1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Masalah kesehatan merupakan bagian integral dari masalah bangsa. Masalah HIV/AIDS merupakan bagian dari masalah kesehatan. Masalah kesehatan telah menyerap banyak dana Negara. Disamping permasalahan HIV/AIDS sangat kompleks, selain menyerap dana yang besar juga membunuh generasi bangsa. Kasus HIV/AIDS semakin meluas menyerang putra putri bangsa. Peningkatan jumlah kasus HIV/AIDS disebabkan oleh berbagai factor. Salah satu factor penyebab meningkatnya kasus HIV/AIDS adalah stigma dan diskriminasi. Prevalensi Penularan HIV di Indonesia semakin meningkat dan hampir terdapat di semua wilayah. Jumlah kasus terbaru AIDS Indonesia Periode Januari sampai September 2011 sebesar 1805 kasus. Data yang ada merupakan data kasus HIV/AIDS yang hanya muncul dipermukaan. Masih banyak kasus yang belum terdeteksi, karena masih banyak orang yang sudah terinfeksi HIV tetapi tidak melakukan pemeriksaan di klinik VCT. Hal ini disebabkan karena orang-orang takut dan malu untuk memeriksakan diri. Perasaan takut dan malu itu muncul
134
Embed
STIGMA MASYARAKAT DAN DISKRIMININASI LAYANAN YANG DIALAMI ODHA DI KOTA KUPANG PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
1
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Masalah kesehatan merupakan bagian integral dari
masalah bangsa. Masalah HIV/AIDS merupakan bagian dari
masalah kesehatan. Masalah kesehatan telah menyerap banyak
dana Negara. Disamping permasalahan HIV/AIDS sangat
kompleks, selain menyerap dana yang besar juga membunuh
generasi bangsa. Kasus HIV/AIDS semakin meluas menyerang
putra putri bangsa. Peningkatan jumlah kasus HIV/AIDS
disebabkan oleh berbagai factor. Salah satu factor penyebab
meningkatnya kasus HIV/AIDS adalah stigma dan diskriminasi.
Prevalensi Penularan HIV di Indonesia semakin meningkat dan
hampir terdapat di semua wilayah. Jumlah kasus terbaru
AIDS Indonesia Periode Januari sampai September 2011
sebesar 1805 kasus. Data yang ada merupakan data kasus
HIV/AIDS yang hanya muncul dipermukaan. Masih banyak kasus
yang belum terdeteksi, karena masih banyak orang yang sudah
terinfeksi HIV tetapi tidak melakukan pemeriksaan di klinik
VCT. Hal ini disebabkan karena orang-orang takut dan malu
untuk memeriksakan diri. Perasaan takut dan malu itu muncul
2
karena adanya stigma dan diskrimininasi. Oleh karena itu
permasalahan HIV/AIDS merupakan fenomena gunung es artinya
kasus HIV/AIDS yang terdeteksi hanya bisa diperoleh dari
beberapa orang yang terbuka memeriksakan dirinya di klinik
CVT. Pada hal masih banyak kasus-kasus lain yang
tersembunyi. Ibarat gunung es yang berada di bawah permukaan
air laut, hanya puncak gunung yang bisa di lihat.
Peningkatan kasus HIV/AIDS lebih banyak terjadi pada
kelompok umur produktif. Perkembangan jumlah kasus AIDS
secara komulatif sampai dengan Juli 2011 sebesar 26.483
kasus. Dalam rinciannya jumlah tersebut lebih banyak
menyerang usia produktif. Jumlah kasus tersebut terdapat
45,9% adalah menyerang kelompok usia 20-29 tahun (Usia ini
merupakan usia produktif)1
. Jika dikaitkan dengan karakteristik AIDS yang gejalanya
baru muncul setelah 3(tiga) sampai 10(sepuluh) tahun
terinfeksi, maka hal ini semakin membuktikan bahwa sebagian
besar dari mereka yang terkena AIDS telah terinfeksi pada
usia yang lebih muda.2 )
Sabagaimana telah diberitakan oleh Media Rakyat
Merdeka tanggal 04 Juli 2007 bahwa permasalahan HIV/AIDS
disemua kalangan umur sebenarnya sudah sangat
3
mengkhawatirkan. Hal ini dapat dilihat dari data-data
nasional kasus AIDS 3 (tiga) tahun terakhir. Tahun 2006,
dari 13.424 kasus HIV/AIDS, sebanyak 54,76% kasus dari
kalangan generasi muda. Sedangkan tahun 2007, dari 17.207
kasus HIV/AIDS (6066 HIV - 11.141 AIDS), sebanyak 6.301
kasus merupakan kaum muda usia produktif 15-29 tahun. Dan
pada tahun 2008, dari 22.664 kasus Hiv/Aids, 16.110 kasus
Aids yang mana sejumlah 8.682 kasus Aids tersebut dari
kelompok usia 15-29 tahun. Data yang dihimpun Direktur
jendral Peningkatan Mutu Pendidikan dan Tenaga Kependidikan
(PMPTK) Departemen Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa
dari sekitar 10.000 orang pengidap HIV/AIDS di Indonesia
setengah atau 5.000 orang di antaranya merupakan pelajar
SMP/SMA. 3 )
Menurut data yang ada pada KPAD NTT, Kasus HIV/AIDS
di Propinsi Nusa Tenggara Timur secara komulatif sampai
dengan Desember 2012 sebesar 1918. Kasus HIV positip
terjaring sebesar 837 orang. Dan kasus AIDS sebesar 1081
orang, yang sudah meninggal sampai dengan Desember 2012
sebesar 443 kasus. 4 ) Kasus HIV/AIDS di Indonesia
merupakan fenomena gunung es artinya hanya sedikit yang
terdeteksi. Hal ini terjadi dikarenakan banyak orang yang
4
tidak mau memeriksakan diri karena takut distigma oleh
masyarakat atau keluarga kalau nanti ketahuan menderita HIV
positip. Selain itu banyak kasus HIV positip tetapi sulit
untuk mendapatkan pengobatan anti-retroviral karena tekanan
perasaan malu, stigma dan diskriminasi masyarakat. Juga
faktor ekonomi yang tidak mencukupi untuk membayar obat
anti-retroviral, apalagi tidak semua rumah sakit memiliki
obat anti-retroviral untuk HIV/AIDS.
