A. Latar BelakangPembelajaran pada dasarnya merupakan upaya
untuk mengarahkan anak didik ke dalam proses belajar sehingga
mereka dapat memperoleh tujuan belajar sesuai dengan apa yang
diharapkan. Pembelajaran hendaknya memperhatikan kondisi individu
anak karena merekalah yang akan belajar. Anak didik merupakan
individu yang berbeda satu sama lain, memiliki keunikan
masing-masing yang tidak sama dengan orang lain. Oleh karena itu
pembelajaran hendaknya memperhatikan perbedaan-perbedaan individual
anak tersebut, sehingga pembelajaran benar-benar dapat merobah
kondisi anak dari yang tidak tahu menjadi tahu, dari yang tidak
paham menjadi paham serta dari yang berperilaku kurang baik menjadi
baik. Kondisi riil anak seperti ini, selama ini kurang mendapat
perhatian di kalangan pendidik. Hal ini terlihat dari perhatian
sebagian guru/pendidik yang cenderung memperhatikan kelas secara
keseluruhan, tidak perorangan atau kelompok anak, sehingga
perbedaan individual kurang mendapat perhatian. Gejala yang lain
terlihat pada kenyataan banyaknya guru yang menggunakan metode
pengajaran yang cenderung sama setiap kali pertemuan di kelas
berlangsung.Pembelajaran yang kurang memperhatikan perbedaan
individual anak dan didasarkan pada keinginan guru, akan sulit
untuk dapat mengantarkan anak didik ke arah pencapaian tujuan
pembelajaran. Kondisi seperti inilah yang pada umumnya terjadi pada
pembelajaran konvensional. Konsekuensi dari pendekatan pembelajaran
seperti ini adalah terjadinya kesenjangan yang nyata antara anak
yang cerdas dan anak yang kurang cerdas dalam pencapaian tujuan
pembelajaran. Kondisi seperti ini mengakibatkan tidak diperolehnya
ketuntasan dalam belajar, sehingga sistem belajar tuntas
terabaikan. Hal ini membuktikan terjadinya kegagalan dalam proses
pembelajaran di sekolah.Menyadari kenyataan seperti ini para ahli
berupaya untuk mencari dan merumuskan strategi yang dapat merangkul
semua perbedaan yang dimiliki oleh anak didik. Strategi
pembelajaran yang ditawarkan adalah strategi belajar aktif (active
learning strategy).Trik dan Taktik ..
A. Strategi Belajar AktifPembelajaran active learning pada
dasarnya bukan sebuah ide yang baru sama sekali. Gagasan
pembelajaran active learning telah ada sejak masa Socrates dan
merupakan salah satu penekanan utama di antara para pendidik
progresif seperti John Dewey yang memandang bahwa secara alami
belajar merupakan proses yang aktif. Pembelajaran aktif (active
learning) dimaksudkan untuk mengoptimalkan penggunaan semua potensi
yang dimiliki oleh anak didik, sehingga semua anak didik dapat
mencapai hasil belajar yang memuaskan sesuai dengan karakteristik
pribadi yang mereka miliki. Di samping itu pembelajaran aktif
(active learning) juga dimaksudkan untuk menjaga perhatian
siswa/anak didik agar tetap tertuju pada proses pembelajaran.Ada
beberapa aspek yang melatar belakangi berkembangnya konsep
pembelajaran active learning. Beberapa penelitian membuktikan bahwa
perhatian anak didik berkurang bersamaan dengan berlalunya waktu.
Penelitian Pollio (1984) menunjukkan bahwa siswa dalam ruang kelas
hanya memperhatikan pelajaran sekitar 40% dari waktu pembelajaran
yang tersedia. Sementara penelitian McKeachie (1986) menyebutkan
bahwa dalam sepuluh menit pertama perthatian siswa dapat mencapai
70%, dan berkurang sampai menjadi 20% pada waktu 20 menit terakhir.
Kondisi tersebut di atas merupakan kondisi umum yang sering terjadi
di lingkungan sekolah. Hal ini menyebabkan seringnya terjadi
kegagalan dalam dunia pendidikan kita, terutama disebabkan anak
didik di ruang kelas lebih banyak menggunakan indera pendengarannya
dibandingkan visual, sehingga apa yang dipelajari di kelas tersebut
cenderung untuk dilupakan.Salah satu aspek yang cukup dikenal
melatar belakangi pentingnya pengembangan model pembelajaran active
learning adalah ajaran Konfusius di China lebih dari 2400 tahun
yang silam, yang menyatakan bahwa: yang saya dengar, saya lupa;
yang saya lihat, saya ingat; dan yang saya lakukan, saya paham.
Untuk tujuan pembelajaran di kelas, silberman (2006) memodifikasi
dan memperluas ketiga pernyataan sederhana dalam ajaran konfusius
di atas menjadi apa yang disebut paham belajar aktif, sebagai
berikut: What I hear, I forget; What I see, I remember a little;
What I hear, see and ask questions about or discuss with someone
else, I begin to Understand;What I hear, see, discuss, and do, I
acquire knowledge and skill; What I teach to another, I master.
(Silberman, 2006). Apa yang sayadengar, saya lupaApa yang
sayadengardanlihat, saya ingat sedikitApa yang
sayadengar,lihatdantanyakanataudiskusikandengan beberapa teman
lain, saya mulai pahamApa yang
sayadengar,lihat,diskusikandanlakukan, saya memperoleh pengetahuan
dan keterampilanApa yang sayaajarkan pada orang lain, saya
kuasaiKutipan tersebut mengindikasikan bahwa betapa pentingnya
pengembangan model active learning dalam proses pembelajaran di
kelas, agar tercapai tujuan-tujuan instruksional secara efektif dan
efisien. Melalui keaktifan mendengar, menyimak,
bertanya/berdiskusi, dan mengaplikasikan pengetahuan yang didapat
dengan cara mengajarkannya kepada orang lain, peserta didik akan
mampu memahami materi pelajaran yang dikaji.Ada beberapa alasan
yang dikemukakan mengenai penyebab mengapa kebanyakan orang
cenderung melupakan apa yang mereka dengar. Salah satu jawaban yang
menarik adalah karena adanya perbedaan antara kecepatan bicara guru
dengan tingkat kemampuan siswa mendengarkan apa yang disampaikan
guru. Kebanyakan guru berbicara sekitar 100-200 kata per menit,
sementara anak didik hanya mampu mendengarkan 50-100 kata per
menitnya (setengah dari apa yang dikemukakan guru), karena siswa
mendengarkan pembicaraan guru sambil berpikir. Kerja otak manusia
tidak sama dengan tape recorder yang mampu merekam suara sebanyak
apa yang diucapkan dengan waktu yang sama dengan waktu pengucapan.
