Top Banner
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Masalah kesehatan merupakan bagian integral dari masalah bangsa. Masalah HIV/AIDS merupakan bagian dari masalah kesehatan. Masalah kesehatan telah menyerap banyak dana Negara. Disamping permasalahan HIV/AIDS sangat kompleks, selain menyerap dana yang besar juga membunuh generasi bangsa. Kasus HIV/AIDS semakin meluas menyerang putra putri bangsa. Peningkatan jumlah kasus HIV/AIDS disebabkan oleh berbagai factor. Salah satu factor penyebab meningkatnya kasus HIV/AIDS adalah stigma dan diskriminasi. Prevalensi Penularan HIV di Indonesia semakin meningkat dan hampir terdapat di semua wilayah. Jumlah kasus terbaru AIDS Indonesia Periode Januari sampai September 2011 sebesar 1805 kasus. Data yang ada merupakan data kasus HIV/AIDS yang hanya muncul dipermukaan. Masih banyak kasus yang belum terdeteksi, karena masih banyak orang yang sudah terinfeksi HIV tetapi tidak melakukan pemeriksaan di klinik VCT. Hal ini disebabkan karena orang-orang takut dan malu untuk memeriksakan diri. Perasaan takut dan malu itu muncul
134

STIGMA MASYARAKAT DAN DISKRIMININASI LAYANAN YANG DIALAMI ODHA DI KOTA KUPANG PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

Jan 24, 2023

Download

Documents

Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: STIGMA MASYARAKAT DAN DISKRIMININASI LAYANAN YANG DIALAMI ODHA DI KOTA KUPANG PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

1

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Masalah kesehatan merupakan bagian integral dari

masalah bangsa. Masalah HIV/AIDS merupakan bagian dari

masalah kesehatan. Masalah kesehatan telah menyerap banyak

dana Negara. Disamping permasalahan HIV/AIDS sangat

kompleks, selain menyerap dana yang besar juga membunuh

generasi bangsa. Kasus HIV/AIDS semakin meluas menyerang

putra putri bangsa. Peningkatan jumlah kasus HIV/AIDS

disebabkan oleh berbagai factor. Salah satu factor penyebab

meningkatnya kasus HIV/AIDS adalah stigma dan diskriminasi.

Prevalensi Penularan HIV di Indonesia semakin meningkat dan

hampir terdapat di semua wilayah. Jumlah kasus terbaru

AIDS Indonesia Periode Januari sampai September 2011

sebesar 1805 kasus. Data yang ada merupakan data kasus

HIV/AIDS yang hanya muncul dipermukaan. Masih banyak kasus

yang belum terdeteksi, karena masih banyak orang yang sudah

terinfeksi HIV tetapi tidak melakukan pemeriksaan di klinik

VCT. Hal ini disebabkan karena orang-orang takut dan malu

untuk memeriksakan diri. Perasaan takut dan malu itu muncul

Page 2: STIGMA MASYARAKAT DAN DISKRIMININASI LAYANAN YANG DIALAMI ODHA DI KOTA KUPANG PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

2

karena adanya stigma dan diskrimininasi. Oleh karena itu

permasalahan HIV/AIDS merupakan fenomena gunung es artinya

kasus HIV/AIDS yang terdeteksi hanya bisa diperoleh dari

beberapa orang yang terbuka memeriksakan dirinya di klinik

CVT. Pada hal masih banyak kasus-kasus lain yang

tersembunyi. Ibarat gunung es yang berada di bawah permukaan

air laut, hanya puncak gunung yang bisa di lihat.

Peningkatan kasus HIV/AIDS lebih banyak terjadi pada

kelompok umur produktif. Perkembangan jumlah kasus AIDS

secara komulatif sampai dengan Juli 2011 sebesar 26.483

kasus. Dalam rinciannya jumlah tersebut lebih banyak

menyerang usia produktif. Jumlah kasus tersebut terdapat

45,9% adalah menyerang kelompok usia 20-29 tahun (Usia ini

merupakan usia produktif)1

. Jika dikaitkan dengan karakteristik AIDS yang gejalanya

baru muncul setelah 3(tiga) sampai 10(sepuluh) tahun

terinfeksi, maka hal ini semakin membuktikan bahwa sebagian

besar dari mereka yang terkena AIDS telah terinfeksi pada

usia yang lebih muda.2 )

Sabagaimana telah diberitakan oleh Media Rakyat

Merdeka tanggal 04 Juli 2007 bahwa permasalahan HIV/AIDS

disemua kalangan umur sebenarnya sudah sangat

Page 3: STIGMA MASYARAKAT DAN DISKRIMININASI LAYANAN YANG DIALAMI ODHA DI KOTA KUPANG PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

3

mengkhawatirkan. Hal ini dapat dilihat dari data-data

nasional kasus AIDS 3 (tiga) tahun terakhir. Tahun 2006,

dari 13.424 kasus HIV/AIDS, sebanyak 54,76% kasus dari

kalangan generasi muda. Sedangkan tahun 2007, dari 17.207

kasus HIV/AIDS (6066 HIV - 11.141 AIDS), sebanyak 6.301

kasus merupakan kaum muda usia produktif 15-29 tahun. Dan

pada tahun 2008, dari 22.664 kasus Hiv/Aids, 16.110 kasus

Aids yang mana sejumlah 8.682 kasus Aids tersebut dari

kelompok usia 15-29 tahun. Data yang dihimpun Direktur

jendral Peningkatan Mutu Pendidikan dan Tenaga Kependidikan

(PMPTK) Departemen Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa

dari sekitar 10.000 orang pengidap HIV/AIDS di Indonesia

setengah atau 5.000 orang di antaranya merupakan pelajar

SMP/SMA. 3 )

Menurut data yang ada pada KPAD NTT, Kasus HIV/AIDS

di Propinsi Nusa Tenggara Timur secara komulatif sampai

dengan Desember 2012 sebesar 1918. Kasus HIV positip

terjaring sebesar 837 orang. Dan kasus AIDS sebesar 1081

orang, yang sudah meninggal sampai dengan Desember 2012

sebesar 443 kasus. 4 ) Kasus HIV/AIDS di Indonesia

merupakan fenomena gunung es artinya hanya sedikit yang

terdeteksi. Hal ini terjadi dikarenakan banyak orang yang

Page 4: STIGMA MASYARAKAT DAN DISKRIMININASI LAYANAN YANG DIALAMI ODHA DI KOTA KUPANG PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

4

tidak mau memeriksakan diri karena takut distigma oleh

masyarakat atau keluarga kalau nanti ketahuan menderita HIV

positip. Selain itu banyak kasus HIV positip tetapi sulit

untuk mendapatkan pengobatan anti-retroviral karena tekanan

perasaan malu, stigma dan diskriminasi masyarakat. Juga

faktor ekonomi yang tidak mencukupi untuk membayar obat

anti-retroviral, apalagi tidak semua rumah sakit memiliki

obat anti-retroviral untuk HIV/AIDS.

Nusa Tenggara Timur merupakan salah satu provinsi di

Indonesia yang infrastrukturnya belum maju. Kondisi rumah

sakitnya masih terdiri dari rumah sakit tipe C. Dan tidak

semua rumah sakit memiliki VCT. Untuk menjaring penderita

HIV cukup sulit. Apalagi untuk mendapatkan obat anti-

retroviral, cukup sulit bagi penderita HIV positip untuk

mendapatkan obat tersebut. Kondisi wilayah yang terdiri

dari wilayah kepulauan dan masih banyak daerah terpencil

juga merupakan salah satu factor penyulit bagi ODHA menuju

rumah sakit yang menyediakan obat anti-retroviral. Budaya

yang masih kental yang masih sedikit mengenal kemajuan dan

tehnologi, kurangnya pengetahuan masyarakat tentang penyakit

HIV / AIDS, norma kehidupan dalam masyarakat setempat.

Berdasarkan hasil wawancara studi pendahuluan dengan

Page 5: STIGMA MASYARAKAT DAN DISKRIMININASI LAYANAN YANG DIALAMI ODHA DI KOTA KUPANG PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

5

sekretaris KPAD provinsi NTT tanggal 13 Maret 2013 bahwa

agama merupakan faktor-faktor determinan menimbulkan stigma

yang kuat terhadap orang yang positip HIV.5) Walaupun

prevalensi HIV/AIDS di NTT masih rendah sejak tahun 1997

namun perilaku sexual bebas sangat tinggi. Hal ini sangat

berpotensi untuk cepatnya penularan HIV / AIDS. Selain itu

stigma terhadap orang yang HIV positip di NTT sangat tinggi

dan selalu disertai dengan diskriminasi oleh masyarakat,

ditempat kerja dan juga oleh keluarga.

Tabel 1. 1. Data Kasus HIV & AIDS Dari Tahun 1997 Sampai

Dengan November 2012 Provinsi Nusa Tenggara Timur .6 )

Sumber Data: Laporan Dinas Kesehatan Provinsi NTT per November 2012

Kumulasi Distribusi Kasus Per Kabupaten di Provinsi NTT dari

tahun 1997 - November 2012

NO. KABUPATEN HIV AIDS JUMLAH MENINGGAL1 Belu 230 251 481 1192 Kota Kupang 240 117 357 453 Sikka 128 211 339 404 Ende 6 97 103 575 Manggarai 48 34 82 116 Lembata 23 46 69 277 Flotim 11 58 69 128 TTS 23 40 63 159 Sumba Barat Daya 12 41 53 19

Page 6: STIGMA MASYARAKAT DAN DISKRIMININASI LAYANAN YANG DIALAMI ODHA DI KOTA KUPANG PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

6

10 Ngada 17 30 47 1911 TTU 25 19 44 1612 Sumba Timur 29 35 64 1413 Alor 7 26 33 1414 Kupang 15 31 46 715 Nagekeo 9 11 20 816 Sumba Barat 4 16 20 1117 Manggarai Barat 4 11 15 718 Sumba Tengah 6 7 13 219 Rote Ndao 0 0 0 020 Sabu Raijua 0 0 0 021 Manggarai Timur 0 0 0 0

Total 837 1081 1918 443

Page 7: STIGMA MASYARAKAT DAN DISKRIMININASI LAYANAN YANG DIALAMI ODHA DI KOTA KUPANG PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

7

Stigma dan diskriminasi adalah salah satu tantangan

yang berat dalam program pencegahan penularan HIV/AIDS.

Berdasarkan hasil survei yang dilakukan oleh Badan Pusat

Statistik tahun 2009 bahwa Stigma dan diskriminasi yang

dialami orang terinfeksi HIV bisa datang dari berbagai

kelompok masyarakat. Mulai dari lingkungan keluarga,

lingkungan tempat tinggal, lingkungan kerja, lingkungan

sekolah, serta lingkungan komunitas lainnya. Bahkan sering

terjadi diskriminasi dilayanan kesehatan terhadap orang

terinfeksi HIV saat mereka mendapatkan perawatan kesehatan.

Menurut data hasil Survei Dampak Sosial Ekonomi Pada Individu

dan Rumah Tangga Dengan HIV di Tujuh Provinsi di Indonesia

tahun 2009 yang dilakukan oleh BPS dan JOTHI, terdapat 996

rumah tangga (Ruta) dengan salah satu atau lebih anggota rumah

tangganya (ART) terinfeksi HIV berpartisipasi dalam survei

tersebut, maka dapat ketahui bahwa 36% Rumah Tangga orang

terinfeksi HIV pernah mengalami tindakan stigma dan

diskriminasi dari tetangganya. Bentuk-bentuk Perlakuan stigma

dan diskriminasi tersebut mulai dari ditolak keberadaannya,

mengalami kekerasan verbal, anak-anaknya dilarang bermain

bersama teman sebayanya, tidak diundang dalam kegiatan di

lingkungan, dilarang menggunakan fasilitas umum hingga

Page 8: STIGMA MASYARAKAT DAN DISKRIMININASI LAYANAN YANG DIALAMI ODHA DI KOTA KUPANG PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

8

kekerasan secara fisik. Dalam survey itu ada responden yang

terinfeksi HIV. Hasil survey itu telah menggambarkan ada 53%

responden laki-laki dan ada 57% responden perempuan merasa

pernah mengalami perlakuan diskriminasi dari fasilitas layanan

kesehatan. Tindakan stigma dan diskriminasi dari fasilitas

kesehatan yang pernah diterima responden berupa diberi kode-

kode khusus (41%), petugas kesehatan menggunakan pelindung

yang berlebihan (11%), ditolak dalam perawatan medis (8%),

tenaga kesehatan tidak mau menyentuh responden (8%), Responden

yang diisolasi (7%), penanganan di UGD di terakhirkan (6%),

mendapat kekerasan verbal (5%), tidak diijinkan menggunakan

toilet dan peralatan makan fasilitas kesehatan  tersebut (3%)

dan kekerasan fisik (1%). Situasi ini juga sangat

memprihatinkan dan kontraproduktif terhadap berbagai upaya

pengendalian epidemi HIV di Indonesia .7 ) .

Pada acara peringatan Hari AIDS sedunia pada 1

Desember 2011 mengambil tema ‘Getting to Zerro’. Tema yang menarik

mengajak anak bangsa untuk semangat mencegah penularan HIV,

selain itu juga menunjukan bahwa salah satu penyebab

permasalahan bagi ODHA untuk tidak mengoptimiskan diri di

tengah masyarakat adalah adanya Stigma dan Diskriminasi di

masyarakat dan layanan. Hal ini telah dibuktikan oleh data

Page 9: STIGMA MASYARAKAT DAN DISKRIMININASI LAYANAN YANG DIALAMI ODHA DI KOTA KUPANG PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

9

dari banyak penelitian.   Tema tersebut dilakukan dalam 3

upaya besar salah satunya adalah Zero AIDS Discrimination. Artinya

stigma dan diskriminasi dapat dihilangkan.

Masalah stigma dan diskriminasi, kadang muncul karena

salah pemahaman mengenai cara penularan. Contoh kejadian

tahun 2010 di Ruteng NTT seorang pasien remaja dewasa

terinfeksi HIV jatuh sakit di rawat di ruang isolasi. Tidak

satu pun keluarganya kecuali orang tua kandungnya yang

datang mengunjungi dia. Hal itu terjadi karena takut

tertular. Pada saat pasien itu kembali ke kampung

halamannya, rumah keluarga pasien tidak di kunjungi oleh

semua orang. Dan sampai ketika pasien meninggal di ruangan

isolasi di rumah sakit umum daerah Ruteng tidak banyak

keluarga yang melayat. Semua pakaian pasien dibakar. Selain

itu kasus terbaru di Ruteng bulan Pebruari 2013, ada tiga

orang ODHA di rawat di salah satu ruangan di kantor KPAD

karena di tolak oleh keluarganya. Pada hal Rumah sakit ada,

tetapi pasiennya tidak di rawat di rumah sakit karena alasan

biaya perawatan, sehingga terpaksa tidur di salah satu

ruangan di kantor KPAD .8 )

Program VCT di Pronvinsi Nusa Tenggara Timur sudah

dimulai sejak tahun 2006. Awalnya klinik VCT hanya di RS

Page 10: STIGMA MASYARAKAT DAN DISKRIMININASI LAYANAN YANG DIALAMI ODHA DI KOTA KUPANG PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

10

W.Z. Yohanes di Kota Kupang. Kemudian tahun 2012 sudah

meningkat menjadi 12 Klinik VCT. Hampir di setiap kabupaten

di NTT sekarang memiliki klinik VCT. Hal ini dilakukan agar

semua penderita HIV di setiap kabupaten terjaring, dengan

demikian penemuan kasus HIV diharap harus semakin meningkat.

Namun pada kenyataannya, kunjungan ke Klinik VCT di NTT

belum banyak. Sampai dengan Desember 2012 Total kunjungan ke

Klinik VCT baru mencapai 1100 Orang. Menurut keterangan

sekretaris KPAD Provinsi NTT, rata-rata kunjungan ke klinik

VCT dari semua Klinik VCT di NTT sebanyak 60-90 orang

setiap bulan. Hal ini berbanding lurus dengan penemuan kasus

HIV di NTT baru mencapai 1918 kasus. Dari total kasus

tersebut tidak semuanya diketahui melalui testing di Klinik

VCT tetapi banyak ditemukan melalui testing setelah

penderita HIVmenderita Infeksi Oportunistik ketika obname di

Rumah Sakit.

Page 11: STIGMA MASYARAKAT DAN DISKRIMININASI LAYANAN YANG DIALAMI ODHA DI KOTA KUPANG PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

11

B. PERUMUSAN MASALAH

Salah satu hambatan yang sulit diatasi dalam

pelaksanaan Program Penanggulangan dan Pencegahan Penularan

HIV/AIDS adalah adanya stigma dan diskriminasi di dalam

keluarga, masyarakat, ditempat kerja, maupun dilayanan

masyarakat termasuk layanan kesehatan terhadap Orang Dengan

HIV/AIDS. Stigma memberikan tekanan dengan berbagai cara

yang tidak kelihatan terhadap ODHA namun bisa membuat

perasaan ODHA terpukul dan malu. Sedangkan diskriminasi

memberikan tekanan dengan cara yang kelihatan dengan

berbagai cara yang membuat ODHA harus menanggung perasaan

malu. Sebagai akibat selanjutnya ODHA menutup diri untuk

tidak mau membuka status HIV-nya dan bahkan putus asa.

Sebaliknya bagi orang yang belum tahu status HIV-nya tidak

akan mau untuk mengikuti tes HIV di Klinik VCT. Disisi lain

ODHA yang menutup diri yang tidak mau membuka status HIV-nya

kepada pasangannya (suami atau istri) sebagai partner seks

akan menularkan HIV kepada pasangannya. Hal yang sama

terjadi pada orang yang sudah terinfeksi HIV namun belum

mengetahui status HIV-nya apakah positip atau tidak.

Fenomena ini tergambar dalam penemuan kasus HIV selalu

Page 12: STIGMA MASYARAKAT DAN DISKRIMININASI LAYANAN YANG DIALAMI ODHA DI KOTA KUPANG PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

12

terjadi setelah orang menderita infeksi oportunistik, dan di

lakukan tes HIV ternyata positip.

Penemuan kasus HIV di Nusa Tenggara Timur lebih

banyak diketahui setelah orang menderita oportunistik dan

ketika obname di Rumah Sakit, karena pengobatan tidak mempan

lalu dilakukan tes HIV lalu mendapat hasil positip HIV.

Kasus seperti ini selalu berakhir dengan kematian cepat

karena tidak pernah menggunakan ARV. Angka kematian karena

AIDS di Nusa tenggara Timur cukup tinggi. Sampai dengan

tahun 2012 kematian karena HIV AIDS di NTT mencapai 443

kasus. Berdasarkan keterangan sekretaris KPAD NTT tanggal

13 Pebruari 2013 mengatakan bahwa kematian HIV AIDS di NTT

lebih banyak terjadi karena dirawat setelah menderita

infeksi oportunistik. Berdasarkan uraian data pada latar

belakang di atas maka dapat dirumuskan permasalahan adalah

Masih tingginya Stigma terkait HIV/AIDS di Provinsi Nusa

tenggara Timur. Stigma terkait HIV/AIDS di NTT menyebabkan

tingginya kematian karena HIV/AIDS. Stigma terkait HIV/AIDS

di Provinsi Nusa Tenggara Timur selalu diikuti dengan

diskriminasi terhadap ODHA. Munculnya stigma dan

diskriminasi membuat orang malu dan takut untuk memeriksakan

diri apakah dirinya HIV atau tidak.Setelah menderita banyak

Page 13: STIGMA MASYARAKAT DAN DISKRIMININASI LAYANAN YANG DIALAMI ODHA DI KOTA KUPANG PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

13

penyakit baru terdeteksi bahwa ternyata mereka menderita HIV

positip. Faktor stigma merupakan salah satu factor

determinan terjadinya fenomena gunung es terhadap kasus

HIV/AIDS di NTT. Sedikitnya kasus HIV / AIDS terjaring

disebabkan karena masih sangat kuatnya stigma terhadap

HIV/AIDS di Provinsi Nusa Tenggara Timur.

