1
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sudah menjadi kebiasaan manusia
dalam semua masa, jika berbicara, berjanji atau bersemboyan maka
mereka selalu ingin memperkuatnya dengan berbagai cara, diantaranya
dengan sumpah. Dengan sumpah, pendengar akan yakin dan mantap dalam
menerima dan mempercayai ucapan yang didengarnya. Sebagaimana kita
ketahui bahwa sumpah biasanya digunakan untuk menunjukkan atau
mengemukakan kebenaran yang sesungguhnya. Dengan sumpah mestinya
kita menjadi yakin dan tidak ragu sedikit pun terhadap kebenaran
yang dimaksudkan didalam sumpah itu. Untuk meyakinkan dan menarik
perhatian kita tentang suatu persoalan yang sangat penting Allah
SWT di dalam Al-Quran juga bersumpah dengan menyebut sesuatu. Di
dalam hadis ternyata terdapat juga sumpah Nabi Muhammad SAW
sehingga apa yang menjadi sumpahnya itu sangat penting untuk kita
perhatikan agar kita semakin yakin. Dalam menghadapi kebenaran dan
agama, manusia itu berbeda dalam cara menerima, menghayati, dan
mengamalkannya. Bagi orang yang bersih jiwanya dan tidak dikotori
hawa nafsunya, mereka siap menerima kebenaran agama dengan mudah,
lancar, serta insyaf. Mereka tidak membutuhkan argumentasi, teori
muluk-muluk, bukti-bukti, maupun ucapan-ucapan yang diperkuat
dengan taukid atau sumpah. Sebaliknya, bagi orang yang jiwanya
dikotori hawa nafsu, kebatilan dan tipuan setan, mereka tidak akan
mau menerima kebenaran agama. Mereka menerima kebenaran agama
setelah jiwanya dimasuki bentuk-bentuk ungkapan yang menenangkan
jiwa, baik diberi penguat (taukid) ataupun sumpah (qasam). Hal itu
merupakan salah satu cara yang ampuh untuk menyadarkan mereka.
Untuk meyakinkan dan menarik perhatian makhluknya tentang suatu
persoalan yang sangat penting, maka Allah SWT di dalam Al-Quran
mempertegas dengan sumpah atau qasam. Melihat kenyataan yang
demikian maka perlu sekali bagi kita untuk mengetahui tentang
permasalan sumpah atau qasam, sebagai mana akan dibahas dalam
makalah ini.
B. Pembahasan
2 1. Pengertian Aqsamil Qur'an Menurut bahasa, aqsam merupakan
lafal jamak dari kata qasam. Sedang kata qasam sama artinya dengan
kata halaf dan yamin, karena memang satu makna, yaitu berarti
sumpah. Sumpah dinamakan dengan yamin karena orang Arab kalau
bersumpah saling memegang tangan kanan masing-masing. Menurut
istilah, qasam atau sumpah ialah mengikatkan jiwa untuk tidak
melakukan sesuatu perbuatan atau untuk mengerjakannya, yang
diperkuat dengan sesuatu yang diagungkan bagi orang yang bersumpah,
baik secara nyata ataupun secara keyakinan saja (Prof. Dr.H. Abdul
Djalal, 346:2000). Menurut manna Al-Qaththan, qasam semakna dengan
hilf dan yamin, tetapi muatan makna kata qasam lebih tegas
(291:1973). Sedangkan menurut Poerwadarminta dalam Kamus Umum
Bahasa Indonesia sumpah (qasam) didefinisikan dengan pernyataan
yang diucapkan secara resmi dengan bersaksi kepada tuhan atau
sesuatu yang dianggap suci bahwa apa yang dikatakan atau dijanjikan
itu benar (1984:974). Sumpah itu dalam ucapan sehari-hari merupakan
salah satu cara menguatkan pembicaraan yang diselipi dengan
persaksian/ pembuktian yang mendorong lawan pembicara untuk bisa
menerima/ mempercayainya. Sebab, pembicaraan yang diperkuat dengan
sumpah itu, berarti sudah dipersaksikan di hadapan Tuhan. Bentuk
sumpah itu tidak hanya terdapat dalam Al-Quran saja, juga tidak
hanya dalam bahasa Arab, melainkan umum dan terdapat dalam kitab
suci serta dalam segala bahasa di dunia, baik Arab, Inggris,
Perancis, Urdu, dan sebagainya termasuk pula dalam bahasa
Indonesia. Sudah menjadi kebiasaan manusia dalam semua masa, jika
berbicara, berjanji atau bersemboyan maka mereka selalu ingin
memperkuatnya dengan berbagai cara, diantaranya dengan sumpah.
