BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang S tres seringkali diartikan sama dengan gangguan jiwa, padahal stres bukanlah gangguan jiwa. Faktanya stres dapat dialami oleh siapa saja dan merupakan bagian dari kehidupan manusia. Mengapa kita perlu mengenal stres? Karena stres dapat berkembang menjadi gangguan jiwa bila tidak ditangani dengan baik. Stress adalah segala situasi dimana tuntutan non spesifik mengharuskan seorang individu untuk berespon atau melakukan tindakan (Selye, 1976) respon atau tindakan ini termasuk respon fisiologis dan psikologis. Kebanyakan orang awam beranggapan bahwa semua gangguan jiwa identik dengan ‘gila’. Dalam dunia medis psikiatri kondisi ‘gila’ ini diasumsikan sebagai kondisi yang sudah kehilangan akal dan daya pikir logis yang digolongkan sebagai gangguan jiwa berat. Yang perlu masyarakat ketahui adalah bahwa banyaknya gangguan jiwa berat di masyarakat sebenarnya hanya sekitar 1% dari populasi. Selebihnya adalah gangguan jiwa ringan dan sedang. Yang termasuk dalam kelompok ini antara lain gangguan cemas dan depresi (satu
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Stres seringkali diartikan sama dengan gangguan jiwa, padahal stres
bukanlah gangguan jiwa. Faktanya stres dapat dialami oleh siapa saja dan
merupakan bagian dari kehidupan manusia. Mengapa kita perlu mengenal stres?
Karena stres dapat berkembang menjadi gangguan jiwa bila tidak ditangani
dengan baik.
Stress adalah segala situasi dimana tuntutan non spesifik mengharuskan
seorang individu untuk berespon atau melakukan tindakan (Selye, 1976) respon
atau tindakan ini termasuk respon fisiologis dan psikologis.
Kebanyakan orang awam beranggapan bahwa semua gangguan jiwa
identik dengan ‘gila’. Dalam dunia medis psikiatri kondisi ‘gila’ ini diasumsikan
sebagai kondisi yang sudah kehilangan akal dan daya pikir logis yang
digolongkan sebagai gangguan jiwa berat. Yang perlu masyarakat ketahui adalah
bahwa banyaknya gangguan jiwa berat di masyarakat sebenarnya hanya sekitar
1% dari populasi. Selebihnya adalah gangguan jiwa ringan dan sedang. Yang
termasuk dalam kelompok ini antara lain gangguan cemas dan depresi (satu artikel
di Kompas tahun 2011 menyebutkan jumlahnya mencapai 11,6% orang dewasa),
gangguan tidur (insomnia), dan gangguan fisik kronis yang beragam
(psikosomatis). Gangguan jiwa ringan dan sedang ini sering tidak diobati atau
diobati di tempat yang tidak semestinya karena kurangnya informasi masyarakat
mengenai hal ini dan adanya masalah stigma gangguan jiwa berat di masyarakat
(takut di-cap gila).
1.2 Rumusan Masalah
1) Apa yang dimaksud dengan stress?
2) Apa yang dimaksud dengan gangguan jiwa?
3) Apa perbedaan stress dan gangguan jiwa?
4) Bagaimana cara menaggulagi stress dan gangguan jiwa?
1.3 Tujuan
1) Untuk mengetahui pengertian stress.
2) Untuk mengetahui pengertian gangguan jiwa.
3) Untuk mengetahui perbedan stress dan gangguan jiwa.
4) Untuk mengetahui cara menanggulangi stress dan gangguan jiwa.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Stress
Umumnya yang dimaksudkan dengan stres adalah pola adaptasi umum
dan pola reaksi menghadapi stresor, yang dapat berasal dari dalam di individu
maupun dari lingkungannya. Bila proses adaptasi berhasil dan stresor yang
dihadapi dapat diatasi secara memadai, maka tidak akan timbul stres. Bila gagal
dan terjadi ketidakmampuan, timbulah stres. Menurut Hans Selye: Stres tidak
selalu merupakan hal yang negatif. Hanya bila individu menjadi terganggu dan
kewalahan serta menimbulkan distres, barulah stres itu merupakan hal yang
merugikan. Ada macam-macam penyebab atau sumber stres, antara lain
lingkungan, pekerjaan, sekolah, keluarga, diri pribadi, ekonomi, dan masih
banyak lagi. Semua sumber stres disebut dengan istilah stressor. Stres dapat
mengakibatkan timbulnya gejala fisik, gejala psikis, dan gejala perilaku. Gejala
fisik seringkali timbul di awal stres. Contohnya saat cemas menunggu ujian maka
tangan dan kaki terasa dingin, atau ingin buang air kecil. Hal ini berarti saat
timbul stres tubuh segera bereaksi sebagai respon terhadap stressor. Apabila stres
dibiarkan tanpa ditangani dengan baik maka dapat timbul perubahan pada
perasaan, pikiran, dan perilaku. Contohnya pada keadaan cemas berkepanjangan,
atau pikiran yang menjadi terkondisi selalu berpikir negatif, atau menarik diri dari
lingkungan sekitar.
