1 UNIVERSITAS GUNADARMA Fakultas Teknik Sipil & Perencanaan Jurusan Teknik Sipil Statistika dan Probabilitas dalam Bidang Transportasi (Pemilihan Moda Transportasi)
1
UNIVERSITAS GUNADARMAFakultas Teknik Sipil &
PerencanaanJurusan Teknik Sipil
Statistika dan Probabilitasdalam Bidang Transportasi
(Pemilihan ModaTransportasi)
2
Muhammad Syafran
18311930
ABSTRAK
Peper ini membahas tentang statistika dan
probabilitas dalam teknik sipil. Isi peper ini menjelaskan
tentanng hubungan atau aplikasi statistika dan
probabilitas pada moda pemilihan moda transportasi. Peper
ini akan menganalisa probabilitas dalam pemilihan moda
transportasi dimana dilakukan pendekatan model pemilihan
moda, model pemilihan diskrit, utilitas, utilitas acak,
dan model logit multinominal/binomial.
Kata kunci : statistika, probabilitas, pemilihan moda
dengan berbagai anilisa.
3
PENDAHULUAN
Dengan majunya perkembangan tenknologi dalam dunia ini.
Dan semakin banyaknya masyakat sehingga semakin banyak
kebutuhan yang harus dipenulhi. Maka dituntut kepada para
ahli untuk menemukan ide-ide baru dalam mengembangkan
penemuan-penemuannya. Agar dapat memenuhi kebutuhan hidup
banyak masyarakat. Oleh karena itu seorang ahli haruslah
mengetehui atau menguasai berbagai macam ilmu,
sepertihalnya ilmu statistika dan probabilitas dimana ilmu
ini dapat memberi data yang akurat pada penelitinya.
Statistika merupakan ilmu pengetahuan yang berhubungan
dengan metode-metode ilmiah untuk pengumpulan,
pengorganisasian, perangkuman, pemaparan dan
4
penganalisasian data disamping terkait pula dengan metode-
metode untuk penarikan kesimulan yang valid serta
pengambilan keputusan yang berdasarkan alasan-alasan yang
ilmiah dan kuat yang diperoleh dari analisa.
Probabilitas disebut juga peluang / sering diterjemahkan
dalam kata peuang. Teori probabilitas sangat luas
penggunaannya. Sering kita mendengar perkataan mungkin dia
sakit, kemungkinan besar hari ini akan hujan. Perkataan
mungkin tersebut didalam teori probabilitas diterjemahkan
menjadi angka-angka sehingga untuk selanjutnya dapat
diolah dengan perhitungan matematika.
Oleh karena itu peper ini dibuat selain sebagai tugas
mata kuliah statistika dan probabilitas tetapi juga
sebagai salah satu sumber tambahan bagi yang memerlukanny
Pilihan Moda Transportasi (Mode Choice)
Tahap pilihan moda merupakan suatu tahapan proses
perencanaan angkutan yang bertugas dalam menentukan
5
pembebanan perjalanan atau mengetahui jumlah (dalam arti
proporsi) orang dan barang yang akan menggunakan atau
memilih berbagai model transportasi yang tersedia untuk
melayani suatu titik asal-tujuan tertentu, demi beberapa
maksud perjalanan tertentu pula.
Pemilihan moda transportasi dapat dikelompokkan dalam dua
kelompok, yaitu:
A. Pengguna Jasa Transportasi/Pelaku Perjalanan (Trip maker)
a) Golongan paksawan (captive), merupakan jumlah terbesar
di negara berkembang, yaitu golongan masyarakat yang
terpaksa menggunakan angkutan umum karena ketiadaan mobil
pribadi. Mereka secara ekonomi adalah golongan masyarakat
lapisan menengah ke bawah (miskin atau ekonomi lemah).
