Top Banner

of 41

Study Kasus demam tipoid

Oct 09, 2015

Download

Documents

indahtirtya

Study Kasus demam tipoid
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
  • 5/19/2018 Study Kasus demam tipoid

    1/41

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1Latar Belakang

    Demam tifoid merupakan salah satu penyakit infeksi endemik di Asia, Afrika, Amerika

    latin, Karibia, dan Oceania, termasuk Indonesia penyakit yang masih tergolong endemik di

    negara-negara yang sedang berkembang seperti Indonesia. Menurut WHO, diperkirakan terjadi

    16 juta kasus per tahun dan 600 ribu diantaranya berakhir dengan kematian. Sekitar 70 % dari

    seluruh kasus kematian itu menimpa penderita demam tifoid di Asia Penyakit infeksi yang

    ditularkan melalui makanan dan minuman ini, disebabkan oleh kuman S. typhi. Insiden demam

    tifoid di seluruh dunia menurut data pada tahun 2002 sekitar 16 juta pertahun, 600.000 di

    antaranya menyebabkan kematian. Di Indonesia kasus demam tifoid telah tercantum dalamUndang-undang nomor 6 Tahun 1962 tentang wabah. Kelompok penyakit menular ini

    merupakan penyakit yang mudah menular dan dapat menyerang banyak orang sehingga dapat

    menimbulkan wabah. Di Indonesia insidens penyakit tersebut tergolong masih tinggi. Penyakit

    tersebut diduga erat hubungannya dengan hygiene perorangan yang kurang baik, sanitasi

    lingkungan yang jelek (misalnya penyediaan air bersih yang kurang memadai, pembuangan

    sampah dan kotoran manusia yang kurang memenuhi syarat kesehatan, pengawasan makanan

    dan minuman yang belum sempurna), serta fasilitas kesehatan yang tidak terjangkau oleh

    sebagian besar masyarakat. Di Indonesia, prevalensi 91% kasus demam tifoid terjadi pada umur

    3-19 tahun.Hal ini secara tidak langsung akan mempengaruhi proses tumbuh kembang

    ,produktivitaskerja, prestasi kerja atau belajar, karena bila penderita terkena penyakit ini

    setidaknya akan mengurangi jam kerja antara 4-6 minggu, terlebih bila disertai dengan

    komplikasi intestinal (perdarahan intestinal, perforasi usus) atau komplikasi ekstra intestinal

    (komplikasi hematologik, hepatitis tifosa, pankreatitis tifosa, miokarditis, tifoid toksik).Tata

    laksana pada demam tifoid yang masih sering digunakan adalah istirahat, perawatan,diet, terapi

    penunjang, serta pemberian antibiotik

    Penularan dapat terjadi dimana saja, kapan saja, sejak usia seseorang mulai dapat

    mengkonsumsi makanan dari luar, apabila makanan atau minuman yang dikonsumsi kurang

    bersih. Biasanya baru dipikirkan suatu demam typhoid bila terdapat demam terus menerus lebih

    dari 1 minggu yang tidak dapat turun dengan obat demam dan diperkuat dengan kesan anak

  • 5/19/2018 Study Kasus demam tipoid

    2/41

    baring pasif, nampak pucat, sakit perut, tidak buang air besar atau diare beberapa hari (Latif

    Bahtiar, 2008).

    Berdasarkan Rekam Medis angka kejadian Demam Typoid di RSUD Dr. Muhammad

    Zein Painan dari bulan Januari sampai September didapatkan hasil bahwa dari 78 orang dengan

    berbagai tingkatan usia, usia anak (

  • 5/19/2018 Study Kasus demam tipoid

    3/41

    1.2Tujuan

    1.2.1Tujuan Umum

    Dapat melaksanakan Asuhan Kesehatan pada Anak pada I usia 5 Tahun dengan

    Demam Typoid Tahun 2014 dengan menggunakan pendekatan asuhan kesehatan.

    1.2.2Tujuan Khusus

    a. Dapat melaksanakan pengkajian dan analisis data pada I usia 5 Tahun dengan

    Demam Typoid Tahun 2014

    b. Dapat mendiagnosa/masalah data pada I usia 5 Tahun dengan Demam Typoid

    Tahun 2014

    c.

    Dapat merumuskan diagnosa/masalah potensial pada I usia 5 Tahun dengan DemamTypoid Tahun 2014

    d. Dapat mengidentifikasi perlunya tindakan segera dan kolaborasi pada I usia 5 Tahun

    dengan Demam Typoid Tahun 2014

    e. Dapat menetapkan rencana tindakan asuhan kesehatan pada I usia 5 Tahun dengan

    Demam Typoid Tahun 2014

    f. Dapat melaksanakan tindakan asuhan kesehatan yang telah disusun pada I usia 5

    Tahun dengan Demam Typoid Tahun 2014

    g. Dapat mengevaluasi hasil tindakan yang telah dilaksanakan pada I usia 5 Tahun

    dengan Demam Typoid Tahun 2014

    h. Dapat mendokumentasikan hasil tindakan yang telah dilaksanakan pada I usia 5

    Tahun dengan Demam Typoid Tahun 2014.

  • 5/19/2018 Study Kasus demam tipoid

    4/41

    1.3Manfaat Penulisan

    1.3.1 Bagi Penulis

    a. Sebagai salah satu persyaratan dalam menyelesaikan PKK II Program Studi D-III

    Kebidanan STIKes Mercubaktijaya Padang.

    b. Mengaplikasikan secara langsung teori yang di dapat dari perkuliahan dalam

    menerapkan asuhan kesehatan sesuai dengan kebutuhan klien.

    1.3.2 Bagi Institusi Pendidikan

    a. Sebagai bahan tambah bacaan di perpustakaan STIKes MERCUBAKTIJAYA

    Padang

    b. Menambah wawasan bagi tenaga kesehatan mengenai Asuhan Kesehatan pada I

    usia 5 Tahun dengan Demam Typoid Tahun 2014

    1.3.3

    Bagi Klien /Sasaran

    a. Menambah wawasan mengenai Demam Typoid.

    b. Dapat mencegah atau mengatasi bila adanya tanda dan gejala Demam Typoid.

  • 5/19/2018 Study Kasus demam tipoid

    5/41

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Demam Tifoid

    2.1.1 Defenisi

    Tifus Abdominalis (demam tifoid, enteric fever) ialah penyakit infeksi akut yang biasanya

    mengenai saluran pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari 1 minggu, gangguan pada

    pencernaan, dan gangguan kesadaran. Penyebab penyakit ini adalah Salmonella typhosa, basil

    gram negative yang bergerak dengan bulu getar, tidak berspora (Ngastiyah, 2012)

    Typhoid adalah suatu penyakit pada usus yang menimbulkan gejala-gejalasistemik yang

    disebabkan oleh salmonella typhosa, salmonella type A.B.C.Penularan terjadi secara pecal, oral

    melalui makanan dan minuman yangterkontaminasi (Mansoer Orief.M. 1999).

    Demam Tifoid (entric fever) adalah infeksi sistemik yang disebabkan oleh Salmonella

    Enterica, khususnya turunannya yaitu Salmonella Thypii, parathypii A, B, C pada saluran

    pencernaan. (Suratum, 2010).

    2.1.2 Etiologi

    Penyakit tifus disebabkan oleh infeksi kuman Salmonella Typhosa, basil gram negatif,

    berflagel (bergerak dengan bulu getar), anaerob, dan tidak menghasilkan spora dengan masa

    inkubasi 10-20 hari. Bakteri tersebut memasuki tubuh manusia melalui saluran pencernaan dan

    manusia merupakan sumber utama infeksi yang mengeluarkan mikroorganisme penyebab

    penyakit saat sedang sakit atau dalam pemulihan. Kuman ini dapat hidup dengan baik sekali

    pada tubuh manusia maupun pada suhu yang lebih rendah sedikit, namun mati pada suhu 70C

    maupun oleh antiseptik. Demam tifoid adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh Salmonella

    typhi atau Salmonella paratyphi (Soedarto, 1996). Terdapat ratusan jenis bakteri salmonella,tetapi hanya 4 jenis yang dapat menimbulkan tifus yaitu:

  • 5/19/2018 Study Kasus demam tipoid

    6/41

    1.Salmonella thyposa, basil gram negative yang bergerak dengan bulu getar, tidak berspora

    mempunyai sekurang-kurangnya tiga macam antigen yaitu:

    a. Antigen O (somatic, terdiri darizat komplekliopolisakarida) : merupakan polisakarida

    yang sifatnya spesifik untuk grup Salmonella dan berada pada permukaan organisme dan

    juga merupakan somatik antigen yang tidak menyebar

    b. Antigen H : terdapat pada flagella dan dan bersifat termolabil

    c. Antigen V1 (merupakan kapsul yang meliputi tubuh kuman dan melindungi antigen O

    terhadap fagositosis) dan protein membrane hialin.

    2. Salmonella parathypi A

    3. Salmonella parathypi B

    4. Salmonella parathypi C

    5. Faces dan Urin dari penderita thypus (Rahmad Juwono, 1996).

    Carier adalah orang yang sembuh dari demam typhoid dan masih terus mengekresi

    salmonella typhi dalam tinja dan air kemih selama lebih dari 1 tahun.

