ii STUDI TENTANG PEMAHAMAN OBAT TRADISIONAL BERDASARKAN INFORMASI PADA KEMASAN DAN ALASAN PEMILIHAN JAMU RAMUAN SEGAR ATAU JAMU INSTAN PADA MASYARAKAT DESA MAGUWOHARJO SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Farmasi (S. Farm.) Program Studi Farmasi Oleh : Wisely NIM : 058114111 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2008
123
Embed
STUDI TENTANG PEMAHAMAN OBAT TRADISIONAL BERDASARKAN …repository.usd.ac.id/17062/2/058114111_Full.pdf · STUDI TENTANG PEMAHAMAN OBAT TRADISIONAL BERDASARKAN INFORMASI PADA KEMASAN
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
ii
STUDI TENTANG PEMAHAMAN OBAT TRADISIONAL BERDASARKAN INFORMASI PADA KEMASAN DAN ALASAN
PEMILIHAN JAMU RAMUAN SEGAR ATAU JAMU INSTAN PADA MASYARAKAT DESA MAGUWOHARJO
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Farmasi (S. Farm.)
Program Studi Farmasi
Oleh :
Wisely
NIM : 058114111
FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA 2008
iii
iv
v
” Ask, and it shall be given you;
Seek, and ye shall find; Knock, and it shall be opened unto you”
Matthew 7:7
Dedicated to: Jesus Christ, My Parents, My Grandma, My Sister and My Love
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma :
Nama : Wisely Nomor Mahasiswa : 058114111
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul : ”Studi Tentang Pemahaman Obat Tradisional Berdasarkan Informasi Pada Kemasan Dan Alasan Pemilihan Jamu Ramuan Segar Atau Jamu Instan Pa-da Masyarakat Desa Maguwoharjo” beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, me-ngalihkan dalam bentuk media lain, mengelo-lanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mem-publikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama te-tap mencantumkan nama saya sebagai penulis. Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal : 16 Desember 2008 Yang menyatakan
( Wisely )
vi
PRAKATA
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas segala
penyertaan, kekuatan, kebijaksanaan, berkat dan karunia-Nya, sehingga penulis
dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulis menyadari, bahwa penulisan skripsi ini
bukanlah sesuatu hal yang mudah, hanya dengan bantuan dan dukungan dari
berbagai pihak, penulis mampu menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Rita Suhadi, M.Si., Apt selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata
Dharma Yogyakarta.
2. Ibu Yustina Sri Hartini, M.Si., Apt selaku dosen pembimbing dan penguji
yang selalu memberikan arahan, saran, kritik, dan dorongan serta selalu sabar
dalam membimbing sehingga penelitian dan penyusunan skripsi ini dapat
berjalan dengan lancar.
3. Bapak Ipang Djunarko, S.Si., Apt selaku dosen pembimbing dan penguji yang
selalu memberikan arahan, saran, kritik, dan dorongan sehingga penelitian dan
penyusunan skripsi ini dapat berjalan dengan lancar.
4. Bapak Yohanes Dwiatmaka, M.Si atas kesediaan menguji serta memberikan
saran dan masukan yang berharga dalam proses penyusunan skripsi ini.
5. Bapak Drs. Sulasmono, Apt atas kesediaan menguji serta memberikan saran
dan masukan yang berharga dalam proses penyusunan skripsi ini.
6. Ibu Maria Dwi Budi Jumpowati, S.Si., selaku pembimbing akademis yang
selalu memberikan motivasi terhadap penulis.
vii
7. Kedua nenekku tercinta atas doa, kasih sayang dan nasihatnya selama ini.
8. Papi dan Mami tercinta atas doa, kasih sayang, nasihat, perhatian, kepercayaan
dan dukungannya yang luar biasa selama ini.
9. Adik-adikku tersayang Viviane Andia, Yulian Veronika, Yovica Sagina dan
Rica Donna Alvita yang selalu memberikan keceriaan dan kebahagiaan.
10. Stella Maxda Juwita dan Keluarga atas doa, cinta, kasih sayang, perhatian dan
12. Teman-teman kontrakan Agus, Fian, Liberto, dan Yoyok, serta pengunjung
tetap kami Hadian, Inus, Made atas kebersamaan dan keceriaannya selama ini.
13. Sisca, Tara, Donald, Rony, Moncu dan Imel atas persahabatan dan
kebersamaannya selama ini.
14. Fred dan Bayu yang telah banyak membantu selama penyusun skripsi ini.
15. Teman-teman FKK 2005 atas segala kemurahan hati telah menerima penulis
sebagai bagian hidup kalian.
16. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan pada skripsi ini. Oleh
karena itu, penulis sangat mengharapkan masukan dan saran yang membangun
demi kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini
bermanfaat bagi pembaca.
Penulis
viii
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini
tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 12 November 2008
Wisely
ix
INTISARI
Penggunaan obat tradisional di Indonesia mengalami peningkatan, hal ini terbukti dari semakin banyaknya jumlah industri jamu. Peningkatan penggunaan obat tradisional harus didukung dengan fasilitas dan informasi yang memadai. Umumnya informasi tentang obat tradisional hanya diperoleh dari kemasannya saja. Oleh sebab itu perlu diteliti bagaimana pemahaman masyarakat terhadap informasi pada kemasan obat tradisional. Pemilihan pengobatan baik menggunakan jamu ramuan segar ataupun instan pasti dilatarbelakangi berbagai alasan. Oleh sebab itu perlu perlu diteliti alasan masyarakat dalam menentukan pemakaian jamu ramuan segar atau instan.
Penelitian ini merupakan penelitian non-eksperimental dengan rancangan survey epidemiologi deskriptif. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuisioner. Data yang diperoleh diolah menggunakan statistik deskriptif dengan teknik perhitungan persentase.
Dari hasil penelitian diketahui bahwa pemahaman masyarakat terhadap informasi pada kemasan tergolong tinggi untuk nama produk (98,71%), indikasi (93,68%), keterangan kadaluwarsa (92,89%), cara pemakaian (92,82%), komposisi (85,06%), efek samping (81,90%), dan kontraindikasi (62,29%), dan tergolong rendah untuk logo (8,19%), nomor batch (29,31%) dan nomor ijin edar (48,28%). Sebanyak 72,41% memilih menggunakan jamu ramuan segar, dengan alasan alami dan tidak mengandung bahan pengawet (18,82%), aman dan terjamin kualitasnya (16,78%), harga terjangkau (14,74%), banyak jamu instan palsu (14,29%), sudah turun temurun (13,61%), sudah tahu cara meraciknya (13,15%), dan lainnya (8,61%). Kata kunci: pemahaman, alasan pemilihan, obat tradisional, kemasan.
x
ABSTRACT
The using of traditional medicine increases in Indonesia. The proof is in the increasing of its industry. The support of its facility and information has to be equal as well as its using. Such information can only be found in the general information in its package. Therefore, how the understanding of society toward such information in its package and to know the certain reason of society in determining either using ingredient fresh herbal medicine or using herbal instant product needs to be researched because the certain reasons in choosing the treatment either using ingredient fresh herbal medicine or using herbal instant product.
This research is non-experimental research with descriptive epidemiology research design. The instrument of research is questionnaire method. The gained datas are examined with descriptive statistic along with percentage accounting technique.
The result is the understanding of society toward information in its package is higher in the product’s name, it is about 98.71%. It is about 93.68% in indication, 92.89% in expired information, 92.82% in consuming medicine, 85.06% in composition, 81.90% in side-effects, 62.29% in contraindication and the lower information is in loggo (8.19%), batch number (29.31%) and license number of circulation (48,28%). That 72.41% using ingredient fresh herbal medicine because of its naturalness and no preservative material is about 18.82%, 16.78% in the safety and its guaranteed quality, 14.74% in the cheap price, 14.29% in many false herbal instant products, 13.61% in genetic factor, and 13.15% in knowing how to make it and 8.61% in other reason 8.61%. Key words: understanding, reason of choosing, traditional medicine, package.