Nusa Tenggara Timur merupakan salah satu provinsi di
Indonesia yang infrastrukturnya belum maju. Kondisi rumah
sakitnya masih terdiri dari rumah sakit tipe C. Dan tidak
semua rumah sakit memiliki VCT. Untuk menjaring penderita
HIV cukup sulit. Apalagi untuk mendapatkan obat anti-
retroviral, cukup sulit bagi penderita HIV positip untuk
mendapatkan obat tersebut. Kondisi wilayah yang terdiri
dari wilayah kepulauan dan masih banyak daerah terpencil
juga merupakan salah satu factor penyulit bagi ODHA menuju
rumah sakit yang menyediakan obat anti-retroviral. Budaya
yang masih kental yang masih sedikit mengenal kemajuan dan
tehnologi, kurangnya pengetahuan masyarakat tentang penyakit
HIV / AIDS, norma kehidupan dalam masyarakat setempat.
Berdasarkan hasil wawancara studi pendahuluan dengan
5
sekretaris KPAD provinsi NTT tanggal 13 Maret 2013 bahwa
agama merupakan faktor-faktor determinan menimbulkan stigma
yang kuat terhadap orang yang positip HIV.5) Walaupun
prevalensi HIV/AIDS di NTT masih rendah sejak tahun 1997
namun perilaku sexual bebas sangat tinggi. Hal ini sangat
berpotensi untuk cepatnya penularan HIV / AIDS. Selain itu
stigma terhadap orang yang HIV positip di NTT sangat tinggi
dan selalu disertai dengan diskriminasi oleh masyarakat,
ditempat kerja dan juga oleh keluarga.
Tabel 1. 1. Data Kasus HIV & AIDS Dari Tahun 1997 Sampai
Dengan November 2012 Provinsi Nusa Tenggara Timur .6 )
Sumber Data: Laporan Dinas Kesehatan Provinsi NTT per November 2012
Kumulasi Distribusi Kasus Per Kabupaten di Provinsi NTT dari
tahun 1997 - November 2012
NO. KABUPATEN HIV AIDS JUMLAH MENINGGAL1 Belu 230 251 481 1192 Kota Kupang 240 117 357 453 Sikka 128 211 339 404 Ende 6 97 103 575 Manggarai 48 34 82 116 Lembata 23 46 69 277 Flotim 11 58 69 128 TTS 23 40 63 159 Sumba Barat Daya 12 41 53 19
71(21,3%) ODHA menghadapistigma di tempat kerja, 88(26,3%) stigma di masyarakat,dan 43 (12,8%) ODHA stigmadalam keluarga. Juga, hasilregresi logistik menunjukkanbahwa ODHA yang tidak memilikipendidikan formal dan orang-orang dengan pendidikan dasarkurang mampu untuk menghadapistigma dari masyarakat (OR-0,212, 95% CI-0,064-0,702, p<0,05) dan majikan mereka (OR-0.236, 95% CI-0,072-0,775, p<0,05) masing-masing.
Hasil uji pada pengetahuantentang HIV / AIDSmenunjukkan bahwa rata-rataadalah 15,40 dari skormaksimal 20 , sedangkanhasil uji pada stigma orangyang hidup HIV / AIDSmenunjukkan berarti adalah15,70 dari skor maksimal21 . Hasil studi kualitatifmenunjukkan bahwa adakesalahpahaman tentangmetode infeksi HIV / AIDSdan adanya stigma orang yanghidup dengan HIV / AIDS ,baik di kalangan mahasiswaatau guru . Hasil analisisbivariat menunjukkan bahwastigma adalah 3,37 kali
18
SurakartaMunicipality .Analisis datakuantitatifunivariat,bivariat denganuji chi squaredan multivariatdengan regresilogistik danstratifikasi .
lebih kuat antara siswadengan pengetahuan yangterbatas tentang HIV / AIDSdibandingkan mereka denganpengetahuan yang baiktentang HIV / AIDS .
Kesimpulan : Siswa denganpengetahuan yang terbatastentang HIV / AIDS memilikirisiko lebih tinggi untukstigma orang yang hidupdengan HIV / AIDS bahwamereka dengan pengetahuanyang baik .
The analysis isconducted withdata from theRochester YouthDevelopmentStudy (RYDS), amulti-wave panelstudy of thedevelopment ofdruguse and delinquentbehavior amongadolescents and
This articleexamines theshort-termimpact offormalcriminallabeling oninvolvementin deviantsocialnetworks andincreasedlikelihood
Using measures from threesuccessive points in time, theauthors find that juvenilejustice intervention positivelyaffectssubsequent involvement inserious delinquency through themedium ofinvolvement in deviant socialgroups, namely, street gangsand delinquent peers : In Model1, The effect of juvenilejustice intervention on
19
young adults. Thispanelis based on aninitial sample of1,000 studentsselected from theseventh andeighth grades ofthe public schoolsin Rochester, NewYork, during the1987to 1988 academicyear. Interviewswere conducted atsix-monthintervalswith eachadolescent and hisor her parent orprimary caretaker.All interviewswere conducted inprivate; most wereface-to-facesettings, but inlaterwaves some long-distance
subsequent delinquency. Aspredicted, intervention issignificantly, positivelyrelated to involvement insubsequent delinquency. Theodds ratio indicates thatexperiencing juvenile justiceintervention increases the oddsof involvementin serious delinquency at Wave4 by a factor of 5.5, net ofall controls.The effect of gang membershipatWave 2 is positive, asexpected, but slightly belowthe significance level. Notethat gang membership at Wave 2is included in this model sothat we may interpret theeffect of Wave 3 gangmembership (added in Model 2)as a change effect. The effectof Wave 2gang membership in Model 1 isnet of Wave 2 seriousdelinquency; hence, we expectedthis effect to be weak. Theeffects of the controlvariables conform to
20
interviews werecompleted bytelephone. Chronictruants andstudents who hadleft the Rochesterschools wereinterviewed attheir homes, aswere most parents.Data on subjectswere alsocollected fromschool, police,courts, andsocial-serviceagencies. Becausewe areparticularlyinterested in theeffect of earlyformal contactwith the juvenilejusticesystem, thecurrent analysisuses data fromWaves 1 to 4, whenthe subjects
delinquentbehavior.