Otak manusia selalu mempertanyakan setiap informasi yang masuk ke
dalamnya, dan otak juga memproses setiap informasi yang ia terima,
sehingga perhatian tidak dapat tertuju pada stimulus secara
menyeluruh. Hal ini menyebabkan tidak semua yang dipelajari dapat
diingat dengan baik.Penambahan visual pada proses pembelajaran
dapat menaikkan ingatan sampai 171% dari ingatan semula. Dengan
penambahan visual di samping auditori dalam pembelajaran kesan yang
masuk dalam diri anak didik semakin kuat sehingga dapat bertahan
lebih lama dibandingkan dengan hanya menggunakan audio
(pendengaran) saja. Hal ini disebabkan karena fungsi sensasi
perhatian yang dimiliki siswa saling menguatkan, apa yang didengar
dikuatkan oleh penglihatan (visual), dan apa yang dilihat dikuatkan
oleh audio (pendengaran). Dalam arti kata pada pembelajaran seperti
ini sudah diikuti oleh reinforcement yang sangat membantu bagi
pemahaman anak didik terhadap materi pembelajaran. Penelitian
mutakhir tentang otak menyebutkan bahwa belahan kanan korteks otak
manusia bekerja 10.000 kali lebih cepat dari belahan kiri otak
sadar. Pemakaian bahasa membuat orang berpikir dengan kecepatan
kata. Otak limbik (bagian otak yang lebih dalam) bekerja 10.000
kali lebih cepat dari korteks otak kanan, serta mengatur dan
mengarahkan seluruh proses otak kanan. Oleh karena itu sebagian
proses mental jauh lebih cepat dibanding pengalaman atau pemikiran
sadar seseorang (Win Wenger, 2003:12-13). Strategi pembelajaran
konvensional pada umumnya lebih banyak menggunakan belahan otak
kiri (otak sadar) saja, sementara belahan otak kanan kurang
diperhatikan. Pada pembelajaran denganActive learning(belajar
aktif) pemberdayaan otak kiri dan kanan sangat
dipentingkan.Thorndike (Bimo Wagito, 1997) mengemukakan 3 hukum
belajar, yaitu:a. law of readiness,yaitu kesiapan seseorang untuk
berbuat dapat memperlancar hubungan antara stimulus dan respons.b.
law of exercise,yaitu dengan adanya ulangan-ulangan yang selalu
dikerjakan maka hubungan antara stimulus dan respons akan menjadi
lancarc. law of effect,yaitu hubungan antara stimulus dan respons
akan menjadi lebih baik jika dapat menimbulkan hal-hal yang
menyenangkan, dan hal ini cenderung akan selalu diulang.Proses
pembelajaran pada dasarnya merupakan pemberian stimulus-stimulus
kepada anak didik, agar terjadinya respons yang positif pada diri
anak didik. Kesediaan dan kesiapan mereka dalam mengikuti proses
demi proses dalam pembelajaran akan mampu menimbulkan respons yang
baik terhadap stimulus yang mereka terima dalam proses
pembelajaran. Respons akan menjadi kuat jika stimulusnya juga kuat.
Ulangan-ulangan terhadap stimulus dapat memperlancar hubungan
antara stimulus dan respons, sehingga respons yang ditimbulkan akan
menjadi kuat. Hal ini akan memberi kesan yang kuat pula pada diri
anak didik, sehingga mereka akan mampu mempertahankan respons
tersebut dalam memory (ingatan) nya. Hubungan antara stimulus dan
respons akan menjadi lebih baik kalau dapat menghasilkan hal-hal
yang menyenangkan. Efek menyenangkan yang ditimbulkan stimulus akan
mampu memberi kesan yang mendalam pada diri anak didik, sehingga
mereka cenderung akan mengulang aktivitas tersebut. Akibat dari hal
ini adalah anak didik mampu mempertahan stimulus dalam memory
mereka dalam waktu yang lama (longterm memory), sehingga mereka
mampu merecallapa yang mereka peroleh dalam pembelajaran tanpa
mengalami hambatan apapun.Active learning(belajar aktif) pada
dasarnya berusaha untuk memperkuat dan memperlancar stimulus dan
respons anak didik dalam pembelajaran, sehingga proses pembelajaran
menjadi hal yang menyenangkan, tidak menjadi hal yang membosankan
bagi mereka. Dengan memberikan strategiactive learning(belajar
aktif) pada anak didik dapat membantu ingatan (memory) mereka,
sehingga mereka dapat dihantarkan kepada tujuan pembelajaran dengan
sukses. Hal ini kurang diperhatikan pada pembelajaran
konvensional.Dalam metodeactive learning(belajar aktif)setiap
materi pelajaran yang baru harus dikaitkan dengan berbagai
pengetahuan dan pengalaman yang ada sebelumnya. Materi pelajaran
yang baru disediakan secara aktif dengan pengetahuan yang sudah
ada. Agar murid dapat belajar secara aktif guru perlu menciptakan
strategi yang tepat guna sedemikian rupa, sehingga peserta didik
mempunyai motivasi yang tinggi untuk belajar. (Mulyasa,
2004:241)Dari uraian di atas dapat ditarik beberapa perbedaan
antara pendekatan pembelajaranActive learning(belajar aktif) dan
pendekatan pembelajaran konvensional, yaitu :Pembelajaran
konvensionalPembelajaran Active learning
Berpusat pada guruBerpusat pada anak didik
Penekanan pada menerima pengetahuanPenekanan pada menemukan
Kurang menyenangkanSangat menyenangkan
Kurang memberdayakan semua indera dan potensi anak
didikMembemberdayakan semua indera dan potensi anak didik
Menggunakan metode yang monotonMenggunakan banyak metode
Kurang banyak media yang digunakanMenggunakan banyak media
Tidak perlu disesuaikan dengan pengetahuan yang sudah
adaDisesuaikan dengan pengetahuan yang sudah ada
Perbandingan di atas dapat dijadikan bahan pertimbangan dan
alasan untuk menerapkan strategi pembelajaranactive
learning(belajar aktif) dalam pembelajaran di kelas.Selain itu
beberapa hasil penelitian yang ada menganjurkan agar anak didik
tidak hanya sekedar mendengarkan saja di dalam kelas. Mereka perlu
membaca, menulis, berdiskusi atau bersama-sama dengan anggta kelas
yang lain dalam memecahkan masalah. Yang paling penting adalah
bagaimana membuat anak didik menjadi aktif, sehingga mampu pula
mengerjakan tugas-tugas yang menggunakan kemampuan berpikir yang
lebih tinggi, seperti menganalisis, membuat sintesis dan
mengevaluasi. Dalam konteks ini, maka ditawarkanlah
strategi-strategi yang berhubungan dengan belajar aktif. Dalam arti
kata menggunakan teknikactive learning(belajar aktif) di kelas
menjadi sangat penting karena memiliki pengaruh yang besar terhadap
belajar siswa.Belajar aktif sebagai suatu strategi dalam
pengelolaan system pembelajaran melalui cara-cara yang menuntut
keterlibatan siswa secara aktif sehingga tercipta belajar mandiri.
