FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDAUNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANAJl.
Terusan Arjuna No 6, Kebon Jeruk. Jakarta Barat
KEPANITERAAN KLINIKSTATUS ILMU JIWAFAKULTAS KEDOKTERAN
UKRIDAHari/ Tanggal Ujian/ Presentasi Kasus: SMF ILMU JIWARUMAH
SAKIT JIWA PROVINSI JAWA BARAT
Nama: Yossie FirmansyahTanda tanganNIM: 11.2013.155Dr.
Pembimbing: dr. Lidya Esther Nurcahaya, SpKJ
NOMOR REKAM MEDIS: 022791Nama pasien: Ny. SFNama dokter yang
merawat : dr. Ia Masuk RS pada tanggal : 14 Agustus 2014 di Ruang
Gelatik.Rujukan / datang sendiri / keluarga : Diantar oleh keluarga
pasien
I. IDENTITAS PASIENNama (inisial): Ny, SFUmur: 49 tahunJenis
kelamin: PerempuanSuku bangsa: SundaAgama: IslamPendidikan:
SMPPekerjaan: tidak bekerja (saat ini)Status perkawinan: Menikah
sejak 1992 dan memiliki 3 anak.Alamat: Kp Cijerah RT 001/003 Tani
Mulya NgamprahII. RIWAYAT PSIKIATRIKAutoanamnesis : 21Agustus 2014
jam 13.00Alloanamnesis : 24 Agustus 2014 jam 20.00A. Keluhan
UtamaPasien mengamuk sampai memukul anggota keluarga dan merusak
alat rumah tangga.
B. Riwayat Gangguan SekarangPada tahun kedua pengobatan (2006)
atau sekitar delapan tahun yang lalu, keluarga pasien mengatakan
gejala penyakit pasien semakin memberat. Pasien terlihat lebih
sering melamun (autistik), menyendiri dan tidak lagi melakukan
pekerjaan sehari-hari seperti memasak dan mencuci baju (hipoaktif,
gangguan fungsi). Pasien juga mengatakan bahwa ia semakin sering
mendengar suara komentar tetangganya (halusinasi auditorik)
sehingga tidurnya tidak nyenyak. Satu tahun kemudian (2007), pasien
dibawa kembali ke RSJ oleh keluarganya karena pasien mulai terlihat
berbicara sendiri (autistik). Keluarga mengatakan bahwa pasien
bercerita kepada mereka dirinya tersiksa karena apa yang dia
pikirkan seperti telah diketahui oleh orang lain (thought
broadcasting). Keluarga juga mengatakan bahwa pasien sering tidak
bisa tidur, terlihat lemas tidak bergairah dan tidak dapat
melakukan aktivitas sehari-hari (depresi berat). Namun, pasien
tetap hanya berobat jalan karena pasien tidak bersedia dirawat.
Selama setahun berobat jalan (2008), gejala sakit pasien berkurang.
Pasien kembali beraktivitas seperti biasa dan aktif mengikuti
arisan, belajar mengaji dan lainnya. Pasien merasa dirinya sudah
sembuh dan tidak lagi minum obat serta kontrol. Akhirnya, dua tahun
kemudian (2010), pasien kembali ke RSJ Provinsi Jawa Barat dengan
keluhan mendengar suara orang yang mengajak dirinya ngobrol
(halusinasi auditorik). Pasien juga tetap hanya berobat jalan.Dua
tahun kemudian (2012), pasien baru kembali kontrol dibawa oleh
keluarga karena pasien menjadi sangat cepat marah (irritabel).
Pasien mengakui dirinya cepat marah karena mendengar suara bisikan
yang sangat mengganggu (halusinasi auditorik). Pasien juga mengakui
dirinya trauma minum obat karena setelah minum obat bicaranya
menjadi pelo dan tangan terasa kaku. Satu tahun berikutnya (2013),
pasien kontrol kembali dan mengatakan bahwa suara bisikan sudah
berkurang, marah-marah sudah berkurang, dan tidur cukup. Namun,
pasien merasa khawatir dan cemas adanya penolakan dari tetangga
karena sikapnya sehingga dia takut keluar rumah (fobia sosial).
Pada kontrol berikutnya, pasien terlambat selama 9 bulan dan
keluarga pasien mengatakan pasien sering ngamuk dan mulai merusak
alat rumah tangga (agresivitas motorik). Pasien berbicara dan
tertawa sendiri (autistik), kadang berteriak marah- marah tanpa
sebab yang jelas bahkan sampai memukul anggota keluarga (anak dan
suami) (agresivitas motorik). Pasien tetap tidak setuju dirawat dan
hanya berobat jalan.Satu bulan SMRS (2014), pasien mengaku dia
sering mendengar suara bisikan keras yang mengomentari apa yang dia
lakukan, dia merasa tidak mempunyai rahasia lagi karena orang lain
tahu apa yang dia pikirkan (halusinasi auditorik, thought
broadcasting) sehingga dia sering marah-marah (irritabel), mudah
tersinggung (emosi labil, sensitif), dan sulit tidur (insomnia),
sampai merusak alat rumah tangga bahkan memukul anggota keluarga
(agresivitas motorik). Menurut keluarga, pasien semakin sering
bicara dan tertawa sendiri (autistik), sering mondar-mandir
(hiperaktivitas) dan sempat mengatakan ingin mati (suicide verbal)
sehingga pasien dibawa secara paksa ke RSJ Propinsi Jawa Barat
untuk dirawat.