expectation. Delinquency andsubstance use significantlyincrease the odds of subsequentdelinquency. Females aresignificantly less likely to beinvolved in subsequentdelinquency, net of controls.In Model 2, we add the mediatorvariable gang membership atWave3. As predicted, adding gangmembership to the equationproduces a drop in the effectof juvenile justiceintervention on subsequentdelinquency. The coefficientdrops by about 22 percent (from1.71 to 1.34) but remainsstatistically significant.Moreover, as predicted, gangmembership is strongly andsignificantly associated withsubsequent delinquency. Youthswho are gang members at Wave 3are substantially more likelyto report delinquentinvolvementat. Wave 4 relativeto those who are not gangmembers during this period. Theapproximate test for indirect
21
were between theages of about13.5 and 15.
effects shows that Wave 3 gangmembership significantlymediates the effects ofjuvenile justice interventionon subsequentdelinquency (p < .05, two-tailed).5 This findingindicates that the effectof juvenile justiceintervention on subsequentdelinquency is mediated by thechange in gang membership.In Models 3 and 4, we use peerdelinquency as the mediator.Model 3 again shows thatjuvenile justice interventionis strongly, positively relatedto subsequent delinquency, netof controls. In this model,formal criminal interventionincreases the probability ofsubsequent delinquency by afactor of about 5.4. Model 4shows that addingWave 3 peerdelinquency to the equationagain produces a drop in thecoefficient for intervention.The coefficient drops by about17 percent and remains
22
statistically significant.Wave3 peer 80 Journal of Researchin Crime and DelinquencyDownloaded fromhttp://jrc.sagepub.com at SAGEPublications on December 16,2009delinquency has a significant,positive effect on subsequentdelinquency and significantlymediates part of the effect ofintervention on subsequentdelinquency (p < .05, two-tailed).6 Again, this findingindicates that the effect ofjuvenile justice interventionon Wave 4 delinquency ismediated by the change indelinquent peer associationsbetween Wave 2 and Wave 3.7.Models 5 and 6 examine theeffects of the two mediatorvariables jointly. Comparingthese models, the coefficientfor juvenile justiceintervention drops by about 46percent when adding both themediator variables to the model(from 1.55 to .84) and becomes
23
insignificant. Gang membershipand peer delinquency thusjointly account for asubstantial proportion of theeffects of juvenile justiceintervention on subsequentinvolvement in seriousdelinquency.
Researchers used apre-/post-testevaluation designto assess theoutcomes of thepilot programconducted in threehospitals in NewDelhi (one privateand twogovernment-run).Prior to theimplementation ofthe program,formative researchwas conducted tounderstand thecauses andmanifestations ofstigma anddiscrimination in
The goal ofthisoperationsresearch wasto reduceAIDS-relatedstigma anddiscrimination andimprove thequality ofcare forPLHA in thehospitalsetting. Theunderlyingassumptionwas thatbothindividualand
The formative research findingsclearly indicated the need toaddress stigma anddiscrimination in the hospitalsetting and corroborated manyof the findings of earlierresearch in India in thiscontext (UNAIDS 2001). Thisstudy found that although HCWsgenerally denied that theirhospital refusedadmission and/or treatment topatients because of their knownor suspected HIV status,caregivers and patientsreported that the access to andquality of in-patient care inNew Delhi hospitals depended ona patient’s HIV status.Experiences with and fearsabout such treatment was enough
24
health caresettings. Thisinvolvedconducting in-depth interviewswith health careworkers and HIV-positive patientsand focus groupdiscussions withpeopleliving withHIV/AIDS and NGOservice providers.These findingsinformed thedevelopment of a“PLHA-friendlyChecklist,” aself-assessmenttool for hospitalmanagers toidentifyinstitutionalstrengths andweaknesses ofservices forpeople infectedwith HIV, and of
institutional factorsneed to beaddressed inorder toimprovecare,includingtheknowledgeandattitudes ofstaffmembers,hospitalpolicies andprocedures,and servicesandsupplies.
to deter some patientsfrom seeking care, and causeother patients to conceal theirHIV-status from HCWs, ifpossible. Common manifestationsof differential treatment ofPLHA in the participatinghospitals included delay intreatment, unwarrantedreferrals to other facilities,segregation, labeling,excessive use of barrierprecautions, breaches ofconfidentiality, unconsentedHIV-testing, inadequate pre-andpost-test counseling, andwithholding HIV test resultsfrom patients. The study alsofound that many health careworkers lacked adequateknowledge and training in thebasics of HIV transmission,infection control, and clinicalmanagement of HIV/AIDS. Also, alack of hospital policiesprotecting PLHA and ensuringstaff safety contributed todifferential treatment.These findings highlight that
25
hospital policiesand procedures topreventoccupationalexposure to HIV bystaff. TheChecklist coversthe followingareas: access tocare services, HIVtesting andcounseling,confidentiality,infection control,and quality ofcare.To assess outcomesof the program, abaseline survey tomeasure HIV/AIDS-related attitudes,knowledge, andpractices wasconducted with arandom sample of884 health careworkers from fourdepartments.These health care
stigma and discrimination inhealth settings is fueled byboth individual andinstitutional factors.Therefore, reducing AIDS-related stigma anddiscrimination in clinicalsettings requires addressingnot just the attitudes andpractices of health careworkers but also their needsforinformation, training, andsupplies.The study also showed that allcadres of health care workers,including doctors, nurses, andward staff, carry outdiscriminatory practices. Itwas interesting to note thateven though ward staff are notengaged in providing clinicalcare to patients, they stillhad the most discriminatoryattitudes toward PLHA.Because of the important rolethey play in providing supportservices in the hospital, itwas critical for the
26
workersrepresented threelevels of hospitalstaff that havecontact with PLHA:doctors, nurses,and ward staff(i.e., thoseresponsible fordaily cleaning ofpatient areas).These data werediscussed withhospital managerswho then used theChecklist toassess the extentto which theirfacilitiesfollowed goldstandards toensure AIDS-related staffsafety and a non-stigmatizing andnondiscriminatoryhospitalenvironment. Basedon this
intervention to target wardstaff. This supports theintervention’s basic premise ofinvolving all levels of healthcare workers, from ward staffto hospital superintendents, inimproving the hospitalenvironment rather than simplytrying to effect change fromthe top down by only workingwith management.
27
assessment,hospital managersand seniorrepresentatives ofdoctors, nurses,and ward staffdeveloped actionplans to improvethe situation. Theproject team andlocal AIDS serviceorganizationshelped eachhospital carry outtheir action plansbyassisting withtraining and thedevelopment anddissemination ofpolicy guidelinesand educationalmaterials, such asposters oninfection control.