Dalam belajar aktif, siswa dan guru bersama-sama menciptakan suatu
pengalaman belajar yang bermakna sehingga siswa dapat beraktifitas
selama proses pembelajaran berlangsung dan melakukan sesuatu dengan
aktif baik secara fisik maupun mental. Belajar aktif menuntut siswa
untuk bersemangat, menyenangkan dan penuh gairah sehingga siswa
merasa leluasa dalam berpikir dan beraktivitas. Suryabrata (2004:
71) menyatakan bahwa keaktifan siswa dapat dilihat dari:a. Berbuat
sesuatu untuk memahami materi pelajaran dengan penuh keyakinanb.
Mempelajari, mengalami dan menemukan sendiri bagaimana memperoleh
situasi pengetahuanc. Merasakan sendiri bagaimana tugas-tugas guru
yang diberikan kepadanyad. Belajar dalam kelompoke. Mencobakan
sendiri konsep-konsep tertentuf. Mengkomunikasikan hasil pikiran,
penemuan dan penghayatan nilai-nilai secara lisanB. ModelActive
learning(belajar aktif)dalam PembelajaranL. Dee Fink (1999)
mengemukakan modelactive learning(belajar aktif) sebagai
berikut;Dialog dengan diri sendiri adalah proses di mana anak didik
mulai berpikir secara reflektif mengenai topik yang dipelajari.
Mereka menanyakan pada diri mereka sendiri mengenai apa yang mereka
pikir atau yang harus mereka pikirkan, apa yang mereka rasakan
mengenai topik yang dipelajari. Pada tahap ini guru dapat meminta
anak didik untuk membaca sebuah jurnal atau teks dan meminta mereka
menulis apa yang mereka pelajari, bagaimana mereka belajar, apa
pengaruh bacaan tersebut terhadap diri mereka.Dialog dengan orang
lain bukan dimaksudkan sebagai dialog parsial sebagaimana yang
terjadi pada pengajaran tradisional, tetapi dialog yang lebih aktif
dan dinamis ketika guru membuat diskusi kelompok kecil tentang
topik yang dipelajari. Observasi terjadi ketika siswa memperhatikan
atau mendengar seseorang yang sedang melakukan sesuatu hal yang
berhubungan dengan apa yang mereka pelajari, apakah itu guru atau
teman mereka sendiri Doingatau berbuat merupakan aktivitas belajar
di mana siswa berbuat sesuatu, seperti membuat suatu eksperimen,
mengkritik sebuah argumen atau sebuah tulisan dan lain
sebagainya.Ada banyak metode yang dapat digunakan dalam
menerapkanactive learning(belajar aktif) dalam pembelajaran di
sekolah. Mel Silberman (2001) mengemukakan 101 bentuk metode yang
dapat digunakan dalam pembelajaran aktif. Kesemuanya dapat
diterapkan dalam pembelajaran di kelas sesuai dengan jenis materi
dan tujuan yang diinginkan dapat dicapai oleh anak. Metode tersebut
antara lainTrading Place(tempat-tempat perdagangan),Who is in the
Class?(siapa di kelas),Group Resume(resume
kelompok),prediction(prediksi), TV Komersial,the company you
keep(teman yang anda jaga),Question Student Have(Pertanyaan Peserta
Didik),reconnecting(menghubungkan kembali), dan lain
sebagainya.Beberapa model pembelajaran aktif yang dikemukakan oleh
Silberman adalah sebagai berikut:1. Pengajaran Sinergetik
(Synergetic Teaching)Metode ini dimaksudkan untuk memberi
kesempatan kepada siswa membandingkan pengalaman-pengalaman (yang
telah mereka peroleh dengan teknik berbeda) yang mereka
miliki.Prosedur :1. Bagi kelas menjadi dua kelompok2. Salah satu
kelompok dipisahkan ke ruang lain untuk membaca topik pelajaran3.
Kelompok yang lain diberikan materi pelajaran yang sama dengan
metode yang diinginkan oleh guru.4. Pasangkan masing-masing anggota
kelompok pembaca dan kelompok penerima materi pelajaran dari guru
dengan tugas menyimpulkan/meringkas materi pelajaran.2. Kartu
Sortir (Card Sort)Metode ini merupakan kegiatan kolaboratif yang
bisa digunakan untuk mengajarkan konsep, penggolongan sifat, fakta
tentang suatu objek, atau mengulangi informasi.Prosedur :1.
Masing-masing siswa diberikan kartu indek yang berisi materi
pelajaran. Kartu indek dibuat berpasangan berdasarkan definisi,
kategori/kelompok, misalnya kartu yang berisi aliran empiris dengan
kartu pendidikan ditentukan oleh lingkungan dll. Makin banyak siswa
makin banyak pula pasangan kartunya.2. Guru menunjuk salah satu
siswa yang memegang kartu, siswa yang lain diminta berpasangan
dengan siswa tersebut bila merasa kartu yang dipegangnya memiliki
kesamaan definisi atau kategori.3. Agar situasinya agak seru dapat
diberikan hukuman bagi siswa yang melakuan kesalahan. Jenis hukuman
dibuat atas kesepakatan bersama.4. Guru dapat membuat catatan
penting di papan tulis pada saat prosesi terjadi.3. Group To Group
ExchangeProsedur:1. Pilih sebuah topik yang mencakup perbedaan ide,
kejadian, posisi, konsep atau pendekatan untuk ditugaskan. Topik
haus mengembangkan sebuah pertukaran pandangan atau informasi
(kebalikan teknik aktif debat)Contoh :a. Dua pertempuran terkenal
selama perang saudarab. Ide dua orang penulis atau lebihc. Tahapan
perkembangan anakd. Cara-cara yang berbeda pengembangan nutrisie.
Perbedaan sistem perorganisasian komputer2. Bagilah kelas ke dalam
kelompok sesuai jumlah tugas. 2 sampai 4 kelompok cocok untuk
aktivitas ini. Berikan cukup waktu mempersiapkan bagaimanamereka
dapat menyajikan topik yang telah mereka kerjakan3. Ketika fase
persiapan selesai, mintalah kelompok memilih seorang juru bicara
menyampaikan kepada kelompok lain.4. Setelah presentasi singkat,
doronglah peserta bertanya pada presenter atau tawarkan pandangan
mereka sendiri.5. Lanjutkan sisa presentasi agar setiap kelompok
memberikan informasi dan merespon pertanyaan juga komentar peserta.
