38
TINJAUAN PUSTAKASLEEPING AND AROUSAL1. Sleeping1.1 Pengertian
Siklus Bangun-TidurDefinisi dari tidur adalah bentuk fisiologis dan
berulang dari penurunan kesadaran secara reversibel dimana terjadi
penurunan fungsi kognitif secara global sehingga otak tidak
merespon secara penuh terhadap stimulus sekitar. Tidur merupakan
peristiwa yang beragam dan kompleks, oleh karena itu untuk dapat
menggambarkannya biasa digunakan alat elektroencephalografi (EEG),
untuk merekam aktivitas gelombang otak, elektro-okulografi (EOG)
untuk merekam pergerakan bola mata, elektromyografi (EMG) untuk
merekam aktivitas elektrikal otot. Siklus tidur-bangun meliputi
sirkuit neural internal yang kompleks. Pada orang dewasa normal
siklus ini dibagi menjadi 5 fase, yakni fase 1 sampai dengan 4 yang
disebut Non Rapid Eye Movement Sleep (NREM) dan fase ke 5 yang di
sebut dengan Rapid Eye Movement Sleep (REM). Kelima siklus ini
dapat berulang beberapa kali dalam suatu periode tidur. Fase 1dan 2
disebut light NREM sedang Fase 3 dan 4 disebut deep NREM atau juga
dapat dikenali sebagai gelombang delta atau slow-wave sleep
(SWS).
Gambar 1 Hipnogram dari tidur. Pada stage 1 dan REM, digambarkan
pada level yang sama, karena memiliki pola EEG yang hampir sama
Siklus tidur normal dimulai dari fase 1 NREM atau drowsiness,
yang kemudian diikuti dengan fase 2, kemudian diikuti dengan SWS,
kemudian kembali ke fase 2 dan dilanjutkan dengan siklus REM. Pada
orang dewasa normal, siklus ini dapat terjadi 5-7 kali tiap periode
tidur yang berlangsung lamanya kurang lebih 90 menit dan pada
umumnya siklus pertama terjadi paling singkat dibandingkan siklus
lainnya. Pada 1/3 dari periode tidur, slow wave sleep mendominasi,
sedangkan proporsi dari REM meningkat beberapa jam terahkir dari
periode tidur. Periode REM yang pertama biasanya terjadi 70-90
menit setelah tidur dimulai. Pada masa hidupnya manusia mengalami
2%-5% dari periode tidurnya pada fase 1 NREM, 45-55% pada fase 2,
13-23% pada fase SWS dan 20-25% pada fase REM.
Gambar 2 Distribusi durasi tidur berdasarkan usia
Durasi dan distribusi dari fase tidur bervariasi pada tiap tahap
usia kehidupan manusia. Pada bayi baru lahir, durasi tiap siklus
berlangsung selama kurang lebih 60 menit, sedangkan pada dewasa
muda kurang lebih 90 menit. Durasi tidur menurun sesuai dengan
pertambahan usia seseorang. Bayi baru lahir dapat tidur sampai 16
jam per harinya sedangkan pada usia bayi beranjak 6 bulan, waktu
tidur berkurang menjadi 12 jam perharinya. Pada usia dewasa normal
durasi tidur berlangsung antara 7,5 sampai 8 jam tiap harinya.
Gambar 3 Distribusi fase tidur berdasarkan usia
Distribusi dari fase tidur juga berubah sesuai dengan
pertambahan usia. Fase REM pada bayi baru lahir lebih panjang
dibandingkan pada anak-anak dan dewasa. Fase REM pada bayi baru
lahir meliputi 50% dari periode tidurnya. Ketika usia bayi beranjak
3 bulan, fase ini akan secara bertahap berkurang sampai usia nya
menginjak masa kanak-kanak dan dewasa. Sebaliknya, lama fase SWS
akan mulai berkurang saat seseorang menginjak usia 30an dan akan
menghilang saat seseorang menginjak usia dekade ke 9.
1.2 Neuroanatomi Pusat Pengaturan Tidur
Gambar 4 Skematis lokasi anatomi area-area di otak yang berperan
saat tidur
Tidur berasal dari beberapa proses dalam otak yang meliputi
beberapa sirkuit neural yang saling berhubungan satu sama lain,
serta meliputi beberapa neurotransmitter yang saling mempengaruhi
satu sama lain. Berikut di bawah ini merupakan area-area di otak
yang berperan dalam siklus tidur-bangun. Ascending Reticular
Activating System (ARAS)ARAS merupakan sistem saraf pusat yang
berfungsi sebagai promotor dari proses tidur-bangun. Bagian ini
terletak di formatio retikularis di batang otak yang terdiri atas
beberapa kelompok sel dan nukleus serta sejumlah besar interneuron
serta traktus ascenden dan descenden yang saling berhubungan satu
sama lain.
Nukleus Traktus SolitariusBagian ini terletak di bagian medula
oblongata, bersifat noradrenergik. Nukleus ini lebih aktif saat
fase NREM dibandingkan pada saat bangun. Locus Coeruleus Bagian ini
terletak pada pons bagian atas dan dorsal serta bersifat
noradrenergik. Locus coeruleus aktif pada saat bangun dan
tersupresi parsial pada fase NREM serta inaktif pada fase REM,
berfungsi untuk menginhibisi aktivitas LDT/PPT. Nucleus
RapheNukleus ini terletak di garis tengah dan bersifat
serotonergik. Bagian yang terpenting dari nukleus ini adalah
nucleus raphe dorsalis. Nukleus ini bersifat aktif saat bangun,
tersupresi secara parsial saat NREM dan inaktif saat REM.
Kinerjanya diinhibisi oleh neuron GABA-ergik, menghambat aktivitas
LDT/PPT, serta memberikan proyeksi ke hipotalamus. Diduga nukleus
ini memliki kontribusi terhadap respon motorik,otonom serta status
emosional saat perubahan dari tidur ke bangun. Laterodorsal
Tegmental dan Pedunculopontine Tegmental (LTD/PPT)Nukleus-nukleus
ini terletak di bagian formasio retikularis di bagian dorsal dari
tegmentum pons serta bersifat kolinergik. Aktifitasnya diinhibisi
oleh locus coeruleus, nucleus raphe dan nucleus tubero-mammilary.
Berfungsi menghubungkan area-area di batang otak dengan thalamus.