b) Golongan pilihwan (choice), merupakan jumlah terbanyak
di negara-negara maju, yaitu golongan masyarakat yang
mempunyai kemudahan (akses) ke kenderaan pribadi dan dapat
memilih untuk menggunakan angkutan umum atau angkutan
pribadi. Mereka secara ekonomi adalah golongan masyarakat
lapisan menengah ke atas (kaya)
B. Bentuk Alat (Moda) Transportasi/Jenis Pelayanan
Transportasi
Secara umum, ada 2 kelompok besar moda transportasi,
yaitu:
a) Kendaraan pribadi (private transportation)
6
Moda transportasi yang dikhususkan untuk pribadi
seseorang dan seseorang itu bebas menggunakannya kemana
aja, kapan saja, dan dimana saja yang diinginkan atau
tidak menggunakannya sama sekali (mobilnya disimpan di
garasi).
b) Kendaraaan umum (public transportation)
Moda transportasi yang diperuntukkan buat bersama
(orang banyak), kepentingan bersama, menerima pelayanan
bersama, mempunyai arah dan titik tujuan yang sama, Untuk
mendapatkan hasil perhitungan jumlah pelaku perjalanan
yang menggunakan dua atau lebih moda transportasi yang
betul-betul proporsional, dilakukan beberapa tahapan
analisis, yaitu:
1. Tahap Pertama, pengidentifikasian beberapa faktor
(variabel) yang diasumsikan berpengaruh secara berarti
terhadap perilaku pelaku perjalanan (trip maker behavior)
dalam menjatuhkan perilaku alternatif alat angkutan yang
dipakai untuk bepergian.
2. Memodelkan nilai kepuasan (utility) si pelaku
perjalanan untuk beberapa pilihan alternatif alat angkutan
yang dipakai melalui model analisa regresi linear buat
mendapatkan angka kepuasan (nilai utilitas) menggunakan
masing-masing moda angkutan.
3. Memodelkan peluang (probabilitas/opportunity) masing-
masing alternatif pilihan moda angkutan yang akan dipakai
melalui beberapa model pilihan moda angkutan seperti
7
“binary model” di antaranya logit biner, probit,
multinominal logit, atau Gunarson (Akiva dan Lerman, 1985)
dengan cara mengeksponenkan nilai kepuasan masing-masing
moda angkutan yang sudah kita dapatkan pada tahapan kedua.
4. Yang terakhir, barulah didapati angka proporsi (dalam
%) peluang atau pangsa pasar masing-masing moda angkutan
untuk dipilih dari sejumlah calon pengguna moda (user)
tertentu sebagai perkiraan (estimation) serta angka
mutlaknya.
Faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Moda
Ada 4 (empat) kelompok faktor yang dianggap kuat
pengaruhnya terhadap perilaku perjalanan atau calon
pengguna (trip maker behavior). Masing-masing faktor ini
terbagi lagi menjadi beberapa variabel yang dapat
diidentikkan. Variabel- variabel ini dapat dinilai secara
kuantitatif dan kualitatif. Faktor-faktor atau variabel-
variabel tersebut adalah :
I. Kelompok faktor karakteristik perjalanan (travel
characteristics factor), meliputi :
1. Tujuan perjalanan (trip purpuse), seperti pergi
bekerja, sekolah, belanja, dan lain-lain.
2. Waktu perjalanan (time of trip made), seperti pagi
hari, siang, sore, malam, hari libur, dan seterusnya.
8
3. Panjang perjalanan (trip length), merupakan jarak fisik
antara asal dengan tujuan, termasuk panjang rute/ruas,
waktu perbandingan kalau menggunakan moda moda-moda lain.
II. Kelompok faktor karakteristik si pelaku perjalanan
(traveler characteristics factor)
Pada kelompok faktor ini, seluruh variabel ikut serta
berkontribusi mempengaruhi perilaku si pelaku perjalanan
dalam memilih moda transportasi. Variabel tersebut
adalah :
1. Pendapatan (income), berupa daya beli si pelaku
perjalanan untuk membiayai perjalanannya, entah dengan
mobil pribadi atau angkutan umum.
