Page 1
BAB I
PENDAHULUAN
I. 1. Latar Belakang
Karya sastra merupakan hasil pemikiran dan cerminan
budaya masyarakat di mana suatu karya berasal dengan
menggunakan bahasa sebagai medianya. Sebagai sebuah hasil
pemikiran, karya sastra tidak semata berisi hal-hal yang
imajinatif, tetapi juga mengandung unsur realita yang
berasal dari pengalaman atau pengamatan pengarang
terhadap masyarakat di sekitarnya. Hasil pengamatan
tersebut kemudian dituangkan ke dalam sebuah karya
melalui sebuah proses kreatif sehingga karya itu memuat
ciri-ciri suatu komunitas tertentu yang pada akhirnya
menjadikannya sebuah cerminan budaya.
Salah satu bentuk produk sastra yang paling populer
adalah novel. Bagi seorang pembaca yang cerdas, novel
bukan hanya sekedar fiksi tetapi juga merupakan cerminan
realitas sosial dari suatu masyarakat tertentu. Salah
satu dari relitas sosial tersebut adalah isu gender.
Banyak orang masih menafsirkan gender sebagai jenis
kelamin. Gender sama sekali tidak berhubungan dengan
Page 2
kondisi biologis tetapi lebih merupakan sebuah konsep
konstruksi sosial yang mendefinisikan peran serta
hubungan antara pria dan wanita dalam masyarakat. Selain
itu, ada juga anggapan bahwa ketidakadilan gender hanya
menimpa kaum wanita dan studinya berfokus pada mereka.
Pada kenyataanya, dalam beberapa komunitas, kaum pria
berada posisi inferior meskipun kuantitasnya jauh lebih
sedikit dibandingkan dengan kasus pada kaum wanita. Pada
akhirnya, kesetaraan gender tidak dimaksudkan sebagai
sebuah kondisi di mana wanita harus menyamai pria dalam
segala hal tetapi lebih pada sebuah kondisi di mana pria
dan wanita memiliki kesempatan yang sama untuk
berpartisipasi dalam konstruksi sosial masyarakat.
Salah satu wujud bias gender adalah stereotipe
terhadap kaum perempuan. Perempuan dianggap sebagai kaum
inferior dan diposisikan pada peran domestik dan
reproduksi. Mereka dipandang tidak mampu dan tidak layak
berpartisipasi dalam dunia publik dan produksi. Cap-cap
negatif pada perempuan yang umum diketahui antara lain
adalah perempuan suka digoda, tidak mandiri, emosional,
irasional, suka menyembunyikan perasaan, suka bersolek,
cerewet, boros, dan lain-lain. Selain itu, pandangan
masyarakat bahwa pria adalah pencari nafkah, membuat
Page 3
pekerjaan perempuan seringkali dianggap “tambahan” dan
oleh karena itu boleh dibayar dengan upah yang rendah.
Bahkan dalam suatu masyarakat tertentu dalam kurun waktu
terbatas, jenis pekerjaan yang bisa dilakukan perempuan
sangat sedikit dengan upah yang sangat rendah. Kondisi
kelas sosial serta gaya hidup masyarakat secara umum juga
berdampak besar terhadap perempuan.
The Lady of the Camellias adalah novel karya Alexandre
Dumas Jr yang di dalamnya mengandung isu gender. Novel
yang terbit pertama kali pada tahun 1848 ini berisi
tentang kisah cinta seorang wanita penghibur bernama
Marguerite Gautier dengan Arman Duval, seorang pria dari
keluarga terhormat
.
