ASUHAN KEPERAWATAN ODHA DENGAN DIARE KRONIS
ASUHAN KEPERAWATAN ODHA DENGAN DIARE KRONISPENGERTIAN : Diare
kronis adalah diare yang berlangsung lebih dari 2-3minggu.
TUJUAN : 1. Manajemen masalah infeksi dan pengobatan. 2..
Memaksimalkan kualitas hidup. 3. Menatalaksana penyakit kronis dan
terulangnya penyakit. 4. Mencegah dan mengobati infeksi
oportunistik. 5. Mencegah penularan selanjutnya.SASARAN : Semua
odha dengan diare kronis.
a.ANAMNESIS
1. Keluhan Utama : - diare terus menerus .>2mg.
- badan lemah
- nyeri abdomen
- ekskoriasi / iritasi kulit perianal
2. Riwayat Penyakit saat ini
- sejak kapan terdiagnosis HIV
- menggunakan ART(anti retro viral terapi) atau tidak.
- mulai kapan diare
- jumlah CD 4
- tindakan yang sudah digunakan untuk masalah kesehatan
sebelum dibawa ke RS
obat yang dikonsumsi saat ini
3. Riwayat Penyakit yang diderita
- kenali faktor resiko seperti praktek seksual yang beresiko,
pengguna
Narkoba, dan obat-obatan terlarang dengan cara iv
bergantian.
bayi lahir dari seorang ibu dengan HIV &AIDS
riwayat penerima donor darah
4. Riwayat Penyakit keluarga
- anggota keluarga lainnya yang beresiko tinggi terkena
HIV&AIDS seperti
Praktek seksual yang beresiko
pengguna narkoba secara iv bergantian
bayi lahir dari ibu dengan HIV&AIDS
riwayat penerima donor darah
5. Personal Hygiene
Kelemahan sering membuat pasien memerlukan bantuan dalam
penentuan
ADL(aktifitas sehari-hari)
6. Bio-psiko-sosio-spiritual
Pemeriksaan Fisik
1. B1 (breath) : frekuensi pernafasan cenderung meningkat
2. B2 (blood) : nadi meningkat, febris, pucat, cyanosis, akral
dingin, dehidrasi
3. B3(brain) : terjadi penurunan kesadaran
4. B4(bladder): terjadi anuri
5. B5(bowel) : mual, muntah, diare, bising usus meningkat,
penurunan berat
badan, nyeri abdomen, furgor kulit menurun. 6. B6(bone) : adanya
kelemahan
Pemeriksaan Penunjang : FL, Kultur Faeces.
DIAGNOSA PERAWATAN
1. Defisit volume cairan dan elektrolit b.d kehilangan yang
berlebihan sekunder terhadap diare berat, muntah, status
hipermetabolisme dan demam.
2. Infeksi, resiko tinggi terhadap progresi menjadi sepsis atau
infeksi oprtunistik b.d depresi sistem imun.
3. Perubahan nutrisi, kurang dari kebutuhan tubuh b.d
ketidakmampuan untuk mencerna, mual muntah dan peningkatan laju
metabolisme.
RENCANA KEPERAWATAN
Diagnosa perawatan I
Tujuan : volume cairan dan elektrolit tubuh dapat terpenuhi
Kriteria hasil : - membran mukosa lembab,
- turgor kkulit baik
- mata tidak cowong
- tanda vital stabil
- produksi urin adekuat
- kadar elektrolit dalam batas normal
Intervensi :
1. Berikan cairan yang adekuat sedikitnya 2,5l / hari dan pantau
masukanoral.
2. Hindari makan yang menyebabkan diare.3. berikan cairan
elektrolit intravena
4. Pantau tanda vital.
5. Pantau turgor kulit, membran mukosa dan haus.
6. Ukur produksi urine
7. Laksanakan pemberian anti emetik dan anti diare sesuai advis
dokter.
Diagnosa Perawatan 2
Tujuan : Sepsis tidak terjadi dan infeksi oportunistik tidak
mmenyebar
Kriteria Hasil : suhu 36-37,5 C dan tanda infeksi tidak
terjadi.
Itervensi :
1. Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan
perawatan.