Dengan sumpah, pendengar akan yakin dan mantap dalam menerima dan
mempercayai ucapan yang didengarnya. Orang pertama yang menyusun
Ilmu Aqsamil Qur'an ini ialah Imam Ibnul AlJauziyah (wafat 751 H.)
yang menulis kitab At-Tibyan Fi Aqsamil Quran." 2. Rukun-Rukun
Qasam Sighat qasam yang asli ialah seperti dalam QS. An-Nahl ayat
38 surah:
(38 : )
3 Artinya: Mereka bersumpah dengan nama Allah dengan sumpahnya
yang sungguhsungguh, Allah tidak akan membangkitkan orang yang
mati. Sighat aqsam yang asli terdiri tiga rukun, yaitu: a) Harus
ada fi'il qasam yang dimuta'addikan dengan huruf ba'. Contoh
seperti lafal : b) Harus ada muqsam bih (penguat sumpah), yaitu
sumpah itu harus diperkuat sesuatu yang diagungkan oleh yang
bersumpah. Contoh dengan lafal Allah: c) Harus ada muqsam 'alaihi
(berita yang diperkuat dengan sumpah) yaitu ucapan yang ingin
supaya diterima/dipercaya orang yang mendengar, lalu diperkuat
dengan sumpah tersebut. Seperti kalimat: a. Fi'il Qasam Dalam
percakapan sehari-hari atau dalam ayat-ayat Al-Quran, sumpah itu
tidak selalu lengkap mencakup ketiga rukun tersebut. Kadang-kadang
fi'il qasamnya dibuang/tidak disebutkan, diganti dengan huruf ba'
saja. Tetapi dalam Al-Quran, penggunaan huruf ba' ini hanya terjadi
jika fi'il qasamnya disebutkan. Contohnya seperti dalam ayat 53
surah An-Nur: ( : 35( Artinya:Dan mereka bersumpah dengan nama
Allah sekuat-kuat sumpah. Kadang huruf ba' itupun diganti dengan
wawu, seperti dalam QS. Al-Lail ayat 1: Artinya: Demi malam apabila
menutupi (cahaya siang). ( : 1(
Atau diganti dengan huruf ta', seperti dalam QS. Al-Anbiya' ayat
57: (57 : ) Artinya: Demi Allah, pasti akan saya hancurkan
berhala-berhala beliau (sumpah Nabi Ibrahim). b. Keadaan Muqsam Bih
Prof. Dr.H. Abdul Djalal menceritakan kebiasaan sumpah orang-orang
Arab Jahiliah yang selalu memakai muqsam bih selain Allah, misalnya
dengan umurnya, hidupnya, kakeknya, kepalanya, dan sebagainya
(348:2000). Misalnya, mereka bersumpah dengan berkata:
. Artinya: Saya bersumpah demi umurmu, atau demi umur saya, atau
demi hidupku, atau demi hidup ayahmu, atau demi kepalamu, dan
sebagainya. Maksud sumpah orang Arab Jahiliah tersebut adalah untuk
memuliakan hal-hal
4 yang dijadikan muqsam bih. Menurut kebiasaan, mereka memang
memuliakan hal tersebut. Sejalan dengan kebiasaan orang Arab
Jahiliah itulah, dalam Al-Quran juga kadang-kadang terdapat qasam
seperti qasam orang Arab Jahiliah. Misalnya, seperti dalam QS.
Al-Hijr ayat 72 : ( : 27(
Artinya: Demi umurmu (Muhammad), sesungguhnya mereka bergelimang
dalam kemabukan). Padahal, menurut peraturan muqsam bih, sumpah itu
seharusnya memakai nama Allah SWT, Dzat atau sifat-sifatNya,
terutama bagi sumpah manusia. Sebab, ada larangan bersumpah dengan
muqsam bih selain Allah, yang dihukumi musyrik. Hal itu berdasarkan
hadis riwayat Umar:
: : (184 : ) ( - ) 1 / Artinya: Barangsiapa bersumpah dengan
selain Allah, maka berarti dia telah kafir atau musyrik. (HR.