I.2 Batasan Masalah
Page 4
Mengingat ruang lingkup gender begitu luas, maka
penulis membatasi fokus analisis pada ranah stereotipe
terhadap kaum perempuan
I.3 Tujuan Penulisan
Tujuan yang hendak dicapai oleh penulis dalam
melakukan kajian ini adalah memahami stereotipe terhadap
wanita dalam novel The Lady of Camellias serta hubungannya
dengan kondisi masyarakat Paris pada pertengahan abad 19,
yaitu masa ketika novel ini ditulis
Page 5
BAB II
PEMBAHASAN
II.1 Ringkasan Cerita
Judul : The Lady of the Camellias
Tahun : 1848
Penulis : Alexandre Dumas Jr.
Penerbit : PT. Bentang Pustaka
Edisi : Cetakan I, Januari 2012
i. Tokoh Utama
- Marguerite Gautier
- Armand Duval
ii. Tokoh Pembantu
- ‘Aku’ (anonim) - Gaston
- Prudence - Comte de N.
- Wali Kota - Comte de G.
- Nanine - Julie Duprat
- Olympe
Page 6
Sinopsis:
Bagian Pertama
Pada 12 Maret 1847, ‘Aku’ melihat sebuah plakat
kuning yang berisi pengumuman bahwa akan diadakan lelang
furnitur dan benda-benda antik di Rue d’ Antin no. 9.
Pada tanggal 16, ‘Aku’ pergi ke Rue d’ Antin untuk
menghadiri lelang. Setibanya di tempat tersebut, ‘Aku’
menyadari bahwa pemilik dari rumah dan benda-benda
tersebut adalah seorang wanita penghibur, yakni
Marguerite Gautier. Di sana dia bergabung dengan
kerumunan orang-orang yang memperebutkan gaun-gaun dan
perhiasan. ‘Aku’ merasa prihatin mengingat Marguerite
meninggal di rumah itu dan sungguh ironis bahwa sekarang,
tepat di sebelah kamar di mana dia menghembuskan napas
terakhirnya, juru lelang dengan penuh semangat dan wajah
berseri-seri melelang barang-barangnya untuk melunasi
hutangnya yang menumpuk. Akhirnya juru lelang menyebutkan
benda yang menarik perhatian ‘Aku’. Sebuah buku berjudul
Manon Lescaut yang didapatkannya dengan harga sepuluh kali
lipat lebih mahal karena ada orang lain yang juga
menginginkannya. Pada halaman pertama buku tersebut
terdapat tulisan tangan yang berbunyi “Manon kepada
Marguerite. Kerendahan hati, Tertanda Armand Duval”. Dua hari
Page 7
kemudian pelelangan itu berakhir dengan menghasilkan
350.000 franc.
Beberapa hari kemudian, ‘Aku’ menerima kunjungan
Armand Duval, yang tampak sangat kalut dan galau serta
bercucuran air mata. Dia datang dengan maksud membeli
kembali buku Manon Lescaut. Armand menunjukkan sebuah surat
yang dituliskan Marguerite untuknya. ‘Aku’ yang merasa
iba pada Armand memberikan buku tersebut dan menolak
menerima uang ganti rugi. Armand berterima kasih dan
berjanji akan menceritakan kisahnya dengan Marguerite
setelah dia bisa mengatasi kesedihannya. Waktu berlalu
dan ‘Aku’ belum mendengar kabar lagi tentang Armand.
Pertemuannya dengan pemuda itu membuat ‘Aku’ menjadi agak
terobsesi dengan Marguerite. Dia telah berjumpa dengan
Marguerite, mengenal sosok dan reputasinya namun
pertemuannya dengan Armand ditambah surat yang dibacanya
membuat ‘Aku’ semakin takjub dan penasaran. Karena tidak
mendapat kabar yang ditunggu-tunggunya, Aku memutuskan
untuk mengunjungi makam Marguerite dan mendapati makam
itu ditutupi oleh bunga kamelia. Dari juru makam ‘Aku’
mengetahui bahwa hal tersebut diperintahkan Armand Duval.
Keesokan harinya ‘Aku’ menerima surat dari Armand yang
berisi pesan agar ‘Aku’ segera menemuinya. Akhirnya
Page 8
Armand menceriterakan kisahnya yang telah membuat ‘Aku’
sangat penasaran.
