Top Banner
i STUDI KOMPARASI PERKEMBANGAN ANAK YANG MENGIKUTI DAN TIDAK MENGIKUTI KELOMPOK BERMAIN (KB) DI KELURAHAN TEMBALANG SEMARANG SKRIPSI “Untuk memenuhi Persyaratan mencapai Sarjana Keperawatan” Oleh: NUR ALIFAH 22020111140106 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN JURUSAN KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG, JULI 2015
165

Studi Komparasi Perkembangan Anak yang Mengikuti dan Tidak Mengikuti Kelompok Bermain (KB) di Kelurahan Tembalang, Semarang

Feb 16, 2016

Download

Documents

Penelitian ilmiah yang membandingkan status perkembangan anak yang mengikuti KB dan tidak di Kelurahan Tembalang
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Studi Komparasi Perkembangan Anak yang Mengikuti dan Tidak Mengikuti Kelompok Bermain (KB) di Kelurahan Tembalang, Semarang

i

STUDI KOMPARASI PERKEMBANGAN ANAK YANG

MENGIKUTI DAN TIDAK MENGIKUTI KELOMPOK

BERMAIN (KB) DI KELURAHAN TEMBALANG SEMARANG

SKRIPSI

“Untuk memenuhi Persyaratan mencapai Sarjana Keperawatan”

Oleh:

NUR ALIFAH

22020111140106

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

JURUSAN KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS DIPONEGORO

SEMARANG, JULI 2015

Page 2: Studi Komparasi Perkembangan Anak yang Mengikuti dan Tidak Mengikuti Kelompok Bermain (KB) di Kelurahan Tembalang, Semarang

ii

Page 3: Studi Komparasi Perkembangan Anak yang Mengikuti dan Tidak Mengikuti Kelompok Bermain (KB) di Kelurahan Tembalang, Semarang

iii

Page 4: Studi Komparasi Perkembangan Anak yang Mengikuti dan Tidak Mengikuti Kelompok Bermain (KB) di Kelurahan Tembalang, Semarang

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Puji syukur kuhaturkan kepada-Mu ya Rabb atas selesainya skripsi ini, persembahan

terkhusus kuucapkan kepada :

“Kedua orangtuaku : Bapak Suparman dan Ibu Supami”

Terimakasih telah menjadi orangtua yang luar biasa, yang senantiasa mencurahkan kasih

sayang, perhatian, doa, dan semangatnya.

“Adek-adekku yang manis dan lucu : Ridwan dan Shirfa”

Terimakasih telah menjadi adek-adek yang menyenangkan yang selalu membuatku

tertawa bahagia ketika berkumpul bersama.

“Dosen Pembimbingku : Ibu Ns. Elsa Naviati, S.Kep., M.Kep., Sp.Kep.An ”

Terimakasih telah menjadi dosbing yang cantik, perhatian, dan mengerti segala kebutuhan

anak bimbingannya.

“Sahabat-sahabatku tersayang : Dieta, Nunung, Rahma, Destini, Wiwid, Sholikah,

Intan, Fitriya, Petrik, Dita, Candra, Rosalia”

Terimakasih telah bersedia menjadi tempatku mencurahkan segala hal, dan menjadi

sahabat yang baik yang memberikan cinta, perhatian, dan semangatnya.

“Para enumeratorku: Dieta, Nunung, Rahma, Destini, Intan, Lika, Tika, Petrik, Wiwid,

Fitriya, dan Aluh”

Terimakasih kalian telah bersedia kuajak bersusah payah menjemput responden di Pos

PAUD, Posyandu, maupun door to door.

“Teman-teman Gaza A 11.2”

Terimakasih atas segala kehangatan pertemanan kita.

“Mbak Swift, Bang Levine, AsTi, HWhi, dan VaRah”

Terimakasih telah mewarnai dunia skripsiku dengan sangat indah. ^.^

Page 5: Studi Komparasi Perkembangan Anak yang Mengikuti dan Tidak Mengikuti Kelompok Bermain (KB) di Kelurahan Tembalang, Semarang

v

SURAT PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa penelitian yang saya lakukan adalah

hasil karya sendiri. Tidak ada karya ilmiah lain atau sejenisnya yang diajukan

untuk memperoleh gelar kesarjanaan atau sejenisnya di Perguruan Tinggi

manapun seperti karya ilmiah yang saya susun.

Sepengetahuan saya juga tidak ada karya ilmiah atau pendapat yang

pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu

dalam naskah karya ilmiah yang saya susun ini dan disebutkan dalam daftar

pustaka.

Apabila pernyataan tersebut terbukti tidak benar, maka saya bersedia

menerima sanksi sesuai dengan ketentuan akademik yang berlaku.

Semarang, Juli 2015

Page 6: Studi Komparasi Perkembangan Anak yang Mengikuti dan Tidak Mengikuti Kelompok Bermain (KB) di Kelurahan Tembalang, Semarang

vi

Page 7: Studi Komparasi Perkembangan Anak yang Mengikuti dan Tidak Mengikuti Kelompok Bermain (KB) di Kelurahan Tembalang, Semarang

vii

Page 8: Studi Komparasi Perkembangan Anak yang Mengikuti dan Tidak Mengikuti Kelompok Bermain (KB) di Kelurahan Tembalang, Semarang

viii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala nikmat dan karunia-Nya,

sehingga peneliti dapat menyelesaikan penelitian dengan judul “Studi Komparasi

Perkembangan Anak yang Mengikuti Dan Tidak Mengikuti Kelompok Bermain

(KB) di Kelurahan Tembalang Semarang”.

Penyusunan proposal penelitian ini, peneliti banyak mendapat bimbingan,

bantuan, dan motivasi dari banyak pihak. Oleh karena itu, peneliti ingin

menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

1. Ibu Ns. Elsa Naviati, S.Kep., M.Kep.,Sp.Kep.An, selaku pembimbing

yang telah banyak memberikan bimbingan, nasehat dan arahan kepada

penulis.

2. Bapak Dr. Untung Sujianto, S.Kp.M.Kes selaku Ketua Jurusan

Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro.

3. Ibu Sarah Ulliya, S.Kep., M. Kep., selaku Ketua Program Studi Ilmu

Keperawatan, Fakultas Kedokteran, Universitas Diponegoro

4. Ibu Ns.Zubaidah, S.Kep., M.Kep.,Sp.Kep.An, dan Ns. Artika Nurrahima.,

S.Kep., M.Kep selaku dosen penguji yang telah memberikan masukan dan

arahan dalam perbaikan penelitian

5. Semua kader posyandu balita di Kelurahan Tembalang, Semarang yang

telah memberikan bantuan dan kemudahan dalam proses penelitian

6. Semua pengajar dan staff di Pos PAUD Pos PAUD Mekar Jaya, Pos PAUD

Mutiara Hati, Pos PAUD Pelita Hati, Pos PAUD Pertiwi, dan Pos PAUD Bunga

yang telah memberikan bantuan dan kemudahan dalam proses penelitian

Page 9: Studi Komparasi Perkembangan Anak yang Mengikuti dan Tidak Mengikuti Kelompok Bermain (KB) di Kelurahan Tembalang, Semarang

ix

Page 10: Studi Komparasi Perkembangan Anak yang Mengikuti dan Tidak Mengikuti Kelompok Bermain (KB) di Kelurahan Tembalang, Semarang

x

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................................... i

SURAT PERNYATAAN PUBLIKASI ILMIAH ..................................................... ii

PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME .............................................................. iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................................... iv

SURAT PERNYATAAN ........................................................................................... v

HALAMAN PERSETUJUAN .................................................................................. vi

HALAMAN PENGESAHAN .................................................................................. vii

KATA PENGANTAR ............................................................................................ viii

DAFTAR ISI .............................................................................................................. x

DAFTAR TABEL .................................................................................................... xii

DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. xiii

DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................... xiv

ABSTRAK ............................................................................................................... xv

ABSTRACT ............................................................................................................ xvi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang...................................................................................... 1

B. Perumusan Masalah ............................................................................ 10

C. Tujuan Penelitian ................................................................................ 11

D. Manfaat Penelitian .............................................................................. 12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori .................................................................................. 14

1. Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Anak .................... 16

2. Empat Aspek Perkembangan Anak ........................................... 19

3. Konsep Kelompok Bermain ...................................................... 32

B. Kerangka Teori ................................................................................. 47

Page 11: Studi Komparasi Perkembangan Anak yang Mengikuti dan Tidak Mengikuti Kelompok Bermain (KB) di Kelurahan Tembalang, Semarang

xi

BAB III METODE PENELITIAN

A. Kerangkan Konsep ........................................................................... 48

B. Hipotesis ......................................................................................... 48

C. Jenis dan Rancangan Penelitian.......................................................... 48

D. Populasi dan Sampel Penelitian.......................................................... 49

E. Besar Sampel ...................................................................................... 50

F. Tempat dan Waktu Penelitian ............................................................ 53

G. Variabel Penelitian, Definisi Operasional, Skala Pengukuran ........... 54

H. Alat Penelitian dan Cara Pengumpulan Data ..................................... 57

I. Teknik Pengolahan dan Analisa Data ................................................. 64

J. Etika Penelitian ................................................................................... 69

BAB IV HASIL PENELITIAN

A. Karakteristik Responden .................................................................. 70

B. Gambaran Perkembangan Responden yang mengikuti KB ............. 73

C. Gambaran Perkembangan Responden yang tidak mengikuti KB .... 76

D. Komparasi Perkembangan Anak yang Mengikuti dan Tidak

Mengikuti KB ................................................................................... 77

BAB V PEMBAHASAN

A. Karakteristik Anak ............................................................................ 79

B. Perkembangan Anak di Kelurahan Tembalang, Semarang ................ 83

C. Keterbatasan Penelitian .................................................................... 92

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ....................................................................................... 93

B. Saran ................................................................................................. 95

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 96

LAMPIRAN ........................................................................................................... 101

Page 12: Studi Komparasi Perkembangan Anak yang Mengikuti dan Tidak Mengikuti Kelompok Bermain (KB) di Kelurahan Tembalang, Semarang

xii

DAFTAR TABEL

Nomor

Tabel

Judul Tabel

Halaman

3.1

3.2

3.3

3.4

4.1

4.2

4.3

4.4

4.5

4.6

4.7

4.8

4.9

4.10

4.11

4.12

4.13

4.14

4.15

4.16

Tabel perhitungan jumlah sampel per Pos PAUD

Tabel perhitungan jumlah sampel per Posyandu

Tabel definisi operasional

Tabel interprestasi koefisien RPM

Tabel distribusi frekunsi responden yang mengikuti KB

berdasarkan usia pada KPSP

Tabel distribusi frekuensi responden yang mengikuti KB

berdasarkan jenis kelamin

Tabel distribusi frekuensi responden yang mengikuti KB

berdasarkan riwayat keterlambatan

Tabel distribusi frekuensi responden yang mengikuti KB

berdasarkan jenis keterlambatan

Tabel distribusi frekuensi responden yang tidak mengikuti KB

berdasarkan usia pada KPSP

Tabel distribusi frekuensi responden yang tidak mengikuti KB

berdasarkan jenis kelamin

Tabel distribusi frekuensi responden yang tidak mengikuti KB

berdasarkan riwayat

Tabel distribusi frekuensi perkembangan responden yang

mengikuti KB

Tabel distribusi frekuensi perkembangan berdasarkan usia

responden yang mengikuti KB

Tabel distribusi frekuensi perkembangan berdasarkan jenis

kelamin responden yang mengikuti KB

Tabel distribusi frekuensi perkembangan berdasarkan ada

tidaknya riwayat keterlambatan perkembangan responden yang

mengikuti KB

Tabel distribusi frekuensi perkembangan berdasarkan jenis

keterlambatan perkembangan responden yang mengikuti KB

Tabel distribusi frekuensi perkembangan responden yang tidak

mengikuti KB

Tabel Distribusi frekuensi perkembangan berdasarkan usia

responden yang tidak mengikuti KB

Tabel Distribusi frekuensi perkembangan berdasarkan jenis

kelamin responden yang tidak mengikuti KB

Tabel Komparasi perkembangan anak yang mengikuti dan

tidak mengikuti KB

52

53

56

62

71

72

72

72

73

73

74

74

75

75

76

76

77

77

78

78

Page 13: Studi Komparasi Perkembangan Anak yang Mengikuti dan Tidak Mengikuti Kelompok Bermain (KB) di Kelurahan Tembalang, Semarang

xiii

DAFTAR GAMBAR

Nomor

Diagram

Judul Gambar

Halaman

2.1

3.1

Gambar kerangka teori

Gambar kerangka konsep

47

48

Page 14: Studi Komparasi Perkembangan Anak yang Mengikuti dan Tidak Mengikuti Kelompok Bermain (KB) di Kelurahan Tembalang, Semarang

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor

Lampiran

Keterangan

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

13

14

15

Lembar Jadwal Penelitian

Lembar Jadwal Konsultasi

Lembar Catatan Hasil Konsultasi

Lembar Permohonan Ijin Pengkajian Data Awal Proposal Penelitian

Lembar Rekomendasi Ijin Pengkajian Data Awal Proposal Penelitian

Lembar Permohonan Uji Validitas dan Uji Reliabilitas di Pos PAUD

Mekar Ceria

Lembar Permohonan Uji Validitas dan Uji Reliabilitas di Pos PAUD

Permata Hati

Lembar Hasil Persamaan Persepsi

Lembar Permohonan Ijin Penelitian

Lembar Rekomendasi Ijin Penelitian

Lembar Inform Consent

Lembar Permohonan Kepada Responden

Lembar Persetujuan Menjadi Responden

Lembar Kuesioner KPSP pada anak usia 36-60 bulan

Lembar Output SPSS

Page 15: Studi Komparasi Perkembangan Anak yang Mengikuti dan Tidak Mengikuti Kelompok Bermain (KB) di Kelurahan Tembalang, Semarang

xv

Jurusan Ilmu Keperawatan

Fakultas Kedokteran

Universitas Diponegoro

Skripsi, Juli 2015

ABSTRAK

Nur Alifah1

Studi Komparasi Perkembangan Anak yang Mengikuti dan Tidak Mengikuti

Kelompok Bermain (KB) di Kelurahan Tembalang, Semarang

xvi + 101 halaman + 18 lampiran + 20 tabel + 2 gambar

Perkembangan anak berlangsung secara pesat pada usia pra sekolah (3-6 tahun),

atau biasa disebut golden age. Perkembangan anak dipengaruhi oleh dua faktor

utama, yaitu faktor hereditas dan lingkungan. Interaksi kedua faktor sangat

penting sehingga diperlukan lingkungan yang mendukung perkembangan anak,

yang salah satunya adalah lingkungan Kelompok Bermain (KB). Fenomena yang

didapatkan pada 21 anak KB yang berusia 24-78 bulan di Kelurahan Tembalang,

Semarang menunjukkan bahwa 16 anak perkembangannya sesuai, 4 anak

perkembangannya meragukan, dan 1 anak perkembangannya mengalami

penyimpangan. Penelitian komparatif-analitik ini bertujuan untuk menganalisa

perbedaan perkembangan anak yang mengikuti dan tidak mengikuti KB di

Kelurahan Tembalang, Semarang. Pengambilan sampel dalam penelitian

menggunakan teknik proportional stratified random sampling sebanyak 170

responden berusia 3-5 tahun, yang terdiri dari 80 anak yang mengikuti KB dan 90

anak yang tidak mengikuti KB. Hasil uji statistika dengan chi-square didapatkan

nilai p = 0,002 ( = 0,05, p < ) sehingga terdapat perbedaan yang signifikan

antara perkembangan anak yang mengikuti dan tidak mengikuti KB di Kelurahan

Tembalang, Semarang. Orangtua sebaiknya memberikan stimulasi yang

menunjang perkembangan anak sejak dini yang salah satunya melalui pendidikan

KB.

1

Jurusan Ilmu Keperawatan, Fakultas Kedokteran, Universitas Diponegoro

Kata kunci : perkembangan anak, kelompok bermain

Daftar Pustaka : 67 (2002-2015)

Page 16: Studi Komparasi Perkembangan Anak yang Mengikuti dan Tidak Mengikuti Kelompok Bermain (KB) di Kelurahan Tembalang, Semarang

xvi

School of Nursing

Medical Faculty

Diponegoro University

Undergraduate Thesis,

July 2015

ABSTRACT

Nur Alifah1

The Comparative Study of Child Development between Children in Play

Group and Those not enrolled in Play Group in Tembalang Village,

Semarang xvi + 101 pages + 18 appendices + 20 table + 2 figures

Child development takes place rapidly at preschool age (3-6 years old), or

so-called golden age. Child development is influenced by two main factors,

namely heredity and environmental factors. The interaction of these two factors is

very important and environment supporting child development is needed. One of

which is Playgroup (PG). The phenomena observed on 21 playgroup students

aged 24-78 months in Tembalang Village, Semarang shows that 16 children are

well developed, 4 children showed dubious development and 1 child is

experiencing disorder. The comparative-analytic research was aimed to analyze

the differences between children joining playgroup and those who aren‟t. The

sample was taken based on proportional stratified random sampling technique

resulted in 170 respondents aged 3-5 years old consisting 80 children joining PG

and 90 children not joining PG. Chi square statistical test resulted in the p value =

0,002 ( = 0,05, p < ), meaning that there is a significant difference between

children joining playgroup and those who aren‟t. Parents should be able to

provide support for early child development, one of them is through joining PG.

1

School of Nursing, Medical Faculty, Diponegoro University

Key words : child development, playgroup

Bibliography : 67 (2002-2015)

Page 17: Studi Komparasi Perkembangan Anak yang Mengikuti dan Tidak Mengikuti Kelompok Bermain (KB) di Kelurahan Tembalang, Semarang

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Setiap orangtua tentu menghendaki agar buah hatinya tumbuh

menjadi anak yang sehat, cerdas, kreatif, mandiri, bertakwa dan beriman

kepada Tuhan Yang Maha Esa. Harapan orangtua menjadikan anaknya

terbaik ini untuk menunjang masa depan dan demi kebaikan anak itu

sendiri.(1) Selain itu, anak merupakan generasi penerus bangsa dengan

demikian dibutuhkan anak yang berkualitas agar tercapai masa depan

bangsa yang baik. Berkualitas atau tidaknya anak ini sangat tergantung

tumbuh dan kembangnya, jika tumbuh kembangnya baik maka anak itu

kelak akan berkualitas baik namun jika tumbuh kembangnya buruk maka

bisa diprediksi kualitas anak itu akan buruk pula.(2)

Tahapan tumbuh kembang anak sangat menakjubkan. Hal ini

dikarenakan disetiap perkembangannya, anak tidak hanya tumbuh dari segi

fisik, melainkan dari segi psikologis hingga intelegensinya. Pertumbuhan

dan perkembangan terjadi secara bersamaan. Perkembangan merupakan

hasil interaksi kematangan susunan syaraf pusat dengan organ yang

dipengaruhinya, yang bersifat menuju kedepan dan tidak dapat diulang

kembali. Perkembangan merupakan suatu perubahan yang bersifat

kualitataif. Perkembangan tidak ditekankan pada segi material, tapi segi

fungsional.(1)

Page 18: Studi Komparasi Perkembangan Anak yang Mengikuti dan Tidak Mengikuti Kelompok Bermain (KB) di Kelurahan Tembalang, Semarang

2

Perkembangan anak meliputi empat aspek, yaitu perkembangan

kognitif, perkembangan motorik (kasar dan halus), perkembangan bicara

dan bahasa, serta perkembangan sosialisasi dan kemandirian. Dimana

kesemua aspek saling terkait, artinya perkembangan dalam satu aspek

dapat memudahkan atau melancarkan perkembangan kemampuan lainnya.

Sebagai contoh, perkembangan kognitif dengan perkembangan motorik.

Perkembangan kognitif anak akan mempengaruhi kemampuan anak dalam

menanggapi sesuatu sehingga anak akan melakukan penilaian dan beraksi

untuk mengatasi sesuatu. Aksi akan sesuatu ini diwujudkan dalam

pergerak dengan fisiknya yang melibatkan otot besar maupun kecil

(motorik kasar dan halus).(3)

Pertumbuhan dan perkembangan anak berlangsung secara pesat

pada usia pra sekolah (3-6 tahun), atau biasa disebut golden age bagi

tumbuh kembang anak.(4) Namun, tahapan terpenting pada perkembangan

anak adalah pada 3 tahun pertama, karena perkembangan berlangsung

dengan pesat dan pengalaman menentukan kemampuan otak anak (teori

plastisitas).(2)

Pertumbuhan dan perkembangan anak dipengaruhi oleh dua faktor

utama, yaitu faktor hereditas dan lingkungan serta interaksi kesemua

faktor tersebut. Faktor hereditas atau keturunan adalah potensi dasar yang

dimiliki anak sejak dilahirkan dan faktor lingkungan adalah situasi atau

keadaan fisik maupun nonfisik sebagai wadah berkembang optimalnya

faktor hereditas.(1) Selain itu, interaksi kedua faktor ini juga sangat

Page 19: Studi Komparasi Perkembangan Anak yang Mengikuti dan Tidak Mengikuti Kelompok Bermain (KB) di Kelurahan Tembalang, Semarang

3

penting sehingga dibutuhkan lingkungan yang mendukung tumbuh

kembang anak. Lingkungan yang mendukung tumbuh kembang anak

adalah keluarga. Keluarga seharusnya memberikan berbagai stimulasi

untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan anak atau dengan lebih

mudah dengan menyekolahkan anak pada pendidikan anak usia dini

(PAUD) yang sekarang sudah banyak jumlahnya. Pengalaman anak pada

masa usia dini akan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak

pada masa selanjutnya. Jika anak tidak mendapatkan stimulasi yang tepat,

otak anak akan mengecil dan anak seringkali sakit-sakitan.(4)

PAUD adalah pendidikan khusus pada anak usia dini yang

memberikan stimulas-stimulasi untuk pertumbuhan perkembangan.(5)

Stimulasi ini ditujukan untuk merangsang motorik (halus dan kasar),

kecerdasan emosi, kecerdasan jamak dan kecerdasan spiritual sesuai

dengan keunikan dan tahap-tahap perkembangan yang dilalui oleh anak

usia dini sejak lahir hingga berusia 6 tahun untuk mempersiapkan anak

memasuki pendidikan lebih lanjut.(6) Penyelenggaraan PAUD dibedakan

dalam jalur formal dan nonformal. Pada jalur pendidikan formal ada

Taman Kanak-kanak (TK) atau Raudhatul Atfal (RA) dan bentuk lain yang

sederajat. Sedangkan, jalur pendidikan nonformal ada Taman Pendidikan

Anak (TPA), Kelompok Bermain (KB) dan bentuk lain yang sederajat.

Pengelompokan pada masing-masing program PAUD tersebut didasarkan

pada usia anak. Anak usia 2 - < 4 tahun pada KB, 4 - < 6 tahun pada TK

atau RA dan 0 - < 2 tahun, 2 - < 4 tahun, 4 - < 6 tahun pada TPA. (7)

Page 20: Studi Komparasi Perkembangan Anak yang Mengikuti dan Tidak Mengikuti Kelompok Bermain (KB) di Kelurahan Tembalang, Semarang

4

PAUD ini merupakan program pendidikan penting sesuai dengan

komitmen para menteri pendidikan sedunia di Dakar-Sinegal tahun 2000

yang setiap tahun dilaporkan oleh United Nations Educational, Scientific,

and Cultural Organization (UNESCO). Deklarasi ini menyepakati

program bersama yang disebut Pendidikan untuk Semua (PUS). Adapun

program strateginya adalah pendidikan dan perawatan bagi anak usia dini

terutama yang rawan dan kurang beruntung, wajib belajar pendidikan

dasar, program life skill bagi pemuda dan orang dewasa, pemberantasan

buta aksara, kesetaraan gender dalam bidang pendidikan, dan peningkatan

mutu pendidikan.(8)

Selain itu, pada UU Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan

Anak pasal 4 menyatakan bahwa setiap anak berhak untuk hidup, tumbuh,

berkembang dan berpartisipasi secara wajar sesuai dengan harkat dan

martabat kemanusiaan serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan

diskriminasi. Dalam pasal 9 dinyatakan dua hal pokok anak usia dini, yaitu

pertama, setiap anak berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran

dalam rangka pengembangan pribadinya dan tingkat kecerdasannya sesuai

minat dan bakatnya. Kedua, selain hak anak sebagaimana dimaksudkan

dalam ayat 1, khususnya anak yang menyandang cacat juga berhak

memperoleh pendidikan luar biasa, sedangkan anak yang memiliki

keunggulan berhak mendapatkan pendidikan khusus.(9)

Page 21: Studi Komparasi Perkembangan Anak yang Mengikuti dan Tidak Mengikuti Kelompok Bermain (KB) di Kelurahan Tembalang, Semarang

5

Sesuai dengan UU Nomor 23 Tahun 2002 tersebut, pemerintah

terus mengupayakan layanan PAUD yang terjangkau dan berkualitas bagi

anak-anak di seluruh penjuru Indonesia, tak terkecuali bagi mereka yang

berada di daerah.(9) Hal ini dapat dilihat dari adanya peningkatan Angka

Partisipasi Kasar (APK) PAUD. Berdasarkan laporan Kemendikbud pada

tahun 2014, hingga akhir tahun 2013, dari total 77.559 desa se-Indonesia,

sebanyak 53.832 desa sudah terlayani PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini).

Target Renstra dan capaian PAUD (3-6 tahun) menghasilkan prestasi yang

sangat baik dengan melihat indikator kerja utama (Angka Partisipasi Kasar)

APK PAUD secara nasional pada tahun 2012 memiliki target APK 63,60%,

terealisasikan 63,01%, tahun 2013 target APK 67,40%, terealisasikan

69,4%, sedangkan tahun 2014 Kemdikbud memiliki target capaian APK

72,90%.(10) Peningkatan APK PAUD tercermin dari jumlah lembaga

PAUD yang terus bertambah setiap tahun. Hingga bulan Desember 2013,

jumlah lembaga PAUD mencapai 174.367 lembaga se-Indonesia.

Sedangkan satuan PAUD sejenis mencapai 26.269 lembaga. Hingga akhir

tahun 2014 tercatat ada 3.134 Taman Penitipan Anak.(11) Dari jumlah

tersebut, terdapat 1407 lembaga PAUD di Semarang. (12)

Lembaga PAUD selama ini yang dikenal luas oleh masyarakat

berbentuk TK atau RA, sedangkan TPA dan TK belum banyak dikenal.