    2.1.3 Patofisiologi

    Penularan salmonella thypi dapat ditularkan melalui berbagai cara, yang dikenal dengan 5

    F yaitu Food (makanan), Fingers (jari tangan/kuku), Fomitus (muntah), Fly (lalat), dan melalui

    Feses.

    Feses dan muntah pada penderita typhoid dapat menularkan kuman salmonella thypi

    kepada orang lain. Kuman tersebut dapat ditularkan melalui perantara lalat, dimana lalat akan

    hinggap dimakanan yang akan dikonsumsi oleh orang yang sehat. Apabila orang tersebut kurang

    memperhatikan kebersihan dirinya seperti mencuci tangan dan makanan yang tercemar kuman

    salmonella thypi masuk ke tubuh orang yang sehat melalui mulut. Kemudian kuman masuk ke

    dalam lambung, sebagian kuman akan dimusnahkan oleh asam lambung dan sebagian lagi masuk

    ke usus halus bagian distal dan mencapai jaringan limpoid. Di dalam jaringan limpoid ini kumanberkembang biak, lalu masuk ke aliran darah dan mencapai sel-sel retikuloendotelial.

    Pada akhir masa inkubasi (5-9 hari) kuman kembali masuk dalam darah (bakteremi

    sekunder) dan menyebar keseluruh tubuh terutama kedalam kelenjar limfoid usus halus,

    menimbulkan tukak berbentuk lonjong di atas Plak Peyer. Tukak tersebut dapat mengakibatkan

    perdarahan dan perforasi usus. Pada masa bakteremi ini, kuman mengeluarkan endotoksin yang

  • 5/19/2018 Study Kasus demam tipoid

    7/41

    mempunyai peran membantu proses peradangan lokal dimana kuman ini berkembang. Semula

    disangka demam dan gejala toksemia pada typhoid disebabkan oleh endotoksemia. Tetapi

    berdasarkan penelitian eksperimental disimpulkan bahwa endotoksemia bukan merupakan

    penyebab utama demam pada typhoid. Endotoksemia berperan pada patogenesis typhoid, karena

    membantu proses inflamasi lokal pada usus halus. Demam disebabkan karena salmonella thypi

    dan endotoksinnya merangsang sintetis dan pelepasan zat pirogen oleh leukosit pada jaringan

    yang meradang.

    2.1.4 Prognosis

    Umumnya prognosis tifus abdominalis pada anak baik, asal pasien cepat berobat.

    Mortalitas pada pasien yang dirawat ialah 6%. Prognosis menjadi tidak baik bila terdapat

    gambaran klinis yang berat seperti :

    a. Demam tinggi (hiperpireksia) atau febris kontinua

    b. Kesadaran sangat menurun (sopor, koma atau delirium)

    c. Terdapat komplikasi yang berat, misalnya dehidrasi dan asidosis, perforasi

    2.1.5 Manifestasi klinis

    a. Nyeri kepala, lemah, lesu

    b. Demam yang tidak terlalu tinggi dan berlangsung selama 3 minggu, minggu pertama

    peningkatan suhu tubuh berfluktuasi. Biasanya suhu tubuh meningkat pada malam hari dan

    menurun pada pagi hari. Pada minggu kedua suhu tubuh terus meningkat, dan pada minggu

    ketiga suhu berangsur- angsur turun dan kembali normal.

    c. Gangguan pada saluran cerna; halitosis, bibir kering dan pecah- pecah lidah ditutupi selaputputih kotor (coated tongue), meteorismus, mual, tidak nafsu makan, hepatomegali,splenomegali

    yang disertai nyeri pada perabaan

    d. Gangguan kesadaran; penurunan kesadaran (apatis, somnolen)

    e. Bintik- bintik kemerahan pada kulit (roseola) akibat emboli basil dalam kapiler kulit

  • 5/19/2018 Study Kasus demam tipoid

    8/41

    f. Epistaksis

    2.1.6 Gejala dan Tanda Demam Tifoid

    Penyakit ini bisa menyerang saat bakteri tersebut masuk melalui makanan atau minuman,

    sehingga terjadi infeksi saluran pencernaan yaitu usus halus. Kemudian mengikuti peredaran

    darah, bakteri ini mencapai hati dan limpa sehingga berkembang biak disana yang menyebabkan

    rasa nyeri saat diraba. Gejala klinis demam tifoid pada anak dapat bervariasi dari yang ringan

    hingga yang berat. Biasanya gejala pada orang dewasa akan lebih ringan dibanding pada anak-

    anak. Kuman yang masuk ke dalam tubuh anak, tidak segera menimbulkan gejala. Biasanya

    memerlukan masa tunas sekitar 7-14 hari. Masa tunas ini lebih cepat bila kuman tersebut masuk

    melalui makanan, dibanding melalui minuman.

    Gejala klinik demam tifoid pada anak biasanya memberikan gambaran klinis yang ringan

    bahkan dapat tanpa gejala (asimtomatik). Secara garis besar, tanda dan gejala yang ditimbulkan

    antara lain :

    1. Demam lebih dari seminggu. Siang hari biasanya terlihat segar namun menjelang

    malamnya demam tinggi.

    2. Lidah kotor. Bagian tengah berwarna putih dan pinggirnya merah. Biasanya anak akan

    merasa lidahnya pahit dan cenderung ingin makan yang asam-asam atau pedas.

    3. Mual Berat sampai muntah. Bakteri Salmonella typhi berkembang biak di hatidan limpa,

    Akibatnya terjadi pembengkakan dan akhirnya menekan lambung sehingga terjadi rasa

    mual. Dikarenakan mual yang berlebihan, akhirnya makanan tak bisa masuk secara

    sempurna dan biasanya keluar lagi lewat mulut.

    4. Diare atau Mencret. Sifat bakteri yang menyerang saluran cerna menyebabkan gangguan

    penyerapan cairan yang akhirnya terjadi diare, namun dalam beberapa kasus justru terjadi

    konstipasi (sulit buang air besar).

    5. Lemas, pusing, dan sakit perut. Demam yang tinggi menimbulkan rasa lemas, pusing.

    Terjadinya pembengkakan hati dan limpa menimbulkan rasa sakit di perut.

    6. Pingsan, Tak sadarkan diri. Penderita umumnya lebih merasakan nyaman dengan

    berbaring tanpa banyak pergerakan, namun dengan kondisi yang parah seringkali terjadi

    gangguan kesadaran.

  • 5/19/2018 Study Kasus demam tipoid

    9/41

    2.1.7 Komplikasi

    1. Komplikasi intestinal

    a. Perdarahan usus

    b. Perporasi usus

    c. Peritonitis

    2. Komplikasi extra intestinal

    a. Komplikasi kardiovaskuler : kegagalan sirkulasi (renjatan sepsis), miokarditis,

    trombosis, tromboplebitis.

    b. Komplikasi darah : anemia hemolitik, trobositopenia, dan syndroma uremia hemolitik.

    c. Komplikasi paru : pneumonia, empiema, dan pleuritis.

    d. Komplikasi pada hepar dan kandung empedu : hepatitis, kolesistitis.

    e.

    Komplikasi ginjal : glomerulus nefritis, pyelonepritis dan perinepritis.

    f. Komplikasi pada tulang : osteomyolitis, osteoporosis, spondilitis dan arthritis.

    g. Komplikasi neuropsikiatrik : delirium, meningiusmus, meningitis, polineuritis perifer,

    sindroma Guillain bare dan sidroma katatonia.

    2.1.8 Relaps

    Relaps (kambuh) ialah berulangnya gejala penyakit tifus abdominalis, akan tetapi

    berlangsung ringan dan lebih singkat. Terjadi pada minggu kedua setelah suhu badan normal

    kembali, terjadinya sukar diterangkan. Menurut teori relaps terjadi karena terdapatnya basil

    dalam organ-organ yang tidak dapat dimusnahkan baik oleh obat maupun oleh zat anti. Mungkin

    terjadi pada waktu penyembuhan tukak, terjadi invasi basil bersamaan dengan pembentukan

    jaringan fibrosis.

    2.1.9 Diagnosis Demam Tifoid

    Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala-gejala dan hasil pemeriksaan fisik.

    Untuk memperkuat diagnosis, dilakukan biakan darah, tinja, air kemih atau jaringan tubuh

    lainnya guna menemukan bakteri penyebabnya.

  • 5/19/2018 Study Kasus demam tipoid

    10/41

    Pemeriksaan laboratorium untuk membantu menegakkan diagnosis demam tifoid dibagi

    dalam empat kelompok, yaitu : (1) pemeriksaan darah tepi; (2) pemeriksaan bakteriologis dengan

    isolasi dan biakan kuman; (3) uji serologis; dan (4) pemeriksaan kuman secara molekuler.

    1. Pemeriksaan Darah TepiPada penderita demam tifoid bisa didapatkan anemia, jumlah leukosit normal, bisa

    menurun atau meningkat, mungkin didapatkan trombositopenia dan hitung jenis biasanya normal

    atau sedikit bergeser ke kiri, mungkin didapatkan aneosinofilia dan limfositosis relatif, terutama

    pada fase lanjut. Penelitian oleh beberapa ilmuwan mendapatkan bahwa hitung jumlah dan jenis

    leukosit serta laju endap darah tidak mempunyai nilai sensitivitas, spesifisitas dan nilai ramal

    yang cukup tinggi untuk dipakai dalam membedakan antara penderita demam tifoid atau bukan,

    akan tetapi adanya leukopenia dan limfositosis relatif menjadi dugaan kuat diagnosis demam

    tifoid.