Bandingkan dan bedakan pandangan serta informasi yang saling
ditukar. Setelah presentasi kelompok diarahkan untuk menganalisis
mengapa terjadi perbedaan.4. Writing In The Here And
NowProsedur:Pilih jenis pengalaman yang akan ditulis siswa. Seperti
:problem baru, peristiwa keluarga, hari pertama di pekerjaan baru,
presentasi, pengalaman dengan teman, situasi belajar.1.
Informasikan kepada peserta didik tentang pengalaman yang telah
dipilih untuk tujuan penulisan deskriptif2. Persiapkan permukaan
yang jelas untuk ditulis. Bangunlah privacy dan ketenangan3.
Perintahkan peseta didik menulis, saat sekarang, tentang pengalaman
yang telah dipilih.4. Berilah waktu yang cukup untuk menulis.
Peserta didik seharusnya tidak merasa terburu-buru. Setelah mereka
selesai ajaklah mereka untuk membacakan tentang refleksinya di sini
dan sekarang.5. Diskusikan tindakan-tindakan baru yang bisa mereka
lakukan di masa depan.5. Active Debate(Debat aktif)Strategi
Pembelajaran yang dipergunakan adalahActive Debate(Debat aktif).
Ini merupakan strategi yang secara aktif melibatkan siswa di dalam
kelas bukan hanya pelaku debatnya saja.Langkah-langkah:1) Siswa
mengembangkan sebuah pernyataan yang controversial yang berkaitan
dengan materi pelajaran. Pertanyaannya adalah Guru seringkali
menjadidestroyer(perusak) dalam pembelajaran.2) Membagi kelas ke
dalam dua tim. Satu kelompok yang pro dan kelompok lain yang
kontra3) Mempersiapkan kursi untuk para juru bicara pada kelompok
yang pro dan kontra. Siswa yang lain duduk di belakang juru bicara.
Memuulai debat dengan para juru bicara mempresentasikan pandangan
mereka. Proses ini disebut argument pembuka.4) Setelah mendengar
argument pembuka, siswa menghentikan debat dan kembali ke kelompok
masing-masing untuk mempersiapkan argument mengkounter argument
pembuka dari kelompok lawan. Setiap kelompok memilih juru bicara
yang baru (lain).5) Melanjutkan kembali debat. Juru bicara yang
saling berhadapan diminta untuk memberikan counter argument. Ketika
debat berlansung, peserta yang lain didorong untuk memberikan
catatan yang berisi usulan argumen atau bantahan.6) Meminta mereka
untuk bersorak atau bertepuk tangan untuk masing-masing argumen
dari para wakil kelompok.7) Mengakhiri debat pada saat yang tepat.
Memastikan bahwa kelas terintegrasi dengan meminta mereka duduk
berdampingan dengan mereka yang berasal dari kelompok lawan
mereka8) Menyampaikan point-point penting dari debat tersebut dan
menghubungkan dengan materi pelajaran.6. Jigsaw Learning (Belajar
Model Jiqsaw)Strategi ini merupakan strategi yang menarik untuk
digunakan jika materi yang akan dipelajari dapat dibagi menjadi
beberapa bagian dan materi tersebut tidak mengharuskan urutan
penyampaian. Kelebihan strategi ini adalah dapat melibatkan seluruh
siswa dalam belajar dan sekaligus mengajarkan kepada orang
lain.Langkah-langkah:1) Pilihlah materi pelajaran yang dapat dibagi
menjadi beberapa bagian (segmen)2) Bagilah siswa menjadi beberapa
kelompok sesuai dengan jumlah segmen yang ada. Jika jumlah siswa
adalah 50 sementara jumlah segmen ada 5, maka masing-masing
kelompok terdiri dari 10 orang. Jika jumlah ini dianggap terlalu
besar, bagi lagi menjadi dua sehingga setiap kelompok terdiri dari
5 orang, kemudian setelah proses telah selesai gabungkan kedua
kelompok pecahan tersebut.3) Setiap kelompok mendapat tugas membaca
dan memahami materi pelajaran yang berbeda-beda.4) Setiap kelompok
mengirimkan anggota-anggotanya ke kelompok lain untuk menyampaikan
apa yang telah mereka pelajari di kelompok.5) Kembalikan suasana
kelas seperti semula kemudian tanyakan sekiranya ada persoalan yang
tidak terpecahkan dalam kelompok.6) Sampaikan beberapa pertanyaan
kepada siswa untuk mengecek pemahaman mereka terhadap materi.7.
Assessment Search (Menilai Kelas)Strategi ini dapat dilakukan dalam
waktu yang cepat dan sekaligus melibatkan siswa untuk saling
mengenal dan bekerjasama.Langkah-langkah:1) Buatlah tiga atau empat
pertanyaan untuk mengetahui kondisi kelas, pertanyaan itu dapat
berupa:a. Pengetahuan siswa terhadap materi pelajaranb. Sikap
mereka terhadap materic. Pengalaman mereka yang ada hubungannya
dengan materid. Keterampilan yang telah mereka perolehe.