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.................................................................................... ii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ………………………..... iii
HALAMAN PENGESAHAN ………………………………………….... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ………………………………………..... v
PRAKATA....................………………………………………………….... vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ………………………………..... viii
INTISARI...……………………………………………………………...... ix
ABSTRACT................................................................................................... x
DAFTAR ISI ……………………………………………………………... xi
DAFTAR TABEL ………………………………………………………... xv
DAFTAR GAMBAR …………………………………………………...... xvi
DAFTAR LAMPIRAN............................................................................... xvii
BAB I PENGANTAR................................................................................. 1
A. Latar Belakang ……………………………………………………...... 1
1. Permasalahan ………………………………………………........... 2
2. Keaslian penelitian ………………………………………………... 3
3. Manfaat penelitian ……………………………………………....... 4
B. Tujuan Penelitian …………………………………………………....... 4
1. Tujuan umum …………………………………………………….... 4
2. Tujuan khusus …………………………………………………....... 4
xii
BAB II PENELAAHAN PUSTAKA........................................................... 6
A. Perilaku Kesehatan................................................................................... 6
B. Teori tentang Perilaku ............................................................................. 6
1. Teori adopsi inovasi Rogers............................................................. 6
2. Model perubahan perilaku dari Green……………………………… 9
3. Model kepercayaan kesehatan dari Rosenstock…………………… 10
Gambar 3. Logo fitofarmaka (jari-jari daun yang kemudian membentuk bintang terletak dalam lingkaran)
(Anonim, 2004)
2. Peraturan perundang-undangan terkait obat tradisional
a. Menurut Undang-Undang No.23 tahun 1992 tentang kesehatan
Pasal 40 2) Sediaan farmasi yang berupa obat tradisional dan kosmetika serta
alatkesehatan harus memenuhi standar dan atau persyaratan yang ditentukan. Penjelasan pasal Standar untuk obat tradisional adalah buku Material Medika
17
Pasal 41 1) Sediaan farmasi dan alat kesehatan hanya dapat diedarkan setelah
mendapat ijin edar. Penjelasan pasal Obat dan bahan obat tradisional yang dibuat secara sederhana oleh industri rumah tangga seperti jamu racik dan jamu gendong tidak diwajibkan memiliki ijin edar dan belum dikenakan sanksi pidana sebagaimana ditentukan dalam undang-undang ini.
b. Berdasarkan Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan No.
HK.00.05.23.02769 tahun 2002 tentang pencantuman asal bahan tertentu,
kandungan alkohol, dan tanggal kadaluwarsa pada penandaan atau label obat,
obat tradisional, suplemen makanan, dan pangan:
Pasal 3 1) Obat, obat tradisional, suplemen makanan, dan pangan yang mengandung
bahan tertentu harus mencantumkan asal dan keterangan bahan tertentu tersebut pada komposisi penandaan atau label.
2) Untuk obat, obat tradisional, dan suplemen makanan, selain harus mencantumkan keterangan sebagaimanan dimaksudkan pada ayat (1) juga harus mencantumkan tulisan ”Bersumber Babi” dalam kotak dengan warna putih pada penandaan atau label.
Pasal 4 1) Obat, obat tradisional, suplemen makanan, dan pangan yang mengandung
alkohol harus mencantumkan kadar alkohol tersebut pada komposisi penandaan atau label.
2) Kadar alkohol sebagaimana dimaksudkan pada ayat (1) harus dicantumkan dalam persentase volume per volume (v/v).
Pasal 5 1) Obat, obat tradisional, suplemen makanan, dan pangan harus
mencantumkan tanggal kadaluwarsa pada penandaan atau label. 2) Pencantuman tanggal kadaluwarsa sebagaimana dimaksudkan pada ayat
(1) harus dicantumkan dibagian utama penandaan atau label sehingga mudah terlihat dan terbaca.
Pasal 6 Penulisan tanggal kadaluwarsa dilaksanakan dengan cara sebagai berikut:
a) Tanggal ditulis dengan angka; b) Bulan ditulis dengan huruf; dan c) Tahun ditulis dengan angka.
18
c. Berdasarkan Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan No.
HK.00.05.41.1384 tahun 2005 tentang kriteria dan tata laksana pendaftaran
obat tradisional, obat herbal terstandar dan fitofarmaka:
Pasal 2 1) Obat tradisional, obat herbal terstandar dan fitofarmaka yang dibuat dan
atau diedarkan di wilayah Indonesia wajib memiliki ijin edar dari Kepala Badan.
2) Untuk memperoleh ijin edar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus dilakukan pendaftaran
Pasal 3 Dikecualikan dari ketentuan Pasal 2 terhadap: a) Obat tradisional, obat herbal terstandar dan fitofarmaka yang digunakan
untuk penelitian; b) Obat tradisional impor untuk digunakan sendiri dalam jumlah terbatas; c) Obat tradisional impor yang telah terdaftar dan beredar di negara asal
untuk tujuan pameran dalam jumlah terbatas; d) Obat tradisional tanpa penandaan yang dibuat oleh usaha jamu racikan dan
jamu gendong; e) Bahan baku simplisia dan sediaan galenik
Pasal 4 Untuk dapat memiliki ijin edar sebagaimana dimaksudkan dalam Pasal 2 obat tradisional, obat herbal terstandar dan fitofarmaka harus memenuhi kriteria sebagai berikut: a) menggunakan bahan berkhasiat dan bahan tambahan yang memenuhi
persyaratan mutu, keamanan dan kemanfaatan / khasiat; b) dibuat sesuai dengan ketentuan tentang Pedoman Cara Pembuatan Obat
Tradisional yang Baik atau Cara Pembuatan Obat yang Baik yang berlaku; c) penandaan berisi informasi yang lengkap dan obyektif yang dapat
menjamin penggunaan obat tradisional, obat herbal terstandar dan fitofarmaka secara tepat, rasional dan aman sesuai dengan hasil evaluasi dalam rangka pendaftaran.
Pasal 17 1) Berkas pendaftaran harus dilengkapi dengan :
a. rancangan kemasan yang meliputi etiket, dus, pembungkus, strip, blister, catch over, dan kemasan lain sesuai ketentuan tentang pembungkus dan penanda yang berlaku, yang merupakan rancangan kemasan obat tradisional, obat herbal terstandar dan fitofarmaka yang akan diedarkan dan harus dilengkapi rancangan warna;
b. brosur yang mencantumkan informasi mengenai obat tradisional obat herbal terstandar dan fitofarmaka
19
2) Informasi minimal yang harus dicantumkan pada kemasan dan brosur sebagaimana yang dimaksudkan pada ayat (1)
Tabel I. Informasi yang harus dicantumkan pada kemasan obat tradisional, obat herbal terstandar dan fitofarmaka
Keterangan √ = informasi harus dicantumkan ± = informasi dapat dicantumkan dengan menyebutkan ”Lihat Brosur”
mengandung: a) bahan kimia hasil isolasi atau sintetik berkhasiat obat; b) narkotik atau psikotropika; c) bahan yang dilarang seperti yang tercantum; d) hewan atau tumbuhan yang dilindungi sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
No. Informasi yang harus dicantumkan Pembungkus/Bungkus luar 1. Nama Obat tradisional/Obat herbal
terstandar/Fitofarmaka √
2. Bentuk sediaan √ 3. Besar kemasan √ 4. Komposisi √ 5. Logo Obat tradisional/Obat herbal
terstandar/Fitofarmaka √
6. Nama pendaftar √ 7. Alamat pendaftar √ Nama industri negara asal/pemberi
lisensi/penerima kontrak √
Alamat industri negara asal/pemberi lisensi/penerima kontrak
√
8. Nomor ijin edar √ 9. Nomor batch √
10. Batas kadaluwarsa √ 11. Klaim penggunaan √ 12. Kontraindikasi ± 13. Efek samping ± 14. Interaksi obat ± 15. Cara penyimpanan √ 16. Informasi khusus sesuai ketentuan
2) Obat tradisional dilarang dalam bentuk sediaan: a) intravaginal; b) tetas mata; c) parenteral; d) supositoria, kecuali digunakan untuk wasir.
3) Obat tradisional, obat herbal terstandar dan fitofarmaka dalam bentuk sediaan cair obat dalam tidak boleh mengandung etil alkohol dengan kadar lebih besar dari 1% (satu persen), kecuali dalam bentuk sediaan tingtur yang pemakaiannya dengan pengenceran.
Untuk informasi pada kemasan obat tradisional, yang menjadi acuan
adalah Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan No.
