besi dalam serum

normal atau meninggi. SGOT dan SGPT dapat meninggi karena kerusakan parenkim

hati oleh hemosiderosis. Asam urat dalam darah meninggi.

Page 13: TALASEMIA

Pada talasemia Minor dan intermedia Darah tepi : kadar Hb bervariasi.

Resistensi osmotik meninggi. Kadar bilirubin sedikit meninggi dalam serum dan

adanya kenaikan SGOT (karena hemolisis).

G. PENATALAKSANAAN

1. Medis

Dalam perawatan penyakit talasemia ada 2 yaitu :

a. Perawatan asas melibatkan beberapa komponen, pemindahan darah

secara berkala, penggunaan obat-obatan desferrioxamine dan

pembedahan untuk mengeluarkan organ limpa jika perlu.

b. Perawatan lanjutan melibatkan pemindahan sumsum tulang kepad

penderita yang cocok.

Penderita memerlukan obat desferrioxamine yang mampu bertindak

mengeluarkan kandungan besi yang berlebihan didalam tubuh melalui urine dan

tinja. Obat ini diberikan secara injeksi dengan infus menggunakan

“syringepump” selama delapan hingga 12 jam dan suntikan ini hendaknya

diulangi sekurang-kurangnya 5-7 kali seminggu untuk mendapatkan penurunan

zat besi yang baik.

Adapun obat-obatan lain yang diperlukan penderita talasemia yaitu :

a. Anak-anak yang mnegidap talasemia mayor selalu diberi obat Asid

folik atau folat. Pil asid folik diperlukan karena membantu

pembentukan sel darah merah.

b. Vitamin C diberikan hanya pada anak-anak yang menggunakan obat

desferrioxamine.

c. Selain itu, antibiotik penicillin juga diberikan kepada penderita yang

menjalani pembedahan mengeluarkan organ limpa. Penicilin perlu

diberikan karena daya tahan tubuh penderita kapada kuman tertentu

sangat kurang setelah llimpa dikeluarkan dari tubuh.

Page 14: TALASEMIA

d. Pengobatan jawa

1) Health-B dalam dosis yang tinggi

2) D’tork

3) Omega – 3

4) Roselle atau asid askobit

5) Spirulina

6) Deep Cleansing

7) Kopi radix.

2. Asuhan keperawatan

a) Pengkajian

1) Atasi anemia dengan transfusi PRC (packed red cell). Transfusi hanya

diberikan bila Hb < 8 g/dl. Sekali diputuskan untuk diberi transfusi

darah, Hb harus selalu dipertahankan diatas 12 g/dl dan tidak melebihi

15 gr/dl. Bila tidak terdapat tanda gagal jantung dan Hb sebelum

transfusi diatas 5 g/dl, diberikan 10-15 mg/kg BB persatu kali

pemberian selama 2 jam atau 20 ml/kg BB dalam waktu 3-4 jam. Bila

terdapat tanda gagal jantung, pernah ada kelainan jantung, atau Hb < 5

g/dl, dosisi satu kali pemberian tidak boleh lebih dari 5 g/kg BB

dengan kecepatan tidak lebih dari 2 ml/kg/BB/jam. Sambil menunggu

persiapan transfusi darah diberikan oksigen dengan kecepatan 2-4

l/menit. Setiap selesai pemberian satu seri transfusi diperiksa 30 menit

setelah pemberian transfusi terakhir.

2) Untuk mengeluarkan besi dari jaringan tubuh diberikan kelas besi,

yaitu desferal secara im/iv.

3) Splenektomi diindikasikan bila terjadi hiperplenisme/ limpa terlalu

besar sehingga membatasi gerak pasien, menimbulkan tekanan intra

abdominal yang mengganggu nafas dan berisiko mengalami ruptar.

Hipersplenisme dini ditandai dengan jumlah transfusi melebihi 250

ml/kg BB dalam 1 tahun terakhir dan adanya penurunan Hb yang

Page 15: TALASEMIA

drastis. Hipersplenisme lanjut ditandai oleh pansitopenia. Splenoktomi

sebaiknya dilakukan pada umur 5 tahun keatas saat fungsi limpa dalam

sistem imun tubuh telah dapat diambil alih oleh organ limfoid lain.

4) Imunisasi terhadap virus hepatitis B dan C prlu dilakukan untuk

mencegah infeksi virus tersebut melalui transfusi darah.

5) Transplantasi sumsum tulang perlu dipertimbangkan pada setiap kasus

baru dengan talasemia mayor. Dibberikan asam folat 2-5

mg/hari/untuk memeuhi kebutuhan yang meningkat pada pasien

talasemia, khususnya pada yang jarang mendapat transfusi darah

secara berkala dilakukan pemantauan fungsi organ, seperi jantung,

paru, hati, endokrin termasuk kadar glukosa darah, gigi, telinga, mata

dan tulang.

b) Diagnosa keperawatan

2) Nyeri yang berhubungan dengan pembengkakan limpa.