Latarbelakang mereka Harapan yang ingin didapat siswa dari mata
pelajaran ini2) Tulislah pertanyaan tersebut sehingga dapat dijawab
secara kongkret. Contohnya: Apa yang anda ketahui tentang .?3) Bagi
siswa menjadi kelompok kecil, beri masing-masing siswa satu
pertanyaan dan minta masing-masing untuk menginterview teman satu
group untuk mendapatkan jawaban dari mereka,4) Pastikan bahwa
setiap siswa mempunyai pertanyaan sesuai dengan bagiannya. Dengan
demikian, jika jumlah siswa adalah 18, yang dibagi menjadi tiga
kelompok, maka akan ada 6 orang yang mempunyai pertanyaan yang
sama,5) Mintalah masing-masing kelompok untuk menyeleksi dan
meringkas data dari hasil interview yang telah dilakukan,6) Minta
masing-masing kelompok untuk melaporkan hasil dari apa yang telah
mereka pelajari dari temannya ke kelas.Catatan:1. Siswa dapat
diminta untuk membuat pertanyaan sendiri.2. Dengan pertanyaan yang
satna, buat mereka berpasangan dan menginterview pasangannya secara
bergantian.3. Minta mereka melaporkan hasilnya ke kelas. (Variasi
ini cocok dalam kelas besar).8. True Or False (Benar atau
Salah)Model ini merupakan aktifitas kolaboratif yang dapat mengajak
siswa untuk terlibat dengan materi pembelajaran segera. Hal ini
dapat menumbuhkan kerjasama tim, berbagi pengetahuan dan belajar
secara lansung.Langkah-langkah :1. Buatlah list pertanyaan yang
berhubungan dengan materi pelajaran yang separoh benar dan
separohnya lagi salah.2. Beri setiap siswa satu kertas kemudian
minta kepada mereka untuk mengidentifikasi mana pernyataan yang
benar dan yang salah.3. Jika proses ini selesai, bacalah
masing-masing pernyataan dan mintalah jawaban dari kelas apakah
pernyataan tersebut benar atau salah.4. Beri masukan setiap jawaban
tersebut.9. Index Card MatchIni adalah model pembelajaran yang
cukup menyenangkan yang digunakan untuk mengulang materi yang telah
diberikan sebelumnya. Artinya, siswa sudah memiliki bekal
pengetahuan ketika masuk kelas.Langkah-langkah :1. Buatlah potongan
kertas sejumlah siswa yang ada di kelas.2. Bagi jumlah kertas
menjadi dua bagian yang sama.3. Sebagian kertas ditulis pertanyaan
tentang materi dan separoh bagian kertas lainnya ditulis jawaban
materi.4. Kocok kertas hingga tercampur soal dan jawaban.5. Beri
setiap siswa satu kertas dan jelaskan bahwa kertas mereka memiliki
pasangannya.6. Suruh siswa mencari pasangannya. Jika sudah
menemukan, mintalah siswa membacakan secara berpasangan.10. The
Power Of TwoAktivitas belajar ini digunakan untuk mendorong
pembelajaran kooperatif dan memperkuat arti penting serta sinergi
dua orang dengan prinsip bahwa berpikir berdua lebih baik dari pada
berpikir sendiri.Langkah-langkah :1) Ajukan pertanyaan satu atau
lebih yang menuntut perenungan dan pemikiran.2) Siswa diminta untuk
menjawab pertanyaan tersebut secara individual.3) Kemudian minta
kepada mereka berpasangan dan saling bertukar jawaban dan
membahasnya.4) Mintalah pasangan tersebut membuat jawaban baru
untuk setiap pertanyaan dan sekaligus memperbaiki jawaban
individual.5) Minta masing-masing pasangan untuk menjawab dan
bandingkan jawaban setiap pasangan tersebut.
11. Snow BallingModel ini digunakan untuk mendapatkan jawaban
yang dihasilkan dari diskusi siswa secara bertingkat. Strategi ini
akan berjalan dengan baik apabila materi yang dipelajari menuntut
pemikiran yang mendalam.Langkah-langkah :1) Sampaikan topik materi
yang akan disampaikan.2) Minta siswa untuk menjawab secara
berpasangan.3) Setelah pasangan tersebut mendapat jawaban,
gabungkan pasangan itu dengan pasangan di sampingnya. Dengan ini
terbentuk kelompok empat orang.4) Kelompok berempat ini mengerjakan
tugas yang sama dengan membandingkan jawaban masing-masing pasangan
dengan pasangan lain dan mengambil sebuah kesimpulan baru.5)
Kemudian kelompok emat orang digabung dengan kelompok empat orang
di sampingnya. Kelompok menjadi delapan orang.6) Begitu seterusnya
sesuai dengan jumlah siswa dan jumlah waktu yang digunakan.7)
Masing-masing kelompok diminta menyampaikan hasilnya.
12. Question Student HaveMetodeQuestion Student Haveini
digunakan untuk mempelajari tentang keinginan dan harapan anak
didik sebagai dasar untuk memaksimalkan potensi yang mereka miliki.
Metode ini menggunakan sebuah teknik untuk mendapatkan partisipasi
siswa melalui tulisan. Hal ini sangat baik digunakan pada siswa
yang kurang berani mengungkapkan pertanyaan, keinginan dan
harapan-harapannya melalui percakapan.Langkah-langkah :1) Bagikan
kartu kosong kepada siswa2) Mintalah setiap siswa menulis beberapa
pertanyaan yang mereka miliki tentang mata pelajaran atau sifat
pelajaran yang sedang dipelajari3) Putarlah kartu tersebut searah
keliling jarum jam. Ketika setiap kartu diedarkan pada peserta
berikutnya, peserta tersebut harus membacanya dan memberikan tanda
cek di sana jika pertanyaan yang sama yang mereka ajukan4) Saat
kartu kembali pada penulisnya, setiap peserta telah memeriksa semua
pertanyaan yang diajukan oleh kelompok tersebut. Fase ini akan
mengidentifikasi pertanyaan mana yang banyak dipertanyakan. Jawab
masing-masing pertanyaan tersebut dengan :a. Jawaban langsung atau
berikan jawaban yang beranib. Menunda jawaban dari
pertanyaan-pertanyaan tersebut sampai waktu yang tepatc. Meluruskan
pertanyaan yang tidak menunjukkan suatu pertanyaand. Panggil
beberapa peserta berbagi pertanyaan secara sukarela, sekalipun
pertanyaan mereka tidak memperoleh suara terbanyake. Kumpulkan
semua kartu. Kartu tersebut mungkin berisi pertanyaan-pertanyaan
yang mungkin dijawab pada pertemuan berikutnya.Variasi :1. Jika
kelas terlalu besar dan memakan waktu saat memberikan kartu pada
siswa, buatlah kelas menjadi sub- kelompok dan lakukan instruksi
yang sama. Atau kumpulkan kartu dengan mudah tanpa menghabiskan
waktu dan jawab salah satu pertanyaan2. Meskipun meminta pertanyaan
dengan kartu indeks, mintalah peserta menulis harapan mereka dan
atau mengenai kelas, topik yang akan anda bahas atau alasan dasar
untuk partisipasi kelas yang akan mereka amati.3. Variasi dapat
pula dilakukan dengan meminta peserta untuk memeriksa dan menjawab
semua pertanyaan yang diajukan oleh kelompok tersebut, sehingga
fase ini akan dapat mengidentifikasi pertanyaan mana yang mendapat
jawaban terbanyak, sebagai indikasi penguasaan anak terhadap objek
yang dipertanyakan.