Bagian Kedua
Armand bertemu dengan Marguerite untuk pertama
kalinya di Opera Comique ketika diundang oleh seorang
teman untuk mengunjungi Marguerite di ruangan pribadinya.
Dalam pertemuan itu, Armand menjadi bahan tertawaan
Marguerite karena sikapnya yang kikuk serta tampak jelas
bahwa dia menyukai wanita itu. Dua minggu kemudian,
Armand mendengar kabar bahwa Marguerite menderita TBC dan
pergi ke Bagneres untuk memulihkan diri.
Di Bagneres, ada seorang gadis bangsawan anak Wali
Kota yang menderita stadium akhir TBC. Penampilannya
sangat mirip dengan Marguerite sehingga mereka seringkali
disangka bersaudara. Dia meninggal beberapa hari setelah
Marguerite tiba. Sang Wali Kota kemudian meminta
Marguerite menjadi anaknya, tetapi ketika mengetahui
latar belakang Marguerite dia terpukul namun Wali Kota
sudah terlanjur menganggap Marguritesebaga anaknya
sendiri sehingga dia menawarkan segala kompensasi yang
dibutuhkan Marguerite sebagai imbalan untuk meninggalkan
Page 9
kehidupan lamanya, dan Marguerite bersedia. Akan tetapi,
Marguerite, yang penyakitnya tertidur kembali, pulang ke
Paris dalam keadaan yang lebih cantik dari sebelumnya,
telah terbiasa dengan pesta mewah, kehidupan hura-hura,
dan dansa tidak bisa menahan diri dan akhirnya kembali ke
dalam kehidupan lamanya.
Dua tahun berlalu, Armand yang masih menyimpan
perasaan kepada Marguerite akhirnya mendapat kesempatan
bertemu lagi dengannya. Armand dan temannya, Gaston,
diundang oleh tetangga Marguerite, Prudence, untuk
berkunjung ke kediaman wanita itu. Akhirnya Armand
berhasil mengumpulkan keberanian untuk mengungkapkan
perasaan yang telah disimpannya selama tiga tahun.
Marguerite menerima Armand sebagai kekasih, membuat pria
itu merasakan sukacita yang luar biasa. Namun, Armand
tidak yakin bahwa Marguerite menyukainya sebesar ia
menyukai wanita itu.
Suatu malam, Armand datang menemui Marguerite namun
penjaga pintu berkata Marguerite belum pulang. Dia
berniat menunggu di seberang jalan gedung apartemen
Marguerite tetapi tak lama kemudian Monsieur Comte de G
datang dan tidak meninggalkan rumah itu hingga pukul 4
pagi. Dibakar rasa cemburu dan amarah, Armand pulang ke
Page 10
kediamannya dan menulis surat yang berisi kebenciannya
untuk Marguerite. Keesokan harinya, dia bertemu Prudence
dan percakapan yang berlangsung di antara mereka membuat
Armand menyadari kecerobohannya dan sangat menyesal telah
menulis surat yang demikian kejam. Dia segera menulis
surat untuk meminta maaf dan berharap Marguerite segera
membalas suratnya. Balasan yang ditunggu tidak kunjung
datang sehingga Armand memutuskan untuk meninggalkan
Paris. Sesaat sebelum keberangkatannya, Marguerite datang
menemuinya. Dia mengakui bahwa dia juga mencintai Armand,
namun tidak bisa meninggalkan kekasih-kekasihnya yang
lain karena dia sedang terlilit hutang dan Marguerite
tidak menginginkan uang Armand. Pada akhirnya, mereka
kembali bersama.
