STRATEGI PEMBELAJARAN KOOPERATIF Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Strategi Belajar Mengajar Akuntansi Dosen Pengampu : Annisa Ratna Sari, M.S.Ed Kelompok 3 : Arina Bakhro Shabrina 11403244016 Dewi Tri Anggraeni 11403244019 Ayu Fintiastuti 11403244021 Ade Triananda 11403244023 Eka Yuniastuti 11403244025 PENDIDIKAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI
29
Embed
STRATEGI PEMBELAJARAN KOOPERATIF - SBMA (Strategi Belajar Mengajar Akuntansi) Kelompok 3
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
STRATEGI PEMBELAJARAN KOOPERATIFMakalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah
Strategi Belajar Mengajar Akuntansi
Dosen Pengampu : Annisa Ratna Sari, M.S.Ed
Kelompok 3 :
Arina Bakhro Shabrina 11403244016
Dewi Tri Anggraeni 11403244019
Ayu Fintiastuti 11403244021
Ade Triananda 11403244023
Eka Yuniastuti 11403244025
PENDIDIKAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2014
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Adanya kecenderungan sekolah-sekolah membentuk kelas-kelasunggulan atas dasar prestasi akademik dewasa ini patut dikajiulang. Apakah kecenderungan itu didasari atas pertimbangan yangsejalan dengan tujuan pendidikan kita ataukah karena pertimbanganlain sesuai dengan permintaan pasar yang bersifat sesaat?
Terlepas dari mana yang benar, fenomena yang muncul dalamsistem persekolahan yang ada sekarang ini cenderung memperlakukansiswa secara kurang adil dan kurang humanistis. Siswa pandaidiberi label unggul dengan segala fasilitas yang diberikannya,sementara siswa yang di kelas tak unggul memperoleh label kurangdan predikat negatif yang lain. Siswa pada kelompok unggulberkompetisi secara keras dan cenderung individualistik.Sementara siswa di kelas tidak unggul merasa tidak mampu,frustasi dan selanjutnya menerima keadaan itu.
Persoalan lain yang menunjukan aspek kompetitif danindividualistik dalam pendidikan kita adalah model pembelajaranlangsung (model pembelajaran konvensional). Pada pembelajarankonvensional, guru menjadi pusat pembelajaran, berperanmentransfer dan meneruskan (transmit) informasi sehingga siswatidak perlu mengkonstruksi ide-idenya. Tingkat partisipasi siswasangat terbatas karena arus interaksi didominasi oleh guru.
Bentuk penugasan dalam pembelajaran ini bersifat individual.Sebagai konsekuensinya, evaluasi yang diterapkan dikelaspun jugaindividual.
Dalam hal ini, guru perlu menyusun dan melaksanakan kegiatanbelajar mengajar dimana siswa dapat aktif membangunpengetahuannya sendiri. Hal ini sesuai dengan pandangankontruktivisme yaitu keberhasilan belajar tidak hanya bergantungpada lingkungan atau kondisi belajar, tetapi juga padapengetahuan awal siswa. Keberhasilan dalam proses pembelajarandipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor internal dan faktoreksternal. Faktor internal yaitu faktor yang berkaitan dengandiri siswa, diantaranya adalah kemampuan, minat, motivasi,keaktifan belajar dan lain-lain. Sedangkan faktor eksternaladalah faktor dari luar diri siswa, diantaranya adalah modelpembelajaran.
Model pembelajaran memiliki andil yang cukup besar dalamkegiatan belajar mengajar. Kemampuan menangkap pelajaran olehsiswa dapat dipengaruhi dari pemilihan model pembelajaran yangtepat, sehingga tujuan pembelajaran yang ditetapkan akantercapai. Terdapat berbagai macam model pembelajaran yang dapatdijadikan alternatif bagi guru untuk menjadikan kegiatanpembelajaran di kelas berlangsung efektif dan optimal. Salahsatunya yaitu dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif.
Wagitan (2006) menyimpulkan bahwa pembelajaran kooperatifdapat menjadi salah satu alternatif karena banyak pendapat yangmenyatakan bahwa pembelajaran aktif termasuk kooperatifmampu meningkatkan efektivitas pembelajaran. Pembelajarankooperatif mengutamakan kerjasama antar siswa untuk mencapaitujuan pembelajaran. Menggunakan pembelajaran kooperatif dapatmengubah peran guru, dari yang berpusat pada gurunya kepengelolaan siswa dalam kelompok-kelompok kecil. Modelpembelajaran kooperatif dapat digunakan untuk mengajarkan materi
yang kompleks, dan yang lebih penting lagi, dapat membantu guruuntuk mencapai tujuan pembelajaran yang berdimensi sosial danhubungan antar manusia.