13. Resume KelompokTeknik resume secara khusus menggambarkan
sebuah prestasi, kecakapan dan pencapaian individual, sedangkan
resume kelompok merupakan cara yang menyenangkan untuk membantu
para peserta didik lebih mengenal atau melakukan kegiatan membangun
tem dari sebuah kelompok yang para anggotanya telah mengenal satu
sama lain.Langkah-langkah :1) Bagilah peserta didik ke dalam
kelompok sekitar 3 sampai 6 anggota2) Beritahukan kelas itu bahwa
kelas berisi sebuah kesatuan bakat dan pengalaman yang sangat
hebat3) Sarankan bahwa salah satu cara untuk mengenal dan
menyampaikan sumber mata pelajaran adalah dengan membuat resume
kelompok.4) Berikan kelompok cetakan berita dan penilai untuk
menunjukkan resume mereka. Resume tersebut seharusnya memasukkan
beberapa informasi yang bisa menjual kelompok tersebut secara
keseluruhan. Data yang disertakan bisa berupa :a). latar belakang
pendidikan; sekolah-sekolah yang dimasuki b). pengetahuan tentang
isi pelajaran c). pengalaman kerja d). posisi yang pernah
dipegang\keterampilan-keterampilan e). hobby, bakat, perjalanan,
keluarga f). prestasi-prestasi g). Ajaklah masing-masing kelompok
untuk menyampaikan resumenya14. Point-counter pointStrategi ini
sangat baik digunakan untuk melibatkan mahasiswa dalam
mendiskusikan issu-issu kompleks secara mendalam. Strategi ini
mirip dengan debat, hanya saja dikemas dalam suasana yang tidak
terlalu formal.Langkah-langkah:1) Pilihlah issu yang mempunyai
beberapa perspektif2) Bagilah mahasiswa ke dalam kelompok-kelompok
sesuai dengan jumlah perspektif yang telah anda tentukan3) Minta
masing-masing kelompok untuk menyiapkan argumen-argumen sesuai
dengan pandangan-pandangan kelompok yang diwakili4) Mulailah debat
dengan mempersilahkan kelompok mana saja yang akan memulai5)
Setelah salah seorang mahasiswa menyampaikan satu argumen sesuai
dengan pandangan kelompoknya mintalah bantahan, tanggapan atau
koreksi dari kelompok yang lain perihal issu yang sama.6) Lanjutkan
proses ini hingga waktu yang memungkinkan7) Rangkum debat yang baru
saja dilaksanakan dengan menggarisbawahi atau mungkin mencari titik
temu dari argumen-argumen yang muncul.15. Listening TeamsStrategi
ini membantu siswa untuki tetap konsentrasi dan fokus dalam
pelajaran yang menggunakan metode ceramah. Strategi ini bertujuan
membentuk kelompok-kelompok yang mempunyai tugas atau
tanggung-jawab tertentu berkaitan dengan materi
pelajaranLangkah-langkah1) Bagi siswa menjadi empat kelompok,
masing-masing kelompok mendapat salah salah satu dari tugas-tugas
berikut ini:1. Penanya: Betugas membuat minimal dua pertanyaan
berkaitan dengan materi pelajaran yang baru saja disampaikan2.
Pendukung: Bertugas mencari ide-ide yang disetujui atau dipandang
berguna dari materi pelajaran yang baru saja disampaikan dengan
memberikan alasan kenapa3. Penentang: Bertugas mencari ide-ide yang
tidak disetujui atau dipandang tidak berguna dari materi pelajaran
yang baru saja disampaikan dengan memberikan alasan kenapa4.
Pemberi contoh: Bertugas memberi contoh spesifik atau penerapan
dari materi pelajaran yang baru saja disampaikan dengan memberikan
alasan kenapa5. Sampaikan materi pelajaran dengan metode ceramah.
Setelah selesai, beri kesempatan kepada masing-masing kelompok
untuk menyelesaikan tugas mereka.6. Minta masing-masing kelompok
untuk menyampaikan hasil dari tugas mereka.Modifikasi: Kalau jumlah
siswa banyak, buat kelompok ganda, artinya terdapat dua kelompok
sebagai Penanya dan begitu pula pada kelompok lainnya. Juga bisa
diawali dengan tugasIndividual (Minute Paper), kemudianPowers of
TwobahkanSnowballing.
16. Lightening The Learning ClimateSatu kelas dapat degan cepat
menemukan susasana belajar yang rileks. Informal dan tidak
menakutkan dengan meminta siswa untuk membuat humor-humor kreatif
yang brhubungan dengan matei kuliah. Strategi ini sangatlah
Informal, akan tetapi pada waktu yang sama dapat mengajak siswa
untuk berpikir.Langkah-langkah1) Jelaskan kepada siswa bahwa Anda
akan memulai pelajaran dengan aktivitas pembuka yang menyenangkan
sebelum masuk pada materi pelajaran yang lebih serius.2) Bagi siswa
menjadi beberapa kelompok kecil. Beri masing-masing kelompok satu
tugas untuk membuat kegembiraan atau kelucuan dari topik, konsep
atau issu mata pelajaran yang Anda ajarkan, sebagai contoh:1. Ilmu
Pemerintahan: Buatlah satu sistem pemerintahan yang menurut Anda
paling tidak efekif2. Matematika: Buatlah satu cara menghitung yang
tidak efisien3. Ilmu Kesehatan: Buatlah menu makanan yang sama
sekali tidak bergizi4. Grammar: Tulislah kalimat yang memuat
kesalahan-kesalahan grammar sebanyak mungkin5. Teknik: Buatlah satu
jembatan yang nampak akan jatuh6. Minta kelompok-kelompok tadi
untuk mempresentasikan kreasi mereka. Hargai setiap kreasi7.
