Top Banner
Strategi Pengembangan Pariwisata Berbasis Masyarakat di Negeri Hutumuri Kecamatan Leitimur Selatan Kota Ambon Artikel Ilmiah Diajukan kepada Fakultas Teknologi Informasi untuk memperoleh Gelar Sarjana Terapan Pariwisata Oleh : Jodie Giovanna Abrahamsz NIM : 732013002 Program Studi Destinasi Pariwisata Fakultas Teknologi Informasi Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga 2017
18

Strategi Pengembangan Pariwisata Berbasis Masyarakat di ... · pariwisata tetap menjadi primadona dan menjadi salah satu tumpuan perekonomian Indonesia. Sektor pariwisata Indonesia

Jan 08, 2020

Download

Documents

dariahiddleston
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Strategi Pengembangan Pariwisata Berbasis Masyarakat di ... · pariwisata tetap menjadi primadona dan menjadi salah satu tumpuan perekonomian Indonesia. Sektor pariwisata Indonesia

Strategi Pengembangan Pariwisata Berbasis Masyarakat

di Negeri Hutumuri Kecamatan Leitimur Selatan Kota Ambon

Artikel Ilmiah

Diajukan kepada

Fakultas Teknologi

Informasi

untuk memperoleh Gelar Sarjana Terapan

Pariwisata

Oleh :

Jodie Giovanna Abrahamsz

NIM : 732013002

Program Studi Destinasi Pariwisata

Fakultas Teknologi Informasi

Universitas Kristen Satya Wacana

Salatiga

2017

Page 2: Strategi Pengembangan Pariwisata Berbasis Masyarakat di ... · pariwisata tetap menjadi primadona dan menjadi salah satu tumpuan perekonomian Indonesia. Sektor pariwisata Indonesia
Page 3: Strategi Pengembangan Pariwisata Berbasis Masyarakat di ... · pariwisata tetap menjadi primadona dan menjadi salah satu tumpuan perekonomian Indonesia. Sektor pariwisata Indonesia
Page 4: Strategi Pengembangan Pariwisata Berbasis Masyarakat di ... · pariwisata tetap menjadi primadona dan menjadi salah satu tumpuan perekonomian Indonesia. Sektor pariwisata Indonesia
Page 5: Strategi Pengembangan Pariwisata Berbasis Masyarakat di ... · pariwisata tetap menjadi primadona dan menjadi salah satu tumpuan perekonomian Indonesia. Sektor pariwisata Indonesia
Page 6: Strategi Pengembangan Pariwisata Berbasis Masyarakat di ... · pariwisata tetap menjadi primadona dan menjadi salah satu tumpuan perekonomian Indonesia. Sektor pariwisata Indonesia
Page 7: Strategi Pengembangan Pariwisata Berbasis Masyarakat di ... · pariwisata tetap menjadi primadona dan menjadi salah satu tumpuan perekonomian Indonesia. Sektor pariwisata Indonesia

1

Strategi Pengembangan Pariwisata Berbasis Masyarakat di Negeri

Hutumuri Kecamatan Leitimur Selatan Kota Ambon

1)Jodie Giovanna Abrahamsz, 2)Yerik Afrianto Singgalen

Fakultas Teknologi Informasi

Universitas Kristen Satya Wacana

Jl. Diponegoro 52-60, Salatiga 50711, Indonesia

Email: 1)[email protected], 2)[email protected]

Abstract

The development of community-based tourism has become the best alternative in the

management of tourism at the local level. Hutumuri is one of the indigenous land in

Ambon that potentially developing community-based tourism. This study was conducted

to identify the potential of community-based tourism, identifying environmental strategic

factors and formulate an alternative strategy of community-based tourism development.

Approach to development research with qualitative descriptive analysis, with the support

of SWOT and TOWS analysis model. The results showed Hutumuri has four groups of

potential for tourism (nautical tourism, history, culture and art, as well as agro-tourism).

Each factor in the strategic environment has four influencing factors in the development

of community-based tourism, for tourism development is needed 13 alternative strategies

are grouped into four development scenarios include scenarios mobilization (three

strategies), investment scenario (four strategies), the scenario diversification (three

strategy) and scenario development capacity (three strategies).

Keyword:Community Based Tourism, environment strategic, development strategic

Abstrak

Pengembangan pariwisata berbasis masyarakat telah menjadi alternatif terbaik dalam

pengelolaan pariwisata di tingkat lokal. Negeri Hutumuri merupakan salah satu negeri

adat di Kota Ambon yang berpotensi mengembangan pariwisata berbasis masyarakat.

Penelitian ini dilakukan untuk mengidentifikasi potensi pariwisata berbasis masyarakat,

mengidentifikasi faktor-faktor lingkungan strategis dan merumuskan strategi alternatif

pengembangan pariwisata berbasis masyarakat. Penelitian dikembangan dengan

pendekatan analisis deskriptif kualitatif, dengan dukungan model analisis SWOT dan

TOWS. Hasil penelitian menunjukan Negeri Hutumuri memiliki empat kelompok

potensi wisata (wisata bahari, sejarah, budaya dan seni, serta agrowisata). Setiap faktor

lingkungan strategis memiliki empat faktor yang berpengaruh dalam pengembangan

pariwisata berbasis masyarakat, untuk pengembangan pariwisata ini dibutuhkan 13

strategi alternatif yang terkelompokkan dalam empat skenario pengembangan meliputi

skenario mobilisasi (tiga strategi), skenario investasi (empat strategi), skenario

diversifikasi (tiga strategi), dan skenario pengembangan kapasitas (tiga strategi).

