Page 1
STRATEGI PEMERINTAH DALAM PENERTIBAN
DAN PENATAAN PEDAGANG KAKI LIMA (PKL)
( Studi di Pasar Talang Banjar Kota Jambi
Provinsi Jambi )
SKRIPSI
Diajukan Untuk Melengkapi Syarat - Syarat
Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S.1 )
Dalam Ilmu Pemerintahan
Oleh:
SELI PITRIANI
NIM: SIP162469
PEMBIMBING
Dr. Dedek Kusnadi, S.Sos,M.Si
Muhammad Aiman, S.H.,M.H
JURUSAN ILMU PEMERINTAHAN
FAKULTAS SYARIAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTHAN THAHA SAIFUDDIN
JAMBI
1442 H/2021 M
Page 5
v
MOTTO
Artinya : Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta
sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang
berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. dan janganlah kamu
membunuh dirimu; Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.
(Q.S. An-Nisa : 29)1
1 Al-Qur‟an dan Terjemahan, Surat An-Nisa (29)
Page 6
vi
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum, Wr, Wb.
Puji syukur kehadiran Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelasaikan penulisan skripsi
ini yang berjudul : Strategi Pemerintah Kota Jambi dalam Penertiban dan
Penataan Pedagang Kaki Lima (PKL) ( Studi Di Pasar Talang Banjar kota
Jambi Provinsi Jambi).
Kemudian tidak lupa pula penulis haturkan Sholawat beriring salam kepada
Nabi Muhammad SAW, yang telah memberikan kita petunjuk dari alam kebodohan
menuju alam yang terang benerang yakni “Minadzulumati ilan Nur” Seperti kita
rasakan pada saat sekarang ini, terang bukan lampu yang menyinari dan bukan pula
karena bulan dan matahari akan tetapi terangnya karena ilmu pengetahuan serta
keimanannya.
Skripsi ini ditulis untuk memenuhi sebagai persyaratan dalam rangka
menyelesaikan Studi Sarjana Satu (S1) pada Fakultas Syari‟ah UIN STS JAMBI.
Terwujudnya skripsi ini selain merupakan upaya kerja ilmiah penulis sendiri juga
tidak terlepas dari arahan, bimbingan dan motivasi berbagai pihak yang terkait dengan
penulisan skripsi ini. Untuk itu penulis merasa sangat perlu menyampaikan ucapan
terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada :
1. Bapak Dr. H. Su‟aidi Asy‟ari, MA. Ph. D Selaku Rektor UIN Sulthan Thaha
Saifuddin Jambi.
2. Bapak Dr. Sayuti Una, S.Ag., MH Selaku Dekan Fakultas Syari‟ah UIN
Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
3. Bapak Agus Salim, M.A., M.IR., Ph. D Wakil Dekan Bidang Akademik.dan
kelembagaan, Bapak Dr. Ruslan Abdul Gani, SH,. MH Wakil Dekan Bidang
Administrasi Umum Keuangan dan Perencanaan, dan Bapak Dr. H. Ishaq, SH,.
M. Hum Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan dan Kerjasama dilingkungan di
Fakultas Syari‟ah UIN Sultahn Thaha Saifuddin Jambi.
Page 8
viii
PERSEMBAHAN
Syukur Alhamdulillah kepada Allah SWT,
karya tulis ini merupakan wujud dari upaya kecil untuk mengharapkan
rahmat dan ridho-Nya. Kulangkahkan kaki saya menuju kesuksesan,benturan
demi benturan terus saya lalui untuk meraih cita-cita yang saya dambakan.
Skripsi ini kupersembahkan kepada kedua orang tua untuk
ayahanda tercinta Aguan dan ibunda tercinta Aslawiyah dengan penuh rasa cinta dan
do‟a restu yang telah membesarkanku dan mendidikku selama ini serta memberi
motivasi dan dukungan untuk kemajuan dalam skripsi
secara moril maupun material.
Buat sahabat terdekat saya Siti rodiah, Saadah, Siti Nurhasanah,Manda lina buat My
Partner Bayu Saputra S.pd, Teman-Teman KKN Posko 17 Gelombang 3 dan lokal IP
G yang selalu memotivasi dan menemani dalam pembuatan skripsi dan keluarga besar
saya yang selalu mendukung dan memberikan do‟a nya dalam menyelesaikan skripsi
ini. Buat teman-teman seperjuangan khususnya Ilmu pemerintahan angkatan 2016,
yang selalu berjasa untuk saya selama masa perjuangan di bangku kuliah sampai saya
menyelesaikan skripsi ini.
Semoga Allah SWT membalas jasa budi kalian dikemudian hari dan diberikan
kemudahan dalam segala hal.
Aamiinn…
Page 9
ix
ABSTRAK
Seli Pitriani : SIP. 162469 “Strategi Pemerintah dalam Penertiban dan Penataan
Pedagang Kaki Lima di Pasar Talang Banjar Kota Jambi Provinsi Jambi” (Studi Di
Pasar Talang Banjar Kota Jambi Provinsi Jambi)
Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui : 1) bagaimana startegi Pemerintah Kota Jambi
dalam Penertiban dan Penataan Pedagang Kaki Lima (PKL), (2) Bagaimana Persepsi
Pedagang Kaki Lima (PKL) terhadap strategi Pemerintah Kota Jambi dalam
Penertiban dan Penataan Pedagang Kaki Lima (PKL) (3) apa kendala yang dihadapi
Pemerintah Kota Jambi dalam Penertiban dan Penataan Pedagang Kaki Lima (PKL) di
pasar talang banjar kota jambi. Skripsi ini menggunakan penelitian Deskriptif
Kualitatif dengan jenis Pendekatan Yuridis Normatif dengan pengumpulan data yang
diperoleh melalui wawancara, Observasi dan Dokumentasi. Dari penelitian yang
dilakukan Penulis, diperoleh hasil kesimpulan: Pertama : Persepsi Pedagang Kaki
Lima terhadap penertiban dan Penataan yang dilakukan oleh Pemerintah Kota dan
Satpol PP bahwa penertiban dan penataan yang dilakukan bagus dan sudah benar
namun ada yang menyatakan tidak bagus karena penggusuran yang dilakukan tidak
merata (tidak adil) dan tidak semua pedagang kaki lima yang ditertibkan. Adapun
faktor yang menyebabkan pedagang kaki lima berjualan di badan jalan yaitu karena
keadaan ekonomi rendah, tidak perlu membayar biaya apapun dan lokasi nya strategis.
Kedua: Hambatan yang di temui di lapangan dalam penertiban dan penataan pedagang
kaki lima pasar talang banjar kota jambi yang dilakukan pemerintah kota dengan
SATPOL PP kota jambi tidak begitu saja selesai dengan mudah dalam penertiban dan
penataan ditemui kendala-kendala yang di hadapi, beberapa kendala tersebut bersal
dari: (1) faktor internal dan (2) faktor eksternal. Ketiga: Upaya-upaya yang dilakukan
pemerintah kota jambi dalam penertiban dan penataan para pedagang kaki lima di
pasar talang banjar yaitu dengan melakukan upaya-upaya sebagai berikut: (1). Upaya
peningkatan strategi kekuatan peluang, dan strategi kekuatan tantangan yang
menunjang tercipta kekuatan dalam meningkatkan kualitas dan strategi operasi.
Kata Kunci : Strategi Pemerintah, Persepsi Pedagang Kaki Lima (PKL), Pasar
Talang Banjar Provinsi Jambi
Page 10
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................................. i
LEMBARAN PERNYATAAN ................................................................................. ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING............................................................................. iii
PENGESAHAN PANITIA UJIAN ........................................................................... iv
MOTTO ...................................................................................................................... v
KATA PENGANTAR ................................................................................................ vi
KATA PERSEMBAHAN .......................................................................................... vii
ABSTRAK .................................................................................................................. ix
DAFTAR ISI ............................................................................................................... x
DAFTAR SINGKATAN ............................................................................................ xi
DAFTAR TABEL....................................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR .................................................................................................. xiii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang ......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ..................................................................................... 5
C. Batasan Masalah ........................................................................................ 5
D.Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................................. 6
E. Kerangka Teori .......................................................................................... 7
F. Tinjauan Pustaka ....................................................................................... 20
BAB II METODE PENELITIAN
A.Tempat dan Waktu Penelitian .................................................................. 23
B. Jenis Penelitian dan Pendekatan Penelitian ............................................... 23
C. Jenis dan Sumber Data .............................................................................. 24
D.Instrumen Pengumpulan Data ................................................................... 25
E. Unit Analisis .............................................................................................. 27
F. Tehnik Analisis Data ................................................................................. 28
G. Jadwal Penelitian ...................................................................................... 29
Page 11
xi
BAB III GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
A. Sejarah Pasar Talang Banjar ................................................................... 31
B. Tugas Fungsi dan Struktur Dinas Perindustrian dan Perdagangan. ......... 32
BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN
A. Strategi Pemerintah Kota Jambi dalam Penertiban dan Penataan
PKL………………………………………………..............…….…….52
B. Persepsi Pedagang Kaki Lima (PKL) Terhadap strategi pemerintah kota
jambi dalam penertiban dan penataan Pedagang Kaki Lima (PKL). …..65
C. Kendala yang dihadapi Pemerintah Kota Jambi dalam Penertiban dan
Penataan Pedagang Kaki Lima (PKL) di Pasar Talang Banjar Kota
Jambi. ........................................................................................... ……..80
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan................................................................................................ 88
B. Saran .......................................................................................................... 89
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
CURRICULUM VITAE
Page 12
xii
DAFTAR SINGKATAN
QS : Quran Surah
SAW : Sallallahu „Alaihi Wasallam
SWT : Subhanahuwata‟ala
UUD : Undang-Undang Dasar
NKRI : Negara Kesatuan Republik Indonesia
PKL : Pedagang Kaki Lima
UU : Undang-Undang
Satpol PP : Satuan Polisi Pamong Praja
KBBI : Kamus Besar Bahasa Indonesia
Pemda : Pemerintah Daerah
DPRD : Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
Disperindag : Dinas Perindustrian dan Perdagangan
RT : Rukun Tetangga
DPP : Dinas Pengelolaan Pasar
SKPD : Satuan Kerja Perangkat Daerah
PAD : Pendapatan Asli Desa
PPNS : Penyidik Pegawai Negeri Sipil
Permendagri : Peraturan Menteri dalam Negeri
SDM : Sumber Daya Manusia
STS : Sulthan Thaha Saifuddin Jambi
Page 13
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 : Struktur Organisasi Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota
Jambi……………..... .................................................................. 51
Page 14
1
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pedagang kaki lima atau disebut PKL adalah istilah untuk menyebut
pejajah dagangan yang melakukan kegiatan komersial di atas daerah milik jalan (
trotoar) dan tidak menetap dengan menggunakan peralatan bergerak maupun tidak
bergerak. Sementara itu, asal usul mengenai mengenai pedagang kaki lima
pertama kali di zaman penjajahan belanda. Konon penyebutan trotoar di zaman
belanda dulu di sebut dengan istilah 5 feet karena standar minimal trotoar adalah
sepanjang 5 kaki/ 15 meter. Di karenakan kebiasaan menerjemahkan sebuah kosa
kata atau istilah yang terdiri dari dua suku kata asing kedalam bahasa Indonesia
dengan cara membalik arti kata, maka istilah 5 feet tidak di terjemahkan 5 kaki
tetapi kaki lima.2
Berbicara tentang Pedagang Kaki Lima (PKL) yang demikian populer ada
pihak yang pro/ mendukung dan yang kontra/menentang. Pihak yang pro
memandang dari sudut arti yang positif bahwa PKL dapat menjadi sumber
pendapatan asli daerah (PAD) bagi pemerintah daerah, PKL sebagai awal
seseorang bekerja, menampakkan sifatnya yang tahan pada masa krisis sekaligus
sebagai peluang kerja/memberikan lapangan pekerjaan dari sekian banyak
penganggur. Para penganggur ini mencoba berkreasi, berwirausaha dengan modal
sendiri bahkan tanpa modal (uang).
2 http//mujibsite.wordpress.com/2009/08/14/sejarah-pedagang-kaki-lima-pkl/
Page 15
2
Pihak yang kontra, tidak mendukung dengan sudut pandang negatif
berpendapat membiarkan keberadaan PKL sama artinya dengan melanggengkan
kemiskinan, memperbesar ruang kriminalitas, PKL sumber gangguan ketertiban.
Kebanyakan PKL tidak menghiraukan tata tertib, kebersihan, dimana ada PKL
disana timbul kesemrawutan, kotor, kumuh, banyak sampah. Dengan kata lain
menimbulkan permasalahan berkaitan dengan usaha pengembangan tata ruang
kota karena ketidaktertibannya sebagai akibat sulitnya mengendalikan
perkembangan sektor informal ini.3
Di sebagian besar kota di Indonesia, sudah lumrah sekali trotoar di
gunakan untuk menjemput rizki oleh para pedagang, tidak terkecuali dikota
jambi, beberapa wilayah di kota jambi terdapat pedagang kaki lima (PKL) yang
penulis pikir mampu membantu perekonomian kota jambi atau setidaknya
mengurangi jumlah pengangguran, dalam penjelasan UU. No. 9 Tahun 1995
tentang usaha kecil, disebutkan bahwa usaha kecil (termasuk pedagang kaki lima)
merupakan kegiatan usaha yang mampu memperluas lapangan kerja dan
memberikan pelayanan ekonomi yang luas pada masyarakat dan berperan dalam
proses pemerataan dan peningkatan pendapatan masyarakat serta mendorong
pertumbuhan ekonomi dan berperan dalam mewujudkan stabilitas nasional pada
umumnya dan stabilitas ekonomi pada khususnya.4 Tentu dalam Al-Qur‟an
hukum berdagang adalah di perbolehkan, seperti pada QS An-nisaa‟ : 29, yang
berbunyi:
3 Damai Magdalena, Jorawati Simarmata, “Penataan Dan Pemberdayaan Pedagang Kaki
Lima Dari Janji Politik Pemilihan Kepala Daerah Serentak Tahun 2017 Dan Urgensinya Dalam
Pembentukan Peraturan Daerah”, Jurnal Legislasi Indonesia, Vol. 14 No. 02, 2017 hlm 211-212 4 Undang-Undang RI Nomor 9 Tahun 1945 tentang usaha Kecil
Page 16
3
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling
memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan
perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka diantara kamu”.5
Dengan ayat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa jual beli/berdagang
tentu di perbolehkan, asal tetap sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Adanya Permendagri No 41 tahun 2012 tentang pedagang kaki lima (PKL)
sangat jelas mengatur tentang pedoman penataan dan pemberdayaan pedagang
kaki lima (PKL) sebagaimana disebutkan dalam pasal 2 yang menyatakan bahwa
menteri berwenang melakukan pembinaan dalam penataan dan pemberdayaan
PKL. Disebutkan juga dalam pasal yang sama dalam poin kedua bahwa gubernur
dan bupati/walikota wajib melakukan penataan dan pemberdayaan pedagang kaki
lima (PKL).6 Selain itu juga disebutkan kembali dalam Peraturan Walikota Nomor
28 Tahun 2016 Tentang Penataan dan Pemberdayaan Pedagang Kaki Lima.
Keberadaan PKL di kota jambi bukan lah tanpa sebab, maraknya PKL
yang menjajakan dagangannya seiring sejalan dengan perkembangan populasi
manusia perkotaan yang kian meningkat tanpa diimbangi dengan ketersediaan
lapangan pekerjaan maupun sumber mata pencaharian lainnya. PKL seolah
menjadi momok bagi pemerintah kota dalam melakukan penataaan kota.
Kehadirannya yang berserakan di mana-mana, di setiap sudut kota, bahu jalan,
5 Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Surakarta: Cv. Al-Hannan, 2009), hlm 83
6 Permendagri No 41 Tahun 2012 Tentang Pedagang Kaki Lima
Page 17
4
emperan toko, sekitar mall, dan sebagainya seolah telah memperburuk citra
sebagai kota metropolitan. Itulah sebabnya, selalu saja muncul fenomena tersebut
kemudian berimplikasi bagi lahirnya berbagai perlawanan-perlawanan tersebut
bisa saja dilakukan secara kolektif, maupun secara individual.
Sebelum diadakannya Penertiban dan Penataan Pedagang Kaki Lima Oleh
Pemerintah Kota Jambi keadaan Pedagang sangat tidak teratur karena dengan
adanya Pedagang Kaki Lima tersebut sangat mengganggu aktifitas lalu lintas dan
sangat sering menyebabkan kemacetan disepanjang jalan karena banyaknya
Pedagang Kaki Lima yang berjualan disepanjang bahu jalan.
Upaya dalam melakukan penertiban dan penataan dan sudah cukup sering
dilakukan oleh pemerintah Kota jambi. Khususnya, ditangani oleh Pasar Kota
dan Satuan Petugas Polisi Pamong Praja (Satpol PP) . Meski begitu sulit untuk
melakukan penataan sampai benar-benar rapih. PKL masih berdagang ditempat
yang tidak semestinya.
Pemerintah kota jambi perlu untuk membangun hubungan yang baik
dengan Pedagang Kaki Lima agar program penataan penertiban dan PKL bisa
disosialisasikan dan terealisasikan. Melalui komunikasi pembangunan yang
bertujuan sebagai suatu aktivitas pertukaran pesan secara timbal balik, khususnya
antara masyarakat dan pemerintah yang dimana terlibat langsung dalam usaha
pembangunan sejak dari proses perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian terhadap
pembangunan.
Setelah diadakannya kegiatan Penertiban dan Penataan Pedagang Kaki
Lima oleh Pemerintah Kota Jambi keadaan sepanjang jalan di pasar talang banjar
Page 18
5
Kota Jambi menjadi lebih tertib sudah tidak terlihat lagi kemacetan disepanjang
jalan dan arus lalu lintas menjadi lebih lancar.
Berdasarkan uraian di atas maka penulis merasa tertarik untuk meneliti
lebih lanjut dalam bentuk karya ilmiah (skripsi) yang berjudul: ” Strategi
Pemerintah Dalam Penertiban dan Penataan Pedagang Kaki Lima Di Pasar
Talang Banjar Kota Jambi Provinsi Jambi”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan masalah yang akan
dijawab dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana strategi pemerintah kota Jambi dalam penertiban dan penataan
pedagang kaki lima (PKL)?
2. Bagaimana persepsi pedagang kaki lima (PKL) terhadap strategi pemerintah
kota Jambi dalam penertiban dan penataan pedagang kaki lima (PKL)?
3. Apa kendala dan upaya yang dilakukan pemerintah kota Jambi dalam
penertiban dan penataan pedagang kaki lima (PKL) di pasar talang banjar kota
Jambi.
C. Batasan Masalah
Batasan masalah merupakan salah satu langkah untuk memberikan arah
yang hendak diteliti menjadi jelas dan mudah dipahami. Selain itu, batasan
masalah dalam penelitian juga diperlukan untuk lebih memusatkan perhatian pada
permasalahan yang hendak diteliti. Agar pembahasan ini tepat sasaran dan tidak
terlalu meluas serta keluar dari jalur judul maka peneliti membatasinya hanya
Page 19
6
pada bagaimana Strategi Pemerintah dalam hal Penertiban dan Penataan Pedagang
Kaki Lima di Pasar Talang Banjar Kota Jambi.
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui strategi pemerintah kota Jambi dalam penertiban dan
penataan pedagang kaki lima (PKL)
2. Untuk mengetahui persepsi pedagang kaki lima (PKL) terhadap strategi
pemerintah kota Jambi dalam penertiban dan penataan pedagang kaki lima
(PKL)
3. Untuk mengetahui kendala dan upaya yang dilakukan pemerintah kota
Jambi dalam penertiban dan penataan pedagang kaki lima (PKL)
Sedangkan manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Manfaat teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memperkaya kajian
kepustakaan mengenai strategi pemerintah kota Jambi dalam penertiban
dan penataan pedagang kaki lima (PKL).