HK.00.05.41.1384 tahun 2005 tentang kriteria dan tata laksana pendaftaran obat
tradisional, obat herbal terstandar dan fitofarmaka dan bukan Peraturan Menteri
Kesehatan No.246/Menkes/Per/V/1990 tentang ijin usaha industri obat tradisional
dan pendaftaran obat tradisional bab VI pasal 34, walaupun secara struktural
Peraturan Menteri Kesehatan No.246/Menkes/Per/V/1990 lebih tinggi. Hal ini
karena pada Peraturan Menteri Kesehatan No.246/Menkes/Per/V/1990 belum ada
penggolongan pengelompokan obat bahan alam Indonesia (baik itu jamu, obat
herbal terstandar maupun fitofarmaka), pengelompokan ini baru ada pada tahun
2004 melalui Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik
Indonesia No. HK.00.05.4.2411 tentang ketentuan pokok pengelompokkan dan
penandaan obat bahan alam Indonesia.
3. Persepsi masyarakat tentang obat tradisional
Persepsi masyarakat bermacam-macam tentang obat tradisional, dari yang
tidak percaya sampai yang fanatik. Tidak percaya karena tidak semanjur obat
modern, bentuk dan kemasannya tidak meyakinkan, bahkan ada yang
menyebutnya dirty drug. Sebaliknya yang fanatik dengan obat tradisional
21
mengganggap bahwa yang berasal dari alam pasti baik dan aman sehingga
menggunakan bertahun-tahun, obat tradisional dapat menyembuhkan kausal
penyakit dan bukan sekedar simtomatik (Hakim, 2002).
Persepsi lain yang justru membahayakan dan memperburuk citra obat
tradisional adalah mengganggap obat tradisional sama manjurnya dan memiliki
onset yang sama secepatnya dengan obat modern. Hal tersebut rupanya
dimanfaatkan oleh produsen yang tidak bertanggung jawab untuk menambahkan
bahan-bahan kimia (obat) yang ternyata berbahaya ke dalam produknya.
Masyarakat secara tidak sadar terkecoh kerena tidak tahu akan bahaya yang kelak
dialaminya, dan produsen lebih bergairah karena produknya merajai pasar tanpa
merasa bersalah telah meracuni sekian juta manusia (Hakim, 2002).
D. Pemahaman
Menurut kamus bahasa Indonesia kontemporer arti pemahaman adalah
proses, perbuatan atau cara memahami dan memahamkan. Menurut Bloom,
pemahaman merupakan kemampuan untuk menangkap arti dari apa yang tersaji,
kemampuan untuk menterjemahkan dari satu bentuk ke bentuk yang lain dalam
kata-kata, angka ataupun interpretasi berbentuk penjelasan, ringkasan, prediksi
dan hubungan sebab akibat (Suparno, 2001).
Pemahaman setiap orang beragam, dua orang dalam keadaan sama dapat
bertindak berbeda karena mereka merasakan situasi itu berbeda. Kita semua
menangkap suatu rangsangan diri sebuah obyek melalui sensasi, yaitu aliran
22
informasi melalui panca indra kita. Akan tetapi, tiap orang menangkap, menyusun
dan menafsirkan informasi tersebut dengan caranya sendiri-sendiri (Kotler, 2006).
Sebelum tahap pemahaman, ada tahap yang dinamakan tahap eksposur.
Pada tahap ini orang akan menerima informasi melalui panca indranya, salah satu
karakteristik yang menonjol dari tahap ini adalah selektivitas. Orang akan lebih
cenderung untuk memperhatikan rangsangan yang berkaitan dengan kebutuhan
terbaru dan harapan mereka, sehingga orang lebih cenderung memperhatikan
rangsangan yang menyimpang jauh dari biasanya (Mowen, 2002).
Kemudian tahap selanjutnya adalah tahap perhatian, pada tahap ini mereka
mengalokasikan kapasitas pemrosesan menjadi rangsangan. Apabila seseorang
memberikan perhatian pada rangsangan, maka orang tersebut sangat sadar dengan
penerimaan informasi. Seseorang pada awalnya akan mengevaluasi informasi
yang diperolehnya untuk menentukan apakah hal itu cukup penting untuk diproses
lebih jauh. Jika memang perlu, maka orang tersebut akan mengalokasikan sumber
daya kognitif tambahan ke rangsangan dan menggeser ke tahap perhatian dari
pemrosesan informasi (Mowen, 2002).
Akhirnya baru tahap pemahaman, pada tahap ini mereka menyusun dan
menginterpretasikan informasi untuk mendapatkan arti tentang informasi tersebut.
Proses interpretasi dimulai selama tahap perhatian dan berlanjut setelahnya,
dimana orang akan berusaha untuk memperoleh pemahaman tentang apa
rangsangan itu dan bagaimana mereka harus bereaksi menghadapinya (Mowen,
2002).
23
E. Alasan Pemilihan
Alasan yang dapat mempengaruhi pemilihan seseorang antara lain :
1. Faktor budaya
Sub faktor yang termasuk dalam faktor budaya adalah:
a. Kebudayaan (culture)
Merupakan faktor penentu keinginan dan perilaku seseorang yang paling
mendasar. Jika mahluk yang lebih rendah perilakunya sebagian besar diatur
oleh naluri, maka perilaku manusia sebagian besar adalah dipelajari. Anak
yang dibesarkan dalam sebuah masyarakat mempelajari seperangkat nilai
dasar, persepsi, prefensi dan perilaku melalui proses sosialisasi yang
melibatkan keluarga dan berbagai lembaga penting lainnya.
Kebudayaan ini sifatnya sangat luas dan menyangkut banyak aspek kehidupan
manusia dan pengaruhnya akan selalu berubah dari waktu ke waktu sejalan
dengan kemajuan dan perkembangan jaman dan masyarakat tersebut.
b. Sub budaya (sub culture)
Setiap budaya mempunyai kelompok-kelompok sub budaya yang lebih kecil,
yang merupakan indentifikasi dan sosialisasi yang lebih spesifik (dalam hal ini
termasuk kewarganegaraan, agama, ras, kelompok, dan letak geografi) untuk
perilaku anggotanya.
c. Kelas sosial (social class)
Dalam suatu masyarakat, terdapat berbagai macam lapisan masyarakat yang
biasanya disebut golongan sosial, lapisan atau kelas sosial. Dalam masyarakat
kini ada lapisan petani, lapisan buruh, lapisan pegawai, lapisan cendekiawan,
24
dan lain sebagainya. Lapisan atau kelas sosial semacam itu terjadi karena
manusia yang dikelaskan kedalamnya itu mempunyai suatu gaya hidup yang
khas. Lapisan ini dapat dianggap lebih tinggi atau lebih rendah, tergantung
dari sudut orang yang memandang tadi (Kotler, 2006).
2. Faktor sosial
Sub faktor yang termasuk dalam faktor sosial adalah:
a. Kelompok referensi (reference group)
Sebuah kelompok referensi bagi seseorang adalah kelompok-kelompok yang
memberikan pengaruh langsung atau tidak langsung terhadap sikap dan
perilaku seseorang. Kelompok yang memberi pengaruh langsung kepada
seseorang disebut kelompok keanggotaan, yakni kelompok dimana seseorang
menjadi anggotanya dan saling berinteraksi, ada 2 yaitu:
1) Kelompok primer
Kelompok ini cenderung bersifat informal dan terdapat interaksi yang
agak berkesinambungan, yang termasuk kelompok ini keluarga, sahabat,
tetangga dan rekan kerja.
2) Kelompok sekunder
Kelompok ini cenderung bersifat resmi dan kurang terjadi interaksi yang
berkesinambungan, yang termasuk kelompok ini organisasi keagamaan,
himpunan profesi.
b. Keluarga (family)
Merupakan suatu organisasi belanja konsumen yang penting dalam suatu
kelompok sosial dimana keputusan anggota keluarga akan sangatberpengaruh.
25
c. Peran dan Status (roles and status)
Kedudukan seseorang dalam setiap kelompok masyarakat dapat dijelaskan
dalam pengertian peranan dan status. Setiap peranan membawa satu status
yang mencerminkan penghargaan umum yang diberikan oleh masyarakat
sesuai dengan peranannya. Dalam hubungan dengan perilaku pembelian,
seseorang sering memilih produk yang menyatakan peranan dan status mereka
dalam masyarakat (Kotler, 2006).