Pembelajaran kooperatif memiliki manfaat atau kelebihan yangsangat besar dalam memberikan kesempatan kepada siswa untuk lebihmengembangkan kemampuannya. Hal ini dikarenakan dalam kegiatanpembelajaran kooperatif, siswa dituntut untuk aktif dalam belajarmelalui kegiatan kerjasama dalam kelompok.
B. Rumusan MasalahRumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini yaitu:1. Apa pengertian dari pembelajaran kooperatif?2. Apa saja unsur-unsur dan karakteristik pembelajaran kooperatif?3. Apa saja tipe-tipe dari pembelajaran kooperatif?4. Apa kelebihan dan kekurangan pembelajaran kooperatif?
C. TujuanTujuan dari penyusunan makalah ini yaitu:1. Mengetahui tentang pengertian dari pembelajaran kooperatif.2. Mengerti apa saja unsur-unsur dan karakteristik daripembelajaran kooperatif.3. Mengetahui tipe-tipe dari pembelajaran kooperatif.4. Mengerti kelebihan dan kekurangan dari pembelajaran kooperatif.
BAB II
PEMBAHASANA. Pengertian
Pembelajaran kooperatif merupakan suatu model
pembelajaran yang mengutamakan adanya kelompok-kelompok.
Setiap siswa yang ada dalam kelompok mempunyai tingkat
kemampuan yang berbeda-beda (tinggi, sedang dan rendah) dan
jika memungkinkan anggota kelompok berasal dari ras, budaya,
suku yang berbeda serta memperhatikan kesetaraan gender.
Model pembelajaran kooperatif mengutamakan kerja sama dalam
menyelesaikan permasalahan untuk menerapkan pengetahuan dan
keterampilan dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran.
Tujuan model pembelajaran kooperatif adalah hasil belajar
akademik siswa meningkat dan siswa dapat menerima berbagai
keragaman dari temannya, serta pengembangan keterampilan
sosial.
Sistem penilaian dilakukan terhadap kelompok. Setiap
kelompok akan memperoleh penghargaan (reward), jika kelompok
mampu menunjukkan prestasi yang dipersyaratkan. Dengan
demikian, setiap anggota kelompok akan mempunyai
ketergantungan positif. Ketergantungan semacam itulah yang
selanjutnya akan memunculkan tanggung jawab individu
terhadap kelompok dan keterampilan interpersonal dari setiap
anggota kelompok. Setiap individu akan saling membantu,
mereka akan mempunyai motivasi untuk keberhasilan kelompok,
sehingga setiap individu akan memiliki kesempatan yang sama
untuk memberikan kontribusi demi keberhasilan kelompok.
SPK mempunyai dua komponen utama, yaitu komponen tugas
kooperatif (cooperative task) dan komponen struktur insentif
kooperatif (cooperative incentive structure). Tugas
kooperatif berkaitan dengan hal yang menyebabkan anggota
bekerja sama dalam menyelesaikan tugas kelompok; sedangkan
struktur insentif kooperatif sesuatu yang membangkitkan
motivasi individu untuk bekerja sama mencapai tujuan
kelompok. Struktur insentif dianggap sebagai keunikan dari
pembelajaran kooperatif, karena melalui struktur insentif
setiap anggota kelompok bekerja keras untuk belajar,
mendorong dan memotivasi anggota lain menguasai materi
pelajaran, sehingga mencapai tujuan kelompok.
Jadi, hal yang menarik dari SPK adalah adanya harapan
selain memiliki dampak pembelajaran, yaitu berupa
peningkatan prestasi belajar peserta didik (student
achievement) juga mempunyai dampak pengiring seperti relasi
sosial, penerimaan terhadap peserta didik, yang dianggap
lemah, harga diri, norma akademik, penghargaan terhadap
waktu, dan suka memberi pertolongan ada yang lain.
Strategi pembelajaran ini bisa digunakan manakala:
1. Guru menekankan pentingnya usaha kolektif di samping
usaha individual dalam belajar.
2. Jika guru menghendaki seluruh siswa (bukan hanya
siswa yang pintar saja) untuk memperoleh
keberhasilan dalam belajar.
3. Jika guru ingin menanamkan, bahwa siswa dapat
belajar dari teman lainnya, dan belajar dari bantuan
orang lain.
4. Jika guru menghendaki untuk mengembangkan kemampuan
komunikasi siswa sebagai bagian dari isi kurikulum.