C. Riwayat Gangguan Sebelumnya1. Gangguan PsikiatrikKurang lebih
10 tahun yang lalu (2004), pasien mulai menunjukkan gejala sakit.
Pasien selama 6 bulan tidak bergaul dengan orang lain karena merasa
minder dengan keadaan ekonomi keluarganya (negativistik). Sebelum
sakit, pasien adalah pribadi yang mudah bergaul dan terbuka.
Menurut pengakuan pasien dan keluarga, pasien mempunyai seorang
teman dekat yang merupakan tetangganya. Pasien selalu menceritakan
segala masalah keluarga ke teman dekatnya itu. Namun, teman
dekatnya yang dia percaya malah menceritakan rahasia tersebut ke
tetangga lainnya. Sejak saat itu, pasien merasa bersalah (depresi
sedang) dan semakin minder serta malu bertemu dengan tetangga
lainnya (fobia sosial). Pasien mulai menjadi pendiam, sering
melamun dan penuh rasa curiga. Satu bulan berikutnya, pasien
menjadi mudah tersinggung dan gampang marah (emosi labil,
irritabel). Akhirnya keluarga membawa pasien untuk berobat ke RSJ
Provinsi Jawa Barat dan pasien hanya berobat jalan.Setelah mendapat
pengobatan selama satu bulan, pasien mulai menunjukkan gejala
perbaikan, pasien mulai bersosialisasi dengan tetangga lain. Pada
tahun pertama pengobatan (2005), pasien mulai mengeluh mendengar
suara-suara bisikan yang negatif yang mengomentari dirinya
(halusinasi auditorik), pasien merasa sangat gelisah setiap kali
suara tersebut muncul sehingga semakin sering marah-marah. Namun,
kegiatan sehari-hari seperti memasak dan mencuci masih dapat
dilakukan. Pasien juga tidak mengalami gangguan makan dan tidur.
Pasien meneruskan rawat jalan.2. Riwayat Gangguan MedikDarah
tinggi, kencing manis, penyakit kuning, riwayat trauma maupun
kecelakaan, riwayat gangguan kesadaran, riwayat kejang, dan riwayat
opname di rumah sakit disangkal.3. Riwayat Penggunaan Zat
PsikoaktifRiwayat penggunaan obat-obatan terlarang, riwayat
konsumsi alkohol disangkal.4. Riwayat Gangguan Sebelumnya
(grafik)
Keterangan: Pada tahun 2004 pasien mulai menunjukkan gejala
seperti sering melamun, berbicara sendiri (autistic). Lebih senang
untuk menyendiri, mendengar suara bisikan-bisikan (halusinasi
auditorik).Hampir setiap tahun pasien mengalami kekambuhan karena
sering putus obat. Pasien mengatakan bahwa
D. Riwayat Kehidupan Pribadi1. Riwayat Perkembangan FisikPasien
dilahirkan secara normal di rumah bersalin dan ditolong oleh bidan.
Pasien dilahirkan cukup bulan dalam kondisi baik dan sehat, tidak
terdapat cacat maupun trauma lahir. Pasien merupakan anak kandung
ketiga dari tiga bersaudara. Pasien tidak memiliki kesulitan dalam
berbicara, berhitung, dan bergerak sejak dahulu. Pasien juga tumbuh
dan berkembang sesuai dengan anak-anak seusianya. Pasien juga tidak
pernah mengalami kejang, kecelakaan, operasi, maupun dirawat di
rumah sakit atas indikasi tertentu.2. Riwayat Perkembangan
Kepribadiana. Masa anakPasien merupakan anak yang aktif dan
mempunyai cukup banyak teman saat masih duduk di bangku sekolah.
Hubungan pasien dengan keluarga baik dan tidak terdapat gangguan
pada kemampuan berkomunikasi dan berinteraksi dengan lingkungan
sekitar. Pertumbuhan psikomotor, kognitif dan moral pasien sesuai
dengan usianya. Pasien tidak pernah sakit serius, tidak ada riwayat
kejang, trauma maupun operasi.b. Masa remaja Pada saat usia remaja,
pasien mempunyai banyak teman di sekolah. Pasien merupakan pribadi
yang terbuka Pasien pernah berpacaran satu kali ketiga duduk di
bangku SLTP kelas dua. Setelah tamat SLTP, pasien hanya bekerja
membantu ibu di rumah.c. Masa dewasa Pasien setelah menikah tinggal
bersama suami di rumah kontrakan di perumahan Tani mulya. Suaminya
bekerja sebagai seorang supir. Dua tahun setelah menikah, pasien
melahirkan sepasang anak kembar laki-laki. Empat tahun kemudian,
pasien melahirkan lagi seorang anak laki-laki. Sebelum sakit,
pasien merupakan pribadi yang terbuka dan mudah bergaul. Pasien
juga bekerja sebagai karyawan di konveksi selama lima tahun. Satu
bulan SMRS, pasien mengundurkan diri. Ketika gejala sakit mulai
muncul dan sering kambuh, pasien menjadi tidak mau bergaul dengan
orang lain, curiga, mudah tersinggung, marah-marah bahkan sampai
melakukan tindakan yang agresif.E. Riwayat PendidikanPasien
memasuki sekolah dasar pada umur 6 tahun. Kemudian melanjutkan SLTP
selama 3 tahun. Setelah tamaat SLTP, pasien tidak melanjutkan ke
jenjang yang lebih tinggi karena masalah biaya. Selama di sekolah
pasien dapat mengikuti pelajaran dengan baik dan tidak pernah
tinggal kelas.