2. Manfaat praktis, penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sumbangan
pemikiran bagi pemerintah dan masyarakat yang ingin memahami
bagaimana strategi pemerintah kota Jambi dalam penertiban dan penataan
pedagang kaki lima (PKL)
3. Penelitian ini dapat menjadi bahan bacaan untuk Fakultas Syari‟ah
khususnya jurusan Ilmu Pemerintahan dan dosen-dosen Fakultas Syari‟ah
lainnya.
Page 20
7
4. Sebagai syarat untuk memperoleh gelar sarjana strata satu (S1) Ilmu
Pemerintahan Fakultas Syariah UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
E. Kerangka Teori
Dalam rangka penyusunan skripsi ini maka penulis menggunakan
seperangkat teori yang merupakan sebuah pijakan bagi penulis dalam penelitian
ilmiah agar dapat mengamati, meneliti dan menelaah gejala serta peristiwa yang
akan diangkat dari lapangan dengan berdasarkan teori-teori yang dapat
memudahkan penulis untuk mengukur ketimpangan yang terjadi di lapangan dari
yang seharusnya dan sebaiknya menurut teori-teori tersebut.
Adapun teori-teori lainnya yaitu:
1. Manajemen Strategi
Strategi pada hakikatnya adalah perencanaan (planning) dan manajemen
(management) untuk mencapai suatu tujuan. Akan tetapi, untuk mencapai tujuan
tersebut, strategi tidak berfungsi sebagai peta jalan yang hanya menunjukkan arah,
melainkan harus mampu menunjukan bagaimana taktik operasional. Menurut
Rusaday Ruslan, strategi adalah memutuskan apa yang harus dikerjakan dalam
langkah-langkah tertentu dalam proses manajemen dimulai dengan penentuan
suatu rencana (plan), dimana rencana tersebut merupakan produk dari suatu
perencanaan (planning), yang pada akhirnya perencanaan adalah salah satu fungsi
dasar dari proses manajemen.
Menurut Johnson, keputusan strategis menaruh perhatian pada ruang
lingkup aktivitas organisasi, penyesuaian aktivitas organisasi dan lingkungannya.
Alokasi dan realokasi sumber daya utama dalam organisasi, nilai, harapan dan
Page 21
8
tujuan dari srategis yang berpengaruh, serta implikasi perubahan operasional pada
seluruh organisasi. Sehingga dapat dikatakan bahwa manajemen strategis adalah
suatu proses yang dalam setiap tahapnya memerlukan partisipasi dari semua
pihak, dan pertanggung jawaban dari pemimpin. Dengan demikian manajemen
strategis meliputi penetapan kerangka kerja untuk melaksanakan berbagai proses
tersebut.
Manajemen strategis juga memiliki definisi yang bermacam-macam yakni
suatu proses berkesinambungan yang membuat organisasi secara keseluruhan
dapat match dengan lingkungannya, atau dengan kata lain organisasi secara
keseluruhan dapat selalu responsive terhadap perubahan-perubahan di dalam
lingkungannya baik bersifat internal maupun eksternal. Kombinasi ilmu dan seni
untuk mempormulasikan, mengimplementasikan dan mengevaluasi keputusan
yang bersifat cross- fungsional yang memungkinkan organisasi mencapai
tujuannya.
Usaha untuk mengembangkan kekuatan yang ada di perusahaan untuk
menggunakan atau menangkap peluang bisnis yang muncul guna mencapai tujuan
perusahaan yang telah ditetapka sesuai misi yang telah ditentukan. Dari defisi
tersebut tampak ada beberapa kesamaan dasar yang bisa ditangkap, yaitu adanya
tujuan yang ingin dicapai, perubahan lingkungan yang harus diantisipasi serta
strategi yang harus diimplementasikan.7
7 Crown Dirgantoro,Manajemen Stratejik Konsep, Kasus dan Implementasi,(Jakarta: PT
Grasindo, 2001), hlm 9
Page 22
9
2. Pemerintah Kota (Daerah)
Dalam kamus besar bahasa Indonesia (KBBI) kata pemerintah berarti
sistem, menjalankan wewenang dan kekuasaan mengatur kehidupan sosial,
ekonomi, dan politik suatu Negara atau bagian-bagiannya; kelompok orang yang
secara bersama-sama memikul tanggung jawab terbatas untuk menggunakan
kekuasaan.8
Government dari bahasa inggris dan Government dari bahasa perancis
yang keduanya berasal dari bahasa latin, yaitu Gubernaculum, yang berarti
kemudi, tetapi diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia menjadi Pemerintah atau
Pemerintahan dan terkadang juga menjadi penguasa. Pemerintahan dalam arti luas
adalah segala kegiatan badan-badan public yang meliputi kegiatan legislatif,
eksekutif, dan yudikatif dalam usaha mencapai tujuan Negara. Sebaliknya C.F.
Strong berpendapat, pemerintahan dalam arti sempit adalah segala kegiatan
badan-badan public yang hanya meliputi kekuasaan eksekutif.9
Pemerintah bisa kita artikan sebagai orang atau sekelompok orang yang
memiliki kekuasaan untuk memerintah, atau lebih mudah lagi adalah orang atau
sekelompok orang yang memberikan perintah. Akan tetapi, secara keilmuan,
pemerintah diartikan dalam beberapa definisi, antara lain ada yang mendefinisikan
sebagai lembaga atau badan publik yang mempunyai fungsi dan tujuan negara,
ada pula yang mendefinisikan sebagai sekumpulan orang-orang yang mengelola
8 Hasan Alwi, Kamus Besar Bahasa Indonesia,(Jakarta: Balai Pustaka, 2001), hlm 859
9 Dr. Andriansyah.,M.Si,Administrasi Pemerintah Daerah Dalam Analisa,(Jakarta:
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Prof. Dr. Moestopo Beragama, 2015), hlm 15
Page 23
10
kewenangan, melaksanakan kepemimpinan dan koordinasi pemerintah serta
pembangunan masyarakat dari lembaga-lembaga di mana mereka ditempatkan.10
Perubahan keempat UUD 1945 menyatakan mengenai bentuk dan susunan
pemerintahan daerah dalam kerangka Negara Republik Indonesia. Pasal 18 ayat
(1) berbunyi : Negara Kesatuan Repulik Indonesia dibagi atas daerah-daerah
provinsi dan daerah provinsi itu dibagi atas kabupaten dan kota, yang tiap-tiap
provinsi, kabupaten, dan kota itu mempunyai pemerintahan daerah yang diatur
Undang-Undang.
Sedang Pasal 18 ayat (5) UUD 1945 menyebutkan bahwa: Pemerintah
daerah merupakan daerah otonomi yang dapat menjalankan urusan pemerintahan
dengan seluas-luasnya serta mendapat hak untuk mengatur kewenangan
pemerintahan kecuali urusan pemerintahan yang oleh undang-undang ditentukan
sebagai urusan pemerintahan pusat.11
Definisi Pemerintahan Daerah di dalam UU No. 32 Tahun 2004 tentang
pemerintahan daerah pasal 1 ayat 2, adalah sebagai berikut: Pemerintahan Daerah
adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh pemerintahan daerah dan
DPRD menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi yang
seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia
sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945.
Melihat definisi pemerintahan daerah seperti yang telah dikemukakan di
atas, maka yang dimaksud pemerintahan daerah adalah penyelenggaraan daerah
10
Ibid., hlm 16 11 Undang-Undang No 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah Pasal 1 dan 2
Page 24
11
otonom oleh pemerintah daerah dan DPRD menurut asas desentralisasi di mana
unsur penyelenggara pemerintah daerah adalah Gubernur, Bupati, atau Walikota,
dan perangkat daerah.12
3. Penertiban dan Penataan Pedagang Kaki Lima (PKL)
a. Penertiban Pedagang Kaki Lima (PKL)
Kata penertiban berasal dari kata dasar tertib, yang diberi awalan pe- dan
akhiran –kan yang berarti aturan atau peraturan yang baik. Di dalam peraturan
pemerintah Nomor 32 tahun 2004 tentang pedoman polisi pamong praja, yang
dimaksud penertiban adalah “ Tindakan dalam rangka menumbuhkan kataatan
warga masyarakat agar tidak melanggar ketentraman dan ketertiban umum serta
Peraturan Daerah dan Keputusan Kepala Daerah. Tujuan penertiban adalah untuk
menghilangkan atau mengurangi segala bentuk ancaman dan gangguan terhadap
ketertiban dalam masyarakat, serta menjaga agar roda pemerintahan dan peraturan
perundang-undangan daerah dapat berjalan dengan lancar, sehingga pemerintah
dan masyarakat dapat melakukan kegiatan secara aman, tertib teratur dalam
menciptakan ketahanan nasional.
Penertiban terhadap sektor pedagang kaki lima diarahkan guna :
1. Optimalisasi pendayagunaan tempat-tempat penampungan usaha informal
yang disediakan dan ditunjuk oleh Pemerintah Kota, seperti lokasi lahan
parkir pertokoan, terminal yang beralih fungsi sebagai tempat berjualan.
2. Terhindarnya disfungsional sarana-sarana perkotaan dari dampak negative
kegiatan sektor informal pedagang kaki lima.
12
Ibid., hlm 17-18
Page 25
12
Sedangkan kebijaksanaan penertiban menurut William Dun diarahkan
kepada tercapainya hal-hal sebagai berikut :
1. Penempatan sektor informal pedagang kaki lima tidak resmi ke pasar pasar
tradisional maupun ke embrio pasar.
2. Penempatan ke lahan-lahan baru yang telah disediakan.
3. Penempatan ke lokasi pertokoan, pusat perbelanjaan atau mall-mall yang
memungkinkan.
4. Pembinaan manajemen usaha-usaha serta pemberian penyuluhan.13
1. Penataan Pedagang Kaki Lima (PKL)
Dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 41 Tahun 2012 tentang
Pedoman Penataan dan Pemberdayaan Pedagang Kaki Lima, dijelaskan bahwa
Penataan pedagang kaki lima adalah upaya yang dilakukan oleh pemerintah
daerah melalui penetapan lokasi binaan untuk melakukan penetapan, pemindahan,
penertiban dan penghapusan lokasi pedagang kaki lima dengan memperhatikan
kepentingan umum, sosial, estetika, kesehatan, ekonomi, keamanan, ketertiban,
kebersihan lingkungan dan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Menurut Mc Gee dan Yeung pola ruang aktivitas PKL sangat dipengaruhi
oleh aktivitas sektor formal dalam menjaring konsumennya. Lokasi PKL sangat
dipengaruhi oleh hubungan langsung dan tidak langsung dengan berbagai kegiatan
formal dan kegiatan informal atau hubungan PKL dengan konsumennya. Untuk
dapat mengenali penataan ruang kegiatan PKL, maka harus mengenal aktivitas
13
Skripsi dari Hendrizal., M, Mahasiswa, Universitas Islam Negeri Sultan Riau (2012),
“Peranan Dinas Pengelolaan Pasar Dalam Penertiban Pedagang Kaki Lima” hlm 14-16
Page 26
13
PKL melalui pola penyebaran, pemanfaatan ruang berdasarkan waktu berdagang
dan jenis dagangan serta sarana berdagang.
Komponen penataan ruang sektor informal, antara lain meliputi:
1. Berdasarkan hasil studi oleh Ir. Geonadi Malang Joedo, penentuan lokasi
yang diminati oleh sektor informal atau pedagang kaki lima adalah sebagai
berikut:
a) Terdapat akumulasi orang yang melakukan kegiatan bersama-sama
pada waktu yang relatif sama, sepanjang hari.
b) Mempunyai kemudahan untuk terjadi hubungan antara pedagang kaki
lima dengan calon pembeli, walaupun dilakukan dalam ruang relatif
sempit.
c) Tidak memerlukan ketersediaan fasilitas dan utilitas pelayanan umum.
Mc. Gee dan Yeung menyatakan bahwa PKL beraglomerasi pada simpul-
simpul pada jalur pejalan yang lebar dan tempat-tempat yang sering dikunjungi
orang dalam jumlah besar yang dekat dengan pasar publik, terminal, daerah
komersial.
b. Waktu Berdagang
Menurut McGee dan Yeung dari penelitian di kota kota di Asia Tenggara
menunjukkan bahwa pola aktivitas PKL menyesuaikan terhadap irama dari ciri
kehidupan masyarakat sehari-hari. Penentuan periode waktu kegiatan PKL
didasarkan pula atau sesuai dengan perilaku kegiatan formal. Di mana perilaku
kegiatan keduanya cenderung sejalan, walaupun pada saat tertentu kaitan aktivitas
keduanya lemah atau tidak ada hubungan langsung antara keduanya.
Page 27
14
c. Sarana fisik dan jenis dagangan
Sarana fisik perdagangan dan jenis dagangan menurut McGee dan Yeung
sangat dipengaruhi oleh sifat pelayanan PKL. Masing-masing jenis bentuk sarana
berdagang, memiliki ukuran yang berbeda beda, sehingga berbeda pula ukuran
ruang yang diperlukan. Besaran ruang mempengaruhi dalam pengaturan dan
penataan ruang untuk PKL.
d. Pola penyebaran PKL dan Pola Pelayanan PKL
1. Pola penyebaran
Menurut Mc Gee dan Yeung (1977:76) pola penyebaran PKL
dipengaruhi oleh aglomerasi dan aksesibilitas.
a) Aglomerasi, aktivitas PKL selalu akan memanfaatkan aktivitas-aktivitas di
sek tor formal dan biasanya pusat-pusat perbelanjaan menjadi salah satu
daya tarik lokasi sektor informal untuk menarik konsumennya. Adapun
cara PKL menarik konsumen dengan cara berjualan berkelompok
(aglomerasi). Para PKL cenderung melakukan kerjasama dengan pedagang
PKL lainnya yang sama jenis dagangannya atau saling mendukung seperti
penjual makanan dan minuman.
b) Aksesibilitas, para PKL lebih suka berlokasi di sepanjang pinggir jalan
utama dan tempat-tempat yang sering dilalui pejalan kaki
2. Pola Pelayanan
Pola Pelayanan PKL Menurut Mc Gee dan Yeung sifat pelayan
PKL digolongkan menjadi :
Page 28
15
a) Unit PKL tidak menetap, Unit ini ditunjukkan oleh sarana fisik
perdagangan yang mudah dibawa, atau dengan kata lain ciri utama dari
unit ini adalah PKL yang berjualan bergerak dari satu tempat ke tempat
lain. Biasanya bentuk sarana fisik perdagangan berupa kereta dorong,
pikulan / keranjang
b) Unit PKL setengah menetap ciri utama unit ini adalah PKL yang pada
periode tertentu menetap pada suatu lokasi kemudian bergerak setelah
waktu berjualan selesai (pada sore hari atau malam hari). Sarana fisik
berdagang berupa kios beroda, jongko atau roda/kereta beratap.
Unit PKL menetap ciri utama unit ini adalah PKL yang berjualan
menetap pada suatu tempat tertentu dengan sarana fisik berdagang berupa
kios atau jongko/roda/kereta beratap.14
4. Pedagang Kaki Lima (PKL)
Pedagang kaki lima (PKL) adalah pedagang yang menjual barang
dagangannya di pinggir jalan atau tempat umum. Selain itu Pedagang Kaki Lima
atau disingkat PKL biasa juga diartikan sebagai istilah untuk menyebut penjaja
dagangan yang menggunakan gerobak. Istilah itu sering ditafsirkan karena jumlah
kaki pedagangnya ada lima. Lima kaki tersebut adalah dua kaki pedagang
ditambah tiga “kaki” gerobak (yang sebenarnya adalah tiga roda atau dua roda dan
satu kaki).
Saat ini istilah PKL juga digunakan untuk pedagang di jalanan pada
umumnya. Definisi PKL Menurut Karafir dalam Ali dan Syamsu Alam “Bahwa
14
Skripsi dari Dwi Safitri Mahasiswi, Universitas Hasanuddin Makasar (2015) “Analisis
Penataan Pedagang Kaki Lima Di Kabupaten Maros” hlm 17-25
Page 29
16
pedagang kaki lima adalah pedagang kecil yang berjualan di suatu tempat umum
seperti tepi jalan, taman-taman, emper toko dan pasar pasar tanpa izin usaha dari
pemerintah”. Bertolak dari penyataan tersebut bahwa pedagang kaki lima adalah
mereka yang berusaha di tempat-tempat umum dan tidak mendapat izin dari
pemerintah. Pemerintah Indonesia menganggap bahwa keberadaan pedagang kaki
lima mengganggu kenyamanan pengguna kota atau kawasan karena melakukan
kegiatan ekonomi terhadap kepentingan umum sehingga dilakukan penanganan
dan penertiban yang khusus ke tempat – tempat yang selayaknya untuk para
sektor informal khususnya di Indonesia.
Dari hasil penelitian oleh Soedjana (1981) secara spesifik yang di maksud
pedagang kaki lima adalah sekelompok orang yang menawarkan barang dan jasa
untuk di jual diatas trotoar atau tepi/ di pinggir jalan, di sekitar pusat perbelanjaan
/pertokoan,pusat rekreasi atau hiburan, pusat perkantoran dan pusat pendidikan,
baik secara menetap ataupun tidak menetap, berstatus tidak resmi atau setengah
resmi dan dilakukan baik pagi, siang, sore maupun malam hari.
Ciri-ciri/sifat pedagang kaki lima:
1. Pada umumnya tingkat pendidikannnya rendah.
2. Memiliki sifat spesialis dalam kelompok barang/jasa yang diperdagangkan.
3. Barang yang diperdagangkan berasal dari produsen kecil atau hasil produksi
sendiri.
4. Pada umumnya modal usahanya kecil, berpendapatan rendah, erta kurang
mampu memupuk dan mengembangkan modal.
5. Hubungan pedagang kaki lima dengan pembeli bersifat komersial.
Page 30
17
Disisi lain dikatakan beberapa ciri-ciri PKL yang menyambung pernyataan
diatas yaitu:
1. Pola kegiatan tidak teratur baik dalam hal waktu, permodalan maupun
penerimaannya
2. Tidak tersentuh oleh peraturan-peraturan atau kententuan-ketentuan yang
ditetapkan oleh pemerintah (sehingga kegiatannya dikategorikan (“liar”)
3. Modal, peralatan dan perlengkapan maupun omzetnya biasanya kecil dan
diusahakan dasar hitung harian
4. Pendapatan mereka rendah dan tidak menentu
5. Tidak mempunyai tempat yang tetap dan atau keterikatan dengan usaha-usaha
lain.
6. Umumnya dilakukan oleh dan melayani golongan masyarakat yang
berpenghasilan rendah
7. Tidak membutuhkan keahlian dan ketrampilan khusus sehingga secara luas
dapat menyerap bermacam-macam tingkatan tenaga kerja
8. Umumnya tiap-tiap satuan usaha yang memperkerjakan tenaga yang sedikit
dan dari lingkungan keluarga, kenalan atau berasal dari daerah yang sama.
9. Tidak mengenal sistem perbankan, pembukuan, perkreditan
Adapun peranan pedagang kaki lima dalam perekonomian antara lain:
1. Dapat menyebarluaskan hasil produksi tertentu.
2. Mempercepat proses kegiatan produksi karena barang yang dijual cepat laku.
Page 31
18
3. Membantu masyarakat ekonomi lemah dalam pemenuhan kebutuhan dengan
harga yang relatif murah.
4. Mengurangi pengangguran.
Kelemahan pedagang kaki lima adalah:
1. Menimbulkan keruwetan dan kesemrawutan lalu lintas.
2. Mengurangi keindahan dan kebersihan kota/wilayah.
3. Mendorong meningkatnya urbanisasi
4. Mengurangi hasil penjualan pedagang toko.
Keberadaan pedagang kaki lima (PKL) memang selalu dipermasalahkan
oleh pemerintah karena ada beberapa alasan, yaitu diantaranya:
1. Penggunaan ruang publik oleh PKL bukan untuk fungsi semestinya karena
dapat membahayakan orang lain maupun PKL itu sendiri.