Dari uraian permasalahan di atas maka dapat dirumuskan

pertanyaan masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana bentuk stigma dan diskriminasi layanan

kesehatan yang dialami ODHA di Kota Kupang?

2. Bagaimana pengaruh stigma dan diskriminasi itu

terhadap keputusan ODHA untuk membuka statusnya dan

mau mengikuti pengobatan?

3. Apakah orang-orang yang positip HIV masih

mempertahankan pangobatan walaupun di stigma dan

diskriminasi?

B. TUJUAN PENELITIAN

Dari perumusan masalah di atas maka dapat dirumuskan

tujuan penelitian yaitu untuk :

Page 14: STIGMA MASYARAKAT DAN DISKRIMININASI LAYANAN YANG DIALAMI ODHA DI KOTA KUPANG PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

14

1. Mengetahui bagaimana bentuk stigma dan

diskriminasi layanan kesehatan yang dialami ODHA

di Kota Kupang?

2. Mengetahui bagaimana pengaruh stigma dan

diskriminasi itu terhadap keputusan ODHA untuk

membuka status HIV-nya dan mau mengikuti

pengobatan?

3. Mengetahui apakah orang-orang yang positip HIV

masih mempertahankan pangobatan walaupun di stigma

dan diskriminasi?

C. MANFAAT PENELITIAN

Ada pun manfaat penelitian adalah :

1. Bagi penulis yaitu meningkatkan kasanah ilmu

pengetahuan untuk dipakai membangun Indonesia secara

kusus membangun NTT dan lebih kerucut membangun

Manggarai

2. Bagi Instansi Pemerintahan : Sebagai informasi, data

dan selanjutnya sebagai bahan pertimbangan pembangunan

daerah NTT dan sekitarnya

3. Bagi ODHA yaitu sebagai dukungan dan support agar

mampu menghadapi situasi stigma dari berbagai factor

Page 15: STIGMA MASYARAKAT DAN DISKRIMININASI LAYANAN YANG DIALAMI ODHA DI KOTA KUPANG PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

15

4. Bagi civitas Akademika yaitu sebagai salah satu

pengembangan tridarma perguruan tinggi yaitu

penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan

D. RUANG LINGKUP PENELITIAN

1.Waktu : Penelitian dilakukan selama 1-2 bulan. Waktu

penelitian sekitar bulan januari sampai maret 2014

2.Tempat : Di Provinci NTT di kabupaten terpilih Kota

Kupang

3.Materi : Bidang ilmu kesehatan masyarakat Program

Kesehatan Reproduksi dan HIV/AIDS fokus pada Stigma

masyarakat dan Diskriminasi Layanan Kesehatan terhadap

HIV/AIDS.

E. KEASLIAN PENELITIAN

Penelitian tentang Stigma Masyarakat dan diskriminasi

Layanan Kesehatan yang dialami ODHA di Kota Kupang,

menurut sepengetahuan peneliti belum pernah dilakukan

penelitian yang sama sebelumnya. Beberapa

Page 16: STIGMA MASYARAKAT DAN DISKRIMININASI LAYANAN YANG DIALAMI ODHA DI KOTA KUPANG PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

16

Penelitian lain yang ada hubungan dengan Kesehatan Reproduksi dan HIV/AIDS adalah

nampak pada :

tabel 1. 2. Keaslian penelitian Dibawah ini :

No.

NamaPeneliti

Tempat Metode Tujuanpenelitian

Hasil Penelitian

1. OnojaMatthewAkpa,dkk(VictoriaAdeolu-Olaiyaa,C. AdenikeOlusegun-Odebirib,DoyinAganabac)

NigeriaUtara,2011

Kuantitatif surveicross-sectional(kuesionerterstruktur)antara ODHA ditiga negara yangdipilih di zonaNorth-Westgeopolitik NigeriaAbuja dan, WilayahFederal Ibu (FCT).Uji analisisregresi Logistikberganda digunakanuntuk menentukanfaktor yangberhubungan denganstigma terkait HIVdan adopsi

Untukmempelajariprevalensistigmaterkait HIVdan pengaruhstigma padaadopsipengobatanHIV dikalanganODHA

71(21,3%) ODHA menghadapistigma di tempat kerja, 88(26,3%) stigma di masyarakat,dan 43 (12,8%) ODHA stigmadalam keluarga. Juga, hasilregresi logistik menunjukkanbahwa ODHA yang tidak memilikipendidikan formal dan orang-orang dengan pendidikan dasarkurang mampu untuk menghadapistigma dari masyarakat (OR-0,212, 95% CI-0,064-0,702, p<0,05) dan majikan mereka (OR-0.236, 95% CI-0,072-0,775, p<0,05) masing-masing.

Page 17: STIGMA MASYARAKAT DAN DISKRIMININASI LAYANAN YANG DIALAMI ODHA DI KOTA KUPANG PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

17

pengobatan HIV.

2. FrankTannenbaun

DiAmerika1938

PenelitianKualitatif,analisis terhadapsejumlah pemudanakal

Mengidentifikasi labeldarimasyarakatterhadappemuda Nakal(gagasanPenandaan)

Menemukan bahwa tag atau labelnegative sering berkontribusiketerlibatan lebih jauh dalamkegiatan tertunggak.Selanjutnya lahir teoriPelabelan.

3. OssieSosodoro,OvaEmilia,BudiWahyuni

DiSurakarta

Jenis penelitianini adalahkualitatifobservasionaldengan rancangancross sectionaluntuk mendapatkanpenjelasan yanglebih dalam danmenawarkanmasukan untukmembuat kebijakandalammemperkenalkanintervensi yangrelevan . Subyekpenelitian adalahsebanyak 558siswa dari SMP 4

Untukmengetahuihubunganantarapengetahuan tentangHIV / AIDSdan stigmaorang yanghidupdengan HIV/ AIDS dikalangansiswa SMAdiSurakartaMunicipality .

Hasil uji pada pengetahuantentang HIV / AIDSmenunjukkan bahwa rata-rataadalah 15,40 dari skormaksimal 20 , sedangkanhasil uji pada stigma orangyang hidup HIV / AIDSmenunjukkan berarti adalah15,70 dari skor maksimal21 . Hasil studi kualitatifmenunjukkan bahwa adakesalahpahaman tentangmetode infeksi HIV / AIDSdan adanya stigma orang yanghidup dengan HIV / AIDS ,baik di kalangan mahasiswaatau guru . Hasil analisisbivariat menunjukkan bahwastigma adalah 3,37 kali

Page 18: STIGMA MASYARAKAT DAN DISKRIMININASI LAYANAN YANG DIALAMI ODHA DI KOTA KUPANG PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

18

SurakartaMunicipality .Analisis datakuantitatifunivariat,bivariat denganuji chi squaredan multivariatdengan regresilogistik danstratifikasi .

lebih kuat antara siswadengan pengetahuan yangterbatas tentang HIV / AIDSdibandingkan mereka denganpengetahuan yang baiktentang HIV / AIDS .

Kesimpulan : Siswa denganpengetahuan yang terbatastentang HIV / AIDS memilikirisiko lebih tinggi untukstigma orang yang hidupdengan HIV / AIDS bahwamereka dengan pengetahuanyang baik .

4. JónGunnarBernburg, MarvinD. KrohnandCraig J.Rivera

Di NewYorkpada1987 -1988

The analysis isconducted withdata from theRochester YouthDevelopmentStudy (RYDS), amulti-wave panelstudy of thedevelopment ofdruguse and delinquentbehavior amongadolescents and

This articleexamines theshort-termimpact offormalcriminallabeling oninvolvementin deviantsocialnetworks andincreasedlikelihood

Using measures from threesuccessive points in time, theauthors find that juvenilejustice intervention positivelyaffectssubsequent involvement inserious delinquency through themedium ofinvolvement in deviant socialgroups, namely, street gangsand delinquent peers : In Model1, The effect of juvenilejustice intervention on

Page 19: STIGMA MASYARAKAT DAN DISKRIMININASI LAYANAN YANG DIALAMI ODHA DI KOTA KUPANG PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

19

young adults. Thispanelis based on aninitial sample of1,000 studentsselected from theseventh andeighth grades ofthe public schoolsin Rochester, NewYork, during the1987to 1988 academicyear. Interviewswere conducted atsix-monthintervalswith eachadolescent and hisor her parent orprimary caretaker.All interviewswere conducted inprivate; most wereface-to-facesettings, but inlaterwaves some long-distance

ofsubsequentdelinquency.According tolabelingtheory,formalcriminalinterventionshouldaffect theindividual’simmediatesocialnetworks.Examinewhetherinvolvementin deviantsocialgroupsmediates therelationshipbetweenjuvenilejusticeinterventionandsubsequent

subsequent delinquency. Aspredicted, intervention issignificantly, positivelyrelated to involvement insubsequent delinquency. Theodds ratio indicates thatexperiencing juvenile justiceintervention increases the oddsof involvementin serious delinquency at Wave4 by a factor of 5.5, net ofall controls.The effect of gang membershipatWave 2 is positive, asexpected, but slightly belowthe significance level. Notethat gang membership at Wave 2is included in this model sothat we may interpret theeffect of Wave 3 gangmembership (added in Model 2)as a change effect. The effectof Wave 2gang membership in Model 1 isnet of Wave 2 seriousdelinquency; hence, we expectedthis effect to be weak. Theeffects of the controlvariables conform to

Page 20: STIGMA MASYARAKAT DAN DISKRIMININASI LAYANAN YANG DIALAMI ODHA DI KOTA KUPANG PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

20

interviews werecompleted bytelephone. Chronictruants andstudents who hadleft the Rochesterschools wereinterviewed attheir homes, aswere most parents.Data on subjectswere alsocollected fromschool, police,courts, andsocial-serviceagencies. Becausewe areparticularlyinterested in theeffect of earlyformal contactwith the juvenilejusticesystem, thecurrent analysisuses data fromWaves 1 to 4, whenthe subjects

delinquentbehavior.

expectation. Delinquency andsubstance use significantlyincrease the odds of subsequentdelinquency. Females aresignificantly less likely to beinvolved in subsequentdelinquency, net of controls.In Model 2, we add the mediatorvariable gang membership atWave3. As predicted, adding gangmembership to the equationproduces a drop in the effectof juvenile justiceintervention on subsequentdelinquency. The coefficientdrops by about 22 percent (from1.71 to 1.34) but remainsstatistically significant.Moreover, as predicted, gangmembership is strongly andsignificantly associated withsubsequent delinquency. Youthswho are gang members at Wave 3are substantially more likelyto report delinquentinvolvementat. Wave 4 relativeto those who are not gangmembers during this period. Theapproximate test for indirect

Page 21: STIGMA MASYARAKAT DAN DISKRIMININASI LAYANAN YANG DIALAMI ODHA DI KOTA KUPANG PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

21

were between theages of about13.5 and 15.

effects shows that Wave 3 gangmembership significantlymediates the effects ofjuvenile justice interventionon subsequentdelinquency (p < .05, two-tailed).5 This findingindicates that the effectof juvenile justiceintervention on subsequentdelinquency is mediated by thechange in gang membership.In Models 3 and 4, we use peerdelinquency as the mediator.Model 3 again shows thatjuvenile justice interventionis strongly, positively relatedto subsequent delinquency, netof controls. In this model,formal criminal interventionincreases the probability ofsubsequent delinquency by afactor of about 5.4. Model 4shows that addingWave 3 peerdelinquency to the equationagain produces a drop in thecoefficient for intervention.The coefficient drops by about17 percent and remains

Page 22: STIGMA MASYARAKAT DAN DISKRIMININASI LAYANAN YANG DIALAMI ODHA DI KOTA KUPANG PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

22

statistically significant.Wave3 peer 80 Journal of Researchin Crime and DelinquencyDownloaded fromhttp://jrc.sagepub.com at SAGEPublications on December 16,2009delinquency has a significant,positive effect on subsequentdelinquency and significantlymediates part of the effect ofintervention on subsequentdelinquency (p < .05, two-tailed).6 Again, this findingindicates that the effect ofjuvenile justice interventionon Wave 4 delinquency ismediated by the change indelinquent peer associationsbetween Wave 2 and Wave 3.7.Models 5 and 6 examine theeffects of the two mediatorvariables jointly. Comparingthese models, the coefficientfor juvenile justiceintervention drops by about 46percent when adding both themediator variables to the model(from 1.55 to .84) and becomes

Page 23: STIGMA MASYARAKAT DAN DISKRIMININASI LAYANAN YANG DIALAMI ODHA DI KOTA KUPANG PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

23

insignificant. Gang membershipand peer delinquency thusjointly account for asubstantial proportion of theeffects of juvenile justiceintervention on subsequentinvolvement in seriousdelinquency.

5. VaishaliS.Mahendra1,LaeliaGilborn1,BitraGeorge2,LukeSamson2,RupaMudoi2,SaritaJadav2,IndraniGupta3,ShaliniBharat4,andCelineDaly1

In threehospitals in NewDelhi2006

Researchers used apre-/post-testevaluation designto assess theoutcomes of thepilot programconducted in threehospitals in NewDelhi (one privateand twogovernment-run).Prior to theimplementation ofthe program,formative researchwas conducted tounderstand thecauses andmanifestations ofstigma anddiscrimination in

The goal ofthisoperationsresearch wasto reduceAIDS-relatedstigma anddiscrimination andimprove thequality ofcare forPLHA in thehospitalsetting. Theunderlyingassumptionwas thatbothindividualand

The formative research findingsclearly indicated the need toaddress stigma anddiscrimination in the hospitalsetting and corroborated manyof the findings of earlierresearch in India in thiscontext (UNAIDS 2001). Thisstudy found that although HCWsgenerally denied that theirhospital refusedadmission and/or treatment topatients because of their knownor suspected HIV status,caregivers and patientsreported that the access to andquality of in-patient care inNew Delhi hospitals depended ona patient’s HIV status.Experiences with and fearsabout such treatment was enough

Page 24: STIGMA MASYARAKAT DAN DISKRIMININASI LAYANAN YANG DIALAMI ODHA DI KOTA KUPANG PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

24

health caresettings. Thisinvolvedconducting in-depth interviewswith health careworkers and HIV-positive patientsand focus groupdiscussions withpeopleliving withHIV/AIDS and NGOservice providers.These findingsinformed thedevelopment of a“PLHA-friendlyChecklist,” aself-assessmenttool for hospitalmanagers toidentifyinstitutionalstrengths andweaknesses ofservices forpeople infectedwith HIV, and of

institutional factorsneed to beaddressed inorder toimprovecare,includingtheknowledgeandattitudes ofstaffmembers,hospitalpolicies andprocedures,and servicesandsupplies.

to deter some patientsfrom seeking care, and causeother patients to conceal theirHIV-status from HCWs, ifpossible. Common manifestationsof differential treatment ofPLHA in the participatinghospitals included delay intreatment, unwarrantedreferrals to other facilities,segregation, labeling,excessive use of barrierprecautions, breaches ofconfidentiality, unconsentedHIV-testing, inadequate pre-andpost-test counseling, andwithholding HIV test resultsfrom patients. The study alsofound that many health careworkers lacked adequateknowledge and training in thebasics of HIV transmission,infection control, and clinicalmanagement of HIV/AIDS. Also, alack of hospital policiesprotecting PLHA and ensuringstaff safety contributed todifferential treatment.These findings highlight that

Page 25: STIGMA MASYARAKAT DAN DISKRIMININASI LAYANAN YANG DIALAMI ODHA DI KOTA KUPANG PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

25

hospital policiesand procedures topreventoccupationalexposure to HIV bystaff. TheChecklist coversthe followingareas: access tocare services, HIVtesting andcounseling,confidentiality,infection control,and quality ofcare.To assess outcomesof the program, abaseline survey tomeasure HIV/AIDS-related attitudes,knowledge, andpractices wasconducted with arandom sample of884 health careworkers from fourdepartments.These health care

stigma and discrimination inhealth settings is fueled byboth individual andinstitutional factors.Therefore, reducing AIDS-related stigma anddiscrimination in clinicalsettings requires addressingnot just the attitudes andpractices of health careworkers but also their needsforinformation, training, andsupplies.The study also showed that allcadres of health care workers,including doctors, nurses, andward staff, carry outdiscriminatory practices. Itwas interesting to note thateven though ward staff are notengaged in providing clinicalcare to patients, they stillhad the most discriminatoryattitudes toward PLHA.Because of the important rolethey play in providing supportservices in the hospital, itwas critical for the

Page 26: STIGMA MASYARAKAT DAN DISKRIMININASI LAYANAN YANG DIALAMI ODHA DI KOTA KUPANG PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

26

workersrepresented threelevels of hospitalstaff that havecontact with PLHA:doctors, nurses,and ward staff(i.e., thoseresponsible fordaily cleaning ofpatient areas).These data werediscussed withhospital managerswho then used theChecklist toassess the extentto which theirfacilitiesfollowed goldstandards toensure AIDS-related staffsafety and a non-stigmatizing andnondiscriminatoryhospitalenvironment. Basedon this

intervention to target wardstaff. This supports theintervention’s basic premise ofinvolving all levels of healthcare workers, from ward staffto hospital superintendents, inimproving the hospitalenvironment rather than simplytrying to effect change fromthe top down by only workingwith management.

Page 27: STIGMA MASYARAKAT DAN DISKRIMININASI LAYANAN YANG DIALAMI ODHA DI KOTA KUPANG PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

27

assessment,hospital managersand seniorrepresentatives ofdoctors, nurses,and ward staffdeveloped actionplans to improvethe situation. Theproject team andlocal AIDS serviceorganizationshelped eachhospital carry outtheir action plansbyassisting withtraining and thedevelopment anddissemination ofpolicy guidelinesand educationalmaterials, such asposters oninfection control.

6. BPS danJOTHI

Di TujuhProvinsidiIndonesi

Survey deskriptive UntukmengetahuiDampakstigma dan

996 rumah tangga (Ruta) dengansalah satu atau lebih anggotarumah tangganya (ART)terinfeksi HIV berpartisipasi

Page 28: STIGMA MASYARAKAT DAN DISKRIMININASI LAYANAN YANG DIALAMI ODHA DI KOTA KUPANG PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

28

a tahun2009

diskriminasiterhadapSosialEkonomi PadaIndividu danRumah TanggaDengan HIVdi TujuhProvinsi diIndonesiatahun 2009

dalam survei tersebut, dapatkita ketahui bahwa 36% Rutaorang terinfeksi HIV pernahmengalami tindakan stigma dandiskriminasi dari tetangganya.Perlakuan stigma dandiskriminasi tersebut mulaidari ditolak keberadaannya,mengalami kekerasan verbal,anak-anaknya dilarang bermainbersama teman sebayanya, tidakdiundang dalam kegiatan dilingkungan, dilarangmenggunakan fasilitas umumhingga kekerasan secara fisik.Selain itu juga, 1 dari 2responden orang terinfeksi HIV(53% laki-laki dan 57%perempuan) merasa pernahmengalami perlakuandiskriminasi dari fasilitaslayanan kesehatan. Tindakanstigma dan diskriminasi darifasilitas kesehatan yang pernahditerima responden berupadiberi kode-kode khusus (41%),petugas kesehatan menggunakanpelindung yang berlebihan(11%), ditolak dalam perawatan

Page 29: STIGMA MASYARAKAT DAN DISKRIMININASI LAYANAN YANG DIALAMI ODHA DI KOTA KUPANG PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

29

medis (8%), tenaga kesehatantidak mau menyentuh responden(8%), diisolasi (7%),penanganan di UGD diterakhirkan (6%), mendapatkekerasan verbal (5%), tidakdiijinkan menggunakan toiletdan peralatan makan fasilitaskesehatan  tersebut (3%) dankekerasan fisik (1%).

7 Roy G.A.Massie

in Bitung Municipality, North SulawesiProvince,Indonesiatahun2011.

Case study presents collectingevidence and reviews factors relate to HIV/AIDS programme provided by public in Bitung Municipality, North SulawesiProvince, Indonesia.