TPA yang didefinisikan pemerintah diperuntukkan pada anak usia 0 - < 6

tahun, namun KB dikhususkan pada anak usia 2 – 4 tahun.(13) Keduanya

sama-sama merupakan jalur pendidikan nonformal PAUD akan tetapi yang

Page 22: Studi Komparasi Perkembangan Anak yang Mengikuti dan Tidak Mengikuti Kelompok Bermain (KB) di Kelurahan Tembalang, Semarang

6

berkembang sekarang ini, TPA adalah tempat dimana anak hanya akan

bermain saja tanpa ada perlakuan khusus atau stimulasi khusus bagi

tumbuh kembangnya. Hal ini berbeda dengan KB, KB yang berkembang

dimasyarakat sekarang ini adalah program PAUD yang memberikan

stimulasi-stimulasi khusus bagi tumbuh kembang anak dan berkurikulum

seperti sekolah formal.

KB bisa dikatakan TK tapi kalau KB siswanya adalah anak berusia

2 – < 4 tahun sedangkan TK siswanya berusia 4 - < 6 tahun. TK yang

merupakan sistem pendidikan formal, tentunya kurikulum yang diajarkan

sudah ada pedoman dari pemerintah. Beda halnya dengan KB, pada KB

sistem pendidikannya adalah nonformal sehingga pedomannyapun tidak

selengkap TK. Apalagi KB ini merupakan program PAUD yang tergolong

baru bagi masyarakat dan dunia pendidikan usia dini di Indonesia. KB

dirintis pemerintah mulai tahun 1998 di empat provinsi dan baru pada

tahun 2010 KB memiliki pedoman khusus yang tertuang dalam Peraturan

Presiden Nomor 67 Tahun 2010. Sedangkan TK sudah mulai berkembang

pada zaman sebelum kemerdekaan, saat Indonesia masih dijajah oleh

Belanda.(14) Dimasyarakatpun sampai saat ini masih banyak yang

menyebut KB atau playgroup sebagai PAUD. Padahal yang dinamakan

PAUD terdiri dari TK atau RA dan KB atau playgroup itu sendiri. Seperti

studi pendahuluan yang telah dilakukan di Kelurahan Tembalang,

masyarakat memberikan nama KB di lingkungan mereka dengan sebutan

Pos PAUD.

Page 23: Studi Komparasi Perkembangan Anak yang Mengikuti dan Tidak Mengikuti Kelompok Bermain (KB) di Kelurahan Tembalang, Semarang

7

Studi pendahuluan yang telah dilakukan pada 10 – 23 November

2014, didapatkan hasil bahwa di Kelurahan Tembalang terdapat lima Pos

PAUD, yaitu Pos PAUD Mekar Jaya di Jurang Blimbing Rt 06 Rw IV, Pos

PAUD Mutiara Hati di Tunjung Sari Rt 01 Rw II No. 09, Pos PAUD Pelita

Hati di Jalan Baskoro No 43, Pos PAUD Pertiwi di Tembalang Baru V, dan

Pos PAUD Bunga di Jalan Anggrek 1E No 324 Rt 02 Rw V. Pos PAUD

yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah tempat dimana para

pengajarnya menerapkan program PAUD pada jalur pendidikan nonformal

berbentuk KB. Bangunan Pos PAUD ini ada yang sudah bagus sebagai

hasil dari swadaya ataupun bantuan dari sponsor dengan fasilitas lengkap

namun ada juga yang masih menumpang di teras rumah warga dengan

fasilitas sederhana. Fasilitas permainan yang tersedia rata-rata adalah

ayunan, jungkat-jungkit, dan perosotan.

Masing-masing Pos PAUD diajar masyarakat sekitar yang sebagian

besar tidak mempunyai latar belakang pendidik PAUD. Kebanyakan dari

pendidik adalah ibu rumah tangga yang dianggap mampu dan sabar

menghadapi tingkah polah anak seperti para pendidik di Pos PAUD Mekar

Jaya. Ataupun memang berisikan orang-orang berpendidikan sarjana

seperti para pendidik di Pos PAUD Bunga. Jumlah pendidik di Pos PAUD

berbeda-beda berkisar antara 1-4 orang. Menurut penuturan beberapa

pendidik di Pos PAUD Pelita Hati, para pendidik PAUD selalu

mengadakan pertemuan rutin yang membahas tentang bermacam hal

mengenai penyelenggaraan PAUD, mulai dari kurikulum, materi

Page 24: Studi Komparasi Perkembangan Anak yang Mengikuti dan Tidak Mengikuti Kelompok Bermain (KB) di Kelurahan Tembalang, Semarang

8

pengajaran, hingga saling sharing mengenai kondisi Pos PAUD.

Pengajaran di masing-masing Pos PAUD biasanya dilakukan 3 kali

pertemuan dalam seminggu, selama 120 menit tiap pertemuannya. Setiap

kali pertemuan biasanya ada saja anak yang tidak berangkat, sehingga

jumlah anak dalam setiap pertemuannya berbeda-beda. Jumlah anak di

masing-masing Pos PAUD adalah sebagai berikut, ada 34 anak di Pos

PAUD Mekar Jaya, 22 anak di Pos PAUD Mutiara Hati, 22 anak di Pos

PAUD Pelita Hati, 16 anak di Pos PAUD Pertiwi, dan 36 anak di Pos

PAUD Bunga yang berusia antara 3-5 tahun.

Berbicara mengenai perkembangan anak yang mengikuti KB dan

tidak, pendidik berpendapat bahwa anak yang mengikuti KB tingkat

sosialnya lebih baik, mandiri, daya tangkapnya bagus, lebih berani

berpendapat, tidak takut atau malu-malu, dan mau berbagi dengan teman.

Selain itu, para pengajar juga mengatakan bahwa anak yang baru masuk

dan mengikuti kegiatan di KB lebih berani bermain dengan teman lainnya

dibandingkan anak yang baru. Anak yang baru biasanya masih takut,

nangis, bahkan masih sering minta ditemani dan dipangku oleh ibunya.

Pada studi pendahuluan ini juga dilakukan mini riset tentang

perkembangan anak menggunakan KPSP. Tes perkembangan yang telah

dilakukan pada 21 anak KB yang berusia 24-78 bulan di kelurahan

Tembalang ini, didapatkan hasil bahwa 16 anak (76,20%)

perkembangannya sesuai (S), 4 anak (19%) perkembangannya meragukan

(M), dan 1 anak (4,80%) perkembangannya mengalami penyimpangan (P).

Page 25: Studi Komparasi Perkembangan Anak yang Mengikuti dan Tidak Mengikuti Kelompok Bermain (KB) di Kelurahan Tembalang, Semarang

9

Para kader kesehatan di Kelurahan Tembalang menuturkan bahwa

anak-anak di Kelurahan Tembalang sebagian besar mengikuti KB. Hanya

saja masih ada anak-anak yang tidak mengikuti KB, yang biasanya adalah

mereka anak dari para pendatang. Hal ini disebabkan karena anak-anak

dengan orangtua pendatang disibukkan dengan usaha mereka. Jadi, anak

mereka hanya diasuh sambil orangtua berjualan atau bekerja tanpa

diberikan stimulasi ataupun pengajaran yang anak-anak butuhkan. Namun,

kader juga menuturkan kalau saja anak yang tidak KB tapi orangtua paham

tentang stimulasi anak dan dilakukan stimulasi secara mandiri di rumah

perkembangan anak-anak tersebut kurang lebih akan sama dengan

anak-anak KB yang memiliki keberanian berpendapat, bersosialisasi

dengan teman, dan mandiri. Tapi, jarang orangtua yang paham akan

stimulasi tersebut lebih-lebih para kakek-nenek ataupun pengasuh anak

yang biasanya mempunyai waktu lebih lama mengasuh anak.

Penelitian yang dilakukan oleh Dewi pada tahun 2013 tentang

perkembangan anak yang mengikuti dan tidak mengikuti playgroup di

Madiun, didapatkan hasil bahwa perkembangan anak sebanyak 9 (81.8%)

normal dan sebanyak 2 (18.1%) dengan perkembangan suspect.

Sedangkan perkembangan anak yang tidak ikut playgroup sebanyak 26

(74,3%) kategori suspect, dan sebanyak 9 (25,7%) kategori normal dari 46

responden.(15)

Page 26: Studi Komparasi Perkembangan Anak yang Mengikuti dan Tidak Mengikuti Kelompok Bermain (KB) di Kelurahan Tembalang, Semarang

10

Jika anak diberikan stimulasi yang tepat, maka perkembangan anak

bisa sesuai dengan usianya seperti pada penelitian Irmawati pada tahun

2012 tentang pemberian stimulasi selama satu jam pada anak usia 12-24

bulan. didapatkan hasil bahwa terjadi perbaikan perkembangan pada

kelompok stimulasi dan kelompok kontrol, dengan perubahan yang relatif

sama yaitu 8,5-8,6 %. Selain itu, setelah tiga bulan dilakukan stimulasi

terjadi peningkatan perkembangan pada kelompok stimulasi dari subyek

yang suspek menjadi normal sebesar 80% .(9)

Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian tentang Perkembangan Anak yang Mengikuti dan Tidak

Mengikuti Kelompok Bermain di Kelurahan Tembalang, Semarang.

B. Perumusan Masalah

Anak-anak adalah generasi penerus bangsa yang harapannya memiliki

kualitas yang baik untuk menunjang masa depan bangsa. Berkualitas atau

tidaknya anak ditentukan pada usia dini dimana tumbuh kembangnya

berlangsung secara pesat. Sehingga, sejak dini anak harus mendapatkan

stimulasi yang berguna bagi tumbuh kembangnya agar perkembangnnya

sesuai dengan usia bukan malah mengalami penyimpangan.

Studi pendahuluan yang telah dilakukan menunjukkan bahwa belum

tentu anak yang mengikuti Kelompok Bermain perkembangannya sesuai

dengan usia dan anak yang tidak mengikuti Kelompok Bermain belum

tentu juga perkembangannya mengalami penyimpangan. Hasil dari mini

Page 27: Studi Komparasi Perkembangan Anak yang Mengikuti dan Tidak Mengikuti Kelompok Bermain (KB) di Kelurahan Tembalang, Semarang

11

risetpun menunjukkan bahwa anak yang mengikuti KB perkembangannya

mengalami penyimpangan.

Berdasarkan hasil ini, peneliti ingin mengetahui keadaan sebenarnya

di komunitas Kelurahan Tembalang. Apakah ada perbedaan perkembangan

antara anak yang mengikuti dan tidak mengikuti KB ?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Menganalisa perbedaan perkembangan anak yang mengikuti dan

tidak mengikuti KB di Kelurahan Tembalang, Semarang

2. Tujuan khusus

a. Mengidentifikasi karakteristik anak yang mengikuti KB di

Kelurahan Tembalang, Semarang yang terdiri dari :

1) Usia pada KPSP

2) Jenis kelamin

3) Riwayat keterlambatan perkembangan

4) Riwayat jenis keterlambatan perkembangan

b. Mengidentifikasi karakteristik anak yang tidak mengikuti KB di

Kelurahan Tembalang, Semarang yang terdiri dari :

1) Usia pada KPSP

2) Jenis kelamin

3) Riwayat keterlambatan perkembangan

4) Riwayat jenis keterlambatan perkembangan

Page 28: Studi Komparasi Perkembangan Anak yang Mengikuti dan Tidak Mengikuti Kelompok Bermain (KB) di Kelurahan Tembalang, Semarang

12

c. Mengidentifikasi perkembangan berdasarkan karakterteristik anak

yang mengikuti dan tidak mengikuti KB

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi

ilmu keperawatan khususnya di bidang tumbuh kembang anak

mengenai efektifitas stimulasi pada anak usia dini.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi orangtua

Penelitian ini memberikan gambaran pada orangtua tentang

perkembangan dan kelebihan atau kekurangan anak dari aspek

perkembangannya ditinjau dari keikutsertaannya dalam KB.

Selain itu, penelitian ini juga bisa sebagai deteksi dini gangguan

perkembangan pada anak.

b. Bagi profesi keperawatan

Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan brainstorming

bagi profesi keperawatan untuk mengembangkan nursing care

plan yang ditujukan pada anak usia dini untuk menunjang

perkembangan anak.

Page 29: Studi Komparasi Perkembangan Anak yang Mengikuti dan Tidak Mengikuti Kelompok Bermain (KB) di Kelurahan Tembalang, Semarang

13

c. Bagi institusi pendidikan KB terkait

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran

mengenai efektifitas stimulus yang diberikan di KB. Sehingga

apabila ada stimulus yang kurang sesuai untuk anak, KB dapat

melakukan perbaikan. Selain itu, KB dapat mengetahui

perkembangan masing-masing anak didiknya.

d. Bagi peneliti lain

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran

tahapan perkembangan pada anak usia dini. Selain itu, peneliti

mengharapkan penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi

penelitian selanjutnya.

Page 30: Studi Komparasi Perkembangan Anak yang Mengikuti dan Tidak Mengikuti Kelompok Bermain (KB) di Kelurahan Tembalang, Semarang

14

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori

1. Konsep Perkembangan Anak

Perkembangan merupakan pengertian dimana terdapat struktur

yang terorganisasikan dan mempunyai fungsi tertentu, oleh karena itu

apabila terjadi perubahan struktur baik dalam organisasi maupun dalam

bentuk, akan mengakibatkan perubahan fungsi.(16)

Perkembangan adalah perubahan-perubahan progresif dalam

organisasi organisme, dan organisme ini dilihat sebagai sistem

fungsional dan adaptif sepanjang hidupnya. Perubahan progresif

meliputi:

a. Ortogenetik, yang berhubungan dengan perkembangan sejak

terbentuknya individu yang baru dan seterusnya sampai dewasa.

b. Filogenetik, yaitu perkembangan dari asal usul manusia sampai

sekarang ini.(16)

Perkembangan adalah proses perubahan kualitatif yang mengacu

pada kualitas fungsi organ jasmaniah, bukan organ jasmani tersebut,

sehingga penekanan arti perkembangan terletak pada penyempurnaan

fungsi psikologis yang termanisfestasi pada kemampuan organ

fisiologis. Perkembangan juga diberi makna dan digunakan untuk

menyatakan terjadinya perubahan aspek psikologis dan sosial.(16)

Page 31: Studi Komparasi Perkembangan Anak yang Mengikuti dan Tidak Mengikuti Kelompok Bermain (KB) di Kelurahan Tembalang, Semarang

15

Ada lima periode perkembangan, yaitu: periode pra lahir

(pembuahan sampai lahir), masa neonates (lahir sampai 10-14 hari),

masa bayi, (dua minggu sampai dua tahun), masa kanak-kanak ( dua

tahun sampai remaja) yang terdiri dari dua tahap, masa kanak-kanak

dini (2 sampai 6 tahun) dan masa kanak-kanak akhir (6 sampai 13

tahun) dan masa puber (11 sampai 16 tahun).(17)

Ada 9 dasar mengenai perkembangan, yaitu perkembangan

merupakan hasil proses kematangan dan belajar, melibatkan

perubahan, memiliki periode tertentu, pola perkembangan dapat

diramalkan, terdapat perbedaan individu dalam belajar, terdapat

harapan sosial, setiap bidang perkembangan mengandung bahaya yang

potensial, kebahagiaan bervariasi pada berbagai periode

perkembangan, perkembangan awal lebih kritis dibanding

perkembangan selanjutnya.(18)

Masa perkembangan anak-anak adalah cara anak-anak

melanjutkan usahanya untuk menguasai tugas-tugas dalam

perkembangan yang dasarnya telah diletakkan pada masa bayi. Masa

anak-anak dimulai setelah melewati masa bayi, kira-kira usia 2 tahun

sampai anak matang secara seksual kira-kira usia 13 tahun untuk

wanita, dan 14 tahun untuk laki-laki. Selama masa itu, terjadi sejumlah

perubahan yang signifikan baik secara fisik maupun psikologis.(19)

Page 32: Studi Komparasi Perkembangan Anak yang Mengikuti dan Tidak Mengikuti Kelompok Bermain (KB) di Kelurahan Tembalang, Semarang

16

Masa anak-anak ini dibagi menjadi dua periode. Periode awal

mulai dari usia 2-6 tahun (penutup masa bayi – usia ketergantungan

secara praktis sudah dilewati), dan periode kedua mulai dari 6 sampai

tiba saatnya anak matang secara seksual (tumbuhnya kemandirian

berakhir sekitar usia masuk sekolah dasar). Masa anak-anak harus

dipisah karena pertama, anak-anak yang belum mencapai usia wajib

belajar diperlakukan sangat berbeda dengan anak-anak yang sudah

masuk sekolah. Kedua karena efek dari faktor-faktor sosial, bukan oleh

faktor-faktor fisik.(3)

Masa peka adalah masa pertumbuhan fungsi jiwa yang dipengaruhi

serta dikembangkan. Usia (3-5 tahun) adalah masa yang baik untuk

mempelajari bahasa ibu dan bahasa di daerahnya. Kadang-kadang anak

sudah peka membaca pada umur 4 tahun, ada juga yang 5 tahun tapi

paling lambat 6-7 tahun. Menurut sistem pendidikan klasikal, anak

berusia 6 tahun harus masuk sekolah agar bisa membaca. (17)

2. Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Anak

a. Faktor hereditas

Hereditas merupakan faktor pertama yang mempengaruhi

perkembangan individu. Dalam hal ini hereditas diartikan sebagai

totalitas karakteristik individu yang diwariskan orang tua kepada

anak, atau potensi, baik fisik maupun psikis yang dimiliki

individu sejak masa konsepsi sebagai pewarisan orang tua melalui

gen.(1)

Page 33: Studi Komparasi Perkembangan Anak yang Mengikuti dan Tidak Mengikuti Kelompok Bermain (KB) di Kelurahan Tembalang, Semarang

17

Warisan atau keturunan memiliki peranan dalam

pertumbuhan dan perkembangan anak. Ia lahir ke dunia ini

membawa berbagai ragam warisan yang berasal dari Ibu

bapaknya, atau nenek dan kakeknya. Perbedaan individual

meningkat sejalan dengan pertambahan usia. Banyak perubahan

yang khas pada bayi dan anak-anak yang tampak terkait pada

kematangan tubuh dan otak, seperti urutan normal dari perubahan

fisik dan pola-pola perilaku, termasuk didalamnya kesiapan untuk

menguasai kemampuan baru seperti berjalan dan berbicara.(18)

b. Faktor lingkungan

1) Keluarga

Peranan lingkungan keluarga selain tempat pertemuan

antar komponen yang ada didalamnya, lebih dari itu juga

memiliki fungsi reproduktif, religius, rekreatif, edukatif, sosial

dan protektif. Peran yang diambil orang tua khususnya ibu,

pada masa-masa awal kelahiran anak, sangatlah besar,

mendalam, dan mendasar, karena sejak bayi anak di gendong

dan di susui ibunya.(1)

Hubungan antara ibu dengan anak begitu kuat,

kepribadian, tingkah laku, dan semua ekspresi orang tua di

tuangkan melalui semacam kekuatan yang tersembunyi yang

lambat laun membentuk diri anak menjadi manusia. Pada

masa ini anak membutuhkan seorang ibu yang mau

Page 34: Studi Komparasi Perkembangan Anak yang Mengikuti dan Tidak Mengikuti Kelompok Bermain (KB) di Kelurahan Tembalang, Semarang

18

meluangkan waktunya untuk mengembangkan sifat-sifat yang

kontra dengan pertumbuhan yang seimbang, seperti perasaan

takut, dan berharap, senang dan benci.(17)

Faktor yang paling penting di dalam pertumbuhan dan

perkembangan anak adalah teladan dari orang tuanya.

Anak-anak akan mengamati, berusaha meniru, melakukan

kesalahan, melupakan dan untuk sesaat anak-anak akan

berusaha untuk mencari ide alternatif serta kemudian

mempolakan dirinya kepada model orang tuanya. Tetapi harus

di akui bisa jadi kontraproduktif, bila para orang tua tidak

memberikan teladan yang tidak baik.(18)

Teladan orang tua jauh lebih membekas dari semua kata

yang mereka ajarkan. Penanaman prinsip-prinsip

musyawarah, keimanan, saling menolong, kewibawaan

seorang ayah dalam keluarga, sikap yang muda menghormati

yang tua, yang tua mengasihi yang lebih muda, itu semua

merupakan teladan yang perlu di tanamkan pada seorang

anak pada masa awal kanak-kanak. Dia akan tumbuh

berkembang sesuai dengan dasar-dasar di atas.(19)

Page 35: Studi Komparasi Perkembangan Anak yang Mengikuti dan Tidak Mengikuti Kelompok Bermain (KB) di Kelurahan Tembalang, Semarang

19

2) Lingkungan sosial

Manusia sebagai makhluk sosial, mempunyai

kemampuan untuk hidup dan berinteraksi bersama manusia

lainnya. Individu selalu membutuhkan orang lain. Individu

tidak bisa hidup dengan sempurna tanpa berinteraksi dengan

individu yang lainnya. Interaksi individu dengan individu

lainnya merupakan lingkungan sosial yang berpengaruh

terhadap perkembangan dan kepribadian anak.(18)

3. Empat Aspek Perkembangan Anak

a. Perkembangan kognitif

Kognitif adalah suatu proses berpikir, yaitu kemampuan

individu untuk menghubungkan, menilai dan mempertimbangkan

suatu kejadian atau peristiwa. Pada aspek kognitif, perkembangan

anak nampak pada kemampuannya dalam menerima, mengolah,

dan memahami informasi-informasi yang sampai kepadanya.

Kemampuan kognitif berkaitan dengan perkembangan berbahasa

(bahasa lisan maupun isyarat) seperti: memahami kata,

mengeluarkan apa yang dia pikirkan.(20)

Salah satu teori yang berpengaruh dalam menjelaskan

perkembangan kognitif ini adalah teori Piaget. Jean Piaget, adalah

seorang ahli biologi dan psikologi berkebangsaan Swiss. Ia

merupakan salah seorang yang merumuskan teori yang dapat

menjelaskan fase-fase perkembangan kognitif. Teori ini dibangun

Page 36: Studi Komparasi Perkembangan Anak yang Mengikuti dan Tidak Mengikuti Kelompok Bermain (KB) di Kelurahan Tembalang, Semarang

20

berdasarkan dua sudut pandang yang disebut sudut pandang aliran

struktural (structuralism) dan konstruktif (constructivism).(21)

Tahapan Perkembangan Kognitif sesuai dengan teori Piaget

adalah :

1) Tahap sensorimotor, usia 0 – 2 tahun.

Pada masa ini kemampuan anak terbatas pada gerak-gerak

refleks, bahas awal, waktu sekarang dan ruang yang dekat

saja,

2) Tahap pra-operasional, usia 2 – 7 tahun.

Masa ini kemampuan menerima rangsangan yang

terbatas. Anak mulai berkembang kemampuan bahasanya,

walaupun pemikirannya masih statis dan belum dapat berpikir

abstrak, persepsi waktu dan tempat masih terbatas(21)

Perkembangan kognitif anak usia dini berada dalam fase

praoperasional yang mencakup tiga aspek, yaitu:

1) Berpikir Simbolis

Aspek berpikir simbolis yaitu kemampuan untuk berpikir

tentang objek dan peristiwa walaupun objek dan peristiwa

tersebut tidak hadir secara fisik (nyata) di hadapan anak.

2) Berpikir Egosentris

Aspek berpikir secara egosentris, yaitu cara berpikir

tentang benar atau tidak benar, setuju atau tidak setuju,

berdasarkan sudut pandang sendiri. Oleh sebab itu, anak

Page 37: Studi Komparasi Perkembangan Anak yang Mengikuti dan Tidak Mengikuti Kelompok Bermain (KB) di Kelurahan Tembalang, Semarang

21

belum dapat meletakkan cara pandangnya di sudut pandang

orang lain.

3) Berpikir lntuitif

Fase berpikir secara intuitif, yaitu kemarnpuan untuk

menciptakan sesuatu, seperti menggambar atau menyusun

balok, akan tetapi tidak mengetahui dengan pasti alasan untuk

melakukannya.(22)

Aspek Perkembangan Kognitif berdasarkan tahapan usia :(20)

1) Usia 0 – 1 tahun

Mempelajari ketrampilan menggunakan panca indera,

seperti melihat atau mengamati, meraba, mendengar, mencium

dan mengecap dengan memasukkan setiap benda ke mulutnya.

Pencapaian perkembangan kognitifnya: mengenal benda,

mengenal bentuk. Mengenali apa yang diinginkan,

membedakan apa yang diinginkan (ASI atau dot),

memperhatikan permainan yang diinginkan, mengamati benda

yang bergerak, mulai memahami perintah sederhana,

menunjukkan reaksi atas rangsangan, berhenti menangis saat

keinginannya terpenuhi (setelah digendong atau diberi susu),

dan mengulurkan kedua tangan untuk digendong.

Mengenali pengetahuan umum, seperti menyebut

beberapa nama benda, menanyakan nama benda yang belum

dikenal, mengenal beberapa warna primer (merah, kuning,

Page 38: Studi Komparasi Perkembangan Anak yang Mengikuti dan Tidak Mengikuti Kelompok Bermain (KB) di Kelurahan Tembalang, Semarang

22

biru), menyebut nama sendiri dan orang-orang yang dikenal,

mengenal konsep ukuran dan bilangan, membedakan ukuran

benda (besar-kecil), membilang sampai lima, mempergunakan

alat permainan dengan semaunya seperti memukul-mukul

balok, mulai memahami gambar wajah orang

2) Usia 2 – 3 tahun

Anak sangat aktif mengeksplorasi benda-benda yang ada

di sekitarnya. Ia memiliki kekuatan observasi yang tajam dan

keinginan belajar yang luar biasa. Eksplorasi yang dilakukan

oleh anak terhadap benda-benda apa saja yang ditemui

merupakan proses belajar yang sangat efektif. Motivasi belajar

anak pada usia tersebut menempati grafik tertinggi dibanding

sepanjang usianya.

Pencapaian perkembangan kognitifnya: Mengenal warna,

mengenal rasa manis, pahit dan asin, mengenal bilangan

hingga hitungan 5, mampu mengelompokkan benda yang

berbentuk sama, mampu membedakan bentuk, lingkaran dan

bujur sangkar.

Mengenali pengetahuan umum, seperti menyebut

bagian-bagian suatu gambar seperti gambar wajah orang,

mengenal bagian-bagian tubuh (lima bagian), menyebutkan

berbagai nama makanan dan rasanya (garam, gula, dan cabai),

memahami perbedaan antara dua hal dari jenis yang sama

Page 39: Studi Komparasi Perkembangan Anak yang Mengikuti dan Tidak Mengikuti Kelompok Bermain (KB) di Kelurahan Tembalang, Semarang

23

(membedakan antara buah rambutan dan pisang, perbedaan

antara ayam dan kucing), mengenal konsep ukuran

(besar-kecil, panjang-pendek), mulai mengenal pola,

menempatkan benda dalam urutan ukuran (paling kecil-paling

besar), dan mulai mengikuti pola tepuk tangan.

3) Usia 4 – 6 tahun

Perkembangan kognitif (daya pikir) sangat pesat,

ditunjukkan dengan rasa ingin tahu anak yang luar biasa

terhadap lingkungan sekitar. Hal itu terlihat dari seringnya

anak menanyakan segala sesuatu yang dilihat.