5. Jika guru menghendaki meningkatnya motivasi siswa
dan menambah tingkat partisipasi mereka.
6. Jika guru menghendaki berkembangnya kemampuan siswa
dalam memecahkan masalah dan menemukan berbagai
solusi pemecahan.
B. Prinsip Dasar Dan Ciri-Ciri Strategi Pembelajaran Kooperatif
Menurut Nur (2000), prinsip dasar dalam pembelajaran
kooperatif sebagai berikut:
1. Setiap anggota kelompok (siswa) bertanggung jawab atas
segala sesuatu yang dikerjakan dalam kelompoknya.
2. Setiap anggota kelompok (siswa) harus mengetahui bahwa semua
anggota.
3. kelompok mempunyai tujuan yang sama.
4. Setiap anggota kelompok (siswa) harus membagi tugas dan
tanggung jawab yang sama diantara anggota kelompoknya.
5. Setiap anggota kelompok (siswa) akan dikenai evaluasi.
6. Setiap anggota kelompok (siswa) berbagi kepemimpinan dan
membutuhkan keterampilan untuk belajar bersama selama proses
belajarnya.
7. Setiap anggota kelompok (siswa) akan diminta
mempertanggungjawabkan secara individual materi yang
ditangani dalam kelompok kooperatif.
Ciri-ciri model pembelajaran kooperatif adalah sebagai
berikut :
1. Siswa dalam kelompok secara kooperatif menyelesaikan materi
belajar sesuai kompetensi dasar yang akan dicapai.
2. Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan yang
berbeda-beda, baik tingkat kemampuan tinggi, sedang dan
rendah. Jika mungkin anggota kelompok berasal dari ras,
budaya, suku yang berbeda serta memperhatikan kesetaraan
jender.
3. Penghargaan lebih menekankan pada kelompok dari pada
masing-masing individu.
Dalam pembelajaran kooperatif dikembangkan diskusi dan
komunikasi dengan tujuan agar siswa saling berbagi
kemampuan, saling belajar berpikir kritis, saling
menyampaikan pendapat, saling memberi kesempatan menyalurkan
kemampuan, saling membantu belajar, saling menilai kemampuan
dan peranan diri sendiri maupun teman lain.
C. Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif
Terdapat enam langkah dalam model pembelajaran kooperatif,
yaitu:
1. Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan mengkomunikasikan
kompetensi dasar yang akan dicapai serta memotivasi siswa.
2. Menyajikan informasi
Guru menyajikan informasi kepada siswa.
3. Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar
Guru menginformasikan pengelompokan siswa.
4. Membimbing kelompok belajar
Guru memotivasi serta memfasilitasi kerja siswa dalam
kelompok kelompok belajar.
5. Evaluasi
Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi pembelajaran
yang telah dilaksanakan.
6. Memberikan penghargaan
Guru memberi penghargaan hasil belajar individual dan
kelompok.
D. Macam-macam Tipe dalam Strategi Pembelajaran Kooperatif
Beberapa tipe dalam strategi pembelajaran kooperatif, antara
lain:
1.STAD (Student Team Achievement Divisions)
Model Pembelajaran Koperatif tipe STAD merupakan
pendekatan Cooperative Learning yang menekankan pada
aktivitas dan interaksi diantara siswa untuk saling
memotivasi dan saling membantu dalam menguasai materi
pelajaran guna mencapai prestasi yang maksimal. Guru yang
menggunakan STAD mengajukan informasi akademik baru kepada
siswa setiap minggu mengunakan presentasi Verbal atau teks.
Tahap Pelaksanaan Pembelajaran Model STAD
a. Persiapan materi dan penerapan siswa dalam kelompok
Sebelum menyajikan guru harus mempersiapkan lembar
kegiatan dan lembar jawaban yang akan dipelajarai siswa
dalam kelompok-kelomok kooperatif. Kemudian menetapkan
siswa dalam kelompok heterogen dengan jumlah maksimal 4 -
6 orang, aturan heterogenitas dapat berdasarkan pada :
1) Kemampuan akademik (pandai, sedang dan rendah)
Yang didapat dari hasil akademik (skor awal) sebelumnya.
Perlu diingat pembagian itu harus diseimbangkan sehingga
setiap kelompok terdiri dari siswa dengan siswa dengan
tingkat prestasi seimbang.