6. BPS danJOTHI
Di TujuhProvinsidiIndonesi
Survey deskriptive UntukmengetahuiDampakstigma dan
996 rumah tangga (Ruta) dengansalah satu atau lebih anggotarumah tangganya (ART)terinfeksi HIV berpartisipasi
dalam survei tersebut, dapatkita ketahui bahwa 36% Rutaorang terinfeksi HIV pernahmengalami tindakan stigma dandiskriminasi dari tetangganya.Perlakuan stigma dandiskriminasi tersebut mulaidari ditolak keberadaannya,mengalami kekerasan verbal,anak-anaknya dilarang bermainbersama teman sebayanya, tidakdiundang dalam kegiatan dilingkungan, dilarangmenggunakan fasilitas umumhingga kekerasan secara fisik.Selain itu juga, 1 dari 2responden orang terinfeksi HIV(53% laki-laki dan 57%perempuan) merasa pernahmengalami perlakuandiskriminasi dari fasilitaslayanan kesehatan. Tindakanstigma dan diskriminasi darifasilitas kesehatan yang pernahditerima responden berupadiberi kode-kode khusus (41%),petugas kesehatan menggunakanpelindung yang berlebihan(11%), ditolak dalam perawatan
29
medis (8%), tenaga kesehatantidak mau menyentuh responden(8%), diisolasi (7%),penanganan di UGD diterakhirkan (6%), mendapatkekerasan verbal (5%), tidakdiijinkan menggunakan toiletdan peralatan makan fasilitaskesehatan tersebut (3%) dankekerasan fisik (1%).
7 Roy G.A.Massie
in Bitung Municipality, North SulawesiProvince,Indonesiatahun2011.
Case study presents collectingevidence and reviews factors relate to HIV/AIDS programme provided by public in Bitung Municipality, North SulawesiProvince, Indonesia.
The objectives ofthis case study are to identify policy of HIV/AIDS program in local context and tolearn the collaboration of local public services’ activities relate to health particularly to lessen the stigma and discriminationof HIV/AIDS.
Stigma and discrimination may be reduced through structural intervention atlocal level, communityintervention and individual intervention. The interventions should be understood byhealth providers relate to HIV/AIDSprevention and control program at all stages. To reduce stigma at the community level can be integrated into HIV/AIDSprograms by facilitating the participationof people living with HIV/AIDS.
30
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. KONSEP TENTANG HIV/AIDS
1. Pengertian9
HIV ( Human Immunodefisiency Virus ) adalah Virus yang
dapat menurunkan daya tahan tubuh manusia. HIV bukan penyakit
tetapi hanya sebuah Virus yang kerja dan prilakunya sangat
dasat dalam tubuh manusia sehingga bisa menurunkan daya taham
tubuh. AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) merupakan
Kumpulan sindrom penyakit yang bisa menurunkan daya tahan
tubuh manusia. AIDS disebabkan oleh HIV (Aquired artinya
NormaNormamasyarakatmasyarakat, Budaya, Budayamasyarakatmasyarakat, Agama, Agamamasyarakatmasyarakat, Hukum, Hukum
Variable
Stigma
Masyarakat
Stigma dan
diskrimina
si
•• FaktorFaktorPengendalian InternalPengendalian Internal: Persepsi diri: Persepsi diriindividu dalamindividu dalammasyarakat mampu ataumasyarakat mampu atautidak agar tidaktidak agar tidakstigma terhadap ODHAstigma terhadap ODHA•• FaktorPengenda FaktorPengendalian Eksternal : Jikalian Eksternal : Jikaindividu dalamindividu dalam
Variable
Diskriminasi
Layanan
Kesehatan
Pengend
alian
prilaku
Niat
masyaraka
t untuk
diskrimin
Pengendal
ian
prilaku
87
Gambar 2.4 : Modifikasi Theory Of Planed Behaviour (TPB) menurut Dr.I.Ajzen 1985 dan Theory
Stigma menurut Goffmen 1963. Keterangan : : Variabel Tidak
diteliti. : Variabel yang
diteliti.
88
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. KERANGKA KONSEP
Kerangka konsep merupakan sesuatu yang abstrak logical secara
arti harafiah dan akan membantu peneliti dalam menghubungkan
hasil penelitian dengan body of knowledge (Nursalami,2002).
Berdasarkan kerangka teori dari Teori Pelabelan Menurut :
Dalam Buku Outsiders Howard Saul Becker pada tahun 1960 dan
Frank Tannenbaum tahun 1938, dan beberapa sosiolog lainya yang
membenarkan teori Pelabelan dan teori Stigma menurut Goffman
1963 yang ada pada gambar 1.2 maka dapat digambarkan kerangka
konsep sebagai berikut : Gambar 3.1 Kerangka konsep :
Variable independent(bebas)
Variable dependen(terikat)Asas
Pembenaran
: Norma
agama,
norma
Variabel
Stigma
Masyarakat
Variabel
Diskrimin
asi
Pengalaman
yang dialami
ODHA akibat
dari stigma
masyarakat
dan
diskriminasi
layanan
kesehatan
Variabel
Sosio-
89
Keterangan : Variabel Terikat (dependen Variable) adalah
variabel yang akan diteliti oleh peneliti.
B. HIPOTESIS PENELITIAN (6):
Hipotesis kuantitatif merupakan prediksi – prediksi yang
buat oleh penelit tentang hubungan antara variabel yang
diharapkan. Ada pun hipotesis dalam penelitian ini adalah
hipotesis nol yaitu memprediksikan ada hubungan dan ada
pengaruh antara Variabel stigma masyarakat dengan ODHA, ada
hubungan dan ada pengaruh diskriminasi layanan kesehatan
dengan ODHA dan ada hubungan variabel stigma masyarakat dan
diskriminasi layanan kesehatan dengan variabel
sosiodemografi. Berikut adalah beberapa Hipotesis Nol yang
dirumuskan peneliti :
1. Ada stigma masyarakat di kota Kupang terhadap orang
dengan HIV/AIDS
Layanan
Kesehatan
90
2. Ada diskriminasi layanan kesehatan terhadap orang
dengan HIV/AIDS di Kota Kupang
3. Ada pengaruh stigma terhadap ODHA di Kota Kupang
4. Ada pengaruh Diskriminasi Layanan Kesehatan terhadap
ODHA di Kota Kupang
5. Ada hubungan antara stigma masyarakat terhadap ODHA
dengan kemampuan ODHA menjalankan pengobatan ARV
6. Ada hubungan antara diskriminasi Layanan Kesehatan
dengan kemampuan ODHA untuk melanjukan pengobatan ARV.