2. Kepemilikan kendaraan (car ownership), berupa
tersedianya kendaraan pribadi sebagai sarana melakukan
perjalanan.
3. Kondisi kendaraan pribadi (tua, jelek, baru, dan lain-
lain).
4. Kepadatan pemukiman (density of residential
development).
5. Sosial-ekonomi, seperti struktur dan ukuran keluarga
(pasangan muda, punya anak, pensiunan atau bujangan),
usia, jenis kelamin, jenis pekerjaan, lokasi pekerjaan,
punya lisensi mengemudi (SIM) atau tidak.
9
III. Kelompok faktor karakteristik sistem transportasi
(transportation system characteristics factor). Semua
variabel yang berpengaruh terhadap perilaku si pelaku
perjalanan berhubungan dengan kinerja pelayanan sistem
transportasi seperti variabel : 1. Waktu relatif (lama)
perjalanan (relative travel time) mulai dari lamanya waktu
menunggu kendaraan di pemberhentian (terminal), waktu
jalan ke terminal (walk to terminal time), dan waktu di
atas kendaraan.
2. Biaya relatif perjalanan (relative travel cost), yaitu
seluruh biaya yang timbul akibat melakukan perjalanan dari
asal ke tujuan untuk semua moda yang berkompetisi seperti
tarif tiket, bahan bakar, dan lain-lain.
3. Tingkat pelayanan relatif (relatif level of service),
yaitu variabel yang cukup bervariasi dan sulit diukur,
contohnya adalah variabel kenyamanan dan kesenangan, yang
membuat orang mudah gonta-ganti moda transportasi.
4. Tingkat akses/indeks daya hubung/kemudahan pencapaian
tempat tujuan.
5. Tingkat kehandalan angkutan umum di segi waktu (tepat
waktu/reliability), ketersediaan ruang parkir dan tarif.
Ketiga variabel terakhir ini (3, 4, dan 5) merupakan
kelompok variabel yang sangat subjektif sehingga sulit
diukur (dikuantifikasikan) dan masuk kelompok variabel
kualitatif (difficult to quantify).
10
IV. Kelompok faktor karakteristik kota dan zona (spacial
characteristics factor), meliputi :
1. Variabel jarak kediaman dengan tempat kegiatan.
2. Variabel kepadatan penduduk (population density).
Pemodelan Transportasi
Model merupakan alat bantu atau media yang dapat
digunakan untuk mencerminkan suatu realita (dunia
sebenarnya) secara terukur atau penyederhanaan realita
untuk tujuan tertentu, yaitu penjelasan dan pengertian
yang lebih mendalam serta kepentingan peramalan.
Sebagai ilustrasi, dalam ilmu teknik sipil dengan hanya
menggunakan media informasi garis dan angka dalam suatu
peta kontur, seseorang (ahli geodesi) dapat langsung
membayangkan perkiraan situasi dan kondisi lapangan
sebenarnya (realita) tanpa harus ke lapangan, cukup dengan
hanya melihat peta kontur tersebut. Foto, sketsa atau peta
dapat dikategorikan sebagai model karena dapat
mempresentasikan realita dengan cara yang lebih sederhana.
Secara umum dapat dikatakan bahwa semakin mirip suatu
model dengan realitanya, semakin sulit model tersebut
dibuat (misalnya, wayang golek lebih mirip manusia
dibandingkan dengan wayang kulit sehingga wayang golek
lebih sulit dibuat dibandingkan dengan wayang kulit).