The objectives ofthis case study are to identify policy of HIV/AIDS program in local context and tolearn the collaboration of local public services’ activities relate to health particularly to lessen the stigma and discriminationof HIV/AIDS.

Stigma and discrimination may be reduced through structural intervention atlocal level, communityintervention and individual intervention. The interventions should be understood byhealth providers relate to HIV/AIDSprevention and control program at all stages. To reduce stigma at the community level can be integrated into HIV/AIDSprograms by facilitating the participationof people living with HIV/AIDS.

Page 30: STIGMA MASYARAKAT DAN DISKRIMININASI LAYANAN YANG DIALAMI ODHA DI KOTA KUPANG PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

30

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. KONSEP TENTANG HIV/AIDS

1. Pengertian9

HIV ( Human Immunodefisiency Virus ) adalah Virus yang

dapat menurunkan daya tahan tubuh manusia. HIV bukan penyakit

tetapi hanya sebuah Virus yang kerja dan prilakunya sangat

dasat dalam tubuh manusia sehingga bisa menurunkan daya taham

tubuh. AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) merupakan

Kumpulan sindrom penyakit yang bisa menurunkan daya tahan

tubuh manusia. AIDS disebabkan oleh HIV (Aquired artinya

didapat , Immune artinya Kekebalan , Deficiency artinya

Kekurangan, Syndrome artinya penyakit dengan kumpulan

gejala). AIDS merupakan Kumpulan gejala akibat kekurangan

atau kelemahan sistem tubuh yang dibentuk saat kita lahir.

Bukan penyakit keturunan,cacat karena rusaknya imunitas

tubuh, Sel CD4+ (monosit,makrofag dan limfosit T4 Helper).

Jumlah CD4+ <200 (800-1000/mm3)

2. Epidemiologi HIV/AIDS melalui Pecandu narkotik suntikan,

Hubungan seks yang tidak aman, Mitra seks yang banyak,

Page 31: STIGMA MASYARAKAT DAN DISKRIMININASI LAYANAN YANG DIALAMI ODHA DI KOTA KUPANG PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

31

Mitra seks dengan pengidap HIV-AIDS, Mitra seks dengan

prevalensi HIV-AIDS yang tinggi, Homoseksual, Pekerja di

tempat hiburan, Riwayat PMS (Penyakit Menular Seksual),

Bayi dari ibu yang terinfeksi, Riwayat perlukaan kulit.

3. Cara Penularan :

Hubungan seksual dengan pengidap HIV, Produk darah yang

tercemar HIV, Ibu terhadap bayi (prenatal,intra dan post

natal), Jarum suntik atau alat kedokteran yg tidak steril,

Alat untuk menoreh kulit, Jarum suntik bekas pakai.

4. Pathofisiologi : 10)

Virus HIV adalah retrovirus,mempunyai kemampuan

menggunakan RNA dan DNA, pejamu untuk membentuk virus DNA

baru dan dikenal selama periode inkubasi. Retrovirus

mempunyai pengaruh yg kuat terhadap limfosit-T. dalam

prosesnya,HIV menghancurkan CD4+ dan limfosit. Serangan

pertama HIV ditangkap oleh dendrit pada membran mukosa dan

kulit.sel yang terinfeksi akan membuat jalur ke nodus limfa

dan PD perifer,dimana terjadi replikasi virus yg sangat

cepat. (CD4+700-1200/mm3)

Gambar 2.1. Kelainan Immun pada HIV/AIDS :

Page 32: STIGMA MASYARAKAT DAN DISKRIMININASI LAYANAN YANG DIALAMI ODHA DI KOTA KUPANG PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

32

HIV

Sel

T4

Sel T4

fungsi

limfopenia

Sel T8

kerusakan

sitotoksisi

Makrofag

fagositos

is

Sel B serum

anti body

respon antibody

Peningkatan

kerentanan terhadap

infeksi

Page 33: STIGMA MASYARAKAT DAN DISKRIMININASI LAYANAN YANG DIALAMI ODHA DI KOTA KUPANG PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

33

Tabel 2. 1. Fase-fase infeksi HIV/AIDS meliputi :

Fase-fase Lamanya Anti Bodi yangterdeteksi

Gejala-gejala Dapatditularkan

Periode jendela 4 mgg-6 blnsetelah infeksi

Tidak ada Tidak ada Ya

Infeksi HIVprimer akut

1 – 2 minggu Kemungkinan Gejala seperti Flu Ya

Infeksiasimtomatik

1 – 15 tahun ataulebih

Ya Tidak ada Ya

Supresi ImunSimtomatik

3 tahun Ya Demam, keringat malamhari.

Ya

AIDS Bervariasi 1 – 5tahun daripertama penentuankondisi AIDS

Ya BB menurun, diareneuropathi, keletihan,ruam kulit, lesi oral,infeksi oportunistikberat, tumor padasemua sistem tubuh.

Ya

Page 34: STIGMA MASYARAKAT DAN DISKRIMININASI LAYANAN YANG DIALAMI ODHA DI KOTA KUPANG PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

34

5. Gejala AIDS

Terdiri dari gejala minor dan gejala mayor. Gejala minor

terdiri dari :

a. Berat badan menurun mencapai >10% setahun

b. Diare kronik selama >1 bulan

c. Demam berkepanjangan selama >1 bulan

d. Penurunan kesadaran dan HIV ensefalopati

Gejala mayor meliputi :

a. Batuk menetap lebih dari satu bulan

b. Dermatitis generalisata : herpesoster, kandiasis oral,

limphadenopaty generalisata.

c. Infeksi jamur berulang pada kelamin,

retinitiscitomegalovirus.

6. Stigma masyarakat tentang aids :11

AIDS dianggap oleh masyarakat sebagai Hukuman,

Kejahatan, Pernyataan perang, Sesuatu yang menakutkan,

Pemisah. Untuk mengatasi stigma ini, maka masyarakat harus

memiliki pengetahuan tentang bagaimana Mencegah perluasan

AIDS, Mencari dan memberi info yang benar tentang AIDS,

Bersikap bersahabat, Menghargai HAM(Hak Asasi Manusia) ODHA,

Page 35: STIGMA MASYARAKAT DAN DISKRIMININASI LAYANAN YANG DIALAMI ODHA DI KOTA KUPANG PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

35

Tidak mendiskriminasi, Mendukung program penanggulangan AIDS,

HIV tidak menular,melalui : Peralatan makan yang dipakai

bersama dengan pengidap HIV, Pakaian,handuk, Toilet yang

dipakai bersama dengan pengidap HIV, Berpelukan atau

berciuman (kecuali bila ada sariawan atau luka), Berjabat

tangan, Hidup serumah, gigitan serangga.

7. Pencegahan :

Puasa,tidak melakukan hubungan seksual, Prinsip Monogami,

Pakai kondom bila beresiko, Sterilisasi alat, Spuit sekali

pakai, Perlu skrining darah, Janin terinfeksi dari ibu ke

janin 50%, Infeksi tanpa gejala pada janin 20-35%.

8. Pemeriksaan & diagnosis :

Tes Antibodi HIV : ELISA (Ensyme-Linked Immunosorbent

Assay : Western Blot

Assay : +Immunofluoresent assay: Deteksi protein HIV, Tes

status imun : CD4+ : Menurun, Leukosit : Menurun, Diagnosis

dini infeksi HIV, ELISA & West.B, Diagnosis AIDS, Infeksi

oportunistik, CD4+ <200

Page 36: STIGMA MASYARAKAT DAN DISKRIMININASI LAYANAN YANG DIALAMI ODHA DI KOTA KUPANG PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

36

Therapi Alternatif: Spiritual / psikologis, Nutrisi : Vit C,

Curcumma, vegetarian, Obat dan biologik termasuk therapi

oksigen, ozon, Tenaga fisik/alat: massase, akupunktur, yoga,

dll

B. ODHA di NTT12

HIV/AIDS di NTT sudah lama ada namun baru di ketahui

sejak tahun 2007 dan ditemui pertama di Kota Kupang dalam

tahun yang sama. HIV/AIDS di NTT menyebar di setiap semua

kabupaten. Dan rata-rata penderita HIV/AIDS terbanyak adalah

Kota Kupang, Kabupaten Sika dan Kabupaten Kupang, Ende dan

Manggarai. ODHA yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah

orang yang dengan positip HIV di Kota Kupang berjumlah 357

orang.

C. PENGERTIAN  STIGMA  DAN  DISKRIMINASI  TERHADAP

ODHA.13 )

1. Pengertian stigma terhadap ODHA 

Stigma   adalah   tindakan   memberikan   label  

sosial   yang   bertujuan   untuk   memisahkan  atau

mendiskreditkan  seseorang  atau  sekelompok  orang  dengan

Page 37: STIGMA MASYARAKAT DAN DISKRIMININASI LAYANAN YANG DIALAMI ODHA DI KOTA KUPANG PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

37

cap  atau  pandangan  buruk.   Dalam   prakteknya,   stigma  

mengakibatkan   tindakan   diskriminasi,   yaitu   tindakan

tidak mengakui   atau   tidak   mengupayakan   pemenuhan  

hak-‐hak   dasar   indvidu   atau  kelompok  sebagaimana

selayaknya  sebagai  manusia  yang  bermartabat.  

Stigma   dan   diskriminasi   terjadi   karena  

adanya   persepsi   bahwa   mereka   dianggap   sebagai

“musuh”,  “penyakit”,  “elemen  masyarakat  yang  memalukan”,

atau  “mereka  yang  tidak  taat   tehadap   norma  

masyarakat   dan   agama   yang   berlaku”.   Implikasi  

dari   stigma   dan  diskriminasi   bukan   hanya   pada  

diri   orang   atau   kelompok   tertentu   tetapi   juga  

pada  keluarga  dan  pihak-‐pihak  yang  terkait  dengan

kehidupan  mereka.    

Tindakan   menstigma   atau   stigmatisasi   terjadi  

melalui   beberapa   proses   yang   berbeda-‐beda  seperti:

a. Stigma   actual yaitu stigma   yang   dialami  

(experienced) yaitu jika   ada   orang   atau  

masyarakat   yang   melakukan   tindakan   nyata,

baik   verbal   maupun   non   verbal   yang  

Page 38: STIGMA MASYARAKAT DAN DISKRIMININASI LAYANAN YANG DIALAMI ODHA DI KOTA KUPANG PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

38

menyebabkan  orang  lain  dibedakan  dan

disingkirkan.  

b. Stigma   potensial   atau   yang   dirasakan  

(felt) yaitu jika   tindakan   stigma   belum  

terjadi   tetapi   ada  tanda  atau  perasaan

tidak  nyaman.  Sehingga  orang  cenderung  tidak

mengakses   layanan  kesehatan.    

c. Stigma   internal   atau   stigmatisasi   diri  

adalah   seseorang   menghakimi   dirinya  

sendiri   sebagai  “tidak  berhak”,  “tidak

disukai  masyarakat”.  Proses   stigma   tidak  

bersifat   tunggal,   beberapa   proses   tersebut

dapat   terjadi   secara  bersamaan   dan   dapat

bersifat   stigmatisasi   ganda   (misalnya:  

“perek”   sekaligus  “penasun”).  

 Faktor - faktor  yang  mempengaruhi  stigma  terhadap  Orang

dengan  HIV/AIDS yaitu :

a. HIV-/AIDS  adalah  penyakit  mematikan  

Page 39: STIGMA MASYARAKAT DAN DISKRIMININASI LAYANAN YANG DIALAMI ODHA DI KOTA KUPANG PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

39

b. HIV/AIDS   adalah   penyakit   karena   perbuatan  

melanggar   susila,   kotor,   tidak   bertanggung

jawab  

c. Orang  dengan  HIV/AIDS  dengan  sengaja  menularkan

penyakitnya

d. Kurangnya  pengetahuan  yang  benar  tentang  cara

penularan  HIV.  

Perubahan   perkembangan   pengobatan,   perawatan   dan  

dukungan   yang   diharapkan  mempengaruhi  paradigma  stigma

dan  diskriminasi  terhadap  Orang  dengan  HIV/AIDS yaitu :

a. HIV/AIDS   dapat   mengenai   siapapun,   tanpa  

membedakan   status   sosial,   pendidikan,  

agama,  warna  kulit,  latar  belakang  seseorang.

b. HIV/AIDS adalah  penyakit  mematikan.  

c. HIV/AIDS  dapat  mengenai  orang  yang  tidak

berdosa  yaitu  bayi  dan  anak.    

d. HIV/AIDS   sudah   ada   obatnya   sekalipun  

tidak   menyembuhkan,   tetapi   mengembalikan

kualitas  hidup  penderitanya.  

e. Penularan  HIV/AIDS  ke  bayi/anak  dapat  dicegah

Page 40: STIGMA MASYARAKAT DAN DISKRIMININASI LAYANAN YANG DIALAMI ODHA DI KOTA KUPANG PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

40

f. Kepatuhan   berobat   dan   minum   obat   adalah  

kunci   utama   pencegahan   dan   pengendalian

HIV/AIDS.  

g. Setiap  orang  memiliki  hak  yang  sama  untuk

akses  pelayanan  kesehatan  paripurna   yang

komprehensif.  

h. Ketidaktahuan   seseorang   bahwa   ia   menderita

penyakit   termasuk   HIV/AIDS   dan   IMS  yang

membuat  orang  menularkan  penyakitnya.  

2. Pengertian  Diskriminasi Terkait HIV :   

UNAIDS   mendefinisikan   stigma   dan  

diskriminasi   terkait   dengan HIV   sebagai   ciri  

negatif  yang   diberikan   pada   seseorang   sehingga  

menyebabkan   tindakan   yang   tidak   wajar   dan  tidak

adil  terhadap  orang  tersebut  berdasarkan  status  HIV-

nya.    Contoh-‐contoh  diskriminasi  meliputi:  

a. Keluarga  yang  tega  mengusir  anaknya  karena

menganggapnya  sebagai  aib.  

Page 41: STIGMA MASYARAKAT DAN DISKRIMININASI LAYANAN YANG DIALAMI ODHA DI KOTA KUPANG PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

41

b. Rumah   sakit   dan   tenaga   kesehatan   yang  

menolak   untuk   menerima   ODHA   atau   menempatkan

ODHA  di  kamar  tersendiri  karena  takut  tertular.    

c. Atasan  yang  memberhentikan  pegawainya  berdasarkan

status  HIV  mereka.  

d. Keluarga atau masyarakat  yang  menolak  ODHA.    

e. Mengkarantina   ODHA   karena   menganggap   bahwa  

HIV/AIDS   adalah   penyakit   kutukan  atau  hukuman

Tuhan  bagi  orang  yang  berbuat  dosa.  

f. Sekolah   tidak   mau   menerima   anak   dengan   HIV

karena   takut   murid   lain   akan   ketakutan.  

g. Odha  mengalami  masalah  dalam  mengurus  asuransi

kesehatan.  Tindakan   diskriminasi   semacam   itu  

adalah   sebuah   bentuk   pelanggaran   hak   asasi

manusia.    

3. Kerangka  Kerja  Konseptual  Stigma  Dan  Diskriminasi    

Serta  Kerentanan siklus Stigma  dan  Diskriminasi.  

Stigma   dan   diskriminasi   saling   menguatkan   satu

sama   lain   dan   beroperasi   dalam   suatu   siklus  

yang   dinamis.   Tanda   atau   label   sebagai   ODHA,  

Page 42: STIGMA MASYARAKAT DAN DISKRIMININASI LAYANAN YANG DIALAMI ODHA DI KOTA KUPANG PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

42

dapat   menyebabkan stigma.   Stigma   dapat   menyebabkan  

diskriminasi   yang   selanjutnya   dapat   mengakibatkan:

a. Isolasi    

b. Hilangnya   pendapatan   atau   mata   pencaharian

c. Penyangkalan   atau   pembatasan   akses  pada

layanan  kesehatan    

d. Kekerasan  fisik  dan  emosional.    

Ketakutan   pada   penghakiman   dan   diskriminasi  

dari   orang   lain   mempengaruhi   bagaimana   cara   ODHA

melihat   diri   mereka   sendiri   dan   mengatasi  

kesulitan   terkait status  atau  perilaku  berisikonya.  

Bayangan atau perasaan   terstigma   dan   stigma   internal

sangat   mempengaruhi   upaya   pencegahan   HIV. Hal   ini  

dapat   mengakibatkan   kerentanan   dan   risiko   lebih  

besar   pada   orang dengan HIV.   Stigma   dan  

diskriminasi   sendiri   tidak   tetap   dan   diam,   tetapi

berkembang. Oleh   karena   itu   penting   bagi   pelaksana

program  pencegahan   HIV   untuk   memahami  elemen-‐elemen

stigma  dan  mengadaptasinya  dalam  konteks  saat  ini  dan

konteks  lokal.        

Page 43: STIGMA MASYARAKAT DAN DISKRIMININASI LAYANAN YANG DIALAMI ODHA DI KOTA KUPANG PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

43

Bentuk  Dan  Akibat  Stigma  Dan  Diskriminasi. Bentuk  

Akibat   Isolasi dan  kekerasan  fisik sejak diusir  dari

keluarga,  rumah,  pekerjaan,   keluarga, teman  dan

komunitas   organisasi mengakibatkan depresi,  menyendiri,    

melarikan  diri.   Gossip,  olok-‐olok,  sebutan  negatif,  

Pencemaran  nama  baik, tidak  percaya, pengucilan,

pengutukan,  penghinaan,   pada  diri  sendiri  dan orang

lain,  merasa   penghakiman     dibedakan,  merasa  ditolak.

Kehilangan hak  dan kekuasaan, Kehilangan  pekerjaan,

kehilangan   mengambil  keputusan  atas  dirinya   kesempatan

untuk  bekerja,  putus   sendiri     sekolah,  tidak  dapat

memimpin. Stigma  diri  sendiri (ODHA  menyalahkan diri

sendiri dan   Depresi,  tidak  percaya  diri,  menyendiri,  

mengisolasi  diri  mereka  sendiri)   menarik  diri  dan

menghindar  dari   lingkungan  sosialnya. Stigma  karena

apresiasi  diri meliputi : Tidak  percaya  diri,  merasa

tidak   dihargai,  rendah  diri,  kehilangan  jati   diri.

Stigma  karena  penampilan  atau  jenis : Kehilangan

kesempatan  kerja,  pekerjaan   dikucilkan,  menyendiri.    

4. Dampak  Stigma  Dan  Diskriminasi.    

Page 44: STIGMA MASYARAKAT DAN DISKRIMININASI LAYANAN YANG DIALAMI ODHA DI KOTA KUPANG PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

44

Stigma   dan   diskriminasi   masih   menjadi   masalah

didalam   upaya   pengendalian   HIV/AIDS   di   dunia  

sehingga   masih   banyak   yang   enggan   untuk  

mengetahui   status   HIVnya karena   takut   kalau  

ketahuan   mengidap   HIV   akan   diperlakukan  

diskriminatif   dalam   kehidupan   bermasyarakat.   Padahal

makin   dini   orang   mengetahui   status   HIVnya  makin

baik  untuk dirinya  sendiri  maupun  orang  lain.     Stigma

dan   diskriminasi   dalam   kaitan dengan   HIV-‐AIDS  

sebenarnya   tidak   ditujukan   kepada   jenis   kelamin  

melainkan   kepada   penyakitnya yang   amat   ditakuti.  

Masalah   akan  timbul  dalam  situasi    ketidak-‐

setaraan  gender.  Perempuan  yang  termarginalkan   dan  

berada   dalam   posisi   subordinat   bisa   menjadi  

tumpuan   kesalahan,  selanjutnya   memperoleh   label  

sebagai   sumber   penularan.   Padahal   yang   terjadi  

adalah   sebaliknya:  Dari  sisi  anatomi,  fisiologi  dan

kedudukan  sosial,  perempuan  lebih  rentan   tertular

HIV/AIDS  daripada  laki-‐laki.    