7. Ada hubungan antara Stigma dengan Sosiodemografi
( Umur ODHA, Jenis Kelamin ODHA, Lama ODHA terdiagnosa
positip HIV, Pendidikan ODHA, Status Perkawianan ODHA,
Pekerjaan ODHA, Agama )
8. Ada hubungan antara Stigma dengan Sosiodemografi
( Umur ODHA, Jenis Kelamin ODHA, Lama ODHA terdiagnosa
positip HIV, Pendidikan ODHA, Status Perkawinan ODHA,
Pekerjaan ODHA, Agama yang dianut ODHA).
91
C. DEFENISI OPERASIONAL
Tabel 3.1. Definisi operasional.
1. Variabel Sosiodemografi.
No.
Varible
DefinisiOperasional
Indikator Alat ukur Skor skalapengukuran
Skala
1. Umur Lama ODHAhidup diukurdalam tahunsejak lahirsampai saatmengisikuisionerpenelitian
in yang berlaku Nilai 1=laki-lakiNilai2=perempuan.Bila databerdistribusinormal makamenggunakanmean, jikadataberdistribusitidak normalmenggunakanmedian.
3. LamaODHAterdiagnosa HIVPositip
Penggolonganlama waktu ODHAterdiagnosapositip HIV
<2 tahun 2-3 tahun 3-4 tahun > 5 tahun
Data di KPADProvinsi NTT
Dikategorikan:1= selama <2tahun2= selama 2-3tahun3= selama 3-4tahun4= selama >5tahun
Ordinal
4. PendidikanODHA
Pendidikanterakhir ODHA
Tidaksekolah
SD SMP SMA
Kuisioner Dikategorikan:Tidak Sekolahnilai = 0SD nilai = 1
Ordinal
93
Sarjana SMP nilai = 2SMA nilai = 3Sarjana nilai= 4
Penelitian ini menggunakan pendekatan Case Study Kuantitatif
Survey analitik dengan rancangan Cross sectional ialah suatu
penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi antara factor-
faktor resiko dengan factor efek, dengan cara pendekatan,
observasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat
(point time approach). Artinya tiap-tiap subjek hanya
diobservasi sekali saja dan pengukuran dilakukan terhadap
status karakter atau variable subjek pada saat pemeriksaan.
Hal ini tidak berarti bahwa semua subjek penelitian diamati
pada waktu yang sama. Alasan memilih pendekatan kuantitatif
dengan anggapan dapat mengungkapkan factor determinan penyebab
terjadinya stigma dari masyarakat bagi para ODHA serta
penyebab diskriminasi layanan kesehatan bagi ODHA. Serta dapat
mengangkat factor resiko dari stigma terhadap ODHA dan
mengangkat factor efek terhadap hambatan penjaringan dan
penemuan HIV secara dini terhadap fenomena gunung es dimana
semua hal ini sebagai efek dari stigma dan diskriminasi
terkait HIV. Dalam studi ini, kami berusaha untuk
mengidentifikasi faktor-faktor tertentu yang mempengaruhi
pasien HIV di lokasi studi yang dipilih di NTT dan sejauh mana
106
faktor tertentu mencegah pasien HIV agar tidak mengadopsi
ART. Kami menyajikan hasil yang komprehensif dan rinci tentang
sebuah studi yang dilakukan di antara orang yang hidup dengan
HIV / AIDS (ODHA) untuk menilai tingkat stigma umum dan
diskriminasi layanan kesehatan di kalangan mereka, apakah
stigmatisasi mempengaruhi akses mereka ke dan kemauan untuk
mengadopsi obat HIV dan factor apa yang paling penting yang
berhubungan dengan stigma terkait HIV dalam populasi yang
diteliti. Juga, fokus pada stigmatisasi, kami ingin tahu apa
saja konteks yang berbeda dan manifestasi, bagaimana cara
mencegah adopsi ART dan memerlukan hal apa sebagai penentu
stigmatisasi dikalangan populasi yang diteliti. Selain itu,
kami juga memberikan rekomendasi berdasarkan apa yang sudah
menjadi temuan kami. Metode kuantitatif yang digunakan adalah
tehnik pertanyaan kuesioner untuk mendapatkan informasi factor
variable sosio-demografi variabel, variabel Stigma Masyarakat
yang dialami ODHA dan variabel Diskriminasi layanan Kesehatan
yang dialami ODHA.
E. POPULASI, SAMPLE DAN SAMPLING
107
a. Populasi
Keseluruhan Objek penelitian atau yang diteliti
(Notoatmodjo, 2002). Populasi dalam penelitian ini adalah
ODHA di Kota Kupang Provinsi Nusa Tenggara Timur
sebanyak 357 ODHA.
b. Sample
Para ODHA di Kota Kupang. Dengan besar sample menggunakan
rumus
N = N
1+N(d2)
Keterangan :
N = Besar populasi
N = besar sampel
D = tingkat kepercayaan/ketepatan yang diinginkan
Maka besar sample untuk penelitian ini adalah n =
3571+357(0,05²)
n = 3571+0,8925 =
3571,8925
n = 188,6
Jadi jumlah sample dalam penelitian ini adalah = 189
orang
108
c. Tehnik Sampling
Cara pengambilan sample dengan cara acak sederhana pada
tempat VCT di setiap puskesmas dan Rumah sakit yang ada
VCT di Kota Kupang.
d. Kriteria inklusi dan criteria eksklusi :
1). Kriteria inklusi yaitu penderita HIV/AIDS dewasa yang
mau menjadi responden dan menetap di kota Kupang
2). Kriteria eksklusi yaitu penderita HIV/AIDS yang
gangguan jiwa, penderita HIV/AIDS sementara tidak sadar
di rumah sakit, penderita HIV/AIDS yang meninggal,
penderita HIV/AIDS yang sudah pindah keluar kota
Kupang, dan penderita HIV/AIDS yang tidak mau
diwawancarai.
F. SUMBER DATA PENELITIAN
1. Data primer diperoleh dari pengisian kuesioner pada 189
responden pada daerah kota Kupang dan sekitarnya.