3. Faktor personal
Sub faktor yang termasuk dalam faktor personal adalah:
a. Umur dan tahapan siklus hidup (age & lifecycle stage)
Seseorang akan membeli bermacam-macam barang dan jasa seumur hidupnya,
dan macam barang dan jasa yang dipilih itu dipengaruhi oleh umur orang
tersebut.
b. Pekerjaan (occupation)
Memberi pengaruh terhadap pola konsumsi, para pemasar akan mencoba
mengindentifikasi kelompok-kelompok pekerjaan atau jabatan yang memiliki
kecenderungan minat di atas rata-rata dalam produk dan jasa mereka.
c. Keadaan ekonomi (income)
Memberi pengaruh yang besar terhadap pemilihan pilihan produk. Keadaan
ekonomi terdiri dari pendapatan yang dapat dibelanjakan, tabungan dan
kekayaan, kemampuan meminjam dan sikapnya terhadap pengeluaran dan
menabung.
26
d. Gaya hidup (lifestyle)
Merupakan pola hidup seseorang yang diekspresikan melalui aktivitas,
kesenangan, dan opini mereka, sehingga gaya hidup ini merupakan potret
interaksi seseorang dengan lingkungannya.
e. Kepribadian dan konsep diri (personality & self concept)
Setiap orang memiliki karakter personal yang akan mempengaruhi perilaku
pembeliannya. Kepribadian mengacu pada karakteristik psikologis yang unik
dan menimbulkan tanggapan relatif konstan terhadap lingkungannya (Kotler,
2006).
4. Faktor psikologis
Sub faktor yang termasuk dalam faktor psikologis adalah:
a. Motivasi (motivation)
Pada dasarnya secara psikologis manusia memiliki keinginan yang ingin
dicapainya. Tetapi tidak semua keinginan tersebut dapat diarahkan untuk
kepentingan lain di luar keinginannya. Untuk mengarahkannya perlu adanya
suatu motivasi. Motivasi adalah kekuatan yang ada dalam diri seseorang yang
memberi daya, memberi arah, dan memelihara tingkah laku. Motivasi
merupakan suatu proses psikologis yang mencerminkan interaksi antar sikap,
kebutuhan, persepsi, dan keputusan yang terjadi dalam diri seseorang.
b. Pembelajaran (learning)
Proses pembelajaran meliputi perubahan-perubahan pada diri seseorang yang
berkembang dari pengalaman. Pembelajaran ini meliputi tahapan-tahapan:
drive, stimuli, cues, responses, reinforcement.
27
c. Keyakinan dan sikap (believes and attitudes)
Keyakinan merupakan suatu pemikiran deskriptif yang diyakini seseorang
terhadap suatu hal. Kepercayaaan terhadap suatu produk akan mempengaruhi
pendapat seseorang untuk membeli produk tersebut (Kotler, 2006).
F. Keterangan Empiris
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai
pemahaman masyarakat tentang kemasan obat tradisional serta faktor-faktor yang
melatarbelakangi atau alasan pemilihan pemakaian obat tradisional khususnya
jamu ramuan segar ataupun instan.
28
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian
Penelitian ini termasuk jenis penelitian non eksperimental dengan
rancangan survei epidemiologi deskriptif. Survei epidemiologi adalah survei
terhadap fenomena kesehatan dalam masyarakat yang dilakukan tanpa adanya
perlakuan (manusia). Survei epidemiologi deskriptif adalah penelitian yang tujuan
utamanya melakukan eksplorasi-deskriptif terhadap fenomena kesehatan di
masyarakat. Penelitian ini hanya menyuguhkan sedeskriptif mungkin fenomena
yang terjadi, tanpa mencoba menganalisa bagaimana dan mengapa fenomena
tersebut terjadi (Pratiknya, 2001).
B. Variabel Penelitian
1. Pemahaman masyarakat terhadap informasi pada kemasan obat tradisional
2. Alasan pemilihan jamu ramuan segar ataupun jamu instan
C. Definisi Operasional
1. Pemahaman : kemampuan untuk mengartikan, menjelaskan dan menangkap
arti dari informasi yang terdapat pada kemasan obat tradisonal.
2. Obat tradisional : obat dengan bahan berupa bahan tumbuhan segar ataupun
simplisia yang dibuat dengan cara diramu sehingga dihasilkan jamu berbentuk
cairan ataupun serbuk kering, dengan klaim khasiat tertentu.
29
3. Kemasan : pembungkus luar yang tidak bersentuhan dengan isi, yang
memiliki berbagai informasi seperti logo, nomor ijin edar, nama produk,
komposisi, cara pemakaian, khasiat, kontraindikasi, efek samping, nomor
batch, keterangan kadaluwarsa.
4. Alasan : faktor-faktor yang melatarbelakangi suatu pemilihan, yang bisa
dipengaruhi oleh faktor kebudayaan, sosial, pribadi maupun psikologis.
5. Pemilihan : proses memikirkan dan menentukan berdasarkan apa yang telah
dilihat dan dipahami.
6. Jamu ramuan segar : jamu yang terbuat dari bahan-bahan alami yang dibuat
dengan cara direbus atau diperas, umumnya berbentuk cairan yang dapat
langsung diminum tanpa perlu diolah lebih lanjut
7. Jamu instan: jamu buatan pabrik yang sudah dikemas, umumnya berbentuk
serbuk yang penggunaannya tinggal diseduh dan biasa dijual di toko obat atau
warung jamu.
8. Masyarakat : ibu-ibu yang sudah atau pernah menikah, berusia 26 sampai 60
tahun, yang pernah mengkonsumsi jamu ramuan segar dan atau jamu instan
baik bagi diri sendiri ataupun untuk keluarganya.
9. Karakteristik responden : data pribadi responden, yang meliputi umur,
pekerjaan, tingkat pendidikan, pengeluaran perbulan.
10. Pemahaman rendah : jika nilai persentase pemahaman kurang dari sama
dengan 50% (≤50%)
11. Pemahaman tinggi : jika nilai persentase pemahaman lebih besar dari 50%
(>50%)
30
D. Subyek Penelitian dan Teknik Sampling
Subyek dalam penelitian ini adalah ibu-ibu yang sudah atau pernah
menikah, berusia 26 sampai 60 tahun, yang pernah mengkonsumsi obat tradisional
dan bertempat tinggal di Desa Maguwoharjo.
Tabel II. Jumlah wanita usia 26 sampai 60 tahun
Kelompok umur Jumlah (P) *)
26-35 1.056 36-45 1.058 46-50 1.033 51-60 1.018 Total 4.165
Keterangan : *)Jumlah penduduk tahun 2007, Sumber : Kelurahan Maguwoharjo
Jumlah subyek pada penelitian ini dapat ditentukan dengan rumus berikut
(Notoatmodjo, 2002):
n : besar sampel yang diambil N : besar populasi d : tingkat signifikansi (10 %)
Perhitungan jumlah sampel yang diambil:
≈ 98
Jumlah sampel minimal adalah 98 orang pada penelitian ini diambil responden
sejumlah 116 orang.
31
Untuk menentukan lokasi penelitian digunakan teknik simple random
sampling yaitu dengan tabel random. Hakikat dari pengambilan sampel secara
acak sederhana adalah bahwa setiap anggota atau unit dari populasi mempunyai
kesempatan yang sama untuk diseleksi sebagai sampel. Berdasarkan data jumlah
total RT yang terdapat di Desa Maguwoharjo adalah 174 RT. Kemudian dengan
menggunakan tabel random diambil 30 RT, di mana setiap RT diambil 4 orang
responden. Berikut daftar lokasi penelitian yang diperoleh :
menjawab tidak setuju, dan 2,59% responden (3 orang) menjawab sangat tidak
setuju. Hasil penelitian (tabel XIV) menunjukkan bahwa sebagian besar
responden cenderung menjawab setuju pada pernyataan tersebut, dengan
persentase sebesar 96,55%.
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI, No: 246/Menkes/
Per/V/1990 tentang ijin usaha industri obat tradisional dan pendaftaran obat
tradisional bab V pasal (23) butir (c), obat tradisional tidak boleh mengandung
bahan kimia sintetik atau hasil isolasi yang berkhasiat sebagai obat.
C. Alasan Pemilihan Jamu Ramuan Segar atau Jamu Instan
1. Sumber pengenalan
Sumber pengenalan tentang obat tradisional yang diperoleh responden
dapat diperoleh dari berbagai sumber. Berikut ini adalah gambaran mengenai
sumber pengenalan jamu.