Model pemilihan moda bertujuan untuk mengetahui
proporsi orang yang akan menggunakan setiap moda. Proses
ini dilakukan dengan maksud untuk mengkalibrasi model
11
pemilihan moda dengan mengetahui peubah bebas (atribut)
yang mempengaruhi pemilihan moda tersebut. Setelah
dilakukan proses kalibrasi, model dapat digunakan untuk
meramalkan pemilihan moda dengan menggunakan nilai peubah
bebas (atribut) untuk masa mendatang. Dalam ilmu
transportasi terutama dalam perencanaan, model berperan
diantaranya:
1. Sebagai alat bantu (media) untuk memahami cara kerja
sistem.
2. Untuk memudahkan dan memungkinkan dilakukannya
perkiraan terhadap hasil-hasil atau akibat-akibat dari
langkah-langkah/alternatif yang diambil dalam proses dan
pemecahan masalah pada masa yang akan datang.
3. Untuk memudahkan kita menggambarkan dan menganalisa
realita.
Model dapat dibagi menjadi beberapa jenis, diantaranya :
1. Model fisik, yaitu model yang memperlihatkan dan
menjelaskan suatu objek yang sama dengan skala yang lebih
kecil sehingga didapatkan gambaran yang lebih jelas dan
rinci serta terukur mengenai prilaku objek tersebut jika
dibangun dalam skala sebenarnya. Misalnya :
- Model arsitek (model rumah, perumahan, mall, dan lain-
lain)
- Model teknik (model pengembangan wilayah, kota,
kawasan, dan lain-lain)
12
2. Model peta dan diagram, yaitu model yang menggunakan
garis (lurus dan lengkung), gambar, warna, dan bentuk
sebagai media penyampaian informasi yang memperlihatkan
realita objek tersebut. Misalnya, kontur
ketinggian, kemiringan tanah, lokasi sungai dan jembatan,
gunung, batas administrasi pemerintah, dan lain-lain.
3. Model statistik dan matematik, yaitu model yang
menggambarkan keadaan yang ada dalam bentuk persamaan-
persamaan dan fungsi matematis sebagai media dalam usaha
mencerminkan realita. Misalnya, menerangkan aspek fisik,
sosial-ekonomi, dan model transportasi. Keuntungan
pemakaian model matematis dalam perencanaan transportasi
adalah bahwa sewaktu pembuatan formulasi, kalibrasi serta
penggunaannya, para perencana dapat belajar banyak melalui
eksperimen, tentang kelakuan dan mekanisme internal dari
sistem yang sedang dianalisis.
4. Model deskriptif dan normatif, dimana model deskriptif
adalah model yang berusaha menerangkan perilaku sistem
yang ada, sedangkan model normatif adalah model yang
berusaha menerangkan perilaku sistem yang ideal menurut
keinginan si pembuat model (standar atau tujuan si pembuat
model).
Pendekatan Model Pemilihan Moda
Model pemilihan moda ini berfungsi untuk mengetahui
proporsi orang yang akan menggunakan jenis moda
13
transportasi. Proses ini dilakukan dengan maksud untuk
mengkalibrasi model pemilihan moda pada tahun dasar dengan
mengetahui peubah bebas (atribut) yang mempengaruhi
pemilihan moda tersebut. Jika hubungan antara atribut
bebas dan atribut terikat sudah didapatkan dari persamaan
model, persamaan ini nantinya akan dapat meramalkan
pemilihan moda untuk masa yang akan datang dengan hanya
mengetahui selisih masing-masing peubaha bebas (atribut)
antara kedua bus.
Model pendekatan yang dilakukan dalam studi ini dilakukan
dengan pendekatan model diskret (Discrete Choice Model).
Menurut Tamin (2000), secara umum model pemilihan diskret
dinyatakan sebagai peluang setiap individu memilih suatu
pilihan merupakan fungsi ciri sosio ekonomi dan daya tarik
pilihan tersebut. Hipotesa yang mendukung model pemilihan
model diskret adalah berkenaan dengan situasi pilihan,
yaitu pilihan individu terhadap setiap alternatif yang
dapat dinyatakan dengan ukuran daya tarik atau manfaat.