2. Data secunder diperoleh dari KPAD dan informasi orang
lain yang mendukung data primer seperti geografis,
demografis dan tampat –tempat VCT baik rumah sakit
maupun puskesmas.
109
G. ALAT PENELITIAN / INSTRUMEN PENELITIAN
Alat yang diperlukan dalam penelitian ini adalah lembar
kuesioner yang mudah diisi oleh responden dan tidak
membutuhkan waktu yang terlalu lama. Pertimbangannya
mendapatkan data dengan cepat, hemat waktu, hemat biaya dan
tenaga.
Untuk mempermudah dalam menyusun instrument penelitian
maka terlebih dahulu disusun kisi-kisi kuesioner penelitian.
110
Tabel 3.2. Kisi-kisi kuisioner penelitian :
No
.
Variabel Indicator
vaforibilitas
vaforible unvaforible
1. Stigma
masyarakat
yang
dialami
ODHA
1.Perasaan ODHA
terhadap status HIV
nya
Pertanyaan no.1.
jawaban 1(tidak
apa-apa)
Pertanyaan no.1 jawaban
2(perasaan bunuh
diri),3(malu),4(sedih),5(l
ain-lain)
2.Pengaruh status HIV
terhadap pekerjaan
Pertanyaan no.2
jawaban 2(tidak)
Pertanyaan no.2 jawaban
1(ya)
111
3.Status HIV pasangan Pertanyaan no.3
jawaban2 (tidak)
Pertanyaan no.3 jawaban 1
(ya)
4.Kemampuan
mengatakan status
HIV kepada orang
lain.
Pertanyaan nomor 4
jawaban 1(ya)
Pertanyaan nomor 4 jawaban
2(tidak)
5.Apakah status ODHA
HIV diketahui orang
lain
Pertanyaan nomor 5
jawaban 2(tidak)
Pertanyaan nomor 5 jawaban
1(tidak)
6.Hubungan ODHA
dengan keluarga
Pertanyaan nomor 6
jawaban 1(ya)
Pertanyaan nomor 6 jawaban
2(tidak)
7.Hubungan ODHA
dengan orang lain
Pertanyaan nomor 7
jawaban 1(ya)
Pertanyaan nomor 7 jawaban
2 (tidak)
112
8.Bentuk-bentuk
Stigma masyarakat
yang dialami ODHA :
Pertanyaan nomor 8
jawaban 2(tidak)
Pertanyaan nomor 8 jawaban
1(ya)
Pertanyaan nomor 9
jawaban 2
Pertanyaan nomor 9 jawaban
1
Pertanyaan nomor
10 jawaban 2
Pertanyaan nomor 10
jawaban 1
Pertanyaan nomor
11 jawaban 2
Pertanyaan nomor 11
jawaban 1
Pertanyaan nomor Pertanyaan nomor 12
113
12 jawaban 2 jawaban 1
2. Diskriminas
i layanan
kesehatan
yang
dialami
ODHA
1. Apakah ODHA
sedang obname
Pertanyaan nomor 1
jawaban 1
Pertanyaan nomor 1 jawaban
2
2. Pengaruh berobat
terhadap
Pertanyaan nomor 2
jawaban 2
Pertanyaan nomor 2 jawaban
1
114
konvidential status
ODHA. Pertanyaan nomor 3
jawaban 2
Pertanyaan nomor 3 jawaban
1
Pertanyaan nomor 4
jawaban 1
Pertanyaan no. 5
jawaban 1
Pertanyaan nomor 4 jawaban
2
Pertanyaan nomor 5 jawaban
2
3. Bentuk
diskriminasi
Pertanyaan no. 6
jawaban 2
Pertanyaan nomor 7 jawaban
1
115
dilayanan kesehatan
yang dialami ODHA Pertanyaan no. 7
jawaban 2
Pertanyaan nomor 7 jawaban
1
Pertanyaan no. 8
jawaban 2
Pertanyaan nomor 8 jawaban
1
Pertanyaan no. 9
jawaban 2
Pertanyaan nomor 9 jawaban
1
Pertanyaan nomor
10 jawaban 2
Pertanyaan nomor 10
jawaban 1
Pertanyaan nomor
11 jawaban 2
Pertanyaan nomor 11
jawaban 1
116
Pertanyaan nomor
12 jawaban 2
Pertanyaan nomor 12
jawaban 1
Pertanyaan nomor
13 jawaban 2
Pertanyaan nomor 13
jawaban 1
Pertanyaan nomor
14 jawaban 2
Pertanyaan nomor 14
jawaban 1
Pertanyaan nomor
15 jawaban 2
Pertanyaan nomor 15
jawaban 1
117
H. UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS
Uji validitas dan reliabilitas dilakukan sebelum melakukan
penelitian guna mendapatkan alat ukur yang dapat dipercaya
untuk mengumpulkan data. Uji validitas dilakukan pada
responden selain subjek penelitian yang berada diluar wilayah
penelitian namun mempunyai ciri yang mirip dengan subjek
penelitian yaitu ODHA di Kabupaten Kupang sebanyak 189 ODHA
(responden).
1. Uji validitas
Uji validitas dilakukan untuk mengetahui sejauh mana
ketepatan dan kecermatan suatu alat dalam melakukan
fungsi ukurnya, atau memberikan hasil ukurnya sesuai
dengan maksud dilakukan test tersebut. Suatu alat ukur
yang valid tidak sekedar mampu mengungkapkan data dengan
tepat tetapi juga memberikan gambaran yang cermat
mengenai data tersebut.
Dalam uji validitas setiap butir pertanyaan diuji
validitas dilakukan terhadap total skor seluruh
pertanyaan dengan menggunakan uji person Product moment.
a. Menentukan r tabel
118
Nilai r tabel ditentukan berdasarkan df(n – 2), dalam
hal ini df= (189-2)= 187. Pada tingkat signifikan 5%
didapat angka 0,306.
Jika hipotesis menunjukan arah positip maka uji yang
dilakukan adalah satu arah.
b. Menentukan r hasil
Nilai r hasil untuk tiap-tiap butir diperoleh dari
hasil output analisis pada kolom corrected item –
total correlation.
c. Mengambil keputusan
Dasar pengambilan keputusan adalah jika r hasil
positif serta r hasil >r tabel, maka butir tersebut
valid. Sebaliknya jika r hasil tidak positif atau r
hasil <r tabel, maka butir tersebut tidak valid, maka
butir pertanyaan tersebut dikaji kembali dengan cara
memperbaiki redaksinya kemudian diuji coba lagi kepada
responden dan dilanjutkan dengan uji validitas. Bila
hasilnya tetap tidak valid, maka butir pertanyaan
tersebut dihilangkan atau dikeluarkan dari instrument
pengumpulan data dengan catatan tidak mengurangi
tujuan penelitian yang ingin dicapai oleh peneliti.