Tanyakan: Apakah yang mereka pelajari tentang materi kita dari
latihan ini?8. Guru memberi penjelasan atau melanjutkan pelajaran
dan materi lain.17. Critical IncidentStrategi ini digunakan untuk
memulai pelajaran.Tujuan dari penggunaan strategi ini adlah nuntuk
melibatkan siswa sejak awal dengan melihat oengalamn
merekaLangkah-langkah1. Sampaikan kepada siswa topik atau materi
yang akan dipelajari dalam pertemuan hari itu2. Beri kesempatan
beberapa menit kepada siswa untuk mengingat-ingat pengalaman mereka
yang tidak terlupakan berkaitn dnegn materi yang ada3. Tanyakan
pengalaman apa yang menurut mereka tidak terlupakan4. Sampaikan
perkuliahan dengn mengaitkan pengalaman-pengalaman siswa dengan
materi yang akan Anda sampaikanDari jawaban-jawaban yang muncul
guru bisa memulai pelajaran dengan mengaitkan pengalaman siswa
dengan topik yang diajarkanModifikasi:Pengalaman bisa yang
menyenangkan atau yang menyedihkan atau yang paling lucu, memalukan
pokoknyaUnforgettable Memory18. Prediction GuideStrategi ini
membantu siswa untuki tetap konsentrasi dn fokus dalam pelajaan
yang menggunakan metode ceramah. Strategi ini bertujuan membentuk
kelompok-kelompok yang mempunyai tugas atau tanggung-jawab tertentu
berkaitan dengan materi pelajaranLangkah-langkah1. Bagi siswa
menjadi empat kelompok, masing-masing kelompok mendapat salah salah
satu dari tugas-tugas berikut ini:a. Penanya: Betugas membuat
minimal dua pertanyaan berkaitan dengan materi pelajaran yang baru
saja disampaikanb. Pendukung: Bertugas mencari ide-ide yang
disetujui atau dipandang berguna dari materi pelajaran yang baru
saja disampaikan dengan memberikan alasan kenapac. Penentang:
Bertugas mencari ide-ide yang tidak disetujui atau dipandang tidak
berguna dari materi pelajaran yang baru saja disampaikan dengan
memberikan alasan kenapad. Pemberi contoh: Bertugas memberi contoh
spesifik atau penerapan dari materi pelajaran yang baru saja
disampaikan dengan memberikan alasan kenapa2. Sampaikan materi
pelajaran dengan metode ceramah. Setelah selesai, beri kesempatan
kepada masing-masing kelompok untuk menyelesaikan tugas mereka.3.
Minta masing-masing kelompok untuk menyampaikan hasil dari tugas
mereka.Modifikasi: Kalau jumlah siswa banyak, buat kelompok ganda,
artinya terdapat dua kelompok sebagai Penanya dan begitupula pada
kelompok lainnya. Kedua kelompok bisa melakukan prosesPower of Two
Juga bisa diawali dengan tugasIndividual (Minute Paper),
kemudianPowers of Twokemudian Snowballing19. Reconnecting
(menghubungkan kembali)Metode reconnecting (menghubungkan kembali)
ini digunakan untuk mengembalikan perhatian anak didik pada
pelajaran setelah beberapa saat tidak melakukan aktivitas tersebut.
20. Trading PlaceMetode ini memungkinkan peserta didik lebih
mengenal, tukar menukar pendapat dan mempertimbangkan gagasan,
nilai atau pemecahan baru terhadap berbagai masalah. 21. Who in The
Class? Metode ini digunakan untuk memecahkan kebekuan suasana dalam
kelas. Teknik ini lebih mirip dengan perburuan terhadap teman-teman
di kelas daripada terhadap benda. Strategi ini membantu
perkembangan pembangunan team (team building) dan membuat gereakan
fisik berjalan tepat pada permulaan gerakan fisik berjalan tepat
pada permulaan sebuah perjalanan. 22. Prediction (Prediksi)Metode
ini dapat membantu para siswa menjadi kenal satu sama lain. Dalam
metode ini,peserta didik diminta untuk meramalkan bagaimana
masing-masing orang dalam kelompoknya akan menjawab pertanyaan
tertentu yang telah dipersiapkan untuk mereka. 23. TV
KomersialMetode ini dapat menghasilkan pembangunan team (team
building) yang cepat. Peserta didik dibagi ke dalam team yang tidak
lebih dari 6 anggota dan diminta untuk membuat iklan TV 30 detik
yang meniklankan masalah pelajaran dengan menekankan nilainya bagi
meraka atau bagi dunia.24. The Company You KeepMetode ini digunakan
untuk membantu siswa sejak awal agar lebih mengenal satu sama lain
aktivitas kelas bergerak dengan cepat dan amat menyenangkan. 25.
Sepak Bola VerbalDalam Trik dan Taktik Mengajar (Ginnis, 2008)
terdapat berbagai macam strategi untuk pencapaian pengajaran di
kelas. Strategi itu diantaranya adalah Kartu Panggilan, Bingo,
Diskusi Komidi Putar, Domino, Kursi Panas, One-to-One, Quick on The
Draw, SEpak Bola Verbal, Roda Keberuntungan, Berburu Informasi,
Berwisata, Papan Memori, dan lain-lain. Strategi Sepak Bola Verbal
dapat melatih siswa berbicara di depan kelas, dan belajar untuk
menyampaikan pendapat dalam diskusi. Menurut Ginnis (2008, 186)
strategi Sepak Bola Verbal adalah strategi yang digunakan untuk
mendorong kerjasama kelompok atau tim. Dengan strategi ini siswa
bisa melatih keterampilan mental dalam permainan yang penuh aksi
dan tempo tinggi, seta strategi ini menumbuhkan kerjasama
tim.Penerapan strategi Sepak Bola Verbal ini membentuk siswa dalam
dua kelompok. Pengelompokan yang dilakukan dalam strategi Sepak
Bola Verbal ini adalah pengelompokan secara heterogen yang dibentuk
berdasarkan tingkat kemampuan akademisnya. Setiap kelompok terdiri
dari siswa yang memiliki kemampuan akademis tinggi, sedang dan
rendah. Pengelompokan secara heterogen mempunyai beberapa
keunggulan. Menurut Lie (2002, 42) beberapa keunggulannya adalah
sebagai berikut:1. Memberikan kesempatan saling mengajar dan saling
mendukung2. Meningkatkan relasi dan interaksi antar ras, etnik dan
gender3. Memudahkan pengelolaan kelas karena adanya satu orang
dengan kemampuan akademis tinggi, guru mendapat satu asisten untuk
setiap 3 orang.Ginnis (2008, 186-187) mengemukakan langkah-langkah
proses pembelajaran strategi Sepak Bola Verbal adalah sebagai
berikut:1. Jelaskan bahwa tujuan permainan adalah menguji
pengetahuan dan pemahaman. Bagi kelas menjadi dua tim. Tiap tim
memilik seorang kapten.2. Jelaskan bahwa keberhasilan dalam
pertandingan akan bergantung pada latihan yang serius. Training
menuntut tim melalui sebuah topik yang disediakan, memeriksa fakta