LTD/PPT ini merupakan generator dari siklus REM, juga berkontribusi
terhadap komponen visual dari mimpi dan halusinasi. Jika nukleus
ini aktif, maka akan terjadi inhibisi dari locus coeruleus dan
nukleus raphe. Sistem MesolimbikSistem ini berasal dari area
ventral dari tegmentum mesencephalon. Sistem ini bersifat
dopaminergik serta dapat menyebabkan keterjagaan sebagai akibat
dari stimulus yang didapat. Nukleus Tubero-Mammilary (TMN)Nuklei
ini terletak di bagian posterior dari hipotalamus dan bersifat
histaminergik. Nukleus ini berfungsi menginhibisi VLPO dan LDT/PPT
serta bersifat aktif saat bangun, tersupresi parsial pada fase NREM
dan inaktif saat fase REM. Nuklei PerifornicalTerletak di lateral
dari hipothalamus, berfungsi mensekresi orexin (hipokretin).
Nukleusnukleus ini memiliki fungsi eksitatorik locus coeruleus dan
nuklei raphe serta inhibisi terhadap LDT/PPT. Nuklei ini aktif pada
saat fase wakefullness dan berfungsi melimitasi durasi fase REM.
Nukleus Suprakhiasmatik (SCN)Nukleus ini bertanggung jawab terhadap
ritme sirkadian serta sebagai promotor bangun. Jika terjadi lesi
pada bagian ini maka akan menimbulkan rasa kantuk yang berlebihan.
Area Preoptik HipotalamusArea ini terletak di anterior dari
thalamus, merupakan pusat integrasi dari homeostasis dan ritme
sirkadian. Area ini meliputi VLPO dan VMPO yang letaknya berdekatan
dengan SCN. Fungsi dari area ini adalah sebagai reseptor osmotik
penghasil arginin vasopressin (AVP) .
Ventrolateral Preoptic Nuclei (VLPO)Nuklei ini terletak di
inferior dari SCN dan di lateral dari ventrikel III, dekat dengan
nukleus VMPO. VLPO berpotensi untuk menyebabkan reaktivasi dari
pusat pencetus tidur. Sebaliknya pula fungsi dari nukleus ini
diinhibisi oleh sistem keterjagaan yang bersifat aminergik. Bagian
dorsal dari VLPO mencetuskan fase NREM dan bagian medialnya
memberikan proyeksi ke LDT/PPT, sehingga menginduksi fase REM.
Kinerja dari VLPO tidak dipengaruhi oleh ritme sirkadian, namun
meningkat dengan adanya kekurangan tidur. Nukleus ini aktif pada
saat tidur dan inaktif pada saat bangun. Ventromedial Preoptic
Nuclei (VMPO)Nukleus ini berperan dalam pengaturan suhu tubuh dan
modifikasi fungsi tidur-bangun. Median Preoptic Nucleus
(MPN)Terletak di hipothalamus, di bagian dorsal dari ventrikel III
dan bersifat GABA-ergik. Nukleus ini aktif saat tidur, terutama
fase NREM fase 3 dan 4. Zona SubparaventrikulerLetaknya berdekatan
dengan dengn SCN input yang berasal dari bagian ini kemudian akan
secara terintegrasi akan mempengaruhi ritme sirkadian, temperatur
(melalui VMPO), perilaku, dan fungsi endokrin. Nukleus
DorsomedialNukleus ini menerima jaras dari zona subparavetrikuler
serta memberikan proyeksi ke nukleus paraventrikuler dan nukleus
perifornikal dan berperan dalam inhibisi VLPO, pengaturan suhu
tubuh, perilaku makan, dan keterjagaan. Basis Frontalis (Substansia
inominata)Lokasinya terdapat pada area preoptik dari
hipotalamus.Terdiri atas nukleus-nukleus penting yang memegang
peran penting dalam proses tidur. Nukleus Basalis dari
MeynertNeuron-neuronnya diaktivasi oleh neuron glutamat-ergik yang
terletak di pons meliputi locus coeruleus, nukleus raphe dan
nukleus perifornical. Neuron dari meynert ini bersifat kolinergik
dan dapat diinhibisi oleh akumulasi dari adenosin. Sistem
LimbikSistem limbik meregulasi baik sistem saraf otonomik maupun
reaksi emosional seseorang terhadap stimulus eksternal dan memori
sehingga menyebabkan sistem ini bersifat fleksibel dan adaptif.
Sistem ini tidak aktif pada fase NREM tetapi aktif pada saat REM.
ThalamusThalamus mengatur aktivitas ARAS dan impuls lainnya yang
melewati mesencephalon. Thalamus memodifikasi aktifitas spindel
dari mesencephalon serta mampu mengintegrasikan dan mensinkronisasi
aktivitas korteks. Sinkronisasi aktivitas dari korteks ini
menyebabkan korteks serebri dapat menginisiasi serta mempertahankan
fase NREM. Melalui neuron pensekresi GABA-nya, thalamus
menginhibisi promotor keterjagaan yang terletak di batang otak juga
memberikan pengaruh terhadap fase REM melalui proyeksinya ke
LDT/PPT. Tabel 1 Nukleus-nukleus di otak dan peranannya terhadap
tidurNukleusfase NREMfase REMBangun
Locus coeruleus-+
Nucleus Raphe -+
Nukleus tubero-mamilarius-+
LDT/PPT-++
+ = Aktif; = Penurunan aktivitas; - =Inaktif
1.3 Neuromodulasi yang Berperan pada Proses Tidur-BangunProses
tidur bangun sangat dipengaruhi oleh adanya neurotransmitter.
Neurotransmitter ini sangat berperan dalam proses modulasi
neuron-neuron dari otak yang berperan dalam proses tersebut.