2) Jenis kelamin, latar belakang sosial, kesenangan
bawaan/sifat (pendiam dan aktif), dll
b. Penyajian Materi Pelajaran
1) Pendahuluan
Di sini perlu ditekankan apa yang akan dipelajari siswa
dalam kelompok dan menginformasikan hal yang penting
untuk memotivasi rasa ingin tahu siswa tentang konsep-
konsep yang akan mereka pelajari. Materi pelajaran
dipresentasikan oleh guru dengan menggunakan metode
pembelajaran. Siswa mengikuti presentasi guru dengan
seksama sebagai persiapan untuk mengikuti tes berikutnya
2) Pengembangan
Dilakukan pengembangan materi yang sesuai yang akan
dipelajari siswa dalam kelompok. Di sini siswa belajar
untuk memahami makna bukan hafalan. Pertanyaan-peranyaan
diberikan penjelasan tentang benar atau salah. Jika siswa
telah memahami konsep maka dapat beralih kekonsep lain.
3) Praktek terkendali
Praktek terkendali dilakukan dalam menyajikan materi
dengan cara menyuruh siswa mengerjakan soal, memanggil
siswa secara acak untuk menjawab atau menyelesaikan
masalah agar siswa selalu siap dan dalam memberikan tugas
jangan menyita waktu lama.
c. Kegiatan kelompok
Guru membagikan LKS kepada setiap kelompok sebagai bahan
yang akan dipelajari siswa. Isi dari LKS selain materi
pelajaran juga digunakan untuk melatih kooperatif. Guru
memberi bantuan dengan memperjelas perintah, mengulang
konsep dan menjawab pertanyaan. Dalam kegiatan kelompok
ini, para siswa bersama-sama mendiskusikan masalah yang
dihadapi, membandingkan jawaban, atau memperbaiki
miskonsepsi. Kelompok diharapkan bekerja sama dengan
sebaik-baiknya dan saling membantu dalam memahami materi
pelajaran.
d. Evaluasi
Dilakukan selama 45 - 60 menit secara mandiri untuk
menunjukkan apa yang telah siswa pelajari selama bekerja
dalam kelompok. Setelah kegiatan presentasi guru dan
kegiatan kelompok, siswa diberikan tes secara individual.
Dalam menjawab tes, siswa tidak diperkenankan saling
membantu. Hasil evaluasi digunakan sebagai nilai
perkembangan individu dan disumbangkan sebagai nilai
perkembangan kelompok.
e. Penghargaan kelompok
Setiap anggota kelompok diharapkan mencapai skor tes yang
tinggi karena skor ini akan memberikan kontribusi
terhadap peningkatan skor rata-rata kelompok. Dari hasil
nilai perkembangan, maka penghargaan pada prestasi
kelompok diberikan dalam tingkatan penghargaan seperti
kelompok baik, hebat dan super.
f. Perhitungan ulang skor awal dan pengubahan kelompok
Satu periode penilaian (3 – 4 minggu) dilakukan
perhitungan ulang skor evaluasi sebagai skor awal siswa
yang baru. Kemudian dilakukan perubahan kelompok agar
siswa dapat bekerja dengan teman yang lain.
Keunggulan Model Pembelajaran Tipe STAD
Keunggulan dari metode pembelajaran kooperatif tipe
STAD adalah adanya kerja sama dalam kelompok dan dalam
menentukan keberhasilan kelompok ter tergantung keberhasilan
individu, sehingga setiap anggota kelompok tidak bisa
menggantungkan pada anggota yang lain. Pembelajaran
kooperatif tipe STAD menekankan pada aktivitas dan interaksi
diantara siswa untuk saling memotivasi saling membantu dalam
menguasai materi pelajaran guna mencapai prestasi yang
maksimal.
2.Jigsaw
Pembelajaran kooperatif model jigsaw adalah sebuah
model belajar yang menitikberatkan kepada kerja kelompok
siswa dalam bentuk kelompok kecil. Siswa memiliki banyak
kesempatan untuk mengemukakan pendapat dan
mengelolainformasi yang didapat serta dapat meningkatkan
keterampilan berkomunikasi anggota kelompok, bertanggung
jawab atas keberhasilan kelompoknya dan ketuntasan materi
yang dipelajari, dan dapat menyampaikan kepada kelompoknya.
(Rusman, 2008.203).
Langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe
jigsaw:
a. Siswa dikelompokkan sebanyak 1 sampai 5 orang siswa.
b. Tiap orang dalam tim diberi bagian materi berbeda.
c. Tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang
ditugaskan.
d. Anggota dari tim yang berbeda yang telah mempelajari
bagian sub bagian yang sama bertemu dalam kelompok baru
(kelompok ahli) untuk mendiskusikan sub bab mereka.
e. Setelah berdiskusi, tiap anggota kembali ke dalam
kelompok asli dan bergantian mengajar teman satu tim
mereka tentang sub bab yang mereka kuasai dan tiap
anggota lainnya memperhatikan.
f. Tiap tim ahli mempresentasikan hasil diskusi.
g. Guru mengevaluasi.
h. Penutup.