Tirmidzi) Hadis riwayat Al-Hasan menyebutkan: ( ) Artinya:
Sesungguhnya Allah bersumpah bisa dengan makhluk-Nya apa saja,
tetapi seorang pun tidak boleh bersumpah selain dengan nama Allah.
(HR. Ibnu Abi Hatim) Memang, bagi Allah SWT boleh bersumpah dengan
muqsam bih apa saja. Sebab, muqsam bih itu harus berupa yang
diagungkan oleh yang bersumpah. Sedang bagi Allah yang Maha Agung
itu tidak ada yang harus diagungkan oleh-Nya, sehingga Dia boleh
bersumpah dengan Dzat-Nya ataupun dengan makhluk-Nya. Tetapi tidak
untuk mengagungkan makhluk itu, melainkan supaya manusia mengerti
bahwa makhluk/ benda-benda yang dijadikan muqsam bih Allah SWT itu
adalah benda/ makhlukmakhluk yang penting, yang besar artinya.
Contohnya, Allah bersumpah dengan buah Tin, Zaitun, dan gunung Thur
Siniin, serta negara Arab yang aman supaya manusia mengetahui
kedudukan benda-benda tersebut, dan menyadari kebesaran
pencipta-Nya, yaitu Allah SWT. c. Macam-macam Muqsam Bih dalam
Al-Quran Jika diamati secara mendalam, macam-macam muqsam bih dalam
Al-Quran itu ada tujuh macam, sebagai berikut: a. Dengan Dzat Allah
atau sifat-sifat-Nya terdapat dalam QS. Al-Hijr Ayat 92,
5 sebagai berikut: (: 29(
Artinya: Demi Tuhanmu, Kami pasti akan menanyai mereka semuanya.
b. 72: ( : 27( Artinya: Demi umurmu (Muhammad), sesungguhnya mereka
bergelimang dalam kemabukan. c. Dengan hari kiamat, terdapat dalam
QS. Al-Qiyamah ayat 1: (1 : ) Artinya: Aku bersumpah dengan hari
kiamat. d. Dengan Al-Quran, seperti pada QS. Yasin ayat 1-3: (3-1 :
) Artinya: Yaasiin. Demi Al-Quran yang penuh hikmah, sesungguhnya
kamu (Muhammad) adalah benar-benar salah seorang dari para Rasul.
e. Dengan makhluk berupa benda-benda angkasa (Al-Uluwwiyya),
seperti dengan bintang, bulan, matahari, fajar, malaikat, dan
sebagainya. Contohnya dalam QS. Asy-Syamsu ayat 1-4: (4-1 : )
Artinya: Demi matahari dan cahayanya di pagi hari, dan demi bulan
apabila mengiringinya, dan siang apabila menampakkannya, dan malam
apabila menutupinya. f. Dengan makhluk yang berupa benda-benda
bumi/ bawah (bissufliyyat), seperti dengan buah Tin, Zaitun, negara
yang aman, dan sebagainya. Contohnya dalam QS. At-Tiin ayat 1-4:
(4-1 : ) Artinya: Demi buah Tin dan Zaitun dan bukit sina dan demi
negeri (Mekkah) yang aman, sesungguhnya Kami telah menciptakan
manusia dengan bentuk yang sebaikbaiknya. Jika isi Al-Quran
diamati, maka ada 20 macam benda-benda bumi yang dijadikan sumpah
oleh Allah SWT. Jika ditanyakan mengapa Allah SWT bersumpah dengan
memakai muqsam bih makhluk ? Ada 4 macam jawaban, sebagai berikut:
Pertama, karena membuang mudhaf (lafal yang disambungkan), yaitu
membuang lafal "rabbun". Jadi, sumpah "Wattin" Dengan kehidupan
Nabi Muhammad SAW, terdapat dalam QS. Al-Hijr ayat
6 asalnya "Rabbu At-Tiin. Kedua, orang Arab memang mengagungkan
benda/ makhluk dan bersumpah dengan benda-benda tersebut, sehingga
Al-Quran mengikuti kebiasaan mereka itu. Ketiga, sumpah itu
seharusnya dengan sesuatu yang diagungkan oleh orang yang
bersumpah, sedangkan Allah SWT adalah Maha Agung, tidak ada yang
perlu diangungkan oleh-Nya, sehingga Dia dapat bersumpah dengan
Dzat-Nya ataupun dengan makhluk-Nya. Keempat, bersumpah dengan
makhluk-Nya melazimkan untuk bersumpah dengan Penciptanya, karena
menyebut makhluk itu tentu mengingatkan Khaliknya. g. Dengan waktu,
seperti waktu dhuha, ashar, malam, dan sebagainya. Contoh dalam QS.