KatekolaminKatekolamin memiliki peran dalam proses bangun,
berdasarkan hasil penelitian imunohistokimia, ditemukan bahwa
neuron katekolaminergik yang berada di locus coeruleus memiliki
peranan penting dalam proses memulai keterjagaan. Obat-obatan yang
menyebabkan inhibibisi katabolisme dari katekolamin menyebabkan
keterjagaan yang intens, sebaliknya pula inhibisi dari sintesis
katekolamin dapat menurunkan keterjagaan. Asetilkolin Asetilkolin
memegang peranan penting terhadap mulainya tidur. kolinergik agonis
misalnya berupa nikotin dapat menyebabkan keterjagaan, sebaliknya
antagonis dari reseptor muskarinik dapat menyebabkan tercetusnya
proses tidur. Asetilkolin juga memegang peranan penting pada proses
pengaturan gerak di basal ganglia, di mana cara kerjanya
berkebalikan dengan cara kerja dopamin. Ada 2 macam kelompok neuron
kolinergik;1) Nukleus LDT/PPT di formatio retikularis di pons,
berfungsi mencetuskan fase REM tidur dan keterjagaan melalui
aktivitasnya, juga memberikan proyeksi ke hipotalamus dan lobus
frontalis juga berperan dalam hilangnya aktivitas otot skeletal
saat fase REM.2) Neuron kolinergik di basis frontalis, berfungsi
mencetuskan fase REM tidur serta keterjagaan dan kerja nya di
inhibisi oleh akumulasi adenosin ekstraseluler. Serotonin (5-HT,
5-Hidroksitriptamin)Pada umumnya serotonin memiliki fungsi untuk
mencetuskan bangun dan berhubungan dengan proses sensoris dan
motorik, terutama berhubungan dengan mood. Sekresi dari 5HT
bersifat aktif pada saat bangun dan tersupresi secara parsial saat
fase NREM dan inaktif pada saat REM. DopaminDopamin memiliki efek
yang cukup kompleks terhadap proses tidur-bangun. Neuron
dopaminergik berasal dari ventral tegmentum mesencephalon serta
dibagi menjadi 2 macam sistem;1) Sistem Nigro Striatal, memberikan
impuls ke korpus striatum, nukleus accumbens dan korteks
prefrontal. Impuls ini menyebabkan peningkatan kesiagaan,
peningkatan aktivitas motorik serta memiliki efek seperti
simpatetik. Reseptor terminal pada bagian ini adalah D1 dan D2.2)
Traktus Mesolimbik, memberikan proyeksi ke area prefrontal dan
limbik, amigdala serta hipokampus. Area ini memiliki reseptor tipe
D1 yang berasosiasi dengan kesiagaan, kognitif dan fungsi
emosional. HistaminHistamin mencetuskan keterjagaan dan kesiagaan
serta menginhibisi baik fase NREM dan REM serta berperan pada
proses perencanaan dan kognitif. Jika terjadi inhibisi dari
histamin di LDT/PPT dapat menyebabkan inhibisi dari REM.
MelatoninMelatonin disintesis dan dilepaskan oleh glandula pinealis
paling banyak pada saat malam hari dan disupresi produksinya pada
saat siang hari. Produksi dan sekresi dari melatonin diregulasi
melalui stimulus cahaya melalui SCN. Di glandula pinealis terjadi
konversi dari triptophan menjadi serotonin (5-hidroxytriptamin)
kemudian menjadi melatonin (N-acetil-5-metoxytriptamine). Setelah
dihasilkan, melatonin akan mempengaruhi SCN dan mengubah fase dari
sirkadian serta dapat turut mencetuskan mulainya tidur. Produksi
dari hormon ini menurun dengan seiring bertambahnya usia seseorang
dan paparan cahaya. Hormon ini selanjutnya akan dimetabolisme di
hepar. GlutamatGlutamat mencetuskan keterjagaan, merupakan
neurotransmitter eksistatorik di sistem saraf pusat. Glutamat
merupakan transmiter dari jaras proyeksi thalamokortikal yang
bertanggung jawab terhadap sinkronisasi aktivitas otak selama fase
NREM dan jalur kortikospinal.
GABAGABA terdapat pada lebih dari 30% sinaps di otak,
tersebarluas di formasio retikularis di batang otak, basal ganglia,
hipotalamus dan thalamus. GABA disekresi oleh neuron SCN,
memberikan pengaruh terhadap transmisi sensoris di thalamus, dan
memiliki sifat yang berlawanan dengan glutamat. GABA dihasilkan
dari VLPO dan berfungsi menginhibisi nukleus promotor keterjagaan
yang bersifat aminergik. Hormon Ptuitary dan komponen komponen
lainnya yang terkaitGrowth hormone releasing hormone (GHRH)
menyebabkan terjadinya fase NREM. GH berfungsi mencetuskan fase REM
serta menginhibisi pelepasan GNRH. Metabolitnya, yakni insulin
growth factor (IGF-1) mencetuskan proses bangun. Somatostatin
menurunkan durasi NREM namun mencetuskan fase REM. Corticotropin
Releasing Hormone (CRH) berfungsi mencetuskan keterjagaan dan
menginhibisi fase NREM. Adrenocorticotropine hormone (ACTH)
menambah durasi waktu bangun dan fase 1 dan 2 NREM, menurunkan
durasi fase 3 dan 4 NREM dan sedikit pada fase REM. Glukokortikoid
menginhibisi fase NREM. Tabel 2 Neurotransmitter serta efeknya
terhadap fase-fase tidur
EfekNoradrenalinAsetilkolin5-HTDopaminHistaminMelatonin
Pencetuskesadaran penuh, wakefullnesskesadaran penuh/
wakefullness,REMBangun-Kesadaran penuh, wakefullnessNREM
InhibisiREM--REM-
Kerja lainnya mood dan perilakuInhibisi motorik fase REM
perilaku dan kontrol motorikpola berpikir, emosi, perilaku dan
kontrol motorik-ritme sirkadian dan sistem imun
1.4 Ritme sirkadianRitme sirkadian memiliki jangka waktu antara
23,5 sampai 24,5 dengan nilai rata-rata 24,2. Ritme ini dicetuskan
oleh pacemaker internal. Stimulus eksternal meliputi aktifitas
photic maupun non-photic. Interaksi dari input eksternal sangat
kompleks dengan berbagai variasi derajat inhibisi maupun sinergi.
Pencahayaan merupakan faktor pensinkronasi yang dominan dari
pencetus siklus bangun-tidur ritme sirkadian.Terdapat 2 macam
marker biologis dari ritme sirkadian yakni dim light melatonin
onset (DLMO) dan minimum of the core body temperatur rhytm (CTmin).
DLMO memiliki definisi sebagai waktu ketika level hormon melatonin
mulai meningkat (3 pg/ml di air liur dan 10 pg/ml di plasma
melatonin) umumnya terjadi 2-3 jam sebelum tidur pada orang normal,
CTmin terjadi 2-4 jam sebelum ahkir dari periode tidur.Ritme
sirkadian pada mamalia dicetuskan oleh pacemaker utama circadian
yang terletak di nukleus suprachiasmaticus (SCN) di hipotalamus
anterior. Nukleus ini lebih bersifat aktif saat siang hari
dibandingkan dengan saat malam hari dan selama bangun dan fase REM
daripada fase NREM, serta bekerja mencetuskan keterjagaan saat
pagi-siang hari serta mempertahankan tidur saat malam hari.