3.NHT (Number Head Together)
Pembelajaran kooperatif tipe NHT merupakan salah satu
tipe pembelajaran kooperatif yang menekankan pada struktur
khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi
siswa dan memiliki tujuan untuk meningkatkan penguasaan
akademik.
Dengan model NHT diharapkan dapat membangkitkan minat siswa
dalam mengungkakan pendapat dalam bentuk rangkaian kata dan
kalimat. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa peningkatan
kemampuan merangkai kata secara runtut sangat diperlukan
sekali guna membantu mengembangkan hasanah Bahasa Indonesia
dalam kehidupan sehari-hari sebagai alat komunikasi atau
meningkatkan rasa nasionalisme.
Tiga tujuan yang hendak dicapai dalam pembelajaran
kooperatif dengan tipe NHT yaitu :
a. Hasil belajar akademik stuktural
Bertujuan untuk meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-
tugas akademik.
b. Pengakuan adanya keragaman
Bertujuan agar siswa dapat menerima teman-temannya yang
mempunyai berbagai latar belakang.
c. Pengembangan keterampilan social
Bertujuan untuk mengembangkan keterampilan sosial siswa.
Langkah-langkah NHT, yaitu:
a. Persiapan
Dalam tahap ini guru mempersiapkan rancangan pelajaran
dengan membuat Skenario Pembelajaran (SP), Lembar Kerja
Siswa (LKS) yang sesuai dengan model pembelajaran
kooperatif tipe NHT.
b. Pembentukan kelompok
Dalam pembentukan kelompok disesuaikan dengan model
pembelajaran kooperatif tipe NHT. Guru membagi para siswa
menjadi beberapa kelompok yang beranggotakan 3-5 orang
siswa. Guru memberi nomor kepada setiap siswa dalam
kelompok dan nama kelompok yang berbeda. Kelompok yang
dibentuk merupakan percampuran yang ditinjau dari latar
belakang sosial, ras, suku, jenis kelamin dan kemampuan
belajar. Selain itu, dalam pembentukan kelompok digunakan
nilai tes awal (pre-test) sebagai dasar dalam menentukan
masing-masing kelompok.
c. Tiap kelompok harus memiliki buku paket atau buku panduan
Dalam pembentukan kelompok, tiap kelompok harus memiliki
buku paket atau buku panduan agar memudahkan siswa dalam
menyelesaikan LKS atau masalah yang diberikan oleh guru.
d. Diskusi masalah
Dalam kerja kelompok, guru membagikan LKS kepada setiap
siswa sebagai bahan yang akan dipelajari. Dalam kerja
kelompok setiap siswa berpikir bersama untuk
menggambarkan dan meyakinkan bahwa tiap orang mengetahui
jawaban dari pertanyaan yang telah ada dalam LKS atau
pertanyaan yang telah diberikan oleh guru. Pertanyaan
dapat bervariasi, dari yang bersifat spesifik sampai yang
bersifat umum.
e. Memanggil nomor anggota atau pemberian jawaban
Dalam tahap ini, guru menyebut satu nomor dan para siswa
dari tiap kelompok dengan nomor yang sama mengangkat
tangan dan menyiapkan jawaban kepada siswa di kelas.
f. Memberi kesimpulan
Guru bersama siswa menyimpulkan jawaban akhir dari semua
pertanyaan yang berhubungan dengan materi yang disajikan.
Manfaat NHT
Ada beberapa manfaat pada model pembelajaran
kooperatif tipe NHT terhadap siswa yang hasil belajar
rendah yang dikemukakan oleh Lundgren dalam Ibrahim (2000:
18), antara lain adalah :
a. Rasa harga diri menjadi lebih tinggi
b. Memperbaiki kehadiran
c. Penerimaan terhadap individu menjadi lebih besar
d. Perilaku mengganggu menjadi lebih kecil
e. Konflik antara pribadi berkurang
f. Pemahaman yang lebih mendalam
g. Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi
h. Hasil belajar lebih tinggi
Kelebihan NHT:
a. Setiap siswa menjadi siap semua.
b. Dapat melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh.
c. Siswa yang pandai dapat mengajari siswa yang kurang
pandai.