1) Mahasiswi Fakultas Teknologi Informasi Program Studi Destinasi Pariwisata, Universitas

Kristen Satya Wacana Salatiga. 2) Staff Pengajar Fakultas Teknologi Informasi, Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga.

Page 8: Strategi Pengembangan Pariwisata Berbasis Masyarakat di ... · pariwisata tetap menjadi primadona dan menjadi salah satu tumpuan perekonomian Indonesia. Sektor pariwisata Indonesia

2

Kata Kunci: Community Based Tourism, lingkungan strategis, strategi pengembangan

Page 9: Strategi Pengembangan Pariwisata Berbasis Masyarakat di ... · pariwisata tetap menjadi primadona dan menjadi salah satu tumpuan perekonomian Indonesia. Sektor pariwisata Indonesia

3

1. Pendahuluan

Industri pariwisata saat ini bertumbuh dengan cepat dan sangat penting dalam

meningkatkan pertumbuhan ekonomi Negara, terutama dalam menarik minat

tenaga kerja pada sektor kepariwisataan [1]. Pariwisata dinilai sebagai sektor yang

paling siap untuk bangkit ketika negara sedang mengalami krisis. Hal itu membuat

pariwisata tetap menjadi primadona dan menjadi salah satu tumpuan perekonomian

Indonesia. Sektor pariwisata Indonesia dalam beberapa tahun terakhir menempati

urutan ke-4 atau ke-5 sebagai penghasil devisa Negara. Sutawa menyampaikan

pembangunan pariwisata di Indonesia bertujuan mengentaskan kemiskinan,

melestarikan alam, lingkungan dan sumber daya, mengembangkan budaya,

meningkatkan citra bangsa, serta memperkuat hubungan dengan negara lain [2].

Hal ini menempatkan pembangunan kepariwisataan sebagai bagian integral dari

Pembangunan Nasional yang harus dikelola secara berkelanjutan. Sesuai amanat

UU No. 10 Tahun 2009, pembangunan kepariwisataan di Indonesia meliputi konsep

dasar pembangunan berkelanjutan dan kepariwisataan bertanggungjawab dan

berkelanjutan, untuk mengakomodir prinsip-prinsip penyelenggaraan

kepariwisataan.

Pariwisata pedesaan merupakan pilihan alternatif dalam implementasi

pembangunan pariwisata berkelanjutan. Model pariwisata pedesaan memiliki nilai

pemanfaatan lingkungan sosial, kelestarian kebudayaan masyarakat serta memiliki

semangat pemberdayaan komunitas lokal. Secara sosiologis maupun antropologis,

bentuk pariwisata pedesaan lebih menekankan masyarakat sebagai subjek atau

pelaku. Model ini lebih dikenal dengan Community-Based Tourism (CBT) Model

[3] [4]. CBT atau Pariwisata Berbasis Masyarakat (PBM) merupakan salah satu

cara untuk mengembangkan berbagai industri pariwisata secara berkelanjutan [5].

Model Pengembangan CBT telah dikembangkan sejak awal untuk mempromosikan

pembangunan pedesaan, baik di Negara-negara maju [6] maupun negara-negara

berkembang [7], serta memiliki keterkaitan dengan budaya lokal [8] [9]. Secara

global, dalam sektor pariwisata secara umum, fokus terhadap CBT memberikan

pengertian adanya penguatan pembangunan masyarakat, pengentasan kemiskinan,

warisan budaya, dan peningkatan upaya-upaya konservasi.

Penguatan pembangunan melalui pengembangan CBT atau PBM di tingkat

lokal, telah diupayakan pada beberapa lokasi di Kota Ambon, Provinsi Maluku.

Negeri (Desa) Hutumuri di Kecamatan Leitimur Selatan Kota Ambon adalah salah

satu yang mendapat dukungan penguatan dan pengembangan melalui Surat

Keputusan pembentukan Kelompok Sadar Wisata (POKDARWIS). Langkah ini

dilakukan untuk mendukung program pemerintah dalam pengembangan pariwisata

berbasis masyarakat di Kota Ambon.

Upaya pengembangan pariwisata berbasis masyarakat di Negeri Hutumuri

disebabkan banyaknya potensi Pariwisata seperti Objek Wisata Pantai Lawena,

Taman Laut Toisapu, Gereja Tua, Benteng Raja, Rumah Sejarah Perang, Kuburan

Mesang dan Goa Gorom. Disamping itu, terdapat potensi sosial dan budaya seperti

budaya Pela dan Gandong, Sasi, Adat Ganti Ahuneng sampai pada pengembangan

Kelompok Tahuri sebagai representasi dari potensi wisata seni dan budaya lokal.

Berbagai potensi wisata yang dapat dikembangkan melalui pengembangan

pariwisata berbasis masyarakat di Negeri Hutumuri, sampai saat ini belum

Page 10: Strategi Pengembangan Pariwisata Berbasis Masyarakat di ... · pariwisata tetap menjadi primadona dan menjadi salah satu tumpuan perekonomian Indonesia. Sektor pariwisata Indonesia

4

menunjukkan perkembangan yang baik. Pembentukan POKDARWIS di Negeri

Hutumuri belum memberikan dampak terhadap meningkatnya peran masyarakat

dalam pembangunan pariwisata di tingkat negeri. Padahal negeri ini memiliki

sekitar 67,17% atau sekitar 2.636 orang dengan mata pencaharian tidak tetap [10]

dan berpotensi diserap dalam pembangunan wisata lokal. Kondisi ini membuktikan

masih ada kebutuhan dalam mengimplementasi Model Pembangunan Pariwisata

Berbasis Masyarakat di Negeri Hutumuri.