Gambar 5 Skematis hubungan antara input afferen dan efferen
dengan nukleus suprakihiasmatik
1.5 SirkuitSirkuit yang Terbentuk pada Saat Tidur A. Fase
NREMGambar 6 Skema fase NREM
Fase tidur NREM terjadi inhibisi terhadap neuron di hipotalamus
posterior oleh neuron GABA-ergik di area ventrolateral preoptik
(VLPO) atau yang biasa di sebut sel nonREM-on yang terletak di
hipotalamus anteror. Hal ini dapat menyebabkan inhibisi terhadap
sistem aktivasi histaminergik yang terletak di basis frontalis,
yang kemudian menyebabkan inhibisi input eksitasi histaminergik ke
sistem aktivasi di batang otak yang di mediasi oleh Acethylcoline
sehingga dapat menyebabkan penurunan kesadaran.B. Fase REM
Gambar 7 Skema fase REM
Pada fase tidur REM , diperkirakan pengontrolan terhadap fase
ini berasal dari sirkuit yang terjadi di batang otak. Sel-sel
REM-on terletak di formasi retikularis di pons. Aktivasi sel REM-on
yang bersifat GABA-ergik menginhibisi pelepasan noreprinefrin (NE)
yang berasal dari locus coerulus dan area tegmentum lateralis. Hal
ini kemudian menyebabkan inhibisi terhadap pelepasan serotonin
(5-HT) oleh nucleus raphei. Pada fase NREM, terjadi penghambatan
terhadap noradrenergik dan serotonergik dari sel REM-off dan pada
fase REM sel-sel ini semakin ter silent. Proses silent ini
menyebabkan menghilangnya inhibisi terhadap neuron kolinergik yang
terletak di pediculopontine dan nucleus tegmentalis di
laterodorsal. Proses ini menyebabkan peningkatan transmisi
kolinergik ke thalamus selama fase REM. Perubahan inilah yang
menyebabkan hasil perekaman EEG pada fase REM memiliki kemiripan
dengan fase wakefullnes.Neuron kolinergik di batang otak juga
mengaktivasi sel REM-on di pons yang secara bermakna menyebabkan
penurunan tonus saat fase REM berlangsung. Diduga sel REM-on yang
bersifat glutamaergik yang terletak di formasi retikular
mengaktivasi sirkuit yang menyebabkan inhibisi terhadap proses
transmisi dari glisin di medula oblongata dan medula spinalis.
Sebagai hasil, akan terjadi inhibisi terhadap lower motor neuron
dan penurunan tonus otot. Pada fase REM juga terjadi pergerakan
fisik, misalnya rapid eye movement serta pergerakan anggota gerak.
Pergerakan fasik ini biasa terjadi selama fase wakefullnes dan
terjadi oleh karena proses aktivasi sel REM-Waking on yang juga
berlokasi di formasi retikular di pons. Nucleus suprachiasma di
hipotalamus menerima input dari retina dan hal ini sangat penting
dalam ritme sirkadian dan proses sinkronisasinya terhadap siklus
gelap-terang.1.6 Fase tidurA. Fase Bangun/WakefullnessPada fase
wakefulness ditandai dengan adanya EEG berupa gelombang alfa yang
berkekuatan 15-45 mikrovolt 8-13Hz pada dewasa, dan lebih tinggi
pada usia lebih muda. Gelombang alfa berasal dari oksipital paling
jelas didapatkan pada saat relaxed wakefulness dengan kedua mata
terpejam dan akan terblokir dengan membuka mata, konsentrasi dan
peningkatan level kesadaran, stimulasi taktil dan auditorik pada
gambaran.
Gambar 8 Fase wakefulness dengan mata tertutup. Gelombang alfa
lebih nampak pada sandapan oksipital dan nampak lebih dari 50% dari
gelombang yang terbentuk.
Pada fase wakefullness pada rekaman elektrookulografi didapatkan
kedipan mata dengan kontrol yang volunter serta slow roling eye
movement (SREM) ketika mulai mengantuk. Pada rekaman EMG didapatkan
aktivitas yang tinggi dari otot yang berlangsung secara volunter.B
.Fase Non Rapid Eye Movement (NREM)1) Fase 1 NREMFase 1 atau juga
disebut drowsiness merupakan fase transisi yang ditandai dengan
munculnya gerak bola mata pendular yang pelan/slow eye pendular
movement, menghilangnya ritme wakefullness secara bertahap, serta
munculnya gelombang frontocentral theta dan gelombang verteks yang
saling bercampur dengan frekuensi yang lebih tinggi. Gelombang
theta adalah gelombang yang berkekuatan 4-7 Hz dan berasal dari
hipokampus. Gelombang ini dapat terdeteksi paling baik di sandapan
central dan temporal. Sedangkan gelombang verteks merupakan
gelombang tajam yang memiliki amplitudo defleksi 75 microvolt
dengan kecepatan rendah yakni antara 2-4 Hz. Gelombang ini berasal
dari korteks. Gelombang spindel dapat muncul tetapi lebih jarang.
Gelombang spindel adalah memiliki kecepatan antara 12-14 Hz dan
berlangsung 0,5-1,5 detik dengan amplitudo rata-rata berkisar 0,25
detik yang dapat terlihat di regio frontocentral.REM memiliki
komponen fasik dan tonik. Selama fase tonik, terjadi supresi dari
aktivitas EMG dan pada gambaran dari EEG menunjukkan gelombang
voltase rendah yang bercampur. Pada fase ini amplitudo respirasi
cenderung teratur, paralisa dari otot serta peningkatan perfusi
darah otak. Pada Fase REM Fasik, dapat terjadi pola twitching dari
EMG, tonus otot yang sangat lemah dan pola detak jantung dan
pernafasan yang irreguler. Hasil rekaman EOG menunjukkan aktivitas
pergerakan mata yang meningkat. Selama fase REM, mata akan bergerak
secara cepat dibawah kelopak mata yang tertutup ketika bermimpi.REM
secara normal terjadi 60-90 menit setelah dimulainya tidur. Onset
dari fase REM tidak ditentukan dengan adanya gerakan mata yang
cepat yang terkam oleh EOG, namun dapat ditentukan dengan munculnya
gelombang gergaji pada EEG. Latensi dari fase REM terjadi pada
individu yang kekurangan tidur, neonatus, individu yang mengalami
narkolepsi dan withdrawal dari alkohol serta obat-obatan yang
menghambat fase ini. Gambar 12 Fase REM dimana terdapat gelombang
aktivitas otot di sandapan dagu
Tabel 3 Fase-fase tidur serta karakteristiknya masing masing
KriteriaWakefullnessNREMREM
Posturerrect, duduk berbaringBerbaringberbaring
Mobilitasnormalsedikit menurun/tidak bergerak/berubah
posturberkurang sedang sampai immobil. Jerk mioklonik
Respon terhadap stimulasinormalberkurang ringan-sedangberkurang
sedang sampai tidak ber respons
Kesadaransadartidak sadar tetapi reversibeltidak sadar tapi
reversibel
Kelopak mataterbukaTertutuptertutup
Pegerakan matagerakan bolamata terarahslow rolling eye
movementrapid eye movement
EEGgel.alfa, desinkronisasiSinkronisasigel.theta atau gergaji,
desinkronisasi
EMGnormalberkurang ringanberkurang sedang berat atau hilang
EOGgerakan bangunslow rolling eye movementrapid eye movement
1.7 Perubahan Fisiologis yang Terjadi Selama Tidur Sistem
RespiratorikSelama fase NREM terjadi penurunan dari aktivitas
Respiratory drive dan tonus otot jalan napas bagian atas. Hal ini
dapat menyebabkan penurunan minute volume dan ventilasi alveolar
sebanyak 25% serta peningkatan resistensi jalan napas sebanyak 2
kali lipat, diikuti oleh peningkatan ringan PaCO2 dan penurunan
PaO2. Pola pernapasan saat tidur reguler kecuali saat transisi dari
fase wakefullness ke fase tidur, di mana central apneustik dapat
terjadi. Pada fase REM terjadi penurunan lebih lanjut dari
hypercarbic and hypoxic ventilatory drive, di mana pola pernapasan
ireguler selama fase REM. Dalam fase ini pula terjadi penurunan
tonus otot yang menahan m. genioglossus agar tidak jatuh ke
belakang dan penurunan kinerja dari m. interkostalis serta
otot-otot aksesoris dari dinding dada sehingga pada orang yang
memiliki latar belakang gangguan jalan napas, misalnya PPOK dan
obstructive sleep apneu, hal ini dapat memperberat.