Nilai kepuasan pelaku perjalanan dalam menggunakan moda
transportasi alternatif, dipengaruhi oleh variabel-
variabel yang dianggap memiliki hubungan yang kuat dengan
perilaku pelaku perjalanan.
Bentuk dan hubungannya dapat dilihat melalui fungsi
utilitas berikut:
U = f (V1, V2,V3, … ,
Vn) ......................................................
......... (2.1)
14
dimana:
U = Nilai kepuasan pelaku perjalanan menggunakan moda
transportasi.
V1 - Vn = Variabel-variabel yang dianggap berpengaruh
terhadap nilai kepuasan menggunakan moda transportasi
tertentu.
f = Hubungan fungsional.
Untuk merumuskan perilaku individu dalam memilih moda
angkutan ke dalam pendekatan model pemilihan moda
transportasi, dapat dilakukan dengan beberapa cara
pendekatan. Sebenarnya kegiatan menentukan dan mengamati
perilaku pelaku perjalanan melalui fungsi utilitas seperti
model di atas dapat dilakukan dengan dua pendekatan. Kedua
pendekatan tersebut:
1. Pendekatan Agregat
Pendekatan agregat adalah pendekatan yang menganalisis
perilaku pelaku perjalanan secara menyeluruh. Menurut
Menheim (1979) pendekatan agregat dapat dilakukan dengan 2
(cara) yaitu:
a. Membagi objek pengamatan atas beberapa kelompok yang
mempunyai karakteristik elemen yang relatif homogen
(sama).
b. Melakukan agregasi dari data-data disagregat, dimana
fungsi untuk suatu kelompok tertentu dapat diturunkan dari
fungsi utilitas individu sebagai anggota pada kelompok
tersebut.
2. Pendekatan Disagregat
15
Pendekatan disagregat adalah pendekatan yang menganalis
perilaku pelaku perjalanan secara individu. Hal ini
mencakup bagaimana merumuskan tingkah laku individu ke
dalam model kebutuhan transportasi. Pendekatan disagregat
dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu:
a. Disagregat Deterministik
Pendekatan ini dilakukan kalau pelaku perjalanan mampu
mengidentifikasi semua alternatif moda yang ada, dan
menggunakan seluruh informasi untuk mengambil keputusan.
Bentuk modelnya adalah model persamaan linear berganda
tanpa unsur kesalahan (error) seperti persamaan berikut
ini:
Ui = a + b1T + b2X +
b3C ......................................................
......... (2.2)
dimana:
Ui = Nilai kepuasan menggunakan moda i X =
Variabel waktu di luar kendaraan
a = Konstanta
C = Variabel ongkos transportasi
T = Variabel waktu di atas kendaraan
b1 - b3 = Parameter fungsi kepuasan untuk masing-masing
variabel tersebut (koefisien regresi)
b. Disagregat Stokastik
Pada pendekatan ini, nilai kepuasan lebih realistis karena
mempertimbangkan unsur-unsur yang tidak teramati yang
terjadi di dunia nyata. Jadi ini berbeda dengan pendekatan
16
disagregat deterministik seperti model 2.2 di atas yang
terlalu teoritis, yang tidak memasukkan unsur yang tidak
teramati. Seluruh unsur yang tidak teramati yang terjadi
di dunia nyata, pendekatan ini diwakili oleh unsur error
(kesalahan) yang bersifat acak (random) atau bersifat
stokastik, sehingga modelnya menjadi:
Um = β0 + β1tm + β2um + β3vm +
en ................................................. (2.3)
dimana:
Um = Nilai fungsi kepuasan menggunakan moda m
tm – vm = idem diatas
β1 - β3 = idem diatas
en = Faktor kesalahan atau unsur stokastik, yaitu variabel
random yang mengikuti bentuk distribusi tertentu.