Kajian tentang Strategi Pengembangan Pariwisata Berbasis Masyarakat di

Negeri Hutumuri penting dilakukan dalam mendukung pengembangan

kepariwisataan berbasis pada masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk: 1)

mengidentifikasi potensi pariwisata di Negeri Hutumuri, Kota Ambon; 2)

mengidentifikasi faktor-faktor lingkungan strategis internal (kekuatan dan

kelemahan) dan eksternal (peluang dan ancaman) dalam Pengembangan Pariwisata

Berbasis Masyarakat di Negeri Hutumuri, Kota Ambon; serta 3) merumuskan

strategi alternatif Pengembangan Pariwisata Berbasis Masyarakat di Negeri

Hutumuri, Kota Ambon.

2. Tinjauan Pustaka

2.1 Community Based Tourism (Pariwisata Berbasis Masyarakat)

Community Based Tourism didefinisikan sebagai pariwisata yang

menempatkan keberlanjutan lingkungan, sosial dan budaya dalam aktivitasnya.

Bentuk Pariwisata ini dikelola dan dimiliki oleh masyarakat untuk masyarakat,

guna membantu para wisatawan untuk meningkatkan kesadaran mereka dan belajar

tentang masyarakat dan tata cara hidup masyarakat lokal (local way of life). Dengan

demikian, CBT sangat berbeda dengan pariwisata massa/mass tourism [3] [11].

Community Based Tourism (CBT) berkembang dengan pesat karena adanya

pertimbangan bahwa kegiatan pariwisata banyak membawa dampak negatif bagi

masyarakat, antara lain: (1) merusak sumber daya alam di sekitar masyarakat; (2)

adanya pengaruh budaya luar terhadap eksistensi sosial budaya masyarakat lokal;

dan (3) sangat sedikit manfaat ekonomi yang diterima oleh masyarakat lokal [3].

Lebih lanjut, Suansri mengemukakan bahwa CBT bukan hanya usaha pariwisata

yang bertujuan memaksimalkan keuntungan bagi investor. Sebaliknya, lebih peduli

dengan dampak pariwisata terhadap masyarakat dan sumber daya lingkungan. CBT

muncul dari strategi pengembangan masyarakat, menggunakan pariwisata sebagai

alat untuk memperkuat kemampuan organisasi masyarakat pedesaan yang

mengelola sumber daya pariwisata dengan partisipasi masyarakat setempat [3].

Konsep pengembangan masyarakat terkait pariwisata, berhubungan dengan

partisipasi, pemberdayaan dan kapasitas masyarakat [12]. Salah satu elemen utama

pengembangan pariwisata adalah mendorong partisipasi masyarakat lokal sebagai

pusat keberlanjutan industri pariwisata [5] [13]. Pendekatan partisipasi masyarakat

telah lama dianjurkan sebagai bagian dari pembangunan pariwisata berkelanjutan,

dan dapat meningkatkan daya dukung masyarakat dengan mengurangi dampak

negatif pariwisata sekaligus meningkatkan efek positif [14].Terkait dengan itu, Aref

berpendapat kesadaran masyarakat dapat memiliki efek katalitik pada

pengembangan industri pariwisata melalui peningkatan partisipasi local [15].

Page 11: Strategi Pengembangan Pariwisata Berbasis Masyarakat di ... · pariwisata tetap menjadi primadona dan menjadi salah satu tumpuan perekonomian Indonesia. Sektor pariwisata Indonesia

5

Tujuan utama CBT adalah untuk memberikan peluang pengembangan yang

mendistribusikan manfaat lain yang tidak ada di dalam masyarakat. Manfaat ini

termasuk manfaat ekonomi, dan memberdayakan masyarakat melalui peningkatan

keterampilan dan kapasitas mereka untuk mengembangkan usaha pariwisata

berkelanjutan [16]. Sejalan dengan itu, Sebele berpendapat peningkatan

keterlibatan dan partisipasi masyarakat lokal akan membantu untuk memastikan

bahwa mereka diberdayakan [17].

3. Metode Penelitian

3.1 Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan tiga teknik yaitu: (1)

Teknik Studi Kepustakaan, yakni teknik pengumpulan data dengan melakukan

penelaahan terhadap berbagai buku, literatur, catatan, serta berbagai laporan yang

berkaitan dengan masalah ingin dipecahkan [18]. Dalam penelitian ini studi

kepustakaan dilakukan untuk seluruh dokumen hasil penelitian, dokumen-dokumen

yang ada di Negeri Hutumuri, dokumen kebijakan pada Dinas Pariwisata,

Kebudayaan, Pemuda dan Olahraga Kota Ambon. Dokumen pendukung lainnya

secara teoritis juga menjadi bagian penting dalam mendukung penelitian ini. (2)