Gambar 9. Sumber pengenalan jamu
73
Dari data (gambar 9) dapat dilihat bahwa sumber pengenalan jamu yang
paling dominan adalah keluarga atau teman yakni sebesar 48,29%. Hal ini sesuai
dengan pernyataan Kotler (2006) bahwa keluarga, saudara dan teman merupakan
kelompok acuan yang mempunyai pengaruh langsung pada diri konsumen, karena
mereka selalu berinteraksi dengan konsumen. Untuk peran tenaga kesehatan
dalam upaya pemanfaatan kembali bahan alam (back to nature), masih tergolong
rendah yakni 2,13%, dengan kondisi seperti ini peran tenaga kesehatan khususnya
Apoteker sangatlah dibutuhkan sebagai sumber informasi.
Menurut Handayani (2006) kalangan medis belum dapat menerima
penggunaan obat tradisional pada pelayanan kesehatan konvensional karena:
Pertama, mereka menganggap bahwa pengobatan tradisional sebagai cara yang
tidak ilmiah dan tidak berharga, karena memberikan bahan yang tidak benar dan
tidak tepat serta menyebabkan orang sakit menjadi terlambat mencari pengobatan
yang lebih baik (konvensional). Mereka menganggap bahwa mengingatkan
masyarakat agar menjauhi pengobatan tradisional adalah merupakan bagian
tugasnya untuk melindungi kesehatan masyarakat. Kedua, mereka menganggap
bodoh orang yang percaya pengobatan tradisional. Mereka menganggap orang
yang menggunakan jasa pengobatan tradisional sebagai orang yang tidak mampu
membedakan mana pelayanan kesehatan yang legal dan yang tidak legal.
2. Tujuan penggunaan jamu
Obat tradisional dapat digunakan untuk mencegah penyakit (preventif),
pengobatan (kuratif), peningkatan kesehatan (promotif), dan pemulihan kesehatan
(rehabilitatif). Berikut gambaran mengenai tujuan penggunaan jamu.
74
Gambar 10. Tujuan penggunaan jamu Sumber : Proseeding Kongres Ilmiah ISFI XVI (Wisely, Hartini dan Djunarko, 2008)
Dari data (gambar 10) dapat dilihat bahwa tujuan penggunaan jamu yang
paling besar adalah untuk memulihkan kesehatan dengan persentase 48,29%.
Selanjutnya untuk meningkatkan kesehatan, mencegah penyakit dan mengobati
penyakit dengan persentase 26,5%, 25,36% dan 19,08%.
Penggunaan jamu untuk pengobatan tergolong kecil, responden lebih
mengandalkan tenaga medis khususnya dokter. Duke (2000) mengatakan bahwa
jangan pernah menjadi dokter untuk diri sendiri dalam hal pemakaian obat
tradisional terutama untuk mengatasi penyakit-penyakit yang berat. Perlu adanya
seorang ahli terutama dalam hal obat tradisional atau bukti klinis untuk penegasan
diagnosa penyakit. Jadi tidak hanya pengobatan berdasarkan pengalaman saja
yang berupa try and error.
3. Alasan pememilihan jamu
Setiap individu dalam menentukan perilaku kesehatan, pasti dilandasi oleh
berbagai alasan guna menetukan alternatif pemiliharaan kesehatan.
75
Gambar 11. Alasan pemilihan jamu
Dari data (gambar 11) yang diperoleh 28,65% responden memilih jamu
karena mudah didapat. Kemudian karena jamu tidak menimbulkan efek samping
dengan persentase 26,17%, selanjutnya karena murah, manjur dan lainnya dengan
persentase 25,62%, 17,91% dan 1,65%.
Faktor kemudahan dalam memperoleh, keamanan, biaya dan manfaat
menjadi pertimbangan reponden dalam pemilihan jamu sebagai alternatif
pemeliharaan kesehatan. Hal ini senada dengan apa yang dinyatakan oleh
Sarwono (2007) bahwa orang akan mempertimbangkan manfaat yang nyata,
resiko, untung rugi dan kemudahan mengerjakan sebelum memutuskan untuk
menerima atau menolak ide yang ditawarkan.
4. Hasil yang diperoleh
Dari data (tabel XV) hasil yang diperoleh responden setelah
menggunakan jamu yaitu sebanyak 75,18% responden menyatakan sembuh
76
sementara atau hanya meredakan gejala dan 24,82% reponden menyatakan
sembuh total atau lebih bugar.
Tabel XV. Hasil yang diperoleh
Hasil yang dirasakan responden sangatlah menetukan perilaku responden
selanjutnya. Ini sesuai dengan teori inovasi Rogers (cit Sarwono, 2007) tentang
innovation decision process di mana seseorang yang telah mengetahui dan
menaruh perhatian terhadap suatu ide serta memberi penilaian, akan mencoba
memakainya dan bila menyukainya atau mendapatkan hasil seperti yang
diharapkan maka orang tersebut akan mengadopsi ide atau hal baru tersebut,
dalam hal ini tentang penggunaan jamu dan selanjutnya akan membentuk sikap
atau perilaku dari individu tersebut.
5. Alasan pemilihan jamu instan dan jamu ramuan segar
Sebanyak 72,41% responden lebih memilih menggunakan jamu ramuan
segar dari pada jamu instan, dengan alasan (gambar 12) : alami dan tidak
mengandung bahan pengawet (18,82%), aman dan terjamin kualitasnya (16,78%),
harga yang terjangkau (14,74%), banyaknya jamu instan palsu yang beredar
(14,29%), sudah turun temurun (13,61%), tahu cara meraciknya (13,15%), dan
lainnya (8,61%).
No. Jawaban Jumlah (n) Persentase 1. Sembuh total (lebih bugar) 35 24,82% 2. Sembuh sementara (meredakan gejala) 106 75,18% 3. Tambah parah 0 0 4. Tidak berkasiat 0 0 Total 141 100
77
Gambar 12. Alasan memilih jamu ramuan segar Sumber : Proseeding Kongres Ilmiah ISFI XVI (Wisely, Hartini dan Djunarko, 2008)
Apabila dilihat dari alasan pemilihan jamu ramuan segar (gambar 12) ada
hal menarik, yakni faktor banyaknya jamu palsu yang beredar ternyata menjadi
suatu hal yang menakutkan bahkan menjadi trauma bagi sebagian masyarakat
dalam pemilihan jamu instan (14,29%). Hal ini didukung hasil wawancara
(Wisely, Hartini dan Djunarko, 2008), di mana seorang ibu menceritakan
pengalaman pribadinya sewaktu mengkonsumsi jamu instan. Ibu tersebut
berharap mendapatkan hasil yang lebih baik setelah mengkonsumsi jamu, tetapi
bukan itu yang didapatkannya. Ibu tersebut harus mendapat perawatan intensif di
rumah sakit setelah mengkonsumsi jamu instan tersebut. Walaupun sang ibu
selamat, tetapi janin yang berada didalam kandungan dan temannya yang ikut
mengkonsumsi meninggal. Itulah salah satu kenyataan yang dihadapi masyarakat
kita saat ini.
78
Gambar 13. Alasan memilih jamu instan Sumber : Proseeding Kongres Ilmiah ISFI XVI (Wisely, Hartini dan Djunarko, 2008)
Sedangkan sebanyak 27,59 responden lebih memilih menggunakan jamu
instan dari pada jamu instan, dengan alasan (gambar 13) : lebih hiegienis dan
praktis (28,83%), Mudah didapat dan harga terjangkau (27,93%), jamu instan
memiliki rasa yang lebih enak (16,22%), tidak tahu cara meracik (16,22%),
kesulitan mendapat bahan baku (8,11%), lainnya (2,69%).
Jamu ramuan segar menurut responden adalah jamu yang dibuat sendiri
dengan cara direbus atau diperas dan dibuat dari bahan-bahan alami 29,13%, jamu
ramuan segar adalah jamu gendong 28,08%, jamu yang berbentuk cair yang sudah
langsung dapat diminum tanpa perlu diolah lagi 23,10%, jamu yang bukan buatan
pabrik dan tidak dikemas 19,69%. Jenis jamu ramuan segar yang sering dibuat
oleh responden adalah kunyit asam. Pada kesempatan ini pula penulis
menanyakan cara pembuatan kunyit asam, di mana sebanyak 17 dari 24 reponden
membuat kunyit asam dengan cara dikupas terlebih dahulu kemudian diparut atau
diblender setelah itu direbus dan hasil parutan kemudian diperas.