Pencapaian perkembangan kognitifnya, diantaranya

mampu membedakan bentuk dan ukuran (besar-kecil,

panjang-pendek, sedikit-banyak), mampu mengurutkan angka

satu sampai dengan sepuluh, mampu membedakan warna

lebih banyak (merah-hijau, hitam-putih, biru-ungu).

b. Perkembangan motorik

1) Motorik kasar

Motorik kasar merupakan gerakan fisik yang

membutuhkan keseimbangan dan koordinasi antar anggota

tubuh dengan menggunakan otot-otot besar, sebagian atau

seluruh anggota tubuh. Contohnya berjalan, berlari,

berlompat, dan sebagainya.(23)

Page 40: Studi Komparasi Perkembangan Anak yang Mengikuti dan Tidak Mengikuti Kelompok Bermain (KB) di Kelurahan Tembalang, Semarang

24

Perkembangan motorik kasar pada bayi memiliki

rangkaian tahapan yang berurutan. Artinya setiap tahapan

harus dilalui dan dikuasai dulu sebelum memasuki tahapan

selanjutnya. Tidak semua bayi akan menguasai suatu

keterampilan di usia yang sama, karena perkembangan anak

bersifat individual. Tapi perbedaan itu tidak disebabkan bayi

yang satu lebih pandai daripada bayi yang lain.

Perkembangan keterampilan tidak ada pengaruhnya langsung

dengan kecerdasan.(20)

Berikut merupakan tahapan perkembangan motorik kasar

pada anak sesuai dengan pertumbuhan usianya :(20)

a) Anak usia 3 tahun

Pada usia ini, anak dapat berbalik atau berhenti

secara tiba-tiba atau cepat, melompat dengan lompatan

kurang lebih 37-60 cm, naik tangga tanpa dibantu,

meloncat dengan tambahan beberapa variasi lompatan.

b) Anak usia 4 tahun

Pada usia ini, anak sangat aktif, mampu meniru,

mengikuti dan menikmati berbagai gerakan yang

dicontohkan, naik turun tangga dengan langkah kaki

saling bergantian, mampu mengontrol gerakan dan

merespon bila diberi petunjuk orang dewasa. Seperti

berhenti, memulai, atau berputar yang lebih efektif.

Page 41: Studi Komparasi Perkembangan Anak yang Mengikuti dan Tidak Mengikuti Kelompok Bermain (KB) di Kelurahan Tembalang, Semarang

25

2) Motorik halus

Kemampuan motorik halus adalah kemampuan yang

berhubungan dengan keterampilan fisik yang melibatkan otot

kecil dan koordinasi mata-tangan. Saraf motorik halus ini

dapat dilatih dan dikembangkan melalui kegiatan dan

rangsangan yang kontinu secara rutin. Seperti bermain puzzle,

menyusun balok, memasukan benda ke dalam lubang sesuai

bentuknya, membuat garis, melipat kertas dan

sebagainya.(24)

Kecerdasan motorik halus anak berbeda-beda. Dalam hal

kekuatan maupun ketepatannya. Perbedaan ini juga

dipengaruhi pembawaan anak dan stimulai yang

didapatkannya. Lingkungan (orang tua) mempunyai pengaruh

yang besar dalam kecerdasan motorik halus anak.

Lingkungan dapat meningkatkan ataupun menurunkan taraf

kecerdasan anak, terutama pada masa pertama

kehidupannya.(24)

Setiap anak mampu mencapai tahap perkembangan

motorik halus yang optimal asal mendapatkan stimulasi tepat.

Di setiap fase, anak membutuhkan rangsangan untuk

mengembangkan kemampuan mental dan motorik halusnya.

Semakin banyak yang dilihat dan didengar anak, semakin

banyak yang ingin diketahuinya. Jika kurang mendapatkan

Page 42: Studi Komparasi Perkembangan Anak yang Mengikuti dan Tidak Mengikuti Kelompok Bermain (KB) di Kelurahan Tembalang, Semarang

26

rangsangan anak akan bosan. Tekanan, persaingan,

penghargaan, hukuman, atau rasa takut dapat mengganggu

usaha yang dilakukan anak.(25)

Berikut perkembangan motorik halus anak berdasarkan

tahapan usianya :(24)

a) Anak usia 3 tahun

Pada usia ini, anak dapat menggambar mengikuti

bentuk, menarik garis vertikal, menjiplak bentuk

lingkaran, membuka menutup kotak, dan menggunting

kertas mengikuti pola garis lurus.

b) Anak usia 4 tahun

Pada usia ini, anak dapat menggambar sesuatu yang

diketahui, bukan yang dilihat, mulai menulis sesuatu dan

mampu mengontrol gerakan tangannya, menggunting zig

zag, melengkung, membentuk dengan lilin, dan

menyelesaikan puzzle 4 keping.

c. Perkembangan bicara dan bahasa

Perkembangan bahasa terbagi atas dua periode besar, yaitu:

periode Prelinguistik (0-1 tahun) dan Linguistik (1-5 tahun). Mulai

periode linguistik inilah mulai hasrat anak mengucapkan kata kata

yang pertama, yang merupakan saat paling menakjubkan bagi

orang tua. Periode linguistik terbagi dalam tiga fase besar,

yaitu:(26)

Page 43: Studi Komparasi Perkembangan Anak yang Mengikuti dan Tidak Mengikuti Kelompok Bermain (KB) di Kelurahan Tembalang, Semarang

27

1) Fase satu kata atau Holofrase

Pada fase ini anak mempergunakan satu kata untuk

menyatakan pikiran yang kornpleks, baik yang bcrupa

keinginan, perasaan atau temuannya tanpa pcrbedaan yang

jelas. Misalnya kata duduk, bagi anak dapat berarti “saya mau

duduk”, atau kursi tempat duduk, dapat juga berarti “mama

sedang duduk”. Orang tua baru dapat mengerti dan memahami

apa yang dimaksudkan oleh anak tersebut, apabila kita tahu

dalam konteks apa kata tersebut diucapkan, sambil mcngamati

mimik (raut muka) gerak serta bahasa tubuh lainnya. Pada

umumnya kata pertama yang diucapkan oleh anak adalah kata

benda, setelah beberapa waktu barulah disusul kata kerja.

2) Fase lebih dari satu kata

Fase dua kata muncul pada anak berusia sekitar 18 bulan.

Pada fase ini anak dapat membuat kalimat sederhana yang

terdiri dari dua kata. Kalimat tersebut kadang-kadang terdiri

dari pokok kalimat dan predikat, kadang-kadang pokok

kalimat dengan objek dengan tata bahasa yang tidak benar.

Setelah dua kata, muncullah kalimat dengan tiga kata, diikuti

oleh empat kata dan seterusnya. Pada periode ini bahasa yang

digunakan oleh anak tidak lagi egosentris, dari dan untuk

dirinya sendiri. Mulailah mengadakan komunikasi dengan

orang lain secara lancar. Orang tua mulai melakukan tanya

Page 44: Studi Komparasi Perkembangan Anak yang Mengikuti dan Tidak Mengikuti Kelompok Bermain (KB) di Kelurahan Tembalang, Semarang

28

jawab dengan anak secara sederhana. Anak pun mulai dapat

bercerita dengan kalimat-kalimatnya sendiri yang sederhana.

3) Fase ketiga adalah fase diferensiasi

Periode terakhir dari masa balita yang berlangsung antara

usia dua setengah sampai lima tahun. Ketrampilan anak dalam

berbicara mulai lancar dan berkembang pesat. Dalam

berbicara anak bukan saja menambah kosakatanya yang

mengagumkan akan tetapi anak mulai mampu mengucapkan

kata demi kata sesuai dengan jenisnya, terutama dalam

pemakaian kata benda dan kata kerja. Anak telah mampu

mempergunakan kata ganti orang “saya” untuk menyebut

dirinya, mampu mempergunakan kata dalam bentuk jamak,

awalan, akhiran dan berkomunikasi lebih lancar lagi dengan

lingkungan. Anak mulai dapat bertanya, menjawab,

memerintah, memberitahu dan bentuk-bentuk kalimat lain

yang umum untuk satu pembicaraan “gaya” dewasa.

Ada tiga tahap perkembangan bicara pada anak yang

berhubungan erat dengan perkembangan berpikir anak yaitu :(27)

1) Tahap eksternal.

Yaitu terjadi ketika anak berbicara secara eksternal

dimana sumber berpikir berasal dari luar diri anak yang

memberikan pengarahan, informasi dan melakukan suatu

tanggung jawab dengan anak.

Page 45: Studi Komparasi Perkembangan Anak yang Mengikuti dan Tidak Mengikuti Kelompok Bermain (KB) di Kelurahan Tembalang, Semarang

29

2) Tahap egosentris.

Yaitu dimana anak berbicara sesuai dengan jalan

pikirannya dan dari pola bicara orang dewasa.

3) Tahap Internal.

Yaitu dimana dalam proses berpikir anak telah memiliki

suatu penghayatan kemampuan berbicara sepenuhnya.

Bicara merupakan salah satu alat komunikasi yang paling

efektif. Semenjak anak masih bayi sering kali menyadari bahwa

dengan mempergunakan bahasa tubuh dapat terpenuhi

kebutuhannya. Namun hal tersebut kurang mengerti apa yang

dimaksud oleh anak. Oleh karena itu baik bayi maupun anak kecil

selalu berusaha agar orang lain mengerti maksudnya. Hal ini yang

mendorong orang untuk belajar berbicara dan membuktikan bahwa

berbicara merupakan alat komunikasi yang paling efektif

dibandingkan dengan bentuk-bentuk komunikasi yang lain yang

dipakai anak sebelum pandai berbicara. Oleh karena bagi anak

bicara tidak sekedar merupakan prestasi akan tetapi juga berfungsi

untuk mencapai tujuannya, misalnya sebagai pemuas kebutuhan

dan keinginan, sebagai alat untuk menarik perhatian orang lain,

sebagai alat untuk membina hubungan sosial, sebagai alat untuk

mengevaluasi diri sendiri, untuk dapat mempengaruhi pikiran dan

perasaan orang lain, untuk mempengaruhi perilaku orang lain. (26)

Page 46: Studi Komparasi Perkembangan Anak yang Mengikuti dan Tidak Mengikuti Kelompok Bermain (KB) di Kelurahan Tembalang, Semarang

30

d. Perkembangan sosialisasi dan kemandirian

Konsep yang sering digunakan atau berdekatan dengan

kemandirian adalah autonomy. Dengan demikian dapat dipahami

bahwa kemandirian atau otonomi adalah kemampuan untuk

mengendalikan dan mengatur pikiran, perasaan dan tindakan

sendiri secara bebas serta berusaha sendiri untuk mengatasi

perasaan-perasaan malu dan ragu-ragu. Dengan otonomi tersebut,

anak didik diharapkan akan lebih bertanggung jawab terhadap

dirinya sendiri.(28)

Perkembangan Kemandirian mencakup pada beberapa aspek

perkembangan anak yaitu perkembangan sosial dan

perkembangan emosional. Perkembangan sosial mengandung

makna pencapaian suatu kemampuan untuk berperilaku sesuai

dengan harapan sosial yang ada. Proses menuju kesesuaian

tersebut paling tidak mencangkup tiga komponen, yaitu belajar

berperilaku dengan cara yang disetujui secara sosial, bermain

dalam peran yang disetujuan secara sosial, dan perkembangan

sikap sosial. Perkembangan sosial-emosional adalah kemampuan

mengadakan hubungan dengan orang lain, terbatas untuk bersikap

sopan santun, mematuhi peraturan dan disiplin dalam kehidupan

sehari-hari, dan dapat menunjukan reaksi emosi yang wajar.(27)

Page 47: Studi Komparasi Perkembangan Anak yang Mengikuti dan Tidak Mengikuti Kelompok Bermain (KB) di Kelurahan Tembalang, Semarang

31

Perkembangan melewati beberapa tahap, yaitu tahap

psikososial (psychosocial stages), masing-masing tahapan terdiri

dari tugas perkembangan yang khas yang menghadapkan individu

dengan suatu kritis yang harus dihadapi. Tahap perkembangan

pada masa bayi kepercayaan dan ketidak percayaan (trust versus

mistrust), rasa kepercayaan menuntut perasaan nyaman secara

fisik dan jumlah ketakutan minimal akan masa depan. Pada tahap

otonomi dengan rasa malu dan keragu-raguan (autonomy versus

shane and doubt) usia 1-3 tahun yaitu setelah memperoleh

kepercayaan, anak mulai menemukan bahwa mereka memiliki

kemauan yang berasal dari diri mereka sendiri, dan anak akan

menegaskan rasa otonomi atau kemandiriannya. Jika anak terlalu

dibatasi atau dihukum terlalu keras, anak cenderung

mengembangkan rasa malu dan ragu-ragu. Tumbuhnya sifat-sifat

positif (autonomy) dan malu (shame) secara bersama-sama.(18)

Pada usia 2 sampai 3 tahun, anak mencoba untuk mandiri

yang secara fisik dimungkinkan oleh kemampuan anak untuk

berjalan, lari dan berkenalan tahap dibantu orang dewasa. Dengan

kebebasan ini, anak masuk dalam periode menjelajah atau

eksplorasi. Pada usia 2 sampai 3 tahun kemampuan anak untuk

percaya diri dikembangkan.(29)

Page 48: Studi Komparasi Perkembangan Anak yang Mengikuti dan Tidak Mengikuti Kelompok Bermain (KB) di Kelurahan Tembalang, Semarang

32

4. Konsep Kelompok Bermain

a. Hakikat Kelompok Bermain

Anak usia dini adalah sebagai berikut:(30) Anak usia dini

adalah kelompok manusia yang berusia 0-6 tahun (di Indonesia

berdasarkan Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang

Sistem Pendidikan Nasional), berdasrkan pendapat para pakar

pendidikan anak, yaitu kelompok manusia yang berusia 0-8 tahun.

Anak usia dini adalah kelompok anak yang berada dalam proses

pertumbuhan dan perkembangan yang bersifat unik, dalam arti

memiliki pola pertumbuhan dan perkembangan (koordinasi

motorik halus dan kasar), intelegensi (daya pikir, daya cipta,

kecerdasan emosi, dan kecerdasan spiritual), sosial emosional

(sikap dan perilaku serta agama), bahasa dan komunikasi yang

khusus sesuai dengan tingkat pertumbuhan dan perkembangan

anak.

Pendidikan bagi anak usia dini adalah pemberian upaya untuk

menstimulasi, membimbing, mengasuh dan pemberian kegiatan

pembelajaran yang akan menghasilkan kemampuan dan

keterampilan anak. Pendidikan bagi anak usia dini merupakan

sebuah pendidikan yang dilakukan pada anak yang baru lahir

sampai dengan delapan tahun. Pendidikan pada tahap ini

memfokuskan pada physical, intelligence, emotional, social

education.(31)

Page 49: Studi Komparasi Perkembangan Anak yang Mengikuti dan Tidak Mengikuti Kelompok Bermain (KB) di Kelurahan Tembalang, Semarang

33

Sesuai dengan keunikan dan pertumbuhan anak usia dini maka

penyelenggaraan pendidikan bagi anak usia dini disesuaikan

dengan tahap-tahap perkembangan yang dilalui oleh anak usia dini.

Upaya PAUD bukan hanya dari sisi pendidikan saja, tetapi

termasuk upaya pemberian gizi dan kesehatan anak sehingga

dalam pelaksanaan PAUD dilakukan secara terpadu dan

komprehensif.(14)

Pendidikan anak usia dini pada dasarnya meliputi seluruh

upaya dan tindakan yang dilakukan oleh pendidik dan orang tua

dalam proses perawatan, pengasuhan, dan pendidikan pada anak

dengan menciptakan suasana dan lingkungan dimana anak dapat

mengeksplorasi pengalaman yang memberikan kesempatan

kepadanya untuk mengetahui dan memahami pengalaman belajar

yang diperolehnya dari lingkungan, melalui cara mengamati,

meniru, dan bereksperimen yang berlangsung secara

berulang-ulang dan melibatkan seluruh potensi dan kecerdasan

anak.(32)

Oleh kerena anak merupakan pribadi yang unik dan melewati

berbagai tahap perkembangan kepribadian, maka lingkungan yang

diupayakan oleh pendidik dan orangtua yang dapat memberikan

kesempatan pada anak untuk mengeksplorasi berbagai pengalaman

dengan berbagai suasana, yang memperhatikan keunikan

anak-anak dan disesuaikan dengan tahap perkembangan

Page 50: Studi Komparasi Perkembangan Anak yang Mengikuti dan Tidak Mengikuti Kelompok Bermain (KB) di Kelurahan Tembalang, Semarang

34

kepribadian anak. Contoh : jika anak dibiasakan untuk berdoa

sebelum melakukan kegiatan baik di rumah maupun lingkungan

sekolah dengan cara yang paling mudah dimengerti anak, sedikit

demi sedikit anak pasti akan terbiasa untuk berdoa walaupun tidak

di damping oleh orang tua ataupun guru mereka.(23)

b. Pengertian, Tujuan, Fungsi, dan Prinsip Pengembangan Anak

Usia Dini

Pendidikan adalah proses interaksi antara pendidik dan anak

didik dan atau lingkungan secara sadar, teratur, terencana dan

sistematis guna membantu pengembangan potensi anak didik

secara maksimal. Pengertian ini dianggap lebih lengkap dan

memadai daripada pengertian-pengertian tentang pendidikan yang

dikemukakan oleh banyak ahli di bidang pendidikan.(33)

Kelompok Bermain adalah suatu proses pembinaan tumbuh

kembang anak usia lahir hingga enam tahun secara menyuluruh,

yang mencakup aspek fisik dan non-fisik, dengan memberikan

rangsangan bagi perkembangan jasmani, rohani (moral dan

spiritual ), motorik, akal pikir, emosional, dan sosial yang tepat

agar anak dapat tumbuh dan berkembang secara optimal. Adapun

upaya yang dilakukan mencakup stimulasi intelektual,

pemeliharaan kesehatan, pemberian nutrisi, dan penyediaan

kesempatan yang luas untuk mengeksplorasi dan belajar secara

aktif.(14)

Page 51: Studi Komparasi Perkembangan Anak yang Mengikuti dan Tidak Mengikuti Kelompok Bermain (KB) di Kelurahan Tembalang, Semarang

35

Dengan demikian, Kelompok Bermain dapat dideskripsikan

sebagai berikut :Pertama, Kelompok Bermain adalah pemberian

upaya untuk menstimulasi, membimbing, mengasuh, dan

pemberian kegiatan pembelajaran yang akan menghasilkan

kemampuan dan keterampilan pada anak. Kedua, Kelompok

Bermain merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan yang

menitikberatkan pada peletakan dasar kearah pertumbuhan dan

perkembangan fisik (koordinasi motorik halus dan kasar),

kecerdasan (daya pikir, daya cipta, kecerdasan emosi, dan

kecerdasan spiritual), sosio-emosional (sikap perilaku serta

agama), bahasa dan komunikasi. Ketiga, sesuai dengan keunikan

dan pertumbuhan Kelompok Bermain disesuaikan dengan

tahap-tahap perkembangan yang dilalui oleh anak usia dini.(34)

Tujuan Kelompok Bermain yang ingin dicapai adalah untuk

mengembangkan pengetahuan dan pemahaman orang tua dan guru

serta pihak-pihak yang terkait dengan pendidikan dan

perkembangan anak usia dini. secara khusus tujuan yang ingin

dicapai, adalah : (14)

1) Dapat mengidentifikasi perkembangan fisiologis anak usia

dini dan mengaplikasikan hasil identifikasi tersebut dalam

pengembangan fisiologis yang bersangkutan.

2) Dapat memahami perkembangan kreatifitas anak usia dini dan

usaha-usaha yang terkait dengan pengembangannya.

Page 52: Studi Komparasi Perkembangan Anak yang Mengikuti dan Tidak Mengikuti Kelompok Bermain (KB) di Kelurahan Tembalang, Semarang

36

3) Dapat memahami kecerdasan jamak dan kaitannya dengan

perkembangan anak usia dini.

4) Dapat memahami arti bermain bagi perkembangan usia dini.

5) Dapat memahami pendekatan pembelajaran dan aplikasinya

bagi pengembangan anak usia kanak-kanak.

Tujuan pendidikan anak usia dini secara umum adalah

mengembangkan berbagai potensi anak sejak dini sebagai

persiapan untuk hidup dan dapat menyesuaikan diri dengan

lingkungannya. Secara khusus kegiatan pendidikan bertujuan

agar:(32)

1) Anak mampu melakukan ibadah, mengenal dan percaya akan

ciptaan Tuhan dan mencintai sesama. Contoh : pendidik

mengenalkan kepada anak didik bahwa Allah SWT

menciptakan berbagai makhluk selain manusia, seperti

binatang, tumbuhan, dan sebagainya yang semua itu harus kita

sayangi.

2) Anak mampu mengelola keterampilan tubuh termasuk

gerakan-garakan yang mengontrol gerakan tubuh, gerakan

halus dan gerakan kasar, serta menerima rangsangan sensorik

(panca indera). Contoh: menari, bermain bola, menulis

ataupun mewarnai.

Page 53: Studi Komparasi Perkembangan Anak yang Mengikuti dan Tidak Mengikuti Kelompok Bermain (KB) di Kelurahan Tembalang, Semarang

37

3) Anak mampu menggunakan bahasa untuk pemahaman bahasa

pasif dan dapat berkomunikasi secara efektif yang bermanfaat

untuk berpikir dan belajar. Contoh : ketika sudah melakukan

pembahasan tema, diberikan kepada anak didik untuk

bertanya atau menjawab isi tema yang telah diberikan.

4) Anak mampu berpikir logis, kritis, memberikan alasan,

memecahkan masalah dan menemukan hubungan sebab

akibat. Contoh : mencari pasangan gambar yang berkaitan

dengan sebab akibat, lalu anak akan berusaha memecahkan

masalah dan memberika alasan tersebut.

5) Anak mampu mengenal lingkungan alam, lingkungan sosial,

peranan masyarakat dan menghargai keragaman sosial dan

budaya serta mampu mengembangkan konsep diri, sikap

postif terhadap belajar, kontrol diri dan rasa memiliki.

6) Anak memiliki kepekaan terhadap irama, nada, birama,

berbagai bunyi, bertepuk tangan, serta menghargai hasil karya

yang kreatif. Contoh : anak yang senang dan menyukai dengan

musik, saat mendengar lagu maka akan segera mengikutinya,

ataupun ketika diminta melanjutkan syair kedua hingga

selesai, maka anak mampu melakukannya.

Page 54: Studi Komparasi Perkembangan Anak yang Mengikuti dan Tidak Mengikuti Kelompok Bermain (KB) di Kelurahan Tembalang, Semarang

38

Selain itu, tujuan Kelompok Bermain adalah :(33)

1) Untuk membentuk anak Indonesia yang berkuailtas, yaitu

anak tumbuh dan berkembang sesuai dengan tingkat

perkembangannya sehingga memiliki kemampuan yang

optimal di dalam memasuki pendidikan dasar serta

mengarungi kehidupan di masa dewasa.

2) Untuk membantu menyiapkan anak mencapai kesiapan belajar

(akademik) di sekolah.

3) Intervensi dini dengan memberikan rangsangan sehingga

dapat menumbuhkan potensi-potensi yang tersembunyi

(hidden potency) yaitu dimensi perkembangan anak (bahasa,

intelektual, emosi, sosial, motorik, konsep diri, minat dan

bakat)

4) Melakukan deteksi dini terhadap kemungkinan terjadinya

gangguan dalam pertumbuhan dan perkembangan

potensi-potensi yang dimiliki anak.(23)

Beberapa fungsi pendidikan bagi anak usia dini yang harus

diperhatikan, dapat dijelaskan sebagai berikut: (1) Untuk

mengembangkan seluruh kemampuan yang dimiliki anak sesuai

dengan tahapan perkembangannya. Contoh : menyiapkan media

pembelajaran yang banyak sesuai dengan kebutuhan dan minat

anak; (2) Mengenalkan anak dengan dunia sekitar. Contoh: field

tripke Taman Safari, selain dapat mengenal bermacam-macam

Page 55: Studi Komparasi Perkembangan Anak yang Mengikuti dan Tidak Mengikuti Kelompok Bermain (KB) di Kelurahan Tembalang, Semarang

39

hewan ciptaan Allah juga dapat mengenal berbagai macam

tumbuhan dan hewan serta mengenal perbedaan udara panas dan

dingin; (3) Mengembangkan sosialisasi anak. Contoh: bermain

bersama teman, melalui bermain maka anak dapat berinteraksi dan

berkomunikasi sehingga proses sosialisasi anak dapat

berkembang; (4) Mengenalkan peraturan dan menanamkan

disiplin pada anak. Contoh: mengikuti peraturan atau tata cara

upacara bendera, dapat menanamkan peraturan dan mengenal arti

penghormatan kepada pahlawan perjuangan bangsa; (5)

Memberikan kesempatan pada anak untuk menikmati masa

bermainnya. Contoh: bermain bebas sesuai dengan minat dan

keinginan anak; (6) Memberikan stimulus kultural pada anak.(31)

Fungsi lainnya yang perlu diperhatikan, yakni penyiapan

bahan perumusan kebijakan dibidang pendidikan anak usia dini;

penyiapan bahan perumusan standar, criteria, pedoman, dan

prosedur dibidang pendidikan anak usia dini; pemberian

bimbingan teknis dan evaluasi dibidang pendidikan anak usia dini;

pelaksanaan pemberdayaan peran serta masyarakat dibidang

pendidikan anak usia dini; pelaksanaan urusan ketatausahaan

Direktorat.(10)

Page 56: Studi Komparasi Perkembangan Anak yang Mengikuti dan Tidak Mengikuti Kelompok Bermain (KB) di Kelurahan Tembalang, Semarang

40

Selain itu, Kelompok Bermain juga berfungsi : (1) Sebagai

upaya pemberian stimulus pengembangan potensi fisik, jasmani,

dan indrawi melalui metode yang dapat memberikan dorongan

perkembangan fisik/motorik dan fungsi inderawi anak; (2)

Memberikan stimulus pengembangan motivasi, hasrat, dorongan

dan emosi kearah yang benar dan sejalan dengan tuntutan agama;

(3) Stimulus pengembangan fungsi akal dengan mengoptimalkan

daya kognisi dan kapasitas mental anak melalui metode yang dapat

mengintegrasikan pembelajaran agama dengan upaya mendorong

kemampuan kognitif anak.(23)

Dari beberapa fungsi yang telah dipaparkan, dapat terlihat

bahwa fungsi pendidikan anak usia dini adalah memberikan

stimulus kultural kepada anak. Pendidikan pada usia dini

sebenarnya merupakan ekspresi dari stimulasi kultural tersebut.