F. Riwayat PekerjaanSetelah pasien menyelesaikan pendidikannya,
pasien hanya membantu orang tua di rumah. Lima tahun kemudian (20
tahun), pasien bekerja sebagai karyawan perusahaan konveksi selama
lima tahun. Pasien kemudian berhenti bekerja selama enam bulan dan
kemudian kembali bekerja lagi sebagai pembantu rumah tangga satu
tahun di mana dia bertemu dengan suaminya saat ini. Tidak lama
kemudian, mereka menikah.
G. Kehidupan BeragamaPasien beragama Islam. Sebelum mengalami
gangguan, pasien rajin beribadah dan mengaji. Namun sejak mulai
mengalami gangguan, pasien mulai jarang beribadah.
H. Kehidupan sosial dan PerkawinanSetelah menikah, pasien
tinggal dengan suami dan tiga orang anak laki-laki di rumah
kontrakan. Hubungan pasien dengan suami dan anak-anak dekat.
Keluarga selalu mendukung untuk kesembuhan pasien. Pasien memiliki
hubungan yang baik dengan tetangganya dimana tetangganya merupakan
tempat untuk bercerita segala masalahnya. Sayangnya, tetangga yang
dipercayainya malah tidak bisa menjaga rahasia sehingga cerita
pasien diketahui oleh semua warga di perumahan tempat tinggalnya.
Pasien menjadi sangat membenci tetangganya dan tidak lagi bercerita
tentang masalahnya, komunikasi tetap berjalan tapi hanya kalau ada
kepentingan saja. Sejak saat itu, pasien mulai sakit dan sering
curiga dengan tetangga-tetangga lainnya. Pasien menjadi tidak mau
bergaul dengan tetangga lainnya dimana ketika tetangga
mengunjunginya, dia malah mengunci pintu.
I. Riwayat keluarga
Keterangan: Pasien merupakan anak ketiga dari tiga bersaudara.
Pasien sudah menikah dan tinggal bersama ketiga orang anak
laki-laki. Ayah dan ibu pasien sudah meninggal dan diketahui ibu
pasien memiliki gejala penyakit yang sama dengan pasien (faktor
herediter).J. Situasi Kehidupan Sosial SekarangPasien tinggal
bersama suami dan ketiga orang anak laki-lakinya. Kondisi sosial
ekonomi keluarga cukup, dimana saat ini keluarga yang mencari
nafkah adalah suami, anak pertama dan anak kedua. Interaksi
keluarga dengan pasien agak terganggu karena pasien suka
marah-marah, merusak alat rumah tangga dan bahkan sampai memukul
suami dan anaknya.
III. STATUS MENTALDidapatkan dari autoanamnesis pada tanggal 21
Agustus 2014 pukul 13.00 di ruang Merpati, RSJ Provinsi Jawa Barat.
A. Deskripsi Umum1. Penampilan
Seorang wanita berusia 49 tahun dengan penampilan fisik sesuai
usianya. Pasien berambut hitam lurus sebahu, berkulit sawo matang,
berpakaian seragam RSJ provinsi Jawa Barat berwarna orange. Cara
berpakaian biasa, tidak terbalik dan tidak terlihat berantakan.
Raut muka pasien agak murung.2. KesadaranKesadaran neurologis:
Compos mentisKesadaran Psikiatrik : Tampak terganggu.3. Perilaku
dan Aktivitas PsikomotorSebelum wawancara: pasien terlihat sedang
duduk di lantai bersama dengan pasien lainnya. Selama wawancara:
Pasien duduk tenang, kontak mata baik, pasien menjawab pertanyaan
yang diberikan, suara agak pelan.Sesudah wawancara: Pasien tetap
duduk di lantai dan kembali ngobrol bersama pasien lainnya.4. Sikap
terhadap PemeriksaPasien bersikap kooperatif dalam menjawab setiap
pertanyaan, namun terlihat sedikit curiga.5. Pembicaraana. Cara
Berbicara : Pasien berbicara dengan spontan, agak ragu-ragu,
relevan, kosa kata baik,volume suara agak pelan. b. Gangguan
Berbicara : tidak terdapat gangguan bicara.
B. Alam Perasaan1. Suasana perasaan (Mood): depresif, hipotimia,
agak putus asa (pasien mengatakan sedih dibawa ke RSJ, sikap dengan
tetangga seperlunya saja, rasa kesal ke keluarga dan tetangga masih
ada). Secara objektif terlihat dari sikap murung pasien.2. Afek
Ekspresi Afektifa. Arus : dalam batas normalb. Stabilitas: Stabilc.