Adh-Dhuha ayat 1-3:
: 1-3)
) Artinya: Demi waktu matahari naik sepenggalan dan demi malam
apabila telah sunyi, Tuhanmu tiada meninggalkan kamu dan tidak pula
benci kepadamu. d. Keadaan Muqsam Alaihi Muqsam alaih ialah berita
yang dikuatkan dengan sumpah atau disebut juga jawaban sumpah.
Sebagaimana dijelaskan di atas, bahwa maksud atau tujuan sumpah
adalah untuk memperkuat berita muqsam alaih, agar berita itu dapat
diterima oleh pendengarnya (Rosihoan Anwar, 143:2000). Karena itu,
ada empat hal yang harus dipenuhi muqsam alaih, yaitu: 1. 2. Muqsam
alaih/ berita harus terdiri dari hal-hal yang baik, terpuji, atau
hal-hal Muqsam alaih itu sebaiknya disebutkan dalam setiap bentuk
sumpah. Jika yang penting. muqsam alaih tersebut kalimatnya terlalu
panjang, maka muqsam alaihnya boleh dibuang. Contohnya seperti
dalam QS. Al-Qiyamah ayat 1-2 :
2-1 : ) ) Artinya: Aku bersumpah dengan hari kiamat dan Aku
bersumpah dengan jiwa yang amat menyesali (dirinya). Jawab qasam
atau muqsam alaih dari qasam tersebut tidak dibuang, karena terlalu
panjang. Yang menunjukkan adanya muqsam alaih itu ialah kalimat
yang sesudahnya, yaitu QS. Al-Qiyamah ayat 3-4:
4-3 : ) ) Artinya: Apakah manusia mengira bahwa Kami tidak akan
mengumpulkan (kembali)
7 tulang-belulang? (Bukan demikian), sebenarnya Kami kuasa
menyusun (kembali) jari-jarinya dengan sempurna. Sedang takdir dari
muqsam alaihnya bila didatangkan ialah lafal: Latub'atsunna / (
pasti kalian akan dibangkitkan dari kubur). 3. Jika jawab qasamnya
berupa fi'il madhi mutaharrif yang positif (tidak dinegatifkan),
maka harus dimasuki huruf "lam" dan "gad." Contohnya seperti dalam
QS. Al-Balad ayat 1-4 : 4 -1 : ) ) Artinya: Aku benar-benar
bersumpah dengan kota ini. Dan kamu (Muhammad) bertempat di kota
(Mekkah) ini. Dan Demi bapak dan anak, sesungguhnya Kami telah
menciptakan manusia berada dalam surah payah. Dalam ayat di atas
ada huruf laqad, hingga berarti sudah lengkap. Tetapi kadang-kadang
hanya ada huruf qadnya saja, lamnya tidak ada, seperti dalam QS.
Asy-Syamsu ayat 1-9:
-1 : ) (9 Artinya: Demi matahari dan cahayanya di pagi hari. Dan
demi bulan apabila mengiringinya. Dan Siang apabila menampakkannya.
Dan malam apabila menutupinya. Dan langit serta pembinaanya. dan
bumi serta penghamparannya. Dan jiwa serta penyempurnaannya. Maka
Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan
ketakwaannya. Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa
itu. 4. Materi isi muqsam alaih itu bisa bermacam-macam, terdiri
dari berbagai Muqsam alaih dalam Al-Quran terdiri dari hal-hal
sebagai berikut: 1. Pokok-pokok keimanan dan ketauhidan, seperti
dalam QS. Ash-Shaffaat ayat 1-4 : (4 -1 : ) Artinya: Demi
(rombongan) yang bershaf-shaf dengan sebenar-benarnya. Dan demi
(rombongan) yang melarang dengan sebenar-benarnya. Maka demi
(rombongan) yang membacakan pelajaran, sesungguhnya Tuhanmu adalah
benar-benar Esa. 2. Penegasan bahwa Al-Quran itu adalah benar-benar
mulia, seperti dalam QS. AlWaqi'ah ayat 75-76 : bidang pembicaraan
yang baik dan penting.