2. Berikan lingkungan yang bersih dan berventillasi baik serta
lakukan tindakan aseptik.3. Pantau tanda-tanda vital terutama
suhu.
4. Periksa kulit dan membran mukosa oral terhadap bercak putih
atau lesi.
5. Pantau keluhan nyari ulu hati, disphagia, peningkatan kram
abdomen dan diare hebat.
6. Pantau hasil laboratorium.
7. Lakukan pemberian antibiotik yang sesuai dengan advis
dokter.
Diagnosa Keperawatan 3
Tujuan : Kebutuhan nutrisi dapat terpenuhi.Kriteria hasil : -
mempertahankan berat badan atau peningkatan berat - tidak ada mual
dan muntah
- porsi makan yang disediakan dari RS habis.
- albumin dalam batas normal
- total protein dalam batas normal
- hb >10mg%INTERVENSI
1. Berikan perawatan mulut secara rutin, minimal 2x sehari
2. Motivasi pasien untuk makan sedikit tapisering dengan makanan
yang Tinggi kalori dan tinggi protein.
3. Berikan periode istirahat dan posisi duduk saat pasien
makan.
4. Pastikan pola diet yang biasa pasien dapatkan dan yang
disukai atau
Tidak disukai.
5. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan komposisi
diet.
IMPLEMENTASI
SECARA UMUM
Istirahat, dukungan nutrisi yang memadai berbasis makronutrien
dan mikronutrien untuk penderita HIV&AIDS, konseling termasuk
pendekatan psikologis dan psikososial, membiasakan gaya hidup
sehat.
SECARA KHUSUS
Pemberian antiretroviral terapi (ART) kombinasi, terapi infeksi
sekunder sesuai jenis infeksi yang ditemukan, terapi
malignans.DAFTAR PUSTAKA
1. Nasronudin. Management And Patien Safety In
HIV/AIDS.Surabaya.2009.2. Unair,Fakultas Kedokteran. Protap
HIV/AIDS RSU.Dr.Soetomo.Surabaya.2009.3. Firmansyah, andan.Konsep
Keperawatan Komunitas,28 April 2009,
(http://andaners.wordpress.com). Diakses 10 Januari 2010.BAB I
PENDAHULUANLatar Belakang
Semakin banyak manusia yang terinfeksi kuman HIV/AIDS sedangkan
rumah sakit belum siap untuk menerima atau merawat pasien dengan
aids dengan berbagai alasan. Ada yang mengatakan belum memiliki
fasilitas, tidak ada ruang khusus atau ruang isolasi untuk merawat
pasien dengan HIV/AIDS dan sebagainya. Padahal sebenarnya mereka
enggan atau takut tertular atau terpapar HIV/AIDS. Memang petugas
kesehatan sangat rentan terhadap penularan oleh virus HIV, bila
diruntut dari cara penularannya,apalagi dalam melaksanakan tugasnya
petugas kesehatan selalu mengadakan kontak dengan pasien sehingga
sangat beralasan bila mereka enggan memberikan pelayanan kesehatan
kepada pasien dengan HIV/AIDS.
Akan tetapi petugas kesehatan tidak boleh dengan serta merta
menghindari memberikan pelayanan terhadap odha(orang dengan
HIV/AIDS) apalagi bila mereka datang dan meminta pertolongan.
Hal seperti tersebut di atas sebenarnya tidak perlu terjadi
apabila petugas kesehatan mempunyai pengetahuan yang cukup tentang
cara penanganan pasien dengan HIV/AIDS serta mempunyai kemauan
memberikan pelayanan kesehatan terhadap pasien dengan hiv/aids dan
tentu saja ditunjang dengan kemampuan untuk menyediakan fasilitas
yang dibutuhkan.
Keselamatan dan keamanan petugas kesehatan menjadi masalah
sehubungan keterbatasan fasilitas kesehatan dan kurangnya peralatan
kewaspadaan universal di rumah sakit.