Berdasarkan tujuan pendidikan anak usia dini dapat ditelaah

beberapa fungsi program stimulasi edukasi, yaitu:(35)

1) Fungsi Adaptasi, berperan dalam membantu anak melakukan

penyesuaian diri dengan berbagai kondisi lingkungan serta

menyesuaikan diri dengan keadaan dalam dirinya sendiri.

2) Fungsi Sosialisasi, berperan dalam membantu anak memiliki

keterampilan-keterampilan sosial yang berguna dalam

pergaulan dan kehidupan sehari-hari dimana anak berada.

Page 57: Studi Komparasi Perkembangan Anak yang Mengikuti dan Tidak Mengikuti Kelompok Bermain (KB) di Kelurahan Tembalang, Semarang

41

3) Fungsi Pengembangan, berkaitan dengan pengembangan

berbagai potensi yang dimiliki anak. Setiap unsur potensi yang

dimiliki anak membutuhkan suatu situasi atau lingkungan

yang dapat menumbuhkankembangkan potensi kearah

perkembangan yang optimal sehingga menjadi potensi yang

bermanfaat bagi anak itu sendiri maupun lingkungannya.

4) Fungsi Bermain, berkaitan dengan pemberian kesempatan

anak bermain, karena bermain merupakan hak anak sepanjang

rentang kehidupannya. Melalui kegiatan bermain anak akan

mengeksplorasi dunia dan membangun pengetahuannya

sendiri.

5) Fungsi Ekonomik, pendidikan yang terencana pada anak

merupakan investasi jangka panjang yang dapat

menguntungkan pada setiap rentang perkembangan

selanjutnya. Terlebih lagi investasi yang dilakukan berada

pada masa keemasan (the golden age) yang akan memberikan

keuntungan berlipat ganda. Pendidikan di Taman

Kanak-kanak merupakan salah satu peletak dasar bagi

perkembangan selanjutnya.

Terdapat sejumlah prinsip pembelajaran pada pendidikan anak

usia dini, beberapa akan dipaparkan pada bagian berikut ini

diantaranya : (23)

Page 58: Studi Komparasi Perkembangan Anak yang Mengikuti dan Tidak Mengikuti Kelompok Bermain (KB) di Kelurahan Tembalang, Semarang

42

1) Anak sebagai Pembelajar Aktif

Pendidikan hendaknya mengarahkan anak untuk menjadi

pembelajar yang aktif. Pendidikan yang dirancang secara

kreatif akan menghasilkan pembelajar yang aktif. Proses

pendidikan seperti ini merupakan wujud pembelajaran yang

bertumpu ada aktivitas belajar anak secara aktif atau yang

dikenal dengan Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA) atau Student

Active Learning).

2) Anak Belajar Melalui Sensori dan Panca Indera

Anak memperoleh pengetahuan melalui sensorinya, anak

dapat melihat melalui bayangan yang ditangkap oleh matanya,

mendengarkan bunyi melalui telinganya, merasakan panas dan

dingin lewat perabaannya, membedakan bau melalui hidung

dan dapat mengetahui aneka rasa melalui lidahnya. Oleh

karenanya, pembelajaran pada anak hendaknya mengarahkan

anak pada berbagai kemampuan yang dapat dilakukan oleh

seluruh inderanya.

3) Anak Membangun Pengetahuan Sendiri

Sejak lahir anak diberi berbagai kemampuan.Dalam konsep

ini anak dibiarkan belajar melalui pengalaman-pengalaman

dan pengetahuan yang dialaminya sejak anak lahir dan

pengetahuan yang telah anak dapatkan selama hidup.

Page 59: Studi Komparasi Perkembangan Anak yang Mengikuti dan Tidak Mengikuti Kelompok Bermain (KB) di Kelurahan Tembalang, Semarang

43

4) Anak Berpikir Melalui Benda Konkret

Dalam konsep ini anak harus diberikan pembelajaran

dengan benda-benda yang nyata agar anak tidak menerawang

atau bingung. Maksudnya adalah anak dirangsang untuk

berpikir dengan metode pembelajaran menggunakan benda

nyata sebagai contoh materi pelajaran.

5) Anak Belajar Dari Lingkungan

Pendidikan merupakan usaha sadar yang dilakukan sengaja

dan terencana untuk membantu anak mengembangkan potensi

secara optimal sehingga anak mampu beradaptasi dengan

lingkungannya.

c. Lingkup Kelompok Bermain Berdasarkan Pendekatan Kebijakan

dan Pendekatan Analisis Teori

Merujuk pada Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 2005 tentang

Standar Nasional Pendidikan, pasal 19 ayat1 menyatakan bahwa proses

pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara

interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi siswa.

Contoh konkret berbagai pendekatan dalam pendidikan anak usia

dini, yaitu: pendekatan psikonalisis manusia/anak mempunyai

keinginan dalam dirinya „homo valens‟, kognitif (homo sapines:

manusia berpikir) sikap bahasa, behaviorostik (homo mechanicus:

manusia mesin),homo ludens (makhluk bermain) jika anak melakukan

kesalahan berilah teguran, namun jika anak melakukan sesuatu yang

Page 60: Studi Komparasi Perkembangan Anak yang Mengikuti dan Tidak Mengikuti Kelompok Bermain (KB) di Kelurahan Tembalang, Semarang

44

baik, maka berilah penguatan (reinforcement), stimulus atau respons,

pendekatan humanistic (humo ludens: manusia suka bermain) yaitu

pemebelajan dengan bermain.(23)

d. Penyelenggaraan Pendidikan Anak Usia Dini

Penyelenggaraan Pendidikan bagi Anak Usia Dini dapat dilakukan

dalam bentuk formal, non-formal dan informal. Setiap bentuk

penyelenggaraan memiliki kekhasan tersendiri. Berikut ini akan

dipaparkan bentuk penyelenggaraan pada jalur pendidikan formal,

nonformal dan informal.(14)

Penyelenggaraan pendidikan bagi anak usia dini pada jalur formal

adalah Taman Kanak-kanak (TK) atau RA dan lembaga sejenis.

Penyelenggaraan pendidikan bagi anak usia dini pada jalur nonformal

diselenggarakan oleh masyarakat atas kebutuhan dari masyarakat

sendiri, khususnya bagi anak-anak yang dengan keterbatasannya tidak

terlayani di pendidikan formal (TK dan RA ). Pendidikan dijalur

informal ini dilakukan oleh keluarga atau lingkungan. Pendidikan

informal bertujuan memberikan keyakinan agama, menanamkan nilai

budaya, nilai moral, etika, dan kepribadian, estetika serta meningkatkan

pengetahuan dan keterampilan peserta didik dalam rangka mencapai

tujuan pendidikan nasional.(33)

Page 61: Studi Komparasi Perkembangan Anak yang Mengikuti dan Tidak Mengikuti Kelompok Bermain (KB) di Kelurahan Tembalang, Semarang

45

e. Konsep dan Aspek Pengembangan Anak Usia Dini Secara Terpadu

Terdapat 6 aspek perkembangan anak usia dini, yaitu kesadaran

personal, kesehatan emosional, sosialisasi, komunikasi, kognisi dan

keterampilan motorik sangat penting dan harus dipertimbangkan

sebagai fungsi interaksi. Kreativitas tidak dipandang sebagai

perkembangan tambahan, melainkan sebagai komponen yang integral

dari lingkungan bermain yang kreatif. Pertumbuhan anak pada enam

aspek perkembangan di bawah ini membentuk fokus sentral dan

pengembangan kurikulum bermain pada anak usia dini.(32)

1) Kesadaran Personal

Permainan yang kreatif memungkinkan perkembangan kesadaran

personal.Bermain mendukung anak untuk tumbuh secara mandiri

dan memiliki kontrol atas lingkungannya.Melalui bermain anak

dapat menemukan hal yang baru, bereksplorasi, meniru dan

mempraktikan kehidupan sehari-hari sebagai sebuah langkah

dalam membangun keterampilan menolong dirinya sendiri,

keterampilan ini membuat anak merasa mampu.

2) Pengembangan Emosi

Melalui bermain anak dapat belajar menerima, berekspresi dan

mengatasi masalah dengan cara yang positif. Bermain juga

memberikan kesempatan pada anak untuk mengenal diri mereka

sendiri dan untuk mengembangkan pola perilaku yang memuaskan

dalam hidup.

Page 62: Studi Komparasi Perkembangan Anak yang Mengikuti dan Tidak Mengikuti Kelompok Bermain (KB) di Kelurahan Tembalang, Semarang

46

3) Membangun Sosialisasi

Bermain memberikan jalan bagi perkembangan sosial anak

ketika berbagi dengan anak yang lain. Bermain dapat

menumbuhkan dan meningkatkan rasa sosialisasi anak.

4) Pengembangan komunikasi

Bermain merupakan alat yang paling kuat untuk membelajarkan

kemampuan berbahasa anak.Melalui komunikasi inilah anak dapat

memperluas kosakata dan mengembangkan daya penerimaan serta

pengekspresian kemampuan berbahasa mereka melalui interaksi

dengan anak-anak lain dan orang dewasa pada situasi bermain

spontan.

5) Pengembangan Kognitif

Bermain dapat memenuhi kebutuhan anak untuk secara aktif

terlibat dengan lingkungan, untuk bermain dan bekerja dalam

menghasilkan suatu karya, serta untuk memenuhi tugas-tugas

perkembangan kognitif lainnya.Selama bermain, anak menerima

pengalaman baru, memanipulasi bahan dan alat, berinteraksi

dengan orang lain dan mulai merasakan dunia mereka.

6) Pengembangan Kemampuan Motorik

Kesempatan yang luas untuk bergerak, pengalaman belajar

untuk menemukan, aktivitas sensori motor yang meliputi

penggunaan otot-otot besar dan kecil memungkinkan anak untuk

memenuhi perkembangan perseptual motorik.(23)

Page 63: Studi Komparasi Perkembangan Anak yang Mengikuti dan Tidak Mengikuti Kelompok Bermain (KB) di Kelurahan Tembalang, Semarang

47

B. Kerangka Teori

Gambar 2.1 Kerangka Teori Penelitian (30) (31) (14) (32) (23) (33) (34) (10) (35)

Perkembangan Anak

Empat aspek perkembangan :

1. Perkembangan kognitif

2. Perkembangan motorik (kasar dan halus)

3. Perkembangan bicara dan bahasa

4. Perkembangan sosialisasi dan kemandirian

Faktor-faktor yang

mempengaruhi perkembangan :

1. Faktor hereditas

2. Faktor lingkungan : KB

Pengertian, tujuan, fungsi dan prinsip

penegembangan anak usia dini

Konsep dan aspek

pengembangan anak usia dini

secara terpadu

Penyelenggaraan PAUD

Lingkup Kelompok Bermain

berdasarkan pendekatan kebijakan

dan pendekatan analisis teori

Hakikat

Kelompok Bermain

Page 64: Studi Komparasi Perkembangan Anak yang Mengikuti dan Tidak Mengikuti Kelompok Bermain (KB) di Kelurahan Tembalang, Semarang

48

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Kerangka Konsep

Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian

B. Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara atas pertanyaan penelitian tentang

hubungan yang diharapkan terjadi antara dua variabel atau lebih yang

memungkinkan untuk dibuktikan secara empirik atau perlu diuji kebenaran

atas jawaban pertanyaan tersebut.(36)

Hipotesis dalam penelitian ini yaitu

Ada perbedaan perkembangan anak yang mengikuti dan tidak mengikuti

Kelompok Bermain.

C. Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif non eksperimental,

dengan desain komparatif-analitik yang dirancang dalam bentuk cross

sectional. Penelitian komparatif-analitik, yaitu penelitian yang bersifat

membandingkan antara dua kelompok atau lebih dari suatu variabel

tertentu. Tujuannya adalah untuk mencari jawaban tentang sebab-akibat,

Perkembangan Anak yang Mengikuti dan Tidak Mengikuti Kelompok Bermain

Page 65: Studi Komparasi Perkembangan Anak yang Mengikuti dan Tidak Mengikuti Kelompok Bermain (KB) di Kelurahan Tembalang, Semarang

49

dengan menganalisis faktor-faktor penyebab terjadinya suatu fenomena

tertentu.(37) Sedangkan cross sectional, adalah penelitian yang mengukur

dan mengumpulkan datanya dilakukan secara simultan, sesaat atau satu

kali saja dalam satu kali waktu (at one point in time). Rancangan ini

tidak melakukan follow up atas data yang telah terkumpul. (38)

D. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi adalah semua subjek atau objek yang akan diteliti dalam

suatu wilayah. Populasi dapat berupa orang, benda, gejala atau wilayah

yang ingin diketahui oleh peneliti.(37) Populasi dalam penelitian ini adalah

semua anak usia 3-5 tahun di kelurahan Tembalang, Semarang sejumlah

219 anak yang terbagi dalam populasi anak yang mengikuti kelompok

bermain sejumlah 103 anak dan populasi anak yang tidak mengikuti

kelompok bermain sejumlah 116 anak.

Sampel adalah sebagian dari subjek atau objek populasi yang diteliti.

Sampel dipilih dari elemen populasi yang dianggap dapat

mempresentasikan populasi.(37) Penelitian ini memiliki dua kelompok

sampel, yaitu kelompok A dan B. Kelompok A adalah kelompok

anak-anak yang mengikuti Kelompok Bermain dan Kelompok B adalah

kelompok anak-anak yang tidak mengikuti Kelompok Bermain. Jumlah

sampel masing-masing kelompok ditentukan dengan menggunakan teknik

probability sampling, yaitu teknik sampling yang memberikan kesempatan

yang sama bagi anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel. Teknik

Page 66: Studi Komparasi Perkembangan Anak yang Mengikuti dan Tidak Mengikuti Kelompok Bermain (KB) di Kelurahan Tembalang, Semarang

50

probability sampling yang digunakan adalah proportional stratified

random sampling, yaitu teknik yang digunakan untuk menentukan jumlah

sampel dari anggota populasi secara acak dan berstrata proporsional.(37)

Penentuan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik

proportional stratified random sampling, yaitu menentukan jumlah sampel

dari masing-masing Pos PAUD dan Posyandu dilakukan dengan mengundi

nama dari tiap Pos PAUD dan Posyandu Balita sampai jumlah sampel

terpenuhi. Namun ketika pengambilan data dilakukan anak yang sudah

dipilih untuk dijadikan sampel tidak berangkat, sehingga digantikan

dengan anak lain. Penggantian sampel ini dilakukan dengan langsung

memilih anak yang ada di tempat pengambilan data dan dengan

mengunjungi rumah anak (door to door).

E. Besar Sampel

Sampel dalam penelitian ini ditentukan berdasarkan dua kriteria, yaitu

kriteria inklusi dan ekslusi.

1. Kriteria inklusi

Adalah kriteria atau standar yang ditetapkan sebelum penelitian

dilakukan yang berisi karakteristik umum subjek penelitian dari suatu

populasi target yang terjangkau dan akan diteliti.(39)

Page 67: Studi Komparasi Perkembangan Anak yang Mengikuti dan Tidak Mengikuti Kelompok Bermain (KB) di Kelurahan Tembalang, Semarang

51

Kriteria inklusi dalam penelitian ini diantaranya :

a. Anak berusia 3-5 tahun beserta orangtua (ayah/ibu) atau pengasuh

b. Sudah mendapatkan stimulasi di KB minimal 3 bulan bagi

kelompok A

c. Bersedia menjadi responden

2. Kriteria eksklusi

Adalah kriteria atau standar yang ditetapkan sebelum penelitian

dilakukan yang berisi karakteristik untuk menghilangkan atau

mengeluarkan subjek atau objek yang memenuhi kriteria inklusi dari

penelitian karena beberapa sebab.(39) Kriteria eksklusi dalam

penelitian ini yaitu anak tiba-tiba memutuskan tidak bersedia menjadi

responden karena alasan tertentu.

Besar sampel pada kelompok A dan B dalam penelitian ini

ditentukan menggunakan rumus Slovin :(39)

a. Sampel kelompok A

dibulatkan menjadi 80 orang

Keterangan:

n = Jumlah sampel

N = Jumlah populasi

d² = Tingkat ketepatan/kepercayaan yang diinginkan (0,05)

Page 68: Studi Komparasi Perkembangan Anak yang Mengikuti dan Tidak Mengikuti Kelompok Bermain (KB) di Kelurahan Tembalang, Semarang

52

dari rumus tersebut diperoleh sampel 80 orang.

Berdasarkan pemerataan 5 Pos PAUD, pengambilan sampel

menggunakan rumus alokasi proporsional : (40)

Keterangan:

n = Jumlah sampel tiap Pos PAUD di Tembalang

N = Jumlah populasi semua Pos PAUD di Tembalang

d = Jumlah sampel semua Pos PAUD di Tembalang

x = Jumlah populasi per Pos PAUD di Tembalang

Tabel 3.1 Perhitungan jumlah sampel per Pos PAUD

No. Pos PAUD Jumlah Populasi tiap

Pos PAUD (x) Perhitungan

Sampel per Pos

PAUD

1. Mutiara Hati 15

12 orang

2. Pelita Hati 17

12 orang

3. Pertiwi 16

12 orang

4. Bunga 31

24 orang

5. Mekar Jaya 24

20 orang

Jumlah sampel 80 orang

Data siswa pada tahun ajaran 2014/2015 di masing-masing Pos PAUD.

b. Sampel kelompok B

dibulatkan menjadi 90 orang

Page 69: Studi Komparasi Perkembangan Anak yang Mengikuti dan Tidak Mengikuti Kelompok Bermain (KB) di Kelurahan Tembalang, Semarang

53

Keterangan:

n = Jumlah sampel

N = Jumlah populasi

d² = Tingkat ketepatan/kepercayaan yang diinginkan (0,05)

dari rumus tersebut diperoleh sampel 90 orang.

Berdasarkan pemerataan 6 Posyandu, pengambilan sampel

menggunakan rumus alokasi proporsional : (40)

Keterangan:

n = Jumlah sampel tiap Posyandu di Tembalang

N = Jumlah populasi semua Posyandu di Tembalang

d = Jumlah sampel semua Posyandu di Tembalang

x = Jumlah populasi per Posyandu di Tembalang

Tabel 3.2 Perhitungan jumlah sampel per Posyandu

No. Posyandu Jumlah Populasi

tiap Posyandu (x) Perhitungan

Sampel per

Posyandu

1. Posyandu Rw I 11

9 orang

2. Posyandu Rw II 14

11 orang

3. Posyandu Rw III dan V 16

12 orang

4. Posyandu Rw IV 32

25 orang

5. Posyandu Rw VII 18

14 orang

6. Posyandu Rw VI dan VIII 25

19 orang

Jumlah sampel 90 orang

Data anak pada bulan Februari 2015 di masing-masing Posyandu.

Page 70: Studi Komparasi Perkembangan Anak yang Mengikuti dan Tidak Mengikuti Kelompok Bermain (KB) di Kelurahan Tembalang, Semarang

54

F. Tempat dan waktu penelitian

1. Waktu penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret – Juli 2015, dan

pengambilan data dilakukan pada bulan 03 - 21 Juni 2015.

2. Tempat penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Tembalang, Semarang.

G. Variabel Penelitian, Definisi Operasional, dan Skala Pengukuran

1. Variabel penelitian, yaitu karakteristik yang diteliti yang mempunyai

variasi nilai dan merupakan operasionalisasi dari suatu konsep

sehingga dapat diteliti secara empiris atau ditentukan tingkatannya.(37)

Hal terpenting dari variabel adalah terukur (measurable) sehingga

memudahkan dalam proses analisis.(38) Macam variabel dibedakan

menjadi 5, yaitu :

a. Variabel bebas (Independent variable)

Adalah variabel yang menyebabkan adanya perubahan

terhadap variabel yang lain. Variabel ini dikategorikan sebagai

penyebab (cause) dari berubahnya variabel yang lain.(38)

Variabel ini dimanipulasi oleh peneliti untuk menciptakan suatu

akibat pada variabel tergantung (Dependent variable).(37)

Penelitian ini adalah sebuah studi komparatif yang memiliki sifat

Ex post facto, artinya penelitian yang meneliti peristiwa yang

sudah terjadi kemudian ditelusuri kebelakang.

Page 71: Studi Komparasi Perkembangan Anak yang Mengikuti dan Tidak Mengikuti Kelompok Bermain (KB) di Kelurahan Tembalang, Semarang

55

Ex post facto merupakan suatu penelitian empiris yang

sistematis dimana peneliti tidak mengendalikan variabel bebas

secara langsung karena variabel tersebut telah terjadi atau karena

variabel tersebut pada dasarnya memang tidak dapat dimanipulasi.

Peneliti tidak melakukan perlakuan dalam membandingkan dan

mencari hubungan sebab-akibat dari variabelnya. Peneliti hanya

mencari satu atau lebih akibat yang ditimbulkan dan mengujinya

dengan menelusuri kembali masa lalu untuk mencari sebab-sebab,

kemungkinan hubungan, dan maknanya.(41) Sehingga, dalam

penelitian ini tidak terdapat variabel bebas.

b. Variabel tergantung (Dependent variable)

Adalah variabel yang berubah sebagai akibat (effect)

perubahan variabel bebas.(38) Variabel tergantung adalah variabel

yang variabelnya diamati dan diukur untuk menentukan pengaruh

yang disebabkan oleh variabel bebas.(41) Variabel tergantung

dalam penelitian ini adalah perkembangan anak usia dini yang

mengikuti Kelompok Bermain dan perkembangan anak usia dini

yang tidak mengikuti Kelompok Bermain.

2. Definisi operasional

Adalah penjelasan dari semua variabel yang digunakan dalam

penelitian secara operasional dengan tujuan memudahkan pembaca

memahami makna penelitian. Komponen definisi operasional terdiri

atas variabel, definisi, indikator, alat ukur, skala, dan skor.(37)

Page 72: Studi Komparasi Perkembangan Anak yang Mengikuti dan Tidak Mengikuti Kelompok Bermain (KB) di Kelurahan Tembalang, Semarang

56

Tabel 3.3 Definisi operasional

No. Variabel Definisi Operasional Alat ukur Hasil Ukur Skala

1. Perkembangan

anak

Perkembangan anak adalah

penilaian perkembangan anak

usia dini dari empat aspek,

yaitu motorik halus, motorik

kasar, sosialisasi, kemandirian,

bicara, dan bahasa yang

ditinjau dari kegiatannya

mengikuti kelompok

bermain.

KPSP a. Sesuai (S), jika 9-10

jawaban ya pada

kuesioner

b. Meragukan (M), jika

7-8 jawaban ya pada

kuesioner

c. Penyimpangan (P),

jika < 6 jawaban ya

Ordinal

2. Usia Rentang kehidupan responden

berdasarkan usia pada KPSP

KPSP a. 36 bulan

b. 42 bulan

c. 48 bulan

d. 54 bulan

e. 60 bulan

Ordinal

3. Jenis kelamin Karakteristik seks responden Kuesioner

demografi

a. Perempuan

b. Laki-laki

Nominal

4. Riwayat

keterlambatan

perkembangan

Keterlambatan perkembangan

yang pernah dialami anak

Kuesioner

demografi

a. Ada

b. Tidak

Ordinal

5. Riwayat jenis

keterlambatan

perkembangan

Riwayat jenis keterlambatan

perkembangan yang dialami

oleh anak

Kuesioner

demografi

a. Berjalan

b. Bicara

Nominal

6. Keikutsertaan

KB

Keikutsertaan anak dalam KB Kuesioner

demografi

a. Tidak mengikuti

b. Mengikuti

Ordinal

7. Aspek

perkembangan

yang tidak

terpenuhi

Aspek perkembangan anak

yang tidak terpenuhi

KPSP a. Gerak kasar

b. Gerak halus

c. Bicara dan bahasa

d. Sosialisasi dan

kemandirian

e. Gerak kasar & gerak

halus

f. Gerak kasar & bicara

dan bahasa

g. Gerak kasar &

sosialisasi dan

kemandirian

h. Gerak halus & bicara

dan bahasa

i. Gerak halus &

sosialisasi dan

kemandirian

j. Bicara dan bahasa &

sosialisasi dan

kemandirian

k. Gerak kasar, gerak

halus & bicara dan

bahasa

l. Gerak kasar, gerak

halus & sosialisasi dan

kemandirian

m. Gerak kasar, bicara

dan bahasa &

Nominal

Page 73: Studi Komparasi Perkembangan Anak yang Mengikuti dan Tidak Mengikuti Kelompok Bermain (KB) di Kelurahan Tembalang, Semarang

57

sosialisasi dan

kemandirian

n. Gerak halus, bicara

dan bahasa &

sosialisasi dan

kemandirian

H. Alat Penelitian dan Cara Pengumpulan data

1. Alat penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan adalah angket atau

kuesioner dan KPSP kit. Kuesioner adalah daftar pertanyaan yang

disusun untuk memperoleh data sesuai keinginan peneliti.

Pengumpulan data dengan kuesioner ada dua macam, yaitu kuesioner

terbuka dan tertutup. Pada kuesioner terbuka, responden bebas

menjawab pertanyaan yang disediakan peneliti sesuai pendapat

responden. Sedangkan kuesioner tertutup, yaitu kuesioner dengan

jawaban yang sudah disediakan sehingga responden hanya memilih

sesuai pendapatnya.(42)

Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis

kuesioner tertutup untuk mengukur tumbuh kembang anak yaitu

Kuesioner Pra Skrining Perkembangan (KPSP). KPSP adalah alat atau

instrumen yang digunakan untuk mengetahui perkembangan anak

normal atau ada penyimpangan. KPSP ini berisikan pertanyaan dan

perintah dengan total 9-10 buah yang dijawab oleh orangtua (ayah/ibu)

atau pengasuh anak dengan cara ceklist (V) di kolom “ya” bila sesuai

dan “tidak” bila tidak sesuai.

Page 74: Studi Komparasi Perkembangan Anak yang Mengikuti dan Tidak Mengikuti Kelompok Bermain (KB) di Kelurahan Tembalang, Semarang

58

Pengisian KPSP ini dilakukan dengan cara terlebih dahulu

menentukan usia anak dalam bulan. Setelah menentukan usia anak,

pilih KPSP yang sesuai dengan usia anak. Bila anak berusia diantara

pilihan usia pada KPSP (3, 6, 9, 12, 15, 18, 21, 24, 30, 36, 42, 48, 54,

60, 66, 72 bulan), maka KPSP yang digunakan adalah yang lebih kecil

dari usia anak dan bila anak berusia > 16 hari dari tanggal

kelahirannya dihitung satu bulan. Dari pengisian KPSP ini dapat

diinterpretasikan dengan cara melakukan penghitungan jumlah

jawaban “ya”.

a. Bila jawaban “ya” berjumlah 9-10, maka perkembangan anak

sesuai (S),

b. Bila jawaban “ya” berjumlah 7-8, maka perkembangan anak

meragukan (M)

c. Bila jawaban “ya” berjumlah < 6, maka kemungkinan

perkembangan anak ada penyimpangan (P).(43)

Pada penelitian ini, KPSP yang digunakan adalah KPSP untuk

usia 36, 42, 48, 54, dan 60 bulan. Sedangkan KPSP kit yang

digunakan terdiri dari delapan buah kubus ukuran 2,5-5 cm, kertas

bergambar (kucing, burung, kuda, dan anjing), bola, kertas kosong,

dan segiempat berwarna (merah, kuning, hijau, dan biru).