Kedalaman: dangkal, respon emosi sedikit saja.d. Skala
Diferensiasi: Menyempit, respon emosi terbatase. Keserasian: Serasi
f. Pengendalian Impuls: Baik, tidak iritabelg. Ekspresi: Tumpul,
irama suara monoton, bahasa tubuh terbatas.h. Dramatisasi : Tidak
adai. Empati: Sulit untuk dinilai
C. Gangguan Persepsi1. Halusinasi: halusinasi auditorik
(mendengar suara bisikan tetangga yang mengatai dirinya dan
mengajak berbicara).2. Ilusi: Tidak ada.3. Depersonalisasi: Tidak
ada4. Derealisasi: Tidak ada
D. Sensorium dan Kognitif (Fungsi Intelektual)1. Taraf
Pendidikan:SLTP2. Pengetahuan Umum:cukup3. Kecerdasan:Rata-rata
(sesuai dengan tingkat pendidikan)4. Konsentrasi:Baik (pasien dapat
memusatkan perhatiannya kepada pertanyaan pemeriksa tanpa
terdistraksi oleh keadaan sekitar).5. Perhatian : Baik6.
OrientasiOrientasi waktu:Baik (mengetahui tanggal dan bulan pada
hari wawancara)Orientasi tempat:Baik (mengetahui keberadaan di
rumah sakit jiwa) Orientasi personal:Baik (mengetahui anggota
keluarga, mengetahui perawat dan sedang diwawancarai dokter
muda).Orientasi situasi:Baik, pasien tahu bahwa dirinya sedang
diwawancarai dan menyesuaikan diri dengan kegiatan di RSJ.7. Daya
Ingat Jangka Panjang:Kurang baik (pasien tidak mengingat dengan
jelas kapan pertama kali sakit).Jangka Pendek:Baik (pasien
menyebutkan menu sarapan tadi pagi.)Segera:Baik (pasien dapat
segera mengingat istilah yang dokter muda beritahu, dapat mengingat
nama dokter muda).8. Pikiran Abstrak:Baik (mengetahui arti dari
peribahasa besar pasak daripada tiang, dapat mengetahui perbedaan
dan perbedaan buah melon dan semangka).9. Visuospasial:Baik (pasien
dapat menggambarkan jam dengan benar)10. Bakat kreatif:tidak
terlihat11. Kemampuan Menolong Diri : Baik (pasien mampu mengurus
dirinya sendiri seperti mandi, makan, berpakaian sendiri).E. Proses
Pikir1. Arus Pikira. Produktivitas : pasien berpikir secara
spontan, terbatas dimana menjawab seperlunya bila ditanyab.
Kontinuitas Pikiran : koherenc. Hendaya Berbahasa: Tidak ada2. Isi
Pikira. Preokupasi: Tidak ada.b. Waham: waham paranoid waham
dikendalikan thought broadcasting ( merasa bahwa apa yang dia
pikirkan telah diketahui oleh orang lain). c. Obsesi: Tidak adad.
Fobia: Fobia sosial dimana pasien takut keluar rumah karena takut
dipermalukan di depan umum, takut untuk berbicara ke orang lain. e.
Gagasan Rujukan : Tidak ditemukan.f. Gagasan Pengaruh: Tidak
ditemukan.
3. Pengendalian ImpulsBaik, selama wawancara pasien dapat
berlaku dengan tenang dan tidak menunjukkan gejala yang agresif.
Namun, berdasarkan pengakuan dari pasien dan keluarga, bila sedang
mengamuk dan marah pasien dapat memecahkan gelas.
4. Daya Nilai1. Daya Nilai Sosial: Baik (menyatakan bahwa saling
bermusuhan tidak baik dan sudah memafaakan tetangganya walaupun
masih ada rasa kesal, menyatakan memecahkan gelas itu tidak baik
walaupun sedang emosi).2. Uji Daya Nilai: Baik (mengatakan akan
menyelamatkan keluarganya dan surat berharga apabila terjadi
kebakaran rumah).3. Daya Nilai Realita: tidak terganggu.5.
TilikanDerajat 5 ( pasien menyadari penyakitnya dan faktor-faktor
yang berhubungan dengan penyakitnya namun tidak menerapkan dalam
perilaku praktisnya).
6. RealibilitasBaik. Hal-hal yang diceritakan pasien mengenai
gejalanya (waham dan halusinasi) dapat dilihat dari isi pembicaraan
pasien, bukan merupakan gejala buatan pasien saja. Pasien dapat
dipercaya dan tidak berpura-pura.
IV. STATUS FISIKA. Status Internus1. Keadaan Umum: Baik2.
Kesadaran: Compos mentis3. Tekanan Darah: 100/80 mmHg4. Nadi: 80
x/menit5. Suhu: 36,0C6. Pernafasan: 20 x/menit7. Bentuk tubuh:
atletikus8. Sistem kardiovaskular: BJ I-BJ II reguler, murmur (-),
gallop (-)9. Sistem respiratorius: Suara nafas vesikuler, ronkhi
(-/-), wheezing (-/ -),10. Sistem gastro-intestinal: Nyeri tekan
(-), Bising usus (+) normal11. Sistem muskulo-skeletal: Deformitas
(-), simetris, eutropi12. Sistem urogenital: dalam batas normal.13.