Sengaja penulis membahas masalah ini karena petugas kesehatan
adalah merupakan salah satu komunitas pekerja. Sedangkan perawatan
kesehatan kerja adalah penerapan prinsip-prinsip keperawatan dalam
memelihara kelestarian kesehatan tenaga kerja dalam segala bidang
pekerjaan (American Asociation of Occupational Health Nursing)
Perawat kesehatan kerja mengaplikasikan praktek keperawatan untuk
memenuhi kebutuhan unik individu, kelompok dan masyarakat di
tatanan industri, pabrik, tempat kerja, tempak konstruksi,
universitas dan lain-lain.Lingkup praktek keperawatan kesehatan
kerja mencakup pengkajian riwayat kesehatan, pengamatan, memberikan
pelayanan kesehatan primer konseling, promosi kesehatan,
administrasi management quality asurance, peneliti dan kolaburasi
dengan komunitas. Tujuan Adapun tujuan dari standar keselamatan ini
adalah: a. Untuk menghindarkan petugas kesehatan dari terpapar HIV
dan dapat menangani pasien dengan HIV secara benar sehingga bisa
memberikan rasa aman kepada petugas dalam memberikan pelayanan
kesehatan. b. Agar rumah sakit siap menghadapi dampak negatif dari
era globalisas, yaitu menerima pasien dengan HIV.BAB IISTANDAR
KESELAMATAN PERAWATAN PASIEN HIV/AIDS
Dalam memberikan pelayanan kesehatan terhadap penderita hiv/aids
diperlukan tata cara tersendiri. Hal ini dikarenakan apabila
penanganan penderita aids dilakukan tanpa ada panduan yang benar,
maka bisa berakibat buruk bagi petugas kesehatan. Petugas kesehatan
bisa terpapar aids disamping itu peralatan, bahan habis pakai yang
telah digunakan oleh penderita juga merupakan sumber infeksi bagi
siapa saja. Oleh karena itu perlu penanganan yang benar berupa
prosedur tetap (protap) yang harus dimiliki oleh setiap rumah
sakit. Semua rumah sakit sangat memerlukan protap tersebut sebagai
upaya untuk menghindarkan petugas kesehatan dari terpapar aids.
Sebenarnya bukan hanya untuk aids saja tetapi standar keselamatan
ini bisa juga digunakan untuk menghindarkan petugas dari berbagai
macam penyakit .yang cara penularannya sama dengan aids, misalnya
pasien dengan hepatitis B .
Untuk mengantisipasi terjadinya penularan diperlukan adanya
kerjasama antara petugas kesehatan dengan pihak yang terkait yang
ada di rumah sakit.Hal ini bisa disesuaikan dengan teori perubahan
perilaku yang dikemukakan oleh Snehandu B. Kar. Penjabaran dari
teori Snehandu adalah sebagai berikut : 1. Behavior Intension (niat
seseorang).
Suatu pekerjaan akan mudah dijalani apabila ada niat dari
seseorang. Misalnya dalam penyelenggaraan standar keselamatan bagi
petugas di rumah sakit harus ada niat baik dari pihak menejemen
untuk membuat protap dan mengontrol tersenggaranya protap dengan
baik ditunjang dengan pelaksanaan oleh petugas kesehatan. 2. Sosial
support (dukungan sosial )
Harus ada dukungan dari pihak berwenang dalam hal ini pihak
menejemen terkait.
3. Acces Ebility of information
Layanan informasi yang jelas dan mudah didapat bila ada
pembaharuan serta ada kesulitan dalam pelaksanaan.
4. Personal Autonomi
Apabila memungkinkan sebaiknya menggunakan kemampuan
sendiri.
5. Action situation.
Situasi yang memungkinkan ini terkait dengan kemampuan yang
dimiliki.SASARAN DAN TUJUAN Dalam hal ini yang menjadi sasaran
penyuluhan adalah semua petugas rumah sakit, dari mulai dokter,
perawat, pembantu perawat, petugas gizi, petugas laboratorium tidak
terkecuali petugas kebersihan.