Teknik observasi atau pengamatan dan dokumentasi, dimana data didasarkan pada

fakta mengenai kenyataan yang diperoleh melalui observasi. Melalui observasi

peneliti belajar tentang perilaku dan kondisi serta dan makna dari perilaku dan

kondisi tersebut [19]. Dalam penelitian ini, observasi dilakukan meliputi: observasi

pada seluruh lokasi potensi wisata; dan observasi pada seluruh infrastruktur

pendukung wisata. Kegiatan observasi dilakukan dengan dukungan dokumentasi

gambar (foto). (3) Teknik wawancara. Teknik sampling yang digunakan adalah

Purposive Sampling. Purposive Sampling adalah teknik pengambilan sampel

dengan pertimbangan tertentu [20]. Pertimbangan yang dimaksudkan adalah

sampel narasumber atau informan, meliputi: (1) masyarakat lokal; (2) pemerintah

negeri; (3) pemerintah kota Ambon, khususnya dinas pariwisata, kebudayaan,

pemuda dan olahraga; dan (4) wisatawan. Dalam teknik wawancara terdapat dua

pendekatan, yakni: (1) wawancara dengan pertanyaan tertutup (wawancara

terstruktur); dan (2) wawancara dengan pertanyaan terbuka (semi terstruktur).

3.2 Teknik Analisis Data Secara keseluruhan penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang

mengedepankan teknis analisis deskriptif. Oleh sebab itu, penelitian yang dilakukan

ini menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif. Dalam penelitian

deskriptif kualitatif, peneliti memberikan gambaran sistematis, faktual dan akurat

mengenai fakta-fakta sesuai ruang lingkup judul penelitian.

Sebagai dukungan terhadap analisis lingkungan strategis digunakan analisis

SWOT [21] [22]. Penggunaan teknik analisis SWOT dimaksudkan untuk

mengetahui faktor-faktor internal yaitu strength (kekuatan) dan weakness

(kelemahan), maupun faktor eksternal yaitu opportunity (peluang/kesempatan)

serta threat (ancaman/tantangan) apa saja pada pengembangan Pariwisata Berbasis

Masyarakat di Negeri Hutumuri, Kota Ambon.

Page 12: Strategi Pengembangan Pariwisata Berbasis Masyarakat di ... · pariwisata tetap menjadi primadona dan menjadi salah satu tumpuan perekonomian Indonesia. Sektor pariwisata Indonesia

6

Analisis lanjutannya adalah analisis TOWS yang digunakan untuk

merumuskan strategi pengembangan Pariwisata Berbasis Masyarakat di Negeri

Hutumuri, Kota Ambon. Pendekatan yang digunakan adalah melakukan

konfrontasi seluruh aspek atau faktor lingkungan strategis yang ada dalam

komponen lingkungan internal dan eksternal. Hasil ini dikelompokkan atas empat

skenario utama masing-masing strategi: (1) Skenario Mobilisasi untuk Strategi SO;

(2) Skenario Diversifikasi untuk Strategi ST; (3) Skenario Investasi untuk Strategi

WO; dan (4) Skenario Pengembangan Kapasitas untuk Strategi WT.

4. Hasil dan Pembahasan

4.1 Profil Negeri Hutumuri

Negeri Hutumuri merupakan satu dari antara delapan negeri yang berada di

Kecamatan Leitimur Selatan, dengan luas wilayah ± 15.00 km2. Jarak negeri ini

dari pusat ibukota kecamatan mencapai tiga km, sementara dari pusat Kota Ambon

mencapai 18 km. Secara administratif, Negeri Hutumuri terdiri dari lima dusun dan

20 RT, serta memiliki batas wilayah sebelah Utara berbatasan dengan Negeri Batu

Merah dan Negeri Halong, sebelah Selatan berbatasan dengan Laut Banda, sebelah

Timur berbatasan dengan Desa Passo dan sebelah Barat berbatasan dengan Desa

Rutong dan Desa Soya. Topografi daratan Hutumuri yang berbukit dengan

ketinggian 0-50 m dengan kemiringan 6,16o seluas 4,25 km2 atau 9,7 persen [10].

Negeri Hutumuri menempati posisi pertama sebagai Negeri terpadat

penduduk di Kecamatan Leitimur Selatan dengan kepadatan Penduduk 340

jiwa/km. Pada tahun 2015, jumlah penduduk Negeri Hutumuri mencapai 5.094 jiwa

dengan komposisi penduduk laki-laki sebanyak 2.514 jiwa dan penduduk

perempuan 2.580 jiwa dengan nilai Sex Ratio Negeri Hutumuri mencapai 97,47.

Hal ini berarti bahwa setiap 100 penduduk perempuan Negeri Hutumuri, terdapat

sebanyak 97 penduduk laki-laki. Potensi penduduk ini berpeluang memberikan

kontribusi dan berpartisipasi dalam pengembangan pariwisata berbasis masyarakat,

baik untuk kelompok penduduk laki-laki maupun perempuan. Blackstock

menyatakan pengembangan masyarakat berperan penting dalam pembangunan

pariwisata lokal, dan pendekatan emansipatoris menjadi penting untuk diperhatikan

[5]. Okazaki berpendapat partisipasi masyarakat, baik laki-laki maupun perempuan

sangat dibutuhkan dalam membangun keseimbangan gender dalam pengelolaan

wisata berbasis masyarakat [14].