Diperlukan  komitmen  dan  upaya-‐upaya  komprehensif

terpadu  oleh  pemerintah  dan   seluruh   unsur   masyarakat

Page 45: STIGMA MASYARAKAT DAN DISKRIMININASI LAYANAN YANG DIALAMI ODHA DI KOTA KUPANG PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

45

untuk   memberdayakan   perempuan   melalui   pendekatan  

non  diskriminatif  dan  persamaan  sebelum  menuju

kesetaraan.  Hasil  yang  diharapkan   adalah   perempuan  

mempunyai   akses   terhadap   pendidikan,   ketrampilan,  

informasi   dan   ekonomi,   sehingga  memiliki   pengetahuan

yang   cukup   tentang   reproduksi   dan   penyakit   serta

mempunyai   akses   untuk   meningkatkan   ekonominya  

sehingga   mampu   memperoleh  pekerjaan  dan  penghasilan

yang  setara  dengan  laki‐laki baik  di  sektor   formal  

maupun   informal.   Demikian   pula   perempuan   harus  

diberi   wadah   berorganisasi  dan   bisa   memasuki   wadah

tersebut   guna   meningkatkan   kapasitas   sosialnya.  

Dengan   demikian   tidak   akan   ada   lagi  diskriminasi  

dalam   bekerja,   tidak   hanya  perempuan  HIV  positif

tetapi  perempuan  secara  keseluruhan.   Bentuk   lain  

dari   stigma   berkembang   melalui   internalisasi   oleh  

Odha   dengan   persepsi   negatif   tentang   diri   mereka

sendiri.   Stigma   dan   diskriminasi   yang   dihubungkan  

dengan   penyakit   menimbulkan   efek   psikologi   yang  

berat   tentang   bagaimana   Odha   melihat   diri   mereka

sendiri.Hal   ini   bisa   mendorong,   dalam   beberapa  

Page 46: STIGMA MASYARAKAT DAN DISKRIMININASI LAYANAN YANG DIALAMI ODHA DI KOTA KUPANG PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

46

kasus,   terjadinya  depresi,  kurangnya  penghargaan  diri,

dan  keputusasaan.   Stigma   dan   diskriminasi   juga  

menghambat   upaya   pencegahan   dengan   membuat   orang  

takut   untuk   mengetahui   apakah   mereka   terinfeksi  

atau   tidak,  atau   bisa   pula   menyebabkan  mereka  yang

telah  terinfeksi  meneruskan  praktek  seksual  yang  tidak

aman  karena  takut  orang-‐orang  akan  curiga  terhadap

status  HIV  mereka.  Akhirnya,   Odha   dilihat   sebagai  

"masalah",   bukan   sebagai   bagian   dari   solusi   untuk

mengatasi   epidemi  ini.   Deklarasi   Komitmen   yang  

diadopsi   oleh   Majelis   Umum   PBB dalam   sesi   khusus

tentang   HIV-‐AIDS   menyerukan   untuk   memerangi   stigma

dan   diskriminasi.   Ini   menunjukkan  fakta  bahwa

diskriminasi  merupakan  pelanggaran  HAM.  Ini  juga secara

jelas   menyatakan  bahwa   melawan   stigma   dan  

diskriminasi   adalah   merupakan   prasyarat  untuk  upaya

pencegahan  dan  perawatan  yang  efektif.    

5. Prinsip ‐ Prinsip     HAM   Sebagai   Filosofi  

Penghapusan   Stigma  Dan  Diskriminasi.

Page 47: STIGMA MASYARAKAT DAN DISKRIMININASI LAYANAN YANG DIALAMI ODHA DI KOTA KUPANG PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

47

Hak   Asasi   Manusia   dan     untuk   hak-‐hak  

perempuan,   kesempatan   kerja   serta   perlindungan,  

terkait   dengan   pekerjaan   dan   fungsi   reproduksi  

mendapat   tempat   khusus dalam  Undang-‐Undang  No.  39

Tahun  1999  Tentang  Hak  Asasi  Manusia.  Antara   lain

adalah upah  yang  sama  dan  adil  disebutkan  dalam  Hak

Atas  Kesejahteraan  Pasal   38(3):    Setiap  orang, baik

pria  maupun  wanita  yang  melakukan  pekerjaan  yang  sama,

sebanding,  setara  atau  serupa, berhak  atas  upah  serta

syarat-‐syarat  perjanjian  kerja   yang  sama,  dan  pasal

38(4):  Setiap  orang, baik  pria  maupun  wanita,  dalam

melakukan   pekerjaan   yang   sepadan   dengan   martabat  

kemanusiaannya   berhak   atas   upah   yang   adil   sesuai

dengan   prestasinya   dan   dapat   menjamin   kelangsungan

kehidupan   keluarganya.     Hak-‐hak   perempuan  

dituangkan   dalam   Hak   Wanita,   Pasal   45   –   51.  

Hak   perempuan   sebagai   hak   asasi   ditegaskan   dalam

Pasal   45   yang   berbunyi:   Hak   wanita   dalam  

Undang-‐undang  ini  adalah  hak  asasi  manusia.  Sedangkan

perlindungan  terkait  dengan   pekerjaan  dan  fungsi

reproduksi  disebutkan  dalam  Pasal  49(2):    Wanita

Page 48: STIGMA MASYARAKAT DAN DISKRIMININASI LAYANAN YANG DIALAMI ODHA DI KOTA KUPANG PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

48

berhak  untuk   mendapatkan   perlindungan   khusus   dalam  

pelaksanaan   pekerjaan   atau   profesinya   terhadap  

hal-‐hal   yang   dapat   mengancam   keselamatan   dan  

atau   kesehatannya   berkenaan  dengan  fungsi  reproduksi

wanita,  dan  Pasal  49(3):       Hak  khusus  yang  melekat

pada  diri  wanita  dikarenakan  fungsi  reproduksinya,

dijamin   dan  dilindungi  oleh  hukum.  

Pedoman  Penghapusan  Sigma  dan  Diskriminasi   Hak

Asasi  dan  Diskriminasi,  Pasal  2  Undang - Undang  RI  No:

36  Tahun  2009  Tentang   Kesehatan   menyebutkan:  

Pembangunan   kesehatan   diselenggarakan   dengan  

berasaskan   perikemanusiaan,   keseimbangan,   manfaat,  

pelindungan,   penghormatan   terhadap   hak   dan  

kewajiban,   keadilan,   gender   dan   non   diskriminatif,

dan   norma-‐ norma   agama.   Kemudian   pada   Pasal   57  

(1)   disebutkan:   Setiap orang   berhak   atas   rahasia

kondisi  kesehatan  pribadinya  yang  telah  dikemukakan

kepada  penyelenggara   pelayanan  kesehatan  dengan

pengecualian  pada  Pasal  57  (2) yaitu  tidak  berlaku

dalam   hal:

Page 49: STIGMA MASYARAKAT DAN DISKRIMININASI LAYANAN YANG DIALAMI ODHA DI KOTA KUPANG PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

49

a. Perintah  Undang-‐Undang;  

b. Perintah  pengadilan;

c.  Izin  yang  bersangkutan;  

d. Kepentingan  masyarakat;  atau

e.  Kepentingan  orang  tersebut.  

Pelaksanaan   pelayanan   kesehatan   senantiasa  

memperhatikan   hak asasi   manusia   yang  merupakan  amanat

Undang ‐ Undang.  Di  dalam Kebijakan  Umum  Rencana  Aksi  

Pengendalian   HIV ‐ AIDS   Sektor   Kesehatan Tahun   2009  

–   2014   disebutkan   bahwa   setiap  pemeriksaan  untuk

mendiagnosa  HIV  didahului  dengan  penjelasan  yang  benar

dan   mendapat   persetujuan   yang   bersangkutan  

(informed   consent)   serta   menjaga   kerahasiaan   hasil

pemeriksaan.   Pemeriksaan   bersifat   sukarela,   dilakukan

konseling   dulu   baru   dilaksanakan   test HIV  

(Voluntary   Counseling   and   Testing).   Petugas  

kesehatan  bisa  menawarkan  test  (Provider Initiated

Conselling  and  Testing),  namun   apabila   yang  

bersangkutan   tidak   bersedia maka   test HIV   tidak  

dilaksanakan   Pada   prinsipnya   testing   harus   bersifat

Page 50: STIGMA MASYARAKAT DAN DISKRIMININASI LAYANAN YANG DIALAMI ODHA DI KOTA KUPANG PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

50

sukarela   dan   tidak   ada   testing   tanpa   persetujuan

klien.   Diskriminasi Yang  Sering  Dijumpai  :  

a. Odha   lebih   sulit   diterima   oleh   dunia   kerja  

dengan   alasan   kesehatan   dan   produktivitas.  

b. Karena  kurangnya  informasi  orang  akan  menghindari

Odha  karena  takut  tertular   melalui  keringat  dan

sentuhan.  

c. Odha  mengalami  masalah  dalam  mengurus  asuransi

kesehatan.  

d. Ada  pendapat  bahwa  Odha  sebaiknya  di  karantina  saja

supaya  tidak  menularkan   ke  orang  lain.  Tetapi  hal

ini  melanggar  hak  asasi  manusia.

e. Sekolah   tidak   mau   menerima   anak   dengan   HIV  

karena   takut   murid   lain   akan   ketakutan.            

6. Cara  Penghapusan  Stigma  Dan  Diskriminasi.14 )    

Stigma  dan  diskriminasi  sangat  mempengaruhi  upaya

pencegahan  HIV,  pengobatan   dan  perawatan:  

a. Memperlemah  upaya  pencegahan  dan  perubahan

perilaku.  Ketakutan  terhadap   stigma  dan

Page 51: STIGMA MASYARAKAT DAN DISKRIMININASI LAYANAN YANG DIALAMI ODHA DI KOTA KUPANG PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

51

diskriminasi  membuat  orang  tidak  berani  dan

tidak  percaya  diri  dalam   usaha   menegosiasikan

seks   yang   lebih   aman   atau   untuk  

melakukan   tes   HIV.   Ketidaktahuan  tentang

risiko  yang  dimiliki  seseorang,  karena  persepsi

“HIV  hanya   menular  pada  kelompok  tertentu”,

bisa  mengakibatkan  tidak  diambilnya  perilaku  

pencegahan  secara  serius.    

b. Kesulitan   atau   keterlambatan   mengakses  

layanan   PDP.   Ketakutan   terhadap   stigma   dan

diskriminasi   mengakibatkan   mereka   yang   hidup

dengan   HIV   terlambat  atau  tidak  mau

mengakses  layanan  PDP  yang  mereka  butuhkan

karena   takut  membuka  status  mereka  kepada

yang  lain.     Dengan  mengatasi  stigma  dan

diskriminasi,  kita  dapat:  

(1) Memperkuat  respon  efektif  pada  HIV  

(2) Mendorong  pengembangan  dan  rasa  percaya  diri  yang

kuat  pada  ODHA

(3) Menciptakan  role  model  positif  dan  memahami  upaya

anti  stigma  dan   diskriminasi  lebih  jauh

Page 52: STIGMA MASYARAKAT DAN DISKRIMININASI LAYANAN YANG DIALAMI ODHA DI KOTA KUPANG PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

52

(4) Memperkuat  ikatan  ODHA,  keluarga  mereka  dan

komunitas  untuk  bersama-‐ sama  melakukan  upaya

pencegahan    

7. Bagaimana  Cara  Menghadapi  Stigma  Dan  Diskriminasi.  

Kita   semua   turut   bertanggung   jawab   untuk  

menghadapi   stigma   dan   diskriminasi.     Bukan  hanya

ODHA  yang  harus  melakukannya.    Kita  semua  dapat

memainkan peran   untuk   mengedukasi   pihak   lain,  

menyuarakan   dan   menunjukkan   sikap   dan   perilaku  

baru.   Beberapa   langkah   praktis   yang   dapat  

dilakukan   untuk   menghadapi  Stigma  dan Diskriminasi

adalah  sebagai  berikut:  

a. Jadilah   contoh   yang   baik.     Terapkan   apa  

yang   sudah   kita   ketahui.     Pikirkanlah  

kata-‐kata   yang   kita   gunakan   dan   bagaimana

kita   memperlakukan   ODHA,  lalu  cobalah  untuk

mengubah  pikiran  dan  tindakanmu.  

b. Berbagilah   pada   orang   lain   mengenai   hal-‐

hal   yang   sudah   kita   ketahui   dan   ajaklah  

Page 53: STIGMA MASYARAKAT DAN DISKRIMININASI LAYANAN YANG DIALAMI ODHA DI KOTA KUPANG PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

53

mereka   untuk   membicarakan   tentang   stigma  

dan   bagaimana   mengubahnya.  

c. Atasilah  masalah  stigma  ketika  Anda  melihatnya

di  rumah,  tempat   kerja   maupun   masyarakat.    

Bicaralah,   katakan   masalahnya   dan   buatlah  

orang  paham  bahwa  stigma  itu  melukai.    

d. Lawanlah   stigma   melalui   kelompok.    Setiap

kelompok  dapat  menemukan   stigma  dalam  situasi

mereka  sendiri  dan  setuju  untuk  melakukan  satu

atau  dua   tindakan  praktis  agar  terjadi

perubahan.

e. Mengatakan   stigma   sebagai   sesuatu   yang  

“salah”   atau   “buruk”   tidaklah   cukup.    

Bantulah   orang   untuk   bertindak   melakukan  

perubahan.     Setuju   pada   tindakan   yang  

harus   dilakukan,   mengembangkan   rencana   dan  

lakukan.  

f. Berpikir  besar.    Mulai  dari  yang  kecil,  dan

bertindak  sekarang.      Hal-‐hal  yang  dapat

dilakukan  secara  individual:    

Page 54: STIGMA MASYARAKAT DAN DISKRIMININASI LAYANAN YANG DIALAMI ODHA DI KOTA KUPANG PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

54

g. Waspada  pada  bahasa  yang  kita  gunakan  dan

hindari  kata-‐kata  yang  menstigma.  

h. Sediakan   perhatian   untuk   mendengarkan   dan  

mendukung   anggota   keluarga   ODHA  di  rumah.  

i. Kunjungi   dan   dukung   ODHA   beserta  

keluarganya   di   lingkungan   tempat   tinggal  

kita.  

j. Doronglah   ODHA   untuk   menggunakan   layanan  

yang   tersedia   seperti   konseling,   test   HIV,

pengobatan   medis,   ART,   dan   merujuk   mereka  

pada   siapa   pun   yang   dapat  menolong.      

Hal‐hal  yang  dapat  kita  lakukan  dengan

melibatkan  orang  lain  

k. Gunakan  percakapan  informal  sebagai  kesempatan

untuk  membicarakan  stigma.  

l. Gunakan  kisah  nyata  sehingga  dapat  menggambarkan

stigma  dalam  konteks   praktis  seperti  misalnya:

cerita  mengenai  perlakuan  buruk  pada  ODHA  dapat

mengakibatkan  depresi;  demikian  juga  sebaliknya

kisah  nyata  mengenai   perlakuan  baik  pada  ODHA

dan  hasil  yang  dapat  dipetik.  

Page 55: STIGMA MASYARAKAT DAN DISKRIMININASI LAYANAN YANG DIALAMI ODHA DI KOTA KUPANG PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

55

m. Tanggapi  kata-‐kata  stigma  ketika  kita

mendengarnya,  namun  lakukanlah  dengan   cara-‐cara

yang  bijak  sehingga  membuat  orang  mengerti

bahwa  kata-‐kata  mereka   dapat  melukai  hati

orang.  

n. Doronglah  orang  untuk  berbicara  mengenai

ketakutan  dan  kekhawatirannya   mengenai  HIV  dan

AIDS.  

o. Koreksilah  mitos  dan  persepsi  tentang  AIDS  dan

ODHA.  

p. Promosikan  ide  mengenai  “menjadi  pendengar  yang

baik  dan  bagaimana  kita   dapat  mendukung  ODHA

beserta  keluarganya.”    

  Hal-Hal  Yang  Dapat  Dilakukan  Agar  Masyarakat  

Membicarakan  Dan  Bertindak  Melawan  Stigma  yaitu :

a. Testimoni  oleh  ODHA  maupun  keluarganya  mengenai

pengalaman   mereka  hidup  dengan  HIV  atau  hidup

dengan  orang  yang  positif  HIV.

b. Pengawasan  bahasa  (language  watch).    Lakukan

“survei  mendengarkan”   untuk  mengidentifikasi

Page 56: STIGMA MASYARAKAT DAN DISKRIMININASI LAYANAN YANG DIALAMI ODHA DI KOTA KUPANG PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

56

kata-‐kata  yang  menstigma  yang  sering  digunakan

dalam   masyarakat  (di  media  maupun  lagu ‐ lagu

populer)  

c. Community  mapping  mengenai  stigma.    Tunjukkan

peta  pada  tempat   pertemuan

d. Community  walk  untuk  mengidentifikasi  titik  stigma

di  masyarakat.    

e. Pertunjukan  Drama  berdasarkan  kisah  nyata.  

f. Pameran  Gambar  sebagai  titik  fokus  untuk  memulai

diskusi  mengenai  stigma.                  

D. LANDASAN TEORI

1. TEORI STIGMA SOSIAL (MENURUT : ERVING GOFFMAN 1963)15 )

Stigma sosial adalah ketidaksetujuan ekstrim (atau

ketidakpuasan dengan) orang atas dasar karakteristik sosial

yang dirasakan, dan melayani untuk membedakan mereka, dari

anggota lain dalam masyarakat. Stigma kemudian dapat

ditempelkan pada orang tersebut, oleh masyarakat yang lebih

besar, yang berbeda dari norma-norma budaya mereka.

Page 57: STIGMA MASYARAKAT DAN DISKRIMININASI LAYANAN YANG DIALAMI ODHA DI KOTA KUPANG PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

57

Stigma sosial merupakan hasil dari persepsi (benar

atau salah) penyakit mental, cacat fisik, penyakit seperti

kusta (lihat kusta stigma), haram, orientasi seksual,

identitas gender, warna kulit, pendidikan, kebangsaan, etnis,

agama atau kurangnya beragama atau kriminalitas. Atribut yang

terkait dengan stigma sosial sering bervariasi tergantung

pada konteks sosial politik, geopolitik dan sesuai digunakan

oleh masyarakat, di berbagai belahan dunia.

Erving Goffman mendefinisikan stigma adalah proses

dimana reaksi orang lain, rampasan identitas normal. Tiga

bentuk stigma sosial menurut Goffman adalah:

a. Terang-terangan atau eksternal deformasi, seperti bekas

luka, manifestasi fisik anoreksia nervosa, kusta (lepra

stigma), atau cacat fisik atau cacat sosial, seperti

obesitas.

b. Penyimpangan dalam sifat-sifat pribadi, termasuk

penyakit mental, kecanduan narkoba, alkohol, dan latar

belakang kriminal stigma dengan cara ini.

c. Stigma Tribal adalah sifat-sifat, khayalan atau nyata,

kelompok etnis, kebangsaan, atau agama yang dianggap

Page 58: STIGMA MASYARAKAT DAN DISKRIMININASI LAYANAN YANG DIALAMI ODHA DI KOTA KUPANG PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

58

sebagai penyimpangan dari etnis normatif yang berlaku,

kebangsaan atau agama.

Stigma adalah kata Yunani yang dalam asal-usulnya

merujuk pada jenis tanda atau tato yang dipotong atau dibakar

ke dalam kulit penjahat, budak, atau pengkhianat untuk tampak

mengidentifikasi mereka sebagai orang karatan atau moral

tercemar. Orang-orang ini harus dihindari atau dijauhi,

terutama di tempat-tempat umum. Stigma sosial dapat terjadi

dalam berbagai bentuk. Yang paling umum berkaitan dengan

budaya, obesitas, jenis kelamin, ras dan penyakit. Banyak

orang yang telah stigma merasa seolah-olah mereka berubah

dari manusia seutuhnya ke yang tercemar. Mereka merasa

berbeda dan mendevaluasi oleh orang lain. Hal ini dapat

terjadi di tempat kerja, pengaturan pendidikan, perawatan

kesehatan, sistem peradilan pidana, dan bahkan dalam keluarga

mereka sendiri. Misalnya, orang tua dari wanita kelebihan

berat badan cenderung untuk membayar untuk pendidikan

perguruan tinggi anak mereka daripada orang tua dari

perempuan berat badannya rata-rata saja16.