Ketika musim panas tiba, Marguerite meminta wali
kota menyewakan sebuah rumah di Bougival. Meskipun berada
di pedesaan yang jauh dari hingar bingar kota Paris,
Marguerite tidak bisa sepenuhnya melepaskan kebiasaan
lamanya. Setiap malam rumah itu dipenuhi suasana pesta
sehingga membuat Wali Kota geram dan meninggalkan rumah
itu. Hal tersebut memberi keuntungan bagi Armand karena
mereka tidak perlu lagi bersembunyi. Suatu hari Prudence
datang dengan berita bahwa Wali Kota bersedia memaafkan
Marguerite dan memenuhi semua kebutuhannya seperti dulu
Page 11
asalkan dia meninggalkan Armand, tetapi Marguerite
menolak tawaran tersebut.
Suatu hari Prudence datang meminjam kereta
Marguerite dan tidak mengembalikannya selama berhari-
hari. Marguerite berdalih kudanya sedang sakit dan kereta
sedang diperbaiki. Selendang yang dipinjam Prudence juga
tidak dikembalikan. Ketika Armand memeriksa laci
perhiasan Marguerite dia mendapati laci itu sudah kosong.
Akhirnya Armand menemui Prudence dan mendapati bahwa
kereta dan selendang-selendang Marguerite sudah dijual
sedangkan perhiasannya digadaikan untuk membayar hutang-
hutangnya. Prudence berkata bahwa Marguerite melarangnya
meminta uang pada Armand.
Beberapa minggu kemudian, pelayan Armand datang
membawa pesan bahwa ayah Armand ingin bertemu dengannya
di Paris. Monsieur Duval dengan tegas meminta anaknya
meninggalkan Marguerite, tetapi Armand menolak mentah-
mentah permintaan ayahnya. Dia kembali ke Bougival dan
menceritakan tentang pertemuan dengan ayahnya kepada
Marguerite. Marguerite, yang merasa tidak enak hati
karena Armand bertengkar dengan ayahnya, menyarankan
Armand kembali menemui ayahnya keesokan harinya. Armand
menuruti pesannya namun ketika dia tiba di hotel tempat
Page 12
ayahnya menginap, beliau sedang pergi tetapi meninggalkan
pesan agar Armand menunggu sampai dia kembali.
Sikap Monsieur Duval sangat berbeda ketika Armand
akhirnya berjumpa dengannya. Dia berkata bahwa sikapnya
sudah berlebihan dan dia merestui hubungan Armand dengan
Marguerite. Armand bergegas kembali ke Bougival untuk
menyampaikan kabar gembira tersebut tetapi setibanya di
sana pelayan memberi tahu bahwa Marguerite sudah pergi ke
Paris. Armand kemudian kembali lagi ke Paris dan mencari
Marguerite di apartemennya tetapi yang didapatinya
hanyalah sepucuk surat yang menyatakan bahwa Marguerite
kini mengakhiri hubungan mereka dan dia sudah menjadi
simpanan wanita lain.
Armand, kecewa oleh pengkhianatan Marguerite,
membalas dendam dengan menjadi kekasih seorang wanita
penghibur bernama Olympe. Mereka menghina dan membuat
malu Marguerite di stiap kesempatan sehingga Marguerite
tidak lagi menghadiri pesta dansa dan pertunjukan teater.
Teror terhadap Marguerite dilanjutkan dengan surat-surat
kaleng yang ditulis oleh Olympe atas dorongan Armand.
Oleh karena tidak tahan lagi terhadap sikap Armand,
akhirnya Marguerite pergi ke Inggris. Demikian halnya
dengan Armand, dai memutuskan untuk pergi berpesiar ke
Page 13
Timur dan ketika dia sedang ada di Iskandariyah, dia
menerima kabar bahwa Marguerite sedang sakit keras.
Bagian Ketiga
Armand memberikan surat yang diberikan oleh Julia
Duprat kepada ‘Aku’. Surat yang menyampaikan hal yang
sebenarnya terjadi.