Tingkat pendidikan suatu kelompok masyarakat merupakan salah satu

komponen penting dalam mendukung kepariwisatan. Indikator-indikator sosial

memaikan peran penting dalam pengembangan industri pariwisata, salah satunya

adalah pendidikan [23]. Okazaki memberikan pembenaran bahwa keberhasilan

pengembangan masyarakat dalam pengelolaan pariwisata berbasis masyarakat

seiring dengan tingkat pendidikan dari masyarakat pengelola di tingkat local

[14].Sesuai data statistik pada Kecamatan Leitimur Selatan, Negeri Hutumuri

merupakan Negeri yang memiliki fasilitas pendidikan paling lengkap dibandingkan

dengan negeri-negeri lainnya pada Kecamatan Leitimur Selatan. Hal ini terbukti

dari distribusi 3 sekolah Taman Kanak-kanak (TK) dengan jumlah siswa 38 orang

dan guru 2 orang. Pada tingkatan Sekolah Dasar (SD), sebanyak 5 sekolah dengan

jumlah murid 476 orang dan guru 51 orang. Jumlah Sekolah Menengah Pertama

Page 13: Strategi Pengembangan Pariwisata Berbasis Masyarakat di ... · pariwisata tetap menjadi primadona dan menjadi salah satu tumpuan perekonomian Indonesia. Sektor pariwisata Indonesia

7

(SMP) 3 buah dengan jumlah murid 394 orang dan guru 58 orang. Selanjutnya

Sekolah Menengah Atas (SMA) sebanyak 2 sekolah dengan jumlah murid 284

orang dan guru 36 orang [10]. Pendidikan untuk pengenalan pariwisata ada seluruh

tingkatan merupakan langkah strategis yang dapat dilakukan melalui

pengembangan kurikulum lokal.

Berkembangnya pariwisata berbasis masyarakat di suatu wilayah dapat

mereduksi tingkat pengangguran [17]. Bahkan peningkatan pendapatan bisa dicapai

melalui pengembangan usaha-usaha informal di sekitar kawasan wisata, khususnya

kelompok penganggur berusia muda, sekaligus sebagai media pengentasan

kemiskinan [24]. Negeri Hutumuri walaupun dikatakan sebagai Negeri dengan

fasilitas Pendidikan yang lengkap pada Kecamatan Leitimur Selatan, namun

presentase tingkat pengangguran pada Negeri Hutumuri sangat tinggi yaitu sekitar

22,7% dari 67,17% yang berprofesi lain-lain seperti pelajar/mahasiswa, ibu rumah

tangga serta pensiunan. Presentase tingkat pengangguran di Negeri Hutumuri

bahkan lebih besar dari presentase profesi Petani dan Nelayan yang merupakan

profesi penduduk paling banyak yaitu 17,88% atau sekitar 702 orang. Selain itu

terdapat juga enam mata pencaharian/ okupasi penduduk Negeri Hutumuri dari data

penduduk usia kerja (18-56 tahun). Sebanyak 5,22% (205 orang) berprofesi sebagai

PNS/TNI/POLRI sementara Guru dan Dosen sebesar 2,29% atau sekitar 90 orang.

Selanjutnya yang bekerja sebagai Petani dan Nelayan sebanyak 702 orang atau

17,88%, Pedagang sebanyak 35 orang (0,89% sedangkan penduduk Negeri

Hutumuri yang tercatat bekerja sebagai pengemudi dan ojek sebanyak 114 orang

(2,90%). Selebihnya dengan dengan proporsi yang paling sedikit yaitu dokter dan

tenaga medis lain sebanyak 16 orang atau 6,4% [10].

4.2 Aksesibilitas Aksesibilitas merupakan satu unsur terpenting dalam mendukung berjalannya

suatu pengembangan pariwisata. Menurut Copper et al. sebuah wilayah dapat

dikatakan sebagai destinasi, jika tempat tersebut sudah terdepat “4A” yaitu; atraksi,

aksesibilitas, amenitas dan ancillary service. Lebih lanjut didefinisikan aksesibilitas

sebagai kemudahan untuk mencapai objek seperti tersedianya prasarana

perhubungan dan sarana transportasi baik transportasi darat, laut maupun udara

[25].

Negeri Hutumuri dapat diakses dengan moda transportasi darat seperti

kendaraan roda dua (sepeda motor), kendaraan roda empat (mobil pribadi maupun

sewaan) dan angkutan umum dengan melalui dua, yaitu melalui: 1) Jalur Gunung

yaitu dari Kota Ambon melintasi jalan Kelurahan Batu Meja melalui Negeri-Negeri

yang terletak di pegunungan, yang secara administratif masuk ke dalam Kecamatan

Leitimur Selatan seperti Kilang, Hukurila, Leahari dan Rutong; serta 2) Jalur Passo

yaitu jalur transportasi melalui Negeri Passo. Data jumlah angkutan umum yang

beroperasi untuk jalur Negeri Hutumuri sebanyak 10 ijin trayek dan merupakan ijin

trayek terbanyak pada Kecamatan Leitimur Selatan. Selain jalur Negeri Hutumuri,

terdapat juga 5 ijin trayek dengan jalur Leahari untuk mencapai tempat ini.