Tujuan yang ingin dicapai adalah apabila petugas kesehatan
mengetahui apa dan bagaimana cara penularannya serta bagaimana cara
menghindarinya dan cara penanganannya, maka petugas kesehatan akan
terhindar dari terpapar hiv/aids dan juga dapat memberikan rasa
aman kepada petugas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan
kepada individu dan masyarakat tanpa rasa khawatir tertular
hiv/aids. Dan bagi rumah sakit dapat menerima pasien dengan tangan
terbuka tanpa alasan yang tidak masuk akal karena pada dasarnya
penanganan hiv/aids sama dengan penaganan pasien yang lain yang
cara penularannya sama dengan hiv/aids.
Metode dan alat peraga Untuk menyampaikan semua ini penulis
menggunakan metode penyuluhan dan curah pendapat. Sedangkan alat
perga yang digunakan adalah media elektrolit, yaitu LCD. APA
HIV/AIDS
HIV/AIDS adalah suatu kumpulan gejala akibat menurunnya sistem
kekebalan tubuh yang disebabkan oleh infeksi virus HIV.PERJALANAN
INFEKSI HIV Perjalanan infeksi HIV ada 3 fase secara klinis 1. Fase
infeksi akut Setelah HIV menginfeksi target, terjadi proses
replikasi yang menimbulkangejala mirip sindroma flu. Fase ini
berlangsung 3-6 minggu. Gejala umum yaitu demam, faringitis,
limfadenopti, atralgia, mialgia, letargia,malaise, nyeri kepala,
mual, muntah, diare, anoreksia, penurunan berat badan.Pada fase
akut terjadi penurunan limfosit T kemudian terjadi kenaikan karena
terjadi respon imun.Jumlah limfosit T pada fase ini di atas 500
sel/mm3 dan kemudian akan mengalami penurunan setelah 6 minggu
terinfeksi HIV.
2.Fase infeksi laten
Pembentukan respon imun spesifik HIV dan terperangkapnya virus
dalam Sel Dendritik Folikuler di pusat germinativum kelenjar llimfe
menyebabkan virion dapat terkendali, gejala hilang dan mulain
memasuki fase laten. Fase ini berlangsung rerata sekitar 8-10 tahun
(dapat 3-13 tahun) setelah terinfeksi HIV. Pada tahun ke delapan
akan muncul gejala klinik yaitu demam, banyak berkeringat pada
malam hari, kehhilangan berat badan kurang dari 10%, diare, lesi
pada mukosa dan kulit berulang, penyakit infekasi kulit berulang.
Gejala ini merupakan tanda awal munculnya infeksi oportunistik.
3. Fase infeksi kronis
Pada fase ini dalam kelenjar limfe terus terjadi replikasi virus
yang diikuti kerusakan dan kematian Sel Dendritik Folikuler karena
banyaknya virus. Limfosit semakin tertekan karena intervensi HIV
yang semakin banyak. Terjadi penurunan jumlah limfosit hingga di
bawah 200 sel/mm3. Ini menyebabkan sistim imun menurun dan pasien
semakin rentan terhadap berbagai macam penyakit infeksi sekunder.
Perjalanan penyakit semakin progresif yang mendorong ke arah
AIDS.CARA PENULARAN
Cara penularan hiv/aids adalah adanya kontak dengan cairan tubuh
ODHA orang dengan hiv/aids, terutama cairan vagina, sperma, darah
ataupun produk darah. Dari cara penularannya, maka hal penting yang
harus dihindari untuk mencegah terjadinya penularan tentunya dengan
cara menghindari kontak dengan cairan tubuh tersebut di atas.
Adapun cairan tubuh bisa ditransmisikan melalui berbagai cara,
yaitu:
a. Transmisi melalui kontak seksual.b. Transmisi melalui darah
dan produk darah.
c. Transmisi secara vertikal dari ibu ke anak.
d. Potensi transmisi melalui cairan tubuh lain.
Untuk petugas kesehatan di rumah sakit yang perlu diwaspadai
adalah transmisi melalui darah dan produk darah serta cairan tubuh
lain, walaupun masih potensial. Hal ini disebabkan karena petugas
kesehatan dalam kegiatannya sehari-hari sangat berhubungan dengan
hal tersebut di atas. Oleh karena itu sangatlah penting bagi
petugas kesehatan mengadakan kewaspadaan universal. Setelah
mengetahui cara serta transmisi penularan hiv/aids, maka yang
penting bagi pekerja atau tenaga kesehatan adalah : - Menghindari
kontak langsung dengan cairan tubuh penderita. Mencuci tangan
sebelum dan sesudah melakukan tindakan. Dekontaminasi cairan tubuh
penderita. memelihara kebersihan tempat pelayanan kesehatan.