Tujuan : Mengurangi nyeri.

3) Gangguan harga diri berhubungan dengan perubahan gambaran diri.

Tujuan : Adanya peningkatan harga diri.

4) Intoleran aktivitas.

Tujuan : Peningkatan toleransi aktifitas.

5) Ketidakmampuan berhubungan dengan ketidak berdayaan akibat

penyakit yang diderita.

Tujuan : Pemecahan masalah yang efektif untuk meningkatkan

pengontrolan penyakit.

c) Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik yang dilakukan meliputi :

1) Keadaan umum

2) Warna dan integritas kulit

3) Rambut dan kuku

4) Kaji kelenjar limpa

Page 16: TALASEMIA

5) Mata

6) Mulut

7) Cardiovaskular dan system respirasi

8) Abdominal

9) Neuromuscular.

d) Anamnese

Kaji pasien dengan menanyakan :

2) Apakah mengalami sakit pada daerah abdominal.

3) Apakah sering mengalami sesak nafas.

4) Appakah terjadi kerontokan pada rambut

5) Apakah terlihat lidah yang kotor.

6) Apakah pernah mengalami perdarahan

7) Berapa lama mengalami sakit pada daerah abdominal.

3. Intervensi

No Intervenís Rasional

1.

2.

3.

Kaji keluhan nyeri, termasuk lokasi dan

lamanya

Observasi petunjuk nyeri non verbal,

misalnya gangguan gaya berjalan, posisi

tubuh, enggan bergerak, dan ekspresi

wajah.

Dorong pasien secara hari-hati

memposisikan bagian yang sakit.

1. Untuk mengetahui nyeri yang sakit

pada abdominal.

2. Nyeri unik bagi setiap orang,

seseorang dapat menunjukkan

gambaran tentang persepsi

individu, petunjuk non verbal yang

dapat membantu mengevaluasi

nyeri.

3.Mengurangi pembengkakan,

ketidak nyamanan dan resiko

cedera.

Page 17: TALASEMIA

4.

5.

6.

7.

8.

9

10

11

12

Luangkan waktu bersama pasien untuk

menerima keadaannya.

Kaji adanya tanda depresi :

a. Perubahan pola tidur (insomnia)

b. Penurunan selera.

c. Suasana murung.

d. Kehilangan perhatian terhadap

kegiatan sehari-hari.

Bantu dalam mengidentifikasi kekuatan

Berikan pemahaman mengenai

penyelesaian

Dukung pemecahan masalah yang telah

diidentifikasi dan ingin dirubah oleh

pasien

Kaji kemampuan pasien untuk

melakukan tugas, catat laporan

kelelahan, keletihan dan kesulitan

menyelesaikan tugas.

Berikan lingkungan tenang. Pantau

gangguan berulang tindakan yang tidak

direncanakan.

Berikan bantuan dalam aktivitas bila

perlu, memungkinkan pasien untuk

melakukannya sebanyak mungkin.

Anjurkan pasien untuk menghentikan

aktivitas bila merasakan nyeri,

kelemahan atau terjadi pusing.

4. Rasa diterimaoleh orang lain akan

meningkatkan harga diri

5. Pasien dengan penyakit talasemia

mempunyai insidens tinggi untuk

mengalami depresi.

6. Harga diri yang rendah

menghambat pencarian kekuatan.

7. Harga diri dapat ditingkatkan

dengan dorongan positif

8. Pmecahan masalah akan

terhambat oleh harga diri rendah

9. Mempengaruhi pilihan intervensi/

bantuan

10.Meningkatkan istirahat

11.Membantu bila perlu, harga diri

ditingkatkan bila pasien

melakukan sesuatu sendiri.

12.Regangan/ stres berlebihan dapat

menimbulkan kegagalan.

Page 18: TALASEMIA

13

14

15

Kaji pengetahuan mengenai penyakit

dan berikan informasi sebagai tambahan

pengetahuan yang sudah dimiliki.

Libatkan pasien dalam menyusun tujuan

asuhan yang realistik.

a. Berikan tanggung jawab pada pasien

b. Berikan pilihan pada pasien

c. Anjurkan untuk berpartisipasi dalam

kegiatan yang dapat dicapai oleh

pasien.