Jalur yang paling sering diakses, khususnya yang berhubungan dengan

kunjungan wisata ke Hutumuri adalah jalur kedua. Akses yang cukup terbuka ini

menjadi peluang bagi pengembangan destinasi wisata. Harwood menyatakan

Page 14: Strategi Pengembangan Pariwisata Berbasis Masyarakat di ... · pariwisata tetap menjadi primadona dan menjadi salah satu tumpuan perekonomian Indonesia. Sektor pariwisata Indonesia

8

daerah yang memiliki akses terbatas akan sulit mengembangkan pariwisata berbasis

masyarakat [16].

4.3 Potensi dan Masalah Pariwisata Berbasis Masyarakat Potensi pariwisata di negeri Hutumuri dapat dikelompok atas empat

kelompok potensi, yaitu: 1) wisata pantai dan bawah laut (wisata bahari); 2) wisata

sejarah; 3) wisata budaya dan seni; serta 4) agrowisata.

Pertama, potensi wisata pantai dan bawah laut (bahari) yang tercatat dalam

data statistik Kota Ambon sebanyak tiga objek wisata pantai, dimana dua

diantaranya sudah di kembangkan yaitu Pantai Lawena dan Kuburan Mesang

sedangkan yang belum dikembangkan adalah Goa Gorom. Namun sesuai hasil

observasi dan wawancara, masih ada tiga objek potensial yang dapat dikembangkan

meliputi pantai Hatele, pantai Hunilait dan pantai Lapaut. Selain itu, terdapat juga

Taman Laut Toisapu yang menjadi salah satu lokasi penyelaman. Tubalawony dkk

dalam penelitiannya di wilayah ini menemukan bahwa walaupun telah dilakukan

pengembangan beberapa objek wisata Pantai di Negeri Hutumuri, namun masih ada

kelemahan pada eksistensi infrastrutkur pendukung yang disebabkan kurangnya

pendanaan dari masyarakat lokal maupun pemerintah daerah [26].

Kedua, potensi wisata sejarah yang sangat dikenal dan sering dikunjungi oleh

wisatawan dari Australia adalah Rumah Sejarah Perang dari zaman Perang Dunia

II. Rumah yang sampai sekarang masih memiliki konstruksi tradisional, tetap

terpelihara dengan baik oleh pemilik, juga didukung pemerintah negeri. Disamping

itu, terdapat lokasi-lokasi tempat tinggal Tentara Jepang (Goa-Goa Bawah Tanah)

yang kurang terurus. Goa-goa ini merupakan salah satu destinasi yang dikunjungi

wisatawan Jepang.

Ketiga, potensi wisata budaya dan seni yang dikelola langsung oleh

pemerintah negeri antara lain Gereja Tua, Benteng Raja, Kuburan Mesang dan Goa

Gorom. Kehidupan social budaya yang masih terpelihara sebagai manifestasi dari

hubungan kekerabatan dintujukkan dengan budaya Pela dan Gandong. Kearifan

lokal Sasi darat dan laut dalam perlindungan lingkungan dan sumber daya,

berpotensi dipaketkan dalam pariwisata berbasis masyarakat. Demikian halnya

dengan Adat Ganti Ahuneng yang masih tetap dipelihara sebagai bagian dari

kehidupan budaya masyarakat Hutumuri. Di sisi lain, terdapat juga seni musik dan

tarian tradisional yang terpelihara dengan baik. Salah satunya dengan

pengembangan Kelompok Tahuri sebagai representasi potensi wisata seni

tradisional.

Keempat, potensi agrowisata telah dikembangkan lebih dari 15 tahun lalu.

Pengembangannya memanfaatkan potensi lahan pertanian yang cukup tersedia di

Hutumuri. Beberapa jenis komoditas yang berpotensi dikembangkan untuk

mendukung pengembangan agrowisata, antara lain: nenas, langsat, durian dan lain-

lain. Bulan Agustus dan Desember merupakan bulan-bulan dimana panen

komoditas buah-buahan ini dapat dilakukan dalam jumlah besar, sekaligus menjadi

waktu dimana kegiatan agrowisata dapat difokuskan. Pemerintah negeri Hutumuri

juga sementara berupaya untuk memperpanjang waktu kunjungan dalam kaitannya

dengan kegiatan agrowisata melalui pengembangan jenis-jenis komoditas pertanian

yang dapat dipanen sepanjang tahun.

Page 15: Strategi Pengembangan Pariwisata Berbasis Masyarakat di ... · pariwisata tetap menjadi primadona dan menjadi salah satu tumpuan perekonomian Indonesia. Sektor pariwisata Indonesia

9

Banyak potensi wisata yang dapat dikembangkan untuk mendukung

pariwisata berbasis masyarakat, namun masih ada masalah-masalah yang dihadapi

dalam perkembangan wisata di Hutumuri. Beberapa masalah yang dimaksudkan

antara lain: 1) infrastruktur pendukung pariwisata masih kurang; 2) kurangnya

tenaga trampil wisata, terutama tenaga yang memiliki pengetahuan cukup baik

tentang wisata dan dapat dimanfaatkan sebagai pemandu wisata atau operator

wisata; 3) keterbatasan modal internal negeri yang dapat digunakan untuk

mengembangkan kawasan-kawasan potensial wisata; 4) masih adanya konflik pada

beberapa lokasi wisata bahari; 5) rendahnya kesadaran pengunjung lokasi wisata

dalam menciptakan Sapta Pesona Wisata; 6) pengelolaan kawasan potensial wisata

masih belum terintegrasi dan lemahnya koordinasi antara pemerintah negeri dan

masyarakat dengan pemerintah daerah; serta kurang perhatian pemerintah daerah

dalam pengembangan sentra-sentra pariwisata patensial, termasuk di Hutumuri.