    Penelitian oleh Darmowandowo (1998) di RSU Dr.Soetomo Surabaya mendapatkan hasil

    pemeriksaan darah penderita demam tifoid berupa anemia (31%), leukositosis (12.5%) dan

    leukosit normal (65.9%).

    2. I denti fi kasi Kuman Melalu i I solasi atau Biakan

    Diagnosis pasti demam tifoid dapat ditegakkan bila ditemukan bakteri S. typhi dalam

    biakan dari darah, urine, feses, sumsum tulang, cairan duodenum atau dari rose spots. Berkaitan

    dengan patogenesis penyakit, maka bakteri akan lebih mudah ditemukan dalam darah dan

    sumsum tulang pada awal penyakit, sedangkan pada stadium berikutnya di dalam urine dan

    feses.

    Hasil biakan yang positif memastikan demam tifoid akan tetapi hasil negatif tidak

    menyingkirkan demam tifoid, karena hasilnya tergantung pada beberapa faktor. Faktor-faktor

    yang mempengaruhi hasil biakan meliputi (1) jumlah darah yang diambil; (2) perbandingan

    volume darah dari media empedu; dan (3) waktu pengambilan darah.

    Volume 10-15 mL dianjurkan untuk anak besar, sedangkan pada anak kecil dibutuhkan

    2-4 mL.Sedangkan volume sumsum tulang yang dibutuhkan untuk kultur hanya sekitar 0.5-1

    mL.Bakteri dalam sumsum tulang ini juga lebih sedikit dipengaruhi oleh antibiotika daripada

    bakteri dalam darah. Hal ini dapat menjelaskan teori bahwa kultur sumsum tulang lebih tinggi

    hasil positifnya bila dibandingkan dengan darah walaupun dengan volume sampel yang lebih

  • 5/19/2018 Study Kasus demam tipoid

    11/41

    sedikit dan sudah mendapatkan terapi antibiotika sebelumnya.

    Media pembiakan yang

    direkomendasikan untuk S.typhiadalah media empedu (gall) dari sapi dimana dikatakan media

    Gall ini dapat meningkatkan positivitas hasil karena hanya S. typhidan S. paratyphiyang dapat

    tumbuh pada media tersebut.

    Biakan darah terhadap Salmonella juga tergantung dari saat pengambilan pada perjalanan

    penyakit. Beberapa peneliti melaporkan biakan darah positif 40-80% atau 70-90% dari penderita

    pada minggu pertama sakit dan positif 10-50% pada akhir minggu ketiga. Sensitivitasnya akan

    menurun pada sampel penderita yang telah mendapatkan antibiotika dan meningkat sesuai

    dengan volume darah dan rasio darah dengan media kultur yang dipakai.

    Bakteri dalam feses ditemukan meningkat dari minggu pertama (10-15%) hingga minggu

    ketiga (75%) dan turun secara perlahan. Biakan urine positif setelah minggu pertama. Biakan

    sumsum tulang merupakan metode baku emas karena mempunyai sensitivitas paling tinggi

    dengan hasil positif didapat pada 80-95% kasus dan sering tetap positif selama perjalanan

    penyakit dan menghilang pada fase penyembuhan. Metode ini terutama bermanfaat untuk

    penderita yang sudah pernah mendapatkan terapi atau dengan kultur darah negatif sebelumnya.

    Prosedur terakhir ini sangat invasif sehingga tidak dipakai dalam praktek sehari-hari. Pada

    keadaan tertentu dapat dilakukan kultur pada spesimen empedu yang diambil dari duodenum dan

    memberikan hasil yang cukup baik akan tetapi tidak digunakan secara luas karena adanya risiko

    aspirasi terutama pada anak.Salah satu penelitian pada anak menunjukkan bahwa sensitivitas kombinasi kultur darah

    dan duodenum hampir sama dengan kultur sumsum tulang. Kegagalan dalam isolasi/biakan

    dapat disebabkan oleh keterbatasan media yang digunakan, adanya penggunaan antibiotika,

    jumlah bakteri yang sangat minimal dalam darah, volume spesimen yang tidak mencukupi, dan

    waktu pengambilan spesimen yang tidak tepat.

    Walaupun spesifisitasnya tinggi, pemeriksaan kultur mempunyai sensitivitas yang rendah

    dan adanya kendala berupa lamanya waktu yang dibutuhkan (5-7 hari) serta peralatan yang lebih

    canggih untuk identifikasi bakteri sehingga tidak praktis dan tidak tepat untuk dipakai sebagai

    metode diagnosis baku dalam pelayanan penderita.

  • 5/19/2018 Study Kasus demam tipoid

    12/41

    .3. Identifikasi Melalui Uji Serologis

    Uji serologis digunakan untuk membantu menegakkan diagnosis demam tifoid dengan

    mendeteksi antibodi spesifik terhadap komponen antigen S. typhi maupun mendeteksi antigen itu

    sendiri. Volume darah yang diperlukan untuk uji serologis ini adalah 1-3 mL yang

    diinokulasikan ke dalam tabung tanpa antikoagulan. Beberapa uji serologis yang dapat

    digunakan pada demam tifoid ini meliputi : (1) uji Widal; (2) tes TUBEX; (3) metode enzyme

    immunoassay (EIA); (4) metode enzyme-linked immunosorbent assay (ELISA); dan (5)

    pemeriksaan dipstik.

    Metode pemeriksaan serologis imunologis ini dikatakan mempunyai nilai penting dalam

    proses diagnostik demam tifoid. Akan tetapi masih didapatkan adanya variasi yang luas dalam

    sensitivitas dan spesifisitas pada deteksi antigen spesifik S. typhi oleh karena tergantung pada

    jenis antigen, jenis spesimen yang diperiksa, teknik yang dipakai untuk melacak antigen tersebut,

    jenis antibodi yang digunakan dalam uji (poliklonal atau monoklonal) dan waktu pengambilan

    spesimen (stadium dini atau lanjut dalam perjalanan penyakit).

    a. Uji Widal

    Uji Widal merupakan suatu metode serologi baku dan rutin digunakan sejak tahun 1896.

    Prinsip uji Widal adalah memeriksa reaksi antara antibodi aglutinin dalam serum penderita yang

    telah mengalami pengenceran berbeda-beda terhadap antigen somatik (O) dan flagela (H) yangditambahkan dalam jumlah yang sama sehingga terjadi aglutinasi. Pengenceran tertinggi yang

    masih menimbulkan aglutinasi menunjukkan titer antibodi dalam serum.

    Teknik aglutinasi ini dapat dilakukan dengan menggunakan uji hapusan (slide test) atau

    uji tabung (tube test). Uji hapusan dapat dilakukan secara cepat dan digunakan dalam prosedur

    penapisan sedangkan uji tabung membutuhkan teknik yang lebih rumit tetapi dapat digunakan

    untuk konfirmasi hasil dari uji hapusan.

    Penelitian pada anak oleh Choo dkk (1990) mendapatkan sensitivitas dan spesifisitas masing-

    masing sebesar 89% pada titer O atau H >1/40 dengan nilai prediksi positif sebesar 34.2% dan

    nilai prediksi negatif sebesar 99.2%.Beberapa penelitian pada kasus demam tifoid anak dengan

    hasil biakan positif, ternyata hanya didapatkan sensitivitas uji Widal sebesar 64-74% dan

    spesifisitas sebesar 76-83%.

  • 5/19/2018 Study Kasus demam tipoid

    13/41

    Interpretasi dari uji Widal ini harus memperhatikan beberapa faktor antara lain

    sensitivitas, spesifisitas, stadium penyakit; faktor penderita seperti status imunitas dan status gizi

    yang dapat mempengaruhi pembentukan antibodi; gambaran imunologis dari masyarakat

    setempat (daerah endemis atau non-endemis); faktor antigen; teknik serta reagen yang

    digunakan.

    Kelemahan uji Widal yaitu rendahnya sensitivitas dan spesifisitas serta sulitnya

    melakukan interpretasi hasil membatasi penggunaannya dalam penatalaksanaan penderita

    demam tifoid akan tetapi hasil uji Widal yang positif akan memperkuat dugaan pada tersangka

    penderita demam tifoid (penanda infeksi). Saat ini walaupun telah digunakan secara luas di

    seluruh dunia, manfaatnya masih diperdebatkan dan sulit dijadikan pegangan karena belum ada

    kesepakatan akan nilai standar aglutinasi (cut-off point). Untuk mencari standar titer uji Widal

    seharusnya ditentukan titer dasar (baseline titer) pada anak sehat di populasi dimana pada daerah

    endemis seperti Indonesia akan didapatkan peningkatan titer antibodi O dan H pada anak-anak

    sehat. Penelitian oleh Darmowandowo di RSU Dr.Soetomo Surabaya (1998) mendapatkan hasil

    uji Widal dengan titer >1/200 pada 89% penderita.

    b. Tes TUBEX

    Tes TUBEX

    merupakan tes aglutinasi kompetitif semi kuantitatif yang sederhana dan

    cepat (kurang lebih 2 menit) dengan menggunakan partikel yang berwarna untuk meningkatkansensitivitas. Spesifisitas ditingkatkan dengan menggunakan antigen O9 yang benar-benar spesifik

    yang hanya ditemukan pada Salmonella serogrup D. Tes ini sangat akurat dalam diagnosis

    infeksi akut karena hanya mendeteksi adanya antibodi IgM dan tidak mendeteksi antibodi IgG

    dalam waktu beberapa menit.