2. PKL membuat tata ruang kota menjadi kacau.
3. Keberadaan PKL tidak sesuai dengan visi kota yaitu yang sebagian besar
menekankan aspek kebersihan, keindahan dan kerapihan kota.
4. Pencemaran lingkungan yang sering dilakukan oleh PKL.
5. PKL menyebabkan kerawanan sosial.
Meskipun banyak yang beranggapan bahwa PKL merupakan suatu
komunitas pengganggu ketertiban, tidak selamanya anggapan tersebut benar. PKL
juga dapat bersifat mandiri dalam menjalankan usahanya, bahkan dapat dikatakan
jika PKL tersebut cenderung kreatif dengan memunculkan terobosan baru yang
unik dalam usaha pengembangan dagangannya. Kemandirian PKL dinilai dapat
memacu pendapatan mereka yang semula rendah menjadi menengah.Kegiatan
Page 32
19
perdagangan disini juga membuka kesempatan kerja bagi pelaku-pelaku lainnya
untuk berusaha. Bukan hanya untuk memandirikan kehidupan PKL itu sendiri,
akan tetapi dalam prakteknya PKL merupakan salah satu penyumbang perputaran
ekonomi di suatu daerah. Walaupun unit usahanya kecil, namun apabila PKL
dikumpulkan akan mempunyai nilai tinggi bagi perkembangan ekonomi daerah.
Sebagai suatu bentuk usaha yang dijalankan oleh masyarakat, ”PKL mempunyai
karakteristik, diantaranya adalah:
a. Modal usaha terbatas/kecil
b. Waktu tidak teratur
c. Tempat tidak permanen
d. Pelanggan pada umumnya menengah kebawah
e. Tidak ada keterkaitan dengan usaha lain dan bersifat kompetitif”
Bagaimanapun juga PKL adalah warga negara yang harus dilindungi hak-
haknya, hak untuk hidup, bebas berkarya, berserikat dan berkumpul. Seperti
tercantum dalam UUD 45 Pasal 27 ayat (2): Tiap-tiap warga Negara berhak atas
pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan, dan Pasal 13 UU
nomor 09/1995 tentang usaha kecil : Pemerintah menumbuhkan iklim usaha
dalam aspek perlindungan, dengan menetapkan peraturan perundang-undangan
dan kebijaksanaan untuk: Menentukan peruntukan tempat usaha yang meliputi
pemberian lokasi di pasar, ruang pertokoan, lokasi sentra industri, lokasi pertanian
rakyat, lokasi pertambangan rakyat, dan lokasi yang wajar bagi pedagang kaki
lima, serta lokasi lainnya. Memberikan bantuan konsultasi hukum dan pembelaan.
Page 33
20
F. Tinjauan Pustaka
Dalam proses pembuatan skripsi ini, tinjauan pustaka sangat dibutuhkan
dalam rangka menambah wawasan terhadap masalah yang akan diteliti, oleh
karena itu maka sebelum meneliti, peneliti melakukan tinjauan pustaka mengenai
penelitian sebelumnya yang terkait dengan judul mengenai Strategi Pemerintah
Dalam Penertiban dan Penataan Pedagang Kaki Lima di Pasar Talang Banjar Kota
Jambi. Tulisan skripsi yang terkait dengan penelitian ini adalah:
1. Penelitian yang ditulis oleh Joni Prasetyo yang berjudul “ Peran Dinas
Perindustrian dan Perdagangan Dalam Pelaksanaan Penataan
Pedagang Kaki Lima Di Pasar Angso Duo Baru Jambi ” ia
menyimpulkan bahwa Penataan Pedagang Kaki Lima cukup terealiasi
dengan baik dimana sebagian besar pedagang tidak lagi berjualan diluar
pasar karena telah direlokasi kedalam pasar. Upaya yang dilakukan
yakni melakukan tempat usaha dan pengawasan adapun faktor pendukug
dalam pelaksanaan penataan pedagang Kaki Lima tersebut yaitu adanya
peraturan Daerah Kota Jambi Nomor 12 Tahun 2016 Tentang Penataan
dan Pemberdayaan Pedagang Kaki Lima.15
2. Penelitian yang ditulis oleh Habib Zarkasih Daulay, yang berjudul “
Upaya Satuan Polisi Pamong Praja Dalam Penertiban Pedagang
Kaki Lima di Pasar Talang Banjar Kota Jambi ” ia menyimpulkan
bahwa Pertama, peran Satpol PP Kota Jambi sebagai pelaksana
15
Joni Prasetyo, Peran Dinas Perindustrian dan Perdagangan Dalam Pelaksanaan
Penataan Pedagang Kaki Lima Di pasar Angso Duo Baru Jambi, Skripsi Ekonomi dan Bisnis
Islam, Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi, (2016)
Page 34
21
ketertiban dan keamanan Satpol PP mempunyai fungsi: penyelenggaraan
sosialisasi dan penertiban sesuai dengan Peraturan Daerah Nomor 12
Tahun 2016 dan Peraturan Walikota No 32 Tahun 2004. Kedua, adapun
hambatan yang ditemui dilapangan dalam menertibkan Pedagang Kaki
Lima yaitu berasal dari: (1) faktor internal dan (2) Faktor Eksternal.
Ketiga, adapun upaya-upaya yang dilakukan pihak Satpol PP Kota Jambi
dalam menertibkan para pedagang kaki lima dipasar talang banjar yaitu
dengan melakukan upaya-upaya yang menunjang tercipta kekuatan
dalam meningkatkan kualitas dan strategi operasi.16
3. Jurnal yang ditulis oleh Kurnia Muhammad Ramdani dkk “Pemantauan
Kebijakan Penataan Pedagang Kaki Lima Di Kecamatan Garut
Kota Oleh Tim Penataan dan Pemberdayaan Pedagang Kaki Lima
Kabupaten Garut” Berdasarkan hasil penelitian yang telah Penulis
paparkan pada bab sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa Pemantauan
Kebijakan Penataan Pedagang Kaki Lima di Kecamatan Garut Kota oleh
Tim Penataan dan Pemberdayaan Pedagang Kaki Lima Kabupaten Garut
tidak efektif, karena Pemantauan Kebijakan hanya dimaknai secara
harfiah, dalam menghasilkan informasi pun tidak melakukan elaborasi
yang mendalam, seperti pada aspek Kepatuhan, Pemeriksaan, Akuntansi,
dan/ atau Eksplanasi. Dampak dari Pemantauan Kebijakan yang hanya
dimaknai secara harfiah adalah pada pelaksanaannya belum memiliki
pedoman yang baku, sehingga tidak dapat diidentifikasi penyebab dari
16
Habib Zarkasi Daulay, Upaya Satuan Polisi Pamong Praja dalam Penertiban
Pedagang Kaki Lima Di Pasar Talang Banjar Kota Jambi, Skripsi Fakultas Syariah Universitas
Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi , Jambi, 2017
Page 35
22
permasalahan-permasalahan yang terjadi di lapangan, informasi yang
dihasilkan dari proses Pemantauan Kebijakan pun cenderung menjadi
terbatas dan dangkal. Hal ini berimplikasi terhadap langkah lanjutan
yang semestinya ditempuh oleh Tim Penataan dan Pemberdayaan
Pedagang Kaki Lima, upaya koreksi pelaksanaan kebijakan menjadi
tidak tepat guna dan hasil guna dikarenakan informasi yang dihasilkan
dari Pemantauan Kebijakan tidak begitu menyokong, hal inilah yang
membuat Kebijakan Penataan Pedagang Kaki Lima belum dapat
dilaksanakan dengan baik sesuai koridor tujuannya.17
17
Kurnia Muhammad Ramdhan, Asep Sumaryana, Slamet Usman Ismanto, “Pemantauan
Kebijakan Penataan Pedagang Kaki Lima Di Kecamatan Garut Kota Oleh Tim Penataan Dan
Pemberdayaan Pedagang Kaki Lima Kabupaten Garut”, Jurnal Administrasi Negara, Vol. 2 No.
1, 2017
Page 36
23
BAB II
METODE PENELITIAN
Metode penelitian adalah suatu proses penelitian atau pemahaman yang
mendasarkan pada metodologi yang menyelidiki suatu fenomena sosial dan
masalah manusia.18
Selain itu penelitian juga merupakan suatu upaya untuk
menemukan kebenaran atau untuk lebih membenarkan suatu kebenaran.
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini tentang Strategi Pemerintah Dalam Penertiban dan
Penataan Pedagang Kaki Lima di Pasar Talang Banjar Kota Jambi Provinsi
Jambi. Penelitian ini dilakukan di pasar talang banjar Kota Jambi serta
lembaga-lembaga terkait lainnya yang penulis harapkan dapat membantu
menjawab rumusan masalah yang diangkat dalam penelitian ini.
2. Waktu Penelitian
Mengingat dan menimbang segala kekurangan yang ada pada penelitian
ini, baik secara waktu, tenaga, dan materil. Maka penelitian ini dilakukan
selama 3 bulan yaitub dari Bulan Februari sampai bulan April 2020
B. Jenis Penelitian dan Pendekatan Penelitian
Berdasarkan judul yang ingin diteliti maka pendekatan penelitian ini
adalah kualitatif. Pendekatan ini dipilih karena lebih tepat untuk menjelaskan
18
Iskandar, Metode Penelitian Kualitatif, cet Ke-1 (Jakarta: Gaung Persada, 2009),
hlm. 11
Page 37
24
realitas tentang bagaimana Strategi Pemerintah Dalam Penertiban dan Penataan
Pedagang Kaki Lima di Pasar Talang Banjar Kota Jambi Provinsi Jambi.
Jenis pendekatan penelitian yang digunakan yaitu berbentuk metode
kualitatif deskriptif. Menurut Soerjono Sukanto, penelitian kualitatif deskriptif
adalah penelitian yang bermaksud memberikan data yang seteliti mungkin tentang
manusia, keadaan, atau gejala-gejala lainnya.19
C. Jenis dan Sumber Data
a. Jenis Data
Jenis data yang digunakan meliputi data primer dan data sekunder. Adapun
jenis data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Data primer merupakan data yang didapat dari sumber pertama baik dari
sumber individu atau perorangan seperti wawancara atau hasil pengisian kuisioner
yang biasa dilakukan oleh peneliti.20Adapun data primer yang penulis maksud
dalam penelitian ini adalah data hasil wawancara langsung dan observasi. Dalam
hal ini peneliti mencari dan mengumpulkan data yang langsung berkaitan dengan
pokok permasalahan dalam penelitian. Data primer yang diteliti adalah informasi-
informasi yang di peroleh secara langsung yang dilakukan dengan wawancara dan
observasi mengenai pokok permasalahan dalam penelitian secara langsung kepada
Kepala , Pedagang Kaki Lima dan masyarakat atau orang tua yang bersangkutan
maupun pihak-pihak tertentu. Data primer ini digunakan untuk mendapatkaan
informasi mengenai Strategi Pemerintah Dalam Penertiban dan Penataan
Pedagang Kaki Lima di Pasar Talang Banjar Kota Jambi Provinsi Jambi.
19
Sayuti Una, Pedoman Penulisan Skripsi, (Jambi: Syariahpress, 2014), hlm. 32 20
Husein Umar, Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis Bisnis, (Jakarta: PT.
RajaGrafindo Persada, 1996), hlm. 42
Page 38
25
Data sekunder merupakan data yang biasanya telah tersusun dalam bentuk
dokumen-dokumen.21Data sekunder adalah data yang diperoleh dari dokumen-
dokumen resmi, buku-buku yang berhubungan dengan objek penelitian, hasil
penelitian dalam bentuk laporan, skripsi, tesis, disertasi, dan peraturan perundang-
undangan.22
b. Sumber Data
Yang dimaksud sumber data dalam penelitian ini adalah subjek dari mana
data diperoleh. Sumber data dapat diperoleh dari rindakan, pengamatan, ataupun
data-data yang didapat pada saat penelitian berlangsung. Sumber data dalam
penelitian ini diperoleh dari :
1. Kepala/Staf Dinas Perindustrian dan Perdagangan
2. Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP)
3. Pedagang Kaki Lima
4. masyarakat
5. Artikel, buku, dokumen dan sumber data lainnya yang berkaitan
6. dengan penelitian.
D. Instrumen Pengumpulan Data
Instrumen pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis
dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan
21
Sumadi Suryabrata, Metodologi Penelitian, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,2012),
hlm.39 22
Zainuddin Ali, Metode Penelitian Hukum, (Jakarta: Sinar Grafika, 2009), hlm. 106
Page 39
26
data.23Instrument pengumpulan data adalah alat yang digunakan untuk
mengumpulkan data dan fakta penelitian.24
a. Wawancara
Instrumen ini digunakan untuk mendapatkan data mentah dari informan,
sehingga dapat ditemukan data baru yang tidak terdapat dalam
dokumen.25Narasumber dalam penelitian ini adalah orang-orang yang mengetahui
dengan pasti persoalan yang terjadi, wawancara tersebut penulis laksanakan
terhadap:
1. Kepala/Staf Dinas Perindustrian dan Perdagangan
2. Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP)
3. Pedagang Kaki Lima
Wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara
terstruktur.
b. Observasi
Observasi atau pengamatan dalam penelitian ini adalah instrument untuk
mendapatkan data utama mengenai Strategi Pemerintah Dalam Penertiban dan
Penataan Pedagang Kaki Lima di Pasar Talang Banjar Kota Jambi Provinsi Jambi.
Dalam penelitian ini, sesuai dengan objek penelitian maka, penulis memilih
observasi partisipatif.
23
Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif,Kualitatif, dan R&D, (Bandung:
Alfabeta,2017) hlm. 224 24
Sayuti Una, Pedoman Penulisan skripsi (Edisi Revisi), cet Ke-2, (Jambi: SyariahPress,
2014), hlm. 37 25
ibid, hlm. 38
Page 40
27
c. Dokumentasi
Dokumentasi dalam penelitian ini adalah sejumlah dokumen-dokumen
yang telah dikeluarkan oleh Kepala Kantor , kebijakan-kebijakan pemerintah, dan
tulisan-tulisan yang sesuai dengan penelitian ini.
Instrumen pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam
penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan
data.26
Instrument pengumpulan data adalah alat yang digunakan untuk
mengumpulkan data dan fakta penelitian.27
E. Unit Analisis
Unit analisis dalam penulisan skripsi perlu dicantumkan apabila penelitian
tersebut adalah penelitian lapangan yang tidak memerlukan populasi dan sampel.
Unit analisis dapat berupa organisasi, baik itu organisasi pemerintahan maupun
organisasi swasta atau sekelompok orang.28 Dalam penelitian ini, unit analisisnya
adalah Kepala/Staf Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Jambi. Penetapan
unit analisis tersebut, karena penelitian yang digunakan tidak menggunakan
populasi dan sampel, namun hanya menggunakan dokumen-dokumen, wawancara
yang berasal dari Kepala Kantor, pedagang kaki lima dan informasi yang berasal
dari masyarakat.
26
Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif,Kualitatif, dan R&D, (Bandung:
Alfabeta,2017) hlm. 224 27
Sayuti Una, Pedoman Penulisan skripsi (Edisi Revisi), cet Ke-2, (Jambi: SyariahPress,
2014), hlm. 37 28
Sayuti Una, Pedoman Penulisan Skripsi (Edisi Revisi), (Jambi: SyariahPresss, 2014),
hlm. 48
Page 41
28
F. Teknik Analisis Data
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data
yang diperoleh dari hasil dokumentasi, wawancara, catatan lapangan, dan bahan-
bahan lain sehingga dapat dengan mudah dipahami dan temuannya dapat
diinformasikan kepada orang lain.29 Secara garis besar cara yang digunakan dalam
menganalisis data-data penelitian ini adalah :
a. Reduksi Data
Reduksi data adalah aktifitas peneliti dalam memilih dan memilah data
yang dianggap relevan untuk disajikan. Proses pemilihan data menfokuskan pada
informasi yang mengarah untuk memecahkan masalah, pemaknaan, dan
penemuan untuk menjawab pertanyaan penelitian.30
b. Penyajian Data
Penyajian data adalah sekumpulan informasi yang dapat membantu
peneliti untuk melihat gambaran keseluruhan atas bagian–bagian tertentu dari
hasil penelitian.
c. Verifikasi Data
Verifikasi data dari data–data yang diperoleh dari hasil wawancara,
dokumentasi studi literature kemudian peneliti mencari makna dari hasil
penelitian atau dari hasil yang terkumpul.31
29
Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif dan RNB, (Bandung: AlfaBeta, 2013), hlm. 137 30 Sayuti Una (Editor), Pedoman Penulisan Skripsi, Edisi, Revsi, (Jambi: Fakultas
Syari‟ah Iain sts Jambi dan Syariah Press, 2012), hlm.235-236 31
Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif dan R&D, (Bandung : Alfabeta, 2016), hlm
147
Page 42
29
G. Jadwal Penelitian
Agar peneliti lebih terarah dalam melakukan penelitian dilapangan maka
peneliti penyusun agenda sistematis yang dapat dilihat pada tabel jadwal
penelitian.
Tabel 2
Jadwal Penelitian32
No
Kegiatan
Tahun 2020-2021
Januari April – Mei Juni - Juli Agustus-
Septermber
November-
Desember
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1. Pengajuan
judul
2. Pembuatan
Proposal
3. Perbaikan
dan seminar
4. Surat izin
Riset
5. Pengumpula
n data
6. Pengolahan
Data
32
Jadwal Penelitian
Page 43
30
7. Pembuatan
laporan
8. Bimbingan
Dan
Perbaikan
9. Agenda dan
Ujian skripsi
10. Penjilidan
Page 44
31
BAB III
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
A. Sejarah Pasar Talang Banjar
Pasar Talang Banjar Kota Jambi pada awalnya bukan merupakan sebuah
pasar tradisonal sebagaimana mestinya, dahulu ada seseorang yang berjualan
dikawasan talang banjar itu pedagang tersebut membuka lapak tempat dia
menaruh barang dagangannya, kegiatan pedagang dengan proses waktu yang
cukup lama, aktivitas ini mempengaruhi masyarakat setempat sehingga ada yang
mendirikan toko-toko dan diikuti oleh pedagang-pedagang lain atau masyarakat
dari daerah lain akhirnya berjualan ditempat yang sama di wilayah talang banjar
dengan kondisi ini muncul stigma di masyarakat setempat bahwa pasar iini
merupakan pasar tradisional atau pasar rakyat karena proses jual beli antara
pedagang dan pembeli menggunakan sistem tawar menawar yang merupakaan
ciri-ciri pasar tradisional.
Pasar ini terus mengalami perkembangan yaitu semakin banyaknya
masyarakat yang belanja dipasar sehingga mempengaruhi jumlah pedagang dan
terus masuk kepasar untuk berjualan semakin banyak sehingga akibatnya lapak
pedagang tidak lagi berada di badan jalan atau pindah ketanah yang berlokasi
dipinggir badan jalan tersebut sehingga berdirilah beberapa lapak yang berbentuk
meja sederhana yang bertendakan terpal untuk pedagang berjualan.
Untuk meningkatkan nilai ekonomi dalam mewujudkan kesejahteraan
maka pada tahun 2015 telah dilakukan program dan diarahkan untuk
Page 45
32
meningkatkan infrastruktur perdagangan dan jasa, seperti perbaikan sarana dan
prasarana pasar yang dimiliki oleh Pemerintah Kota Jambi.