4.4 Lingkungan Strategis dan Strategi Pengembangan

Analisis lingkungan strategis yang menunjukan faktor-faktor lingkungan

internal dan eksternal (SWOT) serta analisis strategi pengembangan, diekspresikan

dengan sistem matriks. Sistem matriks ini disebut matriks TOWS (Tabel 1).

Tabel 1. Matriks TOWS: Strategi Pengembangan Pariwisata Berbasis Masyarakat

Faktor

Lingkungan

Internal

Faktor

Lingkungan

Eksternal

Strengths (S):

1. Potensi wisata bahari,

sejarah, budaya dan seni,

serta agrowisata;

2. Potensi sumber daya

manusia;

3. Keterbukaan dan minat

masyarakat dalam

pengembangan wisata;

4. Adanya kelompok sadar

wisata

Weaknesses (W):

1. Infrastruktur pendukung

pariwisata masih kurang;

2. Kurangnya tenaga trampil

wisata;

3. Keterbatasan modal

internal negeri untuk

pengembangan kawasan

potensial wisata;

4. Masih ada konflik pada

beberapa lokasi wisata.

Opportunities (O)

1. Akses mencapai

Hutumuri cukup mudah;

2. Berkembangnya model-

model CBT

3. Adanya regulasi dari

Pemerintah Kota Ambon

yang mendukung CBT;

4. Adanya kelembagaan

pendukung (dinas

pariwisata, swasta dan

LSM)

Strategi SO:

1. Pengembangan CBT

terintegrasi (S1,O1,O2,O3);

2. Pelibatan dan peningkatan

masyarakat dalam

pengembangan wisata

(S2,S3,O2,O3,O4);

3. Optimalisasi peran kelompok

sadar wisata (S4,O2,O4)

Strategi WO:

1. Pengembangan

infrastruktur pendukung

dam media promosi

pariwisata

(W1,O2,O3,O4);

2. Pengembangan kerjasama

dan koordinasi dengan

pemerintah daerah, swasta,

dan LSM (W2,O2,O4);

3. Pengembangan mata

pencaharian alternatif

berorientasi CBT

(W3,O1,O2,O4)

4. Penataan kawasan

potensial wisata

(W4,O3,O4).

Page 16: Strategi Pengembangan Pariwisata Berbasis Masyarakat di ... · pariwisata tetap menjadi primadona dan menjadi salah satu tumpuan perekonomian Indonesia. Sektor pariwisata Indonesia

10

Threaths :

1. Rendahnya kesadaran

pengunjung lokasi wisata

terkait penerapan Sapta

Pesona Wisata;

2. Pengelolaan kawasan

wisata belum terintegrasi

3. Lemahnya koordinasi

antara pemerintah negeri

dan masyarakat dengan

pemerintah daerah

4. Perhatian pemerintah

daerah untuk

pengembangan sentra

pariwisata.

Strategi ST:

1. Pengembangan paket tur

wisata berbasis masyarakat

(S1,S2,S3,T2,T3,T4);

2. Peningkatan peran

pemerintah dalam

pengembangan CBT

(S1,T3,T4);

3. Kampanye sadar wisata

berbasis masyarakat

(S4,T1,T2).

Strategi WT:

1. Peningkatan kapasitas

SDM lokal dalam

pengelolaan CBT

(W2,T2,T3);

2. Peningkatan akses modal

bagi masyarakat untuk

pengembangan CBT

(W3,T2,T3,T4);

3. Pelatihan manajemen

konflik pengelolaan CBT

(W4,T1,T2,T4).

Hasil analisis ini memberikan rumusan empat faktor pada setiap lingkungan

strategis, baik kekuatan, kelemahan, peluang maupun tantangan. Dengan demikian

terdapat 12 faktor lingkungan yang memberikan pengaruh dalam pengembangan

pariwisata berbasis masyarakat di Negeri Hutumuri. Sesuai dengan distribusi

faktor-faktor lingkungan strategis itu, maka rumusan strategi pengembangan

pariwisata berbasis masyarakat yang penting diimplementasikan meliputi 13

strategi meliputi tiga strategi untuk skenario mobilisasi, empat strategi untuk

skenario investasi, tiga strategi untuk skenario diversifikasi, dan empat strategi pada

skenario pengembangan kapasitas.

5. Simpulan

Negeri Hutumuri di Kota Ambon memiliki empat kelompok potensi wisata

meliputi bahari, sejarah, budaya dan seni, serta agrowisata). Setiap faktor

lingkungan strategis memiliki empat faktor yang berpengaruh dalam

pengembangan pariwisata berbasis masyarakat. Untuk pengembangan pariwisata

ini dibutuhkan 13 strategi alternatif yang terkelompokkan dalam empat skenario

pengembangan meliputi skenario mobilisasi (3 strategi), skenario investasi (4

strategi), skenario diversifikasi (3 strategi), dan skenario pengembangan kapasitas

(3 strategi).

6. Daftar Pustaka

[1] Szivas, E., M. Riley dan D. Airey, “Labour Mobility into Tourism Attraction

and Satisfaction,” Annals of Tourism Research, vol. 30, pp. 64-76, 2003.