    Walaupun belum banyak penelitian yang menggunakan tes TUBEX

    ini, beberapa

    penelitian pendahuluan menyimpulkan bahwa tes ini mempunyai sensitivitas dan spesifisitas

    yang lebih baik daripada uji Widal. Penelitian oleh Lim dkk (2002) mendapatkan hasil

    sensitivitas 100% dan spesifisitas 100%. Penelitian lain mendapatkan sensitivitas sebesar 78%

    dan spesifisitas sebesar 89%. Tes ini dapat menjadi pemeriksaan yang ideal, dapat digunakan

    untuk pemeriksaan secara rutin karena cepat, mudah dan sederhana, terutama di negara

    berkembang.

  • 5/19/2018 Study Kasus demam tipoid

    14/41

    c. Metode Enzyme Immunoassay (EIA) DOT

    Uji serologi ini didasarkan pada metode untuk melacak antibodi spesifik IgM dan IgG

    terhadap antigen OMP 50 kD S. typhi. Deteksi terhadap IgM menunjukkan fase awal infeksi

    pada demam tifoid akut sedangkan deteksi terhadap IgM dan IgG menunjukkan demam tifoid

    pada fase pertengahan infeksi. Pada daerah endemis dimana didapatkan tingkat transmisi demam

    tifoid yang tinggi akan terjadi peningkatan deteksi IgG spesifik akan tetapi tidak dapat

    membedakan antara kasus akut, konvalesen dan reinfeksi. Pada metode Typhidot-M

    yang

    merupakan modifikasi dari metode Typhidot

    telah dilakukan inaktivasi dari IgG total sehingga

    menghilangkan pengikatan kompetitif dan memungkinkan pengikatan antigen terhadap Ig M

    spesifik.

    Penelitian oleh Purwaningsih dkk (2001) terhadap 207 kasus demam tifoid bahwa

    spesifisitas uji ini sebesar 76.74% dengan sensitivitas sebesar 93.16%, nilai prediksi positif

    sebesar 85.06% dan nilai prediksi negatif sebesar 91.66%. Sedangkan penelitian oleh

    Gopalakhrisnan dkk (2002) pada 144 kasus demam tifoid mendapatkan sensitivitas uji ini

    sebesar 98%, spesifisitas sebesar 76.6% dan efisiensi uji sebesar 84%.

    Penelitian lain

    mendapatkan sensitivitas sebesar 79% dan spesifisitas sebesar 89%.

    Uji dot EIA tidak mengadakan reaksi silang dengan salmonellosis non-tifoid bila

    dibandingkan dengan Widal. Dengan demikian bila dibandingkan dengan uji Widal, sensitivitas

    uji dot EIA lebih tinggi oleh karena kultur positif yang bermakna tidak selalu diikuti dengan ujiWidal positif.

    Dikatakan bahwa Typhidot-M

    ini dapat menggantikan uji Widal bila digunakan

    bersama dengan kultur untuk mendapatkan diagnosis demam tifoid akut yang cepat dan akurat.

    Beberapa keuntungan metode ini adalah memberikan sensitivitas dan spesifisitas yang

    tinggi dengan kecil kemungkinan untuk terjadinya reaksi silang dengan penyakit demam lain,

    murah (karena menggunakan antigen dan membran nitroselulosa sedikit), tidak menggunakan

    alat yang khusus sehingga dapat digunakan secara luas di tempat yang hanya mempunyai

    fasilitas kesehatan sederhana dan belum tersedia sarana biakan kuman. Keuntungan lain adalah

    bahwa antigen pada membran lempengan nitroselulosa yang belum ditandai dan diblok dapat

    tetap stabil selama 6 bulan bila disimpan pada suhu 4C dan bila hasil didapatkan dalam waktu 3

    jam setelah penerimaan serum pasien.

  • 5/19/2018 Study Kasus demam tipoid

    15/41

    d. Metode Enzyme-Linked Immunosorbent (ELISA)

    Uji Enzyme-Linked Immunosorbent Assay (ELISA) dipakai untuk melacak antibodi IgG,

    IgM dan IgA terhadap antigen LPS O9, antibodi IgG terhadap antigen flagella d (Hd) dan

    antibodi terhadap antigen Vi S. typhi. Uji ELISA yang sering dipakai untuk mendeteksi adanya

    antigen S. typhidalam spesimen klinis adalah double antibody sandwich ELISA.

    Chaicumpa dkk (1992) mendapatkan sensitivitas uji ini sebesar 95% pada sampel darah,

    73% pada sampel feses dan 40% pada sampel sumsum tulang. Pada penderita yang didapatkan S.

    typhi pada darahnya, uji ELISA pada sampel urine didapatkan sensitivitas 65% pada satu kali

    pemeriksaan dan 95% pada pemeriksaan serial serta spesifisitas 100%.Penelitian oleh Fadeel

    dkk (2004) terhadap sampel urine penderita demam tifoid mendapatkan sensitivitas uji ini

    sebesar 100% pada deteksi antigen Vi serta masing-masing 44% pada deteksi antigen O9 dan

    antigen Hd. Pemeriksaan terhadap antigen Vi urine ini masih memerlukan penelitian lebih lanjut

    akan tetapi tampaknya cukup menjanjikan, terutama bila dilakukan pada minggu pertama

    sesudah panas timbul, namun juga perlu diperhitungkan adanya nilai positif juga pada kasus

    dengan Brucellosis.

    e. Pemeriksaan Dipstik

    Uji serologis dengan pemeriksaan dipstik dikembangkan di Belanda dimana dapat

    mendeteksi antibodi IgM spesifik terhadap antigen LPS S. typhidengan menggunakan membrannitroselulosa yang mengandung antigen S. typhi sebagai pita pendeteksi dan antibodi IgM anti-

    human immobilized sebagai reagen kontrol. Pemeriksaan ini menggunakan komponen yang

    sudah distabilkan, tidak memerlukan alat yang spesifik dan dapat digunakan di tempat yang tidak

    mempunyai fasilitas laboratorium yang lengkap.

    Penelitian oleh Gasem dkk (2002) mendapatkan sensitivitas uji ini sebesar 69.8% bila

    dibandingkan dengan kultur sumsum tulang dan 86.5% bila dibandingkan dengan kultur darah

    dengan spesifisitas sebesar 88.9% dan nilai prediksi positif sebesar 94.6%. Penelitian lain oleh

    Ismail dkk (2002) terhadap 30 penderita demam tifoid mendapatkan sensitivitas uji ini sebesar

    90% dan spesifisitas sebesar 96%. Penelitian oleh Hatta dkk (2002) mendapatkan rerata

    sensitivitas sebesar 65.3% yang makin meningkat pada pemeriksaan serial yang menunjukkan

    adanya serokonversi pada penderita demam tifoid. Uji ini terbukti mudah dilakukan, hasilnya

    cepat dan dapat diandalkan dan mungkin lebih besar manfaatnya pada penderita yang

  • 5/19/2018 Study Kasus demam tipoid

    16/41

    menunjukkan gambaran klinis tifoid dengan hasil kultur negatif atau di tempat dimana

    penggunaan antibiotika tinggi dan tidak tersedia perangkat pemeriksaan kultur secara luas.

    4. Identifikasi Kuman Secara Molekuler

    Metode lain untuk identifikasi bakteri S. typhi yang akurat adalah mendeteksi DNA

    (asam nukleat) gen flagellin bakteri S. typhidalam darah dengan teknik hibridisasi asam nukleat

    atau amplifikasi DNA dengan carapolymerase chain reaction(PCR) melalui identifikasi antigen

    Vi yang spesifik untuk S. typhi.

    Penelitian oleh Haque dkk (1999) mendapatkan spesifisitas PCR sebesar 100% dengan

    sensitivitas yang 10 kali lebih baik daripada penelitian sebelumnya dimana mampu mendeteksi

    1-5 bakteri/mL darah.Penelitian lain oleh Massi dkk (2003) mendapatkan sensitivitas sebesar

    63% bila dibandingkan dengan kultur darah (13.7%) dan uji Widal (35.6%).

    Kendala yang sering dihadapi pada penggunaan metode PCR ini meliputi risiko

    kontaminasi yang menyebabkan hasil positif palsu yang terjadi bila prosedur teknis tidak

    dilakukan secara cermat, adanya bahan-bahan dalam spesimen yang bisa menghambat proses

    PCR (hemoglobin dan heparin dalam spesimen darah serta bilirubin dan garam empedu dalam

    spesimen feses), biaya yang cukup tinggi dan teknis yang relatif rumit. Usaha untuk melacak

    DNA dari spesimen klinis masih belum memberikan hasil yang memuaskan sehingga saat ini

    penggunaannya masih terbatas dalam laboratorium penelitian.

    2.1.10 Penatalaksanaan

    1. Penatalaksanaan Medis

    Pasien yang dirawat dengan diagnosis observasi tifus abdominalis harus dianggap dan

    diperlakukan langsung sebagai pasien tifus abdominalis dan diberikan pengobatan sebagai

    berikut :

    a. Isolasi pasien, desinfeksi pakaian dan ekskreta

    b.