Pada tahun 2015 pemerintah kota jambi telah melakukan pembangunan,
pengembangan serta mempercantik unit-unit pasar tradisional yang dimiliki oleh
Pemerintah Kota Jambi seperti sarana dan prasarana pasar termasuk aset-aset
beruap toko guna meningkatkan kenyamanan dan keamanan serta untuk
memobalisasi para pedagang, Pemerintah Kota Jambi telah melaksanakan
pemberian bantuan berupa gerobak untuk para pedagang kuliner sebanyak 50
unit. Sejauh ini sudah banyak berkembang pasar-pasar modern di Kota Jambi
khususnya seperti mini market, mall, dan lain sebagainya namun Pemerintah Kota
Jambi melalui Dinas Perindustrian dan Perdagangan komitmen tetap
mempertahankan serta terus meningkatkan pemeliharaan dan keberadaan pasar-
pasar tradisional pasar-pasar di Kota jambi sendiri ada yang dikelola oleh
pemerintah dan swasta. 33
B. Tugas Fungsi dan Struktur Organisasi Dinas Perindustrian dan
Perdagangan
Dinas Perdagangan dan Perindustrian didirikan berdasarkan Pasal 2 huruf
d angka 17 Peraturan Daerah Kota Jambi Nomor 14 Tahun 2016 tentang
Pembentukan Dan Susunan Perangkat Daerah, sedangkan tugas pokok dan fungsi
diatur dalam Peraturan Walikota Jambi Nomor 53 Tahun 2016 tentang
Kedudukan Susunan Organisasi Tugas Dan Fungsi Serta Tata Kerja Pada Dinas
Perdagangan Dan Perindustrian Kota Jambi.
33
Dokumentasi Pasar Talang Banjar Kota Jambi
Page 46
33
Adapun tugas pokok sesuai dengan pasal 3 ayat (1) Peraturan Walikota
Jambi Nomor 53 Tahun 2016 tentang Kedudukan Susunan Organisasi Tugas Dan
Fungsi Serta Tata Kerja Pada Dinas Perdagangan Dan Perindustrian Kota Jambi
adalah membantu Walikota dalam melaksanakan urusan pemerintahan dibidang
perdagangan dan perindustrian. Sedangkan untuk melaksanakan tugas
sebagaimana dimaksud maka berdasarkan pasal 3 ayat (3) Peraturan Walikota
Jambi Nomor 53 Tahun 2016 tentang Kedudukan Susunan Organisasi Tugas Dan
Fungsi Serta Tata Kerja Pada Dinas Perdagangan Dan Perindustrian Kota Jambi,
maka diberi fungsi sebagai berikut :
1. perumusan kebijakan teknis di bidang perdagangan dan perindustrian;
2. penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum di bidang
perdagangan dan perindustrian;
3. pembinaan dan pelaksanaan tugas sesuai dengan lingkup bidang perdagangan
dan perindustrian;
4. penyelenggaraan pengawasan dan pengendalian dibidang perdagangan dan
perindustrian;
5. pengkoordinasian hubungan kerjasama dengan instansi pemerintah maupun
swasta;
6. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh atasan sesuai dengan tugas dan
fungsinya.34
Di dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi sebagaimana tersebut, maka
dibentuk susunan organisasi berdasarkan Pasal 2 ayat (2) Peraturan Walikota Kota
34
Dokumentasi Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Jambi
Page 47
34
Jambi Nomor 53 Tahun 2016 tentang Kedudukan Susunan Organisasi Tugas Dan
Fungsi Serta Tata Kerja Pada Dinas Perdagangan Dan Perindustrian Kota Jambi,
yang mulai efektif berlaku sejak Januari 2017, adapun susunan organisasi terdiri
dari :
1. Kepala Dinas;
2. Sekretariat, yang terdiri dari :
a. Sub Bagian Program;
b. Sub Bagian Keuangan;
c. Sub Bagian Umum dan Kepegawaian.
3. Bidang Perdagangan, yang terdiri dari :
a. Seksi Sarana dan Prasarana;
b. Seksi Bina Usaha;
c. Seksi Penggunaan dan Pemasaran Produk Dalam Negeri;
4. Bidang Perindustrian, yang terdiri dari:
a. Seksi Industri Tekstil, Aneka Kerajinan dan Promosi;
b. Seksi Industri Kimia, Agro dan Hasil Hutan;
c. Seksi Industri Logam, Mesin, Elektronika dan Perekayasaan Alat Angkut;
5. Bidang Pengelolaan Pasar, yang terdiri dari :
a. Seksi Keamanan, Ketertiban, Kebersihan dan Penataan PKL;
b. Seksi Pendataan dan Pendapatan;
c. Seksi Penagihan dan Penerimaan.
6. Bidang Pengendalian dan Pengawasan, yang terdiri dari :
a. Seksi Distribusi Barang dan Jasa;
Page 48
35
b. Seksi Evaluasi dan Pelaporan;
c. Seksi Penyuluhan dan Pemberdayaan Konsumen.
7. Unit Pelaksana Teknis Dinas; dan
8. Kelompok Jabatan Fungsional.35
Adapun rincian tugas dan fungsi dari masing-masing susunan organisasi di
atas sebagai berikut :
1. Sekretariat
Tugas :
Sekretariat berdasarkan pasal 5 Peraturan Walikota Jambi Nomor 53
Tahun 2016 tentang Kedudukan Susunan Organisasi Tugas Dan Fungsi Serta
Tata Kerja Pada Dinas Perdagangan Dan Perindustrian Kota Jambi mempunyai
tugas membantu kepala dinas dalam melaksanakan urusan kesekretariatan yang
meliputi :
a. penyusunan program;
b. administrasi keuangan;
c. umum dan kepegawaian; dan
d. serta melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh kepala dinas sesuai
dengan bidang tugasnya.
Fungsi :
Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam pasal 5
Peraturan Walikota Jambi Nomor 53 Tahun 2016 tentang Kedudukan Susunan
35
Dokumentasi Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Jambi
Page 49
36
Organisasi Tugas Dan Fungsi Serta Tata Kerja Pada Dinas Perdagangan Dan
Perindustrian Kota Jambi, maka berdasarkan pasal 6-nya diberikan fungsi :
a. penyusunan rencana, pengembangan dan evaluasi program kerja dinas
sebagai pedoman pelaksanaan tugas;
b. penyelenggaraan, pembinaan ketatausahaan dan kepegawaian;
c. penyelenggaraan dan pengelolaan administrasi keuangan;
d. penghimpunan bahan pelaksanaan program kerja dari bidang-bidang guna
penyusunan laporan tahunan;
e. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh kepala dinas sesuai dengan
bidang tugas dan fungsinya.
Sekretariat dipimpin oleh Sekretaris yang pada pasal 7 Peraturan Walikota
Jambi Nomor 53 Tahun 2016 tentang Kedudukan Susunan Organisasi Tugas
Dan Fungsi Serta Tata Kerja Pada Dinas Perdagangan Dan Perindustrian Kota
Jambi, disebutkan bahwa untuk melaksanakan tugas dan fungsi sebagaimana
dimaksud maka Sekretaris dibantu oleh sub bagian yang berkedudukan sebagai
unsur pembantu sekretariat dalam melaksanakan tugas dan fungsinya. Sub
bagian sebagaimana dimaksud yaitu Sub Bagian Program, Sub Bagian
Keuangan dan Sub Bagian Umum dan Kepegawaian.
2. Sub Bagian Program
Dalam pasal 8 Peraturan Walikota Jambi Nomor 53 Tahun 2016 tentang
Kedudukan Susunan Organisasi Tugas Dan Fungsi Serta Tata Kerja Pada
Dinas Perdagangan Dan Perindustrian Kota Jambi, disebutkan Sub Bagian
Program mempunyai tugas membantu Sekretaris dalam melaksanakan
Page 50
37
penyusunan program dibidang perdagangan dan perindustrian, dengan rincian
tugas sebagai berikut :
a. menyusun rencana kerja sub bagian program;
b. mengolah data untuk pengembangan dibidang perdagangan dan
perindustrian;
c. menyiapkan bahan koordinasi dalam penyusunan rencana kerja dan
dokumen pelaksanaan anggaran serta penyusunan laporan akuntabilitas
kinerja instansi pemerintah di lingkungan Dinas Perdagangan dan
Perindustrian;
d. menghimpun dan mengolah bahan pembuatan daftar usulan kegiatan dan
daftar isian kegiatan untuk bahan penyusunan anggaran dinas;
e. mengevaluasi pelaksanaan program dibidang perdagangan dan
perindustrian;
f. menyusun dan menyiapkan bahan-bahan rapat tingkat kota, propinsi
maupun nasional;
g. menghimpun bahan pelaksanaan program kerja dari bidang-bidang guna
penyusunan laporan tahunan;
h. membuat dan melaksanakan system informasi manajemen pelaporan
kinerja dinas dan pembangunan;
i. membuat laporan bulanan dan tahunan; dan
j. melaksanakan tugas lain yang diberikan atasan sesuai dengan bidang
tugasnya.
Page 51
38
3. Sub Bagian Keuangan
Dalam pasal 9 Peraturan Walikota Jambi Nomor 53 Tahun 2016 tentang
Kedudukan Susunan Organisasi Tugas Dan Fungsi Serta Tata Kerja Pada
Dinas Perdagangan Dan Perindustrian Kota Jambi, disebutkan Sub Bagian
Keuangan mempunyai tugas membantu Sekretaris dalam melaksanakan
urusan keuangan di lingkungan dinas, dengan rincian tugas sebagai berikut :
a. menyusun rencana kerja sub bagian keuangan;
b. melaksanakan ketatausahaan urusan keuangan;
c. menghimpun dan mengolah bahan serta mempersiapkan penyusunan
anggaran;
d. melaksanakan tertib administrasi serta membuat laporan berkala dan
tahunan;
e. melaporkan hasil pelaksanaan tugas kepada atasan sebagai
pertanggungjawaban keuangan;
f. membuat laporan bulanan dan tahunan; dan
g. melaksanakan tugas lain yang diberikan atasan sesuai dengan bidang
tugasnya.
4. Sub Bagian Umum dan Kepegawaian
Dalam pasal 10 Peraturan Walikota Jambi Nomor 53 Tahun 2016
tentang Kedudukan Susunan Organisasi Tugas Dan Fungsi Serta Tata Kerja
Pada Dinas Perdagangan Dan Perindustrian Kota Jambi, disebutkan Sub
Bagian Umum dan Kepegawaian mempunyai tugas membantu Sekretaris
Page 52
39
dalam melaksanakan urusan umum dan kepegawaian, dengan rincian tugas
sebagai berikut :
a. menyusun rencana kerja sub bagian umum dan kepegawaian;
b. melaksanakan ketatausahaan, kearsipan, perlengkapan, kerumah
tanggaan dan hubungan masyarakat;
c. menyusun, meneliti dan meregistrasi keputusan kepala dinas;
d. menyiapkan dan menyusun rancangan keputusan walikota;
e. menyusun analisis jabatan, analisis beban kerja, peta jabatan dan uraian
tugas terhadap seluruh jabatan pada dinas perdagangan dan perindustrian;
f. menyusun standar operasional prosedur pada dinas perdagangan dan
perindustrian;
g. mengagendakan, mengarsipkan dan mendistribusikan surat menyurat;
h. melaksanakan administrasi dan surat menyurat kenderaan dinas;
i. mengolah dan merangkum usulan program dari sekretariat dan bidang;
j. melaksanakan pengadaan, pendistribusian dan pemiliharaan barang;
k. mempersiapkan penyelenggaraan rapat, penerimaan tamu dan kelancaran
hubungan melalui alat-alat komunikasi;
l. mengusulkan kenaikan pangkat, imfassing, permohonan izin dan tugas
belajar, perpindahan dan sanksi berat, pemberian tanda
penghargaan/tanda jasa, cuti besar, sakit, bersalin, alasan penting dan cuti
diluar tanggung Negara, pension, izin perkawinan dan perceraian, karis,
karus, askes, taspen, bapertarum, kenaikan gaji berkala kepala satuan
kerja perangkat daerah;
Page 53
40
m. memproses, mengolah data dan dokumentasi pegawai yang meliputi
kenaikan gaji berkala, cuti tahunan dan izin tidak bertugas;
n. merencanakan dan mengusulkan kebutuhan jenis pendidikan dan
pelatihan, calon peserta pendidikan dan pelatihan serta calon peserta
ujian dinas pegawai;
o. menyusun daftar urut kepangkatan;
p. menyiapkan dan memproses daftar penilaian pelaksanaan pekerjaan
pegawai dan laporan pajak pribadi;
q. mengolah absensi atau daftar hadir pegawai;
r. melaksanakan monitoring dan evaluasi administrasi kepegawaian;
s. membuat laporan bulanan dan tahunan;
t. melaksanakan tugas lain yang diberikan atasan sesuai dengan bidang
tugasnya.
5. Bidang Perdagangan
Tugas :
Kepala Bidang Perdagangan berdasarkan pasal 11 ayat (3) Peraturan
Walikota Jambi Nomor 53 Tahun 2016 tentang Kedudukan Susunan
Organisasi Tugas Dan Fungsi Serta Tata Kerja Pada Dinas Perdagangan Dan
Perindustrian Kota Jambi mempunyai tugas membantu Kepala Dinas dalam
melaksanakan tugas dibidang perdagangan yang meliputi :
a. sarana dan prasarana;
b. bina usaha;
c. penggunaan dan pemasaran produk dalam negeri; dan
Page 54
41
d. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh kepala dinas sesuai dengan
bidang tugasnya.
Fungsi :
Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam pasal 11 ayat
(3) Peraturan Walikota Jambi Nomor 53 Tahun 2016 tentang Kedudukan
Susunan Organisasi Tugas Dan Fungsi Serta Tata Kerja Pada Dinas
Perdagangan Dan Perindustrian Kota Jambi, maka berdasarkan pasal 12-nya
diberikan fungsi :
a. pembinaan pengusaha dibidang perdagangan;
b. pengembangan kelembagaan perdagangan;
c. pelayanan bidang bina usaha;
d. pengembangan sarana dan prasrana perdagangan;
e. pelaksanaan penggunaan dan pemasaran produk dalam negeri;
f. pelaksanaan tugas lain yang diberikan atasan sesuai dengan bidang
tugasnya;
Bidang Perdagangan dipimpin oleh Kepala Bidang Perdagangan yang
pada pasal 13 Peraturan Walikota Jambi Nomor 53 Tahun 2016 tentang
Kedudukan Susunan Organisasi Tugas Dan Fungsi Serta Tata Kerja Pada
Dinas Perdagangan Dan Perindustrian Kota Jambi, disebutkan bahwa untuk
melaksanakan tugas dan fungsi sebagaimana dimaksud maka Kepala Bidang
Perdagangan dibantu oleh seksi yang berkedudukan sebagai unsur pembantu
kepala bidang dalam melaksanakan tugas dan fungsinya. Seksi sebagaimana
Page 55
42
dimaksud yaitu Seksi Sarana dan Prasarana, Seksi Bina Usaha dan Seksi
Penggunaan dan Pemasaran Produk Dalam Negeri.
6. Seksi Sarana dan Prasarana
Dalam pasal 14 Peraturan Walikota Jambi Nomor 53 Tahun 2016
tentang Kedudukan Susunan Organisasi Tugas Dan Fungsi Serta Tata Kerja
Pada Dinas Perdagangan Dan Perindustrian Kota Jambi, disebutkan Seksi
Sarana dan Prasarana mempunyai tugas membantu Kepala Bidang
Perdagangan dalam urusan sarana dan prasarana, dengan rincian tugas sebagai
berikut :
a. menyusun rencana kerja seksi sarana dan prasarana;
b. menghimpun bahan dan melaksanakan bimbingan teknis urusan sarana
dan prasarana kepada dunia usaha;
c. melakukan pembinaan urusan sarana dan prasarana;
d. menyiapkan bahan koordinasi dengan instansi terkait dan pihak swasta;
e. menyusun laporan pelaksanaan kegiatan;
f. membuat laporan bulanan dan tahunan; dan
g. melaksanakan tugas lain yang diberikan atasan sesuai dengan bidang
tugasnya.
7. Seksi Bina Usaha
Dalam pasal 15 Peraturan Walikota Jambi Nomor 53 Tahun 2016 tentang
Kedudukan Susunan Organisasi Tugas Dan Fungsi Serta Tata Kerja Pada
Dinas Perdagangan Dan Perindustrian Kota Jambi, disebutkan Seksi Bina
Page 56
43
Usaha mempunyai tugas membantu Kepala Bidang Perdagangan dalam urusan
bina usaha, dengan rincian tugas sebagai berikut :
a. menyusun rencana kerja seksi bina usaha;
b. menghimpun bahan dan melaksanakan bimbingan teknis kepada dunia
usaha;
c. memfasilitasi pengembangan dan penguatan kelembagaan perdagangan;
d. melaksanakan pendataan perusahaan yang belum dan sudah memiliki
izin perdagangan dan perindustrian;
e. menginventarisasi, memfasilitasi dan memproses pemberian bantuan
kepada dunia usaha;
f. menyiapkan bahan koordinasi dengan instansi terkait dan pihak swasta;
g. menyusun laporan pelaksanaan kegiatan;
h. membuat laporan bulanan dan tahunan; dan
i. melaksanakan tugas lain yang diberikan atasan sesuai dengan bidang
tugasnya.
8. Seksi Penggunaan dan Pemasaran Produk Dalam Negeri
Dalam pasal 16 Peraturan Walikota Jambi Nomor 53 Tahun 2016
tentang Kedudukan Susunan Organisasi Tugas Dan Fungsi Serta Tata Kerja
Pada Dinas Perdagangan Dan Perindustrian Kota Jambi, disebutkan Seksi Bina
Usaha mempunyai tugas membantu Kepala Bidang Perdagangan dalam urusan
penggunaan dan pemasaran produk dalam negeri, dengan rincian tugas sebagai
berikut :
Page 57
44
a. menyusun rencana kerja seksi penggunaan dan pemasaran produk dalam
negeri;
b. menghimpun bahan dan melaksanakan bimbingan teknis penggunaan dan
pemasaran produk dalam negeri;
c. melakukan pembinaan terhadap pedagang dan pelaku usaha terhadap
pemasaran produk dalam negeri;
d. memfasilitasi dan memproses penggunaan dan pemasaran produk dalam
negeri;
e. menyiapkan bahan koordinasi dengan instansi terkait dan pihak swasta;
f. menyusun laporan pelaksanaan kegiatan;
g. membuat laporan bulanan dan tahunan; dan
h. melaksanakan tugas lain yang diberikan atasan sesuai dengan bidang
tugasnya
9. Bidang Pengelolaan Pasar
Tugas :
Kepala Bidang Pengelolaan Pasar berdasarkan pasal 23 ayat (3) Peraturan
Walikota Jambi Nomor 53 Tahun 2016 tentang Kedudukan Susunan
Organisasi Tugas Dan Fungsi Serta Tata Kerja Pada Dinas Perdagangan Dan
Perindustrian Kota Jambi mempunyai tugas membantu kepala dinas dalam
melaksanakan tugas dibidang pengelolaan pasar yang meliputi :
a. keamanan dan ketertiban;
b. kebersihan;
c. penataan pasar dan PKL di lingkungan pasar;
Page 58
45
d. pendataan dan pendapatan;
e. penagihan dan penerimaan retribusi; dan
f. pelaksanaan tugas lain yang diberikan kepada kepala dinas sesuai dengan
bidang tugas dan fungsinya.
Fungsi :
Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam pasal 23 ayat
(3) Peraturan Walikota Jambi Nomor 53 Tahun 2016 tentang Kedudukan
Susunan Organisasi Tugas Dan Fungsi Serta Tata Kerja Pada Dinas
Perdagangan Dan Perindustrian Kota Jambi, maka pada pasal 24-nya diberikan
fungsi :
a. penyusunan rencana program kerja dan kegiatan dibidang pengelolaan
pasar;
b. penyelengaraan kegiatan pengelolaan pasar;
c. pelaksanaan keamanan dan ketertiban pasar;
d. pelaksanaan penataan pasar dan PKL di lingkungan pasar daerah;
e. pelaksanaan pemiliharaan kebersihan di lingkungan pasar daerah;
f. penyelenggaraan parkir di lingkungan pasar daerah;
g. penyelenggaraan pendataan retribusi;
h. penyelenggaraan pendapatan retribusi;
i. penyelenggaraan penagihan retribusi; dan
j. penyelenggaraan penerimaan retribusi.