β0 = Konstanta karakteristik nilai kepuasan alternatif,
apabila seluruh variablel tm s/d vm bernilai 0
Peramalan dikatakan relatif tepat, apabila nilai en
sekurang-kurangnya mendekati 0 (seminimal mungkin) atau en
= 0.
Model Pemilihan Diskret
Akiva dan Leman (1985) dalam bukunya “Discrete Choice
Analysis : Theory and Application to Travel Demand” lebih menekankan
model ini pada analisis pilihan konsumen untuk
memaksimalkan kepuasannya dalam mengkonsumsi pelayanan
yang diberikan oleh suatu moda transportasi pilihan. Sang
konsumen, sebagai seorang pembuat keputusan, akan
17
menyeleksi berbagai alternatif dan memutuskan memilih moda
transportasi yang memiliki nilai kepuasan tertinggi
(highest utility).
Prosedur model ini diawali dengan menentukan nilai-
nilai parameter (koefisien regresi) dari sebuah fungsi
kepuasan yang dipengaruhi oleh beberapa variabel bebas.
Model ini untuk pertama kali diterapkan dalam
transportasi, disebut sebagai model pilihan biner (binary
choice model) (Warner, 1962). Prosedur awal (fungsi
kepuasan) dari model ini menurutnya banyak memakai
kalibrasi/analisis statistik dan ekonometrik. Sebuah
contoh umum fungsi kepuasan dapat dilihat seperti:
Vin = f (Xin) Atau Vjn = f (Xjn)
Dimana:
Vin dan Vjn = Nilai kepuasan konsumen yang mencerminkan
perilaku konsumen (consumen behavior).
Xin dan Xjn = Variabel yang berpengaruh terhadap
perilakunya untuk memaksimalkan kepuasannya.
f = fungsi matematis
Sehingga persamaan regresi fungsi kepuasan dimaksud dapat
kita bentuk menjadi :
Vin/U = β1 Xin1 + β2 Xin2 + . . .+ βk
Xink .................................................
(2.4)
Dimana:
Vin/U = Nilai kepuasan konsumen memakai moda i (maksimum
kepuasan).
18
Xin1 s/d Xink = Sekelompok variabel bebas yang
mempengaruhi kepuasan maksimum.
β1 s/d βk = Koefisien regresi/parameter variabel bebas.
Setelah nilai Vin/U didapat juga Vjn/U didapat, maka kita
masukkanlah nilai tersebut ke dalam beberapa model pilihan
diskret di antaranya:
a. Model Logit Biner
Bentuk model ini adalah sebagai berikut :
P(i) = eβxin
eβxin+eβxin= 11+e−β (xin−xjn)……………………………….(2.5)
Dimana:
P(i) = Probabilitas (%) peluang moda i untuk dipilih.
βxin,βxjn = Nilai parameter atau nilai kepuasan
menggunakan moda i dan moda j.
e = eksponensial.
Model logit biner ini hanya berlaku untuk pilihan 2 moda
transportasi alternatif (moda i dan j).
b. Model Probit (Binary Probit)
Juga untuk 2 moda alternatif, tetapi model ini menekankan
untuk menyamakan peluang (kemungkinan) individu untuk
memilih moda 1, bukan moda 2 dan berusaha menghubungkan
variabel bebas yang mempengaruhi, misalnya biaya (cost)
dan variabel ini harus berdistribusi normal. Bentuknya
adalah:
19
P1 = Ǿ
(Gk) .....................................................
................................. (2.6)
Dimana:
P1 = Peluang moda 1 untuk dipilih Gk =
Nilai manfaat moda 1
Ǿ = Kumulatif standar normal
Sedangkan P2, konsekuensinya akan menjadi P2 = 1 – f(Gk).
Utilitas
Utilitas dapat didefinisikan sebagai ukuran istimewa
seseorang dalam menentukan pilihan alternatif terbaiknya
atau sesuatu yang dimaksimumkan oleh setiap individu
(sesorang). Utilitas suatu moda angkutan penumpang bagi
individu tertentu jadi dipresentasikan sebagai fungsi
atribut-atribut, misalnya waktu perjalanan, biaya ongkos
yang dikeluarkan, kenyamanan pelayanan di stasiun, jadwal
keberangkatan, waktu menuju stasiun.