    Perawatan yang baik untuk menghindari komplikasi, mengingat sakit yang lama, lemah,

    anoreksia, dan lain- lain

    c. Istirahat selama demam sampai dengan 2 minggu setelah suhu normal kembali (istirahat

    total, kemudian boleh duduk, jika tidak panas lagi boleh berdiri kemudian berjalan di

    ruangan

  • 5/19/2018 Study Kasus demam tipoid

    17/41

    d. Diet; makanan harus mengandung cukup cairan, kalori dan tinggi protein. Bahan

    makanan tidak boleh mengandung banayk serat, tidak meransang dan menimbulkan gas.

    Susu 2 gelas sehari. Bila kesadaran pasien menurun diberikan makanan cair, melalui

    sonde lambung. Jika kesadaran dan nafsu makan anak baik dapat juga diberikan makanan

    lunak

    e. Obat pilihan ialah kloramfenikol, kecuali jika pasien tidak cocok dapat diberikan obat

    lainnya seperti kotrimoksazol. Pemberian kloramfenikol dengan dosis tinggi, yaitu 100

    mg/kg BB/hari (maksimum 2 gram /hari), diberikan 4 kali /hari/oral atau intravena.

    Pemberian kloramfenikol dengan dosis tinggi tersebut mempersingkat waktu perawatan

    dan mencegah relaps. Efek negatifnya adalah mungkin pembentukan zat anti kurang

    karena basil terlalu cepat dimusnahkan.

    f.

    Bila terdapat komplikasi, terapi disesuaikan dengan penyakitnya. Bila terjadi dehidrasi

    dan asidosis diberikan cairan secara intravena dan sebagainya

    2. Pengobatan Tradisional

    Selain dengan obat-obatan juga ada caratradisional untuk menyembuhkan penyakit typus

    yaitu dengan menggunakantanaman obat yang bisa kita jumpai di lingkungan kita.

    1. penyembuhan penyakit typus dengan sambiloto (andrographis paniculata)

    Fungsi dari tanaman ini adalah untuk menurunkan panas atau demam, fungsi lain untuk antiracundan antibengkak. Cukup efektif untuk meningkatkan kekebalan tubuh, serta mengatasi infeksi

    dan merangsang phagocytosis. Bagian dari tanaman ini dapat diolah menjadi obat berbentuk

    kapsul. Untuk penggunaannya : 1 jam sebelum makan 3 x 1 kapsul (pagi, siang, sore).

    2. Penyembuhan penyakit typus dengan bidara upas (merremia mammosa)

    Tanaman ini digunakan untuk mengurangi rasa sakit (analgesic), menetralkan racun dan sebagai

    anti radang. Olah bagian dari tanaman ini dalam bentuk kapsul. Pemakainnya sendiri : 3 x 1

    kapsul/hari.

    3. Menyembuhkan penyakit Typus dengan Rumput Mutiara

    Tanaman ini sangat berguna untuk menghilangkan rasa panas dan anti radang, selain itu juga

    sangat bermanfaat untuk mengaktifkan peredaran darah. Olah juga bagian tanaman ini menjadi

    kapsul. Cara pemakaiannya: 3 x 1 kapsul/hari.

    http://tipskesehatan.web.id/obat-jerawat-tradisionalhttp://tipskesehatan.web.id/obat-jerawat-tradisionalhttp://tipskesehatan.web.id/obat-jerawat-tradisionalhttp://tipskesehatan.web.id/obat-jerawat-tradisional
  • 5/19/2018 Study Kasus demam tipoid

    18/41

    4. Menyembuhkan penyakit Typus dengan Temulawak

    Sifat dari tanaman ini adalah bakteriostatik dan bermanfaat untuk meningkatkan kekebalan tubuh

    serta antiflasma atau pembengkakan. Olah bagian tanaman ini dalam bentuk kapsul. Cara

    pemakaiannya: 3 x 1 kapsul/hari.

    2.1.11 Pencegahan Demam Tifoid

    Pencegahan adalah segala upaya yang dilakukan agar setiap anggota masyarakat tidak

    tertular oleh bakteri Salmonella. Pencegahan dilakukan secara umum dan khusus/imunisasi.

    Demam tifoid dapat dicegah dengan kebersihan pribadi dan kebersihan lingkungan. Beberapa

    petunjuk untuk mencegah penyebaran demam tifoid secara umum diantaranya:

    1.

    Cuci tangan

    Cuci tangan dengan teratur meruapakan cara terbaik untuk mengendalikan demam tifoid

    atau penyakit infeksi lainnya. Cuci tangan anda dengan air (diutamakan air mengalir) dan

    sabun terutama sebelum makan atau mempersiapkan makanan atau setelah menggunakan

    toilet. Bawalah pembersih tangan berbasis alkohol jika tidak tersedia air.

    2. Hindari minum air yang tidak dimasak.

    Air minum yang terkontaminasi merupakan masalah pada daerah endemik tifoid. Untuk

    itu, minumlah air dalam botol atau kaleng. Seka seluruh bagian luar botol atau kaleng

    sebelum anda membukanya. Minum tanpa menambahkan es di dalamnya. Gunakan air

    minum kemasan untuk menyikat gigi dan usahakan tidak menelan air di pancuran kamar

    mandi.

    3. Tidak perlu menghindari buah dan sayuran mentah.

    Buah dan sayuran mentah mengandung vitamin C yang lebih banyak daripada yang telah

    dimasak, namun untuk menyantapnya, perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut. Untuk

    menghindari makanan mentah yang tercemar, cucilah buah dan sayuran tersebut dengan

    air yang mengalir. Perhatikan apakah buah dan sayuran tersebut masih segar atau tidak.

    Buah dan sayuran mentah yang tidak segar sebaiknya tidak disajikan. Apabila tidak

    mungkin mendapatkan air untuk mencuci, pilihlah buah yang dapat dikupas.

  • 5/19/2018 Study Kasus demam tipoid

    19/41

    4. Pilih makanan yang masih panas.

    Hindari makanan yang telah disimpan lama dan disajikan pada suhu ruang. Yang terbaik

    adalah makanan yang masih panas. Walaupun tidak ada jaminan makanan yang disajikan

    di restoran itu aman, hindari membeli makanan dari penjual di jalanan yang lebih

    mungkin terkontaminasi.

    Pusat control penyakit dan pencegahan telah menidentifikasi imunisasi menjadi a genda

    penting bagi Negara berkembang yang menjadi tempat berkembangsalmonellathypi. Vaksin ini

    berlandaskan identifikasi gen bakteri dan mekanisme imunologi dari daya tahan ke penyakit.

    Penggunaan vaksin ini merupakan pencegahan khusus yang dilakukan oleh negara Indonesia,

    untuk menanggulangi terjadinya demam tifoid pada anak, sehingga anak menjadi memiliki

    kekebalakn tubuh yang baik, meskipun kadang dirasakan efek sampingnya. Namun hal ini sangatlah baik untuk dilakukan guna meningkatkan kesehatan masyarakat di Indonesia terutama pada

    anak-anak. Vaksin ini sering dilakukan pada anak-anak dengan rentang waktu tertentu serta

    komposisi tertentu sesuai dengan usia pada anak tersebut.

    Tabel 2.1.11

    Jenis Vaksin Typoid

    No. Tipe Vaksin Komposisi Dosis Keberhasilan

    (%)

    Efek

    Samping

    1. parenteralvaksin sel

    tak aktif

    Tersusun ataszat asan karbol

    panas sel

    vaksin yang

    tidak aktif

    60-67% Reaksilocal yang

    berat

    2. Parenteral

    Capsularpoly

    accharide

    vaccine Vi

    [ViCPs]

    Natibodi

    virulensiberupa butir

    polysaccharide

    Sekali

    suntikan25 mcg

    (0,5 ml)

    63-72% -sakit pada

    daerahtusukan

    - demam

    (3%)

    -tidak enak

    badan-muntah

    3. Vaksin

    hidup yang

    diperlemah(Ty21a

    vaksin)

    S.thypihidup

    yang

    diperlemah

    3-4 kapsul 60-90% -sakit pada

    abdomen

    - mual- muntah

    - diare

    - ruam

  • 5/19/2018 Study Kasus demam tipoid

    20/41

    Pencegahan yang dilakukan pada pasien demam tifoid atau baru saja sembuh dari demam

    tifoid, berikut beberapa tips agar anda tidak menginfeksi orang lain:

    1. Sering cuci tangan anda.

    Ini adalah cara penting yang dapat anda lakukan untuk menghindari penyebaran infeksi ke

    orang lain. Gunakan air (diutamakan air mengalir) dan sabun, kemudian gosoklah tangan

    selama minimal 30 detik, terutama sebelum makan dan setelah menggunakan toilet.

    2. Bersihkan alat rumah tangga secara teratur.

    Bersihkan toilet, pegangan pintu, telepon, dan keran air setidaknya sekali sehari.

    3. Hindari memegang makanan.

    Hindari menyiapkan makanan untuk orang lain sampai dokter berkata bahwa anda tidakmenularkan lagi. Jika anda bekerja di industri makanan atau fasilitas kesehatan, anda tidak

    boleh kembali bekerja sampai hasil tes memperlihatkan anda tidak lagi menyebarkan bakteri

    Salmonella.

    4. Gunakan barang pribadi yang terpisah.

    Sediakan handuk, seprai, dan peralatan lainnya untuk anda sendiri dan cuci dengan

    menggunakan air dan sabun.