Sistem KardiovaskularTekanan darah menurun selama fase NREM dan
fase tonik REM tetapi dapat meningkat sampai diatas tekanan darah
saat bangun selama fase REM. Selama fase REM denyut jantung menjadi
bervariasi, dengan episode takikardia dan bradikardia dan
penigkatan denyut secara transient sekitar 35%. Hal ini disebabkan
oleh peningkatan dari aktivasi CNS saat tidur yang disertai
pergerakan bola mata. Sistem RenalTerjadi penurunan glomerulus
filtration rate dan filtration fraction yang disertai dengan
peningkatan sekresi hormon anti-diuretik sehingga urin yang
dihasilkan berjumlah sedikit namun memiliki konsentrasi yang pekat.
Sistem EndokrinBeberapa sekresi hormon berhubungan langsung dengan
siklus tidur-bangun. Hormon melatonin dilepaskan dari glandula
pinealis di bawah kontrol nukleus suprachiasmatik selama 4-5 jam,
biasanya dimulai Pk 21.00 atau waktu dimulainya malam atau gelap.
Produksi hormon ini diinhibisi oleh paparan cahaya. Fungsi dari
hormon ini adalah untuk memfasilitasi proses tidur dan keterjagaan.
Hormon pertumbuhan paling banyak disekresi selama episode awal dari
SWS, terutama masa pubertas. Hormon prolaktin juga meningkat
jumlahnya sesaat setelah tidur dimulai dan berkurang saat
wakefullness. Jika terjadi gangguan dari fase-fase tidur, maka akan
terjadi gangguan pula terhadap produksi kedua hormon ini. Sekresi
hormon kortisol menurun saat tidur dan semakin meningkat pada pagi
hari dan memuncak sesaat setelah bangun tidur. Suhu TubuhPada saat
tidur terjadi penurunan ambang pasien untuk menggigil serta terjadi
penurunan suhu tubuh sebanyak 0,5C dan 2C pada mamalia. Suhu tubuh
mencapai titik terendah saat pukul 3 pagi. 2. Arousal2.1 Pengertian
ArousalArousal adalah keadaan fisiologis dan psikologis yang
terjaga atau reaktif terhadap rangsangan. Ini melibatkan aktivasi
dari sistem yang mengaktifkan retikuler di batang otak, sistem
saraf otonom dan sistem endokrin, sehingga dapat menyebabkan
peningkatan denyut jantung dan tekanan darah dan kondisi
kewaspadaan sensori, mobilitas dan kesiapan untuk merespon. Ada
banyak sistem syaraf yang berbeda yang terlibat dalam apa yang
dikenal sebagai sistem arousal. Empat sistem utama yang berasal
dari batang otak, dengan koneksi memperluas seluruh korteks,
didasarkan pada neurotransmiter otak, asetilkolin, norepinefrin,
dopamin, dan serotonin. Ketika sistem ini bekerja, daerah saraf
menerima menjadi lebih sensitif dan responsif terhadap sinyal
masuk. Arousal penting dalam mengatur kesadaran, perhatian, dan
pengolahan informasi. Hal ini penting untuk memotivasi perilaku
tertentu, seperti mobilitas, memenuhi gizi, respons
melawan-atau-penerbangan dan aktivitas seksual (lihat Masters dan
Johnson manusia siklus respon seksual, dimana dikenal sebagai fase
arousal). Hal ini juga sangat penting dalam emosi, dan telah
dimasukkan sebagai bagian dari teori banyak berpengaruh seperti
teori James-Lange emosi. Menurut Hans Eysenck, perbedaan dalam
memimpin baseline tingkat arousal orang untuk menjadi baik
extraverts atau introvert. Kemudian penelitian menunjukkan
kemungkinan besar bahwa ekstrovert dan introvert telah terjaga
berbeda. tingkat dasar arousal mereka adalah sama, tapi respon
terhadap rangsangan berbeda. Hukum Yerkes-Dodson menyatakan bahwa
ada hubungan antara arousal dan kinerja tugas, pada dasarnya
menyatakan bahwa terdapat suatu tingkat arousal optimal untuk
kinerja, dan terlalu sedikit atau terlalu banyak rangsangan dapat
mempengaruhi kinerja tugas. Salah satu interpretasi UU
Yerkes-Dodson adalah Easterbrook Cue-Penggunaan hipotesis.
Easterbrook menyatakan bahwa peningkatan arousal menyebabkan
penurunan jumlah isyarat yang dapat dimanfaatkan.Dalam psikologi
positif, arousal digambarkan sebagai respon terhadap tantangan yang
sulit bagi subjek memiliki keterampilan moderat. 2.2 Tingkat
ArousalApabila seseorang berada pada tingkat arousal atau semangat
yang sangat tinggi, atau sebaliknya sangat rendah, ia cendeerung
menunjukkan kinerja yang kurang efektif. Alasannya adalah: Kinerja
buruk pada semangat tingkat rendah disebabkan karena banyak isyarat
yang tidak relevan pada tugas pada saat itu muncul dalam pikiran
seseorang. Kinerja buruk pada semangat tingkat tinggi disebabkan
karena beberapa isyarat yang relevan dengan tugas pada saat itu
diabaikan.Arousal (Pembangkit). Banyak emosi mempunyai komponen
pembangkit. Ketika kita emosional, kita sering merasa bergairah.