Sistem dermatologis: dalam batas normal.
B. Status Neurologis1. Saraf kranial (I-XII): dalam batas
normal.2. Gejala rangsang meningeal: 3. Mata: konjungtiva anemis
(-/-) sklera ikterik (-/-)4. Pupil: isokor, nistagmus (-/-)5.
Ofthalmoscopy: tidak dilakukan6. Motorik: normotoni, atrofi (-),
hipertrofi (-) Kekuatan motorik 7. Sensibilitas:8. Sistem saraf
vegetative: tidak dilakukan.9. Fungsi luhur: baik10. Gangguan
khusus: tidak ada
V. PEMERIKSAAN PENUNJANGHasil pemeriksaan penunjangHematologiHb
14,1 g/ dLL: 14-18, P: 12-16Leukosit5700 / mm34000-10000Hitung
jenis leukositBasofil- %0-1Eosinofil- %1-14Neutrofil batang1
%3-5Neutrofil segmen51 %35-70Limfosit 36 %20-40Monosit2
%2-8Trombosit385.000/ mm3150rb-400rbHematokrit41%L:40-64, P:
35-47Kimia klinikSGOT20,3 IU/ l0-37SGPT17,6 IU/l0-42Ureum27,7
mg/dl10-50Kreatinin1,02 mg/dlL: 0,6-1,1 P:0,5-0,9
VI. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNANy. SF, seorang wanita berusia 49
tahun yang telah menikah, dengan pendidikan terakhir SLTP, dan
tidak bekerja, datang ke RSJ Propinsi Jawa Barat diantar oleh
keluarganya dengan keluhan marah-marah sampai memukul anggota
keluarga. Penampilan fisik sesuai usianya. Pasien berambut hitam
lurus sebahu, berkulit sawo matang, berpakaian seragam RSJ provinsi
Jawa Barat berwarna orange. Cara berpakaian biasa, tidak terbalik
dan tidak terlihat berantakan. Raut muka pasien agak murung.Sebelum
wawancara pasien terlihat sedang duduk bersama pasien lainnya.
Penyakit pasien ini sudah ada sejak tahun 2004. Pertama kali dipicu
oleh masalah ekonomi pasien kemudian masalah keluarga yang
dibocorkan oleh tetangga pasien yang menjadi tempat pasien
bercerita. Sejak saat itu, pasien menjadi minder dan malu untuk
bergaul dengan orang lain. Pasien juga menjadi lebih curiga
terhadap orang lain, gampang tersinggung dan mudah marah.Pasien
mengalami kekambuhan hampir setiap tahun dan 1 bulan SMRS pasien
menunjukkan gejala-gejala berupa sulit tidur, berbicara dan tertawa
sendiri (autistic), mendengar suara bisikan dan mengatakan bahwa
dirinya telah ke surga (waham kebesaran). Sejak kecil pasien tidak
mengalami gangguan perkembangan fisik maupun kepribadian.
Pada pemeriksaan psikiatrik ditemukanPada pemeriksaan neurologis
ditemukan Kesadaran neurologis pasien compos mentis, kesadaran
psikiatrik tampak terganggu. Perilaku dan aktivitas psikomotor
tenang, sikap terhadap pewawancara kooperatif. Cara berbicara
pasien spontan, koheren. Tidak terdapat adanya gangguan berbicara.
Suasana perasaan pasien depresif. Terdapat gangguan persepsi berupa
halusinasi auditorik, halusinasi, waham paranoid (thought
broadcasting) saat ini. Sensorium dan kognisi pasien baik.
Pengendalian impuls baik. Daya nilai sosial dan uji daya nilai
baik. Daya nilai realitas diragukan. Tilikan pasien derajat 5. Pada
pemeriksaan fisik tidak ditemukan kelainan. Tekanan darah 100/80
mmHg, lain-lainnya dalam batas normal. Pada pemeriksaan penunjang
didapatkan kadar SGOT dan SGPT.
VII. FORMULASI DIAGNOSTIKAksis I: Berdasarkan ikhtisar penemuan
bermakna, kasus ini dapat dinyatakan mengalami : Ggn mental dan
perilaku akibat: 1. Gangguan jiwa, karena adanya : gangguan pada
perasaan dimana pasien merasa bersalah dan sikapnya yang agak
murung, mood iritabel dimana suasana perasaan sensitif, mudah
tersinggung, mudah marah dan seringkali bereaksi berlebihan
(agresifitas motorik). pasien sulit tidur, berbicara dan tertawa
sendiri (autistik) terdapat halusinasi auditorik (mendengar bisikan
yang mengomentari apa yang pasien lakukan dan mengajak ngonrol.).