    2.2 Konsep Dasar Asuhan

    Konsep Dasar Asuhan Kesehatan pada Demam Typoid

    2.2.1 Pengkajian Data

    A. Data Sabjektif

    1. Identitas

    a.

    Nama, umur dan jenis kelamin anak balita, orang tua/ penanggung jawab

    Untuk membedakan atau menetapkan identitas pasien karena mungkin memiliki

    nama yang sama.

  • 5/19/2018 Study Kasus demam tipoid

    21/41

    b. Agama

    Dalam hal ini berhubungan dengan tingkat penderitaan sesuai dengan keyakinan

    c. Pendidikan

    Mengetahui tingkat intelektual

    d. Pekerjaan

    Mengetahui taraf hidup dan sosial ekonomi dan apakah pekerjaannya berdampak

    buruk untuk bayinya atau tidak.

    e. Suku/ Bangsa

    Mengetahui bahasa yang lebih mudah dimengerti

    f. Alamat

    Untuk mengetahui ibu tinggal dimana bila ada kunjungan rumah

    g. Telpon

    Mengetahui no telpon yang bisa dihubungi kepada orang tua/ penanggung jawab

    berkenaan keperluan dengan pasien bila orang tua/penanggung jawab tidak

    ditempat

    2. Keluhan Utama

    a. Keluhan Utama

    Pada pasien thypoid biasanya mengeluh perut merasa mual dan kembung, nafsu

    makan menurun, panas dan demam (Ngastiyah, 2012).

    b.

    Lamanya Keluhan

    Mengetahui sudah sejauh mana perjalan penyakit yang di derita dan tindakan

    medis yang tepat untuk dilakukan.

  • 5/19/2018 Study Kasus demam tipoid

    22/41

    3. Riwayat Kesehatan Anak/ Balita

    a. Riwayat penyakit dahulu :

    apakah sebelumnya pasien pernah mengalami sakit thypid, apakah tidak penah,

    apakah menderita penyakit lainnya.

    b. Riwayat penyakit sekarang

    Pada umumnya penyakit pada pasien thypoid adalah demam anorexia,mual

    muntah, diare , perasaan tidak enak diperut, pucat (anemi),nyeri kepala pusing,

    nyeri otot, lidah tifoid(kotor), gangguan kesadaran berupa somnolen sampai

    koma.

    c. Riwayat kesehatan keluarga

    Apakah dalam kesehatan keluarga ada yang pernah menderita typhoid atau sakit

    yang lainnya

    d. Alergi

    Mengetahui jenis obat dan makanan yang tidak cocok, untuk kelancaran proses

    pengobatan

    e. Imunisasi

    Mengetahui kelengkapan imunisasi dan perkiraan daya tahan tubuh anak

    4. Pola Kebutuhan Sehari-hari

    a. Pola Nutrisi

    Klien akan mengalami penurunan nafsu makan karena mual dan muntah saat makan

    sehingga makan hanya sedikit bahkan tidak makan sama sekali.

    b. Pola eliminasi

    Klien dapat mengalami konstipasi oleh karena tirah baring lama. Sedangkan eliminasi

    urine tidak mengalami gangguan, hanya warna urine menjadi kuning kecoklatan. Klien

  • 5/19/2018 Study Kasus demam tipoid

    23/41

    dengan demam tifoid terjadi peningkatan suhu tubuh yang berakibat keringat banyak

    keluar dan merasa haus, sehingga dapat meningkatkan kebutuhan cairan tubuh.

    c. Pola Istirahat

    Pola tidur dan istirahat terganggu sehubungan peningkatan suhu tubuh.

    B. Data Objektif

    1. Pemeriksaan Umum

    a. Keadaan Umum : baik/lemah.

    b. Kesadaran : composmentis, sopor, somnolen, apatis, koma. Ibu dengan

    preeklampsia berat kesadarannya bisa composmentis bahkan bisa sampai koma.

    c. Status gizi

    Melihat hubungan status gizi dengan penyakit yang diderita

    d. TTV

    1). Tekanan darah, normal 80-100/60 mmHg

    2). Nadi, normal 80-100 x/menit

    3). Pernapasan, normal 20-30 x/menit

    4). Suhu, di atas normal

  • 5/19/2018 Study Kasus demam tipoid

    24/41

    e. Mulut : Mukosa bibir kering, pecah-pecah, bau mulut tak sedap. Terdapat beslag

    lidah dengan tanda-tanda lidah tampak kering dilatasi selaput tebal dibagian

    ujung dan tepi lidah nampak kemerahan, lidah tremor jarang terjadi.

    f. Leher : Normal

    g. Dada : Kaji apakah ada tarikan dinding dada, untuk curiga komplikasi penyakit lain

    h. Abdomen : Saat palpasi didapatkan limpa dan hati membesar dengan konsistensi lunak

    serta nyeri tekan pada abdomen. Pada perkusi didapatkan perut kembung serta

    pada auskultasi peristaltik usus meningkat.

    i. Genitalia : Kelaminnya apa, bersih / tidak, ada kelainan / tidak. Pada penderita typoid

    biasanya pada genitalia tidak ada keluhan

    j. Ekstremitas : Tidak ada masalah, akral hangat atau dingin, oedem / tidak.

    k. Anus : Tidak ada masalah

    C. Analisa

    Diagnosa ditegakkan berdasarkan pengkajian data yang diperoleh :

    An. ... usia dengan demam typoid

    Diagnosa potensial : Perforasi usus

    Antisipasi masalah/ diagnose potensial : Pemberian Kloramfenikol

    D. Penatalaksanaan

    1. Jelaskan hasil pemeriksaan kepada klien dan keluarga

    Rasional : Klien dan keluarga mengetahui kondisi dirinya

    2. Lakukan kolaborasi dengan dokter Sp. Anak untuk pemberian terapi

    Rasional : melaksanakan fungsi interdependent

    3. Lakukan informed consent

    Rasional : sebagai bukti tertulis bagi pihak RS jika terjadi sesuatu yang tidak diinginkan

    4. Anjurkan pasien untuk beristirahat dan banyak mengkonsumsi air

    Rasional : agar pasien tidak kelelahan dan menghindari terjadinya dehidrasi

    5.

    Pasang infuse RL

    Rasional : memenuhi kebutuhan cairan anak

    6. Berikan antibiotic

    Antibiotic terpilih adalah kloramfenikol. Pemberian obat 4x 50 mg/ hari atau alternative lain

    cextriaxon Pemberian obat 2x500 mg/ hari

  • 5/19/2018 Study Kasus demam tipoid

    25/41

    BAB III

    TINJAUAN KASUS

    ASUHAN KESEHATAN PADA ANAK PADA I USIA 5 TAHUN DENGAN DEMAM

    TYPOID DI RUANG ANAK RSUD Dr.MUHAMMAD ZEIN PAINAN

    TANGGAL 3- 5 SEPTEMBER 2014

    No MR : 165963

    TGL/ Jam Masuk : 3 September 2014/ 05.30 WIB

    I.PENGKAJIAN ( TGL/Jam : 3 September/ 06.00 WIB)

    A.

    Data Sabjektif

    1. Identitas anak balita

    Nama : I

    Umur : 5 tahun

    Jenis Kelamin : Perempuan

    2. Identitas orang tua/ penanggung jawab

    Nama : Ny. DUmur : 44 tahun

    Agama : Islam

    Pendidikan : SMP

    Pekerjaan : Petani

    Suku/Bangsa : Minang/ Indonesia

    Alamat : Tarusan

    Telp : 0823889xxxxx

    3. Anamnesa

    a. Keluhan utama : Demam 1 minggu, sakit perut, mual dan muntah 4 hari,

    kurang nafsu makan, 5L 1 minggu

    b. Riwayat kesehatan :

    Riwayat kesehatan dahulu : Pernah mengalami demam typoid

  • 5/19/2018 Study Kasus demam tipoid

    26/41

    Riwayat kesehatan sekarang : Demam, sakit perut, mual,muntah, anorexia

    Riwayat kesehatan keluarga : Baik

    Riwayat alergi : Tidak ada

    Imunisasi : Lengkap

    c. Pola Kebutuhan Sehari-hari

    Nutrisi

    Jenis makanan : Nasi, lauk pauk, sayur, air putih

    Porsi makan sehari : 1 piring nasi uk.sedang + pot lauk+ mangkok

    sayur ukuran sedang + 1 gelas air putih

    Eliminasi

    BAK BAB

    Frek : 5-6 x/hari Frek : 1x 2 hari

    Warna : Kuning kecoklatan Warna : kuning

    Keluhan : Tidak ada Konsistensi : Lembek

    Istirahat

    Istirahat siang : 2 jam

    Istirahat malam : 9 jam

    B. Data Objektif

    1.Pemeriksaan Umum

    KU : baik

    Kesadaran : samnolen

    Status Gizi : kurang baik

    TD : 90/60 mmHg

    Nadi : 89 x/ menit

    Pernapasan : 25 x/ menit

    Suhu : 380C

    2. Pemeriksaan Antropometri

    PB : 130 cm

  • 5/19/2018 Study Kasus demam tipoid

    27/41

    BB : 15 kg

    LILA : 15 cm

    3. Pemeriksaan Fisik

    Kepala : Normal, tidak ada kelainan

    Rambut : Bersih, tidak kusam

    Mata : Konjungtiva sedikit pucat, sclera tidak ikterik

    Muka : Kemerahan

    Mulut : Mukosa bibir kering, pecah-pecah, bau mulut tak sedap

    Leher : Normal, tidak ada kelainan

    Dada : Tidak ada tarikan dinding dada

    Abdomen : Nyeri tekan, kembung

    Genitalia : Tidak ada keluhan

    Ekstremitas : Aktif, akral hangat, tidak ada kelainan

    Anus : (+), tidak ada keluhan

    4. Pemeriksaan Labor

    Pemeriksaan Darah : Widal (+)