8 (4 -1 : ) Artinya: Maka Aku bersumpah dengan masa turunnya
Al-Quran. Sesungguhnya sumpah itu adalah sumpah yang besar kalau
kalian mengetahui. Sesungguhnya AlQuran itu adalah bacaan yang
sangat mulia. 3. Keterangan bahwa Rasulullah SAW itu adalah
benarbenar utusan Allah SWT, seperti penjelasan QS. Yasin ayat 1-3:
(3-1 : ) Artinya: Yasin, demi Al-Quran yang penuh hikmah.
Sesungguhnya kamu (Muhammad) adalah salah seorang Rasul. 4.
Penjelasan tentang balasan, janji dan ancaman yang benar-benar akan
terlaksana, seperti dalam QS. Adz-Dzari ayat 1-6 ayat:
(6 -1 : ) Artinya: Demi (angin) yang menerbangkan (debu) dengan
sekuat-kuatnya. Dan demi awan yang mengandung hujan. Dan
kapal-kapal yang berlayar dengan mudah. Dan demi dan
(malaikat-malaikat) yang membagi-bagi urusan. Sesungguhnya apa yang
dijanjikan kepadamu pasti benar dan sesungguhnya (hari) pembalasan
pasti terjadi. 5. Keterangan tentang ikhwal manusia, seperti dalam
QS. Al-Lail ayat 1-4 : (4-1 : ) Artinya: Demi malam apabila
menutupi (cahaya siang), dan siang apabila terang benderang, dan
penciptaan laki-laki dan perempuan, sesungguhnya usaha kamu memang
berbeda-beda.
3. Macam-Macam Aqsamil Quran Dilihat dari segi fiilnya, qasam
Al-Quran itu ada dua macam, diantaranya sebagai berikut: a. Qasam
Dhahir, yaitu qasam yang fiil qasamnya disebutkan bersama
dengan
muqsam bihnya. Contohnya seperti QS. An-Nahl ayat 38:
(38 : ) Artinya: Mereka bersumpah dengan nama Allah dengan
sumpahnya yang sungguhsungguh, Allah tidak akan membangkitkan orang
yang mati.
9 b. Qasam Mudhmar, yaitu qasam yang fiil qasam dan muqsam
bihnya tidak
disebutkan, karena kalimatnya terlalu panjang. Yang menunjukkan
bahwa kalimat itu ialah kata-kata sesudahnya yang diberi lam taukid
yang menunjukkan sebagai jawaban qasa. Contohnya seperti QS.
Al-Imran ayat 186: (186 : ) Artinya: Kalian sungguh-sungguh akan
diuji terhadap harta dan jiwa kalian. Jika diperlihatkan, disini
berbunyi ( Aku bersumpah dengan nama Allah). Kalau ditinjau dari
segi muqsam bihnya, maka qasam itu ada tujuh macam, yaitu : a.
Qasam dengan Dzat Allah SWT atau sifat-sifat-Nya, yang ( : 29(
Artinya: Maka demi Tuhanmu, Kami pasti akan menanyai mereka semua
b. Qasam dengan perbuatan-perbuatanAllah SWT, seperti dalam QS.
Asy-Syams ayat 5-6: terdapat pada 7 ayat, diantaranya seperti dalam
QS. Al-Hijr ayat 92 :
6-5: ) ) Artinya: Dan langit serta pembinaannya dan bumi serta
penghamparannya c. Ath-Thur ayat 1-2: Qasam dengan yang dikerjakan
Allah SWT, seperti dalam QS.
2-1:) ) Artinya: Demi bukit dan demi kitab yang ditulis. d.
Nazia'at ayat 1-3: 3 -1 : ) ) Artinya: Demi (malaikat-malaikat)
yang mencabut nyawa dengan keras. Dan demi (malaikat-malaikat) yang
mencabut nyawa dengan lemah lembut. Dan demi (malaikat-malaikat)
yang turun dari langit dengan cepat. e. ayat 72: ( : 27( Artinya:
Demi umurmu (Muhammad) sesungguhnya mereka bergelimang dalam
kemabukan. Qasam dengan Nabi Allah, antara lain seperti dalam QS.
Al-Hijr Qasam dengan malaikat-malaikat Allah, seperti dalam QS.