119
2. Uji realibilitas :
Pengukuran realibilitas adalah pengukuran sejauhmana
hasil pengukuran dapat dipercaya.
Hasil pengukuran dapat dipercaya apabila dalam beberapa
kali pelaksanaan pengukuran terhadap beberapa kelompok
subjek yang sama diperoleh hasil yang relative sama,
selama aspek yang diukur dari diri subjek belum berubah.
Releabilitas alat ukur disini sangat berkaitan dengan
error of measurement. Nilai pengukuran 5% dengan alpha
(ɑ) = 0,600.
Langkah-langkah analisis Reliabilitas :
a. Menentukan r tabel
Nilai r tabel ditentukan berdasarkan df(n – 2), dalam
hal ini df= (189-2)= 187. Pada tingkat signifikan 5%
didapat angka 0,306.
Jika hipotesis menunjukan arah positip maka uji yang
dilakukan adalah satu arah.
b. Menentukan r hasil
Nilai r hasil adalah angka alpha (ɑ) yang terletak
pada akhir output analisis.
c. Mengambil Keputusan
120
Dasar pengambilan keputusan jika r alpha (ɑ) positip
serta r ɑ>r tabel, maka butir tersebut reliable. Jika
r ɑ positip serta r ɑ<r tabel, maka butir tersebut
tidak reliable. Jadi jika r ɑ>r tabel tetapi bertanda
negatip , H0 akan tetap ditolak.
I. PENGUMPULAN DATA
Data primer diperoleh dengan kuesioner dan data sekunder
diperoleh dari laporan KPAD, Dinkes dan BKKBN Provinsi NTT.
Data berupa angka (kuantitatif) yang telah terkumpulkan diolah
dengan metode analisis regresi logistic dan analisis
deskriptif kuantitatif, artinya mendeskripsikan data dari
hasil uji statistic.
1. Kuisioner penelitian terlampir.
2. Jadwal penelitian terlampir
121
122
KUISIONER PENELITIAN
STIGMA TERKAIT HIV/AIDS DAN AKSES KE KEPERAWATAN HIV OLEH ORANG YANG HIDUP DENGAN HIV/AIDS :
SEBUAH STUDI KASUS DI KOTA KUPANG PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR
Responden adalah Orang yang positif HIV/AIDS di kota Kupang provinsi Nusa Tenggara Timur
Nomor Responden ODHA
Nama Responden ODHA
Alamat
Nama pewawancara
Tanggal wawancara
PETUNJUK PENGISIAN
123
Pilihlah jawaban yang paling sesuai dari pertanyaan dibawah ini dengan menuliskan pada
kolom
yang tersedia.
A. SOSIO DEMOGRAFI
1. Umur responden………………dalam tahun
2, Jenis kelamin responden : 1= Laki-laki
2= Perempuan
3. Lama ODHA menderita HIV/AIDS :
1 = >2 tahun (selama kurang dari 2 tahun)
2= 2-3 tahun (selama 2-3 tahun)
124
3= 3-4 tahun (selama 3-4 tahun)
4= >5 tahun (lebih dari 5 tahun).
4. Pendidikan responden : 1= Tidak sekolah (TS)
2= Sekolah Dasar (SD)
3= Sekolah Lanjutan Pertama(SMP)
4= Sekolah Lanjutan Atas(SMU)
5= Sekolah Tinggi ( PT )
5. Status Perkawinan : 1= Single ( S)
2= Menikah (M)
3= Janda/duda (J/D)
125
4= Cerai (C)
5= Terpisah dengan pasangan(T)
6. Pekerjaan responden : 1= Nganggur (N)
2= Wiraswasta(W)
3= PNS(P)
4= Lain-lain(L)
7.Agama Responden : 1= Katolik (K)
2= Protestan(P)
3= Islam(I)
4= Hindu(H)
5= Budha(B)
126
B. VARIABEL YANG BERKAITAN DENGAN STIGMA MASYARAKAT YANG DIALAMI ODHA
Nomor Pertanyaan Jawaban ( lingkari
Jawaban menurut
anda benar)
1. Bagaimana perasaan anda saat pertama kali mendengar bahwa
anda HIV positip?
1. Tidak Apa-apa
2. Pikiran Bunuh
diri
3. Malu
4. Sangat sedih
5. Yang lain
2. Apakah status HIV anda berpengaruh terhadap pekerjaan anda? 1. Ya
127
2. Tidak
3. Apakah pasangan anda positive HIV juga? 1. Ya
2. Tidak
4. Apakah anda mampu mengatakan kepada orang lain bahwa anda
HIV positip?
1. Ya
2. Tidak
5. Apakah orang lain yang mengetahui bahwa anda positip HIV
masih berhubungan baik dengan anda?
1. Ya
2. Tidak
6. Apakah pasangan anda dan anak-anak anda masih berhubungan
baik dengan anda?
1. Ya
2. Tidak
7. Apakah orang-orang berhubungan baik dengan anda sebelum
anda hadir sebagai seorang yang HIV positip?
1. Ya
2. Tidak
8. Apakah anda ditolak oleh masyarakat? 1. Ya
2. tidak
9. Apakah anda mendapat kekerasan verbal dari masyarakat 1. Ya
128
seperti : dicemooh, disindiri, diolok, diludahi atau
disendirikan atau diasingkan?
2. Tidak
10. Apakah anda selalu tidak diundang dalam kegiatan lingkungan
tempat anda tinggal?
1. Ya
2. Tidak
11. Apakah anda dilarang menggunakan fasilitas umum? 1. Ya
2. tidak
12. Apakah orang-orang rekan kerja anda di kantor atau ditempat
kerja anda selalu tidak bergaul dengan anda?
1. Ya
2. tidak
C. VARIABEL YANG BERKAITAN DENGAN DISKRIMINASI LAYANAN KESEHATAN YANG DIALAMI ODHA
Nomor Pertanayaan Jawaban
( lingkari
Jawaban
129
menurut anda
benar)
1. Apakah anda sedang dalam pengobatan? 1. Ya
2. Tidak
2. Apakah dengan mengambil pengobatan Anti-Retroviral berarti
memyampaikan status anda kepada orang lain?