79
Tabel XVI. Cara pembuatan kunyit asam
Jamu instan menurut responden adalah jamu buatan pabrik yang sudah
dikemas 39,93%, jamu umumnya berbentuk serbuk yang penggunaannya tinggal
diseduh 36,63%, jamu yang dijual di toko obat atau warung jamu 19,41%, dan
jamu yang dibuat dengan bentuk sediaan modern seperti bentuk tablet, kapsul, pil,
salep, krim 4,03%. Pengetahuan masyarakat tentang bentuk sediaan lain pada
jamu selain serbuk tergolong rendah, hal ini mungkin disebabkan karena
rendahnya pemahaman masyarakat terhadap logo (Wisely, Hartini dan Djunarko,
2008).
No. Jawaban Jumlah (n) Persentase 1. Kupas – diiris – dijemur – direbus 3 12,50% 2. Kupas – diiris – direbus 1 4,17% 3. Kupas – parut/blender – rebus – diperas 17 70,83% 4. Bakar – kupas – diparut – rebus – diperas 3 12,50% Total 24 100
80
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Karakteristik responden di Desa Maguwoharjo adalah ibu rumah tangga,
berusia 26-30 tahun, bertingkat pendidikan lulus SLTA atau sederajat, dengan
pengeluaran per bulan < Rp 1.500.000,-.
2. Pemahaman masyarakat terhadap informasi pada kemasan obat tradisional
tergolong tinggi untuk nama produk (98,71%), indikasi (93,68%), keterangan
kadaluwarsa (92,89%), cara pemakaian (92,82%), komposisi (85,06%), efek
samping (81,90%) dan kontraindikasi (62,29%). Sedangkan yang masih
tergolong rendah adalah logo (8,19%), nomor batch (29,31%) dan nomor ijin
edar (48,28%).
3. Faktor yang melatarbelakangi atau alasan masyarakat lebih memilih
menggunakan jamu ramuan segar daripada jamu instan, karena alami dan
tidak mengandung bahan pengawet (18,82%), lebih aman dan terjamin
kualitasnya (16,78%), harga yang terjangkau (14,74%), banyaknya jamu
instan palsu yang beredar di pasaran (14,29%), sudah turun temurun (13,61%),
karena sudah tahu cara meraciknya (13,15%), dan lainnya (8,61%).
81
B. Saran
1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui hubungan antara
karakteristik reponden dengan pemahaman obat tradisional berdasarkan
informasi pada kemasan dan hubungan antara karakteristik reponden dengan
alasan pemilihan jamu ramuan segar atau jamu instan.
2. Untuk peran tenaga kesehatan dalam upaya pemanfaatan kembali bahan alam
(back to nature), masih tergolong rendah sehingga dengan kondisi seperti ini
peran tenaga kesehatan khususnya Apoteker sangatlah dibutuhkan sebagai
sumber informasi.
3. Masyarakat masih belum paham tentang logo, nomor ijin edar dan nomor
batch oleh karena itu perlu dilakukan sosialisasi.
82
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 1990, Peraturan Menteri Kesehatan No. 246/Menkes/Per/V/1990 tentang Izin Usaha Industri Obat Tradisional dan Pendaftaran Obat Tradisional, Departemen Kesehatan Republik Indoensia, Jakarta
Anonim, 1992, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan, Departemen Kesehatan, Jakarta
Anonim, 2000, Peraturan Menteri Kesehatan No: 949/Menkes/Per/VI/2000 tentang Registrasi Obat, Departemen Kesehatan Republik Indoensia, Jakarta
Anonim, 2002, Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan No. HK.00.05.23.02769 tentang Pencantuman Asal Bahan Tertentu, Kandungan Alkohol, Dan Tanggal Kadaluwarsa Pada Penandaan Atau Label Obat, Obat Tradisional, Suplemen Makanan, Dan Pangan, Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia, Jakarta
Anonim, 2004, Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia No. HK.00.05.4.2411 tentang Ketentuan Pokok Pengelompokkan Dan Penandaan Obat Bahan Alam Indonesia, Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia, Jakarta
Anonim, 2005, Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan makanan Republik Indonesia No. HK.00.05.4.1380 tentang Pedoman Cara Pembuatan Obat Tradisional Yang Baik, Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia, Jakarta
Anonim, 2005, Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan No. HK.00.05.41.1384 tentang Kriteria Dan Tata Laksana Pendaftaran Obat Tradisional, Obat Herbal Terstandar Dan Fitofarmaka, Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia, Jakarta
Azwar, S., 1995, Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya, Edisi II, 106-125, Pustaka Pelajar, Yogyakarta.
Azwar, S., 2003, Reliabilitas dan Validitas, 1-71, Pustaka belajar, Yogyakarta.
Chosin, A., 2001, Kajian Waktu Dasaluwarsa Obat Tradisional Bentuk Serbuk, Pusat Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, http//digilib.litbang.depkes.go.id/, diakses tanggal 4 agustus 2008
83
Duke, J. A., 2000, Herb Green Medicine, 106-113, C.R.C. Boka Raton Inc Florida
Hadi, S., 1991, Analisis Butir Untuk Instrumen Angket, Tes dan Skala Nilai dengan Basica, 1-21, Andi Offset, Yogyakarta
Hakim, L., 2002, Kajian Strategis Penelitian, Pengembangan dan Pemanfaatan Obat Alam Indonesia, Prosiding Seminar Nasional Tumbuhan Obat Indonesia XXI, 9-17, Universitas Surabaya, Surabaya
Handayani, L., dan Suharmiati, 2002, Meracik Obat Tradisional Secara Rasional, Medika, Vol. XXVIII, Tahun 2002, 648-651
Handayani, L., 2006, Pengobatan Konvensional : Antara Kekuatan dan Kelemahan, Medika, Vol. XXXII, Tahun 2006, 216-221
Holt, G. A., dan Hall, L., 1990, The Self-Care Movement, Handbook of Nonprescription Drugs, 9
th edition, 1-10, AphA, Washington D.C.
Kodim, N., 2000, Kontaminasi Mikroorganisme Pada Jamu Gendong, Medika Tahun XXXVI, Tahun 2000, 416
Kotler, P., 2006, Managemen Pemasaran Analisis, Perencanaan, Implementasi, dan Kontrol, 229-273, Prenhallindo, Jakarta
Mowen, J., dan Minor, M., 2002, Perilaku Konsumen, Erlangga, Jakarta
Schwartz, W.K., & Hoopes, JM., 1990, Patient Assesment and Drug Consultatin, Handbook of Non Prescription Drugs, 9
th edition, 11-20, AphA,
Washington D.C.
Smet, B., 1994, Psikologi Kesehatan, 7-32, Gramedia Widiasaranai Indonesia, Jakarta.