An-
10 f. Tin ayat 1-2: (2-1 : ) Artinya: Demi bush Tin dan Zaitun,
dan demi bukit Sinai. g. 2: (2-1 : ............ ) Artinya: Demi
masa, sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali
....... 4. Sighat-Sighat Aqsamil Qur'an a. Sighat Pertama: Bentuk
Asli Sebagaimana sudah disebutkan, bahwa sighat (bentuk) yang asli
dalam sumpah ialah bentuk yang terdiri dari tiga unsur, yaitu fi'il
sumpah yang dimuta'addikan dengan "ba" muqsam bih dan muqsam alaih,
seperti dalam contoh-contoh di atas. Kemudian fiil yang dijadikan
sumpah itu bisa lafal aqsamu, ahlafu, atau asyhedu yang semuanya
berarti "saya bersumpah". b. Sighat Kedua: Ditambah Huruf La
Kebiasaan orang yang bersumpah itu memakai berbagai macam bentuk
yang berarti merupakan sighat-sighat yang tidak asli lagi, selain
yang seperti disebutkan di atas. Begitu pula di dalam AlQuran
banyak terdapat juga sighat-sighat sumpah lain, di samping yang
asli tadi. Misalnya sighat yang ditambah huruf "la" di depan fi'il
qasamnya. Contohnya antara lain seperti dalam ayat-ayat sebagai
berikut: 1. 2. 3. 4. 5. QS. Al-Ma'arij Ayat 40: QS. Al-Waqi'ah Ayat
75: QS. At-Insyiqaaq Ayat 16: QS. Al-Haqqah Ayat 38: dan ayat-ayat
yang lain. Yang menjadi masalah di sini ialah apa arti huruf "la"
dalam sumpah-sumpah itu ? Ada tiga macam jawaban dalam masalah
tersebut, yaitu: 1. Huruf "la" itu berupa huruf nafinya (yang
mengaktifkan arti), sehingga berarti tidak, tetapi yang ditiadakan
(dinegatifkan) adalah hal yang tersimpan, takdirnya: Qasam dengan
waktu, antara seperti dalam QS. Al-'Ashr ayat 1Qasam dengan makhluk
Allah, antara lain seperti dalam QS. At-
Artinya: Tidak benar apa yang kamu sangka bahwa tidak ada
kebangkitan. Dan jawabnya akan berbunyi: Artinya: Kalian pasti akan
dibangkitkan dari kubur.
11 2. Huruf "la" itu berupa huruf tambahan yang tidak ada
artinya, sehingga tidak
perlu diberi arti. Sedang jawaban qasamnya dalam ayat-ayat
tersebut juga terbuang. Takdirnya, berbunyi: Artinya: kamu pasti
akan dibangkitkan. 3. Huruf "la" itu berfungsi untuk meniadakan
sumpahnya itu sendiri, sehingga seolah-olah Allah SWT berfirman:
Artinya: Aku tidak bersumpah kepadamu dengan hari kiamat itu. 4.
Sighat Ketiga: Ditambah Kata Qul Bala Kadang-kadang sighat qasam
dalam Al-Quran itu ditambah dengan kata-kata Qul Bala, antara lain
seperti dalam QS. At-Taghabun ayat 7 sebagai berikut: 7 : ) )
Artinya: Katakanlah: Tidak demikian demi Tuhanku pasti kalian akan
dibangkitkan. Tambahan kata "Qul Bala" itu adalah untuk melengkapi
ungkapan kalimat yang sebelumnya, yehg berisi keterangan yang tidak
betul, yaitu kalimat:
sehingga Allah memerintahkan supaya dijawab dengan positif,
bahwa pasti datang hari kiamat itu, seperti dalam ayat 3 surah
Saba. Sedang kalimat yang tidak betul dalam ayat 7 surah
At-Taghabun ialah: 7 : ) ) Artinya: Orang-orang kafir mengatakan
bahwa mereka tidak akan dibangkitkan. Maka Allah memerintahkan
untuk membantah dengan sumpah: ( Artinya: Mereka pasti akan
dibangkitkan. Sighat ini adalah untuk membantah atau menyanggah
keterangan yang tidak benar. Sedang untuk membenarkan keterangan
yang sudah betul adalah dengan sighat keempat. 5. Sighat Keempat:
Ditambah Kata-Kata Qul Iiy Kadang-kadang sumpah dalam Al-Quran itu
ditambah dengan kata-kata Qul Iiy yang berarti benar. Contohnya,
seperti dalam QS. Yunus ayat 53: 7 :) ) Artinya: Katakanlah: Benar
demi Tuhanku, sesungguhnya azab adalah benar. Bentuk tambahan ini
juga untuk melengkapi atau menjawab kalimat sebelumnya, tetapi yang
berisi membenarkan pertanyaannya. Sebab, kalimat sebelum sumpah itu
berbunyi: 7 :) )
Artinya: Dan mereka menanyakan kepadamu: Benarkah (azab yang
dijanjikan) itu?. Maka Allah menyuruh mengiyakan pertanyan itu,
sehingga supaya ditambah dengan kata-kata liy, yang sama dengan
Naam. Prof. Manna'ul Qaththan menjelaskan, bahwa sighat qasam dalam
Al-Quran itu kadang-kadang berbentuk jumlah khabariyah (kalimat
berita), seperti dalam QS.