Bidang Pengelolaan Pasar dipimpin oleh Kepala Bidang Pengelolaan
Pasar yang pada pasal 23 Peraturan Walikota Jambi Nomor 53 Tahun 2016
Page 59
46
tentang Kedudukan Susunan Organisasi Tugas Dan Fungsi Serta Tata Kerja
Pada Dinas Perdagangan Dan Perindustrian Kota Jambi, disebutkan bahwa
untuk melaksanakan tugas dan fungsi sebagaimana dimaksud maka Kepala
Bidang Pengelolaan Pasar dibantu oleh seksi yang berkedudukan sebagai unsur
pembantu kepala bidang dalam melaksanakan tugas dan fungsinya. Seksi
sebagaimana dimaksud yaitu Seksi Keamanan, Ketertiban, Kebersihan dan
Penataan PKL, Seksi Pendataan dan Pendapatan serta Seksi Penagihan dan
Penerimaan.
1. Seksi Keamanan, Ketertiban, Kebersihan dan Penataan PKL
Dalam pasal 26 Peraturan Walikota Jambi Nomor 53 Tahun 2016 tentang
Kedudukan Susunan Organisasi Tugas Dan Fungsi Serta Tata Kerja Pada
Dinas Perdagangan Dan Perindustrian Kota Jambi, disebutkan Seksi
Keamanan, Ketertiban, Kebersihan dan Penataan PKL mempunyai tugas
membantu Kepala Bidang Pengelolaan Pasar dalam urusan keamanan,
ketertiban, kebersihan dan penataan PKL, dengan rincian tugas sebagai
berikut :
a. menyusun rencana kerja seksi keamanan, ketertiban, kebersihan dan
penataan PKL;
b. melaksanakan keamanan, ketertiban, kebersihan, pendataan, pendaftaran
usaha PKL di lingkungan pasar daerah;
c. melaksanakan pembinaan personil keamanan dan ketertiban, kebersihan
dan parker;
Page 60
47
d. mengatur dan menertibkan pedagang pengguna jasa, fasilitas umum,
pelataran, jalan, trotoar, gang dan lain-lain sesuai peruntukannya menurut
jenis usahanya dalam lingkungan pasar daerah;
e. melaksanakan tindakan yang sifatnya preventif dan refresif dalam rangka
penegakan keamanan dan ketertiban pedagang pasar dan PKL di
lingkungan pasar daerah;
f. melaksanakan pendataandan pendaftaran usaha PKL di lingkungan pasar
daerah;
g. melaksanakan penataan PKL, menetapkan, memindahkan dan
mengosongkan lokasi PKL dalam lingkungan pasar daerah;
h. melakukan penataan dan pendataan parker di lingkungan pasar daerah;
i. memberikan penyuluhan dan pembinaan tentang kebersihan dan parker
dalam lingkungan pasar daerah;
j. Mengkoordinir penyapuan, pengangkutan, dan pembuangan sampah
dalam lingkungan pasar daerah dari tempat pembuangan sampah
sementara sampai ke tempat pembuangan akhir;
a. menyiapkan bahan koordinasi dengan instansi terkait dan pihak swasta;
b. menyusun laporan pelaksanaan kegiatan;
c. membuat laporan bulanan dan tahunan; dan
d. melaksanakan tugas lain yang diberikan atasan sesuai dengan bidang
tugasnya.
Page 61
48
2. Seksi Pendataan dan Pendapatan
Dalam pasal 27 Peraturan Walikota Jambi Nomor 53 Tahun 2016 tentang
Kedudukan Susunan Organisasi Tugas Dan Fungsi Serta Tata Kerja Pada
Dinas Perdagangan Dan Perindustrian Kota Jambi, disebutkan Seksi
Pendataan dan Pendapatan mempunyai tugas membantu Kepala Bidang
Pengelolaan Pasar dalam urusan pendataan dan pendapatan, dengan rincian
tugas sebagai berikut :
a. menyusun rencana kerja seksi pendataan dan pendapatan;
b. menyusun target pendapatan retribusi;
c. menghimpun data terhadap pedagang pasar daerah;
d. menerima dan memproses permohonan pendaftaran pedagang pada pasar
daerah;
e. melaksanakan proses administrasi izin pemakaian tempat yang meliputi
ruko, toko, kios, los dan prasarana pasar daerah;
f. melaksanakan pengolahan data pedagang pasar daerah;
g. mengdokumentasikan data pedagang pasar daerah;
h. menyusun buku induk penyewa;
i. menghimpun semua bukti atau dokumen pendaftaran;
j. melaksanakan survey terhadap kelompok jenis barang dagangan;
k. menyiapkan bahan evaluasi untuk meningkatkan pelayanan dan
penggalian potensi pendapatan pasar daerah;
e. menyiapkan bahan koordinasi dengan instansi terkait dan pihak swasta;
f. menyusun laporan pelaksanaan kegiatan;
Page 62
49
g. membuat laporan bulanan dan tahunan; dan
h. melaksanakan tugas lain yang diberikan atasan sesuai dengan bidang
tugasnya.
3. Seksi Penagihan dan Penerimaan
Dalam pasal 28 Peraturan Walikota Jambi Nomor 53 Tahun 2016 tentang
Kedudukan Susunan Organisasi Tugas Dan Fungsi Serta Tata Kerja Pada
Dinas Perdagangan Dan Perindustrian Kota Jambi, disebutkan Seksi
Penagihan dan Penerimaan mempunyai tugas membantu Kepala Bidang
Pengelolaan Pasar dalam urusan penagihan dan penerimaan, dengan rincian
tugas sebagai berikut :
a. menyusun rencana kerja seksi penagihan dan penerimaan;
b. menghimpun data objek penerimaan retribusi;
c. menyiapkan administrasi pemungutan dan penagihan retribusi;
d. melaksanakan pemungutan dan penagihan retribusi;
e. melaksanakan penyetoran hasil pemungutan retribusi kepada
bendaharawan penerimaan sesuai dengan ketentuan yang berlaku;
f. menghimpun data dan mengolah informasi serta menginventarisasi
permasalahan penerimaan;
g. menyiapkan pelaksanaan evaluasi terhadap penerimaan retribusi;
h. menyiapkan surat teguran/peringatan terhadap tunggakan retribusi;
i. menyiapkan bahan tindak lanjut upaya penyelesaian penagihan
tunggakan retribusi;
j. menyiapkan bahan koordinasi dengan instansi terkait dan pihak swasta;
Page 63
50
k. menyusun laporan pelaksanaan kegiatan;
l. membuat laporan bulanan dan tahunan; dan
m. melaksanakan tugas lain yang diberikan atasan sesuai dengan bidang
tugasnya.36
36
Dokumentasi Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Jambi
Page 65
52
BAB IV
PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN
A. Strategi Pemerintah Kota Jambi dalam Penertiban dan Penataan
Pedagang Kaki Lima (PKL)
Peranan dinas perindustrian dan perdagangan sangat penting untuk
mengembangkan dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi secara bertahap,
mengubah struktur perekonomian kearah yang lebih baik lagi, maju dan lebih
seimbang sebagai upaya untuk mewujudkan dasar yang lebih kuat dan lebih luas
bagi pertumbuhan ekonomi pada umum nya, serta memberi nilai-nilai tambah
bagi pedagang-pedagang pada khususnya. Berdasarkan hasil wawancara dengan
bapak budi siswanto, Bidang Pengelolaan Pasar mengatakan bahwa peran
disperindag tersebut adalah:
“perannya yang pertama yaitu menyiapkan data, menyiapkan pasilitas
kemana PKL itu akan kita tata kemudian mensosialisasikan untuk tujuan
penataan,kita disini benar-benar ingin membuat PKL itu nyaman serta aman
dengan adanya pembangunan gedung baru ini para pedagang sangat antusias
sekali dan mereka sangat bangga juga tidak ada pedagang yang mengatakan
jelek atau sebagainya mereka semua bilangnya bagus dibandingkan dengan
tempat jualan yang lama”.37
Berdasarkan wawancara yang telah dilakukan dengan bapak M.
Nuruzzaman selaku seksi sarana dan prasarana beliau mengatakan:
“dengan dipindahnya para PKL yang berjualan dipasar talang banjar
yang lama ke pasar talang bajar yang baru yang sekarang ini terlihat lebih baik
karena kemacetan yang sering terjadi akibat banyak nya kendaraan masyarakat
37
Wawancara dengan Bapak Budy Siswanto, Bidang Pengelolaan Pasar., Disperindag
Kota Jambi
Page 66
53
yang singgah untuk berbelanja kini sudah berkurang, sehinggah pengguna jalan
sudah tidak waswas saat melintas”.38
a. Penertiban
Peraturan daerah (perda) dan peraturan walikota merupakan wujud
kebijakan yang digunakan oleh pemerintah kota untuk mengatur, menata, dan
membina pedagang kaki lima. Isi perda yang mengatur tentang pedagang kaki
lima antara daerah satu dengan yang lainnya tidak jauh berbeda, namun karakter
kepemimpinan dan kultur masyarakat daerah yang membedakan bagaimana
pemerintah kota mengimplementasikan kebijakan yang berkaitan dengan penataan
pedagang kaki lima. Bahkan pedagang kaki lima merupakan satu-satunya
alternatif bagi banyak orang agar terhindar dari kemiskinan, pelancuran atau
kriminalitas dan akibat-akibat sosial pembasmian perdagangan akan sangat serius.
Peraturan daerah sendiri bertujuan demi kesejahteraan pedagang kaki lima
(PKL), hal ini tercermin dalam pasal 3 perda nomor 3 tahun 2008 tentang
pengelolaan PKL Kota Jambi yang berisi “ pengelolaan PKL bertujuan untuk
meningkatkan kesejahteraan PKL, menjaga ketertiban umum dan kebersihan
lingkungan”. Pasal tersebut jelas disebutkan dalam penataan PKL bertujuan untuk
kesejahteraan PKL itu sendiri bukan untuk mempersulit PKL yang salama ini
cenderung dilaksanakan di banyak daerah-daerah di Indonesia. Namun selain
demi tercapainya kesejahteraan PKL, penataan juga memperhatikan ketertiban
umum dan kebersihan lingkungan. Mengingat PKL bertempat di area fasilitas
umum.
38
Wawancara dengan Bapak Nuruzzaman, Seksi Sarana dan Prasarana., Disperindag
Kota Jambi
Page 67
54
Demi ketertiban dan penertiban PKL supaya tidak terjadi kesemrawutan
kota, maka pemerintah kota harus memiliki aturan yang ketat tentang pemberian
ijin penempatan PKL demi terciptanya keindahan kota sekaligus kesejahteraan
PKL, sehingga tidak kehilangan mata pencahariannya dikarenakan PKL
merupakan penggerak ekonomi masyarakat bawah.
Adanya perda tersebut diharapkan PKL di kota jambi dapat diatur dan
ditata sesuai kebijakan pemerintah kota. Sehingga diharapkan tidak terjadi
kesemrawutan tata kota, dalam hal ini para PKL yang berjualan disembarang
tempat yang mengganggu keindahan, kenyamanan, kerapian kebersihan bahkan
keselamatan masyarakat maupun para pedagang kaki lima itu sendiri.
Pelaksanaan penertiban PKL yang dilakukan oleh SATPOL PP terhadap
PKL Pasar Talang Banjar tidak hanya dilakukan kedua subjek yang bersangkutan
tersebut melainkan banyak pihak yang terlibat, mulai dari masyarakat, RT,
kelurahan, camat, dan bahkan walikota, dinas.
“ pihak-pihak yang terlibat dalam penegakan perda tentang itu tidak
hanya SATPOL PP dengan PKL Pasar Talang Banjar saja mas, tapi juga DPP (
Dinas Pengelolaan Pasar) terutama DPP bidang PKL Pasar Talang Banjar,
SKPD ( Satuan Kerja Perangkat Daerah), kelurahan, camat, dll”.39
Dinas Perindustrian dan Perdagangan akan berperan dalam menawarkan
tempat untuk para PKL Pasar Talang Banjar yang akan direlokasi, SKPD berperan
ketika ada SKPD tertentu yang mempunyai lahan kosong yang akan digunakan
sebagai tempat relokasi. Hal ini berarti pihak-pihak yang terlibat dalam penataan
PKL Pasar Talang Banjar tidak hanya SATPOL PP dengan PKL Pasar Talang
Banjar saja. Tetapi dalam penataan PKL Pasar Talang Banjar memerlukan
39
Wawancara dengan Dommy, SE KASI OPS DAL SATPOL PP Kota Jambi
Page 68
55
kerjasama dengan berbagai instansi yang terkait, seperti: (1) DPP ( Dinas
Pengelolaan Pasar), (2) SKPD ( Satuan Kerja Perangkat Daerah), (3) kelurahan,
dan (4) kecamatan. DPP berperan dalam menawarkan tempat-tempat baru yang
ditunjukan kepada PKL Pasar Talang Banjar yang direlokasi, sedangkan SKPD
berperan apabila lahan yang digunakan untuk relokasi merupakan lahan yang
berada dalam wewenang SKPD tersebut.
Hal tersebut juga diperkuat oleh Bapak Agung SATPOL PP kota jambi,
beliau mengatakan.
“ Tidak hanya SATPOL PP dan PKL Pasar Talang Banjar saja yang
terlibat tetapi banyak instansi maupun masyarakat yang terlibat. Namun dalam
penataan PKL Pasar Talang Banjar kita selalu mengedepankan prioritas
kepentingan yang biasanya diajukan oleh masyarakat yang ingin membangun
tempat dimana tanah yang akan dibangun terdapat PKL Pasar Talang Banjar.
Selain masyarakat banyak juga instansi pemerintah yang meminta PKL Pasar
Talang Banjar untuk direlokasi ketika PKL Pasar Talang Banjar tersebut berada
di tanah milik Negara yang akan dipergunakan untuk kepentingan pemerintah
maupun dianggap mengganggu dengan adanya PKL Pasar Talang Banjar di
instansi tertentu. Sekali lagi saya tekankan dalam penataan PKL Pasar Talang
Banjar DI Kota Jambi tergantung kepentingan.”40
Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat diketahui Pemerintah Kota
Jambi dalam hal ini Disperindag bersama SATPOL PP Kota Jambi dalam
penertiban PKL Pasar Talang Banjar selalu memprioritaskan kepentingan,
kepentingan yang dimaksud adalah apabila adanya permohonan dari masyarakat
maupun instansi pemerintah untuk merelokasi PKL Pasar Talang Banjar yang di
inginkan dikarenakan untuk kepentingan tertentu. Apabila semua PKL Pasar
Talang Banjar mau menerima apa yang diusulkan pemerintah Kota melalui
Disperindag dengan tempat-tempat relokasi yang baru misalnya seller atau
40
Wawancara dengan Bapak Agung, SE, ME, Kepala Bidang SATPOL PP Kota Jambi
Page 69
56
relokasi ke pasar, maka tugas SATPOL PP Kota Jambi dalam penertiban PKL di
Kota Jambi tidak diperlukan, tetapi apabila PKL Pasar Talang Banjar tidak mau
tempat-tempat yang ditawarkan Disperindag maka disini proses/prosedur
SATPOL PP Kota Jambi diperlukan dalam mengurus tempat baru yang
diinginkan PKL Pasar Talang Banjar.
Selama ini dalam penertiban PKL di Kota Jambi khususnya Pasar Talang
Banjar memang tidak pernah menggusur, melainkan menata dengan
memindahakn PKL Pasar Talang Banjar ketempat-tempat yang baru. Menata
dengan menggusur itu berbeda, menata PKL Pasar Talang Bajar.
“ menata adalah menciptakan ketertiban umum, jadi PKL Pasar Talang
Banjar itu tidak boleh berfikir tentang dirinya sendiri tetapi juga memikirkan
lingkungannya. Kita selalu menata PKL Pasar Talang Banjar tidak pernah
menggusur, penataan itu untuk mewujudkan ketertiban dan kenyamanan warga
dan PKL Pasar Talang Banjar itu sendiri, hal ini sesuai dengan Visi dan Misi
Kota Jambi sedangkan menggusur itu menyuruh PKL Pasar Talang Banjar pergi
dari tempat awal dan kelanjutan nasib PKL Pasar Talang Banjar tersebut
pemerintah tidak mau tahu.”41
Berdasarkan hasil wawancara di atas, SATPOL PP dalam menertibkan
PKL Pasar Talang Banjar tidak dengan cara menggusur, melainkan menata.
Menata PKL Pasar Talang Banjar ini bertujuan untuk mewujudkan ketertiban
kota, kenyamanan masyarakat, dan kebaikan PKL Pasar Talang Banjar itu sendiri.
Ini dikarenakan, PKL Pasar Talang Banjar di Kota Jambi selalu di sediakan
tempat baru oleh pemerintah kota ketika direlokasi. Penertiban PKL Pasar Talang
Banjar dengan cara penataan dilakukan karena ingin menjadi lebih indah dan
tertib. Sedangkan menggusur adalah mengharuskan PKL Pasar Talang Banjar
41
Wawancara dengan Bapak Dommy, SE KASI OPS DAL SATPOL PP Kota Jambi
Page 70
57
tidak berjualan ditempat yang tidak diperbolehkan pemerintah, kelanjutan nasib
PKL Pasar Talang Banjar tersebut SATPOL PP tidak mau tahu.
Dalam melakukan penertiban Disperindag bersama SATPOL PP selalu
menggunakan metode penataan dengan selalu berusaha berdialog dengan PKL
Pasar Talang Banjar untuk menemukan solusi yang terbaik antara SATPOL PP
dengan PKL Pasar Talang Banjar sehigga mencapai kesepakatan bersama.
Kesepakatan bersama dilakukan supaya tidak terjadi penolakan disaat dilakukan
penertiban yang bisa mengakibatkan bentrok antara SATPOL PP dengan PKL
Pasar Talang Banjar yang bisa berakibat sama-sama rugi, dimana pemerintah kota
tidak bisa melaukan kebijakan terhadap lokasi ditempati PKL Pasar Talang
Banjar di sisi lain penertiban tanpa solusi bagi PKL pasar Talang Banjar bisa
mematikan usaha PKL Pasar Talang Banjar hal ini juga berakibat menurunkan
pendapatan asli daerah (PAD) melalui restribusi.
SATPOL PP Kota Jambi dalam penertiban PKL Kota Jambi di perlukan
langkah yang tepat, sehingga dalam penertiban tidak terjadi bentrok antara
SATPOL PP dengan PKL Pasar Talang Banjar, hal ini sekaligus dapat
menciptakan ketertiban dan keindahan kota. Kegiatan-kegiatan yang dilaksakan
SATPOL PP Kota Jambi dalam penertiban PKL Kota Jambi perlu langkah yang
tepat sehingga dalam penertiban tidak terjadi bentrok antara SATPOL PP dan
PKL Pasar Talang Banjar, hal ini sekaligus dapat menciptakan ketertiban dan
keindahan kota. Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan SATPOL PP dalam
menertibkan PKL Pasar Talang Banjar di Kota Jambi adalah (1) tindakan
prepentif, (2) penindakan (3) tindakan represif dan (4) tindakan setelah direlokasi
Page 71
58
1. Tindakan prepentif tindakan prepentif merupakan upaya pencegahan
terjadinya bentrok antara SATPOL PP dengan PKL Pasar Talang Banjar
ketika dilakukannya relokasi, sehingga dalam tahap ini di perlukan
pendekatan yang baik oleh SATPOL PP kepada PKL Pasar Talang Banjar
sehingga terjadinya kesepakatan bersama.
2. Penindakan Penertiban PKL Pasar Talang Banjar pada intinya untuk
menciptakan ketertiban umum di satu sisi, di sisi lain tidak boleh mematikan
usaha rakyat kecil. Oleh sebab itu dalam penataan PKL Pasar Talang Banjar
yang di lakukan SATPOL PP Kota Jambi tidak boleh mematikan usaha rakyat
kecil bahkan di harapkan PKL Pasar Talang Banjar yang sudah di tata
tersebut menjadi lebih meningkat derajat hidupnya. Sehingga penataan PKL
Pasar Talang Banjar dalam penindakan dan penegakan Perda NO 12 TAHUN
2016 tentang pengelolaan PKL Pasar Talang Banjar perlu langkah-langkah
yang tepat sehingga tidak merugikan baik pemerintah kota maupun PKL
Pasar Talang Banjar.