Beberapa teori telah berpendapat bahwa semua emosi adalah hanya
tingkat dimana seseorang atau binatang dihasut. Meski tidak semua
orang setuju dengan gagasan ini, tingkat keterbangkitan adalah
bagian penting dari emosionalitas.Contohnya,tingkat yang tinggi
dalam keterbangkitan adalah dalam kemarahan, ketakutan dan
kenikmatan, sedangkan tingkat keterbangkitan yang rendah adalah
kesedihan dan depresi.Sejumlah struktur dalam inti otak secara
langsung melibatkan pengaturan dan pengkoordinasian
pola-polaaktivitas ciri dari emosi yang lebih kuat, khususnya
takut, marah, dan kesenangan. Inti ini bagian dari otak termasuk
hipothalamus dan suatu kelompok yang kompleks yang dikenal dengan
nama sistem limbik. Istilahlimbik berasal daribahasa Latin yang
artinya "batas". Struktur dari sistem ini berbentuk cincin atau
lingkaran diseputar batang otak dari otak bawah.
Percobaan-percobaan telah menunjukkan bahwa kerusakan dalam
struktur sistem limbik ini menghasilkan perubahan besar perilaku
emosi binatang, membuat binatang buas menjadi jinak atau binatang
jinak menjadi buas. Stimulasi pada bagian-bagian tertentu dari
sistem limbik dan hipothalamus menghasilkan pola-pola perilaku yang
sangat mirip dengan emosi yang terjadi secara alamiah. Stimulasi
listrik di bagian sistem limbik dan hipothalamus, seperti halnya
bagian otak lainnya, disenangi binatang dan menyenangkan bagi
manusia (Heath dalam Morgan, dkk., 1986).Keadaan keterbangkitan
bagian dari emosi dilakukan untuk meningkatkan kegiatan dari
sel-sel otak dalam cerebral korteks, sistem limbik, dan
hipothalamus. Aktifitas sel-se\ di daerah otak ini secara langsung
atau tidak langsung dipengaruhi oleh serabut-serabut syaraf yang
menyebar dari daerah inti otak- formasiretikuler- mencapai semua
daerah otak yang terlibat dalam pengaturan emosi. Ketika kegiatan
serabut-serabut dari formasi retikuler harus naik atau mendaki,
untuk mencapai daerah otak yang lebih tinggi terlibat emosi,
pengaktifan bagian dari formasi retikuler disebut ARAS (ascending
reticuler activating system). Suatu ketika, ketika anda tidak bisa
rileks, arahkan ARAS anda. ARAS secara mendasar terlibat untuk
membuat kita tetap terjaga, berjaga-jaga dan curiga. 2.3 Hal-Hal
Yang Mempengaruhi EmosiEmosi pada dasarnya adalah dorongan untuk
bertindak, rencana seketika untuk mengatasi masalah yang telah
tertanam melalui mekanisme evolusi. Akar kata emosi adalah movere
(bahasa latin) yang berarti menggerakkan, bergerak, ditambah awalan
e- untuk memberi arti bergerak menjauh, menyiratkan bahwa
kecenderungan bertindak merupakan hal mutlak dalam emosi. Menurut
kamus Oxford English Dictionary mendefenisikan emosi sebagai setiap
kegiatan atau pergolakan pikiran, perasaan, nafsu, setiap keadaan
mental yang hebat atau meluap-luap. Secara umum, para psikolog
memfokuskan pendefenisian emosi pada tiga komponen utama: perubahan
fisiologis (perubahan pada wajah, otak dan tubuh), proses kognitif
(interpretasi suatu peristiwa), dan pengaruh budaya (membentuk
pengalaman dan ekspresi emosi). Emosi adalah situasi stimulasi yang
melibatkan perubahan pada tubuh dan wajah, aktivasi pada otak,
penilaian kognitif, perasaan subjektif, dan kecenderungan melakukan
suatu tindakan yang dibentuk seluruhnya oleh peraturan-peraturan
yang terdapat di suatu kebudayaan.Sebagian ahli, menggolongkan
antara emosi primer dan emosi sekunder. Golongan emosi-emosi primer
yang merupakan penggerak dasar tingkah laku. Tingkah laku terwujud
dari emosi primer ataupun sekunder (gabungan antara beberapa emosi
primer).Aktivitas emosi dipengaruhi oleh aktivitas fisiologis (otak
dan transformasi hormon). Amigdala merupakan suatu bagian kecil
dari otak kita yang memiliki peran penting dalam emosi, terutama
rasa takut. Amigdala bertugas mengevaluasi informasi sensorik yang
kita terima, dan kemudian dengan cepat menentukan kepentingan
emosionalnya, dan membuat keputusan untuk mendekati atau menjauhi
suatu objek atau suatu situasi. Amigdala bekerja mengevalusi bahaya
atau ancaman. Peran Prefrontal Cortex, adalah merespon dan
memotivasi respon-respon tertentu, mengatur dan menjaga agar emosi
tetap seimbang (perasan suka dan benci, menjauh dan mendekat dan
lain-lain). Kelenjar yang berhubungan dengan emosi adalah kelenjar
adrenalin yang akan memproduksi hormone epinephrine dan
norepinephrine. Hormon ini bekerja sebagai respon terhadap beragam
tantangan dalam lingkungan. Hormone ini akan diproduksi pada saat
tertawa, geli, marah, takut dan lain-lain MotivasiMotivasi adalah
dorongan dari dalam diri individu (drive) yang membuat seseorang
melakukan sesuatu. Motivasi seperti bahan bakar pada mesin,
menentukan mesin bergerak atau akan terdiam selamanya. Istilah
motivasi, seperti halnya kata emosi, berasal dari kata latin, yang
berarti bergerak. Ilmu psikologi tentu saja mempelajari motivasi,
sasarannya adalah mempelajari penyebab atau alasan yang membuat
kita melakukan apa yang kita lakukan. Motivasi merujuk pada pada
proses yang menyebabkan organisme tersebut bergerak menuju suatu
tujuan, atau bergerak menjauh dari situasi yang tidak
menyenangkan.Motivasi memiliki penekanan pada tujuan (goals).