[2] Sutawa, G.K., “Issues on Bali Tourism Development and Community

Empowerment to Support Sustainable Tourism Development,” Procedia

Economics and Finance, vol. 4, pp. 413-422, 2012.

[3] Suansri, P., Community Based Tourism Handbook, Bangkok: Responsible

Ecological Social Tour (REST), 2003.

Page 17: Strategi Pengembangan Pariwisata Berbasis Masyarakat di ... · pariwisata tetap menjadi primadona dan menjadi salah satu tumpuan perekonomian Indonesia. Sektor pariwisata Indonesia

11

[4] Hadiwijoyo, S., Perencanaan Pariwisata Pedesaan Berbasis Masyrakat,

Yogyakarta: Graha Ilmu, 2012.

[5] Blackstock, K., “A Critical Look at Community Based Tourism,” Community

Development Journal, vol. 40, pp. 39-49, 2005.

[6] Storey, D., “A Sense of Place: Rural development, Tourism and Place

Promotion in The Republic of Ireland,” Geographies of Rural Cultures and

Societies, pp. 197-213, 2004.

[7] Honey, M., “Ecotourism and Sustainable development: Who Own Paradise?,”

Island Press, Washington D.C., 2008.

[8] Telfer, D. dan R. Sharpley, Tourism and Development in the Developing

World, London: Rouledge, 2008.

[9] Flacke-Naurdofer, C., “Actors or Victims?: Actors Oriented Perspectives on

New Form of Tourism,” Tourism Development: Growth, Myths, and

Inequalities, pp. 239-258, 2008.

[10] Badan Pusat Statistik Kota Ambon, Kecamatan Leitimur Selatan dalam

Angka, Ambon: BPS Kota Ambon, 2016.

[11] Muallisin, I., “Model Pengembangan Pariwisata Berbasis Masyarakat di Kota

Yogyakarta,” Jurnal Penelitian Bappeda Kota Yogyakarta, vol. 2, pp. 5-15,

2007.

[12] Singh, S. dan D. Timothy, Tourism in Destination Communities, Cambrige,

USA: CABI Publishing, 2003.

[13] Muganda, M., A. Sirima dan P. Ezra, “The Role of Local Communities in

Tourism Development: Grassroots Perspectives from Tanzania,” Journal of

Human Ecology, vol. 41, pp. 53-66, 2013.

[14] Okazaki E., “A Community-Based Tourism Model: Its Conception and Use.,”

Journal of Sustainable Tourism, vol. 16, pp. 511-529, 2008.

[15] Aref, F., “Sense of Community and Participation for Tourism Development,”

Life Science Journal, vol. 8, pp. 20-25, 2011.

[16] Harwood, S., “Planning for Community Based Tourism in a Remote

Location,” Sustainability, vol. 2, pp. 1909-1923, 2010.

[17] Sebele, S., “Communiti-Based Tourism Ventures, Benefits and Challenges:

Khama Rhino Sanctuary Trust, Central District, Botswana Lesego,” Tourism

Management, vol. 31, pp. 136-146, 2010.

Page 18: Strategi Pengembangan Pariwisata Berbasis Masyarakat di ... · pariwisata tetap menjadi primadona dan menjadi salah satu tumpuan perekonomian Indonesia. Sektor pariwisata Indonesia

12

[18] Nazir, M., Metode Penelitian, Jakarta: Ghalia Indonesia, 2005.

[19] Sugiyono, Metode Penelitian Administrasi, Bandung: Alfabeta, 2005.

[20] Sugiyono, Metode Penelitian Bisnis (pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan

R&D, Bandung: Alfabeta, 2009.

[21] Gupta, S. dan V. Bhatt, “Community Based Tourism Development: A Case-

Study of Eco Village Sari in Kedarnath Sanctuary Region,” HNB Garhwal

University, 2009.

[22] Hong, C. dan N. Chan, “Strength-weakness-opportunities-threats Analysis of

Penang National Park for Strategic Ecotourism Management,” World Applied

Sciences Journal, vol. 10, no. Special Issue of Tourism and Hospitality, pp.

136-145, 2010.

[23] Ahmed, N., “Sustainable Tourism Development in Uttarakhand Region of

India,” International Journal of Management and Social Sciences Research,

vol. 2, pp. 106-111, 2013.

[24] Goh, H., “Nature and Community-based tourism (CBT) for Poverty

Alleviation: A case study of Lower Kinabatangan, East Malaysia,” Journal of

Society and Space, vol. 11, pp. 42-52, 2015.

[25] Cooper, C., J. Fletcher, D. Gilbert, A. Fyall dan S. Wanhill, Tourism:

Principle and Parctice, R. Shepherd, Penyunt., Harlow: Longman, 1998.

[26] Tubalawony, S., J. Abrahamsz, Y. Lopulalan dan F. Ayal, “Pemodelan

Ekowisata Pesisir: Kaji Terap di Kecamatan Leitimur Selatan Kota Ambon,”

Universitas Pattimura, Ambon, 2013.

[27] Kantawateera, K., A. Naipinit, T. Sakolnakorn, C. Churngchow dan P.

Kroeksakul, “A SWOT Analysis of Tourism Developmen in Khon Kaen,

Thailand,” Asian Social Science, vol. 9, pp. 226-231, 2013.

[28] Vladi, E., “Tourism Development Strategies, SWOT Analysis and

Improvement of Albania's Image,” Europiean Journal of Sustainable

Development, vol. 3, pp. 167-178, 2014.