Dalam memodelkan pemilihan moda, maka utilitas dari suatu
pilihan bagi individu dapat dituliskan sebagai berikut:
Uin = β1xin1 + β2xin2 + β3xin3 + . . .
βnxinn .......................................... (2.7)
Dimana:
Uin = utilitas alternatif i bagi pembuat keputusan n.
β1,β2,β3,βn = koefisien-koefisien dari data yang
disediakan.
xin1,xin2, xin3, xinn = sejumlah variabel yang menerangkan
atribut-atribut bagi pembuat keputusan.
20
Utilitas Acak
Dasar teori, kerangka, atau paradigma dalam
menghasilkan model pemilihan diskret adalah teori utilitas
acak. Domenicich, Mcfadden (1975) dan Williams (1997)
mengemukakan hal berikut sebagaimana dikutip Tamin
(2000) :
1. Individu yang berada dalam suatu populasi secara
rasional dan memiliki informasi yang tetap sehingga dapat
menentukan pilihan yang dapat memaksimumkan utilitas
individunya masing-masing sesuai dengan batasan hukum,
sosial, fisik dan uang.
2. Terdapat unsur parameter A = {A1,A2, . . . , X1)
alternatif yang mempengaruhi pemilihan moda yang
dirumuskan dalam fungsi pemilihan yang berbentuk fungsi
deterministik sebagai berikut:
Vin = A1 . X1
Apabila nilai utilitas i memberikan harga yang maksimum,
maka pilihan akan jatuh pada alternatif i.
3. Setiap pilihan mempunyai utilitas U untuk setiap
individu n. Pemodelan yang juga merupakan pengamat sistem
tersebut tidak mempunyai informasi yang lengkap tentang
semua unsur yang dipertimbangkan oleh setiap individu yang
menentukan pilihan. Sehingga dalam membuat model
diasumsikan bahwa U dapat dinyatakan dalam 2 komponen,
yaitu:
21
• Vin yang terukur sebagai fungsi dari atribut terukur
(deterministik).
• Bagian acak єin yang mencerminkan hal tertentu dari
setiap individu termasuk kesalahan yang dilakukan oleh
pemodelan.
Uin = Vin +
єin ......................................................
............................... (2.8)
Dimana:
Uin = Utilitas alternatif i bagi pembuat keputusan n.
Vin = Fungsi deterministik utilitas moda i bagi individu
n.
єin = Kesalahan acak (Random error) komponen statistik.
Dalam pemilihan deterministik di atas, nilai utilitas
bersifat pasti (constant utility). Hal ini terjadi dengan
asumsi si pengambil keputusan mengatahui secara pasti
semua atribut yang berpengaruh terhadap utilitas setiap
moda alternatif dan pengambilan keputusan tersebut
memiliki informasi serta kemampuan menghitung nyaris
sempurna pada atribut tersebut. Asumsi ini tentunya sulit
diterima dalam praktek sehari-hari sehingga penggunanya
sangat terbatas.
Masalah di atas diatasi oleh Manski (Ben-Akiva, 1985),
dengan adanya konsep utilitas acak (random utility) dimana
terdapat 4 hal yang menyababkan terjadinya keacakan
tersebut, yaitu:
• Adnya atribut yang tidak teramati
22
• Adanya variasi cita rasa individu yang teramati
• Adanya kesalahan pengukuran karena informasi dan
perhitungan yang tidak sempurna
• Adanya variabel acak yang bersifat instrumental
Untuk persamaan di atas dapat dijelaskan hal-hal yang
tidak rasional. Misalnya, ada 2 individu dengan atribut
yang sama dan mempunyai set pilihan yang sama mungkin
memilih pilihan yang berbeda dan beberapa individu tidak
selalu memilih alternatif terbaik.