    Pemeriksaan Feses : Askaria L (+)

    Pemeriksaan Urin : Normal

    Painan, 3 September 2014

    Petugas Kesehatan Klien/ Keluarga

  • 5/19/2018 Study Kasus demam tipoid

    28/41

    ASUHAN KESEHATAN PADA ANAK PADA I USIA 5 TAHUN DENGAN DEMAM TYPOID

    DI RUANG ANAK RSUD Dr.MUHAMMAD ZEIN PAINAN

    TANGGAL 3- 5 SEPTEMBER 2014

    No MR : 165963

    TGL/ Jam Masuk : 3 September 2014/ 05.30 WIB

    Pengumpulan Data Interprestasi

    Data

    Masalah/Diag

    nosa Potensial

    Tindakan Segera Perencanaan Pelaksanaan Evaluasi

    Tanggal : 3 September

    2014Pukul : 05.30 WIB

    DATA SABJEKTIF

    Pasien datangdiantar dari IGD

    pukul 06.00 WIB Pasien sudah

    terpasang infuse

    RL 500 ml 12tetes/menit di

    IGD pada pukul05.35 WIB

    Ibu mengatakanbahwa anaknya

    demam 1minggu

    Diagnosa :

    An. I usia 5tahun gangguan

    rasa nyaman b/dpeningkatan

    suhu tubuh

    Dasar Ibu

    mengatakan

    bahwaanaknya

    demam 1

    minggu

    Ibumengatakan

    anaknya

    Perforasi usus Kolaborasi dengan

    dokter Sp.Anak

    1. Beritahu ibu

    dan keluargatentang hasil

    pemeriksaan

    1. Memberitahu

    kepada ibu dankeluarga tentang

    hasil pemeriksaan,yaitu :

    - Pasien

    kemungkinan

    menderita demamtypoid- TTV anak

    kurang baik :

    TD :90/60mmHg

    Nadi : 89 x/menit

    Pernapasan : 25 x/

    menitSuhu : 38

    0C

    1. Ibu dan kelua

    mengerti dengapenjelasan yang

    diberikan

  • 5/19/2018 Study Kasus demam tipoid

    29/41

    Ibu mengatakananaknya sakitperut, mual dan

    muntah sejak 4hari yang lalu

    Ibu mengatakananaknya kurang

    nafsu makan

    Ibu mengatakananaknya 5L

    DATA OBJEKTIF1.Pemeriksaan Umum

    KU : baikKesadaran :samnolen

    Status Gizi : kurang baik

    TD : 90/60mmHg

    Nadi : 89 x/ menitPernapasan : 25 x/ menitSuhu : 38

    0C

    2. PemeriksaanAntropometri

    PB : 130 cm

    BB : 15 kgLILA : 15 cm

    3. Pemeriksaan Fisik

    Kepala : Normal,tidak ada kelainan

    Rambut : Bersih,tidak kusam

    Mata : Konjungtiva

    sakit perut,

    mual dan

    muntahsejak 4 hari

    yang lalu

    Ibumengatakananaknya

    kurangnafsu makan

    Ibumengatakananaknya

    merasa 5L

    PemeriksaanLabor

    Pemeriksaan

    Darah :Widal (+)

    Masalah :Pasien demam

    dan merasa 5L

    Kebutuhan :

    Informasika

    n hasilpemeriksaan

    Informconsent

    Kolaborasidengan

    dokter

    2. Berikan

    lembar inform

    consent/lembarpersetujuan

    3. Lakukan

    kolaborasidengan dokter

    Sp.Anak

    2. Memberikan

    lembar inform

    consent /lembar

    persetujuanuntuk

    ditandatanganikeluarga,

    tujuannya untukmenyetujuitindakan yang

    akan dilakukan

    rumah sakitterhadap klien.

    3. Melakukan

    kolaborasidengan dokter

    Sp.Anak :

    Memberikanantibiotic

    pada klienyaituceftriaxon

    2X500

    mg/harisecara IV

    Memberikanantihistaminpada klien

    yaitu

    2. Keluarga ber

    menandatangan

    persetujuan dandilakukan tinda

    3. Kolaborasi te

    dilakukan, yaitu

    Antibiotceftriaxo

    2x500 msecara IVdiberika

    pukul 06

    WIB danWIB

    Antihistranitidin2x200 m

    secara IV

  • 5/19/2018 Study Kasus demam tipoid

    30/41

    sedikit pucat, sclera tidak

    ikterik

    Muka : KemerahanMulut : Mukosa

    bibir kering, pecah-pecah, bau mulut tak

    sedapLeher : Normal,

    tidak ada kelainanDada : Tidak adatarikan dinding dada

    Abdomen : Nyeri tekan,

    kembungGenitalia : Tidak ada

    keluhanEkstremitas : Aktif, tidak

    ada kelainanAnus : (+), tidak

    ada keluhan

    4. Pemeriksaan Labor

    Pemeriksaan Darah :

    Widal (+)

    Sp.Anak

    Beri pasienobat

    penurunpanas

    Anjurkanpasien untuk

    beristirahat

    4. Lakukanobservasi

    terhadap

    keadaan pasien

    5.Kompres

    pasien

    ranitidin

    2x200

    mg/harisecara IV

    Memberikanantipiretikyaitu

    parasetamol3x 250mg/hari

    secara oral

    4. Melakukanobservasi terhadap

    keadaan pasien,

    dan di dapatkanhasil :

    TD : 90/60

    mmHgN : 89 x/menitP : 25 x/menit

    S : 380C

    BB : 15 Kg

    5.Mengompres

    pasien padatemporal, axila

    untuk menurunkansuhu tubuh pasien

    diberika

    pukul 06

    WIB danWIB

    Antipireparaseta3x250 m

    secara otelah dibpada pu

    06.00 W14.00 W

    22.00 W

    4. Observasi teldilakukan dan K

    pasien kurang b

    5.Pasien telah

    dikompres padatemporal dan ax

  • 5/19/2018 Study Kasus demam tipoid

    31/41

    6.Anjurkan

    keluarga untuk

    memakaikanpasien pakaian

    yang dapatmenyerah

    keringat sepertiKatun

    7.Anjurkanpasien tiring

    baring/

    pembatasanaktifitas

    8.Anjurkan

    pasien untuk

    makan sedikittapi sering

    6.Menganjurkan

    keluarga untuk

    memakaikanpasien pakaian

    yang dapatmenyerah

    keringat sepertikatun

    7.Menganjurkanpasien tirah

    baring/

    pembatasanaktifitas untuk

    penghematantenaga dan

    mengurangi kerjatubuh pasien agar

    tidak terlalu lelah

    8. Menganjurkan

    pasien untuk

    makan sedikit tapisering, untuk

    mengurangi kerjausus dan

    menghindari

    kebosananmakanan

    6.

    Pasien telah

    dipakaikan p

    yang menyerkeringan

    7.Pasien mengdengan anjur

    yang di berik

    mau tirah bardan membata

    aktifitas

    8.Pasien meng

    dengan anjur

    yang diberikamelaksanakan

  • 5/19/2018 Study Kasus demam tipoid

    32/41

    Tanggal : 4 September2014

    Data Sabjektif

    Ibu mengatakan

    suhu tubuh

    anaknya masihsedikit panas

    Ibu mengatakananaknya masih

    mual dan muntah

    Diagnosa :Resiko tinggi

    pemenuhan nutrisi: kurang darikebutuhan tubuh

    berhubungandengan intakeyang tidak adekuat

    DehidrasiKolaborasi dengan

    dokter Sp.Anak

    9.

    Kolaborasi

    dengan ahli

    gizi untukpemberian

    diet

    10.Beri pasien

    dukungan

    emosional

    11.Dokumentasikan asuhan yang

    diberikan

    1. Beritahu ibu

    dan keluargatentang hasil

    pemeriksaan

    9. Melakukan

    kolaborasi dengan

    ahli gizi untukpemberian diet

    pasien, tentangmakanan apa yang

    dianjurkan danapa yang tidak

    boleh

    10.Memberi

    dukungan

    emosional kepadapasien bahwa

    pasien bisamenghadapi

    penyakitnya danbisa sembuh

    11.Mendokumentasikan asuhan yang

    telah diberikan

    1. Memberitahu

    kepada ibu dankeluarga tentang

    hasil pemeriksaan,yaitu :

    - TTV pasien baikTD :100/60

    9.