2.2 Gangguan Jiwa
Kebanyakan orang awam beranggapan bahwa semua gangguan jiwa
identik dengan ‘gila’. Dalam dunia medis psikiatri kondisi ‘gila’ ini diasumsikan
sebagai kondisi yang sudah kehilangan akal dan daya pikir logis yang
digolongkan sebagai gangguan jiwa berat. Yang perlu masyarakat ketahui adalah
bahwa banyaknya gangguan jiwa berat di masyarakat sebenarnya hanya sekitar
1% dari populasi. Selebihnya adalah gangguan jiwa ringan dan sedang. Yang
termasuk dalam kelompok ini antara lain gangguan cemas dan depresi (satu artikel
di Kompas tahun 2011 menyebutkan jumlahnya mencapai 11,6% orang dewasa),
gangguan tidur (insomnia), dan gangguan fisik kronis yang beragam
(psikosomatis). Gangguan jiwa ringan dan sedang ini sering tidak diobati atau
diobati di tempat yang tidak semestinya karena kurangnya informasi masyarakat
mengenai hal ini dan adanya masalah stigma gangguan jiwa berat di masyarakat
(takut di-cap gila).
Gangguan jiwa atau mental illness adalah kesulitan yang harus
dihadapi oleh seseorang karena hubungannya dengan orang lain, kesulitan
karena persepsinya tentang kehidupan dan sikapnya terhadap dirinya
sendiri-sendiri (Djamaludin, 2001). Gangguan jiwa adalah gangguan
dalam cara berpikir (cognitive), kemauan (volition),emosi (affective),
tindakan (psychomotor) (Yosep, 2007).
Gangguan jiwa menurut Depkes RI (2000) adalah suatu perubahan
pada fungsi jiwa yang menyebabkan adanya gangguan pada fungsi jiwa,
yang menimbulkan penderitaan pada individu dan atau hambatan dalam
melaksanakan peran social.
Menurut Townsend (1996) mental illness adalah respon
maladaptive terhadap stressor dari lingkungan dalam/luar ditunjukkan
dengan pikiran, perasaan, dan tingkah laku yang tidak sesuai dengan
norma lokal dan kultural dan mengganggu fungsi sosial, kerja, dan fisik
individu.
Konsep gangguan jiwa dari PPDGJ II yang merujuk ke DSM-III
adalah sindrom atau pola perilaku, atau psikologi seseorang, yang secara
klinik cukup bermakna, dan yang secara khas berkaitan dengan suatu
gejala penderitaan (distress) atau hendaya (impairment/disability) di dalam
satu atau lebih fungsi yang penting dari manusia (Maslim, 2002).
Menurut American Psychiatric Association (1994), gangguan
mental adalah gejala atau pola dari tingkah laku psikologi yang tampak
secara klinis yang terjadi pada seseorang dari berhubungan dengan
keadaan distress (gejala yang menyakitkan) atau ketidakmampuan
(gangguan pada satu area atau lebih dari fungsi-fungsi penting) yang
meningkatkan risiko terhadap kematian, nyeri, ketidakmampuan atau
kehilangan kebebasan yang penting dan tidak jarang respon tersebut dapat
diterima pada kondisi tertentu.
1. Umumnya sebab-sebab gangguan jiwa menurut Santrock (1999)
dibedakan atas :
a. Sebab-sebab jasmaniah/ biologic
1) Keturunan
Peran yang pasti sebagai penyebab belum jelas, mungkin
terbatas dalam mengakibatkan kepekaan untuk mengalami
gangguan jiwa tapi hal tersebut sangat ditunjang dengan faktor
lingkungan kejiwaan yang tidak sehat.
2) Jasmaniah
Beberapa penyelidik berpendapat bentuk tubuh seorang
berhubungan dengan gangguan jiwa tertentu, Misalnya yang