Ketika Armand sedang berada di Paris, Monsieur Duval
datang menemuinya dan memohon agar Marguerite
meninggalkan Armand. Bukan hanya untuk menyelamatkan
status sosial dan karir Armand, tetapi juga adik
perempuannya yang terancam gagal menikah karena keluarga
calon suaminya mendengar tentang gaya hidup Armand.
Akhirnya dengan berurai air mata Marguerite bersedia
memenuhi permohonan Monsieur Duval dan berjanji membuat
Armand membencinya.
II.2 Riwayat Hidup Pengarang
Alexandre Dumas Jr. (1824 – 1895) adalah novelis
dan penulis drama kenamaan berkebangsaan Prancis adalah
anak haram dari penulis Alexandre Dumas dengan Mary-
Catherine Labay yang berprofesi sebagai penjahit. Pada
Page 14
tahun 1831, Dumas Jr. secara resmi diakui oleh ayahnya.
Dia kemudian dikirim ke sekolah asrama, di mana dia
selalu menjadi bahan ejekan oleh karena status anak haram
yang disandangnya. Setelah menyelesaikan studi di
Institusi Goubax dan Universitas Bourbon, Dumas Jr.
memutuskan untuk tidak melanjutkan pendidikan dan
berkonsentrasi menulis.
Pada awalnya, Dumas Jr. tidak begitu berhasil dalam
karirnya dan pada umur 21 tahun dia memiliki hutang yang
bertumpuk-tumpuk. Di tahun 1844, Alexandre Dumas berpisah
dengan istrinya sehingga Dumas Jr. pindah ke Saint-
Germain-en-Laye untuk tinggal bersama ayahnya. Di sana
dia bertemu Maria Duplessis, seorang wanita muda yang
berasal dari Nonant yang pada usia 16 tahun merupakan
salah satu wanita penghibur yang pali dicari. Duplessis
menjadi simpanan Dumas Jr, meskipun demikian cinta
sejatinya adalah seorang composer bernama Franz Liszt.
Duplessis meninggal dunia akibat tuberculosis pada tahun
1847 dan menginspirasi novel Dumas Jr., La Dame aux
Camellias (The Lady of Camellias), yang ditulisnya dalam
tempo hanya tiga minggu. Novel ini kemudian diangkat
menjadi drama dan baik drama maupun novelnya mengalami
Page 15
sukses besar sehingga Dumas Jr. mampu melunasi sebagian
hutangnya dan membantu ibunya.
Sebelum tahun 1852, Dumas Jr. menulis 12 novel dan
mulai membuat drama didaktik yang menunjukkan
ketidaksukaannya terhadap hubungan cinta yang tidak kuat.
Diane de Lys (1853) adalah drama berdasarkan hubungannya
dengan istri Duta Rusia untuk Prancis sedangkan A Prodigal
Father (1859) adalah interpretasi mengenai ayahnya,
Alexandre Dumas. Dia kemudian menjalin hubungan dengan
Nadeja Naryschkine, seorang wanita Rusia yang sudah
menikah. Nadeja melahirkan seorang puteri di tahun 1860
dan empat tahun kemudian mereka menikah. Pada 1894, Dumas
Jr. dirawat di Légion d'Honneur. Dia meninggal di Marly-
le-Roi pada 27 November 1895.
Dalam karya-karyanya, Dumas menggarisbawahi
pentingnya tujuan moral dalam literatur. Dalam karyanya
dia mengkritik masyarakat Prancis pada masa itu mengenai
pendapat mereka terhadap emansipasi wanita serta
pandangan mereka yang sempit mengenai perzinahan dan
prostitusi. Dalam dramanya, Dumas menulis kata pengantar
yang tajam untuk memperjelas maksud dari drama tersebut.
Karya-karyanya seperti La Dame aux Camellias dan The
Half-World (1885) mencerminkan pendapat pribadinya
Page 16
mengenai perzinahan dan pelacuran yang bertentangan
dengan pendapat umum masyarakat pada masa itu.