Membuang limbah secara benar. PROTOKOL KEWASPADAAN UNIVERSAL
1. Cuci tangan atau permukaan kulit secara rata untuk mencegah
kontaminasi tangan oleh kuman pada tangan dengan menggunakan air
bersih yang mengalir dan sabun sesudah nelakukan tindakan atau
perawatan.
2. Pemakaian alat pelindung sesuai dengan indikasi. Sebagai
contoh
a. Sarung tangan digunakan bila akan menjamah darah atau cairan
tubuh lain , menyentuh selaput mukosa dan kulit yang luka dari
setiap pasien. b. menangani benda dan peralatan yang terpapar darah
atau cairan
tubuh.
c. masker dan pelindung mata digunakan untuk mencegah pejanan
pada
mukosa mulut ddan hidung.
d. Jubah atau celemek dipakai tindakan yang dapat
menimbulkan
percikan atau tumpahan darah atau cairan tubuh. 3. Pemakaian
antiseptik dan disinfektan dengan benar sesuai aturan.
4. Pengelolaan khusus alat bekas pakai dan benda tajam dan
menghindari
resiko kecelakaan tusukan jarum suntik atau benda tajam lain
5. Dekontaminasi, pembersihan dansterilisasi/ disinfeksi.
6. Petugas yang mempunyai luka basah atau luka mengucurkan darah
harus menjauhi tugas perawatan langsung.
7.Pengelolaan limbah yang sesuai dengan kaidah kesehatan.
8.Instrumen dan linen yang diduga tercemar direndam dalam cairan
klorin 0,5% selama 10 menit sebelum dicuci biasa.
DEKONTAMINASI
Dekontaminasi adalah langkah pertama dalam menangani berbagai
peralatan yang telah digunakan oleh penderita. Bahan yang akan
digunakan adalah : - larutan klorin 0,5% - alat sterilisasi alat
dtt /obat dtt : alat rebus,glutaraldehid 2-4%, formaldehid 8%,
sabun deterjen, ember cuci, sarung tangan rumah tangga, apron
plastik dan masker kerja.PENGELOLAAN ALAT TAJAM DAN LIMBAH TERCEMAR
DARAH Benda tajam seperti jarum suntik, gunting, pisau operasi dan
sebagainya yang telah tercemar merupakan peralatan yang menjadi
penyebab utama penularan HIV melalui kecelakaan kerja, misalnya
tertusuk jarum. Oleh karena itu pengelolaan dan pembuangan alat
tajam harus dilakukan dengan aman, yaitu dengan menempatkan alat
tajam tersebut dalam wadah tahan tusukan dan tertutup baru kemudian
dibakar atau dikubur dalam lubang yang cukup dalam. Sedangkan untuk
limbah tercemar, seperti limbah padat tercemar, cairan tubuh,
spesimen laboratorium, jaringan tubuh harus ditempatkan dalam
kantong yang kedap air dan tidak bocor, kemudian dibakar atau
dikubur dengan kedalaman kurang lebih 2m dan sedikitnya berjarak
10m dari sumber air. Untuk limbah cair harus dibuang melalui sistem
pengolahan limbah cair atau dibuang ke dalam wc. KECELAKAAN KERJA
DAN TATALAKSANA PEJANAN DARAH Petugas kesehatan adalah aset penting
dalam memberikan pelayanan kesehatan, oleh karena itu keselamatan
petugas sangat penting dan kecelakaan kerja sedapat mungkin harus
dihindari. Apabila kecelakaan kerja harus terjadi , maka harus
dilakukan dokumentasi oleh atasan dan dilaporkan kepada unit
kesehatan kerja dan diberikan fasilitas konseling bagi petugas yang
mendapat kecelakaan kerja. Banyak sarana kesehatan yang mengabaikan
hal tersebut sehingga petugas kurang mendapat perhatian bahkan
sering tidak diberikan sama sekali. PENATALAKSANAANA.