Soedibyo, B. R. A. Mooryati, 1998, Alam Sumber Kesehatan dan Kegunaannya, 1-11, Balai Pustaka, Jakarta
84
Soesilo, S., 1995, Perkembangan dan Pelaksanaan Kebijakan Obat Nasional di Indonesia, 2-3, UGM, Yogyakarta
Stoklosa, M. J., and Ansel, H. C., 1996, Pharmaceutical Calculations, 10th edition, 57-77, William and willkins, USA
Suhadi, R., 2000, Keluarga Sehat dengan Biaya Murah Melalui Sistem Perawatan Sendiri, Seri Menyongsong Milenium ke-3, Mencegah Penyakit Lebih Murah daripada Mengobati Penyakit, 95-111, USD, Yogyakarta
Suparno, A.S., 2001, Membangun Kompetensi Belajar, 6-11, Departeman Pendidikan Nasional, Jakarta
Winata, S. D., 2003, Cara Bijak Menggunakan Obat Herbal, Meditek, Vol. XI, Tahun 2002, 50-55
Wisely, Hartini., Y.S, Djunarko., I, 2008, Studi Tentang Pemahaman Obat Tradisional Berdasar Kemasan dan Motivasi Pemilihan Jamu Ramuan Segar atau Jamu Instan Pada Masyarakat Desa Maguwohardjo Depok Sleman Yogyakarta, Proseeding Kongres Ilmiah ISFI XVI, Yogyakarta
85
Lampiran 1. Peta Desa Maguwoharjo
86
Lampiran 2. Hasil uji validitas
VAR00001 Pearson
Correlation .500(*) VAR00011 Pearson
Correlation -0.04 VAR00021 Pearson
Correlation .538(*) Sig. (2-tailed)
0.025 Sig. (2-tailed) 0.866 Sig. (2-
tailed) 0.014 N 20 N
20 N 20
VAR00002 Pearson Correlation
0.152 VAR00012 Pearson Correlation .505(*)
VAR00022 Pearson Correlation .489(*)
Sig. (2-tailed)
0.522 Sig. (2-tailed) 0.023 Sig. (2-
tailed) 0.029 N 20 N
20 N 20
VAR00003 Pearson Correlation
0.332 VAR00013 Pearson Correlation .452(*)
VAR00023 Pearson Correlation 0.251
Sig. (2-tailed)
0.153 Sig. (2-tailed) 0.045 Sig. (2-
tailed) 0.285 N 20 N
20 N 20
VAR00004 Pearson Correlation
.517(*) VAR00014 Pearson Correlation .574(**)
VAR00024 Pearson Correlation 0.419
Sig. (2-tailed)
0.02 Sig. (2-tailed) 0.008 Sig. (2-
tailed) 0.066 N 20 N
20 N 20
VAR00005 Pearson Correlation
.557(*) VAR00015 Pearson Correlation -0.137
VAR00025 Pearson Correlation .588(**)
Sig. (2-tailed)
0.011 Sig. (2-tailed) 0.565 Sig. (2-
tailed) 0.006 N 20 N
20 N 20
VAR00006 Pearson Correlation
.489(*) VAR00016 Pearson Correlation .631(**)
VAR00026 Pearson Correlation 0.394
Sig. (2-tailed)
0.029 Sig. (2-tailed) 0.003 Sig. (2-
tailed) 0.086 N 20 N
20 N 20
VAR00007 Pearson Correlation
.540(*) VAR00017 Pearson Correlation 0.339
VAR00027 Pearson Correlation .460(*)
Sig. (2-tailed)
0.014 Sig. (2-tailed) 0.144 Sig. (2-
tailed) 0.041 N 20 N
20 N 20
VAR00008 Pearson Correlation
.522(*) VAR00018 Pearson Correlation .524(*)
VAR00028 Pearson Correlation .572(**)
Sig. (2-tailed)
0.018 Sig. (2-tailed) 0.018 Sig. (2-
tailed) 0.008 N 20 N
20 N 20
VAR00009 Pearson Correlation
.659(**) VAR00019 Pearson Correlation .513(*)
VAR00029 Pearson Correlation .498(*)
Sig. (2-tailed)
0.002 Sig. (2-tailed) 0.021 Sig. (2-
tailed) 0.025 N 20 N
20 N 20
VAR00010 Pearson Correlation
0.049 VAR00020 Pearson Correlation 0.277
VAR00030 Pearson Correlation 0.437
Sig. (2-tailed)
0.838 Sig. (2-tailed) 0.236 Sig. (2-
tailed) 0.054 N 20 N
20 N 20
** Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). * Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
87
VAR00031
Pearson Correlation 0.424
VAR00041 Pearson Correlation 0.322
VAR00051 Pearson Correlation 0.293
Sig. (2-tailed) 0.062 Sig. (2-
tailed) 0.166 Sig. (2-tailed) 0.21
N 20 N 20 N 20 VAR00032
Pearson Correlation .599(**)
VAR00042 Pearson Correlation .502(*)
VAR00052 Pearson Correlation .531(*)
Sig. (2-tailed) 0.005 Sig. (2-
tailed) 0.024 Sig. (2-tailed) 0.016
N 20 N 20 N 20 VAR00033
Pearson Correlation .539(*)
VAR00043 Pearson Correlation .593(**)
VAR00053 Pearson Correlation .562(**)
Sig. (2-tailed) 0.014 Sig. (2-
tailed) 0.006 Sig. (2-tailed) 0.01
N 20 N 20 N 20 VAR00034
Pearson Correlation .450(*)
VAR00044 Pearson Correlation .484(*)
VAR00054 Pearson Correlation .470(*)
Sig. (2-tailed) 0.047 Sig. (2-
tailed) 0.031 Sig. (2-tailed) 0.036
N 20 N 20 N 20 VAR00035
Pearson Correlation -0.271
VAR00045 Pearson Correlation .498(*)
VAR00055 Pearson Correlation 0.315
Sig. (2-tailed) 0.247 Sig. (2-
tailed) 0.025 Sig. (2-tailed) 0.176
N 20 N 20 N 20 VAR00036
Pearson Correlation 0.223
VAR00046 Pearson Correlation 0.243
VAR00056 Pearson Correlation 1
Sig. (2-tailed) 0.344 Sig. (2-
tailed) 0.301 Sig. (2-tailed) .
N 20 N 20 N 20 VAR00037
Pearson Correlation .636(**)
VAR00047 Pearson Correlation .690(**)
Sig. (2-tailed) 0.003 Sig. (2-
tailed) 0.001N 20 N 20
VAR00038
Pearson Correlation .519(*)
VAR00048 Pearson Correlation .483(*)
Sig. (2-tailed) 0.019 Sig. (2-
tailed) 0.031N 20 N 20
VAR00039
Pearson Correlation .599(**)
VAR00049 Pearson Correlation .601(**)
Sig. (2-tailed) 0.005 Sig. (2-
tailed) 0.005 N 20 N 20
VAR00040
Pearson Correlation 0.346
VAR00050 Pearson Correlation .491(*)
Sig. (2-tailed) 0.135 Sig. (2-
tailed) 0.028 N 20 N 20
** Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). * Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
88
Lampiran 3. Hasil uji reliabilitas
Correlations
ganjil genap ganjil Pearson
Correlation 1 .863(**)
Sig. (2-tailed) . .000 N 20 20
genap Pearson Correlation .863(**) 1
Sig. (2-tailed) .000 . N 20 20
** Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
89
Lampiran 4. Kuisioner Penelitian
Kuisioner
Alamat : ……………
Umur : ……………
Pekerjaan : ……………
Tingkat Pendidikan Terakhir : ……………
Pengeluaran per bulan : a. < 1.500.000
b. 1.500.000 – 2.500.000
c. 2.500.000 – 3.500.000
d. >3.500.000
PENGETAHUAN TENTANG KEMASAN OBAT TRADISIONAL
Petunjuk Baca dan pahami setiap pernyataan dengan baik kemudian berilah tanda (X) pada
kolom yang telah tersedia. Pilihan jawaban atas pernyataan-pernyataan tersebut
adalah sebagai berikut :
STS : bila Anda menjawab Sangat Tidak Setuju terhadap pertanyaan
TS : bila Anda menjawab Tidak Setuju terhadap pertanyaan
S : bila Anda menjawab Setuju terhadap pertanyaan
SS : bila Anda menjawab Sangat Setuju terhadap pertanyaan
Jawaban yang diberikan tidak akan mendapat penilaian BENAR atau SALAH, sebab
jawaban yang paling benar adalah yang sesuai dengan apa yang Anda ketahui.
Contoh
No Pertanyaan SS S TS STS
1. Saya cinta kebudayaan Indonesia X
90
No Pernyataan SS S TS STS1. Ada 3 macam obat tradisional yang saya kenal, yaitu: Jamu,
Obat Herbal Terstandar dan Fitofarmaka.
2.
Saya tidak tahu logo diatas adalah logo Jamu. Logo Jamu yang saya kenal seperti logo dibawah.
3.
Saya tahu ini adalah logo Obat Herbal Terstandar.
4.
Saya tahu ini adalah logo Fitofarmaka.
5. Saya tidak tahu bahwa Jamu belum teruji keamanan dan khasiatnya, baik pada hewan uji (praklinis) maupun manusia (klinis).
6. Saya tidak tahu bahwa Obat Herbal Terstandar sudah teruji keamanan dan khasiatnya pada hewan uji (praklinis)
7. Saya tidak tahu bahwa Fitofarmaka sudah teruji keamanan dan khasiatnya, baik pada hewan uji (praklinis) maupun manusia (klinis).
8. Saya selalu membaca informasi tentang nomor ijin edar. 9. Bagi saya informasi tentang nomor ijin edar itu tidak
penting.
10. Saya tahu bahwa nomor ijin edar dikeluarkan oleh Departemen Kesehatan (DEPKES) dan diawasi oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).
11. Dari nomor ijin edar saya dapat mengetahui obat tersebut palsu atau tidak.
12. Saya selalu membaca informasi tentang nomor batch. 13. Bagi saya informasi tentang nomor batch itu tidak penting.
91
No Pernyataan SS S TS STS14. Saya tahu bahwa nomor batch digunakan untuk
memudahkan penelusuran jika ada obat yang gagal produksi atau rusak.