Berikut yang dilakukan SATPOL PP Kota Jambi dalam penindakan
yang penegakan Perda NO 12 TAHUN 2016 tentang pengelolaan PKL Pasar
Talang Banjar dalam penataan PKL Pasar Talang Banjar:
a. Penentuan kapling di tempat relokasi
b. Pembangunan tempat relokasi
c. Tindakan represif
d. Tindakan setelah PKL Pasar Talang Banjar di relokasi
Page 72
59
Setelah PKL Pasar Talang Banjar direlokasi SATPOL PP tetap
melakukan pengawasan melalui patroli rutin. Patroli yang dilakukan
SATPOL PP memang tidak dikenal waktu dimulai pukul 09.00-21.00 bahkan
kalau ada acara-acara tertentu bisa sampai 24 jam. Patroli ini dilakukan oleh
anggotaa SATPOL PP Bidang Operasi dan Pengendalian dengan 2 shift,
yaitu shift pagi dan shift malam.
“ setelah satu bulan direlokasi SATPOL PP bidang operasi dan
pengendalian memantau tempat relokasi dan lokasi awal selama satu bulan,
setelah satu bulan, setelah satu bulan pemantauan akan dilakukan
pemantauan bisa 2/3/4 minggu sekali di lokasi relokasi dan lokasi awal PKL
Pasar Talang Banjar. Apabila ada PKL Pasar Talang Banjar baru yang
menepati tempat yang sudah direlokasi akan dilakukan tahap seperti
pemindahan PKL Pasar Talang Banjar”.42
Setelah satu bulan PKL Pasar Talang Banjar direlokasi, SATPOL PP
bidang Operasi dan pengendalian memantau tempat relokasi awal sebelum
direlokasi selama satu bulan setelah satu bulan pemantauan akan dilakukan
pemantauan 2 (dua) atau 3 (tiga) atau 4 (empat) kali seminggu di lokasi
tersebut. Apabila ada PKL Pasar Talang Banjar baru yang menepati tempat
yang sudah direlokasi akan dilakukan tahan seperti pemindahan PKL Pasar
Talang Banjar.
“ yang dilakukan setelah PKL Pasar Talang Banjar direlokasi seperti
biasa melakukan pengawasan, patroli, dan dialog, misalnya ada
pemangkiran ( PKL Pasar Talang Banjar tidak pindah) kita dialog kepada
PKL Pasar Talang Banjar kenapa tidak pindah? Temen-temen PKL Pasar
Talang Banjar yang lain pindah”43
42
Wawancara dengan Bapak Dommy, SE KASI OPS DAL SATPOL PP Kota Jambi 43
Wawancara dengan Bapak Dommy, SE KASI OPS DAL SATPOL PP Kota Jambi
Page 73
60
berdasarkan hasil wawancara diatas, setelah PKL Pasar Talang Banjar
direlokasi ke tempat yang baru SATPOL PP Kota Jambi melakukan
pengawasan, patroli dan dialog dengan PKL Pasar Talang Banjar, apabila
ada PKL Pasar Talang Banjar yang tidak pindah SATPOL PP melakukan
dialog kepada PKL Pasar Talang Banjar dengan ditanya, kenapa tidak
pindah? Sedangkan teman-teman PKL Pasar Talang Banjar yang lain sudah
pindah.
Berdasarkan hasil pengamatan 12 september 2019, adanya kegiatan-
kegiatan yang dilakukan SATPOL PP dalam penertiban PKL Pasar talang
Banjar di atas, yang selalu menampung aspirasi PKL Pasar Talang Banjar
sampai terjadinya kesepakatan bersama antara SATPOL PP dengan PKL
Pasar Talang Banjar, hal ini menyebabkan dalam penertiban PKL Pasar
Talang Banjar Kota Jambi tidak terjadi sampai pada tahap penyelidikan
karena pelanggaran perda yang dilakukan penyidik Pegawai Negeri Sipil
(PPNS) selaku pejabat yang diberi wewenang penyeln, apalagi sampai pada
tahap pemidanaan PKL Pasar Talang Banjar.
b. Penataan
Dalam penataan peraturan menteri dalam negeri No. 41 tahun 2012
tentang pedoman penataan dan pemberdayaan pedagang kaki lima dijelaskan
bahwa penataan pedagang kaki lima adalah upaya yang dilakukan oleh
pemerintah daerah melalui penetapan lokasi binaan untuk melakukan penetapan,
pemindahan, penertiban dan penghapusan lokasi pedagang kaki lima dengan
memperhatikan kepentingan umum, sosial, estetika, kesehatan, ekonomi,
Page 74
61
keamanan, ketertiban, kebersihan lingkungan dan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.
Konsep optimalisasi penataan ruang terbuka publik pada dasarnya tidak
akan dapat menampung semua pedagang kaki lima yang ada. Hal ini merupakan
impliaksi yang perlu diperhatikan, selain juga aspek legalitas dan perlunya badan
koordinasi yang akan mengatur keberadaan pedagnag kaki lima diruang terbuka
public. Konsep penataan juga memerlukan penelitian dan pembahasan yang lebih
mendetail ,mengenai aspek-aspek politik, ekonomi, dan sosial mengenai pedagang
kaki lima maupun ruang terbuka public kota. Demikian juga konsep ini hendak
diterapkan ditempat lain dengan kondisi atau permasalahan yang sama maupun
berbeda, diperlukan penelitian, pendahuluan mengenai karakter pedagang kaki
lima dan ruangan terbuka sehingga desain yang akan dihasilkan dapat sesuai
dengan kondisi kawasan yang akan dihasilkan dapat sesuai dengan kondisi
kaawasan yang akan ditata.
Di satu sisi upaya pemerintah dalam melakukan penataan itu menciptakan
lingkungan kota yang bersih, sehat, dan rapi, disisi lain keberadaan PKL itu juga
menyangkut tentang nafkah hidup seseorang yang kemudian tidak bisa begitu saja
berhenti. Kepentingan daerah di satu sisi dan kepentingan kelompok PKL disisi
lain menjadikan mereka selalu berada pada potensial konflik yang terus menerus,
ini berarti ketegangan atau strains yang kontributif sektor informal menurut
teoritisi konflik bisa muncul menjadi konflik yang membawa perubahan, baik
ditingkat persepsi maupun perilaku yang selanjutnya membawa kepada
Page 75
62
pendifinisian kembali peran-peraan yang di ambil (chosen) secara otonom oleh
pelaku serta peran-peran yang dilekatkan (given) oleh masyarakat.44
Pemerintah Daerah diberi wewenang untuk menata PKL di lingkup
daerahnya untuk pembinaan dalam penataan dan pemberdayaan diatur dalam
permendagri nomor 41 Tahun 2012 tentang pedoman penataan dan pemberdayaan
pedagang kaki lima pasal 8, Bupati/ Walikota melakukan penataan PKL dengan
cara:
a. Pendataan PKL;
b. Pendaftaran PKL;
c. Penetapan lokasi PKL;
d. Pemindahan PKL dan penghapusan lokasi PKL; dan
e. Peremajaan lokasi PKL;
PKL perkotaan merupakan jenis usaha sektor informal yang banyak
disentuh oleh kebijakan pemerintah (dalam hal ini pemerintah daerah).45
Jenis
usaha ini paling berpengaruh, karena kehadirannya dalam jumlah yang cukup
besar memenuhi kebutuhan masyarakat perkotaan, terutama golongan menengah
kebawah. Jumlah PKL yang cukup besar tersebut diperlukan penataan yang lebih
manusiawi oleh SATPOL PP.
Penataan adalah kegiatan merubah keadaan secara teratur untuk mencapai
tujuan-tujuan tertentu. Penataan PKL menurut peraturan Daerah Kota Jambi
44
Mustopa Ali Achsan. 2008. Transformasi Sosial Masyarakat Marginal: mengukuhkan
eksistensi Pedagang Kaki Lima dalam Pusaran Modernitas. Malang:Inspire. Hal 130-131 45
Mustopa Ali Achsan. 2008. Transformasi Sosial Masyarakat Marginal: mengukuhkan
eksistensi Pedagang Kaki Lima dalam Pusaran Modernitas. Malang:Inspire. Hal 130-131
Page 76
63
No.12 tahun 2016 tentang penataan dan pemberdayaan PKL pasal 5 yakni
pendataan PKL, pendaftaran PKL, penetapan lokasi PKL, pemindahan PKL,
penghapusan lokasi PKL dan peremajaan lokasi PKL.46
Tujuan penataan dan
pemberdayaan PKL adalah:
1. Memberikan kesempatan berusaha bagi PKL melalui penetapan lokasi sesuai
dengan perutuknya.
2. Menumbuhkan dan mengembakan kemampuan usaha PKL menjadi usaha
Ekonomi mikro yang tangguh dan mandiri.
3. Untuk mewujudkan kota yang bersih, indah, tertib, dan aman dengan sarana
dan prasarana perkotaan yang memadai dan berwawasan lingkungan.47
Untuk sistem penataan PKL dipasar Talang Banjar kota jambi
wawancara dengan bapak Budy siswanto, selaku Bidang Pengelolaan pasar
menjelaskan bahwa:
“PKL yang ada dipasar Talang Banjar Kota Jambi itu ada dua, ada
pedagang siang dan pedagang malam, kalau pedagang malam itu rata-rata
pedagang yang berjualan dijalan seperti agen sayuran dan segala macam
sayuran itu kita tata dipasar induk dan sebagian lagi pedagang siang itu kita
46
Peraturan Daerah Kota Jambi Nomor 12 Tahun 2016 tentang Penataan dan
Pemberdayaan Pedagang Kaki Lima 47
Penataan Daerah Kota Jambi Nomor 12 Tahun 2016 tentang Penataan dan
Pemberdayaan Pedagang Kaki Lima
Page 77
64
pindahkan kepasar talang banjar dan pasar talang banjar beroperasi mulai dari
subuh hingga sore”48
PKL merupakan salah satu pelaku usaha ekonomi mikro yang banyak
ditemui diberbagai daerah hingga Negara, seperti halnya yang ada di kota jambi
khususnya di pasar talang banjar kota jambi. Keberadaan PKL tentu menjadi hal
yang tidak asing dan menjadi suatu hal yang tidak dapat dicegah. Hal ini
diakibatkan karena menjadi PKL tidak dibutuhkan pendidikan yang tinggi dan
kemampuan yang terlalu hebat, hal inilah yang menjadi alasan banyaknya
masyarakat yang tergiur untuk membentuk usaha yang berskala mikro seperti
menjadi PKL. Dalam peraturan menteri dalam negeri No. 41 tahun 2012 tentang
pedoman penataan dan pemberdayaan pedagang kaki lima, dijelaskan bahwa
penataan pedagang kaki lima adalah upaya yang dilakukan oleh pemerintah
daerah melalui penetapan lokasi binaan untuk melakukan penetapan, pemindahan.
Penataan pedagang kaki lima di pasar talang banjar kota jambi. Menurut
bapak Budy Siswanto selaku kepala Bidang Pengelolaan pasar mengatakan
bahwa:
“yang jelas Disperindag sudah mengatur porsi, mereka semua kita ajak
untuk berjualan di dalam pasar yang baru, awalnya PKL diluar yang telah
dilokalisi tidak diperbolehkan berdagang di pasar talang banjar. Bahkan untuk
PKL yang berjualan di jalan utama pasar pun telah dilakukan pemindahan.
Karena mengganggu jalan, dan untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan
48
Wawancara dengan Bapak Budy Siswanto, Bidang Pengelolaan Pasar, Disperindag
Kota jambi pada Tanggal
Page 78
65
Disperindag melakukan pemisahan pedagang resmi dan pedagang yang tidak
resmi”.49
Sedangkan dipasar talang banjar kota jambi masih terlihat banyaknya
PKL yang berjualan diluar dari kios-kios yang telah disediakan oleh pemerintah
hal tersebut masih terlihat mengganggu ketertiban dan kenyamanan para
konsumen. Dari hasil wawancara dengan bapak Budy Siswanto, selaku Bidang
Pengelolaan Pasar menjelaskan bahwa:
“Bahwa gedung pasar talang banjar baru itu belum sepenuhnya selesai,
jadi disitulah masih terlihat banyaknya PKL yang berjualan di luar kios. Tetapi
sebetulnya mereka itu sudah mempunyai tempat yang telah disediakan
pemerintah itu, Cuma tempat mereka belum selesai di bangun makanya kita
tempakan diluar gedung untuk sementara”.50
B. Persepsi Pedagang Kaki Lima (PKL) Terhadap Strategi Pemerintah Kota
Jambi dalam Penertiban dan Penataan Pedagang Kaki Lima (PKL)
Persepsi menurut (kotler 2000:19) adalah proses bagaimana seseorang
menyeleksi, mengatur dan menginterprestasikan masukan-masukan informasi
untuk menciptakan gambaran keseluruhan yang berarti. Persepsi juga bisa berarti
analisis mengenai cara mengintergrasikan penerapan kita terhadap hal-hal di
sekeliling individu dengan kesan-kesan atau konsep yang sudah ada, dan
selanjutnya mengenali benda tersebut. Sebagai contoh dapat dilihat bagaimana
seorang yang tidak dapat melihat, akan lebih banyak menggunakan imajinasinya
dalam membentuk sebuah persepsi atas objek yang dipegang, diraba, dicium,
dikaitkan definisi persepsi menurut kotler, maka persepsi masyarakat dapat
49
Wawancara dengan Bapak Budi Siswanto, Bidang Pengelolaan Pasar, Disperindag
Kota Jambi Pada Tanggal 50
Wawancara dengan Bapak Budy Siswanto, Bidang Pengelolaan Pasar, Disperindag
Kota Jambi Pada Tanggal
Page 79
66
diartikan sebagai sebuah proses yang dimiliki oleh seseorang dalam menilai dan
menginterprestasikan objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh
yang akhirnya menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan secara
keseluruhan.
Berdasarkan pendapat para ahli yang telah dikemukakan, bahwa proses
persepsi melalui tiga tahap:
1. Tahap penerimaan stimulus, baik stimulus fisik maupun stimulus sosial
melalui alat indera manusia, yang dalam proses ini mencakup pula
pengenalan dan pengumpulan informasi tentang stimulus yang ada.
2. Tahap pengolahan stimulus sosial melalui proses seleksi serta
pengorganisasian informasi.
3. Tahap perubahan stimulus yang diterima individu dalam menanggapi
lingkugan melalui proses kognisi yang dipengaruhi oleh pengalaman,
cakrawala, serta pengetahuan individu.
Persepsi merupakan suatu proses kognitif yang dipengaruhi oleh
pengalaman, cakrawala, dan pengetahuan individu. Pengelaman dan proses belajar
akan memberikan bentuk dan struktur bagi objek yang ditangkap panca indera,
sedangkan pengetahuan dan cakrawala akan memberikan arti terhadap objek yang
ditangkap individu, dan akhirnya komponen individu akan berperan dalam
menentukan tersedianya jawaban yang berupa sikap dan tingkah laku individu
terhadap objek yang ada
Page 80
67
Perkembangan kota yang diiringi dengan perkembangan yang semakin
pesat, akhirnya menutut kepada tingkat kualitas kesejahteraan masyarakat. Hal ini
membuat masyarakat berjualan untuk bisa hidup layak. Salah satuya berjualan di
badan jalan yang membuat keamanan dan ketertiban umum terganggu.
Pengetahuan adalah salah satu yang penting untuk membentuk sebuah
persepsi pada suatu hal yang terjadi. Perlu bagi para PKL untuk mempunyai
pengetahuan tentang suatu kebijakan, apalagi kebijakan yang menyangkut tentang
keberadaan mereka. Agar nantinya mereka paham akan maksud dan tujuan dari
sebuah kebijakan. Sejauh ini para PKL belum memiliki pengetahuan atau belum
paham akan kebijakan yang menyangkut tentang keberadaan mereka. Para PKL
pun belum paham akan maksud dari kebijakan penataan dan penertiban di area
kawasan jalan pasar talang banjar kota jambi sosialisasi sangat diperlukan agar
nantinya tidak terjadi kesalahan pemahaman antara pemerintah dan masyarakat
yang terkena imbas dari kebijakan tersebut, dalam hal ini para PKL pada
khususnya, sosialisasi juga dapat mengurangi dampak yang ditimbulkan dari
kebijakan tersebut.51
Persepsi pedagang kaki lima terhadap penataan dan penertiban yang
dilakukan oleh pemerintah kota jambi 4 subjek penelitian di bawah ini.
1. Subjek Ibu iyut
Ibu Iyut merupakan salah satu pedagang ayam potong yang sudah
berjualan 2 tahun di jalan area kawasan pasar talang banjar ia mendapat barang
51
Bimo, Walgito. 2004. Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta : Andi Offset
Page 81
68
dagangan nya di pemasok ayam. Ibu Iyut memilih berjualan di badan jalan karena
banyak pembeli. kalau berjualan di dalam pasar pelanggannya tidak tau lokasi
tempat jualanya yang baru.kendala yang di hadapi iyut saat berjualan yaitu hujan
dan SATPOL PP.
Ibu Iyut memiliki pandangan penertiban dan penataan yang di lakukan
oleh pemerintah dan SATPOL PP. sebagaimana yang dikatakan Ibu iyut pada
peneliti:
“sebenarnya saya sudah mengetahui sudah ada larangan untuk berjualan
di badan jalan melalui spanduk dan SATPOL PP itu sendiri, namun saya tetap
berjualan di lokasi ini, karena jika berjualan di dalam pasar pelanggan saya
akan kesulitan untuk mengetahui lokasi jualan saya yang baru, saya memandang
penertiban SATPOL PP itu bagus untuk ketertiban dan keamanan, tapi mau
bagaimana lagi karena faktor ekonomi jadi saya terpaksa jualan disini.52
2. Subjek Bapak Toni
Bapak Toni merupakan salah satu pedagang ikan selama satu tahun lebih
yang berjualan di area kawasan jalan pasar talang banjar serta mendapat barang
daganganya dari peternak kerambah ikan, Bapak memilih jualan di badan jalan
karena merasa nyaman, banyak orang lewat sehingga mudah menemukan
pembeli di bandingkan di dalam pasar kalau di dalam pasar banyak yang
berjualan sehingga banyak saingan. Kendala yang di hadapi Bapak toni saat
jualan yaitu hujan dan SATPOL PP. toni memiliki pandangan penertiban yang di
lakukan oleh SATPOL PP sebagaimana dikatakan bapak toni kepada peneliti:
52
Wawancara Dengan Ibu Iyut Pedagang Kaki Lima Pasar Talang Banjar Penjual Ayam
Potong
Page 82
69
“saya tau tidak boleh berjualan disini melalui spanduk, tapi saya tetap
jualan disini karena kalo di dalam pasar banyak saingan, penertiban yang
dilakukan oleh pemerintah dan SATPOL PP itu sudah benar, namun hanya
sebagian saja yang ditertibkan, sehingga menimbulkan pemikiran yang tidak adil
unttuk kami.53
3. subjek Ibu Siti
Ibu Siti merupakan salah satu pedagang sayuran yang sudah 4 tahun
berjualan di area kawasan jalan pasar talang banjar serta mendapatkan barang
dagangan langsung dari petani, ibu siti memilih berjualan di bahu jalan karena
tidak perlu membayar parkir, konsumen dapat melihat-lihat dagangannya walau
sebenarnya hanya sekedar jalan-jalan, kemudian tidak ada pungutan biaya
kebersihan, untuk menjaga kebersihan lokasi berjualan ibu siti mengumpulkan
sampah barang daganganya. Kendala yang dihadapi ibu siti saat berjualan yaitu
hujan dan SATPOL PP.