1. Ya
2. Tidak
3. Jika ya pada pertanyaan di atas, apakah anda akan berhenti
berobat karena hal itu?
1. Ya
2. Tidak
4. Apakah anda selalu memastikan penggunaan terapi Anti Retriviral? 1. Ya
2. Tidak
5. Apakah anda pernah dirawat/obname di rumah sakit? 1. Ya
2. Tidak
6. Jika ya pada pertanyaan di atas, apakah anda dilayani dengan
pelayanan yang berbeda dengan penderita lainnya di rumah sakit?
1. Ya
2. tidak
130
7. Apakah anda tidur di ruangan isolasi ketika diopname di rumah
sakit?
1. Ya
2. Tidak
8. Apakah anda diberi kode kusus oleh petugas kesehatan selama di
rumah sakit?
1. Ya
2. Tidak
9. Apakah petugas kesehatan menggunakan pelindung berlebihan dan
berbeda dengan pasien lain setiap kali merawat anda?
1. Ya
2. Tidak
10. Apakah anda pernah ditolak dalam perawatan medis? 1. Ya
2. tidak
11. Apakah tenaga kesehatan tidak mau menyentuh anda selama dalam
perawatan?
1. Ya
2. Tidak
12. Ketika anda masuk di ruangan UGD, apakah anda sengaja dilayani
terakhir oleh petugas?
1. Ya
2. Tidak
13. Apakah anda pernah dipukul atau sejenis lainya? 1. Ya
2. Tidak
131
14. Apakah anda mendapat kekerasan verbal dari petugas seperti :
marah dengan kata-kata kasar, dicemooh, disindiri ?
1. Ya
2. Tidak
15. Apakah anda tidak diizinkan menggunakan alat-alat kesehatan dan
fasilitas kesehatan lainnya?
1. Ya
2.Tidak
Jadwal Penelitian :
No Kegiatan Okto2013
Nop 2013
Des 2014
Jan 2014
Peb 2014
Maret2014
April2014
Mei 2014
Juni 2014
Juli 2014
1 Studi
132
Pendahuluan
2 PenyusunanProposal
3 Ujian Proposal
4 Revisi Proposal
5 Pengumpulan Proposal
6 Uji Validitas
7 Penelitian8 Pengolahan
data9 Konsultasi10 Seminar
hasil11 Revisi
hasil12 Ujian
Thesis13 Revisi14 Pengumpula
n thesis
133
DAFTAR PUSTAKA
1 BKKBN RI. 2012, “ PEDOMAN PENGELOLAAN PUSAT INFORMASI DAN KONSELING REMAJA DANMAHASISWA”. Jakarta2 Media : Rakyat Merdeka, 04 Juli 2007, “BERITA TENTANG HIV/AIDS INDONESIA”.3 Kate W dan Aggleton P. ---, “STIGMA, DISCRIMINATION AND HUMAN RIGTHS”. Thomas Coram Research unit Institute of education, University of London.4 BKKBN RI. 2012, “ PEDOMAN PENGELOLAAN PUSAT INFORMASI DAN KONSELING REMAJA DANMAHASISWA”. Jakarta.5 KPAD NTT. 2013,” LAPORAN KASUS HIV/AIDS NT TAHUN 2012”. Kupang6 KPAD NTT. 2013,” LAPORAN KASUS HIV/AIDS NTT TAHUN 2012”. Kupang7 http://aangsutrisna.blogspot.com diakses 10 Mei 20128 KPAD Kabupaten Manggarai Provinsi NTT 2013, “LAPORAN KASUS HIV/AIDS
TAHUN 2012” Ruteng.
9 Kementerian Kesehatan RI. Dirjen Pelayanan Medik & Dirjen P2M dan PL. 2013,”MODUL PELATIHAN KONSELING DAN TES SUKARELA HIV (VOLUNTARY COUNSELING AND TESTING), Jakarta10 Nasronudin, 2007, “HIV DAN AIDS, PENDEKATAN BIOLOGI MOLEKULER, KLINIS DAN SOSIAL. Air Langga University Press, Surabaya.11 Nasronudin, 2007, “HIV DAN AIDS, PENDEKATAN BIOLOGI MOLEKULER, KLINIS DAN SOSIAL. Air Langga University Press, Surabaya.12 KPAD NTT. 2013,” LAPORAN KASUS HIV/AIDS NT TAHUN 2012”. Kupang13 Dep.Kes. RI. 2012, “ BUKU PEDOMAN PENGHAPUSAN STIGMA &DISKRIMINASI BagiPENGELOLA PROGRAM, PETUGAS LAYANAN KESEHATAN DAN KADER” Kementerian Kesehatan RI Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Direktorat Pengendalian Penyakit Menular Langsung . Jakarta 14 Depkes RI. 2010, “ PEMAHAMAN TENTANG HIV/AIDS”. Jakarta15 http://www.slideshare.net/HutaurukMusa/stigma-dan-diskriminasi. 16 Mitra Inti Foundation Kesrepro dot Info, Dikutip oleh hallo Cipto Edisi 2011 “ STIGMA DAN DISKRIMINASI ODHA “17 Rummens, J. (1993). IDENTITAS PRIBADI DAN STRUKTUR SOSIAL DI SINT MAARTIN / SAINT MARTIN: A IDENTITAS PENDEKATAN PLURAL. Tesis tidak diterbitkan / Disertasi: York University.18 Leary, M. R., Tangney, J. P. (2003). HANDBOOK DIRI DAN IDENTITAS. New York: Guilford Press. ISBN 1-57230-798-6.19 Goffman, Erving. 1963. Stigma: Notes on the Management of a Spoiled
Identity. Englewood Cliffs, NJ: Prentice Hall.
20 Modood, T. & Werbner P. (Eds.) (1997). POLITIK MULTIKULTURALISME DI EROPA NEW: RASISME, IDENTITAS DAN KOMUNITAS. London: Zed Books.21 Leary, M. R., Tangney, J. P. (2003). HANDBOOK DIRI DAN IDENTITAS. New York: Guilford Press. ISBN 1-57230-798-6.22 Blumer, Herbert. 1969. Symbolic Interactionism : Perspective and Method. Englewood Cliffs, N.J. : Prentice-Hall