pasien merasa apa yang dia lakukan selalu salah dimata orang lain
(curiga, depresif). terdapat thought broadcasting (menganggap
dirinya dapat berbicara kepada Tuhan secara langsung dan menganggap
dirinya adalah utusan Tuhan), thouhgt broadcasting (mengatakan
orang lain dapat mengetahui isi pikirannya. 2. Gangguan jiwa ini
termasuk gangguan mental non-organik/ GMNO karena : Tidak terdapat
gangguan kesadaran neurologik, oritentasi dan daya ingat,
ketergantungan napza (-). tidak terdapat gangguan organik yang
diduga bersangkutan dengan gangguan jiwanya.3. GMNO ini termasuk
golongan psikosis karena terdapat halusinasi auditorik, thought
broadcasting.4. Menurut PPDGJ III, GMNO ini termasuk skizofrenia
paranoid (F20.0) karena memenuhi kriteria:a. Memenuhi kriteria
skizofrenia yaitu: terdapatnya salah satu gejala di bawah ini dan
berlangsung selama satu bulan/ lebih: thought broadcasting, suara
halusinasi yang berkomentar secara terus-menerus terhadap perilaku
pasien, waham paranoid,b. Gejala-gejala negatif seperti sikap
sangat masa bodo, pembicaraan yang terhenti, dan respons emosional
yang menumpul atau tidak wajar, biasanya yang mengakibatkan
penarikan diri dari pergaulan sosial dan menurunnya kinerja sosial,
tetapi harus jelas bahwa semua hal tersebut tidak disebabkan oleh
depresi atau medikasi neuroleptika, c. terdapat perubahan yang
konsisten dan bermakna dalam mutu keseluruhan dari beberapa aspek
perilaku perorangan, bermanifestasi sebagai hilangnya minat, tak
bertujuan, sikap malas, sikap berdiam diri dan penarikan diri
secara sosial.d. adanya afek dangkal, tumpul disertai tertawa
sendiri.e. adanya gangguan suasana perasaan (mood) seperti
iritabilitas, kemarahan yang tiba-tiba, ketakutan dan kecurigaan.
5. Skizofrenia paranoid ini termasuk dalam episodik berulang.
(F20.03)Aksis II: Gangguan Kepribadian dan Retardasi MentalTidak
ditemukan adanya gangguan kepribadian dan retardasi mental
Aksis III: Kondisi Medik UmumTidak ditemukan adanya gangguan
pada kondisi medis umum.
Aksis IV: Masalah Psikososial dan LingkunganStressor berkaitan
dengan lingkungan sosial (karena tetangga yang membocorkan rahasia
keluarga pasien ke tetangga lainnya, sehingga menyebabkan perasaan
bersalah dan malu).
Aksis V: Global Assessment of Functioning (GAF)Global Assessment
Functional 6051: Beberapa gejala sedang (moderate), disabilitas
sedang karena terdapat episode mengamuk yang menyebabkan pasien
dibawa ke RSJ.
VIII. EVALUASI MULTIAKSIALAxis I: Gangguan mental dan perilaku
akibat Skizofrenia paranaoid dengan episodik berulang (F
20.03)Diagnosa banding dari kasus ini adalah1. Skizofrenia residual
(F 20.5)Adanya perkembangan suatu gangguan skizofrenik dimana telah
terjadi progresi yang jelas dari stadium awal. Kriteria yang
terpenuhi:a. Adanya gejala negative skizofrenia yang menonjol,
seperti aktivitas menurun, afek yang menumpul, sikap pasif,
kemiskinan dalam kuantitas atau isi pembicaraan, volume suara yang
pelan.b. Adanya riwayat satu episode psikotik yang jelas di masa
lampau yang memenuhi kriteria diagnostik untuk skizofrenia.c. Sudah
melampaui kurun waktu satu tahun di mana intensitas dan frekuensi
gejala yang nyata seperti waham dan halusinasi telah sangat
berkurang (minimal) dan telah timbul sindrom negatif skizofrenia;d.
Tidak terdapat demensia atau penyakit/ gangguan organik otak lain,
depresi kronis yang dapat menjelaskan hendaya negatif tersebut.
2. Gangguan depresif berulang, episode kini berulang dengan
gejala psikotik (F 33.3)Dimana terdapat episode depresif berat
(perasaan depresif, kehilangan minat dan kesenangan, aktivitas
berkurang), konsentrasi dan perhatian berkurang, harga diri dan
kepercayaan diri berkurang, gagasan tentang perasaan bersalah dan
tidak berguna, gagasan atau perbuatan membahayakan diri atau bunuh
diri, tidur terganggu. Sekurang-kurangnya dua episode telah
berlangsung masing-masing selama minimal 2 minggu dengan sela waktu
beberapa bulan tanpa gangguan sauna perasaaan (mood) yang
bermakna.
3. Skizoafektif (F 25.1)Terdapat gejala skizofrenik dan depresi
menonjol pada saat bersamaan., dalam satu episode penyakit yang
sama. Adanya perasaan depresi yang menonjol, disertai dua gejala
depresif yang khas (perasaan depresif, kehilangan minat dan
kesenangan), hilangnya energi, nafsu makan, hendaya dalam
konsentrasi, perasaan bersalah, keputusasaan, dan pikiran bunuh
diri. Secara bersamaan (dalam satu episode yang sama) terdapat
gejala skizofrenik yang lebih khas, dimana pasien dapat menyakini
bahwa pikiran-pikirannya sedang disiarkan. Mungkin terdengar
suara-suara yang bukan saja menhina atau mengutuk dirinya, tetapi
juga akan membunuhnya. Episode skizoafektif tipe depresif biasanya
berlangsung lebih lama dan prognosisnya kurang baik dimana walaupun
sebagian besar pasien sembuh secara sempurna, ada sebagian lain
yang akhirnya berkembang menjadi defek skizofrenik.