Page 59: STIGMA MASYARAKAT DAN DISKRIMININASI LAYANAN YANG DIALAMI ODHA DI KOTA KUPANG PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

59

Menurut Mayor O’Brien 2005, Stigma dapat

mempengaruhi perilaku orang-orang yang dituduh. Mereka yang

stereotip sering mulai bertindak dengan cara yang

stigmatizers mereka harapkan dari mereka. Ini tidak hanya

mengubah perilaku mereka, tetapi juga membentuk emosi dan

keyakinan mereka. Anggota kelompok sosial stigma sering

menghadapi prasangka yang menyebabkan depresi (yaitu

deprejudice). Stigma ini menempatkan identitas sosial

seseorang dalam situasi yang mengancam, seperti rendah diri,

Karena itu, teori identitas telah menjadi sangat diteliti.

Teori ancaman identitas dapat di dalam Pelabelan Teori17.

Sosiolog Perancis Émile Durkheim adalah orang

pertama yang menjelajahi Stigma sebagai fenomena sosial pada

tahun 1895. Dia menulis:

Bayangkan sebuah masyarakat kudus, biara sempurna individu teladan.

Kejahatan atau penyimpangan, baik yang disebut, akan ada tidak diketahui,

tetapi kesalahan, yang muncul ringan bagi orang awam, akan menciptakan

skandal yang sama bahwa tindak pidana biasa tidak dalam kesadaran biasa.

Jika kemudian, masyarakat ini memiliki kuasa untuk menghakimi dan

Page 60: STIGMA MASYARAKAT DAN DISKRIMININASI LAYANAN YANG DIALAMI ODHA DI KOTA KUPANG PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

60

menghukum, akan menentukan tindakan-tindakan ini sebagai kejahatan (atau

menyimpang) dan akan memperlakukan mereka seperti itu18

Goffman adalah salah satu sosiolog yang paling

berpengaruh pada abad kedua puluh. Ia mendefinisikan Stigma

sebagai:

Fenomena dimana seorang individu dengan atribut

sangat didiskreditkan oleh masyarakatnya ditolak sebagai

akibat dari atribut. Menurut Goffmen 1963 mengatakan bahwa

Stigma adalah suatu proses dimana reaksi orang lain merusak

identitas normal. Dalam teori stigma social Erving Goffman,

stigma merupakan atribut, perilaku, atau reputasi sosial yang

mendiskreditkan dengan cara tertentu. hal itu menyebabkan

seorang individu untuk secara mental diklasifikasikan oleh

orang lain dalam hal yang tidak diinginkan, menolak stereotip

daripada di diterima, yang normal satu. Goffman, sosiolog

mencatat, stigma sebagai jenis khusus dari kesenjangan antara

identitas sosial virtual dan identitas sosial actual.

Masyarakat menetapkan cara orang mengelompokkan dan

komplemen dari atribut dirasakan biasa dan alami bagi anggota

masing-masing kategori. Ketika orang asing datang ke

Page 61: STIGMA MASYARAKAT DAN DISKRIMININASI LAYANAN YANG DIALAMI ODHA DI KOTA KUPANG PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

61

kehadiran kami, kemudian, penampilan pertama cenderung

memungkinkan kita untuk mengantisipasi kategori dan atribut,

"identitas sosial"-nya. Kami bersandar pada antisipasi ini

yang kita miliki, mentransformasikannya menjadi harapan

normatif, menjadi selayaknya disajikan tuntutan. Ini adalah

ketika pertanyaan aktif muncul adalah apakah tuntutan ini

akan diisi bahwa kita akan menyadari bahwa selama ini kita

telah membuat asumsi-asumsi tertentu seperti apa individu

sebelum kami seharusnya. Tuntutan diasumsikan dan karakter

kita menyalahkan kepada individu akan disebut identitas

sosial virtual. Kategori dan atribut yang sebenarnya dapat

terbukti memiliki akan disebut identitasnya yang sebenarnya

sosialnya. (Goffman 1963:2). Sementara orang asing hadir di

hadapan kita, bukti dapat timbul nya memiliki atribut yang

membuatnya berbeda dari orang lain dalam kategori orang yang

tersedia baginya untuk menjadi, dan sejenisnya kurang

diinginkan - dalam ekstrem, seseorang yang cukup benar-benar

buruk, atau berbahaya, atau lemah. Dia adalah justru

berkurang dalam pikiran kita dari manusia seutuhnya dan biasa

untuk tercemar, satu potongan. Seperti atribut sebuah stigma,

terutama ketika efek mendiskreditkan yang sangat luas. Ini

Page 62: STIGMA MASYARAKAT DAN DISKRIMININASI LAYANAN YANG DIALAMI ODHA DI KOTA KUPANG PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

62

merupakan perbedaan khusus antara identitas sosial virtual

dan aktual. Perhatikan bahwa ada jenis lain seperti perbedaan

misalnya jenis yang menyebabkan kita untuk mereklasifikasi

individu dari satu kategori diantisipasi sosial ke satu yang

berbeda namun sama-sama baik diantisipasi, dan jenis yang

menyebabkan kita untuk mengubah estimasi kami dari individu

ke atas.19)

Goffman membagi hubungan individu stigma ke dalam

tiga kategori:

a. Yang stigma adalah mereka yang menanggung stigma;

b. Normals adalah mereka yang tidak menanggung stigma, dan

c. Yang bijaksana adalah mereka antara normals yang

diterima oleh stigma sebagai "bijaksana" untuk kondisi

mereka (meminjam istilah dari komunitas homoseksual).

Goffman menekankan bahwa hubungan stigma adalah

salah satu antara individu dan pengaturan sosial dengan

himpunan harapan, dengan demikian, semua orang pada waktu

yang berbeda akan memainkan kedua peran dari stigma dan

stigmatizer (atau, seperti yang ia katakan, "normal").

Goffman memberikan contoh bahwa "beberapa pekerjaan di

Page 63: STIGMA MASYARAKAT DAN DISKRIMININASI LAYANAN YANG DIALAMI ODHA DI KOTA KUPANG PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

63

Amerika menyebabkan pemegang tanpa pendidikan tinggi

diharapkan untuk menyembunyikan fakta ini, pekerjaan lain,

bagaimanapun, dapat menyebabkan beberapa pemegang mereka yang

memiliki pendidikan tinggi untuk menjaga rahasia ini, karena

mereka akan ditandai . sebagai kegagalan.

Dari perspektif stigmatizer tersebut, stigmatisasi

melibatkan dehumanisasi, ancaman, keengganan klarifikasi

diperlukan dan kadang-kadang depersonalisasi orang lain

menjadi karikatur stereotip. Stigma orang lain dapat melayani

beberapa fungsi bagi seorang individu, termasuk peningkatan

harga diri, peningkatan kontrol, dan kecemasan buffer,

melalui bawah-perbandingan-membandingkan diri kepada yang

kurang beruntung lainnya dapat meningkatkan perasaan

subyektif seseorang sendiri kesejahteraan dan karena itu

meningkatkan diri seseorang- esteem.

Menurut Heartherton, at all, 2000, Psikolog sosial

abad ke-21 mempertimbangkan stigma dan stereotip menjadi

konsekuensi normal dari kemampuan kognitif manusia dan

keterbatasan, dan informasi sosial dan pengalaman yang mereka

hadapi. Pandangan saat stigma, dari perspektif kedua

Page 64: STIGMA MASYARAKAT DAN DISKRIMININASI LAYANAN YANG DIALAMI ODHA DI KOTA KUPANG PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

64

stigmatizer dan orang stigma, mempertimbangkan proses stigma

menjadi sangat situasional spesifik, dinamis, kompleks dan

nonpathological. 20 )

Bruce Link dan Jo Phelan mengusulkan bahwa stigma

ada ketika empat komponen tertentu berkumpul yaitu : 21 )

a. Individu membedakan dan label variasi manusia.

b. Kepercayaan budaya yang berlaku mengikat mereka label

untuk atribut yang merugikan.

c. Individu berlabel ditempatkan dalam kelompok-kelompok

dibedakan yang berfungsi untuk membangun rasa pemutusan

antara "kami" dan "mereka".

d. Berlabel individu mengalami "kehilangan status dan

diskriminasi" yang mengarah ke situasi yang tidak setara.

Dalam model ini stigmatisasi juga bergantung pada

"akses ke kekuatan sosial, ekonomi, dan politik yang

memungkinkan identifikasi perbedaan, konstruksi stereotip,

pemisahan orang berlabel ke dalam kelompok yang berbeda, dan

pelaksanaan penuh ketidaksetujuan, penolakan, pengucilan, dan

diskriminasi. " Selanjutnya, dalam model ini stigma istilah

diterapkan ketika label, stereotip, pemutusan, kehilangan

Page 65: STIGMA MASYARAKAT DAN DISKRIMININASI LAYANAN YANG DIALAMI ODHA DI KOTA KUPANG PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

65

status, dan diskriminasi semua ada dalam situasi listrik yang

memfasilitasi stigma terjadi.

Komponen pertama dari mengidentifikasi perbedaan

manusia penting, karena itu layak pelabelan, adalah proses

sosial. Ada dua faktor utama untuk memeriksa ketika

mempertimbangkan sejauh mana proses ini adalah satu social

yaitu :

a. Penyederhanaan yang signifikan diperlukan untuk membuat

grup. Kelompok luas hitam dan putih, homoseksual dan

heteroseksual, yang waras dan sakit mental, dan muda dan

tua adalah contoh dari ini.

b. Perbedaan yang secara sosial dinilai tidak relevan

berbeda jauh menurut waktu dan tempat. Sebuah contoh

dari hal ini adalah penekanan yang diletakkan pada

ukuran dahi dan wajah orang di akhir abad 19 yang

diyakini menjadi ukuran alam kriminal seseorang.

Komponen kedua dari model ini berpusat pada

menghubungkan perbedaan berlabel dengan stereotip. Goffman

1963 bekerja membuat aspek stigma yang menonjol dan telah

menjadi tetap sejak itu.

Page 66: STIGMA MASYARAKAT DAN DISKRIMININASI LAYANAN YANG DIALAMI ODHA DI KOTA KUPANG PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

66

Komponen Ketiga dari komponen ini menghubungkan

atribut negatif terhadap kelompok memfasilitasi pemisahan

menjadi "kita" dan "mereka". Melihat kelompok dicap sebagai

penyebab fundamental berbeda stereotip dengan sedikit ragu-

ragu. "Kami" dan "mereka" menyiratkan bahwa kelompok berlabel

sedikit kurang manusiawi di alam, dan pada ekstrim bukan

manusia sama sekali. Pada ekstrim, peristiwa yang paling

mengerikan terjadi.

Komponen keempat dari stigmatisasi dalam model ini

termasuk "status kerugian dan diskriminasi". Para anggota

kelompok berlabel kemudian dirugikan dalam kelompok yang

paling umum dari kesempatan hidup termasuk pendapatan,

pendidikan, kesejahteraan mental, status perumahan,

kesehatan, dan perawatan medis. Dengan demikian, stigmatisasi

oleh mayoritas, yang kuat, atau "superior" mengarah ke

Othering dari minoritas, tak berdaya, dan "rendah". Dimana

oleh individu stigma menjadi dirugikan karena ideologi yang

diciptakan oleh "diri," yang merupakan gaya yang berlawanan

dengan "lain." Akibatnya, yang lain menjadi sosial

Page 67: STIGMA MASYARAKAT DAN DISKRIMININASI LAYANAN YANG DIALAMI ODHA DI KOTA KUPANG PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

67

dikecualikan dan mereka alasan daya pengecualian berdasarkan

karakteristik asli yang menyebabkan stigma.

2. TEORI PELABELAN (FRANK TANNENBAUM DAN ÉMILE DURKHEIM 1960

- AN DAN 1970 – AN) 22 )

Teori Pelabelan berkaitan erat dengan analisis

sosial-konstruksi dan simbolik-interaksi . Teori Pelabelan

dikembangkan oleh sosiolog selama tahun 1960. Dalam Buku

Outsiders Howard Saul Becker sangat berpengaruh dalam

pengembangan teori ini dan kebangkitannya untuk popularitas.

Pelabelan teori menyatakan penyimpangan yang tidak melekat

pada suatu tindakan, melainkan berfokus pada kecenderungan

mayoritas untuk label negatif minoritas atau yang terlihat

sebagai menyimpang dari norma-norma budaya standar. Teori

ini berkaitan dengan bagaimana identitas diri dan perilaku

individu dapat ditentukan atau dipengaruhi oleh istilah yang

digunakan untuk menggambarkan atau mengklasifikasikan mereka.

Hal ini terkait dengan konsep self-fulfilling prophecy dan

stereotip. Deskriptor yang tidak diinginkan atau kategorisasi

- termasuk istilah yang terkait dengan penyimpangan, cacat

Page 68: STIGMA MASYARAKAT DAN DISKRIMININASI LAYANAN YANG DIALAMI ODHA DI KOTA KUPANG PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

68

atau diagnosis gangguan mental - dapat ditolak atas dasar

bahwa mereka hanya "label", sering dengan upaya untuk

mengadopsi bahasa yang lebih konstruktif di tempatnya. Stigma

didefinisikan sebagai label negatif yang kuat mengubah konsep

diri seseorang dan identitas social (4).

Pelabelan teori memiliki asal-usul dalam Suicide,

sebuah buku oleh sosiolog Perancis Émile Durkheim. Ia

menemukan bahwa kejahatan tidak begitu banyak melanggar hukum

pidana karena merupakan tindakan yang murka masyarakat. Dia

adalah orang pertama yang menunjukkan bahwa label menyimpang

bahwa memenuhi fungsi dan memenuhi kebutuhan masyarakat untuk

mengontrol perilaku.

George Herbert Mead mengemukakan bahwa diri secara

sosial dibangun dan direkonstruksi melalui interaksi yang

dimiliki tiap orang dengan masyarakat. Orang memperoleh label

dari bagaimana orang lain melihat kecenderungan atau perilaku

mereka. Setiap individu menyadari bagaimana mereka dinilai

oleh orang lain karena ia telah mencoba banyak peran dan

fungsi yang berbeda dalam interaksi sosial dan telah mampu

mengukur reaksi yang hadir (33).

Page 69: STIGMA MASYARAKAT DAN DISKRIMININASI LAYANAN YANG DIALAMI ODHA DI KOTA KUPANG PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

69

Ini secara teoritis membangun konsepsi subjektif

dari diri, tetapi yang lain menyusup ke realitas kehidupan

individu tersebut, ini merupakan data objektif yang mungkin

memerlukan re-evaluasi konsepsi bahwa tergantung pada

keotoritatifan penghakiman orang lain. Keluarga dan teman-

teman dapat menilai secara berbeda dari orang asing.

Perwakilan Sosial individu seperti polisi atau hakim mungkin

dapat membuat penilaian lebih global dihormati. Jika

penyimpangan adalah kegagalan untuk mematuhi aturan-aturan

diamati oleh sebagian besar kelompok, reaksi kelompok adalah

untuk label orang sebagai telah tersinggung terhadap norma-

norma sosial atau moral perilaku mereka. Ini adalah kekuatan

kelompok: untuk menunjuk pelanggaran aturan mereka sebagai

penyimpang dan memperlakukan orang berbeda tergantung pada

keseriusan pelanggaran. Semakin diferensial pengobatan,

semakin banyak citra diri individu dipengaruhi.

Peran sosial adalah seperangkat harapan yang

dimiliki tentang perilaku. Peran sosial yang diperlukan bagi

organisasi dan fungsi dari setiap masyarakat atau kelompok.

Perilaku menyimpang dapat mencakup kegiatan kriminal dan non-

kriminal (4).

Page 70: STIGMA MASYARAKAT DAN DISKRIMININASI LAYANAN YANG DIALAMI ODHA DI KOTA KUPANG PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

70

Hal yang Selalu melekat dalam peran menyimpang

adalah atribusi dari beberapa bentuk "polusi" atau perbedaan

yang menandai berlabel sebagai pribadi yang berbeda dari

orang lain. Masyarakat menggunakan peran-peran stigma kepada

mereka untuk mengontrol dan membatasi perilaku menyimpang:

"Jika Anda melanjutkan perilaku ini, Anda akan menjadi

anggota dari kelompok orang."

Sebagai contoh, perzinahan dapat dianggap sebagai

pelanggaran aturan resmi atau dapat dikriminalisasi

tergantung pada status perkawinan, moralitas, dan agama dalam

masyarakat. Di sebagian besar negara-negara Barat, perzinahan

bukanlah sebuah kejahatan. Namun di beberapa negara Islam,

zina adalah kejahatan dan bukti kegiatan luar nikah dapat

menyebabkan konsekuensi berat bagi semua pihak.

Stigma biasanya merupakan hasil dari hukum yang

berlaku terhadap perilaku. Hukum melindungi perbudakan atau

melarang homoseksualitas, misalnya, akan mengungguli bentuk

waktu peran menyimpang terhubung dengan perilaku tersebut.

Mereka yang ditugaskan peran tersebut akan dipandang sebagai

kurang manusiawi dan dapat diandalkan. Peran Deviant adalah

Page 71: STIGMA MASYARAKAT DAN DISKRIMININASI LAYANAN YANG DIALAMI ODHA DI KOTA KUPANG PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

71

sumber stereotip negatif, yang cenderung mendukung penolakan

masyarakat terhadap perilaku (51).

Menurut Mead, pikiran adalah suatu proses sosial dan

pragmatis, berdasarkan pada model dua orang membahas

bagaimana untuk memecahkan masalah. Konsep sentral Mead

adalah diri, bagian dari kepribadian seorang individu terdiri

dari kesadaran diri dan citra diri kami, pada kenyataannya,

dibangun dari ide-ide tentang apa yang kita pikir orang lain

berpikir tentang kami.. Sementara kita mengolok-olok orang-

orang yang terlihat berbicara sendiri, mereka hanya gagal

untuk melakukan apa yang sisa dari kita lakukan dalam menjaga

percakapan internal untuk diri kita sendiri. Mead menyatakan,

Perilaku manusia adalah hasil dari makna diciptakan oleh

interaksi sosial percakapan, baik yang nyata maupun imajiner

(13).

Frank Tannenbaum dianggap sebagai kakek dari

pelabelan teori. Kejahatan dan Komunitas nya (1938),

menggambarkan interaksi sosial yang terlibat dalam kejahatan,

dianggap sebagai landasan penting kriminologi modern.

Sementara kriminal berbeda sedikit atau tidak sama sekali

dari orang lain dalam dorongan asli untuk pertama melakukan

Page 72: STIGMA MASYARAKAT DAN DISKRIMININASI LAYANAN YANG DIALAMI ODHA DI KOTA KUPANG PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

72

kejahatan, rekening interaksi sosial untuk tindakan lanjutan

yang mengembangkan pola yang menarik bagi sosiolog (14).

Tannenbaum pertama kali memperkenalkan gagasan

'penandaan'. Sementara melakukan studinya dengan pemuda

nakal, ia menemukan bahwa tag atau label negatif sering

berkontribusi keterlibatan lebih jauh dalam kegiatan

tertunggak. Ini penandaan awal dapat menyebabkan individu

untuk mengadopsi itu sebagai bagian dari identitas mereka.

Inti argumen Tannenbaum adalah bahwa semakin besar perhatian

ditempatkan pada label ini, semakin besar kemungkinan orang

tersebut untuk mengidentifikasi diri mereka sebagai label (14).

Sosiolog Edwin Lemert (1951) telah memperkenalkan

konsep "penyimpangan sekunder." Penyimpangan primer adalah

pengalaman yang terhubung ke perilaku terbuka, mengatakan

kecanduan narkoba dan tuntutan dan konsekuensi praktis.