Tujuan yang telah kita tetapkan dan alasan yang kita miliki untuk
mengejar tujuan tersebut akan menetapkan pencapaian (prestasi) yang
kita dapatkan, meskipun tidak semua tujuan akan menuntun kita pada
prestasi yang nyata. Tujuan dapat meningkatkan motivasi apabila
kondisi berikut ini Tujuan bersifat spesifik. Tujuan yang tidak
jelas, seperti melakukan yang terbaik, bukalah tujuan yang efektif,
tujuan ini bahkan tidak berbeda dengan tidak memiliki tujuan sama
sekali. Kita perlu lebih spesifik menentukan tujuan, termasuk
menentukan waktu pengerjaan. Tujuan harus menantang, namun dapat
dicapai. Kita cenderung bekerja keras untuk mencapai tujuan yang
sulit namun realistis. Semakin tinggi dan semakin sulit suatu
tujuan maka semakin tinggi juga tingkat motivasi dan kinerja kita,
kecuali kita memilih suatu tujuan yang mustahil dicapai. Tujuan
kita dibatasi pada mendapatkan apa yang kita inginkan, bukannya apa
yang tidak kita inginkan. Tujuan mendekat (approach goal) merupakan
penglaman positif yang kita harapkan secara langsung, seperti
mendapatkan nilai yang lebih baik atau mempelajari cara menyelam
dilaut. Tujuan menghindar (avoidance goal) melibatkan usaha
menghindari pengalaman yang tidak menyenangkan, seperti berusaha
tidak mempermalukan diri sendiri.Mendefiniskan tujuan yang kita
miliki akan semakin mendekatkan kita dengan keberhasilan. Namun apa
yang terjadi bila kita menemukan rintangan? Beberapa orang akan
menyerah saat menghadapi kesulitan atau mundur, sedangkan beberapa
orang lainnya justru termotivasi saat menghadapi tantangan. Sebuah
pertanyaan penelitian: Factor apakah yang dapat memprediksi bahwa
bakat, ambisi, dan IQ dapat memprediksi orang akan terus berusaha
atau akan menyerah? Pendapat umumnya menyatakan bahwa eksistensi
motivasi bersifat dikotomi (seseorang memiliki motivasi atau
sebaliknya tidak memiliki motivasi, tidak ada motivasi antar
keduanya). Hal lain yang mempengaruhi kekuatan motivasi seorang
adalah jenis sasaran yang akan diusahakan (apakah untuk menunjukkan
kemampuan atau untuk mendapatkan kepuasan dari proses tersebut)
Proses KognitifProses kognitif areanya sangat luas (proses
berpikir, intelegensi, pengetahuan umum dan lain-lain). Disini kita
hanya akan membahas antara intelegensi dan emosi. Intelegensi
emosional adalah suatu kemampuan mengidentifikasi emosi yang
dialami oleh diri sendiri dan orang lain dengan akurat, kemampuan
mengekspresikan emosi dengan tepat, dan kemampuan mengatur emosi
pada diri sendiri dan orang lain. Orang yang memiliki intelegensi
emosional (EQ) yang tinggi mampu menggunakan emosi mereka untuk
meningkatkan motivasi mereka, menstimulasi pemikiran yang kreatif,
dan mengembangkan empati terhadap orang lain. Orang-orang yang
memiliki intelegensi emosi yang kurang baik akan mengalami
kesulitan dalam mengidentifikasi emosi pada diri mereka sendiri.
Beberapa orang memiliki argumen bahwa intelegensi emosional
bukanlah kemampuan kognitif yang spesial, melainkan kumpulan
karakteristik-karakteristik kepribadian, seperti empati dan
ekstroversi. Terlepas dari kontroversi yang ada, pengembangan
konsep intelegensi merupakan sesuatu yang sangat berguna bagi kita
semua. Pengembangan tersebut memaksa kita berpikir kritis mengenai
makna intelegensi dan memaksa kita mempertimbangkan beragam jenis
intelegensi yang membantu kita dalam menjalani kehidupan
sehari-hari. Pendekatan kognitif juga membantu penyusuran berbagai
strategi pembelajaran anak-anak yang mampu secara efektif
meningkatkan kemampuan anak dalam membaca, menulis, mengerjakan
pekerjaan rumah dan menjalani ujian. Sebagai contoh, anak-anak
diajari menggunakan waktu dengan bijak sehingga tidak menunda-nunda
dan mampu membedakan persiapan untuk ujian pilihan ganda dengan
ujian essai. Yang paling penting, berbagai pendekatan baru dalam
menjelaskan intelegensi telah menghapus set mental yang keliru,
yang menganggap intelegensi yang diukur oleh tes IQ satu-satunya
variabel yang menentukan berhasil atau tidaknya seseorang dalam
kehidupannyaHubungan Emosi, Motivasi dan Proses KognitifBerbagai
temuan yang mengindikasikan adanya pengaruh-pengaruh keadaan emosi
seseorang terhadap aktivitas kognisi dapat dilihat dalam beberapa
pendekatan teoritis. Khusus pendekatan arousal, disini membahas
tentang emosi, motivasi dan pengaruhnya terhadap proses kognitif
yang sedang berlangsung.A. Network Theory (teori jaringan
kerja)Teori ini dikembangkan oleh Gordon Bower dkk (1980). Teori
ini didasarkan atas asumsi bahwa emosi-emosi disimpan sebagai
node-node atau komponen-komponen di dalam ingatan semantik. Setiap
emosi yang menonjol seperti gembira, murung (depresi), atau
ketakutan, memiliki komponen atau unit khusus di dalam ingatan yang
terkumpul bersama-sama dengan banyak emosi yang lain seperti
jaringan. Masing-masing unit emosi tersebut juga dihubungkan oleh
proposisi yang menggambarkan peristiwa-peristiwa yang terjadi
ketika seseorang sedang mengalami emosi itu. Node-node emosi ini
dapat diaktifkan kembali oleh berbagai stimulus, misalnya
simbol-simbol bahasa atau objek-objek fisik.Contoh: kenangan indah
yang pernah dialami pada waktu masih muda, dapat dimunculkan
kembali dari ingatan seseorang ketika mendengarkan lagu-lagu atau
kenangan masa lalu.B. Schema Theory (Tori Skema)Teori ini
berpandangan bahwa orang-orang yang memiliki emosi atau suasana
hati tertentu memiliki suatu bungkai kerja yang digeneralisasikan
yang disebut skema yang serupa dengan suasana hati tersebut. Jadi,
orang yang sedang mengalami kesedihan akan memiliki skema sedih dan
menggunakannya untuk mengorganisasikan informasi. Teori skema
secara konseptual hampir serupa dengan teori network, karena
keduanya mendasarkan pandangan pada struktur pengetahuan (knowledge
structures) yang berupa suatu jaringan atau skema di dalam system
kognitif manusia. Perbedaan yang menonjol antara kedua teori ini
adalah: Teori network berpijak pada asumsi bahwa suatu unit emosi
dapat diaktifkan kembali dari jaringan seseorang, sementara teori
skema menggunakan asumsi berupa pemberlakuan kerangka kerja yang
disebut skema terhadap informasi yang baru atau di kemudian. Teori
network lebih terkenal daripada teori skema. Namun, dewasa ini
teori skema mengalami perkembangan dan kemajuan, sehingga sekarang
para ahli psikologi juga mulai banyak menggunakan teori skema untuk
menjelaskan berbagai fenomena kognitif manusia.C. Resource
Allocation or Capasity Model (Teori Alokasi Sumber kapasitas)Teori
ini dikembangkan secara luas oleh Henry Ellis dkk (sejak
pertengahan tahun 1980-an). Ide dasar dari teori ini adalah
pemberian jatah kapasitas perhatian terhadap suatu tugas yang
cocok. Ada dua hal yang perlu dipertimbangkan: Peranan keadaan
emosional dalam mengatur jumlah kapasitas yang diperuntukkan bagi
beberapa tugas kognitif. Permintaan atau tuntutan tugas-tugas itu
sendiri terhadap pemrosesan kapasitas.Model ini diambil dari konsep
tentang alokasi terhadap sumber-sumber kapasitas yang merupakan
bagian dari teori kapasitas yang merupakan bagian dari teori
kapasitas umum untuk menerangkan fenomena perhatian (attention).