    Kolaborasi te

    dilakukan de

    ahli gizi

    10.Pasien senan

    dengan dukung

    yang di berikan

    11.Asuhan yangdiberikan telah

    didokumentasik

    1. Ibu dan kelu

    senang dengapemeriksaan

  • 5/19/2018 Study Kasus demam tipoid

    33/41

    Ibu mengatakananaknya masihmerasa 5L

    Ibu mengatakannafsu makan

    anaknya turun

    Data Objektif

    1.Pemeriksaan UmumKU : baik

    Kesadaran : CMC

    TD : 100/60mmHg

    Nadi : 83 x/ menitPernapasan : 24 x/ menit

    Suhu : 37,20C

    2. Pemeriksaan Fisik

    Mata : Konjungtivasedikit pucat, sclera tidak

    ikterikMuka : Sedikit pucat

    Mulut : Mukosabibir kering, pecah-pecahAbdomen : Nyeri tekan,

    kembung

    3. Pemeriksaan Labor

    Pemeriksaan Urin :Normal

    Pemeriksaan Feses :

    Askaris Lumbricoides (+)

    Dasar

    Ibumengatakan

    suhu tubuhanaknya

    masih sedikit

    panas

    Ibu

    mengatakananaknya

    masih mual

    Ibumengatakananaknya

    masih merasa5L

    Ibumengatakannafsu makan

    anaknya turun

    PemeriksaanFisik

    Mata :Konjungtivasedikit pucat,

    sclera tidak

    Muka : Sedikitpucat

    Mulut : Mukosa

    bibir kering,pecah-pecah

    Abdomen :Nyeri tekan,

    2. Lakukan

    kolaborasidengan dokter

    Sp.Anak

    mmHg

    N :83 x/ menit

    P : 24 x/ menitS :37,2

    0C

    2. Melakukan

    kolaborasidengan dokter

    Sp.Anak :

    Memberikanantibioticpada klien

    yaituceftriaxon

    2X500

    mg/harisecara IV

    Memberikanantihistamin

    pada klienyaituranitidin

    2x200mg/hari

    secara IV

    Memberikanantipiretikyaitu

    parasetamol

    2. Kolaborasi te

    dilakukan, yaitu

    Antibiot

    ceftriaxo

    2x500 m

    secara IV

    diberika

    pukul 06

    WIB dan

    WIB

    Antihist

    ranitidin

    2x200 m

    secara IV

    diberika

    pukul 06

    WIB dan

    WIB

    Antipire

    paraseta

    3x250 m

  • 5/19/2018 Study Kasus demam tipoid

    34/41

    kembung

    Masalah :Pasien merasa

    lelah

    Kebutuhan :

    Informasika

    n hasilpemeriksaan

    Anjurkanpasien untuktiring baring

    danpembatasan

    aktivitastubuhnya

    Anjurkanpasien untuk

    memenuhinutrisinya

    Kolaborasi

    dengandokterSp.Anak

    3. Anjurkanpasien tirah

    baring/

    pembatasanaktifitas

    4.Anjurkan

    pasien untukmemenuhi

    nutrisinya

    3x 250

    mg/hari

    secara oral

    3. Menganjurkanpasien tirah

    baring/

    pembatasanaktifitas untuk

    penghematantenaga dan

    mengurangi kerjatubuh pasien agar

    tidak terlalu lelah

    4. Menganjurkan

    pasien untukmemenuhi

    nutrisinya dengancara makan sedikit

    tapi sering, untuk

    mengurangi kerjausus dan

    menghindarikebosanan

    makanan

    secara o

    telah dib

    pada pu

    06.00 W

    14.00 W

    22.00 W

    3. Pasien menge

    dengan anjuradi berikan dan

    tirah baring da

    membatasi ak

    4. Pasien menge

    dengan anjuran diberikan danmelaksanakanny

  • 5/19/2018 Study Kasus demam tipoid

    35/41

    Tanggal : 5 September

    2014

    Data Sabjektif

    Ibu mengatakansuhu tubuh

    anaknya malamsedikit panas dan

    sekarang tidak

    Ibu mengatakananaknya sudahtidak mual dan

    muntah

    Ibu mengatakananaknya masih

    merasa sedikitlelah

    Ibu mengatakan

    nafsu makananaknya masih

    DiagnosaKurangnya

    pengetahuan

    tentangpenyakitnyaberhubungandengan kurang

    informasi

    Dasar

    Ibumengatakansuhu tubuh

    anaknyatidak panas

    Ibumengatakan

    anaknya

    Dhidrasiringan

    Kolaborasi dengandokter Sp.Anak

    5.Beri pasien

    dukungan

    emosional

    6.Dokumentasikan asuhan

    yang diberikan

    1. Beritahu ibudan keluarga

    tentang hasil

    pemeriksaan

    2. Lakukan

    kolaborasidengan dokter

    Sp.Anak

    5.Memberi

    dukungan

    emosional kepadapasien bahwa

    pasien bisamenghadapi

    penyakitnya danbisa sembuh

    6.Mendokumentasikan asuhan yang

    telah diberikan

    1. Memberitahukepada ibu dan

    keluarga tentang

    hasil pemeriksaan,yaitu :

    - TTV pasien baik

    TD :100/60mmHg

    N :83 x/ menitP : 24 x/ menit

    S :37,50C

    2. Melakukan

    kolaborasidengan dokter

    Sp.Anak :

    5.Pasien senang

    dengan dukung

    yang di berikan

    6.Asuhan yang diberikan telah

    didokumentasik

    1. Ibu dan kelusenang denga

    pemeriksaan

    2. Kolaborasi te

    dilakukan, yaitu

  • 5/19/2018 Study Kasus demam tipoid

    36/41

    kurang

    Ibu mengatakananaknya sudah

    baikan dan akandibawa pulang

    Data Objektif1.Pemeriksaan Umum

    KU : baikKesadaran : CMCTD : 100/60

    mmHgNadi : 83 x/ menit

    Pernapasan : 24 x/ menitSuhu : 37,50C

    2. Pemeriksaan FisikMata : Konjungtiva

    sedikit pucat, sclera tidak

    ikterikMulut : Mukosa

    bibir kering, pecah-pecah

    Abdomen : Kembung

    sudah tidak

    mual dan

    muntah

    Ibumengatakan

    anaknya

    masih merasasedikit lelah

    Ibumengatakan

    nafsu makan

    anaknyamasih kurang

    Ibu

    mengatakananaknya

    sudah baikan

    dan akandibawa

    pulang

    Masalah

    Paien masihmerasa lelah

    Kebutuhan

    Informasikan hasil

    pemeriksaan

    Anjurkanpasien untuktiring baring

    dan

    Memberikanantibioticpada klien

    yaituceftriaxon

    2x500

    mg/harisecara IV

    Memberikanantihistaminpada klien

    yaituranitidin

    2x200mg/hari

    secara IV

    Memberikanantipiretik

    yaituparasetamol

    3x 250

    mg/harisecara oral

    Antibiot

    ceftriaxo

    2x500 m

    secara IV

    diberika

    pukul 06

    WIB

    Antihist

    ranitidin

    2x200 m

    secara IV

    diberika

    pukul 06

    WIB

    Antipire

    paraseta

    3x250 m

    secara o

    telah dib

    pada pu

    06.00 W

  • 5/19/2018 Study Kasus demam tipoid

    37/41

    pembatasan

    aktivitas

    tubuhnya

    Anjurkanpasien untuk

    memenuhi

    nutrisinya

    Anjurkan

    pasien untuktetap

    mendapatka

    n perawatanmedis

    Kolaborasi

    dengandokter

    Sp.Anak

    3. Anjurkan

    pasien tiring

    baring/pembatasan

    aktifitas

    4.Anjurkanpasien untuk

    memenuhinutrisinya

    5.Beri pasiendukungan

    emosional

    3. Menganjurkan

    pasien tirah

    baring/pembatasan

    aktifitas untukpenghematan

    tenaga danmengurangi kerja

    tubuh pasien agartidak terlalu lelah

    4. Menganjurkanpasien untuk

    memenuhinutrisinya dengan

    cara makan sedikittapi sering, untuk

    mengurangi kerja

    usus danmenghindari

    kebosanan

    makanan

    5.Memberidukungan

    emosional kepada

    pasien bahwapasien bisa

    menghadapipenyakitnya dan

    bisa sembuh

    3. Pasien menge

    dengan anjura

    di berikan dantirah baring da

    membatasi ak

    4. Pasien mengedengan anjuran

    diberikan danmelaksanakanny

    5.Pasien senang

    dengan dukungyang di berikan

  • 5/19/2018 Study Kasus demam tipoid

    38/41

    6. Berikan

    lembar inform

    consent/lembarpersetujuan

    pasien akan dipulang paksa

    kepada ibu dankeluarga

    7.Persiapkan

    kebutuhanpasien yang

    akan di bawa

    pulang

    8.Dokumentasik

    an asuhan yang

    diberikan

    6. Memberikan

    lembar inform

    consent / lembarpersetujuan untuk

    ditandatanganikeluarga,

    tujuannya untukmenyetujui bahwa

    pasien tidakmendapatperawatan medis

    karena pulang

    paksa

    7.Mempersiapkan

    kebutuhan pasienyang akan di

    bawa pulang,

    yaitu obat yangdiperlukan, yaitu

    cefotaxim 2x250

    mg/hari secaraoral

    8.Mendokumentas

    ikan asuhan yang

    telah diberikan

    6. Ibu dan kelua

    menyutujui dan

    menandatanganlembar inform c

    tersebut

    7.Kebutuhan

    pengobatan lanjpasien untuk dib

    pulang telah dis

    8.Asuhan yang

    diberikan telah

    didokumentasik

  • 5/19/2018 Study Kasus demam tipoid

    39/41

    BAB IV

    PEMBAHASAN

  • 5/19/2018 Study Kasus demam tipoid

    40/41

  • 5/19/2018 Study Kasus demam tipoid

    41/41