Penyimpangan sekunder adalah peran yang diciptakan untuk

menangani kecaman masyarakat perilaku. Dia menjelaskan

tindakan menyimpang adalah tindakan sosial, akibat dari

kerjasama masyarakat. Dalam mempelajari kecanduan narkoba,

Lemert mengamati kekuatan yang sangat kuat dan halus di

tempat kerja. Selain kecanduan fisik untuk obat dan semua

Page 73: STIGMA MASYARAKAT DAN DISKRIMININASI LAYANAN YANG DIALAMI ODHA DI KOTA KUPANG PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

73

gangguan ekonomi dan sosial yang ditimbulkannya, ada proses

intens intelektual di tempat kerja menyangkut identitas

seseorang dan pembenaran untuk perilaku: "Saya melakukan hal-

hal karena saya seperti ini" (26)

Tuntutan masyarakat dipenuhi dengan kontradiksi. Di

satu sisi, orang stigma mungkin diberitahu bahwa ia tidak

berbeda dari orang lain. Di sisi lain, ia harus menyatakan

statusnya sebagai "penduduk asing yang singkatan dari

kelompoknya." "Hal ini membutuhkan bahwa individu stigma

riang dan sadar diri menerima dirinya sebagai dasarnya sama

dengan normals, sementara pada saat yang sama ia sukarela

menahan diri dari situasi-situasi di mana normal akan sulit

untuk memberikan layanan untuk penerimaan yang sama antara

mereka dan dia(52).

3. THEORY OF PLANNED BEHAVIOUR (TPB)

Mulai tahun 1980 Teori Of Planed Behaviour (TPB)

digunakan untuk mempelajari perilaku manusia dan untuk

mengembangkan intervensi-intervensi yang lebih mengena. Dalam

Theory of Planned Behaviour (TPB) terdapat beberapa komponen

diantaranya (2) :

Page 74: STIGMA MASYARAKAT DAN DISKRIMININASI LAYANAN YANG DIALAMI ODHA DI KOTA KUPANG PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

74

1. Perilaku

Perilaku adalah respon individu terhadap suatu

stimulus atau suatu tindakan yang dapat diamati dan

mempunyai frekuensi spesifik, durasi dan tujuan baik

disadari maupun tidak. Perilaku merupakan kumpulan

berbagai faktor yamg saling berinteraksi. Sering tidak

disadari bahwa interaksi tersebut amat kompleks

sehingga kandang-kadang kita tidak sempat memikirkan

penyebab seseorang menerapkan perilaku tertentu. Karena

itu amat penting untuk dapat menelaah alasan dibalik

perilaku individu, sebelum ia mampu mengubah perilaku

tersebut, (Wawan, 2010) (10).

2. Niat Perilaku

Niat terkait erat dengan sikap dan perilaku. Niat

dapat terjadi sebagai reaksi ke arah perilaku yang

didorong oleh suatu sikap tertentu atau variabel yang

lain. Beberapa aspek niat yang patut mendapatkan

perhatian adalah sebagai berikut (B.S Dharmmesta, 1998)

(10).

Page 75: STIGMA MASYARAKAT DAN DISKRIMININASI LAYANAN YANG DIALAMI ODHA DI KOTA KUPANG PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

75

1. Niat dianggap “penangkap” atau perantara faktor-faktor

motivasi yang mempunyai dampak pada suatu perilaku.

2. Niat menunjukkan seberapa keras seseorang berani

mencoba. Aspek ini menunjukkan bahwa niat sudah

diwujudkan dalam bentuk adanya suatu

tindakan/perilaku.

3. Niat juga menunjukkan seberapa banyak upaya yang

direncanakan seseorang untuk dilakukan. Aspek ini

menunjukkan bahwa upaya yang direncanakan sebagai

bentuk realisasi dari niat tersebut dimaksudkan agar

perilaku yang didorong oleh niat tersebut dapat

berhasil diwujudkan (dilakukan).

4. Niat adalah paling dekat berhubungan dengan perilaku

selanjutnya.

Niat dianggap satu dari variabel-variabel yang

menentukan perilaku yang sebenarnya.

3. Sikap Terhadap Perilaku

Sikap adalah evaluasi umum yang dibuat manusia

terhadap dirinya sendiri, orang lain, obyek atau isue

Page 76: STIGMA MASYARAKAT DAN DISKRIMININASI LAYANAN YANG DIALAMI ODHA DI KOTA KUPANG PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

76

(Petty, 1986 dalam Azwar S., 2000 : 6). Sikap

merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih

tertutup terhadap suatu stimulus atau objek (Soekidjo

Notoatmojo, 1997 : 130). Sikap adalah pandangan-

pandangan atau perasaan yang disertai kecenderungan

untuk bertindak sesuai sikap objek tadi (Heri Purwanto,

1998).

Thomas dan Znaniecki (1920) menegaskan bahwa sikap

adalah predisposisi untuk melakukann atau tidak

melakukan suatu perilaku untuk melakukan atau tidak

melakukan suatu perilaku tertentu, sehingga sikap bukan

hanya kondisi internal psikologis yang murni dari

individu, tetapi sikap lebih merupakan proses kesadaran

yang sifatnya individual. Artinya proses ini terjadi

secara subjektif dan unik pada diri setiap individu.

Keunikan ini dapat terjadi oleh adanya perbedaan

individual yang berasal dari nilai-nilai dan norma yang

ingin dipertahankan dan dikelola oleh individu (10).

Struktur sikap terdiri atas 3 komponen yang saling

menunjang yaitu (Azwar S., 2000)

Page 77: STIGMA MASYARAKAT DAN DISKRIMININASI LAYANAN YANG DIALAMI ODHA DI KOTA KUPANG PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

77

1. Komponen kognitif merupakan representasi apa yang

dipercayai oleh individu pemilik sikap, komponen

kognitif berisi kepercayaan stereotipe yang dimiliki

individu mengenai sesuatu dapat disamakan penanganan

(opini) terutama apabila menyangkut masalah isu atau

problem yang kontroversial.

2. Komponen Afektif merupakan perasaan yang menyangkut

aspek emosional. Aspek emosional inilah yang biasanya

berakar paling dalam sebagai komponen sikap dan

merupakan aspek yang paling bertahan terhadap

pengaruh-pengaruh yang mungkin adalah mengubah sikap

seseorang komponen afektif disamakan dengan perasaan

yang dimiliki seseorang terhadap sesuatu.

3. Komponen konatif merupakan aspek kecenderungan

berperilaku tertentu sesuai dengan sikap yang dimiliki

oleh seseorang. Dan berisi tendensi atau kecenderungan

untuk bertindak/ bereaksi terhadap sesuatu dengan

cara-carca tertentu. Dan berkaitan dengan objek yang

dihadapinya adalah logis untuk mengharapkan bahwa

sikap seseorang adalah dicerminkan dalam bentuk

tendensi perilaku.

Page 78: STIGMA MASYARAKAT DAN DISKRIMININASI LAYANAN YANG DIALAMI ODHA DI KOTA KUPANG PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

78

Sifat sikap dapat berupa sifat positif dan dapat

pula berupa sifat negatif (Heri Purwanto, 1998). Sifat

positif merupakan kecenderungan tindakan untuk

mendekati, menyenangi, mengaharapkan obyek tertentu.

Sikap negatif memiliki kecenderungan untuk menjauhi,

menghindari, membenci, tidak menyukai obyek tertentu.

4. Norma Subyektif

Norma adalah suatu konversi sosial yang mengatur

kehidupan manusia. Norma subjektif (subjective norm),

merujuk pada tekanan social yang dihadapi individu

untuk dapat menampilkan perilaku tertentu ataupun tidak

menampilkannya(2).

Norma subjektif menggambarkan fenomena mengenai

apakah individu mematuhi pandangan orang lain yang

berpengaruh dalam hidupnya atau tidak.

5. Kontrol Perilaku yang dirasakan (Perceived Behaviour Control)

Tingkatan atas control perilaku yang dihayati (the

degree of perceived behavioral control), merujuk pada

kemudahan atau kesulitan untuk menampilkan perilaku

Page 79: STIGMA MASYARAKAT DAN DISKRIMININASI LAYANAN YANG DIALAMI ODHA DI KOTA KUPANG PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

79

tertentu, serta asumsi yang dibuat oleh individu yang

mencerminkan pengalaman masa lalu sebagai bahan

antisipasi dalam menghadapi rintangan. Jadi, semakin

favorable suatu sikap dan norma subyektif terhadap

perilaku, serta semakin besar control terhadap perilaku

yang diterima, maka akan semakin besar intensi individu

untuk menampilakn suatu perilaku(2).

E. KERANGKA TEORI

1. Kerangka Teori Stigma dan Pelabelan

Berdasarkan uraian diatas maka dapat dirumuskan

kerangka teori yaitu bahwa stigma terjadi karena adanya

penilaian negatip terhadap perilaku yang melanggar norma

social, norma agama atau aturan dalam kehidupan

bermasyarakat. Stigma juga terjadi karena ketakutan terhadap

apa yang diderita orang. Ketakutan itu terjadi karena adanya

praduga bahwa penyakit yang diderita itu dapat menimbulkan

bahaya bagi orang lain disekitarnya. Sebagai aplikasi

fenomenologi, teori hipotesis bahwa label diterapkan pada

individu mempengaruhi perilaku mereka, terutama penerapan

label negatif atau stigma (seperti "kriminal" atau

Page 80: STIGMA MASYARAKAT DAN DISKRIMININASI LAYANAN YANG DIALAMI ODHA DI KOTA KUPANG PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

80

"penjahat") mempromosikan perilaku menyimpang, menjadi self-

fulfilling prophecy, yaitu seorang individu yang diberi label

memiliki sedikit pilihan selain untuk menyesuaikan diri

dengan arti penting dari penilaian tersebut. Akibatnya,

pelabelan teori mendalilkan bahwa adalah mungkin untuk

mencegah penyimpangan sosial melalui reaksi mempermalukan

sosial yang terbatas dalam "labelers" dan mengganti

keberangan moral dengan toleransi. Penekanan ditempatkan pada

rehabilitasi pelanggar melalui perubahan label mereka.

Kebijakan pencegahan terkait termasuk skema pemberdayaan

klien, mediasi dan konsiliasi, upacara pengampunan korban-

pelaku (keadilan restoratif), restitusi, reparasi, dan

alternatif untuk program penjara yang melibatkan

penyelewengan. Teori Pelabelan telah dituduh mempromosikan

implikasi kebijakan praktis, dan dikritik karena gagal untuk

menjelaskan pelanggaran paling serius masyarakat.

Beberapa pelanggaran, termasuk penggunaan kekerasan,

diakui secara universal sebagai salah. Oleh karena itu,

pelabelan baik penjahat kebiasaan atau mereka yang telah

menyebabkan bahaya serius sebagai "penjahat" yang tidak

konstruktif. Masyarakat dapat menggunakan label yang lebih

Page 81: STIGMA MASYARAKAT DAN DISKRIMININASI LAYANAN YANG DIALAMI ODHA DI KOTA KUPANG PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

81

spesifik seperti "pembunuh" atau "pemerkosa" atau "anak

pelaku" untuk menunjukkan lebih jelas setelah acara tingkat

ketidaksetujuan, tetapi ada sedikit determinisme mekanis

menegaskan bahwa penerapan label akan selalu memodifikasi

perilaku yang berlabel. Selanjutnya, jika salah satu fungsi

dari sistem pemasyarakatan adalah untuk mengurangi

residivisme, menerapkan label jangka panjang dapat

menyebabkan prasangka terhadap pelaku, sehingga

ketidakmampuan untuk mempertahankan pekerjaan dan hubungan

sosial.

Konstruksi sosial perilaku menyimpang memainkan peran

penting dalam proses pelabelan yang terjadi di masyarakat.

Proses ini tidak hanya melibatkan pelabelan perilaku kriminal

menyimpang, yaitu perilaku yang tidak sesuai dengan norma-

norma sosial dibangun, tetapi juga label bahwa yang

mencerminkan perilaku stereotip atau stigma dari "sakit

mental"

Dari ulasan di atas dapat diartikan bahwa munculnya

HIV/AIDS dalam diri ODHA terjadi karena adanya perilaku

melanggar norma social, norma agama dan aturan social yang

telah dibangun sebagai penuntun hidup di mana manusia itu

Page 82: STIGMA MASYARAKAT DAN DISKRIMININASI LAYANAN YANG DIALAMI ODHA DI KOTA KUPANG PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

82

berada. Justifikasi stigma terhadap ODHA muncul dari berbagai

factor adanya asas kebenaran yang dihubungkan dengan kebenaran

yang bersumber pada norma social,norma agama, pendidikan dan

hukum yang telah dibangun.

Selain itu stigma terhadap ODHA dikarenakan adanya

praduga bahwa ODHA akan membahayakan orang sekitar, maka

mereka harus dijauhi.

Page 83: STIGMA MASYARAKAT DAN DISKRIMININASI LAYANAN YANG DIALAMI ODHA DI KOTA KUPANG PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

83

Gambar 2.2 Kerangka Teori : stigma berdasarkan teori

Pelabelan dan teori Stigma :

Struktur Kehidupan

Karekteristik Responden : Umur, Jenis

Kelamin, Pendidikan, Status Perkawinan,

ODHA

didisk

rimina

si

dalam

Butuh peran UU kesehatan no.36 pasal 2 :

…salah satu poinnya : pelayan non

ODHA

dinilai

berperil

aku

Asas

Pembenaran

dalam

masyarakat :

Norma

masyarakat,

Budaya

masyarakat,

Agama

masyarakat,

ODHA

distig

MasyarakatPenilaian

Perilaku

Individu

oleh

Keluarga

Individu

Page 84: STIGMA MASYARAKAT DAN DISKRIMININASI LAYANAN YANG DIALAMI ODHA DI KOTA KUPANG PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

84

A.

Gambar 2.1 : Teori Pelabelan Menurut : Dalam Buku Outsiders

Howard Saul Becker pada tahun 1960 dan Frank Tannenbaum tahun

1938 , dan beberapa sosiolog lainya yang membenarkan teori

Pelabelan dan Teori Stigma menurut Goffman 1963.

Individu diterimaPerilaku

baik

Page 85: STIGMA MASYARAKAT DAN DISKRIMININASI LAYANAN YANG DIALAMI ODHA DI KOTA KUPANG PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

Konsekuensi yang dipikirkan masyakat

terhadap ODHA

Motivasi masyarakat

dianggap penting sehingga ODHA

distigma

Faktor Pengendalian Internal : Persepsi diri individu dalam masyarakat mampu atau tidak agar tidak stigma

terhadap ODHA Faktor Pengendalian Eksternal : Jika individu dalam

masyarakat mampu untuk tidak berstigma apakah

didukung oleh masyarakat umum?

Norma masyarakat,

Budaya masyarakat,

Agama masyarakat, Hukum yang berlaku

Pengendalian Perilaku : menstigma ODHA

Niat masyarakat untuk menstigma

ODHA distigma

di masyarakatd

an didiskriminasi pada layanan kesehatan

Sikap masyarakat

untuk berstigma

Niat Petugas Layanan Kesehatan mendiskriminasi terhadap ODHA

Pengendalian perilaku : mendiskriminasi ODHA

85

2. KERANGKA THEORY OF PLANNED BEHAVIOUR (TPB)

Gambar 2.3 : Kerangka Theoy Of Planed Behaviour (TPB) (1) :

Page 86: STIGMA MASYARAKAT DAN DISKRIMININASI LAYANAN YANG DIALAMI ODHA DI KOTA KUPANG PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

86

Skema Theory of Planned Behaviour (dari Ajzen, 1991)

3. KERANGKA THEORY : GABUNGAN THEORY STIGMA DAN THEORY OF PLANED BEHAVIOUR(TPB) :

Variable

Demografi :

Umur, Jenis

Kelamin, Lama

ODHA

terdiagnosa

HIV positip,

Konsekuensi Konsekuensi yang yang dipikirkan dipikirkan masyakat masyakat

Sikap

masyarakat

Niat

masyarakat

untuk

MotivasiMotivasimasyarakatmasyarakatdianggapdianggappentingpenting

NormaNormamasyarakatmasyarakat, Budaya, Budayamasyarakatmasyarakat, Agama, Agamamasyarakatmasyarakat, Hukum, Hukum

Variable

Stigma

Masyarakat

Stigma dan

diskrimina

si

•• FaktorFaktorPengendalian InternalPengendalian Internal: Persepsi diri: Persepsi diriindividu dalamindividu dalammasyarakat mampu ataumasyarakat mampu atautidak agar tidaktidak agar tidakstigma terhadap ODHAstigma terhadap ODHA•• FaktorPengenda FaktorPengendalian Eksternal : Jikalian Eksternal : Jikaindividu dalamindividu dalam

Variable

Diskriminasi

Layanan

Kesehatan

Pengend

alian

prilaku

Niat

masyaraka

t untuk

diskrimin

Pengendal

ian

prilaku

Page 87: STIGMA MASYARAKAT DAN DISKRIMININASI LAYANAN YANG DIALAMI ODHA DI KOTA KUPANG PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

87

Gambar 2.4 : Modifikasi Theory Of Planed Behaviour (TPB) menurut Dr.I.Ajzen 1985 dan Theory

Stigma menurut Goffmen 1963. Keterangan : : Variabel Tidak

diteliti. : Variabel yang

diteliti.

Page 88: STIGMA MASYARAKAT DAN DISKRIMININASI LAYANAN YANG DIALAMI ODHA DI KOTA KUPANG PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

88

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. KERANGKA KONSEP

Kerangka konsep merupakan sesuatu yang abstrak logical secara

arti harafiah dan akan membantu peneliti dalam menghubungkan

hasil penelitian dengan body of knowledge (Nursalami,2002).

Berdasarkan kerangka teori dari Teori Pelabelan Menurut :

Dalam Buku Outsiders Howard Saul Becker pada tahun 1960 dan

Frank Tannenbaum tahun 1938, dan beberapa sosiolog lainya yang

membenarkan teori Pelabelan dan teori Stigma menurut Goffman

1963 yang ada pada gambar 1.2 maka dapat digambarkan kerangka

konsep sebagai berikut : Gambar 3.1 Kerangka konsep :

Variable independent(bebas)

Variable dependen(terikat)Asas

Pembenaran

: Norma

agama,

norma

Variabel

Stigma

Masyarakat

Variabel

Diskrimin

asi

Pengalaman

yang dialami

ODHA akibat

dari stigma

masyarakat

dan

diskriminasi

layanan

kesehatan

Variabel

Sosio-

Page 89: STIGMA MASYARAKAT DAN DISKRIMININASI LAYANAN YANG DIALAMI ODHA DI KOTA KUPANG PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

89

Keterangan : Variabel Terikat (dependen Variable) adalah

variabel yang akan diteliti oleh peneliti.

B. HIPOTESIS PENELITIAN (6):

Hipotesis kuantitatif merupakan prediksi – prediksi yang

buat oleh penelit tentang hubungan antara variabel yang

diharapkan. Ada pun hipotesis dalam penelitian ini adalah

hipotesis nol yaitu memprediksikan ada hubungan dan ada

pengaruh antara Variabel stigma masyarakat dengan ODHA, ada

hubungan dan ada pengaruh diskriminasi layanan kesehatan

dengan ODHA dan ada hubungan variabel stigma masyarakat dan

diskriminasi layanan kesehatan dengan variabel

sosiodemografi. Berikut adalah beberapa Hipotesis Nol yang

dirumuskan peneliti :

1. Ada stigma masyarakat di kota Kupang terhadap orang

dengan HIV/AIDS

Layanan

Kesehatan

Page 90: STIGMA MASYARAKAT DAN DISKRIMININASI LAYANAN YANG DIALAMI ODHA DI KOTA KUPANG PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

90

2. Ada diskriminasi layanan kesehatan terhadap orang

dengan HIV/AIDS di Kota Kupang

3. Ada pengaruh stigma terhadap ODHA di Kota Kupang

4. Ada pengaruh Diskriminasi Layanan Kesehatan terhadap

ODHA di Kota Kupang

5. Ada hubungan antara stigma masyarakat terhadap ODHA

dengan kemampuan ODHA menjalankan pengobatan ARV

6. Ada hubungan antara diskriminasi Layanan Kesehatan

dengan kemampuan ODHA untuk melanjukan pengobatan ARV.