II.3 Stereotipe Terhadap Perempuan: Memisikinkan dan
Merugikan
Novel The Lady of The Camellias yang ditulis oleh
Alexandre Dumas Jr. terinsipirasi dari kisah nyata, yakni
hubungan antara Agenor de Gramont (1819 – 1890), Duke of
Guiche yang menjabat sebagai Menteri Luar Negeri ketika
Napoleon III berkuasa, dengan seorang wanita penghibur
bernama Marie Duplessis. Paman Agenor meminta Duplessis
untuk mengakhiri hubungan tersebut. Agenor dibawa ke
London oleh keluarganya dan di sana dia melupakan Marie.
Marie sendiri kemudian menikah dengan Count Edouard de
Perregaux dan meninggal akibat tuberculosis pada tahun
1847. Dumas sendiri pernah menjalin hubungan dengan
Marie, yang pada usianya yang ke-20, berada pada puncak
kelas sosial oleh karena posisinya sebagai wanita
penghibur kalangan atas. Pada akhirnya, Dumas Jr. harus
meninggalkannya dengan pertimbangan bahwa dia tidak
sanggup memenuhi kebutuhan gaya hidup Marie yang serba
mewah.
Page 17
Revolusi industri yang berlangsung di Inggris,
negara tetangga mereka, di abad ke 19 juga mempengaruhi
masyarakat Paris. Industrialisasi di satu sisi
meningkatkan taraf hidup masyarakat tetapi juga
memperlebar jurang antara si miskin dan si kaya.
Industrialisasi juga menciptakan masyarakat kapitalis dan
komersialis.
Masyarakat Paris pada saat itu adalah masyarakat
ekhibisionis. Masyarakat kelas menengah ke atas, atau
yang biasa disebut kaum Bourgeoisie menjadikan taman,
restoran, dan kafe sebagai ajang memamerkan diri. Untuk
benar-benar diakui sebagai masyarakat kelas menengah,
seseorang harus memiliki paling tidak satu pelayan serta
perawat dan pengasuh untuk anak-anak. Kalangan atas, yang
merupakan keluarga aristokrat, bercampur dengan orang
kaya baru sehingga melahirkan golongan kelas atas modern.
Kehidupan kaum aristokrat dijadikan sebagai gaya hidup
ideal oleh kaum bourgeoisie. Opera, pertunjukan balet,
konser, serta pesta dansa adalah ajang untuk memamerkan
kekayaan mereka. Cara lain untuk memamerkan kekayaan
adalah dengan memiliki kereta mewah, hanya membeli bahan
makanan berkualitas, serta mengisi rumah merekadengan
perabot mahal. Wanita-wanita kaum aristokrat dan
bourgeoisie saat itu lebih merupakan properti bagi para
Page 18
suami untuk dipamerkan. Mereka memiliki pilihan untuk
tidak bekerja dan memiliki lebih banyak waktu untuk
bersosialisasi. Pesta, teater, dan fashion menjadi begian
yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari.
Masyarakat kelas bawah merupakan golongan masyarakat
yang terkena dampak buruk industrialisasi. Pekerjaan-
pekerjaan manual telah digantikan dengan mesin. Tidak
banyak pekerjaan yang tersisa, terutama untuk perempuan.
Pilihan mereka terbatas antara menjadi pelayan, tukang
cuci, atau pengasuh. Namun bagi wanita yang tidak
memiliki keterampilan atau kesempatan mendapatkan
pekerjaan, mereka bertahan dengan menjadi wanita
penghibur. Hal itu mendatangkan lebih banyak uang
dibandingkan menjadi pelayan, terutama jika memiliki
tampang di atas rata-rata.