dan pemahaman satu dengan yang lain dan mengingat dengan detail
untuk menjawab pertanyaan dari guru.3. Ketika periode latihan
selesai, smeua buku dan catatan harus disingkirkan, kapten
dipanggil bersama, koin dilontarkan untuk mengetahui siapa yang
memulai (kick-off) dan permainan dimulai.4. Tim dengan kick-off
akan menerima pertanayaan dari guru. Siapapun dapat menjawab dalam
waktu 5 detik. Jika menjawab dengan benar, mereka memperthankan
kepemilikan bola. Pertanyaan lain diajukan oleh guru. Lagi, jika
gabungan tiga pertanyaan benar (= tiga kali memegang bola), dan
gol! Begitu seseorang telah menjawab sebuah pertanyaan, dia tidak
dapat menjawab lagi sampai semua orang lain telah mencoba. Ini
tergantung pada pemainnya, dan terutama kapten, untuk memantau
siapa yang sudah dan siapa yang belum ikut serta.5. Jika seorang
pemain menjawab dengan salah, itu berarti suatu tackle, dan bola
pindah ke lawan. Jadi guru harus mengajukan pertanyaan kepada
mereka. Jika tidak seorang pun menjawab dalam lima detik, bola
lepas. Jika lawan dapat menjawab dalam lima detik berikutnya,
mereka memegang bola dan menerima pertanyaan.6. Pelanggaran terjadi
bila siswa meneriakkan jawaban saat bukan gilirannya, menjawab
ketika tidak berhak, dan terutama berdebat dengan wasit! Wasit
diminta menggunakan kartu kuning atau merah.7. Pemenangnya adalah
tim dengan gol yang lebih banyak diakhir pelajaran.Berdasarkan
langkah-langkag yang dikemukakan di atas, maka kami memodifikasinya
sebagai berikut:1. Guru membagi siswa dalam dua kelompok atau tim
dengan kemampuan akademis yang berbeda. Kemudian guru meminta siswa
untuk duduk bersama anggota kelompoknya. Tiap kelompok memilih
kapten kelompoknya.2. Tim dibentuk dengan tujuan untuk dapat
mencetak gol sebanyak-banyaknya dan setiap anggota tim bertanggung
jawab untuk dapat menjawab pertanyaan dari guru. Sedangkan kapten
berfungsi untuk mengatur anggota tim yang mempresentasikan
jawabannya ke depan kelas dan kapten juga mencatat banyaknya gol
yang diperoleh tim.3. Guru memberikan pengantar tentang materi yang
akan dipelajari.4. Guru membagikan LKS yang berisikan ringkasan
materi dan soal latihan5. Ketika pemahaman terhadap LKS selesai,
kapten dipanggil bersama, koin dilontarkan untuk mengetahui siapa
yang memulai (kick-off) dan permainan dimulai6. Tim yang mendapat
giliran pertama mulai menjawab pertanyaan dari guru sesuai dengan
LKS. Jika menjawab dengan benar tiga pertanyaan berturut-turut maka
bola gol dan mereka mempertahankan kepemilikan bola. Begitu
seseorang telah menjawab sebuah pertanyaan, dia tidak dapat
menjawab lagi hingga semua anggota tim telah mencoba. Ini
tergantung pada pemainnya terutama kapten, untuk memantau siapa
yang sudah dan siapa yang belum ikut serta.7. Jika seorang pemain
menjawab dengan salah, itu berarti tackle (merebut bola dari
lawan), dan bola pindah ke tim lawan. Guru mengajukan pertanyaan
yang tidak bias dijawab oleh tim pertama kepada tim yang
mendapatkan kepemilikan bola berikutnya.8. Pelanggaran terjadi bila
siswa meneriakkan jawaban saat bukan gilirannya menjawab. Guru
diminta menggunakan kartu kuning apabila ada siswa yang melakukan
pelanggaran. Jika satu orang siswa sudah mendapatkan tiga kali
kartu kuning, maka pelanggaran yang keempat siswa tersebut diberi
kartu merah dan tim kehilangan satu gol.9. Kalau ada soal yang
tidak bisa dijawab oleh setiap tim, maka disini tugas guru membahas
bersama soal yang sulit tersebut10. Guru menghentikan jalannya
permainan karena dibatasi oleh waktu. Dan setiap kelompok
menyimpulkan pelajaran hari ini.11. Tim yang mengumpulkan gol
paling banyak dinyatakan sebagai pemenang dan diberi
penghargaan.12. Diakhir pelajaran setiap kapten tim mengumpulkan
daftar nama-nama anggota tim yang menjawab pertanyaan dan banyak
gol yang telah dicetak.Berdasarkan langkah-langkah diatas, kami
dapat menyimpulkan keuntungan dari strategi Sepak Bola verbal
sebagai berikut:1. Kegiatan ini menyenangkan dan menambah variasi
belajar mengajar2. Siswa hamper tidak mengetahui bahwa mereka
sedang diuji3. Dapat meningkatkan kerja kelompok tiap tim dalam
mengerjakan latihan4. Dapat melatih kemampuan berbicara dalam
memberikan pendapat5. Setiap siswa mempunyai kesempatan untuk
menjawab satu pertanyaan yang diberikan.
Bonwell, Charles C., dan James A. Eison.Active Learning:
Creating Excitement in the Classroom.http://www.gwu.edu/eriche.Dee
Fink, L.,Active Learning, reprinted with permission of the Oklahoma
Instructional Development Program. 1999.
http://www.edweb.sdsu.edu/people/bdodge/Active/ActiveLearning.html.Djamarah,
Syaiful Bahri dan Aswan Zain.2002. Strategi Belajar Mengajar.
Jakarta: Rineka Cipta, Ginnis, Paul. 2008. Trik dan Taktik Mengajar
Strategi Meningkatkan Pencapaian Pengajaran di Kelas. Jakarta:
Indeks.Lie, Anita. 2002. Cooperative Learning. Jakarta:
Grasindo.McKeachie W.1986. Teaching Tips: A Guidebook for the
Beginning College Teacher. Boston: D.C. Health.Mulyasa, E.2004.
Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK), Konsep, Karakteristik dan
Implementasi. Bandung: Remaja Rosdakarya.Nerita, Siska. 2012.
Penerapan Strategi Sepak Bola Verbal Disertai LKS pada Pembelajaran
Biologi Siswa Kelas VIII MTsN Padang Sibusuk Kabupaten Sijunjung.
Jurnal. Sumatra Barat: STKIP PGRIPollio, H.R. 1984. What Students
Think About and Do in College Lecture ClassesdalamTeaching-Learning
IssuesNo. 53. Knoxville: Learning Research Centre, University of
Tennesse.Silberman, Mel.2004. Active Learning, 101 Strategi
Pembelajaran Aktif, (terjemahan Sarjuli et al.) Yogyakarta:
YAPPENDIS.Silberman, Melvin L. 1996. Active Learning: 101
Strategies to Teach any Subject. Boston: Allyn and BaconWalgito,
Bimo,Pengantar Psikologi Umum, Yogyakarta, Andi Offset,
1997.Wenger, Win.2003. Beyond Teaching and Learning, Memadukan
Quantum Teaching & Learning. (terjemahan Ria Sirait dan
Purwanto): Nuansa Yamin, Martinis.2003. Strategi Pembelajaran
Berbasis Kompetensi. Jakarta: Gaung Persada Press