Pengisian KPSP dilakukan oleh peneliti atau enumerator

berdasarkan jawaban orangtua (ayah/ibu) atau pengasuh anak dan

interpretasi perintah (anak dapat melakukan atau tidak).

Page 75: Studi Komparasi Perkembangan Anak yang Mengikuti dan Tidak Mengikuti Kelompok Bermain (KB) di Kelurahan Tembalang, Semarang

59

2. Uji instrumen penelitian

Sebuah instrumen dapat digunakan oleh peneliti jika sudah

melewati uji validitas dan uji reliabilitas.(44)

Validitas menyatakan apa yang seharusnya diukur. Sebuah

instrumen dikatakan valid jika instrumen itu mampu mengukur apa

yang seharusnya diukur menurut situasi dan kondisi tertentu.

Sedangkan reliabilitas adalah suatu kesamaan hasil apabila

pengukuran dilaksanakan oleh orang yang berbeda ataupun waktu

yang berbeda.(37) Pada penelitian ini kuesioner yang digunakan

adalah Kuesioner Pra Skrining Perkembangan (KPSP), kuesioner ini

tidak dilakukan uji validitas dan reliabilitas.

KPSP merupakan kuesioner hasil terjemahan dan modifikasi Tim

Depkes RI pada Prescreening Developmental Questionnaire (PDQ)

yang dikembangkan oleh Frankenburg dkk dari skrining Denver

Developmental Screening Test (DDST) pada tahun 1996 dan direvisi

pada tahun 2005.(2) DDST sendiri tidak memiliki nilai validitas,

karena tes ini dirancang bukan untk mengukur perkembangan anak.

DDST adalah standar perkembangan umum yang didasarkan pada >

2000 sampel anak-anak di Colorado, U.S pada tahun 1980.(45)

Sedangkan untuk nilai reliabitilitas, DDST memiliki nilai 99% untuk

interrates reability dan 90% untuk test-retest reability. Sementara itu,

KPSP memiliki nilai 95% untuk sensitifitas dan 63% untuk spesifisitas

KPSP dengan nilai kappa 0,552 dan p < 0,0001 (bermakna) pada

Page 76: Studi Komparasi Perkembangan Anak yang Mengikuti dan Tidak Mengikuti Kelompok Bermain (KB) di Kelurahan Tembalang, Semarang

60

tahun 2008 yang berarti KPSP adalah kuesioner yang benar-benar

dapat mengukur tingkat perkembangan anak. (25)

2. Sumber data

a. Data primer (primary data)

Adalah data yang dikumpulkan sendiri oleh perorangan atau

organisasi secara langsung dari objek yang diteliti demi

kepentingan studi yang bersangkutan, berupa wawancara atau

observasi.(41) Data primer penelitian didapat dari anak dan

orangtua (ayah/ibu) atau pengasuh anak yang telah melakukan

perintah dan menjawab pertanyaan pada KPSP sesuai usia anak.

b. Data sekunder (secondary data)

Adalah data yang dikumpulkan dan disatukan oleh studi-studi

sebelumnya atau yang diterbitkan oleh berbagai instansi lain.

Biasanya sumber tidak langsung berupa data dokumentasi dan

arsip-arsip resmi.(41) Data sekunder penelitian ini didapat dari

beberapa instansi, yaitu dari beberapa Pos PAUD, Posyandu atau

kader balita, dan Ketua Rw di Kelurahan Tembalang yang

kesemuanya adalah data mengenai jumlah anak berusia 3-5 tahun

yang ada di Kelurahan Tembalang.

Page 77: Studi Komparasi Perkembangan Anak yang Mengikuti dan Tidak Mengikuti Kelompok Bermain (KB) di Kelurahan Tembalang, Semarang

61

3. Cara pengumpulan data

Pengumpulan data dilakukan dengan cara :

a. Peneliti melakukan persamaan persepsi dengan enumerator.

Pada penelitian ini, persamaan persepsi antara peneliti dan

enumerator dilakukan dengan melakukan uji reliabilitas eksternal

menggunakan metode paralel (parallel form reliability). Proses

persamaan persepsi ini dilakukan di Pos PAUD Mekar Ceria di

Jalan Timoho Barat II Rt 03 Rw III dan Pos PAUD Permata Hati

di Jalan Bulusan Selatan V no. 31 15 dengan jumlah

masing-masing 15 anak. Pos-pos PAUD ini dipilih karena

memiliki karakteristik yang kurang lebih sama dengan Pos PAUD

yang ada di Kelurahan Tembalang, diantaranya :

1) Pengajarnya adalah masyarakat sekitar yang sebagian besar

tidak mempunyai background sebagai pendidik PAUD.

2) Pendidik adalah ibu rumah tangga yang dianggap mampu dan

sabar menghadapi tingkah polah anak-anak

3) Merupakan Pos PAUD yang berdiri karena swadaya

masyarakat

4) Usia anak di berkisar antara 3 -5 tahun

5) Pertemuan dilakukan 3 kali dalam seminggu, selama 120

menit tiap pertemuan

6) Fasilitas permainan : jungkang-jungkit, ayunan, dan

perosotan

Page 78: Studi Komparasi Perkembangan Anak yang Mengikuti dan Tidak Mengikuti Kelompok Bermain (KB) di Kelurahan Tembalang, Semarang

62

Persamaan persepsi ini dilakukan peneliti dan 10 enumerator

(Dieta, Destini, Lika, Tika, Rahma, Fitriya, Intan, Atun, Putri, dan

Aluh) yang merupakan mahasiswi semester delapan di jurusan S1

Keperawatan Undip. Proses persamaan persepsi dilakukan

melaului dua tahap, yaitu penyampain materi cara melakukan tes

KPSP dan tahap kedua adalah melakukan tes ke anak.

Hasil persamaan persepsi ini ditentukan berdasarkan nilai

korelasi (rxy) dari dua jenis data, yaitu data yang diperoleh

peneliti I dengan peneliti II dikorelasikan.(37)

Teknik korelasi yang digunakan adalah teknik korelasi

Pearson Product Moment (RPM), yaitu rumus yang menyatakan

ada tidaknya hubungan antara variabel x dengan variabel y.

Tingginya nilai koefisien korelasi yang diperoleh, menunjukkan

bukti yang kuat mengenai reliabilitas bahwa kedua peneliti

mengukur sesuatu yang sama. (46) Data yang telah diperoleh dari

kedua peneliti kemudian dilakukan uji reliabilitas dengan

menggunakan program statistik komputer.

Rumus RPM :

Page 79: Studi Komparasi Perkembangan Anak yang Mengikuti dan Tidak Mengikuti Kelompok Bermain (KB) di Kelurahan Tembalang, Semarang

63

Keterangan:

Koefisiensi korelasi anatara variabel X dan variabel Y

(dua variabel yang dikorelasikan)

( x=X-M ) dan( y= Y-M).

Jumlah perkalian x dengan y

Kuadrat dari x (deviasi x)

Kuadrat dari y (deviasi y)

Hasil perhitungan RPM disimbolkan r (rho) yang berkisar

antara -1 sampai dengan +1, dengan interprestasi sebagai

berikut :(47)

Tabel 3.4 Interprestasi Koefisien RPM

R Tingkat Hubungan

0,80 – 1,000

0,60 – 0,799

0,40 – 0.599

0,20 – 0,399

0,00 – 0,199

Sangat Kuat

Kuat

Cukup Kuat

Rendah

Sangat Rendah

(Sumber: Hartono 47)

Persamaan persepsi antara peneliti dan kesepuluh enumerator

didapatkan nilai r dalam rentang 0,613 – 0,906, yang artinya

antara persepsi peneliti dan enumerator memiliki hubungan yang

kuat-sangat kuat.

b. Peneliti mengajukan surat permohonan izin penelitian ke Jurusan

Keperawatan, dari Jurusan Keperawatan dikeluarkan surat

permohonan ijin penelitian dari dekan Fakultas Kedokteran

Universitas Diponegoro.

c. Surat dari Dekan Fakultas diserahkan kepada Kepala Kelurahan

Tembalang. Pihak Kelurahan Tembalang kemudian mengeluarkan

izin penelitian di Kelurahan Tembalang.

Page 80: Studi Komparasi Perkembangan Anak yang Mengikuti dan Tidak Mengikuti Kelompok Bermain (KB) di Kelurahan Tembalang, Semarang

64

d. Peneliti mendatangi Pos PAUD dan kader Posyandu Balita untuk

minta izin pengambilan data penelitian.

e. Ketika izin dan jadwal sudah disetujui, pengambilan data

dilakukan dengan terlebih dahulu memberikan informasi

mengenai penelitian dan meminta persetujuan (dibuktikan dengan

tanda tangan pada lembar persetujuan menjadi responden) kepada

orangtua atau pengasuh untuk melakukan tes perkembangan

kepada anak.

Pengambilan data telah dilakukan pada 5 Pos PAUD dan 6

Posyandu Balita, namun target responden belum terpenuhi

sehingga pengambilan data dilakukan dengan cara door to door.

f. Data yang telah terkumpul kemudian dilakukan pengolahan dan

analisis menggunakan program statistika komputer.

I. Teknik Pengolahan dan Analisa Data

Data yang sudah didapatkan peneliti diolah melalui beberapa

proses, diantaranya : (37)

1. Memeriksa data (editing)

Adalah memeriksa daftar pertanyaan yang telah diserahkan

oleh para pengumpul data. Pemeriksaan daftar pertanyaan yang

telah selesai ini dilakukan terhadap :

a. Kelengkapan jawaban, memeriksa jawaban dari semua item

pertanyaan atau pernyataan pada kuesioner.

Page 81: Studi Komparasi Perkembangan Anak yang Mengikuti dan Tidak Mengikuti Kelompok Bermain (KB) di Kelurahan Tembalang, Semarang

65

b. Keterbacaan tulisan, memeriksa keterbacaan dan kejelasan

dari semua item pertanyaan atau pernyataan pada kuesioner.

2. Pemberian kode (coding)

Adalah mengklasifikasikan jawaban-jawaban dari para

responden ke dalam kategori. Klasifikasi dilakukan dengan cara

memberi kode angka pada masing-masing jawaban.

a. Perkembangan anak : Penyimpangan (kode 1)

Meragukan (kode 2)

Sesuai (kode 3)

b. Usia : 36 bulan (kode 1)

42 bulan (kode 2)

48 bulan (kode 3)

54 bulan (kode 4)

60 bulan (kode 5)

c. Jenis kelamin : Perempuan (kode 1)

Laki-laki (kode 2)

d. Riwayat keterlambatan

perkembangan : Ada (kode 1)

Tidak (kode 2)

e. Riwayat jenis keterlambatan

perkembangan : Keterlambatan berjalan (kode 1)

Keterlambatan bicara (kode 2)

Page 82: Studi Komparasi Perkembangan Anak yang Mengikuti dan Tidak Mengikuti Kelompok Bermain (KB) di Kelurahan Tembalang, Semarang

66

f. Keikutsertaan KB : Tidak Mengikuti (kode 1)

Mengikuti (kode 2)

h. Aspek perkembangan yang tidak terpenuhi :

Gerak kasar (kode 1)

Gerak halus (kode 2)

Bicara dan bahasa (kode 3)

Sosialisasi dan kemandirian (kode 4)

Gerak kasar & gerak halus (kode 5)

Gerak kasar & bicara dan bahasa (kode 6)

Gerak kasar & sosialisasi dan kemandirian (kode 7)

Gerak halus & bicara dan bahasa (kode 8)

Gerak halus & sosialisasi dan kemandirian (kode 9)

Bicara dan bahasa & sosialisasi dan kemandirian (kode 10)

Gerak kasar, gerak halus & bicara dan bahasa (kode 11)

Gerak kasar, gerak halus & sosialisasi dan (kode 12)

kemandirian

Gerak kasar, bicara dan bahasa & sosialisasi dan (kode 13)

kemandirian

Gerak halus, bicara dan bahasa & sosialisasi dan (kode 14)

Kemandirian

Page 83: Studi Komparasi Perkembangan Anak yang Mengikuti dan Tidak Mengikuti Kelompok Bermain (KB) di Kelurahan Tembalang, Semarang

67

3. Sorting

Adalah mensortir dengan memilih atau mengelompokkan

data sesuai Kelompok (Kelompok A atau Kelompok B).

4. Memasukkan data (entry data)

Jawaban-jawaban dari kuesioner yang telah diberi kode

kemudian dimasukkan dalam program statistik komputer.

5. Cleaning

Pembersihan data, melihat variabel apakah data sudah benar

atau belum. Cara yang dilakukan oleh peneliti dalam tahap ini

yaitu melihat skor missing pada tabel tabel distribusi frekuensi

dari setiap variabel melalui program statistik komputer. Jika

menunjukkan nilai nol berarti tidak ada kesalahan dalam

memasukkan data.

6. Penyusunan data (tabulasi)

Tabulasi data dilakukan dengan memasukkan data

karakteristik dan perkembangan anak pada masing-masing

kelompok. Selanjutnya dilakukan pengolahan data menggunakan

program statistik komputer.

7. Analisis data

a. Analisis univariat

Analisis univariat adalah analisis yang dilakukan

terhadap tiap variabel dari hasil penelitian. Pada umumnya,

dalam analisis ini hanya menghasilkan distribusi frekuensi

Page 84: Studi Komparasi Perkembangan Anak yang Mengikuti dan Tidak Mengikuti Kelompok Bermain (KB) di Kelurahan Tembalang, Semarang

68

dan persentase dari tiap variabel.(48) Data yang dianalisis

dalam penelitian ini adalah karakteristik (usia pada KPSP,

jenis kelamin, riwayat keterlambatan perkembangan, dan

riwayat jenis keterlambatan perkembangan) dan

perkembangan pada Kelompok A maupun Kelompok B. Data

yang telah dianalisis secara deskriptif menggunakan program

statistik komputer ditampilkan dalam bentuk output distribusi

frekuensi. Sehingga didapatkan data berupa tabel tentang

distribusi frekuensi dari usia pada KPSP, jenis kelamin,

riwayat keterlambatan perkembangan, riwayat jenis

keterlambatan perkembangan dan perkembangan anak pada

Kelompok A dan Kelompok B.

b. Analisis bivariat

Analisis bivariat merupakan analisis yang dilakukan

terhadap dua variabel yang diduga berhubungan atau

berkorelasi. (48) Analisis bivariat dalam penelitian ini

bertujuan untuk mengetahui hubungan antara karakteristik

(usia pada KPSP, jenis kelamin, riwayat keterlambatan

perkembangan, dan riwayat jenis keterlambatan

perkembangan) dengan perkembangan. Selain itu juga untuk

menguji hipotesis penelitian antara perkembangan anak yang

mengikuti dan tidak mengikuti KB.

Page 85: Studi Komparasi Perkembangan Anak yang Mengikuti dan Tidak Mengikuti Kelompok Bermain (KB) di Kelurahan Tembalang, Semarang

69

Analisis bivariat ini menggunakan chi square pada

program statistik komputer. Uji chi square disebut juga

dengan kai kuadrat. Chi square adalah salah satu jenis uji

komparatif non parametris yang dilakukan pada dua variabel,

dimana skala data kedua variabel adalah kategorik (ordinal

atau nominal).

Rumus chi square :

, dimana : x2

= Nilai chi kuadrat

fe = Frekuensi yang diharapkan

f0 = Frekuensi yang diperoleh

Kriteria pengujian chi square :

1) x2

hitung < x2tabel, maka H0 diterima atau sig. x

2hitung >

alpha, maka H0 diterima

2) x2

hitung > x2

tabel, maka H0 ditolak atau sig. x2

hitung < alpha,

maka H0 ditolak. (49)

Page 86: Studi Komparasi Perkembangan Anak yang Mengikuti dan Tidak Mengikuti Kelompok Bermain (KB) di Kelurahan Tembalang, Semarang

70

J. Etika Penelitian

Secara umum prinsip etika dalam penelitian atau pengumpulan

data dapat dibedakan menjadi tiga bagian, yaitu prinsip manfaat,

prinsip menghargai hak-hak subjek, dan prinsip keadilan.(39)

1. Lembar persetujuan responden (informed concent)

Responden mendapatkan informasi mengenai penelitian sebelum

dilakukannya tanya jawab dan tes perkembangan ke anak. Lembar

informed concent ini terlebih dahulu ditandatangani oleh orangtua

atau pengasuh anak yang bersedia menjadi responden.

2. Kerahasiaan identitas (anonimity)

Peneliti memberikan kode berupa nomor pada lembar kuesioner

yang urutannya hanya diketahui oleh peneliti sehingga identitas

responden terjaga.

3. Kerahasiaan informasi (confidentiality)

Peneliti hanya menyajikan kelompok data tertentu saja yaitu data

karakteristik dan perkembangan anak saja pada hasil penelitian.

Page 87: Studi Komparasi Perkembangan Anak yang Mengikuti dan Tidak Mengikuti Kelompok Bermain (KB) di Kelurahan Tembalang, Semarang

71

BAB IV

HASIL PENELITIAN

Penelitian yang berjudul “Studi Komparasi Perkembangan Anak yang

Mengikuti dan Tidak Mengikuti Kelompok Bermain (KB) di Kelurahan

Tembalang, Semarang” bertujuan untuk menganalisis perbedaan perkembangan

anak yang mengikuti dan tidak mengikuti KB di Kelurahan Tembalang, Semarang.

Pengambilan data penelitian ini dilakukan pada 03-21 Juni 2015 dengan

responden yang berusia 3-5 tahun sejumlah 170 responden yang terbagi atas 80

responden adalah anak KB dan 90 responden adalah anak yang tidak KB di

Kelurahan Tembalang, Semarang. Penelitian mengenai perkembangan anak ini

diukur dengan kuesioner perkembangan KPSP usia 36, 42, 48, 54, dan 60 bulan.

Berikut adalah hasil penelitian yang telah dilakukan.

A. Karakteristik responden

1. Distribusi frekuensi responden yang mengikuti KB

Data gambaran karakteristik responden yang diamati adalah usia

pada KPSP, jenis kelamin, riwayat keterlambatan perkembangan, dan

riwayat jenis keterlambatan perkembangan responden. Berikut adalah

distribusi frekuensi responden yang mengikuti KB.

Tabel 4.1

Distribusi frekuensi responden yang mengikuti KB berdasarkan usia pada KPSP

di Kelurahan Tembalang, Semarang Juni 2015

(n=80)

Usia pada KPSP n %

a. 36 bulan

b. 42 bulan

c. 48 bulan

d. 54 bulan

e. 60 bulan

19

16

20

12

13

23,75

20,00

25,00

15,00

16,25

Total 80 100,00

Page 88: Studi Komparasi Perkembangan Anak yang Mengikuti dan Tidak Mengikuti Kelompok Bermain (KB) di Kelurahan Tembalang, Semarang

72

Tabel 4.1 menunjukkan bahwa dominasi usia pada KPSP dari 80

responden yang mengikuti KB adalah berusia 48 bulan sebanyak 20

responden (25,00%).

Tabel 4.2

Distribusi frekuensi responden yang mengikuti KB berdasarkan jenis kelamin

di Kelurahan Tembalang, Semarang Juni 2015

(n=80)

Jenis Kelamin n %

a. Perempuan

b. Laki - laki

41

39

51,25

48,75

Total 80 100,00

Tabel 4.2 menunjukkan bahwa dominasi jenis kelamin dari 80

responden yang mengikuti KB adalah perempuan sebanyak 41 responden

(51,25%).

Tabel 4.3

Distribusi frekuensi responden yang mengikuti KB berdasarkan riwayat keterlambatan

perkembangan di Kelurahan Tembalang, Semarang Juni 2015

(n=80)

Riwayat

Keterlambatan Perkembangan n %

a. Ada

b. Tidak

10

70

12,50

87,50

Total 80 100,00

Tabel 4.3 menunjukkan bahwa dominasi riwayat keterlambatan

perkembangan dari 80 responden yang mengikuti KB adalah tidak

adanya riwayat keterlambatan sebanyak 70 responden (87,50%).

Tabel 4.4

Distribusi frekuensi responden yang mengikuti KB berdasarkan riwayat jenis

keterlambatan perkembangan di Kelurahan Tembalang, Semarang Juni 2015

(n=10)

Riwayat jenis Keterlambatan

Perkembangan n %

a. Keterlambatan berjalan

b. Keterlambatan bicara

9

1

90,00

10,00

Total 10 100,00

Page 89: Studi Komparasi Perkembangan Anak yang Mengikuti dan Tidak Mengikuti Kelompok Bermain (KB) di Kelurahan Tembalang, Semarang

73

Tabel 4.4 menunjukkan bahwa dominasi riwayat jenis

keterlambatan dari 10 responden yang memiliki riwayat keterlambatan

perkembangan adalah keterlambatan berjalan sebanyak 9 responden

(90,00%).

2. Distribusi frekuensi responden yang tidak mengikuti KB

Data gambaran karakteristik responden yang diamati adalah usia

pada KPSP, jenis kelamin, riwayat keterlambatan perkembangan, dan

riwayat jenis keterlambatan perkembangan responden. Berikut adalah

distribusi frekuensi responden yang tidak mengikuti KB.

Tabel 4.5

Distribusi frekuensi responden yang tidak mengikuti KB berdasarkan usia pada KPSP

di Kelurahan Tembalang, Semarang Juni 2015

(n=90)

Usia pada KPSP n %

a. 36 bulan

b. 42 bulan

c. 48 bulan

d. 54 bulan

e. 60 bulan

40

4

21

4

21

44,44

4,44

23,34

4,44

23,34

Total 90 100,00

Tabel 4.5 menunjukkan bahwa dominasi usia pada KPSP dari 90

responden yang tidak mengikuti KB adalah usia 36 bulan sebanyak 40

responden (44,44%).

Tabel 4.6

Distribusi frekuensi responden yang tidak mengikuti KB berdasarkan jenis kelamin

di Kelurahan Tembalang, Semarang Juni 2015

(n=90)

Jenis Kelamin n %

a. Perempuan

b. Laki - laki

35

55

38,90

61,10

Total 90 100,00

Page 90: Studi Komparasi Perkembangan Anak yang Mengikuti dan Tidak Mengikuti Kelompok Bermain (KB) di Kelurahan Tembalang, Semarang

74

Tabel 4.6 menunjukkan bahwa dominasi jenis kelamin dari 90

responden yang tidak mengikuti KB adalah laki-laki sebanyak 55

responden (61,10%).

Tabel 4.7

Distribusi frekuensi responden yang tidak mengikuti KB berdasarkan riwayat

keterlambatan perkembangan di Kelurahan Tembalang, Semarang Juni 2015

(n=90)

Riwayat Keterlambatan

Perkembangan n %

Tidak

Ya

90

0

100,00

0,00

Total 90 100,00

Tabel 4.7 menunjukkan bahwa semua responden sebanyak 90

responden (100,00%) yang tidak mengikuti KB tidak memiliki riwayat

keterlambatan perkembangan.

B. Gambaran perkembangan responden yang mengikuti KB

Tabel 4.8

Distribusi frekuensi perkembangan responden yang mengikuti KB

di Kelurahan Tembalang, Semarang Juni 2015

(n=80)

Tabel 4.8 menunjukkan bahwa dominasi perkembangan dari 80

responden yang mengikuti KB adalah sesuai sebanyak 69 responden

(86,25%).

Perkembangan n %

a. Penyimpangan

b. Meragukan

c. Sesuai

1

10

69

1,25

12,50

86,25

Total 80 100,00

Page 91: Studi Komparasi Perkembangan Anak yang Mengikuti dan Tidak Mengikuti Kelompok Bermain (KB) di Kelurahan Tembalang, Semarang

75

Tabel 4.9

Distribusi frekuensi perkembangan berdasarkan usia responden yang mengikuti KB di

Kelurahan Tembalang, Semarang Juni 2015

(n=80)

Tabel 4.9 menunjukkan bahwa perkembangan responden

berdasarkan usia KPSP dari 80 responden yang mengikuti KB

didominasi oleh perkembangan sesuai pada responden usia 48 bulan

sebanyak 17 responden (21,25%).

Tabel 4.10

Distribusi frekuensi perkembangan berdasarkan jenis kelamin responden yang

mengikuti KB di Kelurahan Tembalang, Semarang Juni 2015

(n=80)

Tabel 4.10 menunjukkan bahwa perkembangan responden

berdasarkan jenis kelamin dari 80 responden yang mengikuti KB

didominasi oleh perkembangan sesuai pada responden perempuan

sebanyak 38 responden (47,50%).

Usia pada KPSP

Perkembangan Total

Penyimpangan Meragukan Sesuai

n % n % n % n %

a. 36 bulan

b. 42 bulan

c. 48 bulan

d. 54 bulan

e. 60 bulan

1

0

0

0

0

1,25

0,00

0,00

0,00

0,00

5

0

3

0

2

6,25

0,00

3,75

0,00

2,50

13

16

17

12

11

16,25

20,00

21,25

15,00

13,75

19

16

20

12

13

23,75

20,00

25,00

15,00

16,25

Jumlah 1 1,25 10 12,50 69 86,25 80 100,00

Jenis kelamin

Perkembangan Total

Penyimpangan Meragukan Sesuai

n % n % n % n %

a. Perempuan

b. Laki-laki

0

1

0,00

1,25

3

7

3,75

8,75

38

31

47,50

38,75

41

39

51,25

48,75

Jumlah 1 1,25 10 12,50 69 86,25 80 100,00

Page 92: Studi Komparasi Perkembangan Anak yang Mengikuti dan Tidak Mengikuti Kelompok Bermain (KB) di Kelurahan Tembalang, Semarang

76

Tabel 4.11

Distribusi frekuensi perkembangan berdasarkan riwayat keterlambatan perkembangan

responden yang mengikuti KB di Kelurahan Tembalang, Semarang Juni 2015

(n=80)

Tabel 4.11 menunjukkan bahwa perkembangan responden berdasarkan

ada tidaknya riwayat keterlambatan perkembangan dari 80 responden yang

mengikuti KB didominasi oleh perkembangan sesuai pada responden

dengan tidak ada riwayat keterlambatan perkembangan sebanyak 64

responden (80,00%).