Model Logit Multinominal/Binomial
Untuk pembahasan model logit binomial dinyatakan sebagai
berikut:
Pji = expU (x)1+expU (x ) dan U(x) =∑βjnixjni……………………(2.9)
Pji = Probabilitas memilih moda-j bagi individu-i
U(x) = Nilai kepuasan (Utilitas)
xjni = atribut ke-n dalam memilih moda-j, bagi individu-i
Βjni = koefisien dari atribut xjni
Model logit binomial/multinomial harus memenuhi aksioma
Independent of Irrelevant Alternatif (IIA) yang dapat ditulis sebagai
berikut :
Pbus DATRA = expUbusDATRA
∑ (expUbusDATRA+expUbusBTN )
=expUbusDatra
1+exp (UbusDATRA−UbusBTN ) ....................
.....…(2.10)
23
Pbus BTN = 1 - PbusDATRA
..........................................................
........ (2.11)
Probabilitas bahwa individu memilih bus DATRA (Pbus DATRA)
adalah fungsi perbedaan utilitas antara kedua moda. Dengan
menganggap bahwa fungsi utilitas linear, maka perbedaan
utilitas diekspresikan dalam bentuk perbedaan dalam
sejumlah atribut n yang relevan diantara kedua moda,
dirumuskan sebagai berikut :
Ubus DATRA - Ubus BTN = a0-a1(X1busDATRA–X1busBTN) + a2(X2busDATRA -
X2busBTN) + . . . +an(Xn bus DATRA – Xn bus BTN)
..........................................................
..................... (2.12)
dimana :
Ubus DATRA–Ubus BTN = Respon individu pernyataan pilihan
a0 = Konstanta
a1, a2, . . . , an = Koefisien masing-masing atribut yang
ditentukan multiple linear regresion.
Analisa pengolahan data diperlukan guna mendapatkan bunga
kuantitatif antara atribut dan respon yang diekspresikan
dalam skala semantik dengan rumusan model seperti pada
persamaan diatas. Data yang telah didapat dari hasil
survey diolah dengan menggunakan program SPSS (Statistical
Product and Service Solutions). Dari hasil output program
ini akan didapatkan nilai koefisien masing-masing dari
atribut yang telah ditentukan.
24
KESIMPULAN
Statistika merupakan ilmu pengetahuan yang
berhubungan dengan metode-metode ilmiah untuk pengumpulan,
pengorganisasian, perangkuman, pemaparan dan
penganalisasian data. Sedangkan Probabilitas disebut juga
peluang, peluang dari suatu kejadian yang diubah ke bentuk
perhitungan. Dalam pemilihan moda transportasi kita dapat
mengetahui Tahap pilihan moda dimana suatu tahapan proses
perencanaan angkutan yang bertugas dalam menentukan
pembebanan perjalanan atau mengetahui jumlah (dalam arti
proporsi) orang dan barang yang akan menggunakan atau
memilih berbagai model transportasi yang tersedia untuk
melayani suatu titik asal-tujuan tertentu, demi beberapa
maksud perjalanan tertentu pula. Semua ini dapat dilakukan
pendekatan model pemilihan moda, model pemilihan diskrit,
utilitas, utilitas acak, dan model logit
multinominal/binomial.
25
\
DAFTAR PUSTAKA
Tamin, Ofyar Z. 2003. Perencanaan & Pemodelan Transportasi.Bandung : ITB.
Akiva dan Leman (1985) dalam bukunya “Discrete Choice Analysis :Theory and Application to Travel Demand”
Domenicich, Mcfadden (1975) dan Williams (1997). Teori UtilitasAcak.
Menheim (1979) Pendekatan Agregat Dilakukan dengan 2 Cara.
Warner, 1962. Binary Choice Model.
www.google.com
www.wikipedia.com