Marguerite Gautier, tokoh utama dalam novel,
memiliki gambaran yang mirip dengan Marie Duplessis. Pada
usia yang sama dan dengan cara yang sama, Marguerite juga
berhasil masuk ke dalam lingkungan pergaulan masyarakat
kelas atas di Paris. Marguerite adalah anak yatim piatu
yang berasal dari pedesaan. Satu-satunya keluarga yang
dimilikinya adalah seorang saudara perempuan. Tanpa latar
belakang pendidikan dan tidak memiliki harta dan koneksi,
Page 19
Marguerite mengambil jalan pintas dan menjadi wanita
penghibur. Dia dikejar oleh banyak pria dan telah
membuat beberapa di antaranya bangkrut.
Sebagai seorang wanita penghibur, Marguerite di mata
laki-laki hidung belang yang mengejarnya dianggap sebagai
sebuah properti. Mereka menganggap Marguerite hanya
menginginkan kehidupan mewah dan harta.
“Aku capek menemui orang –orang yang selalu
menginginkan hal yang sama yang membayarku untuk
itu, lantas berpikir urusan mereka denganku sudah
selesai. Andai saja gadis-gadis yang ingin memasuki
bisnis ini tahu sebenarnya yang akan mereka hadapi
mereka, akan langsung memilih menjadi pelayan” hal.
131
Stereotipe yang dilekatkan pada wanita, terutama
wanita seperti Marguerite, juga menjadi penyebab
berakhirnya hubungannya dengan Armand Duval. Wanita
penghibur pada masa-masa kejayaan mereka dikelilingi oleh
teman dan lelaki yang mengingingkan mereka, tetapi
masayarakat mencemooh di belakang mereka.
“Kami ditakuti seolah-olah kami ini binatang buas,
dicemooh seperti sampah oleh masyarakat, dikelilingi
Page 20
oleh orang-orang yang menuntut lebih banyak
ketimbang yang mereka berikan” hal 131
Begitu pesona mereka mulai memudar atau ketika
akhirnya mereka jatuh cinta pada seorang pria dan berniat
meninggalkan kehidupan lama mereka, mereka tetap tidak
diterima dan dianggap sebagai penyakit yang harus
disingkirkan. Bahkan orang-orang yang tampaknya tidak ada
hubungan sama sekali dengan Marguerite mempermasalahkan
masa lalunya. Keluarga calon suami adik Armand berniat
membatalkan pernikahan jika keluarga pengantin perempuan
memiliki sangkut paut dengan wanita penghibur. Bagi
masyarakat Paris abad 19, wanita dengan reputasi buruk
dapat medatangkan bencana bagi keluaga bourgeoisie. Wanita
seperti itu harus disingkirkan dari tengah-tengah
masyarakat karena merupakan sumber infeksi yang dapat
menjangkiti orang di sekitarnya.
Armand Duval sendiri adalah seorang pemuda dari
keluarga terhormat yang tergila-gila pada Marguerite. Dia
menyimpan gelar serta pendidikannya di kantong dan hidup
dengan uang saku dari ayahnya.
Page 21
“Kamarku terlalu sempit untuk menampung
kebahagiaanku. Aku memerlukan alam semesta untuk
mengungkapkan rasaku.” hal 126
Pada akhirnya, prasangka Armand terhadap Marguerite
yang diakibatkan oleh label-label negatif yang melekat
padanya mengakhiri hubungan mereka. Armand tidak mencari
kebenaran yang sesungguhnya tentang Marguerite dan
mempercayai apa yang dibaca serta dilihatnya. Dia percaya
bahwa wanita seperti Marguerite hanya menginginkan harta
dan kesenangan.
Stereotipe terhadap kaum perempuan dalam novel The
Lady of the Camellias tidak hanya mempengaruhi kehidupan tokoh
wanita tetapi juga membentuk persepsi tokoh pria mengenai
tokoh wanita. Berbagai prasangka tokoh pria terhadap
tokoh wanita mengkonstruksi novel dan membawa pembaca
pada akhir kisah yang tragis. Marguerite meninggal dunia
akibat penyakit parah, jatuh miskin dan ditinggalkan
kekasih serta teman-temannya.