12 Adz-Dzariyat ayat 23 : 23 : ) ) Artinya: Demi Tuhan
langit,dan bumi, sesungguhnya yang dijanjikan itu adalah
benar-benar (akan terjadi). Disamping itu, kadang-kadang juga
berbentuk jumlah thalabiyah (kalimat perintah), seperti dalam QS.
Al-Hijr ayat 92-93 :
93-92 : ) ) Artinya: Demi Tuhanmu, Kami pasti akan menanyai
mereka semua tentang apa yang telah mereka kerjakan dahulu. Sebab,
yang dimaksud dalam ayat ini adalah ancaman. Dr. Bakri Syekh Amin
dalam buku At-Ta'birul Fanni Fil Qur'an menjelaskan beberapa bentuk
sumpah yang biasa terjadi di kalangan orang Arab, sebagai berikut:
a. Dengan bentuk salam-salaman tangan kanan mereka dalam
menenangkan hati untuk mempercayai berita yang disampaikan. b.
Dengan bentuk memercikkan minyak wangi ke tangan atau pakaian
mereka. c. Dengan bentuk saling mengikatkan tampar yang satu kepada
yang lain, sehingga sumpah mereka dikenal dengan habl (tali). d.
Dengan bentuk nazar/tekad yang tidak akan melakukan kesenangan atau
mengerjakan kebajikan-kebajikan. Dengan bentuk mencegah sesuatu
perbuatan tanpa syarat, yang mereka sebut dengan aliyah, atau yang
dikenal dengan sumpah ila' 5. Tujuan dan Faedah Qasam Menuruit
Prof. Dr.H. Abdul Djalal, bahwa sebetulnya antara tujuan dan faedah
qasam itu hampir sama, tetapi biarlah di sini akan dijelaskan
sendiri-sendiri. Tujuan sumpah ialah cita yang dicanangkan sebelum
bersumpah, sedang faedah sumpah ialah hasil yang dicapai setelah
bersumpah (365 : 2000). a. Tujuan Qasam Sebelumnya disebutkan bahwa
tujuan qasam ialah untuk memperkuat pembicaraan agar dapat
diterima/ dipercaya oleh pendengarnya. Qasam (sumpah) ini perlu,
karena pendengar itu bisa bersikap salah satu dari tiga
kemungkinan, sebagai berikut: 1. Pendengar orang netral atau
wajar-wajar saja terhadap eksistensi berita, tidak ragu-ragu dan
tidak pula mengingkarinya. Pendengar yang bersikap seperti ini bisa
diberikan kalam ibtida'i (berita tanpa diberi penguat taukid
ataupun sumpah). Contohnya seperti dalam QS.Al-Baqarah ayat 2 :
: )
13
2)Artinya: Itulah kitab (Al-Quran) yang tidak ada keraguan di
dalamnya). 2. Pendengar bersikap ragu-ragu terhadap kebenaran
berita, sehingga yang diajukan padanya perlu diberi sedikit penguat
yang disebut kalam thalabi (kalimat yang ditaukidi). Contohnya
seperti QS. Al-Hadid ayat 8:
(8 : ) Artinya: Dan sesungguhnya Dia telah mengambil perjanjian
kalian jika kalian memang beriman. Dalam ayat ini diberi penguat
satu, yaitu lafal "qad". 3. Pendengar bersikap ingkar terhadap
berita yang didengar. Dia menyangkal kebenaran berita itu. Karena
itu, beritanya harus berupa kalam ingkari (diperkuat sesuai dengan
kadar keingkarannya). Jika keingkarannya sedikit, cukup diberi
taukid satu saja, seperti dalam ayat 40 surah An-Nisa: (40 : )
Artinya: Sesutngguhnya Allah tidak menganiaya seseorang walau
sebesar dzarrah (atom). Sedang kalau keingkarannya itu agak kuat,
maka perlu diberi dua taukid, seperti dalam QS. Al-Maidah ayat 72