4. Distimia (F 34.1)Adanya depresi suasana perasaan yang
berlangsung kronis yang pada saat sekarang tidak memenuhi kriteria
untuk gangguan depresif berulang, ringan atau sedang (F33.0 atau
F33.1) menurut keparahannya atau lamanya berlangsung setiap
episode, meskipun kriteria untuk episode depresif ringan mungkin
pernah terpenuhi di masa lampau. Pasien menderita periode
berhari-hari atau berminggu-minggu yang dilaporkan sebagai sehat,
akan tetapi kebanyakan (sering kali selama berbulan-bulan
berturut-turut) mereka merasa lelah dan tertekan; segala pengalaman
hidup merupakan upaya yang berat dan tak ada yang dapat dinikmati.
Pasien memikirkan dan mengeluh, tidak dapat tidur nyenyak dan
merasa kurang mampu, namun biasanya masih sanggup mengurus
keperluan hidupnya sehari-hari. Aksis II: Gangguan Kepribadian dan
Retardasi MentalTidak ditemukan adanya gangguan kepribadian dan
retardasi mental.Aksis III: Kondisi Medik UmumTidak ditemukan
adanya gangguan pada kondisi medis umum.Aksis IV: Masalah
Psikososial dan LingkunganStressor berkaitan dengan lingkungan
sosial (karena tetangga yang membocorkan rahasia keluarga pasien ke
tetangga lainnya, sehingga menyebabkan perasaan bersalah dan
malu).Aksis V: Global Assessment of Functioning (GAF)Global
Assessment Functional 6051: Beberapa gejala sedang (moderate),
disabilitas sedang karena terdapat episode mengamuk yang
menyebabkan pasien dibawa ke RSJ.
IX. PROGNOSISFaktor yang mempengaruhi prognosis:Prognosis baik
Prognosis buruk
Presipitasi jelasOnset Insidious
Symptom positifSering relaps, jarang kontrol, trauma dan malas
minum obat.
Dukungan keluargaGejala autisitk, menarik diri
Riwayat hubungan sosial postmorbid tetap terjalin.Rasa kesal
masih ada.
Kesimpulan prognosis:Ad vitam : dubia ad malamAd functionam:
dubia Ad Sanationam: dubia ad malamX. DAFTAR PROBLEMA.
Organobiologik: Tidak terdapat masalah fisik pada pasien ini.B.
Psikiatri: cenderung menjadi pendiam (abulia), malu dan takut
keluar rumah (fobia sosial) sering melamun, berbicara sendiri
(autistik), sering mendengar suara bisikan tetangga yang mengatai
dirinya (halusinasi auditorik), merasa orang lain tahu apa yang dia
pikirkan (thought broadcasting), mudah tersinggung dan marah-marah
(emosi labil), merusak alat rumah tangga (agresifitas motorik),
hipoaktivitas, gangguan fungsi sehari-hari, afek tumpul, gangguan
memori jangka panjang, tilikan derajat 5.C. Psikososial: masalah
family support group (hubungan dengan keluarga menjadi kurang
dekat), hubungan dengan tetangga menjadi kurang baik.
XI. TERAPI1. Farmakoterapi Risperidone tab 2 mg No R/
Trihexyphenidil tab R/ Clozapin tab 25 mg N0 S 1 dd tab 12.
Psikoterapi Terapi individual Psikoterapi suportif Menjalin
hubungan baik yang adekuat antara dokter-pasien, menerima dan
memperlakukan pasien sebagai layaknya manusia normal, bukannya
mengawasi pasien sebagai orang yang tidak dipahami dan berbeda dari
orang lain, dapat berempati terhadap kondisi pasien. Memberikan
informasi dan edukasi yang bersifat suportif kepada pasien mengenai
penyakitnya, hal-hal yang dapat memperberat/ meringankan penyakit
pasien, meningkatkan kepercayaan diri pasien, kemampuan mengatasi
masalah dan menyesuaikan diri dengan lingkungan. Memberikan
informasi dan edukasi kepada pasien mengenai pentingnya minum obat
secara teratur, sehingga dapat memperpanjang remisi dan mencegah
kekambuhan, informasi mengenai efek samping pengobatan.Terapi
kelompok/ Sosioterapi Apabila kondisi pasien sudah lebih baik
diberikan terapi aktivitas kelompok, seperti melibatkan pasien
dalam kegiatan-kegiatan di rumah sakit dimana pasien dapat
ditumbuhkan kembali rasa percaya dirinya, dapat belajar bagaimana
cara bersosialisasi dan membina komunikasi verbal yang baik, serta
mampu belajar untuk mengendalikan impuls dan mengekspresikan emosi
terhadap stimulus yang ada.Edukasi terhadap keluargaEdukasi ke
keluarga mengenai keadaan penyakit pasien, edukasi untuk belajar
menerima dan memahami keadaan pasien, serta mendukung proses
penyembuhannya misalnya dengan mengawasi pasien saat minum obat dan
membawa pasien untuk kontrol secara teratur.