Tabel 4.12

Distribusi frekuensi perkembangan berdasarkan riwayat jenis keterlambatan

perkembangan responden yang mengikuti KB

di Kelurahan Tembalang, Semarang Juni 2015

(n=10)

Tabel 4.12 menunjukkan bahwa dari 10 responden yang memiliki

riwayat keterlambatan perkembangan, jenis keterlambatan responden

didominasi oleh perkembangan sesuai pada responden yang mengalami

keterlambatan berjalan sebanyak 5 responden (50,00%).

Riwayat

keterlambatan

Perkembangan

Perkembangan Total

Penyimpangan Meragukan Sesuai

n % n % n % n %

a. Ada

b. Tidak

1

0

1,25

0,00

4

6

5,00

7,50

5

64

6,25

80,00

10

70

12,50

87,50

Jumlah 1 1,25 10 12,50 69 86,25 80 100,0

Riwayat jenis

keterlambatan

Perkembangan Total

Penyimpangan Meragukan Sesuai

n % n % n % n %

a. Berjalan

b. Bicara

1

0

10,00

0,00

3

1

30,00

10,00

5

0

50,00

0,00

9

1

90,00

10,00

Jumlah 1 10,00 4 40,00 5 50,00 10 100,00

Page 93: Studi Komparasi Perkembangan Anak yang Mengikuti dan Tidak Mengikuti Kelompok Bermain (KB) di Kelurahan Tembalang, Semarang

77

Tabel 4.13

Distribusi frekuensi aspek perkembangan yang tidak terpenuhi pada responden yang

mengikuti KB di Kelurahan Tembalang, Semarang Juni 2015

(n=37)

Tabel 4.13 menunjukkan bahwa dominasi aspek perkembangan yang

tidak dari 37 responden yang mengikuti KB adalah sosialisasi dan

kemandirian sebanyak 14 responden (37,84%).

C. Gambaran perkembangan responden yang tidak mengikuti KB

Tabel 4.14

Distribusi frekuensi perkembangan responden yang tidak mengikuti KB

di Kelurahan Tembalang, Semarang Juni 2015

(n=90)

Tabel 4.14 menunjukkan bahwa dominasi perkembangan dari 90

responden yang tidak mengikuti KB adalah sesuai sebanyak 58 responden

(64,45%).

Aspek perkembangan n %

a. Gerak kasar

b. Gerak halus

c. Bicara dan bahasa

d. Sosialisasi dan kemandirian

e. Gerak kasar & bicara dan

bahasa

f. Gerak kasar & sosialisasi dan

kemandirian

g. Gerak halus & bicara dan

bahasa

h. Bicara dan bahasa & sosialisasi

dan kemandirian

i. Gerak kasar, gerak halus &

bicara dan bahasa

j. Gerak halus, bicara dan bahasa

& sosialisasi dan kemandirian

3

1

10

14

1

2

1

3

1

1

8,11

2,70

27,03

37,84

2,70

5,41

2,70

8,11

2,70

2,70

Total 37 100,00

Perkembangan n %

a. Penyimpangan

b. Meragukan

c. Sesuai

11

21

58

12,22

23,33

64,45

Total 90 100,00

Page 94: Studi Komparasi Perkembangan Anak yang Mengikuti dan Tidak Mengikuti Kelompok Bermain (KB) di Kelurahan Tembalang, Semarang

78

Tabel 4.15

Distribusi frekuensi perkembangan berdasarkan usia responden yang tidak mengikuti

KB di Kelurahan Tembalang, Semarang Juni 2015

(n=90)

Tabel 4.15 menunjukkan bahwa perkembangan responden

berdasarkan usia KPSP dari 90 responden yang tidak mengikuti KB

didominasi oleh perkembangan sesuai pada responden usia 36 bulan sebanyak

25 responden (27,78%).

Tabel 4.16

Distribusi frekuensi perkembangan berdasarkan jenis kelamin responden yang tidak

mengikuti KB di Kelurahan Tembalang, Semarang Juni 2015

(n=90)

Tabel 4.16 menunjukkan bahwa perkembangan responden berdasarkan

jenis kelamin dari 90 responden yang tidak mengikuti KB didominasi oleh

perkembangan sesuai pada responden laki-laki sebanyak 35 responden

(38,89%).

Usia pada KPSP

Perkembangan Total

Penyimpangan Meragukan Sesuai

n % n % n % n %

a. 36 bulan

b. 42 bulan

c. 48 bulan

d. 54 bulan

e. 60 bulan

6

0

3

0

2

6,67

0,00

3,34

0,00

2,22

9

2

7

2

1

10,00

2,22

7,78

2,22

1,11

25

2

11

2

18

27,78

2,22

12,22

2,22

20,00

40

4

21

4

21

44,45

4,44

23,34

4,44

23,33

Jumlah 11 12,23 21 23,33 58 64,44 90 100,00

Jenis kelamin

Perkembangan Total

Penyimpangan Meragukan Sesuai

n % n % n % n %

a. Perempuan

b. Laki-laki

2

9

2,22

10,00

10

11

11,11

12,22

23

35

25,56

38,89

35

55

38,89

61,11

Jumlah 11 12,22 21 23,33 58 64,45 90 100

Page 95: Studi Komparasi Perkembangan Anak yang Mengikuti dan Tidak Mengikuti Kelompok Bermain (KB) di Kelurahan Tembalang, Semarang

79

Tabel 4.17

Distribusi frekuensi aspek perkembangan yang tidak terpenuhi dari responden yang

tidak mengikuti KB di Kelurahan Tembalang, Semarang Juni 2015

(n=59)

Tabel 4.17 menunjukkan bahwa dominasi aspek perkembangan yang

tidak terpenuhi dari 59 responden yang tidak mengikuti KB adalah bicara

dan bahasa sebanyak 12 responden (20,34%).

D. Komparasi perkembangan anak yang mengikuti dan tidak mengikuti

KB

Tabel 4.18

Komparasi perkembangan anak yang mengikuti dan tidak mengikuti KB

di Kelurahan Tembalang, Semarang Juni 2015

(n=170)

Perkembangan n %

a. Gerak kasar

b. Gerak halus

c. Bicara dan bahasa

d. Sosialisasi dan kemandirian

e. Gerak kasar & gerak halus

f. Gerak kasar & bicara dan bahasa

g. Gerak kasar & sosialisasi dan kemandirian

h. Gerak halus & bicara dan bahasa

i. Gerak halus & sosialisasi dan kemandirian

j. Bicara dan bahasa & sosialisasi dan kemandirian

k. Gerak kasar, gerak halus & bicara dan bahasa

l. Gerak kasar, gerak halus, & sosialisasi dan

kemandirian

m. Gerak kasar, bicara dan bahasa & sosialisasi dan

kemandirian

n. Gerak halus, bicara dan bahasa & sosialisasi dan

kemandirian

4

2

12

11

2

4

3

3

1

7

2

1

3

4

6,78

3,39

20,34

18,64

3,39

6,78

5,09

5,09

1,69

11,86

3,39

1,69

5,09

6,78

Total 59 100,00

Perkembangan Anak

Keikutsertaan KB Total p

value Tidak Mengikuti Mengikuti

n % n % n %

Penyimpangan

Meragukan

Sesuai

11

21

58

6,47

12,35

34,11

1

10

69

0,59

5,89

40,59

12

31

127

7,06

18,24

74,70 0,002

Total 90 52,93 80 47,07 170 100,00

Page 96: Studi Komparasi Perkembangan Anak yang Mengikuti dan Tidak Mengikuti Kelompok Bermain (KB) di Kelurahan Tembalang, Semarang

80

Tabel 4.18 menunjukkan bahwa responden yang mengikuti KB

mempunyai perkembangan yang lebih baik ditunjukkan oleh lebih sedikitnya

anak yang perkembangannya mengalami penyimpangan pada responden yang

mengikuti KB yaitu hanya 1 responden (0,59%) dibandingkan dengan yang

tidak mengikuti KB sebanyak 11 responden (6,47%).

Hasil dari uji hipotesis yang telah dilakukan antara perkembangan

anak yang mengikuti dan tidak mengikuti KB menunjukkan nilai p value

sebesar 0,002 ( = 0,05, p < ). Hal ini menunjukkan adanya perbedaan

yang signifikan antara perkembangan anak yang mengikuti dan tidak

mengikuti KB di Kelurahan Tembalang, Semarang.

Page 97: Studi Komparasi Perkembangan Anak yang Mengikuti dan Tidak Mengikuti Kelompok Bermain (KB) di Kelurahan Tembalang, Semarang

81

BAB V

PEMBAHASAN

Penelitian pada anak yang mengikuti dan tidak mengikuti KB di Kelurahan

Tembalang, Semarang ini bertujuan untuk menganalisa perkembangan anak,

mengidentifikasi karakteristik anak (usia pada KPSP, jenis kelamin, riwayat

keterlambatan perkembangan, riwayat jenis keterlambatan) dan mengidentifikasi

perkembangan berdasarkan karakter. Pada bab V ini akan dilakukan pembahasan

dari hasil penelitian yang telah dilakukan dan akan dipaparkan mengenai

keterbatasan penelitian.

A. Karakteristik anak

1. Usia pada KPSP

Hasil penelitian baik dari kelompok A maupun B menunjukkan

bahwa penyimpangan perkembangan paling banyak terjadi pada usia 36

bulan. Pada usia 36 bulan atau 3 tahun ini, perkembangan kognitif anak

memasuki tahap pra-operasional yaitu masa dimana kemampuan

menerima rangsangan yang masih terbatas. Anak mulai berkembang

kemampuan bahasanya, walaupun pemikirannya masih statis dan belum

dapat berpikir abstrak, persepsi waktu dan tempat masih terbatas. (21)

Pada perkembangan motorik kasar, anak usia ini dapat berbalik

atau berhenti secara tiba-tiba atau cepat, melompat dengan lompatan

kurang lebih 37-60 cm, naik tangga tanpa dibantu, meloncat dengan

tambahan beberapa variasi lompatan. (20) Sedangkan pada motorik halus,

Page 98: Studi Komparasi Perkembangan Anak yang Mengikuti dan Tidak Mengikuti Kelompok Bermain (KB) di Kelurahan Tembalang, Semarang

82

anak dapat menggambar mengikuti bentuk, menarik garis vertikal,

menjiplak bentuk lingkaran, membuka menutup kotak, dan menggunting

kertas mengikuti pola garis lurus. (24)

Pada usia 2 sampai 3 tahun, anak mencoba untuk mandiri yang

secara fisik dimungkinkan oleh kemampuan anak untuk berjalan, lari dan

berkenalan tanpa dibantu orang dewasa. Dengan kebebasan ini, anak

masuk dalam periode menjelajah atau eksplorasi. Pada usia 2 sampai 3

tahun kemampuan anak untuk percaya diri dikembangkan.(29)

Berdasarkan beberapa penjelasan mengenai aspek perkembangan

pada usia 36 bulan atau 3 tahun ini diketahui bahwa anak usia ini masih

melakukan penyesuaian dengan perkembangannya, belum sepenuhnya

perkembangannya matang. Selain itu, berdasarkan penelitian diketahui

bahwa anak usia 36 bulan ini banyak yang tidak mengikuti KB sehingga

stimulasi hanya bergantung dari orangtua dan lingkungan sosial tempat

tinggalnya. Padahal anak yang sudah mengikuti KB, 4 hari dalam

seminggunya mendapatkan pendidikan di KB masih ada yang

perkembangannya mengalami penyimpangan.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Ariani dan

Yosoprawoto, yang menyatakan bahwa kejadian suspek keterlambatan

perkembangan dipengaruhi oleh faktor usia anak.(50) Semakin muda usia

anak, maka resiko terjadi penyimpangan perkembangan anak semakin

besar.

Page 99: Studi Komparasi Perkembangan Anak yang Mengikuti dan Tidak Mengikuti Kelompok Bermain (KB) di Kelurahan Tembalang, Semarang

83

2. Jenis kelamin

Perempuan pada kelompok yang mengikuti KB lebih banyak

yang perkembangannya sesuai sedangkan pada kelompok yang tidak

mengikuti KB, laki-laki lebih lebih banyak yang perkembangannya

sesuai. Kedua kelompok menunjukkan bahwa jenis kelamin tidak

menentukan perkembangan anak. Baik anak perempuan maupun laki-laki

memiliki peluang yang sama untuk memiliki perkembangan yang sesuai,

meragukan, maupun penyimpangan.

Aspek perkembangan dipengaruhi oleh perkembangan otak. Anak

perempuan usia 0-6 tahun otak kanan dan kiri tumbuh berkembang

dengan kecepatan berimbang. Sedangkan laki-laki pertumbuhan dan

perkembangannya cenderung hanya pada otak kanan saja. Otak tersebut

mengembangkan lebih banyak hubungan antaranya sendiri dan juga

memiliki lebih sedikit hubungan dengan otak kiri.(51) Sebuah penelitian

juga menyebutkan IQ anak perempuan lebih tinggi pada usia prasekolah

dibandingkan dengan anak laki-laki. Namun ketika usia sekolah

pertengahan IQ anak laki-laki lebih unggul. (52)

Anak perempuan lebih unggul dalam melihat, mengingat kembali

lokasi objek dalam pola acak yang rumit, menyelesaikan masalah, dan

kinerja skolastik anak perempuan lebih tinggi daripada anak laki-laki.

Namun, anak laki-laki lebih unggul dalam penalaran matematika,

mengenali bentuk jika dirotasi, mendeteksi bentuk yang ada dalam

bentuk lain, mereplika objek 3 dimensi secara konsisten dan memiliki

Page 100: Studi Komparasi Perkembangan Anak yang Mengikuti dan Tidak Mengikuti Kelompok Bermain (KB) di Kelurahan Tembalang, Semarang

84

rasa ingin tau lebih besar daipada anak perempuan.(51) Pada kemampuan

verbal, seperti penggunaan kalimat, belajar membaca anak laki-laki dan

perempuan memiliki kemampuan yang tidak jauh berbeda.(53)

3. Riwayat keterlambatan perkembangan anak

Berdasarkan penelitian diketahui bahwa anak yang mengalami

keterlambatan didominasi oleh keterlambatan berjalan. Anak yang

biasanya bisa berjalan pada usia 15-18 bulan namun karena satu dan lain

hal anak belum berjalan pada rentang usia tersebut. Contoh kasus dalam

penelitain ini adalah anak yang mengikuti KB baru bisa berjalan pada

usia 24 bulan.

Beberapa penyebab anak mengalami masalah dalam berjalan atau

berlari adalah perkembangan fisik anak terhambat, perkembangan

motorik kasar terlambat, dan terjadi kendala psikologis.(54) Ibu anak

mengatakan anak lahir cukup bulan, mengalami proses persalinan yang

normal, dan sehat ketika masih bayi. Namun anak baru bisa berjalan pada

usia 24 bulan, dan ketika dilakukan tes perkembangan untuk anak usia 36

bulan perkembangan anak mengalami penyimpangan dengan aspek

motorik kasar, halus,bicara dan bahasa yang belum terpenuhi.

Selain itu, ibu anak mengatakan bahwa anak ini baru ikut

pendidikan di KB selama + 4 bulan dan masih ditunggui ibunya, dan

selama di rumah anak ini tidak pernah diberikan stimulasi oleh ibunya.

Hasil penelitian ini bisa dijelaskan dengan pemaparan dari Sunarsih

Page 101: Studi Komparasi Perkembangan Anak yang Mengikuti dan Tidak Mengikuti Kelompok Bermain (KB) di Kelurahan Tembalang, Semarang

85

tentang stimulasi. Hasil penelitian Sunarsih menyebutkan bahwa terdapat

hubungan antara pemberian stimulasi dengan perkembangan balita.(55)

Stimulasi yang diberikanpun sebaiknya sejak dini sudah diberikan dan

dilakukan terus-menerus.(43) Pada kasus ini, anak tidak mendapatkan

stimulasi di rumah dan di KB pun stimulasi tidak diperoleh secara

maksimal karena anak masih ditunggui ibunya di kelas dan belum

menjalankan aktivitas kelas secara berkelompok dan mandiri.

B. Perkembangan anak di Kelurahan Tembalang, Semarang

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa ada perbedaan

perkembangan yang signifikan antara anak yang mengikuti dan tidak

mengikuti KB. Perbedaan yang signifikan ini berupa kecenderungan semakin

baiknya perkembangan anak yang mengikuti KB dibandingkan dengan yang

tidak mengikuti KB.

Perkembangan anak sangat dipengaruhi oleh 2 hal yaitu hereditas dan

lingkungan. Faktor hereditas dalam diri masing-masing individu berbeda

yang merupakan warisan dari ibu bapaknya, atau nenek kakeknya. Hereditas

ini memiliki peranan dalam pertumbuhan dan perkembangan anak.(18) Dan

yang kedua adalah faktor lingkungan, yang dibedakan atas keluarga dan

lingkungan sosial. Lingkungan sosial yang dimaksudkan dalam penelitian ini

adalah Kelompok Bermain (KB). Di KB anak mendapatkan pembinaan

tumbuh kembang secara menyuluruh, yang mencakup aspek fisik dan

non-fisik, dengan memberikan rangsangan bagi perkembangan jasmani, rohani

Page 102: Studi Komparasi Perkembangan Anak yang Mengikuti dan Tidak Mengikuti Kelompok Bermain (KB) di Kelurahan Tembalang, Semarang

86

(moral dan spiritual ), motorik, akal pikir, emosional, dan sosial yang tepat agar

anak dapat tumbuh dan berkembang secara optimal.(14) Sehingga,

perkembangan anak sesuai dengan usianya.

Perkembangan anak dipengaruhi oleh pembelajaran yang berasal dari

situasi sosial, dikenal sebuah konsep tentang ZPD (Zone of Proximal

Development). ZPD adalah istilah yang dikenalkan oleh Vygotsky untuk

serangkain tugas yang terlalu sulit dikuasai anak secara sendirian, tetapi dapat

dipelajari dengan bantuan orang dewasa atau anak yang lebih mampu. Yang

artinya pengaruh sosial memiliki peranan penting, terutama pengaruh

instruksi atau pengajarannya, terhadap perkembangan anak. (29)

Teori ZPD ini berkaitan erat dengan gagasan scaffolding, sebuah

teknik untuk mengubah level dukungan. Selama sesi pengajaran orang yang

lebih ahli (guru atau murid yang lebih mampu) menyesuaikan jumlah

bimbingannya dengan level yang telah dicapai anak. Gagasan ini menekankan

perbedaan level dukungan sesuai dengan kebutuhan anak.(29) Dapat pula

diartikan bahwa pemberian stimulasi memiliki level-level, stimulasi yang

diberikan disesuaikan dengan level usia anak secara terus-menerus dan

kompleks.(43) Selain itu, scaffolding juga menekankan adanya dorongan guru

yang dibutuhkan agar pencapaian anak ke jenjang yang lebih tinggi menjadi

optimum.(29)

KB memberikan pendidikan bagi anak usia dini melalui pemberian

upaya menstimulasi, membimbing, mengasuh dan pemberian kegiatan

pembelajaran yang akan menghasilkan kemampuan dan keterampilan anak.

Page 103: Studi Komparasi Perkembangan Anak yang Mengikuti dan Tidak Mengikuti Kelompok Bermain (KB) di Kelurahan Tembalang, Semarang

87

Pendidikan bagi anak usia dini merupakan sebuah pendidikan yang dilakukan

pada anak yang baru lahir sampai dengan delapan tahun. Pendidikan pada

tahap ini memfokuskan pada physical, intelligence, emotional, social

education.(31) Penyelenggaraan pendidikan bagi anak usia dini disesuaikan

dengan keunikan tahap-tahap perkembangan yang dilalui oleh setiap anak usia

dini. (14)

Hal ini sesuai dengan teori ZPD yang dikemukan oleh Vygotsky,

dengan anak mendapatkan pendidikan di KB anak mendapatkan situasi sosial

yang baik yang mendukung perkembangan anak dari para pendidiknya.

Perbedaan perkembangan anak yang mengikuti dan tidak mengikuti KB ini

sejalan dengan penelitian yang dilakukan di Madiun yang hasilnya

menunjukkan bahwa ada perbedaan perkembangan anak usia prasekolah yang

mengikuti dan yang tidak mengikuti program playgroup.(15) Perbedaan

perkembangan ini bisa juga ditilik dari aspek perkembangan anak, yang

terdiri dari kognitif, motorik (kasar dan halus), bicara dan bahasa, sosialisasi

dan kemandirian.

Ketrampilan Motorik kasar merupakan gerakan fisik yang

membutuhkan keseimbangan dan koordinasi antar anggota tubuh dengan

menggunakan otot-otot besar, sebagian atau seluruh anggota tubuh.

Contohnya berjalan, berlari, berlompat, dan sebagainya.(23) Ketrampilan

kasar ini berkembang membutuhkan kontrol posisi, dan terbentuk dengan

adanya pengalaman. (56) Anak usia 3-5 tahun sudah bisa melakukan

pergerakan motorik kasar seperti melempar bola, berdiri 1 kaki, melompat

Page 104: Studi Komparasi Perkembangan Anak yang Mengikuti dan Tidak Mengikuti Kelompok Bermain (KB) di Kelurahan Tembalang, Semarang

88

dengan dua kaki, maupun melompat dengan 1 kaki.

Hasil penelitian yang dilakukan di Bandarharjo, Semarang

menunjukkan bahwa adanya perbedaan motorik kasar anak yang mengikuti

dan tidak mengikuti PAUD, dimana kecenderungan anak memiliki

perkembangan motorik kasar terlambat pada anak yang tidak mengikuti

PAUD. (57) Hasil penelitian tersebut dimungkinkan karena anak kurang

mendapatkan stimulasi karena anak tidak ikut pendidikan di lembaga KB

maupun PAUD, meskipun sebenarnya stimulasi juga dapat diperoleh dari

bimbingan orangtua di rumah.

Selama masa kana-kanak, perkembangan motorik anak akan menjadi

lebih halus dan lebih terkoordinasi dibandingkan dengan masa kanak-kanak

awal. Pada usia 4 tahun, koordinasi motorik halus anak-anak mengalami

peningkatan dan menjadi lebih tepat pada usia 5 tahun.(56) Ketrampilan

motorik halus adalah kemampuan yang berhubungan dengan keterampilan

fisik yang melibatkan otot kecil dan koordinasi mata-tangan. Saraf motorik

halus ini dapat dilatih dan dikembangkan melalui kegiatan dan rangsangan

yang kontinu secara rutin. (24) Menggenggam mainan, mengancingkan baju,

menyusun kubus, menggambar atau melakukan apapun yang memerlukan

ketrampilan tangan menunjukkan ketrampilan motorik halus. (56)

Penelitian Indraswati menunjukkan bahwa kemampuan motorik halus

anak mengalami peningkatan dengan adanya permainan mozaik.(58) Selain

itu, penelitian Nuryani juga menunjukkan bahwa kegiatan kolase dengan

bahan alam dapat meningkatkan kemampuan motorik halus anak.(59)

Page 105: Studi Komparasi Perkembangan Anak yang Mengikuti dan Tidak Mengikuti Kelompok Bermain (KB) di Kelurahan Tembalang, Semarang

89

Beberapa penelitain ini menunjukkan bahwa anak yang mendapatkan

pendidikan di PAUD memiliki kesempatan lebih besar untuk meningktan

ketrampilan motorik halusnya dibandingkan dengan anak yang tidak

mendapatkan pendidikan di PAUD. Hal ini dimungkinkan karena belum tentu

orangtua atau pengasuh anak mengetahui kegiatan yang dapat meningkatkan

ketrampilan motorik halus anak dan belum tentu juga kegiatan tersebut

dilakukan di rumah.

Hasil dari penelitian ini diketahui bahwa dari keempat aspek

perkembangan yang ada di KPSP didapatkan hasil bahwa antara kelompok

yang mengikuti dan tidak mengikuti KB ada aspek perkembangan yang

sering berisi jawaban tidak, yaitu pada aspek bicara dan bahasa. Rata-rata

pendidik mengatakan bahwa pengembangan bahasa untuk anak adalah terkait

dengan kemampuan membaca dan menulis. Pola pikir para orang tua juga

demikian, perkembangan bahasa adalah perkembangan anak dalam

kemampuan baca dan tulis. Oleh karena itu, orang tua menyerahkan anaknya

untuk dapat baca dan tulis di lembaga pendidikan dan pada akhirnya guru

yang bertugas untuk mengajarkan hingga berhasil.

Namun ternyata tidak demikian, kemampuan membaca dan menulis

anak terbentuk dari kemampuan mendengar dan berbicara. Kemampuan

sebelum baca-tulis permulaan dipengaruhi oleh kemampuan mendengar dan

berbicara. Pentingnya kemampuan mendengar adalah dasar untuk berbicara,

membaca dan menulis pada anak. (60) Perkembangan bahasa diawali dengan

kemampuan menyebutkan hingga empat gambar, menyebutkan satu hingga

Page 106: Studi Komparasi Perkembangan Anak yang Mengikuti dan Tidak Mengikuti Kelompok Bermain (KB) di Kelurahan Tembalang, Semarang

90

dua warna, menyebutkan kegunaan benda, menghitung, mengartikan dua kata,

mengerti empat kata depan, mengerti beberapa kata sifat dan jenis kata

lainnya, menggunakan bunyi kata, memahami arti larangan, serta merespon

panggilan orang dan anggota keluarga dekat.(61)

Dengan demikian, untuk dapat membaca dan menulis, seorang anak

harus memiliki pengalaman mendengar dan berbicara cukup banyak. Hal ini

berarti bahwa untuk membentuk kemampuan tersebut, guru tidak dapat

berusaha sendiri. Guru membutuhkan peran dari orang tua untuk banyak

membacakan cerita-cerita pada anak dan mengajak anak untuk berkomunikasi

sebagai bentuk pengembangan kemampuan berbicara.