Penulis menutup kajian ini dengan kutipan dari
Alexandre Dumas Jr. mengenai Marguerite Gautier:
“Aku tidak menarik kesimpulan dari cerita ini bahwa
semua perempuan seperti Marguerite mampu melakukan
Page 22
seperti yang telah dia lakukan—jauh dari itu; tetapi
aku telah menemukan bahwa salah seorang dari mereka
mengalami cinta yang serius dalam perjalanan
hidupnya, bahwa dia menderita demi cinta itu, dan
meninggal karenanya. Aku telah menceritakan segala
yang kutahu kepada pembaca. Itu adalah kewajibanku”.
Bab III
PENUTUP
III.1 Kesimpulan
Isu gender akan selalu hadir dalam masyarakat mana
pun selama terjadi interaksi sosial antara laki-laki dan
perempuan. Dalam novel The Lady of Camellias, ketidakadilan
akibat pelabelan negatif dialami oleh tokoh wanita utama,
Marguerite Gautier. Masyarakat Paris yang sadar kelas
memupuk stereotipe mengenai wanita penghibur dan
menganggap semua perempuan yang berprofesi penghibur sama
saja; tukang pesta, gila harta, dan tidak punya perasaan.
Stereotipe terhadap tokoh wanita dalam novel The Lady
of Camellias merupakan hasil dari konstruksi sosial-budaya
masyarakat Paris abad ke 19 yang sangat subjektif
Page 23
sehingga akhirnya membatasi, menyulitkan, merugikan, dan
memiskinkan perempuan. Pada keadaan tertentu, perzinahan
yang dilakukan oleh seorang pria dapat diampuni,
sedangkan jika melibatkan wanita, dia akan selalu
dianggap salah, walau sebenarnya dia adalah korban dari
sebuah situasi yang tidak menguntungkan.
Meskipun ditulis hampir dua abad yang lalu, isu
mengenai stereotipe terhadap perempuan masih bisa kita
temui di masyarakat sekitar kita di jaman modern ini.
Stereotipe ini diwariskan secara turun-temurun dan secara
tidak sadar dilestarikan dalam masyarakat. Cara berpikir
sebagian kaum wanita dan sebagian kaum pria oleh
terdoktrin oleh budaya yang menempatkan laki-laki pada
posisi yang superior dan perempuan pada posisi inferior.
III.2 Saran-Saran
Akibat buruk akibat stereotipe negatif sebagai
sebuah hasil konstruksi sosial seharusnya bisa dengan
syarat baik wanita maupun pria sama-sama memiliki
kesadaran bahwa masing-masing memiliki peran dalam
membangun masyarakat yang ideal bagi semua pihak. Kondisi
yang demikian bisa dicapai jika masyarakat mengerti apa
gender itu sesungguhnya. Oleh karena studi gender
termasuk bidang kajian yang baru, penulis menyarankan
Page 24
agar dilakukan upaya-upaya untuk mengenalkan bidang
kajian ini kepada masyarakat umum. Sebagai langkah awal,
penulis menyarankan agar Jurusan Sastra Inggris
memberikan perhatian untuk mata kuliah “Gender dalam
Sastra”.
Daftar Pustaka
Page 25
Abbas. 2011. Jender Dalam Sastra. Makassar:
Universitas Hasanuddin.
Dumas Jr, Alexandre. 2012. The Lady of the
Camellias. Jakarta: PT Bentang Pustaka.
http://library.brown.edu/cds/paris
http://www.slideshare.net/laur91/social-classes-
of-19th-century-france-285996
http://www.theatrehistory.com/french/dumasfils001.
html
http://www.britannica.com/EBchecked/topic/173436/A
lexandre-Dumas-fils/173436suppinfo/
Supplemental-Information