Kelemahan NHT
a. Kemungkinan nomor yang dipanggil, dipanggil lagi oleh
guru.
b. Tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh guru.
4.TGT (Teams Games Tournament)
Model pembelajaran TGT merupakan model pembelajaran
kooperatif dengan membentuk kelompok-kelompok kecil dalam
kelas yang terdiri atas 3-5 siswa yang heterogen, baik dalam
hal akademik, jenis kelamin, ras, maupun etnis. Inti dari
model ini adalah adanya game dan turnamen akademik.
Langkah-langkah pembelajaran tipe TGT
a. Presentasi di kelas
Penyajian materi dalam TGT diperkenalkan melalui
presentasi kelas. Presentasi kelas dilakukan oleh guru
pada saat awal pembelajaran. Selain menyajikan materi,
pada tahap ini guru juga menyampaikan tujuan, tugas, atau
kegiatan yang harus dilakukan siswa, serta memberikan
motivasi. Siswa dituntut berpartisipasi aktif dalam
pembelajaran seperti mengajukan pertanyaan, menjawab
pertanyaan yang diajukan guru, dan mempresentasikan
jawaban di depan kelas.
b. Tim/kelompok
Setelah penyajian materi oleh guru, siswa kemudian
berkumpul berdasarkan kelompok yang sudah dibagi guru.
Setiap tim atau kelompok terdiri dari 3 sampai 5 siswa
yang anggotanya heterogen. Dalam kelompoknya siswa
berusaha mendalami materi yang telah diberikan guru agar
dapat bekerja dengan baik dan optimal saat turnamen. Guru
kemudian memberikan LKS untuk dikerjakan. Siswa lalu
mencocokkan jawabannya dengan jawaban teman sekelompok.
Bila ada siswa yang mengajukan pertanyaan, teman
sekelompoknya bertanggung jawab untuk menjawab dan
menjelaskan pertanyaan tersebut. Apabila teman
sekelompoknya tidak ada yang bisa menjawabnya, maka
pertanyaan tersebut bisa diajukan kepada guru. Belajar
dalam kelompok sangat bermanfaat, karena dapat
mengembangkan keterampilan sosial siswa. Keterampilan
sosial memupuk keterampilan kerja sama siswa.
Keterampilan sosial yang dimaksud adalah berbagi tugas
dengan anggota kelompoknya, saling bekerja sama, aktif
bertanya, menjelaskan dan mengemukakan ide, menanggapi
jawaban/pertanyaan dari teman, dan sebagainya.
c. Game (permainan)
Apabila siswa telah selesai mengerjakan LKS bersama
anggota kelompoknya, tugas siswa selanjutnya adalah
melakukan game. Game dimainkan oleh perwakilan dari tiap-
tiap kelompok pada meja yang telah dipersiapkan. Di meja
tersebut terdapat kartu bernomor yang berhubungan dengan
nomor pertanyaan-pertanyaan pada lembar permainan yang
harus dikerjakan peserta. Siswa yang tidak bermain juga
berkewajiban mengerjakan soal-soal game beserta teman
sekelompoknya.
d. Tournament (turnamen)
Turnamen biasanya dilakukan tiap akhir pekan atau
akhir subbab. Turnamen diikuti oleh semua siswa. Tiap-
tiap siswa akan ditempatkan di meja turnamen dengan siswa
dari kelompok lain yang kemampuan akademiknya setara.
Jadi, dalam satu meja turnamen akan diisi oleh siswa-
siswa homogen (kemampuan setara) yang berasal dari
kelompok yang berbeda. Meja turnamen diurutkan dari
tingkatan kemampuan tinggi ke rendah. Meja 1 untuk siswa
dengan kemampuan tinggi, meja 2 untuk siswa dengan
kemampuan sedang. Meja 3 untuk siswa dengan kemampuan di
bawah siswa-siswa di meja 2, dan seterusnya. Di meja
turnamen tersebut siswa akan bertanding menjawab soal-
soal yang disediakan mewakili kelompoknya. Soal-soal
turnamen harus dirancang sedemikian rupa agar semua siswa
dari semua tingkat kemampuan dapat menyumbangkan poin
bagi kelompoknya. Jadi, guru membuat kartu soal yang
sulit untuk siswa pintar, dan kartu dengan soal yang
lebih mudah untuk anak yang kurang pintar.