7. Ada hubungan antara Stigma dengan Sosiodemografi

( Umur ODHA, Jenis Kelamin ODHA, Lama ODHA terdiagnosa

positip HIV, Pendidikan ODHA, Status Perkawianan ODHA,

Pekerjaan ODHA, Agama )

8. Ada hubungan antara Stigma dengan Sosiodemografi

( Umur ODHA, Jenis Kelamin ODHA, Lama ODHA terdiagnosa

positip HIV, Pendidikan ODHA, Status Perkawinan ODHA,

Pekerjaan ODHA, Agama yang dianut ODHA).

Page 91: STIGMA MASYARAKAT DAN DISKRIMININASI LAYANAN YANG DIALAMI ODHA DI KOTA KUPANG PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

91

C. DEFENISI OPERASIONAL

Tabel 3.1. Definisi operasional.

1. Variabel Sosiodemografi.

No.

Varible

DefinisiOperasional

Indikator Alat ukur Skor skalapengukuran

Skala

1. Umur Lama ODHAhidup diukurdalam tahunsejak lahirsampai saatmengisikuisionerpenelitian

Dewasamuda dandewasatua

Kartuidentitas ygmasihberlaku

Dikategorikan:Nilai 1 =dewasa mudaNilai 2 =dewasa tua.Bila databerdistribusinormal makadigunakanmean, danbila databerdistribusitidak normalmakadigunakanmedian

Ordinal

2. Jeniskelam

Jenis Sex ODHA Pria Wanita

Kartuidentitas

Dikategorikan:

Nominal

Page 92: STIGMA MASYARAKAT DAN DISKRIMININASI LAYANAN YANG DIALAMI ODHA DI KOTA KUPANG PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

92

in yang berlaku Nilai 1=laki-lakiNilai2=perempuan.Bila databerdistribusinormal makamenggunakanmean, jikadataberdistribusitidak normalmenggunakanmedian.

3. LamaODHAterdiagnosa HIVPositip

Penggolonganlama waktu ODHAterdiagnosapositip HIV

<2 tahun 2-3 tahun 3-4 tahun > 5 tahun

Data di KPADProvinsi NTT

Dikategorikan:1= selama <2tahun2= selama 2-3tahun3= selama 3-4tahun4= selama >5tahun

Ordinal

4. PendidikanODHA

Pendidikanterakhir ODHA

Tidaksekolah

SD SMP SMA

Kuisioner Dikategorikan:Tidak Sekolahnilai = 0SD nilai = 1

Ordinal

Page 93: STIGMA MASYARAKAT DAN DISKRIMININASI LAYANAN YANG DIALAMI ODHA DI KOTA KUPANG PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

93

Sarjana SMP nilai = 2SMA nilai = 3Sarjana nilai= 4

5. PekerjaaanODHA

Upaya ataukegiatan yangdilakukan ODHAuntukmendapatkan upahguna memenuhikebutuhan hidupsehari-hari.Kriteria bekerjaadalah kegiatansetiap hariuntukmendapatkanimbalan

Nganggur Wiraswasta

PNS Lain-lain

Kuisioner Dikategorikan:Nganggurdiberi nilai= 0Wiraswastanilai = 1PNS nilai = 2Lain-lain = 3

nominal

6. StatusPerkawinanODHA

Perkawinanmerupakan ikatanhubungan suamiistri menurutaturan sipil danmenurut agamayang dianutODHA. Statusperkawinan ODHAmerupakankondisi hubungan

Single Menikah Janda/duda

Cerai Hidupterpisah

Kuisioner Dikategorikan:Single diberinilai = 1Menikahdiberi nilai= 2Janda/dudadiberi nilai= 3Cerai diberi

Nominal

Page 94: STIGMA MASYARAKAT DAN DISKRIMININASI LAYANAN YANG DIALAMI ODHA DI KOTA KUPANG PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

94

suami istridalam ikatanperkawinanapakah masihutuh atau sudahtidah utuh lagi.

nilai =4Hidupterpisahdiberi nilai= 5

7. Agama Agama yangdianut oleh ODHA

Katolik Protesta

n Islam Hindu Budha

Kartuidentitasyang masihberlaku

Dikategorikan:1= katolik2= protestan3= Islam4= Hindu5= Budha

nominal

2. Variable Stigma Masyarakat Yang Di Alami ODHA8. Stigma

MasyarakatyangdialamiODHA

Semua bentukstigma darimasyarakat ditempat ODHAtinggal terhadapODHA yangdialami ODHA diKota Kupang

BagaimanaperasaanODHAketikapertamakalimendengarpositiveHIV

Kuisioner Dikategorikan :1= biasasaja2= perasaanbunuh diri3= malu4= sangatsedih5= lain-lain

nominal

ApakahstatusHIVpositip

Kuisioner : Negatip :jawaban,”ya”

Dikategorikan :1= ya2= tidak

nominal

Page 95: STIGMA MASYARAKAT DAN DISKRIMININASI LAYANAN YANG DIALAMI ODHA DI KOTA KUPANG PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

95

berpengaruhterhadappekerjaan ODHA

Positip :jawaban,”tidak”

ApakahpasanganODHA HIVpositipjuga

Kuisioner : Negatip :jawaban,”ya”

Positip :jawaban,”tidak”

Dikategorikan :1= ya2= tidak

Nominal

ApakahODHAmampumengatakanstatusHIVkepadaOranglain

Kuisioner : Negatip :jawaban,”ya”

Positip :jawaban,”tidak”

Dikategorikan :1= ya2= tidak

Nominal

ApakahstatusHIV

Kuisioner : Negatip :jawaban,”ya

Dikategorikan :1= ya

nominal

Page 96: STIGMA MASYARAKAT DAN DISKRIMININASI LAYANAN YANG DIALAMI ODHA DI KOTA KUPANG PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

96

diketahui oranglain

” Positip :jawaban,”tidak”

2= tidak

ApakahODHAmasihberhubungan baikdengankeluarga

Kuisioner : Negatip :jawaban,”ya”

Positip :jawaban,”tidak”

Dikategorikan :1= ya2= tidak

nominal

ApakahODHAberhubungan baikdenganoranglainsebelumpositipHIV

Kuisioner : Negatip :jawaban,”ya” Positip :jawaban,”tidak”

Dikategorikan :1= ya2= tidak

nominal

ApakahODHA ditolakoleh

Kuisioner : Negatip :jawaban,”ya”

Dikategorikan :1= ya2= tidak

nominal

Page 97: STIGMA MASYARAKAT DAN DISKRIMININASI LAYANAN YANG DIALAMI ODHA DI KOTA KUPANG PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

97

masyarakat.

Positip :jawaban,”tidak”

ApakahODHAmendapatkekerasan verbaldarimasyarakatseperti :dicemooh,disindiri,diolok,diludahi, ataudisendirikan.

Kuisioner : Negatip :jawaban,”ya” Positip :jawaban,”tidak”

Dikategorikan :1= ya2= tidak

nominal

Apakahandaselalutidakdiundangdalam

Kuisioner : Negatip :jawaban,”ya” Positip :jawaban,”ti

Dikategorikan :1= ya2= tidak

nominal

Page 98: STIGMA MASYARAKAT DAN DISKRIMININASI LAYANAN YANG DIALAMI ODHA DI KOTA KUPANG PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

98

kegiatanlingkungantempatandatinggal?

dak”

Apakahandadilarangmenggunakanfasilitas umum?

Kuisioner : Negatip :jawaban,”ya” Positip :jawaban,”tidak”

Dikategorikan :1= ya2= tidak

nominal

Apakahorang-orang,rekankerjadikantoratauditempatkerjaandatidakbergauldengan

Kuisioner : Negatip :jawaban,”ya” Positip :jawaban,”tidak”

Dikategorikan :1= ya2= tidak

Nominal

Page 99: STIGMA MASYARAKAT DAN DISKRIMININASI LAYANAN YANG DIALAMI ODHA DI KOTA KUPANG PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

99

anda?3. Variable diskriminasi layanan kesehatan

9. Diskriminasilayanankesehatanyangdialami ODHAdiKotakupang

Bentuk perilakudiskriminasilayanankesehatan yangdilakukanpetugaskesehatan yangdialami ODHA dikota Kupang

ApakahODHAsedangdalampengobatan?

Kuisioner : Negatip :jawaban,”ya”

Positip :jawaban,”tidak”

Dikategorikan : 1= ya2= tidak

Nominal

Apakahdenganmengambilpengobatan Anti-RetroviralberartimemyampaikanstatusODHAkepadaoranglain?

Kuisioner : Negatip :jawaban,”ya”

Positip :jawaban,”tidak

nominal

ApakahODHAakanberhenti

Kuisioner : Negatip :jawaban,”ya”

Positip :

Nominal

Page 100: STIGMA MASYARAKAT DAN DISKRIMININASI LAYANAN YANG DIALAMI ODHA DI KOTA KUPANG PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

100

berobatjikaoranglainmengetahuistatusHIV?

jawaban,”tidak

ApakahODHAselalumemastikanpenggunaanterapiAntiRetriviral?

Kuisioner : Negatip :jawaban,”ya”

Positip :jawaban,”tidak

Nominal

Apakah ODHApernahdirawat/obnamedi rumahsakit?

Kuisioner : Negatip :jawaban,”ya”

Positip :jawaban,”tidak

Nominal

Jika yapadapertanyaan di

Kuisioner : Negatip :jawaban,”ya”

Positip :

Dikategorikan : 1= ya2= tidak

Nominal

Page 101: STIGMA MASYARAKAT DAN DISKRIMININASI LAYANAN YANG DIALAMI ODHA DI KOTA KUPANG PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

101

atas,apakahODHAdilayanidenganpelayanan yangberbedadenganpenderitalainnyadi rumahsakit?

jawaban,”tidak”

ApakahODHAtidur diruanganisolasiketikadiopnamedi rumahsakit?

Kuisioner : Negatip :jawaban,”ya”

Positip :jawaban,”tidak

Nominal

ApakahODHAdiberikodekususoleh

Kuisioner : Negatip :jawaban,”ya”

Positip :jawaban,”tidak

nominal

Page 102: STIGMA MASYARAKAT DAN DISKRIMININASI LAYANAN YANG DIALAMI ODHA DI KOTA KUPANG PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

102

petugaskesehatan selamadi rumahsakit?

Apakahpetugaskesehatanmenggunakanpelindungberlebihan danberbedadenganpasienlainsetiapkalimerawatODHA?

Kuisioner : Negatip :jawaban,”ya”

Positip :jawaban,”tidak”

Dikategorikan : 1= ya2= tidak

Nominal

ApakahODHApernahditolakdalamperawata

Kuisioner : Negatip :jawaban,”ya”

Positip :jawaban,”tidak

Nominal

Page 103: STIGMA MASYARAKAT DAN DISKRIMININASI LAYANAN YANG DIALAMI ODHA DI KOTA KUPANG PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

103

n medis? Apakahtenagakesehatantidak maumenyentuhODHAselamadalamperawatan?

Kuisioner : Negatip :jawaban,”ya”

Positip :jawaban,”tidak

Nominal

KetikaODHAmasuk diruanganUGD,apakahandasengajadilayaniterakhirolehpetugas?

Kuisioner : Negatip :jawaban,”ya”

Positip :jawaban,”tidak”

Dikategorikan : 1= ya2= tidak

Nominal

ApakahODHApernahdipukulatausejenis

Kuisioner : Negatip :jawaban,”ya”

Positip :jawaban,”tidak

nominal

Page 104: STIGMA MASYARAKAT DAN DISKRIMININASI LAYANAN YANG DIALAMI ODHA DI KOTA KUPANG PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

104

lainya?

ApakahODHAmendapatkekerasanverbaldaripetugasseperti :marahdengankata-katakasar,dicemooh,disindiri?

Kuisioner : Negatip :jawaban,”ya”

Positip :jawaban,”tidak

Nominal

ApakahODHAtidakdiizinkanmenggunakan alat-alatkesehatandanfasilitaskesehatanlainnya?

Kuisioner : Negatip :jawaban,”ya”

Positip :jawaban,”tidak”

Dikategorikan : 1= ya2= tidak

Nominal

Page 105: STIGMA MASYARAKAT DAN DISKRIMININASI LAYANAN YANG DIALAMI ODHA DI KOTA KUPANG PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

105

D. RANCANGAN PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan pendekatan Case Study Kuantitatif

Survey analitik dengan rancangan Cross sectional ialah suatu

penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi antara factor-

faktor resiko dengan factor efek, dengan cara pendekatan,

observasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat

(point time approach). Artinya tiap-tiap subjek hanya

diobservasi sekali saja dan pengukuran dilakukan terhadap

status karakter atau variable subjek pada saat pemeriksaan.

Hal ini tidak berarti bahwa semua subjek penelitian diamati

pada waktu yang sama. Alasan memilih pendekatan kuantitatif

dengan anggapan dapat mengungkapkan factor determinan penyebab

terjadinya stigma dari masyarakat bagi para ODHA serta

penyebab diskriminasi layanan kesehatan bagi ODHA. Serta dapat

mengangkat factor resiko dari stigma terhadap ODHA dan

mengangkat factor efek terhadap hambatan penjaringan dan

penemuan HIV secara dini terhadap fenomena gunung es dimana

semua hal ini sebagai efek dari stigma dan diskriminasi

terkait HIV. Dalam studi ini, kami berusaha untuk

mengidentifikasi faktor-faktor tertentu yang mempengaruhi

pasien HIV di lokasi studi yang dipilih di NTT dan sejauh mana

Page 106: STIGMA MASYARAKAT DAN DISKRIMININASI LAYANAN YANG DIALAMI ODHA DI KOTA KUPANG PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

106

faktor tertentu mencegah pasien HIV agar tidak mengadopsi

ART. Kami menyajikan hasil yang komprehensif dan rinci tentang

sebuah studi yang dilakukan di antara orang yang hidup dengan

HIV / AIDS (ODHA) untuk menilai tingkat stigma umum dan

diskriminasi layanan kesehatan di kalangan mereka, apakah

stigmatisasi mempengaruhi akses mereka ke dan kemauan untuk

mengadopsi obat HIV dan factor apa yang paling penting yang

berhubungan dengan stigma terkait HIV dalam populasi yang

diteliti. Juga, fokus pada stigmatisasi, kami ingin tahu apa

saja konteks yang berbeda dan manifestasi, bagaimana cara

mencegah adopsi ART dan memerlukan hal apa sebagai penentu

stigmatisasi dikalangan populasi yang diteliti. Selain itu,

kami juga memberikan rekomendasi berdasarkan apa yang sudah

menjadi temuan kami. Metode kuantitatif yang digunakan adalah

tehnik pertanyaan kuesioner untuk mendapatkan informasi factor

variable sosio-demografi variabel, variabel Stigma Masyarakat

yang dialami ODHA dan variabel Diskriminasi layanan Kesehatan

yang dialami ODHA.

E. POPULASI, SAMPLE DAN SAMPLING

Page 107: STIGMA MASYARAKAT DAN DISKRIMININASI LAYANAN YANG DIALAMI ODHA DI KOTA KUPANG PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

107

a. Populasi

Keseluruhan Objek penelitian atau yang diteliti

(Notoatmodjo, 2002). Populasi dalam penelitian ini adalah

ODHA di Kota Kupang Provinsi Nusa Tenggara Timur

sebanyak 357 ODHA.

b. Sample

Para ODHA di Kota Kupang. Dengan besar sample menggunakan

rumus

N = N

1+N(d2)

Keterangan :

N = Besar populasi

N = besar sampel

D = tingkat kepercayaan/ketepatan yang diinginkan

Maka besar sample untuk penelitian ini adalah n =

3571+357(0,05²)

n = 3571+0,8925 =

3571,8925

n = 188,6

Jadi jumlah sample dalam penelitian ini adalah = 189

orang

Page 108: STIGMA MASYARAKAT DAN DISKRIMININASI LAYANAN YANG DIALAMI ODHA DI KOTA KUPANG PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

108

c. Tehnik Sampling

Cara pengambilan sample dengan cara acak sederhana pada

tempat VCT di setiap puskesmas dan Rumah sakit yang ada

VCT di Kota Kupang.

d. Kriteria inklusi dan criteria eksklusi :

1). Kriteria inklusi yaitu penderita HIV/AIDS dewasa yang

mau menjadi responden dan menetap di kota Kupang

2). Kriteria eksklusi yaitu penderita HIV/AIDS yang

gangguan jiwa, penderita HIV/AIDS sementara tidak sadar

di rumah sakit, penderita HIV/AIDS yang meninggal,

penderita HIV/AIDS yang sudah pindah keluar kota

Kupang, dan penderita HIV/AIDS yang tidak mau

diwawancarai.

F. SUMBER DATA PENELITIAN

1. Data primer diperoleh dari pengisian kuesioner pada 189

responden pada daerah kota Kupang dan sekitarnya.

2. Data secunder diperoleh dari KPAD dan informasi orang

lain yang mendukung data primer seperti geografis,

demografis dan tampat –tempat VCT baik rumah sakit

maupun puskesmas.

Page 109: STIGMA MASYARAKAT DAN DISKRIMININASI LAYANAN YANG DIALAMI ODHA DI KOTA KUPANG PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

109

G. ALAT PENELITIAN / INSTRUMEN PENELITIAN

Alat yang diperlukan dalam penelitian ini adalah lembar

kuesioner yang mudah diisi oleh responden dan tidak

membutuhkan waktu yang terlalu lama. Pertimbangannya

mendapatkan data dengan cepat, hemat waktu, hemat biaya dan

tenaga.

Untuk mempermudah dalam menyusun instrument penelitian

maka terlebih dahulu disusun kisi-kisi kuesioner penelitian.

Page 110: STIGMA MASYARAKAT DAN DISKRIMININASI LAYANAN YANG DIALAMI ODHA DI KOTA KUPANG PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

110

Tabel 3.2. Kisi-kisi kuisioner penelitian :

No

.

Variabel Indicator

vaforibilitas

vaforible unvaforible

1. Stigma

masyarakat

yang

dialami

ODHA

1.Perasaan ODHA

terhadap status HIV

nya

Pertanyaan no.1.

jawaban 1(tidak

apa-apa)

Pertanyaan no.1 jawaban

2(perasaan bunuh

diri),3(malu),4(sedih),5(l

ain-lain)

2.Pengaruh status HIV

terhadap pekerjaan

Pertanyaan no.2

jawaban 2(tidak)

Pertanyaan no.2 jawaban

1(ya)

Page 111: STIGMA MASYARAKAT DAN DISKRIMININASI LAYANAN YANG DIALAMI ODHA DI KOTA KUPANG PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

111

3.Status HIV pasangan Pertanyaan no.3

jawaban2 (tidak)

Pertanyaan no.3 jawaban 1

(ya)

4.Kemampuan

mengatakan status

HIV kepada orang

lain.