XII. LAMPIRANCuplikan WawancaraSelama wawancara berlangsung,
pasien menjawab seluruh pertanyaan pemeriksa dengan lancar, suara
pelan.dr (pemeriksa)P (pasien)dr: Selamat siang, bu. Perkenalkan
saya dokter muda dari Jakarta, Yossie. Ibu dengan ibu siapa?P: Saya
Siti Fatimah. dr: Ibu kita ngobrol-ngobrol boleh ya?P: Iya boleh,
mau ngobrol tentang apa? dr: Ibu asli orang Sunda? umurnya
berapa?P: Iya, saya orang Sunda. Umur saya 49 tahun.dr: Ibu sudah
berkeluarga?P: Sudah dok, saya tinggal dengan suami dan tiga orang
anak laki-laki.dr: Sudah berapa lama menikah bu? Anak yang paling
besar umur berapa?P: Sejak tahun 1992. Anak paling besar umur 20
tahun, sudah kerja.dr: Oh, Alhamdullilah ya, Bu. Ibu dekat sama
keluarga, bu?P: Ya biasa aja, sama anak pertama dan kedua dekat,
kalau yang kecil kurang dekat.dr: Oh kenapa kurang dekat ibu?P: Ya
gak tau juga, emang kurang dekat aja gitu.dr: Ibu tinggal di mana,
bu? P: Di perumahan TaniMulya, kalau dari sini naik angkot 2
kali.dr: Ibu dulu sekolah sampai kelas berapa?P: Sampai tamat SMP,
dok. dr: Kenapa tidak lanjut, bu? Habis itu ibu bekerja?P: Tidak
ada biaya, dok. Saya tamat SMP belum kerja, masih bantu ibu di
rumah. Saya baru kerja umur 20 tahun. Kerja di konveksi 5 tahun.
dr: Saat ini masih kerja, bu?P: Udah berhenti satu bulan yang
lalu.dr: Ibu menikah umur berapa, bu? Pernikahannya bagaimana? P:
Umur 27, dok. Pernikahan saya biasa aja. Suami saya dulu supir di
rumah majikan.dr: Ibu pacarannya berapa lama? Pernah pacaran berapa
kali?P: Kayaknya setahun lebih. Pernah waktu itu sekali pacaran
waktu SMP.dr: Ibu beragama apa? Rajin beribadah gak?P: Saya
muslim,dok. Ya kadang rajin tapi kalau sakit saya malas mau
ngapa-ngapain. dr: Sudah berapa lama ibu sakit?P: Saya kurang
ingat, dok. Tapi sudah lama. Biasa kambuh, biasa sembuh. dr: Oh,
pas kemarin ibu dibawa ke sini, lagi kambuh ya? Ibu melakukan apa
sampai dibawa ke sini?P: Saya ngamuk dok, marah-marah, piring dan
gelas di rumah saya pecahkan. dr: Kenapa ibu marah-marah? Apakah
ibu sedang ada masalah?P: Marah-marah gak jelas dok. Saya dengar
suara tetangga yang mengomentari saya, semua yang saya lakukan
salah (halusinasi auditorik).dr: Selain itu, apa lagi yang Ibu
rasakan?P: Saya tertekan dokter, saya ngerasa orang lain tahu apa
yang saya pikirkan. Saya jadi tidak punya rahasia lagi (thought
broadcasting). Saya marah-marah sampai barang seperti gelas di
rumah saya rusakkan (emosi labil, irritabel, agresifitas
motorik).dr: Apa Ibu yakin dengan yang ibu rasakan? Sudah berapa
lama ibu merasakan seperti itu?
dr: Dulu ibu dilahirkan di mana? Normal atau sesar?P : Di bidan
dok, lahirnya normal. dr: Bagaimana masa kecil ibu? Apakah
bahagia?P: Iya dok, masa kecil saya bahagia, saya punya banyak
teman di sekolah.dr: Maaf bu, Ibu kenapa dibawa ke sini?P: Saya
kurang tahu, dok. Mungkin gara-gara saya marah-marah gak jelas
dokter.dr: Kenapa ibu bisa marah-marah gak jelas? Mungkin ibu ada
masalah?dr: Suara siapa yang ibu dengar? P: Suara tetangga dok,
mereka komentar semua yang saya lakukan, saya jadi malas mau
ngapa-ngapain (hipoaktivitas).dr: Ibu ada masalah dengan
tetangga?P: Gak ada si dok, sekarang udah biasa aja tapi gak sebaik
dulu lagi.dr: memangnya kenapa, Bu?P: Dulu hubungan kami baik, saya
cerita masalah keluarga saya ke dia, tapi dia malah menceritakan ke
tetangga lain. dr: Oh, begitu ya bu. Trus bagaimana setelah itu,
bu? P: Iya, saya merasa bersalah pada suami dan malu sama tetangga
lain (depresi). Saya minder, takut mau keluar rumah (fobia sosial),
rasanya pasti orang lain itu mengatai saya di belakang saya (waham
paranoid, waham rujukan).d
5
21