Siswa yang mendapat skor tertinggi akan naik ke meja
yang setingkat lebih tinggi. Siswa yang mendapatkan
peringkat kedua bertahan pada meja yang sama, sedangkan
siswa dengan peringkat-peringkat di bawahnya akan turun
ke meja yang yang tingkatannya lebih rendah. Setelah
siswa ditempatkan dalam meja turnamen, maka turnamen
dimulai dengan memperhatikan aturan-aturannya. Aturan-
aturan turnamen TGT yaitu:
(1) cara memulai permainan
Untuk memulai permainan, terlebih dahulu
ditentukan pembaca pertama. Cara menentukan siswa
yang menjadi pembaca pertama adalah dengan menarik
kartu bernomor. Siswa yang menarik nomor tertinggi
adalah pembaca pertama.
(2) Kocok dan ambil kartu bernomor dan carilah
soal yang berhubungan dengan nomor tersebut pada
lembar permainan.
Setelah pembaca pertama ditentukan, pembaca
pertama kemudian mengocok kartu dan mengambil kartu
yang teratas. Pembaca pertama lalu membacakan soal
yang berhubungan dengan nomor yang ada pada kartu.
Setelah itu, semua siswa harus mengerjakan soal
tersebut agar mereka siap ditantang. Setelah si
pembaca memberikan jawabannya, maka penantang I
(siswa yang berada di sebelah kirinya) berhak untuk
menantang jawaban pembaca atau melewatinya.
(3) Tantang atau lewati
Apabila penantang I berniat menantang jawaban
pembaca, maka penantang I memberikan jawaban yang
berbeda dengan jawaban pembaca. Jika penantang I
melewatinya, penantang II boleh menantang atau
melewatinya pula. Begitu seterusnya sampai semua
penantang menentukan akan menantang atau melewati.
Apabila semua penentang sudah menantang atau
melewati, penantang II memeriksa lembar jawaban dan
mencocokkannya dengan jawaban pembaca serta
penantang. Siapapun yang jawabannya benar berhak
menyimpan kartunya. Jika jawaban pembaca salah maka
tidak dikenakan sanksi, tetapi bila jawaban
penantang salah maka penantang mendapatkan sanksi.
Sanksi tersebut adalah dengan mengembalikan kartu
yang telah dimenangkan sebelumnya (jika ada).
(4) Memulai putaran selanjutnya
Untuk memulai putaran selanjutnya, semua posisi
bergeser satu posisi kekiri. Siswa yang tadinya
menjadi penantang I berganti posisi menjadi pembaca,
penantang II menjadi penantang I, dan pembaca
menjadi penantang yang terakhir. Setelah itu,
turnamen berlanjut sampai kartu habis atau sampai
waktu yang ditentukan guru.
(5) Perhitungan poin
Apabila turnamen telah berakhir, siswa mencatat
nomor yang telah meraka menangkan pada lembar skor
permainan. Pemberian poin turnamen selanjutnya
dilakukan oleh guru. Selanjutnya, poin-poin tersebut
dipindahkan ke lembar rangkuman tim untuk dihitung
rerata skor kelompoknya. Untuk menghitung rerata
skor kelompok adalah dengan menambahkan skor seluruh
anggota tim kemudian dibagi dengan jumlah anggota
tim yang bersangkutan.
e. Rekognisi tim (penghargaan tim)
Penghargaan kelompok diberikan berdasarkan rerata
skor kelompok. Penghargaan kelompok diberikan sesuai
kriteria berikut.
Kriteria (rata-rata
tim)
Penghargaan
40
45
50
Tim baik
Tim sangat baik
Tim super
E. Keunggulan dan Kelemahan Strategi Pembelajaran Kooperatif
1. Keunggulan SPK
Keunggulan pembelajaran kooperatif sebagai suatu strategi
pembelajaran di antaranya:
a. Melalui SPK siswa tidak terlalu menggantungkan pada
guru, akan tetapi dapat menambah kepercayaan kemampuan
berpikir sendiri, menemukan informasi dari berbagai
sumber, dan belajar dari siswa yang lain.
b. SPK dapat mengembangkan kemampuan mengungkapkan ide
atau gagasan dengan kata-kata secara verbal dan
membandingkannya dengan ide-ide orang lain.
c. SPK dapat membantu anak untuk respek pada orang lain
dan menyadari akan segala keterbatasannya serta
menerima segala perbedaan.
d. SPK dapat membantu memberdayakan setiap siswa untuk
lebih bertanggung jawab dalam belajar.
e. SPK merupakan suatu strategi yang cukup ampuh untuk
meningkatkan prestasi akademik sekaligus kemampuan
sosial, termasuk mengembangkan rasa harga diri,
hubungan interpersonal yang positif dengan yang lain,
mengembangkan keterampilan me-manage waktu, dan sikap
positif terhadap sekolah.
f. Melalui SPK dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk
menguji ide dan pemahamannya sendiri, menerima umpan
balik. Siswa dapat berpraktik memecahkan masalah tanpa
takut membuat kesalahan, karena keputusan yang dibuat
adalah tanggung jawab kelompoknya.
g. SPK dapat meningkatkan kemampuan siswa menggunakan
informasi dan kemampuan belajar abstrak menjadi nyata
(riil).
h. Interaksi selama kooperatif berlangsung dapat
meningkatkan motivasi dan memberikan rangsangan untuk
berpikir. Hal ini berguna untuk proses jangka panjang.