Pertanyaan nomor 4

jawaban 1(ya)

Pertanyaan nomor 4 jawaban

2(tidak)

5.Apakah status ODHA

HIV diketahui orang

lain

Pertanyaan nomor 5

jawaban 2(tidak)

Pertanyaan nomor 5 jawaban

1(tidak)

6.Hubungan ODHA

dengan keluarga

Pertanyaan nomor 6

jawaban 1(ya)

Pertanyaan nomor 6 jawaban

2(tidak)

7.Hubungan ODHA

dengan orang lain

Pertanyaan nomor 7

jawaban 1(ya)

Pertanyaan nomor 7 jawaban

2 (tidak)

Page 112: STIGMA MASYARAKAT DAN DISKRIMININASI LAYANAN YANG DIALAMI ODHA DI KOTA KUPANG PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

112

8.Bentuk-bentuk

Stigma masyarakat

yang dialami ODHA :

Pertanyaan nomor 8

jawaban 2(tidak)

Pertanyaan nomor 8 jawaban

1(ya)

Pertanyaan nomor 9

jawaban 2

Pertanyaan nomor 9 jawaban

1

Pertanyaan nomor

10 jawaban 2

Pertanyaan nomor 10

jawaban 1

Pertanyaan nomor

11 jawaban 2

Pertanyaan nomor 11

jawaban 1

Pertanyaan nomor Pertanyaan nomor 12

Page 113: STIGMA MASYARAKAT DAN DISKRIMININASI LAYANAN YANG DIALAMI ODHA DI KOTA KUPANG PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

113

12 jawaban 2 jawaban 1

2. Diskriminas

i layanan

kesehatan

yang

dialami

ODHA

1. Apakah ODHA

sedang obname

Pertanyaan nomor 1

jawaban 1

Pertanyaan nomor 1 jawaban

2

2. Pengaruh berobat

terhadap

Pertanyaan nomor 2

jawaban 2

Pertanyaan nomor 2 jawaban

1

Page 114: STIGMA MASYARAKAT DAN DISKRIMININASI LAYANAN YANG DIALAMI ODHA DI KOTA KUPANG PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

114

konvidential status

ODHA. Pertanyaan nomor 3

jawaban 2

Pertanyaan nomor 3 jawaban

1

Pertanyaan nomor 4

jawaban 1

Pertanyaan no. 5

jawaban 1

Pertanyaan nomor 4 jawaban

2

Pertanyaan nomor 5 jawaban

2

3. Bentuk

diskriminasi

Pertanyaan no. 6

jawaban 2

Pertanyaan nomor 7 jawaban

1

Page 115: STIGMA MASYARAKAT DAN DISKRIMININASI LAYANAN YANG DIALAMI ODHA DI KOTA KUPANG PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

115

dilayanan kesehatan

yang dialami ODHA Pertanyaan no. 7

jawaban 2

Pertanyaan nomor 7 jawaban

1

Pertanyaan no. 8

jawaban 2

Pertanyaan nomor 8 jawaban

1

Pertanyaan no. 9

jawaban 2

Pertanyaan nomor 9 jawaban

1

Pertanyaan nomor

10 jawaban 2

Pertanyaan nomor 10

jawaban 1

Pertanyaan nomor

11 jawaban 2

Pertanyaan nomor 11

jawaban 1

Page 116: STIGMA MASYARAKAT DAN DISKRIMININASI LAYANAN YANG DIALAMI ODHA DI KOTA KUPANG PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

116

Pertanyaan nomor

12 jawaban 2

Pertanyaan nomor 12

jawaban 1

Pertanyaan nomor

13 jawaban 2

Pertanyaan nomor 13

jawaban 1

Pertanyaan nomor

14 jawaban 2

Pertanyaan nomor 14

jawaban 1

Pertanyaan nomor

15 jawaban 2

Pertanyaan nomor 15

jawaban 1

Page 117: STIGMA MASYARAKAT DAN DISKRIMININASI LAYANAN YANG DIALAMI ODHA DI KOTA KUPANG PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

117

H. UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS

Uji validitas dan reliabilitas dilakukan sebelum melakukan

penelitian guna mendapatkan alat ukur yang dapat dipercaya

untuk mengumpulkan data. Uji validitas dilakukan pada

responden selain subjek penelitian yang berada diluar wilayah

penelitian namun mempunyai ciri yang mirip dengan subjek

penelitian yaitu ODHA di Kabupaten Kupang sebanyak 189 ODHA

(responden).

1. Uji validitas

Uji validitas dilakukan untuk mengetahui sejauh mana

ketepatan dan kecermatan suatu alat dalam melakukan

fungsi ukurnya, atau memberikan hasil ukurnya sesuai

dengan maksud dilakukan test tersebut. Suatu alat ukur

yang valid tidak sekedar mampu mengungkapkan data dengan

tepat tetapi juga memberikan gambaran yang cermat

mengenai data tersebut.

Dalam uji validitas setiap butir pertanyaan diuji

validitas dilakukan terhadap total skor seluruh

pertanyaan dengan menggunakan uji person Product moment.

a. Menentukan r tabel

Page 118: STIGMA MASYARAKAT DAN DISKRIMININASI LAYANAN YANG DIALAMI ODHA DI KOTA KUPANG PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

118

Nilai r tabel ditentukan berdasarkan df(n – 2), dalam

hal ini df= (189-2)= 187. Pada tingkat signifikan 5%

didapat angka 0,306.

Jika hipotesis menunjukan arah positip maka uji yang

dilakukan adalah satu arah.

b. Menentukan r hasil

Nilai r hasil untuk tiap-tiap butir diperoleh dari

hasil output analisis pada kolom corrected item –

total correlation.

c. Mengambil keputusan

Dasar pengambilan keputusan adalah jika r hasil

positif serta r hasil >r tabel, maka butir tersebut

valid. Sebaliknya jika r hasil tidak positif atau r

hasil <r tabel, maka butir tersebut tidak valid, maka

butir pertanyaan tersebut dikaji kembali dengan cara

memperbaiki redaksinya kemudian diuji coba lagi kepada

responden dan dilanjutkan dengan uji validitas. Bila

hasilnya tetap tidak valid, maka butir pertanyaan

tersebut dihilangkan atau dikeluarkan dari instrument

pengumpulan data dengan catatan tidak mengurangi

tujuan penelitian yang ingin dicapai oleh peneliti.

Page 119: STIGMA MASYARAKAT DAN DISKRIMININASI LAYANAN YANG DIALAMI ODHA DI KOTA KUPANG PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

119

2. Uji realibilitas :

Pengukuran realibilitas adalah pengukuran sejauhmana

hasil pengukuran dapat dipercaya.

Hasil pengukuran dapat dipercaya apabila dalam beberapa

kali pelaksanaan pengukuran terhadap beberapa kelompok

subjek yang sama diperoleh hasil yang relative sama,

selama aspek yang diukur dari diri subjek belum berubah.

Releabilitas alat ukur disini sangat berkaitan dengan

error of measurement. Nilai pengukuran 5% dengan alpha

(ɑ) = 0,600.

Langkah-langkah analisis Reliabilitas :

a. Menentukan r tabel

Nilai r tabel ditentukan berdasarkan df(n – 2), dalam

hal ini df= (189-2)= 187. Pada tingkat signifikan 5%

didapat angka 0,306.

Jika hipotesis menunjukan arah positip maka uji yang

dilakukan adalah satu arah.

b. Menentukan r hasil

Nilai r hasil adalah angka alpha (ɑ) yang terletak

pada akhir output analisis.

c. Mengambil Keputusan

Page 120: STIGMA MASYARAKAT DAN DISKRIMININASI LAYANAN YANG DIALAMI ODHA DI KOTA KUPANG PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

120

Dasar pengambilan keputusan jika r alpha (ɑ) positip

serta r ɑ>r tabel, maka butir tersebut reliable. Jika

r ɑ positip serta r ɑ<r tabel, maka butir tersebut

tidak reliable. Jadi jika r ɑ>r tabel tetapi bertanda

negatip , H0 akan tetap ditolak.

I. PENGUMPULAN DATA

Data primer diperoleh dengan kuesioner dan data sekunder

diperoleh dari laporan KPAD, Dinkes dan BKKBN Provinsi NTT.

Data berupa angka (kuantitatif) yang telah terkumpulkan diolah

dengan metode analisis regresi logistic dan analisis

deskriptif kuantitatif, artinya mendeskripsikan data dari

hasil uji statistic.

1. Kuisioner penelitian terlampir.

2. Jadwal penelitian terlampir

Page 121: STIGMA MASYARAKAT DAN DISKRIMININASI LAYANAN YANG DIALAMI ODHA DI KOTA KUPANG PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

121

Page 122: STIGMA MASYARAKAT DAN DISKRIMININASI LAYANAN YANG DIALAMI ODHA DI KOTA KUPANG PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

122

KUISIONER PENELITIAN

STIGMA TERKAIT HIV/AIDS DAN AKSES KE KEPERAWATAN HIV OLEH ORANG YANG HIDUP DENGAN HIV/AIDS :

SEBUAH STUDI KASUS DI KOTA KUPANG PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

Responden adalah Orang yang positif HIV/AIDS di kota Kupang provinsi Nusa Tenggara Timur

Nomor Responden ODHA

Nama Responden ODHA

Alamat

Nama pewawancara

Tanggal wawancara

PETUNJUK PENGISIAN

Page 123: STIGMA MASYARAKAT DAN DISKRIMININASI LAYANAN YANG DIALAMI ODHA DI KOTA KUPANG PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

123

Pilihlah jawaban yang paling sesuai dari pertanyaan dibawah ini dengan menuliskan pada

kolom

yang tersedia.

A. SOSIO DEMOGRAFI

1. Umur responden………………dalam tahun

2, Jenis kelamin responden : 1= Laki-laki

2= Perempuan

3. Lama ODHA menderita HIV/AIDS :

1 = >2 tahun (selama kurang dari 2 tahun)

2= 2-3 tahun (selama 2-3 tahun)

Page 124: STIGMA MASYARAKAT DAN DISKRIMININASI LAYANAN YANG DIALAMI ODHA DI KOTA KUPANG PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

124

3= 3-4 tahun (selama 3-4 tahun)

4= >5 tahun (lebih dari 5 tahun).

4. Pendidikan responden : 1= Tidak sekolah (TS)

2= Sekolah Dasar (SD)

3= Sekolah Lanjutan Pertama(SMP)

4= Sekolah Lanjutan Atas(SMU)

5= Sekolah Tinggi ( PT )

5. Status Perkawinan : 1= Single ( S)

2= Menikah (M)

3= Janda/duda (J/D)

Page 125: STIGMA MASYARAKAT DAN DISKRIMININASI LAYANAN YANG DIALAMI ODHA DI KOTA KUPANG PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

125

4= Cerai (C)

5= Terpisah dengan pasangan(T)

6. Pekerjaan responden : 1= Nganggur (N)

2= Wiraswasta(W)

3= PNS(P)

4= Lain-lain(L)

7.Agama Responden : 1= Katolik (K)

2= Protestan(P)

3= Islam(I)

4= Hindu(H)

5= Budha(B)

Page 126: STIGMA MASYARAKAT DAN DISKRIMININASI LAYANAN YANG DIALAMI ODHA DI KOTA KUPANG PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

126

B. VARIABEL YANG BERKAITAN DENGAN STIGMA MASYARAKAT YANG DIALAMI ODHA

Nomor Pertanyaan Jawaban ( lingkari

Jawaban menurut

anda benar)

1. Bagaimana perasaan anda saat pertama kali mendengar bahwa

anda HIV positip?

1. Tidak Apa-apa

2. Pikiran Bunuh

diri

3. Malu

4. Sangat sedih

5.  Yang lain

2. Apakah status HIV anda berpengaruh terhadap pekerjaan anda? 1. Ya  

Page 127: STIGMA MASYARAKAT DAN DISKRIMININASI LAYANAN YANG DIALAMI ODHA DI KOTA KUPANG PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

127

2. Tidak

3. Apakah pasangan anda positive HIV juga? 1. Ya

2. Tidak

4. Apakah anda mampu mengatakan kepada orang lain bahwa anda

HIV positip?

1. Ya

2. Tidak

5. Apakah orang lain yang mengetahui bahwa anda positip HIV

masih berhubungan baik dengan anda?

1. Ya

2. Tidak

6. Apakah pasangan anda dan anak-anak anda masih berhubungan

baik dengan anda?

1. Ya

2. Tidak

7. Apakah orang-orang berhubungan baik dengan anda sebelum

anda hadir sebagai seorang yang HIV positip?

1. Ya

2. Tidak

8. Apakah anda ditolak oleh masyarakat? 1. Ya

2. tidak

9. Apakah anda mendapat kekerasan verbal dari masyarakat 1. Ya

Page 128: STIGMA MASYARAKAT DAN DISKRIMININASI LAYANAN YANG DIALAMI ODHA DI KOTA KUPANG PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

128

seperti : dicemooh, disindiri, diolok, diludahi atau

disendirikan atau diasingkan?

2. Tidak

10. Apakah anda selalu tidak diundang dalam kegiatan lingkungan

tempat anda tinggal?

1. Ya

2. Tidak

11. Apakah anda dilarang menggunakan fasilitas umum? 1. Ya

2. tidak

12. Apakah orang-orang rekan kerja anda di kantor atau ditempat

kerja anda selalu tidak bergaul dengan anda?

1. Ya

2. tidak

C. VARIABEL YANG BERKAITAN DENGAN DISKRIMINASI LAYANAN KESEHATAN YANG DIALAMI ODHA

Nomor Pertanayaan Jawaban

( lingkari

Jawaban

Page 129: STIGMA MASYARAKAT DAN DISKRIMININASI LAYANAN YANG DIALAMI ODHA DI KOTA KUPANG PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

129

menurut anda

benar)

1. Apakah anda sedang dalam pengobatan? 1. Ya

2. Tidak

2. Apakah dengan mengambil pengobatan Anti-Retroviral berarti

memyampaikan status anda kepada orang lain?

1. Ya

2. Tidak

3. Jika ya pada pertanyaan di atas, apakah anda akan berhenti

berobat karena hal itu?

1. Ya

2. Tidak

4. Apakah anda selalu memastikan penggunaan terapi Anti Retriviral? 1. Ya

2. Tidak

5. Apakah anda pernah dirawat/obname di rumah sakit? 1. Ya

2. Tidak

6. Jika ya pada pertanyaan di atas, apakah anda dilayani dengan

pelayanan yang berbeda dengan penderita lainnya di rumah sakit?

1. Ya

2. tidak

Page 130: STIGMA MASYARAKAT DAN DISKRIMININASI LAYANAN YANG DIALAMI ODHA DI KOTA KUPANG PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

130

7. Apakah anda tidur di ruangan isolasi ketika diopname di rumah

sakit?

1. Ya

2. Tidak

8. Apakah anda diberi kode kusus oleh petugas kesehatan selama di

rumah sakit?

1. Ya

2. Tidak

9. Apakah petugas kesehatan menggunakan pelindung berlebihan dan

berbeda dengan pasien lain setiap kali merawat anda?

1. Ya

2. Tidak

10. Apakah anda pernah ditolak dalam perawatan medis? 1. Ya

2. tidak

11. Apakah tenaga kesehatan tidak mau menyentuh anda selama dalam

perawatan?

1. Ya

2. Tidak

12. Ketika anda masuk di ruangan UGD, apakah anda sengaja dilayani

terakhir oleh petugas?

1. Ya

2. Tidak

13. Apakah anda pernah dipukul atau sejenis lainya? 1. Ya

2. Tidak

Page 131: STIGMA MASYARAKAT DAN DISKRIMININASI LAYANAN YANG DIALAMI ODHA DI KOTA KUPANG PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

131

14. Apakah anda mendapat kekerasan verbal dari petugas seperti :

marah dengan kata-kata kasar, dicemooh, disindiri ?

1. Ya

2. Tidak

15. Apakah anda tidak diizinkan menggunakan alat-alat kesehatan dan

fasilitas kesehatan lainnya?

1. Ya

2.Tidak

Jadwal Penelitian :

No Kegiatan Okto2013

Nop 2013

Des 2014

Jan 2014

Peb 2014

Maret2014

April2014

Mei 2014

Juni 2014

Juli 2014

1 Studi

Page 132: STIGMA MASYARAKAT DAN DISKRIMININASI LAYANAN YANG DIALAMI ODHA DI KOTA KUPANG PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

132

Pendahuluan

2 PenyusunanProposal

3 Ujian Proposal

4 Revisi Proposal

5 Pengumpulan Proposal

6 Uji Validitas

7 Penelitian8 Pengolahan

data9 Konsultasi10 Seminar

hasil11 Revisi

hasil12 Ujian

Thesis13 Revisi14 Pengumpula

n thesis

Page 133: STIGMA MASYARAKAT DAN DISKRIMININASI LAYANAN YANG DIALAMI ODHA DI KOTA KUPANG PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

133

DAFTAR PUSTAKA

Page 134: STIGMA MASYARAKAT DAN DISKRIMININASI LAYANAN YANG DIALAMI ODHA DI KOTA KUPANG PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

1 BKKBN RI. 2012, “ PEDOMAN PENGELOLAAN PUSAT INFORMASI DAN KONSELING REMAJA DANMAHASISWA”. Jakarta2 Media : Rakyat Merdeka, 04 Juli 2007, “BERITA TENTANG HIV/AIDS INDONESIA”.3 Kate W dan Aggleton P. ---, “STIGMA, DISCRIMINATION AND HUMAN RIGTHS”. Thomas Coram Research unit Institute of education, University of London.4 BKKBN RI. 2012, “ PEDOMAN PENGELOLAAN PUSAT INFORMASI DAN KONSELING REMAJA DANMAHASISWA”. Jakarta.5 KPAD NTT. 2013,” LAPORAN KASUS HIV/AIDS NT TAHUN 2012”. Kupang6 KPAD NTT. 2013,” LAPORAN KASUS HIV/AIDS NTT TAHUN 2012”. Kupang7 http://aangsutrisna.blogspot.com diakses 10 Mei 20128 KPAD Kabupaten Manggarai Provinsi NTT 2013, “LAPORAN KASUS HIV/AIDS

TAHUN 2012” Ruteng.

9 Kementerian Kesehatan RI. Dirjen Pelayanan Medik & Dirjen P2M dan PL. 2013,”MODUL PELATIHAN KONSELING DAN TES SUKARELA HIV (VOLUNTARY COUNSELING AND TESTING), Jakarta10 Nasronudin, 2007, “HIV DAN AIDS, PENDEKATAN BIOLOGI MOLEKULER, KLINIS DAN SOSIAL. Air Langga University Press, Surabaya.11 Nasronudin, 2007, “HIV DAN AIDS, PENDEKATAN BIOLOGI MOLEKULER, KLINIS DAN SOSIAL. Air Langga University Press, Surabaya.12 KPAD NTT. 2013,” LAPORAN KASUS HIV/AIDS NT TAHUN 2012”. Kupang13 Dep.Kes. RI. 2012, “ BUKU PEDOMAN PENGHAPUSAN STIGMA &DISKRIMINASI BagiPENGELOLA PROGRAM, PETUGAS LAYANAN KESEHATAN DAN KADER” Kementerian Kesehatan RI Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Direktorat Pengendalian Penyakit Menular Langsung . Jakarta 14 Depkes RI. 2010, “ PEMAHAMAN TENTANG HIV/AIDS”. Jakarta15 http://www.slideshare.net/HutaurukMusa/stigma-dan-diskriminasi. 16 Mitra Inti Foundation Kesrepro dot Info, Dikutip oleh hallo Cipto Edisi 2011 “ STIGMA DAN DISKRIMINASI ODHA “17 Rummens, J. (1993). IDENTITAS PRIBADI DAN STRUKTUR SOSIAL DI SINT MAARTIN / SAINT MARTIN: A IDENTITAS PENDEKATAN PLURAL. Tesis tidak diterbitkan / Disertasi: York University.18 Leary, M. R., Tangney, J. P. (2003). HANDBOOK DIRI DAN IDENTITAS. New York: Guilford Press. ISBN 1-57230-798-6.19 Goffman, Erving. 1963. Stigma: Notes on the Management of a Spoiled

Identity. Englewood Cliffs, NJ: Prentice Hall.

20 Modood, T. & Werbner P. (Eds.) (1997). POLITIK MULTIKULTURALISME DI EROPA NEW: RASISME, IDENTITAS DAN KOMUNITAS. London: Zed Books.21 Leary, M. R., Tangney, J. P. (2003). HANDBOOK DIRI DAN IDENTITAS. New York: Guilford Press. ISBN 1-57230-798-6.22 Blumer, Herbert. 1969. Symbolic Interactionism : Perspective and Method. Englewood Cliffs, N.J. : Prentice-Hall