:
72 : ) ) Artinya: Sungguh telah kafir, mereka yang mengatakan
bahwa Allah itu ialah Isa Al-Masih Ibnu Maryam. Dalam ayat ini
diberi dua taukid, yaitu "lam taukid" dan "qad." Tetapi kalau
keingkarannya itu sangat kuat, maka haruslah diberi beberapa
taukid, seperti dalam QS. ayat Al-Anbiya' 57: 57 : ) ) Artinya:
Demi Allah, pasti akan melakukan tipu muslihat terhadap
berhala-berhala kalian sesudah kamu pergi meninggalkannya. Dalam
ayat ini diberi tiga taukid, yaitu sumpah, lam taukid dan nun
taukid. b. Faedah Qasam Dengan memperkuat pemberitaan memakai
sumpah, maka sedikitnya akan diperoleh faedah-faedah sebagai
berikut: 1. Berita itu sudah sampai pada pendengar, dan kalau dia
bukan orang yang apriori menolak, tentunya berita tersebut sudah
diterima dan dipercaya karena sudah diperkuat dengan sumpah,
apalagi memakai nama Allah SWT. 2. Pemberi berita sudah merasa
lega, karena telah menaklukkan pendengar
14 dengan cara memperkuat berita-beritanya dengan sumpah atau
dengan beberapa taukid (penguat). Hal ini berbeda sebelum dia
bersumpah, jiwanya masih merasa kecewa, karena beritanya belum
diterima pendengar. 3. Dengan bersumpah memakai nama Allah atau
sifat-sifatNya, menurut Dr. Bakri Syekh Amin berarti memuliakan
atau mengagungkan Allah SWT karena telah menjadikan nama-Nya selaku
Dzat yang diagungkan sebagai penguat sumpahnya. Tidak memakai nama
atau benda-benda lain, sesuai dengan peraturan dan definisi sumpah
itu sendiri.
C. Kesimpulan Menurut istilah, qasam atau sumpah ialah
mengikatkan jiwa untuk tidak melakukan sesuatu perbuatan atau untuk
mengerjakannya, yang diperkuat dengan sesuatu yang diagungkan bagi
orang yang bersumpah, baik secara nyata ataupun secara keyakinan
saja. Adapun rukun-rukun di qasam ialah fi'il qasam, muqsam bih
(penguat sumpah) dan muqsam 'alaihi (berita yang diperkuat dengan
sumpah). Macam-macam muqsam bih dalam Al-Quran itu ada tujuh macam
yaitu dengan Dzat Allah atau sifat-sifat-Nya, dengan kehidupan Nabi
Muhammad SAW, dengan hari kiamat, dengan Al-Quran, dengan makhluk
berupa benda-benda angkasa, dengan makhluk yang berupa bendabenda
bumi/ bawah dan dengan waktu, seperti waktu dhuha, ashar, malam,
dan sebagainya. Muqsam alaih ialah berita yang dikuatkan dengan
sumpah atau disebut juga jawaban sumpah. Sebagaimana dijelaskan di
atas, bahwa maksud atau tujuan sumpah adalah untuk memperkuat
berita muqsam alaih, agar berita itu dapat diterima oleh
pendengarnya.
15
DAFTAR PUSTAKA
Anwar, Rosihoan, 2000, Ilmu Tafsir, Bandung: CV. Pustaka Setia.
Departemen Agama, Republik Indonesia, 1996, Al-Quran dan Terjemah,
Semarang: Karya Toha Putra. Djalal H.A, Abdul, 2000, Ulumul Quran,
Surabaya: Dunia Ilmu. Manaul Quthan, 1995, Pembahasan Ilmu Al-Quran
2, Jakarta: PT. Rineka Cipta. Munawwir, Ahmad Warson, 2002,
Al-Munawwir Kamus Arab-Indonesia, Surabaya: Pustaka Progressif.
Poerwadinata, W.J.S., 1993, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta:
Balai Pustaka.