Penatalaksanaan umum :
Istirahat, dukungan nutrisi yang memadai berbasis
makronutriendanmikronutrien untuk penderita HIV/AIDS, konseling
termasuk pendekatan psikologis dan psikososial, membiasakn gaya
hidup sehat. B. Penatalaksanaan Khusus : Pemberian antiretroviral
therapy (ART) kombinasi, terapi sekunder sesuai jenis infeksi yang
ditemukan, terapi malignansi.
BAB III
KESIMPULAN
Secara teoritis petugas kesehatan mempunyai resiko tertular
karena kemungkinan kontak dengan cairan tubuh dari pasien
terinfeksi HIV. Dalam rangka menghindarkan petugas kesehatan dari
terpapar HIV akibat kecelakaan kerja terkait dengan tertusuk jarum
yang telah dipakai pasien yang terinfeksi HIV semua petugas
kesehatan harus selalu waspada dan menghindari terjadinya
kecelakaan kerja dengan kewaspadaan universal. Disamping itu
kewaspadaan universal bisa menghindarkan penularan dari pasien ke
pasien terutama karena alat kesehatan yang tercemar dan tidak tidak
didisinfeksi secara baik dan melalui transfusi darah. Sarana
kesehatan juga harus lebih giat memberikan penyuluhan tentang
kewaspadaan universal kepada petugas kesehatan. Upaya menurunkan
resiko penularan HIV di rumah sakit adalah sebagai berikut :
1. Memahami dan selalu menerapkan kewaspadaan universal setiap
saat kepada semua pasien, di semua tempat pelayanan atau ruang
perawatan tanpa memandang status infeksi pasien.
2. Menghindari transfusi, suntikan, jahitan dan tindakan invasif
lain yang tidak perlu.
3. Mengupayakan ketersediaan sarana agar dapat selallu
mmenerapkan pengendalian infeksi secara standar, meskipun dalam
keterbatasan sumber daya.
4. Mematuhi kebijakan dan pedoman yang sesuai tentang penggunaan
bahan dan alat secara baik dan benar, pedoman pendidikan dan
pelatihan serta supervisi.5. Menilai dan menekan risiko melalui
pengawasan yang teratur di sarana pelayanan kesehatan.
KATA PENGANTAR Alhamdulillah saya ucapkan kepada Tuhan Yang Maha
Esa yang telah memberikan rahmat dan hidayah kepada saya agar
makalah ini bisa selesai. Semoga makalah yang berjudul
Penatalaksanaan Pasien Dengan HIV/AIDS yang membahas tentang
kewaspadaan universal mampu menghindarkan petugas kesehatan sebagai
komunitas pekerja terinfeksi HIV melalui kecelakaan kerja.
Dalam kesempatan ini saya mengucapkan terimakasih kepada dosen
pembimbing serta semua pihak yang telah membantu kelancaran
pembuatan makalah ini.
Saya menyadari sepenuhya bahwa dalam penulisan makalah ini masih
terdapat kekurangan, oleh karena itu kami mohon kritik dan saran
yang membangun demi perbaikan penulisan makalah selanjutnya.
Akhir kata semoga makalah ini berguna bagi kita semua, terutama
bagi petugas kesehatan yang melayani masyarakat.
Penulis
PROFIL
NAMA : Fridajanti TTL : Surabaya, 1 Maret 1968
AGAMA : Islam ALAMAT : Wonokusumo Wetan IV/12 Surabaya. STATUS :
Menikah dan telah dikaruniai 3 putri. PEKERJAAN : RS.Islam
Wonokromo Surabaya sejak th 1991 hingga Sekarang.
RIWAYAT PENDIDIKAN : Lulus SD th 1981
Lulus SMP th 1984
Lulus SMA th 1987 Lulus DIII Keperawatan th1991DAFTAR ISI
HalamanKata Pengantar
Daftar Isi
BAB I : Pendahuluan
...............................................................................
BAB II : Standar Keselamatan Perawatan Pasien
HIV/AIDS....................BAB III :
Kesimpulan..................................................................................Daftar
Pustaka
Profil
PAGE