Ibu siti memiliki pandangan penertiban dan penataan yang di lakukan oleh
pemerintah dan SATPOL PP sebagimana dikatakan siti kepada peneliti:
“ saya sudah mengetahui tentang larangan berjualan di badan jalan
melalui spanduk saya memandang penertiban yang di lakukan SATPOL PP itu
bagus, tetapi keadaan tidak memungkinkan. Karena saya sudah terbiasa dan
sudah lama berjualan disini.54
4. Subjek Ibu Aisyah
Ibu Aisyah merupakan salah satu pedagang bumbu giling yang baru
pindah kedalam pasar talang banjar yang baru sebelumnya ia berjualan di bahu
53
Wawancara Dengan Bapak Toni Pedagang Kaki Lima Pasar Talang Banjar Penjual
Ikan 54
Wawancara dengan Ibu Siti Penjual Sayuran Pedagang Kaki Lima Pasar Talang Banjar
Page 83
70
jalan area kawasan pasar talang banjar. Ia mendapatkan barang daganganya
dengan membeli bahan dasar langsung dan menggiling sendiri dirumah. Ibu
Aisyah memilih berjualan didalam pasar karena sudah ada larangan berjualan di
bahu jalan, jadi Ibu aisyah mengikuti aturan yang sudah di buat oleh pemerintah
dan memilih berjualan di dalam pasar talang banjar yang baru
Kendala yang di hadapi ibu aisyah saat berjualan di dalam pasar talang
banjar yang baru pelanggan yang kesulitan mencari lokasi tempat ia jualan
Ibu Aisyah memiliki pandangan penertiban dan penataan yang dilakukan
pemerintah dan SATPOL PP sebagaimana di katakan aisyah kepada peneliti:
“ saya sudah mengetahui tentang larangan berjualan di jalan area
kawasan pasar talang banjar melalui spanduk saya memandang penertiban yang
di lakukan SATPOL PP out bagus, makanya saya mau pindah dan berjualan di
dalam pasar, walaupun pelanggan saya kesulitan untuk menemukan lokasi
jualan saya yang baru namun lama kelamaan akan tahu dan terbiasa.”55
Strategi pedagang kaki lima dalam menghadapi penertiban dan penataan
yang dilakukan oleh pemerintah dan SATPOL PP.
Adapun strategi bertahan yang dilakukan oleh pedagang yaitu dengan cara
resistensi ( perlawanan). Resistensi di bagi menjadi dua antara lain:
1. Resistensi terbuka
PKL di area kawasan jalan pasar talang banjar dalam mengahadapi
larangan berjualan menerapkan cara-cara antara lain dengan melakukan
55
Wawancara dengan Aisyah Pedagang Kaki Lima Pasar Talang Banjar Penjual Bumbu
Giling
Page 84
71
perlawanan secara terang-terangan atau resistensi secara terbuka resistensi secara
terbuka dilakukan dengan melawan secara langsung kepada petugas yang mau
menangkap mereka. Adapun yang bentuk-bentuk resistensi terbuka meliputi: (a)
menghadapi langsung (melawan) petugas; (b) tetap berjualan di kawasan
lapangan; dan (c) menolak relokasi
a. Menghadapi langsung (melawan) petugas
Ketika berhadapan langsung dengan petugas, perlawanan yang
dilakukan PKL bisa terjadi dengan secara lisan (ucapan atau kata-kata)
maupun berupa tindakan (secara fisik) pertama, PKL bersitegang dengan
petugas dan adu mulut. Tidak jarang mereka melakukan adu mulut dengan
petugas yang hendak menangkap mereka dan sering kali itu disertai dengan
teriakan-teriakan bahkan ada meminta belas kasihan petugas. Selain teriakan-
teriakan merontah untuk menolak barang daganganya di bawah, mereka juga
sering kali mengumpat petugas yang mengobrak-abrik dan merampas barang
dagangnya. Seperti ungkapan informan berikut ini
“ saya pernah di tangkap oleh petugas tapi saat itu saya minta
tolonguntuk tidak di angkut barang dagangan saya. Saya bilang “ pak tolong
pak, makan apa saya nanti.itu barang dagangan saya pak . (sambil terus
memegang barang dagangan)”. Tapi walau kita sudah bicara seperti itu
mereka itu tetep tidak mau dengar, mereka angkut semuanya. Jengkel sekali
saya”.56
Kalau di lihat dari upaya PKL untuk meminta belas kasihan sebenarnya
itu sebagai suatu pola strategi mereka agar menarik simpati dari para petugas
karena pada dasarnya para PKL merasa sebagai pihak yang lemah dan kalah
sehingga kalau melawan secara frontal mereka merasa sia-sia belaka,
56
Wawancara Dengan Iyut Pedagang Kaki Lima Pasar Talang Banjar Penjual Ayam
Potong
Page 85
72
disamping mereka enggan memperpanjang masalah. Mereka lebih memilih
bersikap pasrah saja kalau memang harus tertangkap karena mereka merasa
lemah dari segi hukum. Fenomena ini terkait erat dengan proses adaptasi
yang dilakukan oleh manusia bahwa manusia cenderung untuk menyesuaikan
dirinya dengan keadaan yang ada di sekitarnya termasuk dengan lingkungan
sosial tempat dia berada.
Adu mulut yang terjadi antara PKL dan petugas sering tidak
terhindarkan baik dari kata-kata yang cukup halus sampai ke kata-kata kasar
sekalipun umpatan-umpatan kepada petugas pun sering tidak terelakkan
untuk menyalurkan emosi mereka atas kepemilikan barang yang telah di
rampas oleh petugas.
kedua, berebut barang dengan petugas selanjutnya dalam proses
mempertahankan barang daganganya, para PKL sering sekali berebut barang
dagangan dengan para petugas yang hendak mengangkut barang dagangan
mereka
ketiga, merusak barang dagangan atau membuang barang
dagangan selain melawan petugas dengan adu mulut dan fisik, mereka juga
melakukan bentuk perlawan yang lainnya, yaitu dengan cara merusak barang
dagangan atau membuang barang dagangan yang mereka punya.
Sebenarnya membuang barang dagangan yang mereka punyai juga
dilakukan sebagai upaya untuk menghilangkan jejak mereka agar terhindar
dari proses penangkapan petugas. Seperti yang di ugkapkan informan berikut
ini:
Page 86
73
“ saya kalau dari jauh sudah melihat ada teman-teman sudah pada
lari-larian dan terlihat ada petugas, saya segera menuju kebarang dagangan
lalu barang dagangan saya buang. Setelah itu saya jalan seperti pengunjung
biasa dan berusaha biasa-biasa saja. Memang rugi sih tapi mau gimana lagi
dari pada saya ikut ketangkap, soalnya kalau barang akan sulit untuk
disembunyikan pasti akan kelihatan”.57
a. Aksi membuang barang dilakukan dengan berbagai tujuan antara lain:
a) Untuk mengekspresikan kekesalan dan kekecewaan mereka;
b) Untuk menghidari agar barang tersebut tidak di ambil oleh petugas.
Sehingga supaya tidak bisa sama-sama menikmati sehingga mereka
lebih memilih untuk merusak barang dagangan mereka;
c) Menghindari upaya penangkapan atau sebagai strategi untuk
menghilangkan jejak. Misalnya pedagang balon supaya mereka tidak
di tangkap mereka sengaja melepaskan balon-balon jualannya.
Fenomena di atas tidak terlepas karena manusia adalah makhluk bio,
psiko dan sosial. Berbagai bentuk tinddakan yang dilakukan manusia tidak
terlepas dari faktor dorongan nalurinya dimana secara psikologis manusia
mempunyai dorongan untuk mempertahankan hidup. Dorongan ini
merupakan suatu kekuatan biologi yang juga ada pada semua mahklu di
dunia ini dan yang menyebabkan bahwa semua jenis makhluk mampu
memperthankan hidupnya di muka bumi.
b. Tetap berjualan di area kawasan badan jalan
Larangan untuk berjualan di area badan jalan yang tertulis jelas
nampaknya hanya sebagai formalitas belaka karena pada kenyataanya
57
Wawancara dengan Ibu Siti Penjual Sayuran Pedagang Kaki Lima Pasar Talang Banjar
Page 87
74
aktifitas berjualan masih terus berlangsung, tidak pernah surut dan tetap
berjalan seperti sebelum spanduk tersebut terpasang. Bertahanya PKL di
kawasan ini karena mereka mempunyai alasan-alasan tersendiri untuk
tetap bertahan di area tersebut yang mereka anggap sebagai tempat yang
bagus untuk mengais rezeki.
c. Menolak relokasi
Salah satu cara yang dilakukan pemerintah untuk penertiban dan
penataan PKL adalah dengan melakukan relokasi. Relokasi dalam
kehidupan PKL merupakan pemindahan relokasi berdagang dari suatu
tempat ke tempat yang lain dan ini merupakan salah satu bentuk upaya
pemerintah untuk menertibkan para PKL. Relokasi tersebut ternyata tidak
sepenuhnya mendapatkan tanggapan positif dari para PKL karena tidak
semua PKL yang bersedia untuk menepati area relokasi tersebut. Hal inii
terlihat dengan masih banyaknya PKL yang tetap berjualan di area
terlarang dan nekat berhadapan dengan para petugas yang menertibkan
mereka.
Alasan penolakan karena tidak jarang relokasi yang dilakukan
cenderung kurang menguntungkan bagi pedagang karena kesanya
mejauhkan pedagang dengan pembeli.
2. Resistensi terselubung
Kalau resistensi terbuka lebih bersifa adanya kontak langsung (adu fisik)
dengan para petugas tetapi kalau dalam taraf resistensi terselubung hal tersebut
justru malah dihindari. Pada tahap ini para PKL malah cenderung untuk
Page 88
75
menghindari petugas. Ada berbagai cara yang mereka lakukan untuk melakukan
perlawanan kepada petugas misalnya dengan hal-hal sebagai berikut:
a. Mengomel, menggerutu, dan membicarakan petugas
Menurut pengamatan peneliti selama dilokasi penelitian, media yang
paling aman untuk mencetuskan rasa kekesalan PKL pada petugas adalah
mengomel sambil menggerutu. Media ini dianggap paling aman karena
disamping tidak terdengar oleh para petugas juga tidak terjadi adu fisik secara
langsung
b. Membawa lari barang dagangan dan meninggalkan pembeli
Salah satu cara mengetahui para petugas adalah membawa lari barang
dagangannya serta meninggalkan pembeli yang kebetulan sedang menikmati
makanan yang dijajakannya. Kalau petugas sedang berpatroli para PKL
segera mengemasi barang dagangannya dan berlari meninggalkan area dan
menyusup ke dalam gang atau pergi keluar dari area kawasan jalan pasar, cara
ini dirasa cukup efektif oleh pedagang,
Berikut ungkapan salah satu PKL .
“saya kalau sudah melihat mobil petugas datang maka saya segera
menyelamatkan diri dan saya cepat-cepat lari menuju lorong / gang
pokoknya segera lari dari area jalan kawasan pasar agar selamat.”58
Hal ini diperkuat oleh komentar salah seorang pengujung yang
kebetulan sedang membeli makanan yang sempat bercerita:
“wah padahal saya tadi ini belum bayar mbak, tapi kemana ya
ibuknya tadi yang jualan, dia sudah lari duluan karena tadi ada petugas yang
58
Wawancara Dengan Ibu Iyut Pedagang Kaki Lima Pasar Talang Banjar Penjual Ayam
Potong
Page 89
76
datang. Kasihan juga sih, tapi mau bagaimana kalau mau nunggu belum
tentu bapaknya akan kembali lagi kesini.”59
Meninggalkan pembeli walaupun tidak jarang pembeli tersebut belum
membayar makanan yang dibelinya adalah cara yang efektif, mereka lebih
mengorbankan hal tersbeut karena ini adalah sebagai bentuk upaya
penyelamatan barang dagangan mereka yang dinilai memiliki nilai eknomis
yang lebih tinggi.
c. Menyembunyikan barang dagangan
Ada berbagai cara yang dilakukan para PKL untuk mengetahui
petugas supaya barang-barang dagangannya tidak diketahui oleh petugas
misalnya dengan cara menyembunyikan di semak-semak di dalam got
meletakkan barang dagangan di sepeda motor sambil ditutup, dan menaruh
barang-barang daagangan disaluran-saluran air yang ada disekitar area
kawasan jalan pasar atau ditempat-tempat tersembunyi yang tidak terlihat
oleh petugas dan ada juga pedagang yang sengaja melarikan diri dan
menitipkan barang dagangan dikawasan relokasi pasar talang banjar yang
baru yang letaknya tidak begitu jauh dari area jalan.
Dari tindakan tersebut bisa diperoleh gambaran bahwa PKL
melakukan tindakan-tindakan penyelamatan barang dagangannya tersebut
sebagai pola adaptasi yang mereka lakukan. Daya adaptif tersebut tidak
terlepas juga dari dorongan naluri manusia untuk mempertahankan
kehidupannya sehingga bisa tetap eksis dan survive dalam kehidupan
selanjutnya.
59
Wawancara dengan Ibu Santi Pengunjung di Pasar Talang Banjar
Page 90
77
d. Pura-pura sebagai pengunjung biasa (jalan-jalan saat petugas datang)
Pola lain yang diterapkan oleh para PKL ketika harus menghadapi
petugas yang sedang berpatroli adalah dengan cara menyamar sebagai
pengunjung pasar sambil jalan-jalan. PKL sangat peka dengan kehadiran para
petugas, sehingga begitu ada tanda-tanda kalau petugas datang, mereka segera
meletakkan barang-barang dagangan disemak atau ditempat yang lebih aman
dulu lalu segera berjalan berkeliling seperti biasa. Mereka segera pergi ke
tempat yang lebih aman yag banyak pengunjungnya sehingga mereka
terkessan seperti pada umumnya. Berikut ungkapan salah seorang informan.
“kalau tiba-tiba petugas Satpol PP datang, kadang saya belum
sempat lari keluar, saya cepat-cepat menyebunyikan barang dagangan di
balik semak-semka di dekat area jalan, setelah itu saya segera lari ketempat
banyak orang biar kita seperti pengunjung yang datang kalau begitukan tidak
akan kelihatan oleh petugas dan saya bisa selamat.”60
e. Mengumpet / kucing-kucingan dengan petugas
PKL umumnya sudah sangat hafal dengan jam-jam saat petugas
SATPOL PP datang (jadwal kedatangan petugas). Kadang pagi, kadang
siang, jam 17.00, tetapi untuk sore hari lebih banyak pada jam 17.00. kalau
minggu dan sabtu kebanyakkan pagi jam 07.00. ketika petugas datang pada
jam-jam tersebut mereka segera mempersiapkan diri untuk mengumpet atau
bersembunyi yang dianggap relative aman bagi mereka.
60
Wawancara dengan Siti Penjual Sayuran Pedagang Kaki Lima Pasar Talang Banjar
Page 91
78
f. Memberi uang sogok kepada petugas (menyuap dan bekerja sama
dengan petugas)
Salah satu perilaku ini ditunjukkan ketika pedagang sudah tertangkap
basah oleh petugas. Tidak jarang mereka terpaksa memberi uang soggok atau
menyuap petugas dengan memberikan sesuatu kepada petugas agar barang
dagangan mereka tidak disita, karena kalau dagangan mereka disita maka hal
ini akan sangat berpengaruh kepada kehidupan mereka selanjutnya. Berikut
salah satu ungkapan informaan.
“pernah saya ketangkap ketika saya sedang berjualan waktu itu saya
tidak tau kalau ada petugas dan tiba-tiba saja dia sudah ada dibelakang
saya. Karena tidak ada pilihan maka petugas saya ajak damai dan saya
bilang “saya jualan ini untuk makan saya juga pak” dan saya kasih uang
50.000 dan rokok. Untung petugasnya mau terima, ya daripada barang-
barang saya diambil semua mbak mau makan apa saya nanti”.61
g. Menebus barang dagangan yang telah disita
Ketika dihadapkan pada sesuatu problema suatu keadaan saat mereka
tertangkap basah dan barangnya harus disita oleh petugas SATPOL PP maka
mau tidak mau para PKL harus rela untuk berurusan secara langsung dengan
petugas, menebus barang dagangan yang disita adalah pilihan terakhir bagi
mereka agar kelangsungan hidup mereka bisa terjaga. Ada beberapa faktor
yang melatar belakangi kenapa para PKL mau menebus barang yang telah
disita petugas, dan faktor tersebut antara lain: (1) nilai keuntungan atau
pertimbangan untung rugi dari barang yang akan ditebus; (2) pedagang
memerlukan peralatan yang mereka pergunakan untuk berjualan karena
61
Wawancara dengan Siti Penjual Sayuran Pedagang Kaki Lima Pasar Talang Banjar
Page 92
79
perlatan tersebut merupakan modal mereka untuk berjualan; dan (3) proses
menebus tidak rumit, misalnya tidak perlu sidang lagi.
Fenomena di atas sejalan dengan pendapat mustapa yang mengatakan
bahwa salah satu bentuk transformasi dalam kehidupan PKL diperkotaan
adalah adanya interaksi antara mereka dengan pemerintah dalam hal ini
dengan petugas Satpol PP, walaupun interaksi yang terjadi tidak selalu dalam
kondisi yang menyenangkan.
Dari hasil penelitian dikawasan ini menujukkan bahwa pada dasarnya
tidak semua PKL mau menebus barang dagangan yang telah disita oleh
petugas atau mereka mengaku pasrah dan membiarkan barang dagangan
mereka disita dan dibawa oleh petugas-petugas ke kantor. Hal tersebut tentu
tidak terlepas dari beberapa faktor yang melatarbelakangi.
Alasan-alasan mengapa para PKL terkesan enggan untuk menebus
barang yang telah disita petugas adalah: (1) karena mereka sudah pasrah dan
putus asa dengan kondisi barang mereka yang mungkin tidak bisa kembali
secara utuh lagi; (2) proses pengambilan barang terkesan rumit bahkan
mereka mesti dihadapkan pada kemungkinan utnuk sidang yang tentu hal ini
sangat memberatkan mereka; dan (3) faktor keuntungan dari hasil menebus
mungkin tidak sebanding dengan waktu yang mereka habiskan dalam proses
penebusan tersebut.
Page 93
80
C. Kendala yang dan Upaya yang dilakukan Pemerintah Kota Jambi dalam
Penertiban dan Penataan Pedagang Kaki Lima (PKL) DI Pasar Talang
Banjar Kota Jambi
1. kendala
Melaksanakan penataan dan penertiban yang dilakukan oleh pemerintah
kota dan SATPOL PP Kota Jambi PKL Pasar Talang Banjar tidak begitu saja
selesai dengan mudah, dalam penataan dan penertiban ditemui kendala-kendala
dan hambatan yang di hadapi beberapa kendala tersebut:
a. Faktor Internal
1. Kekurangan Personil
Personil SATPOL PP Kota Jambi bisa terbilang cukup, tetapi ketika
ada acara tertentu pada acara tertentu pada waktu bersamaan, maka biasanya
terjadi kekuraangan personil.
Berdasarkan wawancara dengan Dommy beliau mengatakan:
“ketika kita ada perjanjian dengan PKL Pasar Talang Banjar untuk
membantu membongkar tapi ternyata saat waktu pembongkaran pada waktu
yang bersamaan tiba-tiba ada tugas yang lain misalnya: terjadi kesepatan
dengan PKL Pasar Talang Banjar, hari kamis 16 januari pembongkaran
bersama PKL Pasar Talang Banjar, tetapi tiba-tiba ada tamu penting yang
perlu penjagaan maka kita kekurangan personil.”62
Berdasarkan hasil wawancara di atas, kendala dalam menata PKL
Pasar Talang Banjar adalah kekurangan personil, apalagi jika sudah
mengadakan perjanjian dengan PKL Pasar Talang Banjar, tetapi pada waktu
bersamaan ada tamu penting perlu penjagaan dari SATPOL PP. sehingga
62
Wawancara dengan Dommy, SE KASI OPS DAL SATPOL PP Kota Jambi
Page 94
81
SATPOL PP tidak bisa ikut dalam pembongkaran lapak PKL Pasar Talang
Banjar yang sudah di janjikan.