2. Kelemahan SPK
a. Siswa butuh waktu untuk dapat mengerti dan memahami
filsafat cooperative learning. Untuk siswa yang dianggap
memiliki kelebihan, contohnya, mereka akan merasa
terhambat oleh siswa yang dianggap kurang memiliki
kemampuan. Akibatnya, keadaan semacam ini dapat
mengganggu iklim kerja sama dalam kelompok.
b. Jika tanpa peer teaching yang efektif, maka dibandingkan
dengan pengajaran langsung dari guru, bisa terjadi cara
belajar yang demikian apa yang seharusnya dipelajari
dan dipahami tidak pernah dicapai oleh siswa.
c. Penilaian yang diberikan dalam SPK didasarkan kepada
hasil kerja kelompok. Namun demikian, guru perlu
menyadari, bahwa sebenarnya hasil atau prestasi yang
diharapkan adalah prestasi setiap individu siswa.
d. Keberhasilan SPK dalam upaya mengembangkan kesadaran
berkelompok memerlukan periode waktu yang cukup
panjang. Dan hal ini tidak mungkin dapat tercapai hanya
dengan satu kali atau sekali-kali penerapan strategi
ini.
e. Walaupun kemampuan bekerja sama merupakan kemampuan
yang sangat penting untuk siswa,akan tetapi banyak
aktivitas dalam kehidupan yang hanya didasarkan kepada
kemampuan secara individual. Oleh karena itu idealnya
melalui SPK selain siswa belajar bekerja sama, siswa
juga harus belajar bagaimana membangun kepercayaan
diri. Untuk mencapai kedua hal itu dalam SPK memang
bukan pekerjaan yang mudah.
BAB III
PENUTUP
a. Kesimpulan
1. Pembelajaran kooperatif merupakan suatu model
pembelajaran yang mengutamakan adanya kelompok-kelompok.
Setiap siswa yang ada dalam kelompok mempunyai tingkat
kemampuan yang berbeda-beda (tinggi, sedang dan rendah)
dan jika memungkinkan anggota kelompok berasal dari ras,
budaya, suku yang berbeda serta memperhatikan kesetaraan
gender.
2. Prinsip dasar dalam pembelajaran kooperatif sebagai
berikut:
a) Setiap anggota kelompok (siswa) bertanggung jawab
atas segala sesuatu yang dikerjakan dalam
kelompoknya.
b) Setiap anggota kelompok (siswa) harus mengetahui
bahwa semua anggota.
c) kelompok mempunyai tujuan yang sama.
d) Setiap anggota kelompok (siswa) harus membagi tugas
dan tanggung jawab yang sama diantara anggota
kelompoknya.
e) Setiap anggota kelompok (siswa) akan dikenai
evaluasi.
f) Setiap anggota kelompok (siswa) berbagi kepemimpinan
dan membutuhkan keterampilan untuk belajar bersama
selama proses belajarnya.
g) Setiap anggota kelompok (siswa) akan diminta
mempertanggungjawabkan secara individual materi yang
ditangani dalam kelompok kooperatif.
3. Ciri-ciri model pembelajaran kooperatif adalah sebagai
berikut :
a) Siswa dalam kelompok secara kooperatif menyelesaikan
materi belajar sesuai kompetensi dasar yang akan
dicapai.
b) Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan
yang berbeda-beda, baik tingkat kemampuan tinggi,
sedang dan rendah. Jika mungkin anggota kelompok
berasal dari ras, budaya, suku yang berbeda serta
memperhatikan kesetaraan jender.
c) Penghargaan lebih menekankan pada kelompok dari pada
masing-masing individu.
4. Terdapat enam langkah dalam model pembelajaran
kooperatif, yaitu:
a) Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa
b) Menyajikan informasi
c) Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok
belajar
d) Membimbing kelompok belajar
e) Evaluasi
f) Memberikan penghargaan
5. Beberapa tipe dalam strategi pembelajaran kooperatif,