15. Saya tahu pada setiap kemasan obat tradisional pasti terdapat nama produk/merk.
16. Saya tidak pernah memperhatikan nama produk/merk, yang saya perhatikan adalah warna kemasannya.
17. Saya selalu membaca informasi tentang khasiat/kegunaan yang ada pada kemasan.
18. Bagi saya informasi tentang khasiat/kegunaan itu tidak penting.
19. Saya tahu setiap bahan penyusun yang ada pada kemasan memiliki khasiat/kegunaan tersendiri
20. Saya selalu membaca informasi tentang efek samping. 21. Bagi saya informasi tentang efek samping itu tidak penting. 22. Menurut saya semua obat tradisional tidak memiliki efek
samping.
23. Saya selalu membaca informasi tentang cara pemakaian yang ada pada kemasan.
24. Bagi saya informasi tentang cara pemakaian itu tidak penting.
25. Bagi saya cara pemakaian untuk semua obat tradisional sama.
26. Saya selalu membaca informasi tentang tanggal kadaluwarsa yang ada pada kemasan.
27. Bagi saya informasi tentang tanggal kadaluwarsa itu tidak penting.
28. Menurut saya semua obat tradisional memiliki tanggal kadaluwarsa.
29. Menurut saya obat tradisional yang sudah kadaluwarsa masih boleh dikonsumsi.
30. Saya selalu membaca informasi tentang kontraindikasi. 31. Bagi saya informasi tentang kontraindikasi itu tidak
penting.
32. Menurut saya semua orang boleh minum obat tradisional, walaupun sedang hamil dan menyusui atapun mengalami gangguan fungsi organ.
33. Menurut saya kontraindikasi sama artinya dengan efek samping.
34. Saya selalu membaca informasi tentang komposisi yang ada pada kemasan.
35. Bagi saya informasi tentang komposisi itu tidak penting 36. Menurut saya obat tradisional tidak boleh mengandung
bahan kimia obat.
92
MOTIVASI PENGGUNAAN JAMU INSTAN ATAU RAMUAN SEGAR Petunjuk Berilah tanda silang (X) pada jawaban yang Anda anggap sesuai dengan keadaan yang sebenarnya
1. Apa yang anda ketahui tentang jamu? (jawaban boleh lebih dari satu)
a. Jamu yang saya ketahui tidak ada yang lain selain jamu gendong. b. Jamu yang dibuat sendiri dari bahan-bahan alami. c. Jamu yang berbentuk serbuk yang penggunaannya tinggal diseduh. d. Jamu buatan pabrik yang sudah dikemas. e. Lainnya………………………………………
2. Apa yang anda ketahui tentang jamu instan? (jawaban boleh lebih dari satu) a. Jamu yang dijual di toko obat / warung jamu b. Jamu umumnya berbentuk serbuk yang penggunaannya tinggal diseduh c. Jamu buatan pabrik yang sudah dikemas. d. Jamu yang dibuat dengan bentuk sediaan modern seperti bentuk tablet, kapsul, pil,
salep, krim. e. Lainnya………………………………………
3. Apa yang anda ketahui tentang jamu ramuan segar? (jawaban boleh lebih dari satu) a. Jamu ramuan segar yang saya tahu adalah jamu gendong. b. Jamu yang berbentuk cair yang sudah langsung dapat diminum tanpa perlu diolah lagi c. Jamu yang bukan buatan pabrik dan tidak dikemas. d. Jamu yang dibuat sendiri dengan cara direbus atau diremes dan dibuat dari bahan-
bahan alami. e. Lainnya………………………………………
4. Dari siapa Anda mengenal jamu? (jawaban boleh lebih dari satu) a. Keluarga/Teman b. Tenaga kesehatan (dokter, apoteker, bidan) c. Pengalaman masa lalu d. Iklan surat kabar/buku/majalah/televisi/radio e. Lainnya………………………………………
5. Mengapa Anda memilih mengkonsumsi jamu? (jawaban boleh lebih dari satu) a. Murah b. Mudah didapat c. Manjur d. Tidak menimbulkan efek samping e. Lainnya………………………………………
6. Tujuan Anda mengkonsumsi jamu? (jawaban boleh lebih dari satu) a. Mencegah penyakit b. Mengobati penyakit c. Memulihkan kesehatan d. Meningkatkan kesehatan e. Lainnya………………………………………
93
7. Bagaimana hasil yang Anda dapatkan setelah mengkonsumsi jamu? a. Sembuh total b. Sembuh sementara c. Tambah parah d. Tidak berkasiat e. Lainnya………………………………………
8. Antara jamu instan dan jamu segar, mana yang anda sering gunakan? a. Jamu instan b. Jamu ramuan segar
Alasan : ………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………… 9. Mana yang Anda pilih antara jamu instan dan jamu ramuan segar?
a. Jamu instan (silakan melanjutkan soal nomor 10) b. Jamu ramuan segar (silakan melanjutkan soal nomor 11)
10. Anda lebih memilih jamu instan daripada jamu ramuan segar, karena (jawaban boleh
lebih dari satu) a. Kesulitan mendapat bahan baku jamu ramuan segar b. Saya tidak tahu cara meracik jamu segar c. Jamu instan mudah diperoleh dan harga terjangkau d. Jamu instan lebih higienis (bersih) dan praktis e. Jamu instan memiliki rasa yang enak f. Lainnya……………….
Alasan : ………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………… 11. Anda lebih memilih jamu ramuan segar daripada jamu instan, karena
(jawaban boleh lebih dari satu) a. Sudah turun temurun b. Saya tahu cara meracik jamu segar c. Jamu ramuan segar harganya lebih murah d. Jamu ramuan segar lebih aman dan terjamin kualitasnya e. Jamu ramuan segar lebih alami dan tidak mengandung bahan pengawet f. Maraknya isu mengenai jamu instan palsu yang beredar dipasaran g. Lainnya ……………….
No. Jawaban Jumlah Persentase 1. Mencegah penyakit 89 25,36% 2. Mengobati penyakit 67 19,08% 3. Memulihkan kesehatan 102 29,06% 4. Meningkatkan kesehatan 93 26,50% 5. Lainnya 0 0 Total 351 100%
No. Jawaban Jumlah Persentase 1. Sembuh total 35 24,82% 2. Sembuh sementara (mengurangi) 106 75,18% 3. Tambah parah 0 0 4. Tidak berkasiat 0 0 Total 141 100%
No. Jawaban Jumlah Persentase 1. Jamu instan 32 27,59% 2. Jamu ramuan segar 84 72,41% Total 116 100%
No. Jawaban Jumlah Persentase 1. Jamu instan (silakan melanjutkan soal nomor 10) 32 27,59% 2. Jamu ramuan segar (silakan melanjutkan soal
nomor 11) 84 72,41%
Total 116 100%
101
10. Anda lebih memilih jamu instan daripada jamu ramuan segar, karena
11. Anda lebih memilih jamu ramuan segar daripada jamu instan, karena
No. Jawaban Jumlah Persentase 1. Kesulitan mendapat bahan baku jamu ramuan
segar 9 8,11%
2. Saya tidak tahu cara meracik jamu segar 18 16,22% 3. Jamu instan mudah diperoleh dan harga
terjangkau 31 27,93%
4. Jamu instan lebih higienis (bersih) dan praktis 32 28,83% 5. Jamu instan memiliki rasa yang enak 18 16,22% 6. Lainnya (Repot 1, Takaran terukur 2) 3 2,69% Total 111 100%
No. Jawaban Jumlah Persentase 1. Sudah turun temurun 60 13,61% 2. Saya tahu cara meracik jamu segar 58 13,15% 3. Jamu ramuan segar harganya lebih murah 65 14,74% 4. Jamu ramuan segar lebih aman dan terjamin
kualitasnya 74 16,78%
5. Jamu ramuan segar lebih alami dan tidak mengandung bahan pengawet 83
18,82%
6. Maraknya isu mengenai jamu instan palsu yang beredar dipasaran 63
14,29%
7. Lainnya (Jamu instan ditambah bahan kimia 8, Lebih mudah didapat 12, Tidak ada efek samping 6, Manjur 3, Enak 9)
38
8,61%
Total 441 100%
102
Lampiran 8. Tabel random
(diambil dari http://www.mrs.umn.edu/randomnumbersII.html 12 juni 2008)