Perkembangan kemampuan baca-tulis, terutama masa kanak-kanak

diperkuat melalui aneka pengalaman, seperti saat dibacakan cerita. Mayoritas

anak-anak sangat menyukai dibacakan cerita. Nada pembacaan yang

dilakukan oleh orang tua atau pengasuh dan cara membacakan ketika

bercerita dapat mempengaruhi seberapa baik anak berbicara dan pada

akhirnya seberapa baik anak membaca.(62) Semakin dini anak dikenalkan

dengan teks yang ada dalam buku maka anak semakin siap untuk membaca

dan sadar terhadap cetakan (tulisan). Anak yang belajar membaca dini

biasanya adalah anak-anak yang orang tuanya sangat sering membacakan

cerita untuk anak dan melakukan kegiatan membaca tersebut ketika usia anak

masih sangat muda. Hal ini berarti perlu peran dari orang tua atau orang

terdekat dengan anak sejak dini untuk membacakan cerita.(63)

Page 107: Studi Komparasi Perkembangan Anak yang Mengikuti dan Tidak Mengikuti Kelompok Bermain (KB) di Kelurahan Tembalang, Semarang

91

Kemampuan membaca dan menulis pada anak sangat dipengaruhi

oleh kemampuan anak untuk sadar akan phonemik. Kesadaran phonemik

yaitu kemampuan untuk membedakan bunyi dalam bahasa. Kemampuan ini

terbentuk pada kemampuan mendengarkan. (64) Kesadaran phonemik

terbentuk sejak bayi baru lahir dengan ciri-ciri yaitu terkejut mendengar suara

keras atau suara yang tiba-tiba muncul, menyukai suara-suara yang lembut

dan memberi rasa aman, dan tertarik dengan suara yang dimainkan

berkali-kali dan berubah-ubah. Kesadaran phonem pada bayi dan balita

ciri-cirinya anak mulai bereksperimen dengan suara, merespon lagu, ikut

bergerak sesuai lagu, menirukan suara binatang ketika melihat gambar.(60)

Kesadaran phonemik pada anak awal prasekolah memiliki ciri-ciri

yaitu menyukai lagu-lagu, cerita, puisi dan mengenali namanya, mengenali

irama puisi/syair yang sama (suaranya sama). Kesadaran phonemik di KB

ditunjukkan dengan ciri yaitu peduli suara/hubungan simbol-simbol, dan

dapat mencampur fonem dan membagi suku kata.(60) Terkait dengan

kesadaran phonemik tersebut maka pendidik harus mampu menciptakan

kegiatan pembelajaran yang mengembangkan kemampuan anak untuk

mengembangkan kesadaran phonemik.(64)

Seiring berkembangnya keterampilan-keterampilan yang telah

dikuasai, anak-anak dapat hidup bersosialisai dengan lingkungan sekitar dan

dapat belajar mandiri dengan merawat dirinya sendiri, dalam memenuhi

kebutuhannya. Seperti melepas dan mengenakan pakaian, buang air kecil,

ataupun memakai kaos kaki dan sepatunya sendiri tanpa bantuan orangtua

Page 108: Studi Komparasi Perkembangan Anak yang Mengikuti dan Tidak Mengikuti Kelompok Bermain (KB) di Kelurahan Tembalang, Semarang

92

maupun pengasuhnya.(43) Awalnya, anak akan banyak melakukan kesalahan

dalam memenuhi kebutuhannya sendiri, tetapi dengan adanya proses

pembelajaran yang terus menerus, anak akan dapat melakukan berbagai hal

itu sendiri tanpa bantuan khusus dari orangtua maupun pengasuhnya.(65)

Kepercayaan diri merupakan salah satu hal yang penting dalam

menumbuhkan kemandirian dan sosialisai seorang anak, karena dengan

adanya rasa percaya diri, anak akan merasa yakin akan kemampuan yang

dimilikinya.(63) Saat anak memiliki rasa percaya diri dan inisiatif dalam

melakukan suatu hal, anak dapat mulai mempersiapkan tahap perkembangan

berikutnya yaitu industry vs inferiority. Dalam tahap ini anak banyak belajar

keterampilan yang lebih formal. Bila sebelumnya anak bermain secara bebas,

pada tahap ini ini anak bermain dengan menggunakan aturan yang ditentukan

kelompok. Anak yang berhasil melalui tahap ini akan menjadi anak yang

percaya diri dan inisiatif yang tinggi, dan mandiri. Sedangkan anak yang tidak

dapat melewati tahap ini dengan baik, cenderung menjadi penakut, serta

perkembangan imajinasinya terhambat.(66)

Upaya guru ini tergambar jelas dalam penelitian Yahro, guru

menggunakan pendekatan BCCT (Beyond Centers and Circle Times) dalam

memberikan pengajaran pada anak didiknya. BBCT yang diadaptasi dari teori

ZPD dan scaffolding ini memberikan kebebasan pada anak didik utuk

menjalin hubungan sosial diantara mereka. Para guru menyusun sendiri

materi pembelajaran. (67)

Page 109: Studi Komparasi Perkembangan Anak yang Mengikuti dan Tidak Mengikuti Kelompok Bermain (KB) di Kelurahan Tembalang, Semarang

93

C. Keterbatasan penelitian

Penelitian ini menggunakan instrumen KPSP yang mengukur

perkembangan secara sederhana. KPSP adalah alat atau instrumen yang

digunakan untuk mengetahui perkembangan anak normal atau ada

penyimpangan. KPSP ini berisikan pertanyaan dan perintah dengan total 9-10

buah yang dijawab oleh orangtua (ayah/ibu) atau pengasuh anak dengan cara

ceklist (V) di kolom “ya” bila sesuai dan “tidak” bila tidak sesuai.

Page 110: Studi Komparasi Perkembangan Anak yang Mengikuti dan Tidak Mengikuti Kelompok Bermain (KB) di Kelurahan Tembalang, Semarang

94

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berikut adalah beberapa kesimpulan yang didapatkan berdasarkan hasil

penelitian yang berjudul “Studi Komparasi Perkembangan Anak yang

Mengikuti dan Tidak Mengikuti Kelompok Bermain (KB) di Kelurahan

Tembalang, Semarang”.

1. Ada perbedaan yang signifikan antara perkembangan anak yang mengikuti

dan tidak mengikuti KB di Kelurahan Tembalang, Semarang

2. Karakteristik perkembangan responden

a. Kelompok responden yang mengikuti KB

1) sebagian besar usia anak pada KPSP adalah usia 48 bulan

2) sebagian besar responden berjenis kelamin perempuan

3) sebagian besar responden tidak memiliki riwayat keterlambatan

perkembangan

4) keterlambatan perkembangan yang terjadi pada responden

didominasi oleh keterlambatan berjalan

5) perkembangan responden sebagian besar adalah sesuai dengan

usia

Page 111: Studi Komparasi Perkembangan Anak yang Mengikuti dan Tidak Mengikuti Kelompok Bermain (KB) di Kelurahan Tembalang, Semarang

95

b. Kelompok responden yang tidak mengikuti KB

1) sebagian besar usia anak pada KPSP adalah usia 36 bulan

2) sebagian besar responden adalah laki-laki

3) semua responden dalam kelompok ini tidak memiliki riwayat

keterlambatan perkembangan berjalan maupun bicara

4) perkembangan responden sebagian besar adalah sesuai dengan

usia

B. Saran

1. Orangtua

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan

antara perkembangan anak yang mengikuti dan tidak mengikuti KB di

Kelurahan Tembalang, Semarang. Sehingga, bagi orangtua harapannya

dapat memberikan stimulasi-stimulasi kepada anak untuk menunjang

perkembangannya yang salah satunya adalah dengan menyekolahkan

anak pada lembaga KB

2. Institusi kesehatan

Puskesmas dapat memberikan pendidikan kesehatan mengenai

stimulasi perkembangan anak ataupun mengadakan acara balita sehat

untuk memotivasi orangtua untuk lebih memperhatikan pertumbuhan dan

perkembangan anaknya.

Page 112: Studi Komparasi Perkembangan Anak yang Mengikuti dan Tidak Mengikuti Kelompok Bermain (KB) di Kelurahan Tembalang, Semarang

96

3. Institusi KB terkait

Institusi KB sebaiknya memperhatikan perkembangan

masing-masing anak didiknya sehingga dapat memberikan

stimulasi-stimulasi yang sesuai dengan kebutuhan anak.

4. Peneliti lain

Bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat melakukan penelitian

mengenai perkembangan anak dengan menggunakan instrumen yang lain,

misalnya Denver II. Denver II dapat mengukur perkembangan anak

dengan lebih lengkap dan kompleks dibandingkan KPSP yang hanya

mengukur perkembangan secara sederhana.

Page 113: Studi Komparasi Perkembangan Anak yang Mengikuti dan Tidak Mengikuti Kelompok Bermain (KB) di Kelurahan Tembalang, Semarang

97

DAFTAR PUSTAKA

1. Susanto A. Perkembangan Anak Usia Dini : Pengantar dalam Berbagai

Aspeknya. Jakarta: Kencana Pranada Media Group; 2012.

2. Kadi FA dkk. Kesetaraan Hasil Skrining Resiko Penyimpangan

Perkembangan menurut Cara Kuesioner Praskrining Perkembangan (KPSP)

dan Denver II pada Anak Usia 12-24 Bulan dengan Berat Lahir Rendah. Sari

Pediatr. 2008;10:29–33.

3. Sjarkawi. Pembentukan Kepribadian Anak. Jakarta: PT. Bumi Aksara; 2009.

4. Suyanto S. Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini [Internet]. Jakarta:

Ditjen Dikti Departemen Pendidikan Nasional; 2005. Available from:

http://books.google.com

5. Noviawati. Perbedaan Perkembangan Anak yang Mengikuti dan yang Tidak

Mengikuti Pendidikan Anak Usia Dini di Pos Pelayanan Terpadu [Internet].

2012 [cited 2015 Apr 5]. Available from: htttp://www.google.com/

6. Djoehaeni H. Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia DIni [Internet]. [cited

2014 Oct 22]. Available from:

http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PGTK/

7. Kementerian Pendidikan Nasional. Peraturan Pemerintah Republik

Indonesia Nomor 66 Tahun 2010 tentang Perubahan atas Peraturan

Pemerintah Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan

dan Penyelenggaraan Pendidikan [Internet]. Jakarta; 2010. p. 2. Available

from: http://www.hukumonline.com/

8. Natawidjaja R dkk. Rujukan Filsafat, Teori, dan Praktis. Bandung: UPI

Press; 2010.

9. Kementerian Pendidikan Nasional. UU Nomor 23 Tahun 2002. Jakarta;

2002. p. 5.

10. Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. Capaian APK

PAUD Meningkat [Internet]. 2014 [cited 2014 Oct 22]. Available from:

http://www.kemdikbud.go.id/

11. Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. Capaian APK

PAUD Meningkat [Internet]. 2014 [cited 2014 Oct 22]. Available from:

http://paudni.kemendikbud.go.id

Page 114: Studi Komparasi Perkembangan Anak yang Mengikuti dan Tidak Mengikuti Kelompok Bermain (KB) di Kelurahan Tembalang, Semarang

98

12. Ditjen PAUDNI. Data PAUDNI Kelurahan Tembalang [Internet]. 2015

[cited 2015 Apr 5]. Available from: http://www.paudni.kemdikbud.go.id/

13. Kementerian Pendidikan Nasional. UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang

Sistem Pendidikan Nasional [Internet]. Jakarta; 2003. p. 26. Available from:

http://kemenag.go.id/

14. Almunawwar. Dari Masa ke Masa Perkembangan Kurikulum PAUD di

Indonesia [Internet]. 2014 [cited 2015 Apr 20]. Available from:

http://sejarah.kompasiana.com/

15. Dewi ORK. Study Komparatif Perkembangan Anak Usia Prasekolah yang

Mengikuti Program Playgroup dan yang Tidak Mengikuti Program

Playgroup. Ponorogo; 2013.

16. Sunarto dan Agung Hartono. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Rineka

Cipta; 2008.

17. Azzerrad J. Membangun Masa Depan Anak. Bandung: Nuansa; 2005.

18. Mar‟at S. Psikologi Perkembangan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya;

2007.

19. Rohmah Y dan E. Psikologi Perkembangan. Yogyakarta: Teras; 2009.

20. Nurani Y dan S. Metode Pengembangan Kognitif. Jakarta: Universitas

Terbuka; 2011.

21. Budiningsih A. Belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta: Rinika Cipta; 2008.

22. Crain. Teori Perkembangan : Konsep dan Aplikasi. Yogyakarta: Pustaka

Pelajar; 2007.

23. Sujiono YN. Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: PT. Indeks;

2009.

24. Desni. Metode Pengembangan Motorik Halus Anak Usia Dini. Pontianak:

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tanjungpura; 2010.

25. Dhamayanti M. Kuesioner Praskrining Perkembangan (KPSP) Anak. Sari

Pediatr. 2006;8(1):9–15.

26. Whandi. Perkembangan Berbicara (Bahasa) pada Anak-anak Usia Dini.

Jakarta: Erlangga; 2010.

27. Kartono K. Psikologi Perkembangan. Bandung: Mandar Maju; 2007.

Page 115: Studi Komparasi Perkembangan Anak yang Mengikuti dan Tidak Mengikuti Kelompok Bermain (KB) di Kelurahan Tembalang, Semarang

99

28. John W dan S. Life-Span Development (Perkembangan Masa Hidup).

Jakarta: Erlangga; 2009.

29. Mutiah D. Psikologi Bermain Anak Usia Dini. Jakarta: Prenada Medika;

2010.

30. Depdiknas. Kurikulum Hasil Belajar Ank Usia Dini. Jakarta; 2008.

31. Kementerian Pendidikan Nasional. Generasi Cerdas Ceria dengan

Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Direktorat Jenderal PAUDNI; 2012.

32. Hartoyo B. Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini : Materi Tutor dan

Pengelolaan Pendidikan Anak Usia Dini. Jawa Tengah; 2007.

33. Suyadi. Manajemen PAUD. Yogyakarta: Pustaka Pelajar; 2011.

34. Mansur. Pendidikan Anak Usia Dini dalam Islam. Yogyakarta: Pustaka

Pelajar; 2009.

35. Eti N. Psikologi Pendidikan Inovatif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar; 2011.

36. Budiharto. Metodologi Penelitian Kesehatan dengan Contoh Bidang Ilmu

Kesehatan Gigi. Jakarta: EGC; 2008.

37. Setiadi. Konsep dan Praktik Penulisan Riset Keperawatan. Yogyakarta:

Graha Ilmu; 2013.

38. Swarjana IK. Metodologi Penelitian Kesehatan. Yogyakarta: Andi Offset;

2012.

39. Nursalam. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan.

Jakarta: Salemba Medika; 2008.

40. Riyanto A. Aplikasi Metodologi Penelitian Kesehatan. Yogyakarta: Nuha

Medika; 2011.

41. Sarwono J. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Yogyakarta: Graha

Ilmu; 2006.

42. Wasis dkk. Pedoman Riset Praktis untuk Profesi Perawat. Jakarta: EGC;

2008.

43. Kementerian Kesehatan RI. Instrumen Stimulasi Deteksi dan Intervensi Dini

Tumbuh Kembang. Jakarta: Bakti Husada; 2012.

44. Saryono. Metodologi Penelian Kesehatan. Jakarta: Mitra Cendekia; 2011.

Page 116: Studi Komparasi Perkembangan Anak yang Mengikuti dan Tidak Mengikuti Kelompok Bermain (KB) di Kelurahan Tembalang, Semarang

100

45. Denver Developmental Materials I. How Valid and reliable is the DENVER

II [Internet]. 2015 [cited 2015 May 6]. Available from: http://denverii.com/

46. Analisis Korelasi Product Moment Pearson [Internet]. 2013 [cited 2015 Mar

22]. Available from: http://eprints.undip.ac.id/

47. Hartono. Statistik untuk Penelitian. Riau: Zanafa Publishing; 2010.

48. Notoatmodjo S. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta;

2010.

49. Dahlan S. Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta: Salemba

Medika; 2013.

50. Ariani dan Y. Usia Anak dan Pendidikan Ibu sebagai Faktor Resiko

Gangguan Perkembangan Anak. Kedokt Brawijaya. 2012;27(2).

51. Allan dan Pease. Mengungkap Perbedaan Pikiran Pria dan Wanita. Aida N,

editor. Jakarta: Cahaya Insan Suci; 2007.

52. Nasir M. Memaksimalkan Perkembangan Otak. Jakarta: Kompas Media

Nusantara; 2010.

53. Bastable SB. Perawat sebagai Pendidik. Jakarta: EGC; 2006.

54. Mita. Faktor Penyebab Keterlambatan Berjalan [Internet]. 2013 [cited 2015

Jul 7]. Available from: web.unair.ac.id

55. Sunarsih T. Hubungan antara Pemberian Stimulasi Dini oleh Ibu dengan

Perkembangan Balita di Taman Balita Muthia Sido Arum, Sleman

Yogyakarta tahun 2010. Universitas Islam Sunan Kalijaga; 2010.

56. John W dan S. Perkembangan Anak. Jakarta: Erlangga; 2007.

57. Budianto F. Perbedaan Perkembangan Motorik Kasar pada Anak Usia 4-6

Tahun antara yang Ikut PAUD dengan yang Tidak Ikut PAUD di Kelurahan

Bandarharjo, Semarang Utara. Stikes Telogorejo; 2008.

58. Indraswati L. Peningkatan Perkembangan Motorik Halus Anak Usia Dini

melalui Kegiatan Mozaik di Taman Kanak-Kanak Pembinaan Agam. Pesona

PAUD. 2009;1.

59. Nuryani, Ali dan Y. Peningkatan Kemampuan Motorik Halus Melalui

Kegiatan Kolase dengan Menggunakan Bahan Alam. Pesona PAUD.

2010;1.

Page 117: Studi Komparasi Perkembangan Anak yang Mengikuti dan Tidak Mengikuti Kelompok Bermain (KB) di Kelurahan Tembalang, Semarang

101

60. Jalongo MR. Early Childhood Language Arts. USA: Pearson Education, Inc;

2007.

61. Hidayat AA. Pengantar Ilmu Kesehatan Anak untuk Pendidikan Kebidanan.

Jakarta: Salemba Medika; 2008.

62. Mueller S. Panduan Belajar Membaca. Jakarta: Erlangga; 2007.

63. Papalia D. Human Development (Psikologi Perkembangan). Jakarta:

Kencana; 2008.

64. Gunarsa S. Bunga Rampai Psikologi Perkembangan. Jakarta: Erlangga;

2005.

65. Markum. Balita dan Masalah Perkembangannya. Jakarta: Erlangga; 2009.

66. Nuryanti. Psikologi Anak. Jakarta: Erlangga; 2008.

67. Yahro S. Upaya Guru dalam Mengembangkan Sosial Emosional Anak Usia

Dini dengan Pendekatan BBCT (Kasus di Tk Islam Modern Al-Furqon

Yogyakarta). Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga; 2009.

Page 118: Studi Komparasi Perkembangan Anak yang Mengikuti dan Tidak Mengikuti Kelompok Bermain (KB) di Kelurahan Tembalang, Semarang

LAMPIRAN

Page 119: Studi Komparasi Perkembangan Anak yang Mengikuti dan Tidak Mengikuti Kelompok Bermain (KB) di Kelurahan Tembalang, Semarang

JADWAL PENELITIAN

Keterangan

Hijau: deadline konsul

Kuning: Sidang

proposal penelitian

Merah: Sidang skripsi

No KEGIATAN

WAKTU PENCAPAIAN (Tiap minggu)

MAR APR MEI JUN JULI AGUSTUS

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1. Penentuan topic

PERSIAPAN NERS

2. Penentuan Judul

3. BAB I Pendahuluan

4. Latar belakang masalah

5. Rumusan masalah

6. Tujuan Penelitian

7. Manfaat penelitian

8. BAB II Tinjuan Pustaka

9. Tinjauan teori

10. Kerangka teori

11. Kerangka konsep

12. BAB 3 Metode penelitian

13. Jenis & rancangan penelitian

14. Populasi

15. Sampel penelitian

16. Tempat dan waktu

17. Variable penelitian

18. Instrument penelitian

19. Tipe pengolahan data

20. Etika penelitian

21. Seminar proposal

22. Revisi proposal

23. Pengurusan izin peneitian

24. Pengambilan data

25. Analisis data

26. BAB IV Hasil Penelitian

27. BAB V Pembahasan

28. BAB VI Penutup

29. Sidang skripsi

30. Revisi skripsi

31. Artikel

Lam

piran

1

Page 120: Studi Komparasi Perkembangan Anak yang Mengikuti dan Tidak Mengikuti Kelompok Bermain (KB) di Kelurahan Tembalang, Semarang

Lampiran 2

Page 121: Studi Komparasi Perkembangan Anak yang Mengikuti dan Tidak Mengikuti Kelompok Bermain (KB) di Kelurahan Tembalang, Semarang
Page 122: Studi Komparasi Perkembangan Anak yang Mengikuti dan Tidak Mengikuti Kelompok Bermain (KB) di Kelurahan Tembalang, Semarang

Lampiran 3

Page 123: Studi Komparasi Perkembangan Anak yang Mengikuti dan Tidak Mengikuti Kelompok Bermain (KB) di Kelurahan Tembalang, Semarang
Page 124: Studi Komparasi Perkembangan Anak yang Mengikuti dan Tidak Mengikuti Kelompok Bermain (KB) di Kelurahan Tembalang, Semarang
Page 125: Studi Komparasi Perkembangan Anak yang Mengikuti dan Tidak Mengikuti Kelompok Bermain (KB) di Kelurahan Tembalang, Semarang
Page 126: Studi Komparasi Perkembangan Anak yang Mengikuti dan Tidak Mengikuti Kelompok Bermain (KB) di Kelurahan Tembalang, Semarang
Page 127: Studi Komparasi Perkembangan Anak yang Mengikuti dan Tidak Mengikuti Kelompok Bermain (KB) di Kelurahan Tembalang, Semarang
Page 128: Studi Komparasi Perkembangan Anak yang Mengikuti dan Tidak Mengikuti Kelompok Bermain (KB) di Kelurahan Tembalang, Semarang
Page 129: Studi Komparasi Perkembangan Anak yang Mengikuti dan Tidak Mengikuti Kelompok Bermain (KB) di Kelurahan Tembalang, Semarang

Lampiran 4

Page 130: Studi Komparasi Perkembangan Anak yang Mengikuti dan Tidak Mengikuti Kelompok Bermain (KB) di Kelurahan Tembalang, Semarang

Lampiran 5

Page 131: Studi Komparasi Perkembangan Anak yang Mengikuti dan Tidak Mengikuti Kelompok Bermain (KB) di Kelurahan Tembalang, Semarang

Lampiran 6

Page 132: Studi Komparasi Perkembangan Anak yang Mengikuti dan Tidak Mengikuti Kelompok Bermain (KB) di Kelurahan Tembalang, Semarang

Lampiran 7

Page 133: Studi Komparasi Perkembangan Anak yang Mengikuti dan Tidak Mengikuti Kelompok Bermain (KB) di Kelurahan Tembalang, Semarang

Lampiran 8

HASIL PERSAMAAN PERSEPSI DI POS PAUD PERMATA HATI

DAN MEKAR CERIA DENGAN UJI PEARSON PRODUCT MOMENT

Daftar nama enumerator :

1. Dieta Suryaningsih (dieta)

2. Pramudya Yopalika (lika)

3. Kartika Ekawati (tika)

4. Rahma Nur Hasanah (rahma)

5. Destini Puji Lestari (destini)

6. Intan Cahya Alfiana (intan)

7. Fitriya Nur R. (fitriya)

8. Atun Sa‟diyati W. (atun)

9. Putri Kumala Sari (putri)

10. Galuh Ayu Pravitasari (aluh)

r Tingkat Hubungan

0,80 – 1,000 0,60 – 0,799 0,40 – 0.599 0,20 – 0,399

0,00 – 0,199

Sangat Kuat Kuat

Cukup Kuat Rendah

Sangat Rendah

Tabel Interpretasi Koefisien Pearson Product Moment

Output Uji Pearson Product Moment

1. Nur Alifah dan Dieta Suryaningsih

Correlations

interpretasi alifah interpretasi dieta

interpretasi alifah Pearson Correlation 1 .613**

Sig. (2-tailed) .000

N 30 30

interpretasi dieta Pearson Correlation .613** 1

Sig. (2-tailed) .000

N 30 30

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Page 134: Studi Komparasi Perkembangan Anak yang Mengikuti dan Tidak Mengikuti Kelompok Bermain (KB) di Kelurahan Tembalang, Semarang

2. Nur Alifah dan Pramudya Yopalika

Correlations

interpretasi alifah interpretasi lika

nterpretasi alifah Pearson Correlation 1 .906

Sig. (2-tailed) .000

N 30 30

interpretasi lika Pearson Correlation .906 1

Sig. (2-tailed) .000

N 30 30

3. Nur Alifah dan Kartika Ekawati

Correlations

interpretasi alifah interpretasi tika

interpretasi alifah Pearson Correlation 1 .671

Sig. (2-tailed) .000

N 30 30

interpretasi tika Pearson Correlation .671 1

Sig. (2-tailed) .000

N 30 30

4. Nur Alifah dan Rahma Nur Hasanah

Correlations

interpretasi alifah interpretasi rahma

interpretasi alifah Pearson Correlation 1 .671

Sig. (2-tailed) .000

N 30 30

interpretasi rahma Pearson Correlation .671 1

Sig. (2-tailed) .000

N 30 30

Page 135: Studi Komparasi Perkembangan Anak yang Mengikuti dan Tidak Mengikuti Kelompok Bermain (KB) di Kelurahan Tembalang, Semarang

5. Nur Alifah dan Destini Puji Lestari

Correlations

interpretasi alifah interpretasi destini

interpretasi alifah Pearson Correlation 1 .814

Sig. (2-tailed) .000

N 30 30

interpretasi destini Pearson Correlation .814 1

Sig. (2-tailed) .000

N 30 30

6. Nur Alifah dan Intan Cahya Alfiana

Correlations

interpretasi alifah interpretasi intan

interpretasi alifah Pearson Correlation 1 .814

Sig. (2-tailed) .000

N 30 30

interpretasi intan Pearson Correlation .814 1

Sig. (2-tailed) .000

N 30 30

7. Nur Alifah dan Fitriya Nur R.

Correlations

interpretasi alifah interpretasi fitriya

interpretasi alifah Pearson Correlation 1 .814

Sig. (2-tailed) .000

N 30 30

interpretasi fitriya Pearson Correlation .814 1

Sig. (2-tailed) .000

N 30 30

Page 136: Studi Komparasi Perkembangan Anak yang Mengikuti dan Tidak Mengikuti Kelompok Bermain (KB) di Kelurahan Tembalang, Semarang

8. Nur Alifah dan Atun Sa‟diyati W.

Correlations

interpretasi alifah interpretasi atun

interpretasi alifah Pearson Correlation 1 .906

Sig. (2-tailed) .000

N 30 30

interpretasi atun Pearson Correlation .906 1

Sig. (2-tailed) .000

N 30 30

9. Nur Alifah dan Putri Kumala Sari

Correlations

interpretasi alifah interpretasi putri

interpretasi alifah Pearson Correlation 1 .814

Sig. (2-tailed) .000

N 30 30

interpretasi putri Pearson Correlation .814 1

Sig. (2-tailed) .000

N 30 30

10. Nur Alifah dan Galuh Ayu Pravitasari

Correlations

interpretasi alifah interpretasi aluh

interpretasi alifah Pearson Correlation 1 .814**

Sig. (2-tailed) .000

N 30 30

interpretasi aluh Pearson Correlation .814** 1

Sig. (2-tailed) .000

N 30 30

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Page 137: Studi Komparasi Perkembangan Anak yang Mengikuti dan Tidak Mengikuti Kelompok Bermain (KB) di Kelurahan Tembalang, Semarang

Lampiran 9

Page 138: Studi Komparasi Perkembangan Anak yang Mengikuti dan Tidak Mengikuti Kelompok Bermain (KB) di Kelurahan Tembalang, Semarang

Lampiran 10

Page 139: Studi Komparasi Perkembangan Anak yang Mengikuti dan Tidak Mengikuti Kelompok Bermain (KB) di Kelurahan Tembalang, Semarang

Lampiran 11

JUDUL PENELITIAN : Studi Komparasi Perkembangan Anak yang

Mengikuti dan Tidak Mengikuti Kelompok Bermain

(KB) di Kelurahan Tembalang, Semarang

INSTANSI PELAKSANA : Program Studi S1 Ilmu Keperawatan Jurusan

Keperawatan Fakultas Kedokteran

Universitas Diponegoro.