Teori ini berasumsi bahwa terdapat keterbatasan sumber kapasitas
perhatian yang dapat dialokasikan oleh seseorang kepada setiap
tugas yang dikerjakan. Kognisi manusia tidak selalu bersifat
rasional karena melibatkan banyak bias dalam persepsi dan dalam
ingatan manusia. Sebaliknya, emosi juga tidak selalu bersifat
rasional, emosi dapat menyatukan manusia, mengatur jalannya sebuah
hubungan dan memotivasi orang dalam mencapai suatu sasaran. Tanpa
kemampuan merasakan emosi, manusia akan mengalami kesulitan dalam
mengambil keputusan atau dalam merencanakan masa depannya.
Beberapa contoh pengaruh emosi dan proses kognitif adalah:o
Suasana hati dan pemilihan informasiGagasan mengenai pengaruh
suasana hati terhadap pemilihan informasi disebut mood conqruence
effect. Pengaruh yang menunjuk pada penemuan bahwa orang-orang
lebih cenderung mengingat informasi yang sesuai atau sama seperti
keadaan suasana hati yang sedang dialami pada waktu mereka
mempelajari suatu materi atau memproses informasi. o Suasana hati
dan mengingat kembaliEfek ketergantungan terhadap suasana hati
muncul apabila materi dalam suasana hati tertentu diingat kembali
dengan baik apabila seseorang diuji dalam suasana hati yang serupa
dengan ketika ia mempelajari atau menerima informasi tersebut.o
Suasana hati dan proses transformasi informasiTransformasi
informasi dikenal sebagai incoding, ialah informasi disimpan
didalam gudang ingatan setelah informasi itu diterima melalui alat
indera (sensory).o Suasana hati dan ketepatan menilai hubunganJika
pada beberapa proses kognisi yang lain orang melihat pengaruh dari
keadaan emosi sedih seperti depresi dan stres lebih bersifat
merusak atau mengganggu dari pada menguntungkan. Tapi ini dapat
terjadi sebaliknya.
o Suasana hati dan penggalian informasiAda dua kemungkinan,
dimana suasana hati akan mempengaruhi proses penggalian informasi,
menguntungkan atau merugikan.o Suasana hati dan proses
berusahaPengaruh ini sangat bergantung pada jenis tugas yang
diberikan kepada seseorang.o Kecemasan dan kinerjaBanyak penelitian
menunjukkan bahwa kecemasan memiliki pengaruh negatif yang berkibat
menurunkan pengaruh negatif yang berakibat menurunkan kapasitas
kognitif seseorang dalam mengerjakan tugas-tugas yang lebih sukar
atau konplek.o Emosi dan kesaksianBanyak dijumpai bahwa, keadaan
stres atau cemas dapat menyebabkan ingatan seseorang terganggu.
Stres berat dapat mengurangi ketepatan pemberian kesaksian oleh
seorang saksi mata ketika berada di ruang pengadilan.o Suasana hati
dan atribusiSusana hati yang baik atau buruk dapat menyebabkan
keberhasilan atau kegagalan dari kinerja. Dari hasil penelitian
penelitian menunjukkan bahwa suasana hati mempunyai pengaruh yang
bersifat moderat terhadap atribusi yang dilakukan seseorang.
o Suasana hati dan pemecahan masalah secara kreatifSecara umum
dapat dikatakan bahwa suasana hti positif lebih meningkatkan
perilaku kreatif daripada suasana hati yang netral, sedangkan
suasana hati yang negatif cenderung menurunkan perilaku kreatif.o
Suasana hati dan pembuatan keputusanProses pembuatan keputusan
dapat dipeengaruhioleh faktor afeksi. Faktor afeksi yang sering
dijadikan variabel penelitian adalah suasana hati (mood), misalnya
sedih, marah atau cemas atau sebaliknya bahagia atau senang.
Daftar Pustaka
Aminoff.M, Neurology and General Medicine 4th edition,
2008,Churchill Livingstone, USA,P;605-609Berry.R, Fundamental Of
Sleep Medicine,2012, Elsevier Saunders,Philadelphia
91-99Blumenfeld.H , Neuroanatomy through Clinical Cases,2002,
Sinauer Associates INC, Massachusets P;588-597Carney.P, Clinical
Sleep Disorder, 2005,Lippincott Williams &Wilkins ,
Philadelphia; P 21-58Chokroverty.S, Sleep Disorders Medicine,
2009,Saunders Elsevier, Philadelphia, USA,
http://archive.ajpe.org/legacy/pdfs/aj620216.pdfKryger.M,
Principles of Sleep Medicine,2005, Elsevier Saunders,Philadelphia,
USA,P;9-12Lee-Chiong.T, Sleep Medicine Essentials And Review, 2008,
Oxford University Press, PUSA, P;9-15P ; 96-111Posner.J, Plum And
Posner Diagnosis Of Stupor And Coma 4th Edition, 2007,Oxford
University Press, New York P;11-25Ropper.A, Adam And Victors
Principles Of Neurology 9th Edition,2005 Mc Graw-Hill, USA, P:
333-337Schupp.M, Physiology of Sleep dapat di unduh di
http://ceaccp.oxfordjournal.org/Shneerson.J, Sleep Medicine 2nd
Edition,2005, Blackwell,Massachusets,Usa,P;22-51Smith.H, Sleep
Medicine , 2008, Cambridge University Press , New York
,P;61-67Stickgold.R, The Neuroscience Of Sleep , 2009, Elsevier,
London,P;12-16www.neuroanatomy.wisc.edu/coursebook/neuro10(2).pdf