Libatkan pasien dalam setiap

kesempatan untuk meningkatkan

kesiagaan pelayan kesehatan mengenai

penyakitnya, misalnya : berbincang

dengan siswa kedokteran atau

keperawatan

13.Pengetahuan akan memberikan

pengetahuan

14.Partisipasi aktif dalam asuhan

kesehatan akan menyumbang

terhadap adaptasi positif terhadap

penyakitnya: perasaan mampu

mengontrol akan meningkatkan

bila pasien mempunyai lebih

banyak pilihan keberhasilan akan

meningkatkan harga diri.

15.partisipasi aktif dalam asuhan

kesehatan akan meningkatkan

adaptasi positif terhadap

penyakitnya.

Page 19: TALASEMIA

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Dari pembahasan yang telah diuraikan diatas maka kami dapat menarik

kesimpulan bahwa :

1. Thalasemia adalah sekelompok penyakit/ kelainan herediter yang heterogen

yang disebabkan oleh adanya produksi hemoglobin normal, akibat kelainan

sintesis rantai globin dan biasanya disertai kelainan morfologi eritrosit dan

indeks-indeks eritrosit ( red cell indices ).

Talasemia adalah sejenis penyakit keturunan yang mengganggu penghasilan

sel- sel darah merah yang sempurna, dapat mengurangi jumlah hemoglobin

dalam tubuh serta mengganggu perjalanan sel-sel darah merah

2. penyebab utama dari talasemia adalah warisan yang diturunkan oleh orang

tua yang mengalami penyakit yang sama kepada anaknya secara resesif.

Kecacatan gen menyebabkan hemoglobin dalam sel darah merah menjadi

tidak normal. Mereka yang mengalami talasemia tidak dapat menghasilkan

hemoglobin yang mencukupi dalam darah mereka, akibatnya para penderita

kelihatan pucat karena jumalah hemoglobin (Hb) yang rendah (anemia).

3. Talasemia yang paling umum dibedakan atas 3 yaitu:

a. Talasemia Mayor adalah jenis talasemia yang paling ganas dan kronik

dan bermula pada masa kanak-kanak. Kanak-kanak yang mengalami

talasemia mayor ini nrmal dalam kelahirannya namun mengalami

masalah dalam kekurangan darah.

b. Talasemia minor juga dikenal sebagai talasemia trait atau “Carrier”.

Mereka adalah pembawa talasemia yang dapat menurunkan penyakit ini

kepada keturunan mereka. Anak-anak yang menderita penyakit ini

biasaya diwarisi dari gen ayah atau ibu.

Page 20: TALASEMIA

c. Talasemia yang memiliki ciri-ciri klinikal antara mereka yang

mengalami talasemia mayor dan talasemia minor dikenal dengan nama

talasemia intermedia. Mayoritas dari para penderita ini boleh hidup

tanpa transfusi darah yang secar terus menerus.

4. Dampak yang paling utama dari talasemia adalah terjadinya penumpukan zat

besi didalam tubuh akabat transfusi darah secara terus menerus serta terjadi

pembengkakan pada limpa dan hati.

5. Seiring dengan kemajuan teknologi pengobatan untuk talasemia sebenarnya

belum ditemukan namun untuk mempertahankan kelangsungan hidup

sementara waktu yaitu dengan cara penderita dianjurkan untuk melakukan

transfusi darah secara berkala untuk mengganti darah yang telah mati

sebelum waktunya. Penderita dianjurkan untuk mengkonsumsi obat

desferrioxamine yang mampu bertindak mengeluarkan kandungan besi yang

berlebihan didalam tubuh melalui urine dan tinja. Obat ini diberikan secara

injeksi dengan infus.

B. SARAN

Mengingat harga dari pada pengobatan Talasemia begitu mahal seperti transfusi

darah secara berkala dan pemberian obat desferrioxamine maka dianjurkan untuk

bertawakal mengingat Allah swt sebagai pencipta dan segalanya akan kembali

kepadanya.

” Sesungguhnya Allah swt tidak menurunkan suatu penyakit itu melainkan

diiringi dengan penawarnya”.

Page 21: TALASEMIA

DAFTAR PUSTAKA

Effendi Suradi. 2005. ” Pengkajian keperawatan Pemeriksaan Fisik ”. Stikes Nani

Hasanuddin: Makassar. (Tidak dipublikasikan).

Mansjoer Arif. 2000. ” Kapita Selekta Kedokteran ”, edisi ketiga, jilid 2. Media

Aesculapius: FK UI.

Soeparman. 1990. ” Ilmu penyakit dalam jilid II ”, balai penerbit FK UI : Jakarta.

http : //www.geocites.com/hamba 66/HPA/talasemia.html.

http;//www.pikiran_rakyat.com

http://www.ethal.org.my/ql-bm.html

http://www.ms.wikipedia.org/wiki/talasemia.html