PENELITI : Nur Alifah

Persetujuan Setelah Penjelasan

(INFORMED CONSENT)

Yth. Saudara/i : ……………………

Nama saya Nur Alifah, saya mahasiswa Program Studi S1 Ilmu Keperawatan Jurusan

Keperawatan Fakultas Kedokteran UNDIP. Saya melakukan penelitian berjudul Studi

Komparasi Perkembangan Anak yang Mengikuti dan Tidak Mengikuti Kelompok Bermain

(KB) di Kelurahan Tembalang, Semarang. Tujuan dari penelitian ini adalah

mengidentifikasi perbedaan perkembangan anak yang mengikuti dan tidak mengikuti

Kelompok Bermain di Kelurahan Tembalang, Semarang. Anak Anda terpilih sebagai

peserta penelitian ini. Apabila Anda menyetujui anak Anda menjadi peserta penelitian

maka ada beberapa hal yang akan anak Anda alami, yaitu:

- Anda akan mendapatkan sosialisasi terkait penelitian mengenai

perkembangan anak usia dini

- Anda diminta berbagai informasi mengenai perkembangan anak Anda

- Anak Anda akan dimintai melakukan perintah dalam kuesioner

Keuntungan bagi Anda dalam penelitian ini adalah dapat mengetahui sejak

dini perkembangan anak anda. Setiap data penelitian dijamin

kerahasiaannya. Sebagai peserta penelitian keikutsertaan ini bersifat sukarela

dan tidak dikenakan biaya penelitian. Apabila ada informasi yang belum jelas

atau pertanyaan mengenai penelitian ini Anda bisa menghubungi saya (HP

085727364292). Terima kasih atas kerjasamanya.

Page 140: Studi Komparasi Perkembangan Anak yang Mengikuti dan Tidak Mengikuti Kelompok Bermain (KB) di Kelurahan Tembalang, Semarang

Setelah mendengar dan memahami penjelasan tentang penelitian, dengan ini saya

menyatakan:

Nama :..………………………………………………

Usia :………………………………………………..

Jenis kelamin : Laki-laki / Perempuan*

Alamat :………………………………………………..

Menyatakan: SETUJU / TIDAK SETUJU*

Semarang, ……………….2015

Yang memberikan penjelasan Yang membuat pernyataan

persetujuan

( ) ( )

*coret salah satu

Contact Person: Nur Alifah (085727364292)

Page 141: Studi Komparasi Perkembangan Anak yang Mengikuti dan Tidak Mengikuti Kelompok Bermain (KB) di Kelurahan Tembalang, Semarang

Lampiran 12

SURAT PERMOHONAN KEPADA RESPONDEN

Kepada:

Yth. orangtua (ayah/ibu) atau wali anak

Pos PAUD / Posyandu Balita

Kelurahan Tembalang,

Semarang

Dengan Hormat,

Saya, Nur Alifah, Mahasiswa Jurusan Keperawatan, Fakultas Kedokteran,

Universitas Diponegoro Semarang memohon kesediaan bapak/ibu untuk

berpartisipasi dalam penelitian saya mengenai “Studi Komparasi

Perkembangan Anak yang Mengikuti dan Tidak Mengikuti Kelompok

Bermain (KB) di Kelurahan Tembalang Semarang”

Penelitian ini tidak menimbulkan akibat yang merugikan bagi bapak/ibu

sebagai responden dan kerahasiaan semua informasi yang diberikan akan dijaga

serta hanya digunakan untuk kepentingan penelitian. Jika bapak/ibu tidak bersedia

menjadi responden, maka tidak ada ancaman bagi bapak/ibu. Bila bapak/ibu telah

menjadi responden dan terjadi hal-hal yang memungkinkan bapak/ibu untuk

mengundurkan diri, bapak/ibu berhak untuk tidak ikut dalam penelitan ini.

Apabila bapak/ibu menyetujui, maka saya mohon kesediaannya untuk

menandatangani persetujuan dan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang saya

ajukan.

Atas perhatian dan kesediaann bapak/ibu, saya ucapkan terimakasih.

Semarang, Mei 2015

Peneliti

Page 142: Studi Komparasi Perkembangan Anak yang Mengikuti dan Tidak Mengikuti Kelompok Bermain (KB) di Kelurahan Tembalang, Semarang

Lampiran 13

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

(mohon diisi)

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama :

Usia :

Alamat :

Pos PAUD/Posyandu :

Menyatakan bersedia berperan serta sebagai responden penelitian yang

dilakukan oleh Mahasiswa Jurusan Keperawatan, Fakultas Kedokteran,

Universitas Diponegoro yang bernama Nur Alifah dengan judul penelitian “Studi

Komparasi Perkembangan Anak yang Mengikuti dan Tidak Mengikuti

Kelompok Bermain (KB) di Kelurahan Tembalang Semarang”.

Saya memahami bahwa penelitian ini tidak akan menimbulkan dampak

negatif dan data mengenai saya dalam penelitian ini akan dijaga kerahasiaannya

oleh peneliti. Semua berkas yang mencantumkan identitas saya hanya digunakan

untuk keperluan pengolahan data dan bila sudah tidak digunakan lagi akan

dimusnahkan.

Demikian secara sukarela dan tanpa paksaan dari pihak manapun saya

bersedia untuk menjadi responden penelitian ini.

Semarang, Mei 2015

Responden

Page 143: Studi Komparasi Perkembangan Anak yang Mengikuti dan Tidak Mengikuti Kelompok Bermain (KB) di Kelurahan Tembalang, Semarang

Lampiran 14

Nama : An. ....

Jenis kelamin : Perempuan atau laki-laki*

Riwayat keterlambatan : Ada (berjalan atau bicara)*

Tidak*

*coret yang tidak perlu

Page 144: Studi Komparasi Perkembangan Anak yang Mengikuti dan Tidak Mengikuti Kelompok Bermain (KB) di Kelurahan Tembalang, Semarang

Nama : An. ....

Jenis kelamin : Perempuan atau laki-laki*

Riwayat keterlambatan : Ada (berjalan atau bicara)*

Tidak*

*coret yang tidak perlu

Page 145: Studi Komparasi Perkembangan Anak yang Mengikuti dan Tidak Mengikuti Kelompok Bermain (KB) di Kelurahan Tembalang, Semarang

Nama : An. ....

Jenis kelamin : Perempuan atau laki-laki*

Riwayat keterlambatan : Ada (berjalan atau bicara)*

Tidak*

*coret yang tidak perlu

Page 146: Studi Komparasi Perkembangan Anak yang Mengikuti dan Tidak Mengikuti Kelompok Bermain (KB) di Kelurahan Tembalang, Semarang

Nama : An. ....

Jenis kelamin : Perempuan atau laki-laki*

Riwayat keterlambatan : Ada (berjalan atau bicara)*

Tidak*

*coret yang tidak perlu

Page 147: Studi Komparasi Perkembangan Anak yang Mengikuti dan Tidak Mengikuti Kelompok Bermain (KB) di Kelurahan Tembalang, Semarang

Nama : An. ....

Jenis kelamin : Perempuan atau laki-laki*

Riwayat keterlambatan : Ada (berjalan atau bicara)*

Tidak*

*coret yang tidak perlu

Page 148: Studi Komparasi Perkembangan Anak yang Mengikuti dan Tidak Mengikuti Kelompok Bermain (KB) di Kelurahan Tembalang, Semarang

Lampiran 15

HASIL UJI ANALISIS UNIVARIAT

A. Kelompok A (anak yang mengikuti KB)

1. Usia pada KPSP

Statistics

Usia anak KB pada KPSP

N Valid 80

Missing 0

Mean 2,80

Std. Error of Mean ,155

Median 3,00

Mode 3

Std. Deviation 1,391

Variance 1,934

Range 4

Minimum 1

Maximum 5

Sum 224

Usia anak KB pada KPSP

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

36 bulan 19 23,8 23,8 23,8

42 tahun 16 20,0 20,0 43,8

48 bulan 20 25,0 25,0 68,8

54 bulan 12 15,0 15,0 83,8

60 bulan 13 16,3 16,3 100,0

Total 80 100,0 100,0

Page 149: Studi Komparasi Perkembangan Anak yang Mengikuti dan Tidak Mengikuti Kelompok Bermain (KB) di Kelurahan Tembalang, Semarang

2. Jenis kelamin

Statistics

Jenis kelamin anak KB

N Valid 80

Missing 0

Mean 1,49

Std. Error of Mean ,056

Median 1,00

Mode 1

Std. Deviation ,503

Variance ,253

Range 1

Minimum 1

Maximum 2

Sum 119

3. Riwayat keterlambatan

Statistics

Riwayat keterlambatan anak KB

N Valid 80

Missing 0

Mean 1,88

Std. Error of Mean ,037

Median 2,00

Mode 2

Std. Deviation ,333

Variance ,111

Range 1

Minimum 1

Maximum 2

Sum 150

Jenis kelamin anak KB

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

Perempuan 41 51,3 51,3 51,3

Laki-laki 39 48,8 48,8 100,0

Total 80 100,0 100,0

Page 150: Studi Komparasi Perkembangan Anak yang Mengikuti dan Tidak Mengikuti Kelompok Bermain (KB) di Kelurahan Tembalang, Semarang

Riwayat keterlambatan anak KB

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

Ada 10 12,5 12,5 12,5

Tidak 70 87,5 87,5 100,0

Total 80 100,0 100,0

4. Jenis keterlambatan

Statistics

Jenis keterlambatan yang anak KB

alami

N Valid 10

Missing 70

Mean 1,10

Std. Error of Mean ,100

Median 1,00

Mode 1

Std. Deviation ,316

Variance ,100

Range 1

Minimum 1

Maximum 2

Sum 11

Jenis keterlambatan yang anak KB alami

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

Keterlambatan berjalan 9 11,3 90,0 90,0

Keterlambatan bicara 1 1,3 10,0 100,0

Total 10 12,5 100,0

Missing System 70 87,5

Total 80 100,0

Page 151: Studi Komparasi Perkembangan Anak yang Mengikuti dan Tidak Mengikuti Kelompok Bermain (KB) di Kelurahan Tembalang, Semarang

5. Perkembangan anak

Statistics

Perkembangan anak KB

N Valid 80

Missing 0

Mean 2,85

Std. Error of Mean ,044

Median 3,00

Mode 3

Std. Deviation ,393

Variance ,154

Range 2

Minimum 1

Maximum 3

Sum 228

Perkembangan anak KB

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

Penyimpangan 1 1,3 1,3 1,3

Meragukan 10 12,5 12,5 13,8

Sesuai 69 86,3 86,3 100,0

Total 80 100,0 100,0

Page 152: Studi Komparasi Perkembangan Anak yang Mengikuti dan Tidak Mengikuti Kelompok Bermain (KB) di Kelurahan Tembalang, Semarang

6. Aspek perkembangan yang tidak terpenuhi

Aspek perkembangan anak KB yang tidak terpenuhi

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

Gerak kasar 3 3,8 8,1 8,1

Gerak halus 1 1,3 2,7 10,8

Bicara dan bahasa 10 12,5 27,0 37,8

Sosialisasi dan kemandirian 14 17,5 37,8 75,7

Gerak kasar & bicara dan

bahasa 1 1,3 2,7 78,4

Gerak kasar & sosialisasi dan

kemandirian 2 2,5 5,4 83,8

Gerak halus & bicara dan

bahasa 1 1,3 2,7 86,5

Bicara dan bahasa &

sosialisasi dan kemandirian 3 3,8 8,1 94,6

Gerak kasar, gerak halus &

bicara dan bahasa 1 1,3 2,7 97,3

Gerak halus, bicara dan

bahasa & sosialisasi dan

kemandirian

1 1,3 2,7 100,0

Total 37 46,3 100,0

Missing System 43 53,8

Total 80 100,0

Page 153: Studi Komparasi Perkembangan Anak yang Mengikuti dan Tidak Mengikuti Kelompok Bermain (KB) di Kelurahan Tembalang, Semarang

B. Kelompok B (anak yang tidak mengikuti KB)

1. Usia pada KPSP

Statistics

Usia anak tidak KB pada KPSP

N Valid 90

Missing 0

Mean 2,58

Std. Error of Mean ,172

Median 3,00

Mode 1

Std. Deviation 1,628

Variance 2,651

Range 4

Minimum 1

Maximum 5

Sum 232

Usia anak tidak KB pada KPSP

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

36 bulan 40 44,4 44,4 44,4

42 bulan 4 4,4 4,4 48,9

48 bulan 21 23,3 23,3 72,2

54 bulan 4 4,4 4,4 76,7

60 bulan 21 23,3 23,3 100,0

Total 90 100,0 100,0

Page 154: Studi Komparasi Perkembangan Anak yang Mengikuti dan Tidak Mengikuti Kelompok Bermain (KB) di Kelurahan Tembalang, Semarang

2. Jenis kelamin

Statistics

Jenis kelamin anak tidak KB

N Valid 90

Missing 0

Mean 1,61

Std. Error of Mean ,052

Median 2,00

Mode 2

Std. Deviation ,490

Variance ,240

Range 1

Minimum 1

Maximum 2

Sum 145

Jenis kelamin anak tidak KB

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

Perempuan 35 38,9 38,9 38,9

Laki-laki 55 61,1 61,1 100,0

Total 90 100,0 100,0

Page 155: Studi Komparasi Perkembangan Anak yang Mengikuti dan Tidak Mengikuti Kelompok Bermain (KB) di Kelurahan Tembalang, Semarang

3. Riwayat keterlambatan

Statistics

Riwayat keterlambatan anak tidak KB

N Valid 90

Missing 0

Mean 2,00

Std. Error of Mean ,000

Median 2,00

Mode 2

Std. Deviation ,000

Variance ,000

Range 0

Minimum 2

Maximum 2

Sum 180

Riwayat keterlambatan anak tidak KB

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid Tidak 90 100,0 100,0 100,0

4. Jenis keterlambatan

Statistics

Jenis keterlambatan yang anak

tidak KB alami

N Valid 0

Missing 90

Jenis keterlambatan yang anak tidak KB

alami

Frequency Percent

Missing System 90 100,0

Page 156: Studi Komparasi Perkembangan Anak yang Mengikuti dan Tidak Mengikuti Kelompok Bermain (KB) di Kelurahan Tembalang, Semarang

5. Perkembangan anak

Statistics

Perkembangan anak tidak KB

N Valid 90

Missing 0

Mean 2,52

Std. Error of Mean ,074

Median 3,00

Mode 3

Std. Deviation ,707

Variance ,500

Range 2

Minimum 1

Maximum 3

Sum 227

Perkembangan anak tidak KB

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

Penyimpangan 11 12,2 12,2 12,2

Meragukan 21 23,3 23,3 35,6

Sesuai 58 64,4 64,4 100,0

Total 90 100,0 100,0

Page 157: Studi Komparasi Perkembangan Anak yang Mengikuti dan Tidak Mengikuti Kelompok Bermain (KB) di Kelurahan Tembalang, Semarang

6. Aspek perkembangan anak yang tidak terpenuhi

Aspek perkembangan anak tidak KB yang tidak terpenuhi

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

Gerak kasar 4 4,4 6,8 6,8

Gerak halus 2 2,2 3,4 10,2

Bicara dan bahasa 12 13,3 20,3 30,5

Sosialisasi dan kemandirian 11 12,2 18,6 49,2

Gerak kasar & gerak halus 2 2,2 3,4 52,5

Gerak kasar & bicara dan

bahasa 4 4,4 6,8 59,3

Gerak kasar & sosialisasi dan

kemandirian 3 3,3 5,1 64,4

Gerak halus & bicara dan

bahasa 3 3,3 5,1 69,5

Gerak halus & sosialisasi dan

kemandirian 1 1,1 1,7 71,2

Bicara dan bahasa &

sosialisasi dan kemandirian 7 7,8 11,9 83,1

Gerak kasar, gerak halus &

bicara dan bahasa 2 2,2 3,4 86,4

Gerak kasar, gerak halus, &

sosialisasi dan kemandirian 1 1,1 1,7 88,1

Gerak kasar, bicara dan

bahasa & sosialisasi dan

kemandirian

3 3,3 5,1 93,2

Gerak halus, bicara dan

bahasa & sosialisasi dan

kemandirian

4 4,4 6,8 100,0

Total 59 65,6 100,0

Missing System 31 34,4

Total 90 100,0

Page 158: Studi Komparasi Perkembangan Anak yang Mengikuti dan Tidak Mengikuti Kelompok Bermain (KB) di Kelurahan Tembalang, Semarang

HASIL UJI ANALISIS BIVARIAT

A. Kelompok A (anak yang mengikuti KB)

1. Usia pada KPSP dan Perkembangan anak

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Usia anak KB pada KPSP *

Perkembangan anak KB 80 100,0% 0 0,0% 80 100,0%

Usia anak KB pada KPSP * Perkembangan anak KB Crosstabulation

Perkembangan anak KB Total

Penyimpangan Meragukan Sesuai

Usia anak

KB pada

KPSP

36 bulan

Count 1 5 13 19

% within Usia anak

KB pada KPSP 5,3% 26,3% 68,4% 100,0%

42 tahun

Count 0 0 16 16

% within Usia anak

KB pada KPSP 0,0% 0,0% 100,0% 100,0%

48 bulan

Count 0 3 17 20

% within Usia anak

KB pada KPSP 0,0% 15,0% 85,0% 100,0%

54 bulan

Count 0 0 12 12

% within Usia anak

KB pada KPSP 0,0% 0,0% 100,0% 100,0%

60 bulan

Count 0 2 11 13

% within Usia anak

KB pada KPSP 0,0% 15,4% 84,6% 100,0%

Total

Count 1 10 69 80

% within Usia anak

KB pada KPSP 1,2% 12,5% 86,2% 100,0%

Page 159: Studi Komparasi Perkembangan Anak yang Mengikuti dan Tidak Mengikuti Kelompok Bermain (KB) di Kelurahan Tembalang, Semarang

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig.

(2-sided)

Pearson Chi-Square 11,120a 8 ,195

Likelihood Ratio 13,589 8 ,093

Linear-by-Linear Association 2,448 1 ,118

N of Valid Cases 80

a. 10 cells (66,7%) have expected count less than 5. The minimum

expected count is ,15.

2. Jenis kelamin dan perkembangan anak

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Jenis kelamin anak KB *

Perkembangan anak KB 80 100,0% 0 0,0% 80 100,0%

Jenis kelamin anak KB * Perkembangan anak KB Crosstabulation

Perkembangan anak KB Total

Penyimpangan Meragukan Sesuai

Jenis kelamin

anak KB

Perempuan

Count 0 3 38 41

% within Jenis

kelamin anak KB 0,0% 7,3% 92,7% 100,0%

Laki-laki

Count 1 7 31 39

% within Jenis

kelamin anak KB 2,6% 17,9% 79,5% 100,0%

Total

Count 1 10 69 80

% within Jenis

kelamin anak KB 1,2% 12,5% 86,2% 100,0%

Page 160: Studi Komparasi Perkembangan Anak yang Mengikuti dan Tidak Mengikuti Kelompok Bermain (KB) di Kelurahan Tembalang, Semarang

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig.

(2-sided)

Pearson Chi-Square 3,262a 2 ,196

Likelihood Ratio 3,693 2 ,158

Linear-by-Linear Association 3,215 1 ,073

N of Valid Cases 80

a. 3 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum

expected count is ,49.

3. Riwayat keterlambatan perkembangan dan perkembangan anak

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Riwayat keterlambatan anak

KB * Perkembangan anak KB 80 100,0% 0 0,0% 80 100,0%

Riwayat keterlambatan anak KB * Perkembangan anak KB Crosstabulation

Perkembangan anak KB Total

Penyimpangan Meragukan Sesuai

Riwayat

keterlambatan

anak KB

Ada

Count 1 4 5 10

% within riwayat

keterlambatan anak KB 10,0% 40,0% 50,0%

100,0

%

Tidak

Count 0 6 64 70

% within riwayat

keterlambatan anak KB 0,0% 8,6% 91,4%

100,0

%

Total

Count 1 10 69 80

% within riwayat

keterlambatan anak KB 1,2% 12,5% 86,2%

100,0

%

Page 161: Studi Komparasi Perkembangan Anak yang Mengikuti dan Tidak Mengikuti Kelompok Bermain (KB) di Kelurahan Tembalang, Semarang

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig.

(2-sided)

Pearson Chi-Square 15,655a 2 ,000

Likelihood Ratio 10,948 2 ,004

Linear-by-Linear Association 14,986 1 ,000

N of Valid Cases 80

a. 3 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum

expected count is ,13.

4. Jenis keterlambatan perkembangan dan perkembangan anak

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Jenis keterlambatan yang

anak KB alami *

Perkembangan anak KB

10 12,5% 70 87,5% 80 100,0%

Jenis keterlambatan yang anak KB alami * Perkembangan anak KB Crosstabulation

Perkembangan anak KB Total

Penyimpangan Meragukan Sesuai

Jenis

keterlambatan

yang anak KB

alami

Keterlambatan

berjalan

Count 1 3 5 9

% within Jenis

keterlambatan yg

anak KB alami

11,1% 33,3% 55,6% 100,0

%

Keterlambatan

bicara

Count 0 1 0 1

% within Jenis

keterlambatan yg

anak KB alami

0,0% 100,0% 0,0% 100,0

%

Total

Count 1 4 5 10

% within Jenis

keterlambatan yg

anak KB alami

10,0% 40,0% 50,0% 100,0

%

Page 162: Studi Komparasi Perkembangan Anak yang Mengikuti dan Tidak Mengikuti Kelompok Bermain (KB) di Kelurahan Tembalang, Semarang

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig.

(2-sided)

Pearson Chi-Square 1,667a 2 ,435

Likelihood Ratio 2,003 2 ,367

Linear-by-Linear Association ,364 1 ,546

N of Valid Cases 10

a. 6 cells (100,0%) have expected count less than 5. The minimum

expected count is ,10.

B. Kelompok B (anak yang tidak mengikuti KB)

1. Usia pada KPSP dan perkembangan anak

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Usia anak tidak KB pada

KPSP * Perkembangan anak

tidak KB

90 100,0% 0 0,0% 90 100,0%

Page 163: Studi Komparasi Perkembangan Anak yang Mengikuti dan Tidak Mengikuti Kelompok Bermain (KB) di Kelurahan Tembalang, Semarang

Usia anak tidak KB pada KPSP * Perkembangan anak tidak KB Crosstabulation

Perkembangan anak tidak KB Total

Penyimpangan Meragukan Sesuai

Usia anak tidak

KB pada KPSP

36 bulan

Count 6 9 25 40

% within Usia anak

tidak KB pada

KPSP

15,0% 22,5% 62,5% 100,0

%

42 bulan

Count 0 2 2 4

% within Usia anak

tidak KB pada

KPSP

0,0% 50,0% 50,0% 100,0

%

48 bulan

Count 3 7 11 21

% within Usia anak

tidak KB pada

KPSP

14,3% 33,3% 52,4% 100,0

%

54 bulan

Count 0 2 2 4

% within Usia anak

tidak KB pada

KPSP

0,0% 50,0% 50,0% 100,0

%

60 bulan

Count 2 1 18 21

% within Usia anak

tidak KB pada

KPSP

9,5% 4,8% 85,7% 100,0

%

Total

Count 11 21 58 90

% within Usia anak

tidak KB pada

KPSP

12,2% 23,3% 64,4% 100,0

%

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig.

(2-sided)

Pearson Chi-Square 10,114a 8 ,257

Likelihood Ratio 11,799 8 ,160

Linear-by-Linear Association 1,626 1 ,202

N of Valid Cases 90

a. 11 cells (73,3%) have expected count less than 5. The minimum

expected count is ,49.

Page 164: Studi Komparasi Perkembangan Anak yang Mengikuti dan Tidak Mengikuti Kelompok Bermain (KB) di Kelurahan Tembalang, Semarang

2. Jenis kelamin dan perkembangan anak

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Jenis kelamin anak tidak KB *

Perkembangan anak tidak

KB

90 100,0% 0 0,0% 90 100,0%

Jenis kelamin anak tidak KB * Perkembangan anak tidak KB Crosstabulation

Perkembangan anak tidak KB Total

Penyimpangan Meragukan Sesuai

Jenis kelamin

anak tidak KB

Perempuan

Count 2 10 23 35

% within Jenis

kelamin anak

tidak KB

5,7% 28,6% 65,7% 100,0%

Laki-laki

Count 9 11 35 55

% within Jenis

kelamin anak

tidak KB

16,4% 20,0% 63,6% 100,0%

Total

Count 11 21 58 90

% within Jenis

kelamin anak

tidak KB

12,2% 23,3% 64,4% 100,0%

Chi-Square Tests

Value Df Asymp. Sig.

(2-sided)

Pearson Chi-Square 2,672a 2 ,263

Likelihood Ratio 2,885 2 ,236

Linear-by-Linear Association ,694 1 ,405

N of Valid Cases 90

a. 1 cells (16,7%) have expected count less than 5. The minimum

expected count is 4,28.

Page 165: Studi Komparasi Perkembangan Anak yang Mengikuti dan Tidak Mengikuti Kelompok Bermain (KB) di Kelurahan Tembalang, Semarang

C. Komparasi Perkembangan Anak yang Mengikuti dan Tidak

Mengikuti KB

Perkembangan anak * Keikutsertaan anak dalam KB Crosstabulation

Keikutsertaan anak dalam KB Total

Tidak Mengikuti Mengikuti

Perkembangan

anak

Penyimpangan

Count 11 1 12

% within Perkembangan

anak 91,7% 8,3%

100,0

%

Meragukan

Count 21 10 31

% within Perkembangan

anak 67,7% 32,3%

100,0

%

Sesuai

Count 58 69 127

% within Perkembangan

anak 45,7% 54,3%

100,0

%

Total

Count 90 80 170

% within Perkembangan

anak 52,9% 47,1%

100,0

%

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig.

(2-sided)

Pearson Chi-Square 12,645a 2 ,002

Likelihood Ratio 14,106 2 ,001

Linear-by-Linear Association 12,564 1 ,000

N of Valid Cases 170

a. 0 cells (0,0%) have expected count less than 5. The minimum expected

count is 5,65.

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Perkembangan anak *

Keikutsertaan anak dalam KB 170 100,0% 0 0,0% 170 100,0%