Untuk mengatasi kekurangan personil tersebut langkah yang sudah
dilakukan SATPOL PP adalah mengajukan ke Walikota Jambi untuk
penambahan jumlah personil, tetapi hampir semua SKPD Kota Jambi
kekurangan personil dikarenakan adanya moratorium (pembatasan jumlah )
PNS dari pemerintah pusat.
Berdasarkan wawancara Agung, SE,ME.,
“ dalam melaksanakan perda yang jumlahnya hanya sekitar 21 perda
dengan jumlah personil 82 anggota saya rasa kurang.kita sudah mengajukan
ke Walikota untuk personil dan sarana dan prasarana lainnya, hasil dari
pengajuan kita jelaskan bahwa hampir semua SKPD kota jambi kekurangan
personil.,dahulu pernah berjumlah 125 orang dimutasi tapi belom ada
penggantinya sehingga sekarang menjadi 80 (delapan puluh)”.63
2. Kekurangan armada
Untuk mengamankan perda yang tidak hanya perda PKL pasar talang
banjar saja dengan berjumlah kurang lebih 21 perda dan wilayah kota jambi
yang bisa di katakan pusat perekonomian bagi daerah-daerah di sekitarnya.
Sebagai pusat perekonomian ini menyebabkan banyak permasalahan yang
terjadi, mulai dari semakin banyaknya PKL pasar talang banjar, bangunan liar,
orang gila dan gelandangan, dan masih banyak lagi yang di atur dalam perda
yang harus dilaksanakan oleh pemerintah kepada SATPOL PP, banyaknya
permasalahan tersebut di butuhkan armada yang memadai supaya bisa
maksimal dalam patroli keseluruh kota jambi.
63
Wawancara dengan Agung, SE,ME., Kepala Bidang Satpol PP Kota Jambi
Page 95
82
Sebagaimana wawancara dengan SATPOL PP kota jambi beliau
mengatakan:
“kendala faktor internal SATPOL PP kota jambi sarana dan sarana
yang masih kurang yaitu kekurangan kendaraan roda 4 dan roda 2.”64
Berdasarkan hasil wawancara di atas langkah yang sudah dilakukan
untuk mengurangi faktor kekurangan armada dengan mengajukan proposal
penambahan armada dan personil yang di tujukan kepada walikota, tetapi
karena keterbatasan dana pemerintah kota, maka penambahan secara bertahap.
b. Faktor Eksternal
Faktor-faktor eksternal yang menjadi kendala Disperindag dalam
implementasi perda tetang PKL di Kota Jambi, banyak PKL Pasar Talang Banjar
yang belom memahami perda tentang PKL.
Sabagaiamana wawanacara berikut:
“banyak masyarakat dalam hal ini PKL Pasar Talang Banjar belum
memahami perda, walaupun demikian masyarakat jambi mendukung apa yang di
programkan pemerintah, misalnya penataan PKL Pasar Talang Banjar”.65
Berdasarkan hasil wawancara di atas, masyarakat dalam hal ini PKL Pasar
Talang Banjar Kota Jambi masih banyak yang belum memahami perda tentang
PKL Pasar Talang Banjar, akan tetapi masyarakat Kota Jambi mendukung apa
yang di programkan pemerintah dengan sejumlah kompensasi tertentu.
64
Wawancara dengan Dommy, SE KASI OPS DAL SATPOL PP Kota Jambi 65
Wawancara dengan Agung, SE,ME., Kepala Bidang Satpol PP Kota Jambi
Page 96
83
Kurangnya pemahaman perda terhadap perda tentang PKL pasar talang
banjar hal ini di sebabkan kurangnya sosialisasi perda tentang PKL dari dinas
perindustrian dan perdagangan bidang PKL pasar talang banjar. Walupun tugas
utama sosialisasi perda adalah kewajiban disperindag, tetapi SATPOL PP juga
tetap berupaya mensosialisasikan perda tentang PKL pasar talang banjar di sela-
sela waktu patroli.
Sebagaimana wawancara dengan SATPOL PP kota jambi beliau
mengatakan
“kurangnya sosialisasi perda tentang PKL pasar talang banjar kepada
masyarakat sebenarnya adalah tugas pokok dari disperindag bidang PKL pasar
talang banjar. Tetapi SATPOL PP juga tidak bosan-bosan memberi pencerahan
perda tentang PKL pasar talang banjar di sela-sela patroli rutin.”66
Sedangkan untuk mengatasi permintaan-permintaan pasar talang banjar
ketika mau direlokasi, maka SATPOL PP selalu mengedepankan komunikasi
setiap saat baik dalam keadaaan berdinas maupun tidak, maupun hari kerja
maupun libur. Komunikasi tersebut dilakukan secara terus menerus untuk
mencapai kesepakatan yang terbaik yang sisi baiknya adalah masyarakat kota
jambi mendukung kebijakan pemerintah.
1. Kurangnya personil SATPOL PP
Kekurangan jumlah personil juga diakui oleh SATPOL PP kota jambi
saat ini SATPOL PP sedang kekurangan personil untuk membantu penataan
kota.
66
Wawancara dengan Agung, SE,ME., Kepala Bidang Satpol PP Kota Jambi
Page 97
84
Sebaimana wawancara dengan salah satu personil SATPOL PP kota
jambi beliau mengatakan
“ saya berharap ada tambahan tenaga baru terutama baru lulus SMA
sehingga secara fisik, masih bisa sangat di andalkan bila ada tambahan
tenaga baru, dengan minimalnya anggota SATPOL PP kota jambi ini, maka
kendala tugas dilapangan, karena dari jumlah yang ada pada saat ini, telah
di setujui sesuai dengan permintaan, sehingga untuk jumlah khusus bantuan
yang siap siaga di kantor bila ada demo mendadak, razia dan lain
sebagainya harus mencari dan menunggu petugas lain, jadi ganti gerak”.67
Berdasarkan hasil wawancara di atas tersebut, maka dapat ditegaskan,
kurangnya personil menjadi salah satu hambatan dalam melaksanakan tugas
dan pengamanan di lapangan.
2. Terbatasnya anggaran
Segala kegiatan operasional tentunya sangat membutuhkan dana, tanpa
dana dan uang tentunya segala kegiatan akan terhambat dalam melaksanakan
kegiatan di lapangan.
Sebagaimana wawancara berikut:
“anggaran pada SATPOL PP Kota Jambi masih sangat minim sekali
sehingga anggaran yang tersedia tidak mencukupi untuk melaksanakan
program- program SATPOL PP terutama masalah pembinaan terhadap
personil, penambahan sarana dan prasarana serta operasional di lapangan
memang sangat terbatas sekali, sehingga ini akan menjadi hambatan
kedepan.”68
Berdasarkan wawancara tersebut diatas, maka dapat ditegaskan di sini
bahwa persoalan anggaran merupakan permasalahan yang sangat penting
dalam sebuah organisasi karena tanpa anggaran dan dana maka suatu
organisasi akan sulit bergerak.
67
Wawancara dengan Agung, SE,ME., Kepala Bidang Satpol PP Kota Jambi 68
Wawancara dengan Agung, SE,ME., Kepala Bidang Satpol PP Kota Jambi
Page 98
85
3. Menolak relokasi
Salah satu cara yang dilakukan pemerintah untuk menata keberadaan
PKL adalah dengan melakukan relokasi, relokasi tersebut tidak mendapatkan
tanggapan positif dari para PKL karena tidak semua PKL yang bersedia untuk
menempati area relokasi tersebut.
3. Upaya
Upaya-upaya yang dilakukan pihak Disperindag bersama SATPOL PP
dalam penertiban dan pengamanan para pedagang Kaki Lima di Pasar Talang
Banjar, yaitu dengan melakukan upaya-upaya sebagai berikut:
a. Strategi Kekuatan Peluang
1. Meningkatkan Profesionalitas Aparat Polisi Pamong Praja guna
mendukung tugas-tugas teknis administrasi, teknis yuridis dan teknis
operasional
2. Meningkatkan dukungan sarana dan prasarana
3. Meningkatkan kordinasi dengan sesama lembaga pemerintah dan lembaga
non-pemerintah, sampai ketingkat yang bawah
4. Mendata dan mengevaluasi seluruh peraturan Daerah Khusunya
menyangkut masalah perizinan
5. Meningkatkan keikutsertaan masyarakat, aparat tingkat kecamatan dan
Desa/Kelurahan dalam menciptaakn suasana tertib, tentram, damai, dan
tegaknya supermasi Perda
6. Melakukan konsultasi secara lebih intens dengan unsur Pimpinan dalam
mengoperasionalkan kegiatan
Page 99
86
7. Melakukan konsultasi secara lebih intens dengan unsur legislatif dalam
mengoperasikan kegiatan
8. Meningkatkan pengelolaan sistem keamanan terpadu.
9. Mengembangkan program kerja sesuai dengan kondisi dan kebutuhan
masyarakat.
10. Meningkatkan anggaran biaya, pengadaan sarana dan prasarana untuk
pelaksanaan program kerja.
b. Strategi kekuatan tantangan
1. Menumbuh kembangkan kepercayaan masyarakat
2. Memberi pemahaman terhadap warga masyarakat dan pengawasan pada
aparat penegak perda.
3. Meningkatkan kualitas SDM
4. Meningkatkan sosialisasi untuk meningkatkan kepercayaan masyarakat
terhadap aparat penegak perda
5. Meningkatkan sosialisasi kepada masyarakat dan perusahaan, menyangkut
berbagai perda tentang perizinan, dan kewajiaban masyarakat.
6. Meningkatkan operasi dan membantu mencarikan solusi untuk pedagang
kaki lima.
Dalam bidang relokasi sebagian pedagang kaki lima yang berada di pasar
talang banjar mendukung pengerelokasian yang dilakukan pemerintah kota jambi
akan tetapi masih ada pedagang kaki lima yang melanggar kebijakan pemerintah
kota jambi, dalam hal ini masih adanya yang berdagang di ruas jalan pasar
tersebut.
Page 100
87
Sebagian pedagang kaki lima dalam hal ini enggan atau tidak mengindahkan
apa yang telah di tetapkan pemerintah kota jambi, ataupun bisa di katakan pada
sebagian pedagang tidak mentaati peraturan yang telah di tetapkan oleh
pemerintah kota jambi.
Page 101
88
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah penulis lakukan, penulis dapat
mengambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Peranan Pemerintah Kota sangat penting untuk mengembangkan dan
meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Adapun strategi pemerintah kota
jambi yaitu dengan membuat suatu Peraturan atau Perda tentang
Penertiban dan Penataan Pedagang Kaki Lima dan mensosialisasikan
Peraturan tersebut kepada para Pedagang Kaki Lima.
2. Persepsi Pedagang Kaki Lima terhadap penertiban dan Penataan yang
dilakukan oleh Pemerintah Kota dan Satpol PP bahwa penertiban dan
penataan yang dilakukan bagus dan sudah benar namun ada yang
menyatakan tidak bagus karena penggusuran yang dilakukan tidak merata
(tidak adil) dan tidak semua pedagang kaki lima yang ditertibkan. Adapun
faktor yang menyebabkan pedagang kaki lima berjualan di badan jalan
yaitu karena keadaan ekonomi rendah, tidak perlu membayar biaya apapun
dan lokasi nya strategis. Adapun Strategi yang dilakukan oleh pedagang
kaki lima yaitu dengan cara melakukan resistensi (perlawanan), adapun
bentuk-bentuk resistensi yang dilakukan oleh pedagang kaki lima antara
lain: Resistensi secara terbuka (menghadapi langsung petugas), resistensi
secara terselebung (mengomel, menggerutu, dan membicarakan petugas
Page 102
89
3. Hambatan yang di temui di lapangan dalam penertiban dan penataan
pedagang kaki lima pasar talang banjar kota jambi yang dilakukan
pemerintah kota dengan SATPOL PP kota jambi tidak begitu saja selesai
dengan mudah dalam penertiban dan penataan ditemui kendala-kendala
yang di hadapi, beberapa kendala tersebut bersal dari: (1) faktor internal
dan (2) faktor eksternal. Adapun Upaya-upaya yang dilakukan pemerintah
kota jambi dalam penertiban dan penataan para pedagang kaki lima di
pasar talang banjar yaitu dengan melakukan upaya-upaya sebagai berikut:
(1). Upaya peningkatan strategi kekuatan peluang, dan strategi kekuatan
tantangan yang menunjang tercipta kekuatan dalam meningkatkan kualitas
dan strategi operasi.
B. Saran
Berdasarkan penelitian yang telah penulis lakukan maka penulis
menyarankan sebagai berikut:
1. Untuk para Pedagang Kaki Lima diharapkan dapat mengikuti peraturan
yang dibuat oleh Pemerintah, agar tidak digusur oleh Satpol PP dari
tempat berjualan dan hendaknya mau pindah ke lokas yang telah direlokasi
oleh Pemerintah.
2. Untuk Dinas Perindustrian dan Perdagangan dan Satpol PP agar dapat
menyampaikan Informasi terkait dengan larangan berjualan di badan jalan
dan peringatan-peringatan lainnya, serta memberikan sanksi yang tegas
bagi pedagang yang melanggar aturan yang dibaut oleh Pemerintah
Page 103
90
3. Dalam melakukan Penertiban hendaknya Satpol PP bertindak adil dan
melakukan Penertiban secara merata bukan hanya sebagian pedagang kaki
lima saja yang ditertibkan agar tidak menimbulkan kecemburuan bagi
pedagang yang lain kemudian dalam melakukan penertiban harusnya
Satpol PP juga bertindak sopan.
4. Diharapkan pihak Satpol PP terus meningkatkan kinerjanya, kedisiplinan,
meningkatkan kemampuan profesionalisme, sehingga dalam
melaksanakan tugas pengamanan tidak menimbulkan permasalahan yang
ada dilapangan baik kepada masyarakat maupun kepada penertiban PKL
yang ada dilapangan baik kepada masyarakat maupun kepada Penertiban
PKL Pasar Talang Banjar Kota Jambi.
Page 104
DAFTAR PUSTAKA
A. Literature
Al-Qur’an dan Terjemahannya, Surakarta: Cv. Al-Hannan, 2009
Crown Dirgantoro, Manajemen Stratejik Konsep, Kasus dan
Implementasi,(Jakarta: PT Grasindo, 2001
Damai Magdalena, Jorawati Simarmata, “Penataan Dan Pemberdayaan
Pedagang Kaki Lima Dari Janji Politik Pemilihan Kepala Daerah
Serentak Tahun 2017 Dan Urgensinya Dalam Pembentukan Peraturan
Daerah”, Jurnal Legislasi Indonesia, Vol. 14 No. 02, 2017
Dr. Andriansyah.,M.Si, Administrasi Pemerintah Daerah Dalam Analisa, Jakarta:
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Prof. Dr. Moestopo
Beragama, 2015
Dr. H. Amin Ibrahim, M.A., Pokok-Pokok Administrasi Publik dan
Implementasinya, Bandung: PT Refika Aditama, 2008
Hasan Alwi, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 2001
Husein Umar, Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis Bisnis, Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 1996
Iskandar, Metode Penelitian Kualitatif, cet Ke-1, Jakarta: Gaung Persada, 2009
Muhammad Idrus, Metode Penelitian Ilmu Sosial, Yogyakarta: PT. Gelora Aksara
Pratama, 2009
Sanafiah Faisal, Penelitian Kualitatif Dasar dan Aplikasinya, Malang: YA3, 1990
Sayuti Una, Pedoman Penulisan Skripsi, Jambi: Syariahpress, 2014
Page 105
Skripsi dari Hendrizal.,M, Mahasiswa, Universitas Islam Negeri Sultan Riau
(2012), “Peranan Dinas Pengelolaan Pasar Dalam Penertiban Pedagang
Kaki Lima”
Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif,Kualitatif, dan R&D, Bandung:
Alfabeta,2017
Sumadi Suryabrata, Metodologi Penelitian, Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada,2012
Zainuddin Ali, Metode Penelitian Hukum, Jakarta: Sinar Grafika, 2009
A. Peraturan Perundang-Undangan
Undang-Undang RI Nomor 9 Tahun 1945 tentang usaha Kecil
Undang-Undang No 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah Pasal 1 dan 2
Permendagri No 41 Tahun 2012 Tentang Pedagang Kaki Lima
B. Lain-Lain
Dokumentasi
http//mujibsite.wordpress.com/2009/08/14/sejarah-pedagang-kaki-lima-pkl/
Observasi di Pasar Talang Banjar Kota Jambi
Wawancara
Page 106
Lampiran I
DAFTAR INFORMAN
NO NAMA INFORMAN JABATAN PEKERJAAN
1. Budi Siswanto, SP Bidang Pengelolaan Pasar
2. Dommy, SE Kasih Ops Dal SATPOL PP
3. Agung SE, ME Kepala Bidang SATPOL PP
4. Toni Penjual Ikan
5. Siti Penjual Sayuran
6. Aisyah Penjual bumbu giling
7. Iyut Penjual Ayam Potong
8. Santi Pengunjung pasar
Page 107
Lampiran II
Daftar Pertanyaan Wawancara
1. Bagaimana peran Disperindag Kota Jambi dalam Penertiban dan Penataan
Pedagang Kaki Lima (PKL) Talang Banjar Kota Jambi?
2. Bagaimana pendapat Disperindag Kota Jambi terhadap Pedagang Kaki Lima
yang masih berjualan di kios?
3. Siapa saja pihak-pihak yang terlibat dalam Penertiban dan Penataan
Pedagang Kaki Lima (PKL) Pasar Talang Banjar Kota Jambi?
4. Seperti apa cara yang dilakukan Satpol PP dalam Penertiban dan Penataan
Pedagang Kaki Lima (PKL) Pasar Talang Banjar Kota Jambi?
5. Apakah ada peninjauan kembali oleh pihak Satpol PP setelah dilakukan
Penataan dan Penertiban Pedagang Kaki Lima (PKL) Pasar Talang Banjar
Kota Jambi?
6. Bagaimana Persepsi atau Pendapat Pedagang Kaki Lima terhadap Penataaan
dan Penertiban yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Jambi dan Satpol PP?
7. Bagaimana strategi Pedagang Kaki Lima (PKL) dalam menghadapi
Penertiban dan Penataan yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Jambi dan
Satpol PP?
8. Apa saja kendala yang dihadapi Pemerintah Kota Jambi dalam Penertiban
dan Penataan Pedagang Kaki Lima (PKL) Pasar Talang Banjar Kota Jambi?
9. Apa saja upaya yang dilakukan untuk menghadapi kendala-kendala tersebut?
Page 108
Lampiran III
Dokumentasi
Wawancara dengan Bapak Budi Siswanto, SP Bidang Pengelolaan Pasar
Wawancara dengan Bapak Budi Siswanto, SP Bidang Pengelolaan Pasar
Page 109
Wawancara dengan Ibu Iyut Penjual Ayam
Wawancara dengan Ibu Siti Penjual Sayuran
Page 110
Wawancara dengan Ibu Aisyah Penjual Bumbu
Wawancara dengan Bapak Agung Satpol PP Kota Jambi
Page 111
Wawancara de ngan Bapak Dommy Satpol PP Kota Jambi
Page 112
CURRICULUM VITAE
A. Identitas Diri
Nama : SELI PITRIANI
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat, Tanggal Lahir : Londerang, 27 Januari 1998
Alamat Asal : Londerang Rt. 07 Kecamatan Kumpeh Kabupaten
Muaro Jambi
Alamat Sekarang : Jl. Kapten Sujono No 98 Rt. 11 Kecamatan Kota
Baru Kelurahan Paal. V
No. Telp/HP : 0823-8077-1095
Nama Ayah : Aguan
Nama Ibu : Aslawiyah
B. Riwayat Pendidikan
SD/MI, Tahun Lulus : SDN. 103/IX Londerang, 2009
SMP/MTs, Tahun Lulus : SMPN Satu Atap 1 Kumpeh Londerang, 2012
SMA/MA, Tahun Lulus
UIN STS JAMBI, Tahun
Lulus
:
:
SMK Dharma Bhakti 1 Kota Jambi, 2015
Simpang Sei, Duren, Mendalo, Muaro Jambi 2021